PANDUAN NILAI KRITIS Pengertian : 1. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien. 2. Nilai Hasil Kritis adalah hasil pemeriksaan diagnostic penunjang yang memerlukan penanganan segera. 3. Pelaporan Hasil Kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 1 (satu) jam. Ruang lingkup : 1. Hasil Pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk membedakan, mengkonfirmasikan diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan. 2. Dalam melakukan laboratorium diperlukan bahan, seperti: darah lengkap (vena, arteri), plasma, serum, urine, feces, sputum, keringat, saliva, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serebrospinal dan jaringan yang didapat melalui tindakan invasive atau non invasive. 3. Hasil Pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatif atau semi kuantitatif. Angka kuantitatif yang dimaksud berupa angka pasti atau rentang nilai, sebagai Contoh nilai hemoglobin pada wanita adalah 1216 g/dL. Sedangkan angka kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negative tanpa menyebutkan angka pasti, Contoh 1+, 2+, 3+. 4. Nilai kritis dari suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan kelainan atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau tindakan. 5. Nilai abnormal suatu hasil Pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik, sebaliknya nilai normal dianggap tidak normal pada kondisi klinik tertentu. Oleh karena itu perlu diperhatikan nilai rujukan sesuai kondisi khusus pasien. Karena nilai kritis merupakan gambaran keadaan patofisiologis yang mengancam jiwa dan harus segera mendapat tindakan.
Tatalaksna: 1. Dokter/ petugas laboratorium, radiologi dan perawatan yang melakukan perekaman EKG menyampaikan hasil kritis ke DPJP. Bila DPJP tidak bisa dihubungi, dokter/ petugas laboratorium, radiologi dan perawatan yang melakukan perekaman EKG langsung menghubungi dokter/ perawat unit rawat inap, rawat jalan dan unit gawat darurat. 2. Dokter/ petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL dan WAKTU menelpon, NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN YANG DIHUBUNGI dan NAMA LENGKAP YANG MENELEPON. 3. Dokter/ perawat ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan teknik komunikasi verbal Tulis (write back)/ Baca (read back) Konfirmasi (Confirmation), proses pelaporan ini ditulis di dalam rekam medis (form catatan perkembangan terintegrasi). 4. Dokter/ perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis langsung menghubungi DPJP yang merawat pasien. 5. Dokter/ perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis dan menghubungi DPJP yang merawat pasien harus mencatat tindakan yang diambil untuk pasien atau informasi lain terkait klinis 6. Semua nilai kritis/ interpretasi selanjutnya disampaikan melalui formulir hasil pemeriksaan sesuai dengan SPO Penyerahan Hasil. 7. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus dilaporkan kepada dokter yang meminta pemeriksaan dan harus menyampaikan hasil kritis ke pasien. 8. Dokter/ perawat di ruangan yang menerima hasil kritis menerapkan mekanisme pelaporan hasil kritis sebagai berikut: a. Bila ada hasil tertulis harus segera melaporkan kepada petugas jaga shift (dokter jaga atau perawat). b. Dokter dan perawat yang bertugas segera melaporkan hasil data penunjang kepada DPJP. c. Bila DPJP yang bersangkutan tidak bisa dihubungi, lapor dokter pengganti. Bila tidak ada pengganti DPJP lapor via WA.
d. Bila belum berhasil juga maka dapat menghubungi dokter Kepala IGD, jika tidak dapat dihubungi. e. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu diwaspadai tersebut, bertanggungjawab terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap pasien. Dokumen terkait : 1. Daftar Nilai Kritis (Terlampir) 2. Buku laporan hasil kritis . 3. Hasil pemeriksaan laboratorium 4. SPO pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai kritis Unit terkait : 1. Rawat Inap 2. Rawat Jalan 3. IGD 4. HCU 5. Laboratorium 6. Radiologi
DAFTAR NILAI KRITIS 1. LABORATORIUM NILAI KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DAFTAR NILAI KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM NO
PEMERIKSAAN
NILAI KRITIS
1
Hemoglobin
< 7 g/dL atau > 20 g/dL
2
Leukosit Hematokrit (HCT)
< 2.000/uL atau > 30.000/uL
3
< 20% atau > 60%
NILAI NORMAL Pria dewasa: 13-17 Wanita dewasa: 12-15 4.0 - 10.0 Pria dewasa: 40-54 Wanita dewasa: 37-47
4
Trombosit (PLT)
5 6
Malaria Bilirubin Total Bilirubin Neonatus Glucosa Glucosa neonatus Creatinin Natrium Kalium Chlorida Anti HIV (Elisa)
7 8 9 10 11 12 13 14
< 40.000/uL atau > 1.000.000/uL atau < 10.000 pada pemantauan DHF Malaria (+) > 20 mg/dL > 20 mg/dL < 45 atau > 500 mg/dL < 30 atau > 300 mg/dL > 5 mg/dL kecuali Pasien HD < 120 atau > 160 mEq/L < 2,5 atau > 6,2 mEq/L < 80 atau > 115 mEq/L Positif (+)
Tr Dewasa: 150-400 Tr Anak: 200-400 Negatif (-) 0,3 - 1,2 mg/dL 0.60 - 11.10 mg/dL 60 - 180 mg/dL 40 - 80 mg/dL 0.5 - 1.3 135 - 145 3.5 - 5.5 97 - 111 Negatif (-)
Sumber : Buku " A Manual Of Laboratory and Diagnostic Test " (7th Edition, Hal : 1183 s/d 1187) s Talaska Fischbach, RN, BSN, MSN With Marshall Barnett Dunning III, BS, MS, PhD
2. RADIOLOGI Area
Kondisi Kategori Kritis
Anatomi/ Anatomical Area Dada
Red Category Condition* Laporkan Secara Lengkap Dalam Waktu 1 Jam Tension pneumothorax Diseksi aorta Emboli paru Aneurisma pecah atau impending rupture Emfisema mediastinum / pneumomediastinum
Abdomen
Udara bebas di abdomen (bila tanpa riwayat pembedahan dalam waktu dekat)
Ischemic bowel Appendicitis Emboli vena porta Volvulus Perlukaan organ dalam traumatic Perdarahan retroperitoneal Obstruksi usus Urogenital
Kehamilan ektopik Abruptio placentae Placental Previa menjelang aterm Torsio testis atau ovarium Kematian vetus
Dokter spesialis radiologi hanya perlu menganggap kondisi-kondisi tersebut sebagai kritis apabila : I.
Terdapat kepastian bahwa pasien memiliki salah satu kondisi tersebut, dan
II.
Terdapat kemungkinan yang tinggi bahwa the ordering provider tidak mengetahui kondisi tersebut saat meminta pemeriksaan.
3. TTV (Tanda-tanda Vital) No.
PEMERIKSAAN
BAYI
1.
Nadi
120-130 x/menit
80-90 x/menit
70-80 x/menit
60-70 x/menit
2.
Tekanan Darah
70-90 /50 mmHg
3.
Respiratori
30-40 x/menit
80-100 /60 mmHg 20-30 x/menit
110-125 /6070 mmHg 16-20 x/menit
130-150 /8090 mmHg 14-16 x/menit
Suhu Tubuh/ Temperatur Normal : 36,6 0C – 37,2 0C Sub Febris : 37 0C – 38 0C Febris : 38 0C – 40 0C Hiperpireksia : 40 0C – 42 0C Hipotermi : kurang dari 36 0C Hipertermi : lebih dari 40 0C
ANAK
DEWASA
LANSIA