Panduan Senam Oa Lutut 3l3x2r

BAB II MENGENAL OSTEOARTRITIS A. ETIOLOGI OSTEOARTRITIS Osteoartritis menyerang hampir duapertiga penduduk diatas usia 65 th, 44% penduduk dibawah usia 65 th, dan 12.1% populasi di Amerka Serikat pada usia diatas 25 th. Untuk mengelola dari 23 juta bangsa Amerika dengan osteoatritis menghabiskan biaya 149 milyard dollar AS baik tak langsung maupun langsung per tahun, ini sama dengan 2.5% gross national product. Pasien osteoarthritis tercatat 315 juta kunjungan ke dokter setiap tahun. Osteoarthritis termasuk penyakit sendi yang sering menyerang pada usia diatas 65 th, karena itu disebut juga degenerative t disease (DJD). Akibat osteartritis dapat mengganggu tugas dan pekerjaan, menghalangi aktivitas rekreasi, mengganggu aktivitas rumahtangga, tidak dapat berbelanja, bahkan menghilangkan kemandirian. B. FUNGSI KARTILAGO HYALINE Sebagaimana diketahui bahwa fungsi kartilago hyaline untuk bantalan sendi yang mirip dengan fungsi shock absorbers, dimana pada proteoglycans mampu menyerap air pada saat tidak ada beban sendi, dan sebaliknya mengluarkan air pada saat ada beban sendi. Disamping itu juga berfungsi sebagai pelicin atau lubricator, sehingga mengurangi gesekan pada saat sendi bergerak.Selagi proteoglycans bekerja sebagai shock absorbers maka collagen merupakan jaringan fibrous yang kuat membentuk kerangka kartilago.Collagen menyusun sebagai jejaring yang mempertahankan proteoglycans dan air dalam sendi. Kartilago hyaline merupakan material yang mempunyai kegiatan hidup yang sangat mengagumkan.Sel chondrocite yang tertanam di dalam matric kartilago, mampu mensintesikan material untuk membangun, dan mengeluarkan enzim untuk merusak materic kartilago.Pada saat berjalan, sendi menerima beban dan direspon oleh kartilago dengan melepaskan cairan yang ada di dalamnya, sehingga cairan tadi menjadi bantalan ujung tulang yang selanjutnya dapat mengurangi gesekan jika sendi digerakkan.Dan sebaliknya pada saat sendi tidak menerima beban, langsung direspon dengan reabsorbsi kembali cairan yang telah dikeluarkan, dan mempersiapkan aktivias selanjutnya. C. DEFINISI OSTEOARTRITIS

Osteoartritis adalah penyakit sendi yang tidak diketahui asal mulanya.Pada stadium akhir dibatasi dengan erosi komplit atau sebagian permukaan sendi, sehingga dengan demikian dianggap sebagai penyakit kartilago sendi.Namun demikian, pengertian ini sangat terbatas hanya pada kartilago sendi. Sedangkan pengertian yang lebih luas ; Osteoartritis adalah penyekit sendi yang berkaitan dengan kerusakan permukaan sendi yang diiringi pembentukan osteofit, dengan perubahan structure subchondral bone, ligament, menisci, cairan synovial dan sebagainya.(David T. Felson MD, MPH, hal 136 , 2009). Osteoartritis juga dirujuk sebagai penyakit degenerasi sendi, adalah bentuk artritis yang mengakibatkan degenerasi kartilago sendi. Artritis dalam hal ini dikatakan sebagai salah nomenklatur, karena banyak rheumatic yang tidak disertai inflamasi tetapi ada juga beberapa

yang disertai inflamasi. Osteoartritis termasuk dalam family artritis yang dikelompokkan menjadi 7 group menurut American College of Remathology,(NANCY E. LANE AND DANIEL J. WALLACE hal 7, 2002) yaitu : Osteoarthritis 1. Crystal Induce Arthritis 2. Rheumathoid variant/reactive arthritis 3. Metabolic bone disease 4. Autoimmun Reumathic disease 5. Septic arthritis 6. Reumatoid arthritis Raymond H. Flores and Marc C. Hochberg: Osteoartritis adalah suatu group yang overlapping dari penyakit yang berbeda, yang mana mungkin berbeda dalam etiologi tetapi mempunyai kesamaan biologi, morphologi, dan hasil klinik. Proses penyakit ini tidak hanya menyerang kartilago sendi, tetapi juga melibatkan seluruh sendi, termasuk subchondral bone, ligament, kapsul, membrane synovial, dan otot-otot periartikular (Kenneth D. Brandt, hal 1, 2003) D. PATOLOGI OSTEOARTRITIS

Osteoartritis adalah penyakit yang menyerang tulang rawan atau kartilago. Ada tiga jenis kartilago pada tubuh kita yaitu kartilago hyaline yang ada di permukaan tulang pembentuk sendi, kartilago fibrosa yang membentuk discus intervertebral, dan kartlago elastis yang membentuk daun telinga. Pada kartilago hyaline (berkaitan dengan pembahasan osteoarthritis), komposisinya terdiri dari air 65%, proteoglycan, dan collagen. Proteoglycans membentuk rantai ikatan dengan protein dan gula disebut glucosaminoglycans, sebagian besar dibuat dari chondroitin sulfat dan keratin sulfat. Kemudian bersama-sama dengan asam hyalorunic (bentuk glucosaminoglycans lain) dan ikatan protein membentuk kekuatan kartilago. Collagen juga sangat penting dalam integritas struktur dan fungsi kartilago hyaline. Seluruh sel yang tertanam di dalam kartilago disebut chondrosite. Chondrosites bertanggung jawab terhadap sintese protein yang digunakan untuk membangun kartilago, serta memproduk enzyme-enzyme yang akan merusak atau membreakdown, kedua proses itu ada dalam keadaan normal atau sakit seperti osteoarthritis.

Produk

chondrosite

yang

berupa

enzyme

bertugas

membreakdown

disebut

metalloproteinases, misalnya Stromelysin membreaksdown proteoglycans, collagenase dan gelatinase membreaksdown collagen. Tipe lain dari metalloproteinase enzymes, ada lah tissue inhibitors metalloproteinases (TIMPs) yang secara alami hanya sebagian kecil proteins yang menghambat metalloproteinases sehingga ia bekerja tidak terlalu banyak membreakdown kartilage. Dalam keadaan normal jumlah enzym-enzym metalloproteinases relative sedikit, seimbang dengan TIMPs sehingga tidak terlalu banyak kartilago yang rusak, sebaliknya dalam keadaan abnormal jumlah enzyme tsb meningkat sementara kadar TIMPs menurun, akibatnya sel yang rusak lebih cepat dibanding dengan yang dibangun, akibat selanjutnya bisa kehilangan kartilago seperti pada kasus osteoarthritis.

Gb.1 Pada sendi yang sehat (healthy knee t) tampak permukaan kartilago sendi halus dan licin, sedang pada sendi yang Proses Patologi Proses patologi berdasarkan riwayat merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan respon berulang terhadap injury atau cedera yang berturut-turut melalui perubahan regenerative, reparative, dan degenerative dari semua jaringan pembentuk struktur sendi termasuk kartilago sendi, tulang, synovium, capsul, dan jaringan lunak periarticular. Biasanya penyakit ini bersifat nonreversible baik arsitektur maupun komposisi jaringan yang berlanjut menuju kegagalan fungsi sendi. Jadi sesuai dengan pemahaman tersebut di atas, osteoarthritis adalah ditandai dengan respon terhadap cedera yang ineffective reparative. Implikasinya, bahwa osteoarthritis sangat berbeda dengan cedera sendi yang berakibat pada penyembuhan atau pengembalian jaringan yang inkomplit, dan perubahan jaringan akibat murni karena cidera mekanik, inflamasi synovium, atau proses penuaan. Pada osteoarthritis paling menonjol adalah aktivitas regenerative dan reparative, berlawanan dengan degenerative murni pada arthritis, dimana ditandai dengan degradasi matrix yang terakumulasi dan kematian sel. Proses patologi demikian dipengaruhi oleh factor resiko seperti aging, abnormal loading, dan genetic.

General pathology Edema dan gejala lainnya yang muncul sejak awal atau beberapa waktu setelah cedera ringan non-progresif pada sendi adalah gambaran umum dari aktivitas OA . Hal ini diduga bahwa cedera pada sendi di mana OA sudah ada, akan selalu mengarah pada respon berupa perbaikan tidak memadai atau tidak tepat, sehingga memicu perkembangan OA. OA terjadi melalui tiga kondisi patologis umum: Pertama, OA dapat berkembang sebagai penyakit polyarticular, dengan reaksi jaringan sendi untuk rangsangan pertumbuhan (belum diketahui), dimediasi oleh insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan / atau transforming growth faktor (TGF) . Kedua, OA dapat berkembang sebagai akibat dari penyakit lokal atau sistemik lainnya. Cedera mekanik adalah contoh dari stimulus lokal umum, acromegaly adalah contoh dari penyakit sistemik. Ketiga, OA bisa datang pada saat radang sendi dari berbagai etiologi. Pasca-inflamasi OA berbeda dari jenis lain OA karena peradangan menghambat perubahan regeneratif dan reparatif di jaringan ikat. Selain itu, rasa sakit yang terkait dengan peradangan menghambat mobilitas dan beban sendi yang berlebihan. Hanya setelah proses inflamasi menjadi diam, OA yang sekunder terhadap peradangan dapat berlanjut. E. TANDA DAN GEJALA OSTEOARTRITIS Banyak dari tanda-tanda ini, terutama kerusakan sendi dan renovasi, yang dimasukkan ke dalam klasifikasi atau kriteria diagnostik untuk setiap sendi. Beberapa penelitian mengkonfirmasi hanya kesepakatan moderat antara asesor untuk sebagian dari tanda-tanda ini, krepitus muncul paling direproduksi. Meskipun demikian, tanda-tanda tertentu dapat membantu dalam penilaian klinis. Crepitus Krepitus kasar, terjadi di permukaan sendi yang tidak teratur. Hal ini biasanya teraba di wilayah yang luas dari sendi, dan dirasakan di seluruh rentang pergerakan, dalam kasus kasar mungkin jelas terdengar. Meskipun fitur kunci dalam kriteria, krepitus kasar adalah tanda kerusakan sendi nonspesifik. Tenderness Tenderness yang teraba saat palpasi sepanjang t-line menunjukkan asal nyeri dari kapsuler / intracapsular. Titik tenderness dari garis-sendi menunjukkan lesi periartikular, nyeri pada gerakan aktif melawan tahanan dan / atau stres tes lebih lanjut dapat melokalisasi struktur periartikular terlibat. Lesi periarticular seperti bursitis dan enthesopathy biasanya menemani sendi besar (lutut, pinggul) OA. Mereka mungkin menjadi penyebab utama rasa nyeri dan sering bersedia untuk pengobatan lokal.

Berkurangnya ROM sendi

Hal ini sangat umum di sendi OA. Lebih penting dari sekedar pengurangan dalam gerakan, bagaimanapun, adalah hilangnya fungsi yang menyertainya. Hal ini membutuhkan penilaian yang tersendiri melalui skrining aktivitas sehari-hari untuk dilaporkan sendiri tingkat ketidak mampuannya. Berkurangnya gerakan terutama hasil dari perambahan osteofit, remodelling, dan penebalan kapsul, tetapi mungkin juga adanya tekanan oleh efusi dan pembengkakan jaringan lunak. Deformity and instability Deformitas adalah tanda OA yang sudah lanjut, dengan banyaknya kehilangan tulang rawan , osteofit, renovasi, dan erosi tulang. Meskipun deformitas setiap individu mungkin sangat karakteristik dari OA, tidak ada satupun yang spesifik. Ketidakstabilan secara klinis terdeteksi dianggap sebagai tanda akhir yang tampak dan dapat menyertai deformasi yang parah. OA di bagin tubuh tertentu seperti lutut (ketidakstabilan terutama varus / valgus) atau jari-jari sendi yang terkena OA 'erosif' (ketidakstabilan terjadi lateral radial-ulnaris). Umumnya, bagaimanapun, penebalan kapsul dan osteophytosis menjaga stabilitas sendi ketika OA perlahan-lahan berkembang. Ketidakstabilan traumatis lokal (misalnya, ligamnent cruciatum pecah) mungkin, tentu saja, menjadi faktor predisposisi dan tanda-tanda mendahului OA. Otot lemah dan atrof Atrofi sering merupakan tanda yang sulit untuk dinilai, khususnya pada pasien lanjut usia atau obesitas. Ketika atrofi terjadi, itu secara global, akan menyerang semua otot yang bekerja pada sendi yang terkena. Penilaian kelemahan otot di sekitar sendi menjadi bermasalah karena adanya inhibisi nyeri. Meningkatnya suhu bervariasi pada sinovitis, penebalan sinovial, efusi, dan nyeri stres (nyeri yang memburuk dalam posisi tegang ) dapat menyertai atau mendahului tanda-tanda kerusakan sendi. Tanda-tanda inflamasi demikian, seperti yang paling jelas pada lutut dan pada tahap pengembangan awal nodul pada jari, yaitu interphalangeal OA. Efusi di lutut seperti yang telah dinyatakan terdahulu sebagai faktor risiko berkembangnya OA. Membesar, panas, dan efusi jarang terjadi, dan kemungkinan adanya patologi terkait dengan deposit kalsium kristal harus dipertimbangkan. F. PENYEBAB OSTEOARTRITIS Telah diketahui bahwa pada orang-orang tertentu, seperti wanita dan orang tua adalah predisposisi osteoarthritis, dan berbagai factor lingkungan seperti pekerjaan, berat badan, latihan fisik, dan trauma selanjutnya akan meningkatkan resiko berkembangnya osteoarthritis. Tetapi apa sebenarnya yang mengawali proses, dan bagaimana penyakit itu berlanjut ? Ada beberapa teori yang telah diajukan untuk menjelaskan degenerasi kartilago pada osteoarthritis. Diawali dengan stress mekanikal yang cenderung mempengaruhi aktivitas chondrocyte, dimana akan meningkatkan produksi enzyme metalloproteinase yang akan membreakdown matric kartilago, sehingga kartilago kehilangan fungsi secara tepat. Bahkan dalam keadaan tertentu cenderung terjadi abnormal stress mekanik, yang akan direspon secara biologic, diawali dengan kerusakan kartilago, nyeri sendi, dan akhirnya osteoarthritis. Sebagai contoh ; cedera olah raga yang menyebabkan kerusakan meniscus, patah tulang, factor genetic abnormal collagen type II yang menimbulkan premature breakdown, overweight, pekerja pabrik yang banyak mengangkat benda berat sepanjang hari. Apapun yang mengawali terjadinya stress mekanik yang abnormal, akan dikirim protein yang disebut cytokines sebagai sinyal kepada chondrocyte untuk memproduksi enzyme dan mulailah proses

breakdown pada kartilago. Dalam jangka lama terjadilah osteoarthritis. Beberapa cytokines termasuk interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor (TNF), interleukin-6 (IL-6) Pada stadium awal osteoarthritis, adanya abnormal stress mekanik, chondrocyte mencoba merespon dengan memebelah diri menjadi lebih banyak atau dengan cloning membentuk cluster dalam kartilago. Chondrocyte ini akan meningkatkan produksi jumlah cytokines (IL-1. IL-6, TNF), growth factor, enzyme metalloproteinase, dan masih banyak enzyme lainnya. Cytokines sebagai synyal chondrocyte untuk memproduksi enzyme metalloproteinase yang akan mendegradasi proteoglycans dan collagen, serta akan memblokir sintese matric kartilago baru. Cytokine juga menurunkan produksi TIMPs sehingga tidak ada jalan untuk menghentikan aktivitas enzymes perusak (breakdown) kartilago. Disini keseimbangan sintese dan breakdown kartilago mulai terganggu dimana breakdown lebih cepat dan berkembang menjadi osteoarthritis.Sekali proses ini terjadi akan berlanjut terus secara permanen. Dalam jangka lama terjadi perubahan arsitektur kartilago dan beban mekanik sendi meningkat, keadaan ini memancing meningkatnya produksi enzyme-enzym perusak kartilago. G. KLASIFIKASI Primer atau Idiopatic dan Seconder Dari sisi kausa diklasifikasikan menjadi Primer atau Idiopatic Osteoartritis dimana apabila OA tersebut tidak ketahui dengan jelas factor predisposisinya, sedangkan secunder osteoatritis apabila diketahui dengan jelas factor predisposisinya. Idiopatic osteoarthritis adalah yang paling banyak dijunpai, menyerang 70% wanita dan 60% pria di atas usia 65 th. Patellofemoral dan Tibiofemoral

Patellofemoral osteoarthritis Prevalensi, lebih banyak mengenai wanita 24 % dari pada pria hanya 11 %, dan pada usia di atas 55 th. Peneliti Ahlbäck dan Mattson menemukan prevalensi hanya 15 %, dan hanya 35% yang benar-benar terjadi di patellofemoral, selebihnya kombinasi dengan kompartemen lain (tibiofemoral).Biasanya ada riwayat pernah dislokasi, fraktur patella, bedah, atau trauma. Lebih tahan lama bila berjalan ditempat datar, jika duduk dalam waktu panjang ingin bangkit sejenak kemudian duduk kembali yang dikenal dengan “reflex instability”, akibat inhibisi kuadrisep karena nyeri, bila bangkit berdiri atau mau duduk dan naik turun tangga timbul nyeri. Patellofemoral OA sebagian besar terjadi pada bagian lateral dan jarang sekali mengenai bagian medial. Sehingga menurut Iwano et al . membuat klasifikasi sebagai berikut : Stage 1: mild OA; t space sekurang-kurangnya 3 mm. Stage 2: moderate OA; t space kurang dari 3mm, tetapi tidak ada kontak antar tulang. Stage 3: severe OA; terjadi kontak antar tulang kurang dari ¼ permukaan sendi. Stage 4: very severe OA, seluruh permukaan sendi telah bersentuhan.

Tibiofemoral Osteoartritis

The Association Osteoarthritis Research Society (AORS) telah mengembangkan klasifikasi berdasarkan atlas yang mana sehingga memungkinkan untuk membandingkan dan mengklasifikasikan stereotip dengan cara evolusi. Atlas ini memperhitungkan: JSN (t space narrow), osteofit, sklerosis tulang subkondral, erosi, dan desaxation. Grade 1 ; masih diragukan adanya JSN dan kemungkinan osteofit di bibir tibia. Grade 2 ; jelas adanya osteofit dan JSN Grade 3 ; moderat multipleosteofit, jelas adanya JNS dan sclerosis serta deformity di ujung tulang. Grade 4 ; Osteofit cukup besar, adanya JSN, sclerosis dan deformity pd ujung tulang.

H. PROBLEM OSTEOARTRITIS Nyeri 1. Sifat Nyeri memiliki perbedaan dan persamaan dengan inflamaory artritis lainnya, yaitu : 2. Nyeri OA lutut bersifat local tetapi dapat juga rujukan dari hip t artritis 3. Intensitas nyeri bervariasi biasanya semakin buruk jika digunakan untuk aktivitas yg menambah beban sendi seperti berjalan atau jogging, dan akan berkurang saat istirahat. 4. Ciri khasnya muncul nyeri pada malam hari 5. Muncul nyeri bersifat periodic tetapi akan menetap jika semakin lanjut. 6. Dari sisi jaringan, masih dalam penelitian apakah nyeri muncul dari kartilago karena diketahui kartilago tidak diinervasi, dan tidak ada korelasinya terhadap hasil rontgen pada space (JSN) sendi baik yang longgar atau yang sempit. 7. Dalam pemeriksaan MRI ditemukan patologi dimana terdapat hypertrophy dan effusion synovial, demikian juga subchondral bone marrow edema dan lesi mungkin karena meningkatnya tekanan intraosseal. Data ini menunjukkan adanya inflammatory sel dalam jaringan dan diduga menimbulkan nyeri melalui mekanisme inflamasi, sehingga nyeri bersifat periodik. Selanjutnya pada stadium akhir terjadi fbrotic capsular dan contracture otot disekitar sendi akan menambah rasa nyeri. 8. Faktor lain seperti berat badan, ketidak mampuan merawat/menolong, psikologis juga dapat menambah nyeri Kelemahan Otot Kebanyakan pasien mengeluh sudah dalam keadaan kronis yang cenderunng otot lemah, sendi stiffness dan instability, aktivitas fisik menurun, yang selanjutnya kehilangan fungsi dan kualitas hidup mejadi menurun(David T. Felson, 2009). Akibatnya banyak yang menganjurkan strategi terapi dini ditujukan untuk mengurangi gejala dan menghambat progresivitas penyakit.Terutama diawali dengan intervensi non farmacological. Disini fisioterapi berpotensi berperan melakukan intervensi untuk mencapai tujuan tsb. OA merupakan kondisi klinis yang unik, berbagai macam keluhan dan symptom, bahkan hasil radiologi menunjukkan hal yang sama tetapi kondisi penyakitnya berbeda, sehingga dengan demikian tak mungkin dalam satu jenis intervensi berlaku untuk semua. Karena itulah berbagai pertimbangan

perlu diperhatikan termasuk kondisi lingkungan, sikap pasien, psikologi, edukasi terhadap pengetahuan tentang OA. Dan tidak ada satu jenis intervensi yang dianggap superior, karena itu kombinasi intervensi menjadi pilihannya. Gangguan fungsi Akibat adanya nyeri dan kelemahan otot dapat terjadi gangguan fungsi seperti : 1. Kemampuan berjalan berkurang, apalagi naik dan turun tangga. 2. Menurunnya kemampuan bangkit berdiri dari posisi duduk. 3. Tidak bisa jongkok sehingga perlu disiapkan WC duduk. 4. Berkurangnya aktivitas partisipasi dengan lingkungan.

I. MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA OSTEOARTRITIS LUTUT Program Latihan Latihan dapat dilakukan dengan beberapa bentuk seperti strengthening, stretching, ROM motion, core stabilisation, dan aerobik. Dapat dilakukan di darat maupun di dalam air, dengan peralatan modern dan mahal, tetapi juga dapat dengan tanpa alat, secara berkelompok atau individu. Sudah barang tentu model latihan tergantung dari pada karakteristik kondisi pasien, tujuan latihan, dan tersedianya alat. Latihan tersebut termasuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kuadrisep setting exercise Strengthening abductor hip Stretching rectus femoris dan tendo achillus Sit up and to go Balance and Core exercise Fitness atau aerobic execise (bisa dilaksanakan pada sesi lain).

Penguatan otot (Muscle Strengthening) Kelemahan otot pada OA disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik atau nyeri yang menghambat gerakan.Kelemahan otot biasanya terjadi pada klompok kuadrisep sehingga tidak mampu meredam beban lutut saat aktivitas, selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan penyakit . Sudah banyak laporan studi tentang pembebanan pada sendi lutut, terutama saat berjalan.Ternyata beban (loading) yang terjadi pada sendi lutut termasuk reaksi tenaga dari tanah(ground recation force) mencapai tiga kali berat badan. Selanjutnya beban ini didistribusikan pada struktur sendi termasuk subchondral bone, cartilage, menisci, ligaments, dan muscles.Dalam hal ini hanya otot yang secara aktif dapat dikembangkan kekuatannya untuk mengontrol beban sendi melalui strengthening exercise. Dengan kemampuan kontraksi otot diharapkan dapat berpotensi mengurangi beban pada struktur pasif seperti subchondral bone, cartilage, menisci dan ligament, yang dapat melindungi proses degradasi lebih lanjut. Strengthning Quadriceps Quadriceps adalah group otot yang melintasi sendi lutut dan mempunyai potensi terbesar membangun tenaga, yang digunakan untuk mengkonter GRF(ground reaction factor) terhadap KAM (knee adduction movement) saat awal stance phase, dan hanya sedikit dari ligament dan kapsul sendi, dan hanya gastrocnemius yang mengeluarkan tenaga pada saat akhir stance phase.Karena itu

menjadi sangat penting dan banyak didukung bahwa strengthening quadriceps menjadi pilihan utama pada program treatment OA lutut. Sebagai tambahan walaupun laporan penelitian menunjukkan bahwa strengthening quadrisep mempunyai korelasi terhadap pengurangan nyeri lutut, tetapi dianjurkan agar latihan dikombinasi dengan stretching, balance, dan aerobic. Hip Muscle Strengthening Meskipun sangat sedikit laporan penelitian terhadap peran otot-otot abduksi dan adduksi hip dikaitkan dengan nyeri lutut, tetapi secara rational dapat dijelaskan kaitananya terhadap nyeri lutut. Analisa berjalan menunjukkan bahwa otot-otot abduksi dan adduksi hip berperan dalam mengontrol gerakan pelvis pada bidang frontal, misalnya jika terjadi kelemahan otot abdultor hip saat berjalan akan terjadi Trendelenberg sign kontra lateral saat tungkai diayun. Hal ini menyebabkan pergeseran titik berat badan dari tungkai yang menopang (stance limb) menuju ke tungkai yang terayun (swing limb), selanjutnya akan meningkatkan jarak GRF (ground reaction force) dengan titik pusat rotasi sendi lutut serta berpengaruh terhadap KAM (knee adduction movement). Karena itu sangat signifikan untuk mengkaitkan kekuatan otot abduktor hip dengan nyeri OA lutut. Aerobic Exercise Sharma et al telah membuktikan bahwa latihan aerobic yang diberikan beberapa kali perminggu dengan intensitas 60-80% DJM dapat meningkatkan kapasitas fisik, daya tahan, memperbaiki fungsi untuk naik/turun tangga, dan menurunkan nyeri lutut pada OA. Latihan aerobik yang diberikan termasuk berenang, jalan kaki, bersepeda. Disamping itu latihan aerobic juga dapat menurunkan berat badan, yang merupakan faktor penyebab nyeri lutut. Telah diketahui bahwa berat badan, beban lutut, dan degenerasi kartilago sendi merupakan faktor penentu progresivitas OA, karena itu dianjurkan agar latihan aerobic masuk dalam program terapi OA lutut. Kombinasi latihan Fakta menunjukkan bahwa tidak ada intervensi fisioterapi yang hanya menggunakan satu modalitas yang dianggap superior terhadap kasus OA. Dan ini juga menyebabkan belum adanya penelitian yang melaporkan adanya penggunaan satu modalitas yang paling efektif dalam intervensi untuk mengurangi nyeri OA dibandingkan dengan modalitas yang lainnya.Demikian juga latihan yang diberikan pada OA kebanyakan bervariasi termasuk strengthening, endurance, ROM, balance, koordinasi, fungsional dan fitness, belum pernah ada laporan hanya menggunakan satu jenis latihan saja. Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa dengan kombinasi latihan cukup significant dapat menurunkan nyeri, meningkatkan fitness dan memperbaiki fungsi. Adapun dosis yang dianjurkan dengan 3 kali perminggu latihan per individu dalam 8-12 minggu akan nampak efek positifnya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan latihan Paling utama adalah Ketaatan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa keberhasilan latihan sangat tergantung dari jumlah dan ketaatan melaksanakan program latihan. Pasien yang lebih banyak latihan sesuai dengan program hasilnya lebih baik dibandingkan dengan yang sedikit latihan dan tidak menyelesaikan program. Karena itu untuk mengurangi ketidak taatan pasien perlu memperhatikan hal berikut : 1. Frekuensi latihan yang diprogramkan 5-7 kali perminggu lebih taat dibandingkan dengan 3-4 kali perminggu. 2. Intensitas latihan berjalan mencapai 44-55 % DJM lebih taat dibanding dengan intensitas 6575% DJM.

3. Pasien yg mendapat monitoring dari tenaga kesehatan professional lebih taat dibanding latihan sendiri di rumah. 4. Tingkat kepercayaan tentang efektivitas dan pengetahuan patologi lebih taat dibanding mereka yang percaya bahwa OA merupakan proses alami yang harus di terima sebagai penyakit menua. 5. Apalagi pada mereka yang merasa lebih baik saat beraktivitas, akan lebih taat melaksanakan latihan. Strategi untuk memperbaiki ketaatan latihan : 1. Monitoring dengan telpon ke rumah pasien, buat grafik sebagai feetback, membuat laporan harian. 2. Pilih latihan yang tersedia alatnya dan mudah dilakukan. 3. Beri pengetahuan tentang OA termasuk patoya yang sederhana dapat dimengerti secara awam. 4. Beri penjelasan bagaiamana kalo tidak latihan atau menghentikan latihan, walaupun nyeri sudah hilang. 5. Latihan dilaksanakan dalam group dan disediakan makanan. Intervensi lain 1. 2. 3. 4. 5.

Ultrasound TENS Taping Bracing Terapi Alternatif

1 Ultrasound diberi djielaskan 2. TENS diberi penjelasan 3.Taping. Sumber nyeri OA lutut kebanyakan terjadi pada sendi Patellofemoral t (PFJ) dibandingkan dengan tibiofemoral t (TFJ). Karena itu faktor aligment patelofemoral menjadi sangat penting. Biomekanik menunjukkan bahwa letak patella dipertahankan oleh struktur pasif dan struktur aktif. Struktur pasif berupa tulang, ligament dan kapsul sedangkan struktur aktif terdiri dari otot terutama kuadrisep ( Fastus lateral dan fastus medial ). Pada saat berjalan terjadi pergeseran patella dengan kondilus femur, apabila patella bergeser ke lateral atau medial akan menambah tingkat pergeserannya. Pada kasus OA lutut cenderung terjadi pergeseran patella ke lateral, jadi taping dimaksudkan untuk mengembalikan (realigmnet) patetlla. Sedangkan taping yang digunakan sejenis verban rekat tidak elastis (adhesive rigid strapping tape). MRI maupun radiologi menunjukkan bahwa ada hubungannya penyempitan space sendi TFJ dengan pergeseran patella pada PFJ. Jika terjadi penyempitan di bagian lateral space TFJ merupakan predisposisi pergeseran patella kearah lateral, demikian juga jika terjadi penyempitan pada bagian medial space TFJ merupakan predisposisi pergeseran patella ke medial.

Gb.1. Taping untuk mencegah pergeseran patella ke lateral.

4. Bracing Apabila nyeri bersumber pada TFJ lebih baik menggunakan brace, tetapi bila nyeri pada PFJ bisa juga menggunakan jenis brace yang berbeda.

Gb2. Brace digunakan bila nyeri bersumber dari PFJ

Gb.3. Unloading brace. Digunakan bila nyeri bersumber Dari TFJ.

5. Terapi alternatif Dr Jason Theodasakis dalam bukunya yang terlaris berjudul The Arthritis Cure, menytakan bahwa kombinasi kondroitin sulfat / glukosamin telah menjadi suplemen diet yang paling populer digunakan dalam mengelola nyeri sendi. Glukosamin Glukosamin, dengan hidroklorida atau sulfat, dan dengan atau tanpa kondroitin sulfat, juga sekarang sering diresepkan atau dianjurkan untuk suplemen kasus osteoartritis. Seperti kondroitin, glukosamin adalah gula yang merupakan bagian dari tulang rawan dan nampaknya untuk mengurangi nyeri sendi dengan mekanisme yang belum jelas. Glukosamin dapat mencegah kerusakan sendi, dan dapat seefektif ibuprofen. Dosis umum glukosamin adalah 1500 mg sehari.

Chondroitin Kondroitin sulfat adalah gula yang merupakan bagian dari tulang rawan, dan memberikan tulang rawan sendi kemampuannya untuk menyerap kejutan atau goncangan. Ketika menumpu berat badan pada sendi lutut, chondroitin membantu mendorong cairan sendi keluar. Ketika tidak menopang berat badan misalnya saat tungkai terayun, chondroitin membantu menyerap cairan sendi kembali. Pada osteoarthritis, jumlah kondroitin di tulang rawan sendi berkurang dan dengan itu kemampuan tulang rawan menyerap goncangan menurun. Pengobatan dengan senyawa ini tampaknya bebas dari efek samping yang signifikan, tetapi masalah keamanan belum memadai dan masih banyak dipelajari. Kondroitin secara struktural mirip dengan pengencer darah, dan dalam dosis tinggi beberapa pasien mungkin mengalami beberapa perdarahan. Pasien juga kadang-kadang mengeluh mual. Glukosamin dapat meningkatkan gula darah pada hewan (dan mungkin pada manusia), dan tidak dianjurkan pada individu yang alergi terhadap kerang atau ikan laut. J. PROGNOSIS. ( NANCY E. LANE AND DANIEL J. WALLACE, 2002) Secara umum, prognosis berkaitan dengan berapa banyak tulang rawan artikular yang tersisa di sendi. Kehilangan tulang rawan artikular menghasilkan nyeri di sendi ketika berjalan di permukaan yang datar, dan menyebabkan kesulitan melakukan kegiatan fisik sehari-hari seperti naik turun tangga, duduk dan berdiri dari kursi., atau masuk dan keluar dari bak mandi (bathtub). Jika X-ray menunjukkan hilangnya tulang rawan artikular, maka kerugian lebih mungkin. Sampai sekarang belum diketahui semua hal yang berkontribusi terhadap perkembangan hilangnya tulang rawan artikular dan kebutuhan untuk penggantian sendi. Demikian juga belum tahu mana perawatan atau latihan yang efektif dalam mencegah perkembangan osteoarthritis lutut. Ketika osteoartritis lutut mulai didiagnosis, rasa sakit biasanya dapat diobati dengan latihan, analgesik, dan anti-inflamasi. Dalam beberapa tahun, bagaimanapun, sering menjadi lebih menyakitkan untuk berjalan selama lebih dari satu blok pada permukaan yang datar, lutut akan kaku ketika Anda duduk untuk waktu yang lama, dan mungkin membengkak setelah banyak kegiatan. Selanjutnya osteoartritis lutut semakin buruk, sendi bengkak mungkin tetap sepanjang waktu, dan setiap berjalan akan menyakitkan. Otot paha depan di atas lutut dapat menjadi lebih kecil dan lebih lemah. Pada waktu tertentu, dokter mungkin menyuntikkan steroid ke lutut untuk membantu mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. Hal ini dapat dilakukan sekitar tiga kali setahun. Anda mungkin perlu tongkat saat berjalan untuk memberikan bantuan dalam keseimbangan, atau untuk melindungi lutut yang menyakitkan. Dokter mungkin juga meresepkan obat penghilang rasa sakit yang lebih kuat seperti analgesik narkotika untuk membantu ketika nyeri lutut menjadi lebih parah. Ketika sebuah X-ray menunjukkan bahwa ada sangat sedikit tulang rawan tersisa dan kemampuan anda untuk melakukan aktivitas fisik secara nyata berkurang, sekarang saatnya untuk mempertimbangkan penggantian sendi secara total. Tingkat di mana degenerasi sendi lutut sangat bervariasi. Studi menunjukkan bahwa usia lanjut, terus menahan beban berat saat melakukan kegiatan seperti berjalan, lainnya menahan beban kegiatan atau pekerjaan fisik yang membutuhkan pembengkokan sendi dan berlutut, angulasi abnormal lutut, di dalam prognosis bertambah berat, apalagi kadar vitamin D rendah juga dapat meningkatkan tingkat progresivitas. Studi juga menunjukkan bahwa latihan low impact seperti yoga, aeorbics, berenang , dan penguatan paha depan dapat meningkatkan atau mengurangi nyeri sendi. Namun, sampai kini belum memiliki data yang menunjukkan bahwa latihan-latihan dapat mengurangi tingkat degenerasi tulang rawan lebih lanjut

K. PANDUAN SENAM OA LUTUT Sebagai realisasi program latihan dapat dilaksanakan secara klompok dengan bentuk paket senam, dan pesertanya sedapat mungkin buatlah klompok yang paling homogen misalnya umur, lama penyakitnya, intensitas nyeri dsb. 1. Pemanasan Posisi Berdiri a. Gerakan kepala tunduk dan tegak kembali 2x8 b. Gerakan kepala tengok kiri dan kanan 2x8 c. Gerakan kepala miring kiri dan kanan 2x8 d. Kedua lengan lurus sepanjang badan, lakukan gerakan angkat pundak 2x8 e. Kedua lengan lurus sepanjang badan, lakukan gerakan putar pundak ke depan dank e belakang masing-masing 1x8 f. Gerakan kedua lengan angkat lurus depan atas 2x8 g. Kedua lengan angkat kesamping sampai bertepuk tangan di atas kepala 2x8 h. Kedua lengan lakukan gerakan silang di depan badan 2x8 i. Kedua tangan di dada kemudian lakukan gerakan putar badan ke kiri dan ke kanan 2x8 j. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan gerakan putar pinggung kekiri dan kekanan 2x8 k. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan gerakan angkat lutut bergantian kiri dan kanan 2x8 l. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan gerakan tekuk lutut bergantian kiri dan kanan 2x8 m. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan gerakan tendang ke depan bergantian kanan dan kiri 2x8 n. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan gerakan tendang ke samping kiri dan kanan 2x8 o. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan gerakan tendang ke belakang kiri dan kanan 2x8 p. Kedua tangan di pinggang lalu lakukan tendang serong kiri dan kanan 2x8 q. Lakukan gerakan jalan di tempat 2x8 r. Tarik napas panjang 3x8 2. Peregangan (2x 20-30 detik) a. Stretch kuadrisep kiri, berdiri tegak tangan kanan pegang kursi, tekuk lutut kiri dan pegang kaki kiri dengan tangan kiri sambil rapatkan ke pantat kiri. b. Stretch kuadrisep kanan, lakukan pada posisi dan gerakan di sisi yang berlawanan. c. Stretch tendo achillus kiri, langkahkan kaki kanan kedepan agak jauh, kaki kiri satu garis lurus dg kaki kanan, kemudian tekuk lutut kanan dan kedua tangan di lutut kanan, pertahankan tungkai kiri tetap lurus dan telapak kaki lurus ke depan. d. Stretch tendon achillus kanan, lakukan sebaliknya. e. Stretch hamstring kiri, kaki kiri langkahkan kesamping agak jauh dan tapakkan pada tumit, kaki kanan tekuk lutut sedikit, tangan kanan di lutut kanan kemudian bungkukkan badan dan tangan kiri menggapai ujung jari kaki kiri, pertahankan tungkai kiri tetap lurus, tahan. f. Stretch hamstring kanan, lakukan gerakan sebaliknya, tahan. g. Stretch iliotibial band kanan, tangan kiri di pinggang kaki kanan disilangkan di depan kaki kiri, kemudian lengan kanan keatas kepala dan badan dibengkokkan ke kiri, tahan . h. Stretch iliotibial band kiri, lakukan sebaliknya, tahan 3. Aerobik (lebih kurang 20 menit) dapat dilakukan modifkasi sendiri di luar sesi latihan dg jalan kaki, sepeda ditempat, treatmil, berenang, dansa dsb. a. Jalan di tempat 4x8 b. Satu langkah ke samping kiri dan kembali lagi 4x8 c. Satu langkah ke samping kanan dan kembali lagi 4x8 d. Satu langkah ke depan dan kembali lagi 4x8

e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. u. v. w. x. y. z. aa. bb. cc. dd. ee.

Satu langkah ke belakang dan kembali lagi 4x8 Jalan di tempat sambil tarik napas panjang 2x8 Satu langkah kesamping sambil melakukan gerakan lengan bersilangan di depan 4x8 Satu langkah kesamping sambil melakukan gerakan lengan tekuk siku dan luruskan kembali di samping 4x8 Satu langkah kesamping sambil melakukan gerakan lengan tekuk siku dan lurus kembali ke depan 4x8 Satu langkah kesamping sambil melakukan gerakan lengan tekuk dan luruskan kembali ke atas 4x8 Satu langkah kesamping sambil kedua lengan lurus kesamping dan melakukan gerakan tekuk siku dan luruskan kembali 4x8 Jalan ditempat sambil tarik napas panjang 2x8 Angkat satu kaki kesamping sambil kedua lengan kesamping atas 4x8 Langkahkan satu kaki ke belakang sambil kedua lengan kedepan atas 4x8 Langkahkan satu kaki ke depan sambil lengan yang berlawanan ke depan atas 4x8 Langkahkan satu kaki serong kedepan sambil kedua lengan membuka kesamping seperti berenang 4x8 Silangkan satu kaki ke belakang sambil kedua lengan lurus ayunkan putar kesamping 4x8 Jalan ditempat sambil Tarik napas panjang 2x8 Tangan kanan pegang tumit kiri dan tangan kiri pegang tumit kanan di depan badan 4x8 Tangan kanan pegang jari jari kaki kiri dan tangan kiri pegang jari kaki kanan di belakang badan 4x8 Tangan kanan pegang jari kaki kiri di belakang dan tangan kiri pegang tumit kanan didepan 4x8 Tangan kanan pegang tumit kiri di depan dan tangan kiri pegang jari kaki kanan di belakang 4x8 Tepuk tangan dibawah lutut kiri dan kanan bergantian 4x8 Jalan ditempat sambil tarik napas panjang 2x8 Siku kanan ke lutut kiri dan sebaliknya siku kiri ke lutut kanan 4x8 Angkat lutut sambil kedua siku beradu di depan 4x8 Angkat lutut sambil kedua lengan diluruskan ke bawah seolah akan menjepit lutut 4x8 Tangan dipinggang lakukan gerakan tekuk lutut ke belakang 4x8 Tangan dipinggang lakukan gerakan lempar kaki serong ke depan dengan rileks 4x8 Jalan ditempat sambil tarik napas panjang 2x8.

4. Penguatan otot kuadrisep (setiap gerakan ulangi 2x12) sediakan kursi dan balok kayu ukuran P=40, L=30, T=15. a. Duduk di kursi kedua kaki ke depan lutut sedikit bengkok, lakukan gerakan meluruskan kedua lutut dan ujung jari arahkan ke dahi. b. Duduk di kursi kedua lutut posisi bengkok 90 derajat, lakukan gerakan meluruskan kedua lutut dan ujung jari arahkan ke dahi. c. Berdiri tegak disebelah kiri kursi, tangan kiri di pinggang tangan kanan pegang kursi, angkat paha kiri-luruskan lutut-kembali tekuk lutut- turunkan kembali. d. Sda lakukan gerakan yg sama di sebelah kanan kursi. e. Gerakan naik tangga/balok, tangan kiri pegang kursi, kaki kanan naik tangga pelan disusul kaki kiri, kemudian kaki kiri turun kembali pelan, f. Sda lakukan gerakan yg sama dengan posisi sebaliknya g. Duduk di kursi kemudian bangkit berdiri dan kembali duduk, gerakan lebih pelan lebih baik. h. Sit up and go, jarak kedua kursi 20 langkah

5. Penguatan otot abduktor dan adduktor hip (setiap gerakan ulangi 2x12), sediakan kursi dan balok kayu ukuran P=40 cm, L=30 cm, T=15 cm). a. Berdiri disamping kiri kursi, tangan kiri di pinggang tangan kanan pegang kursi, lakukan gerakan tungkai kiri lempar kesamping setinggi mungkin dan kembali lagi pelan-pelan. b. Sda diatas posisi di sebelah kanan kursi, dan lakukan gerakan kearah yang berlawanan. c. Berdiri di atas balok dengan satu tungkai, tungkai yang lain tergantung lurus dan santai sehingga pinggul lebih rendah. Lakukan gerakan angkat pinggul sehingga rata simetris tetapi tungkai tetap lurus. d. Sda posisi dan gerakan ke arah yang berlawanan. e. Posisi duduk di kursi, tungkai kanan lutut dan ankle ditekuk 90 derajat menapak lantai, tungkai kiri lurus dan terbuka lebar kesamping. Kemudian lakukan gerakan tungkai kiri dilempar lurus ke kanan melewati lutut kanan dan kembali lagi. f. SDA Posisi dan gerakan pada sisi yang berlawanan. 6. Penguatan otot gastrocnemius (setiap gerakan ulangi 2x12) sediakan kursi dan balok kayu ukuran P=40 cm, L=30 cm, T=15 cm). a. Berdiri tegak di belakang kursi kedua tangan pegang kursi, lakukan gerakan tekuk lutut kiri sampai tumit menyentuh pantat. b. Sda lakukan pada lutut kanan. c. Berdiri tegak kedua kaki rapat, kedua tangan pegang kursi, lakukan gerakan angkat tumit bersamaan. d. Berdiri tegak kaki kiri di atas balok, lakukan gerakan angkat tumit kanan. e. Sda posisi dan gerakan yang berlawanan. 7. Penguatan Otot Core (abdomen, multifdus dan pelvic floor) (mesti diganti dengan gerakan lain posisi duduk.....) a. Tigh abd, Tranversus abd kontraksi, tahan 5’relaks 5’, ulangi 5x Posisi terlentang kedua kaki ditekuk dan telapak kaki menapak di lantai, kedua kaki terpisah. Seperti ketika anda memasang resluiting, turunkan pusat ke arah spine tetapi jaga spine tetap posisi netral. Jangan tarik napas hg perut membesar, rasakan hanya kontraksi bagian bawah abdomen. Pelvic jangan naik turun. Tahan kontraksi 5’ dan relaks 5’ ulangi 5x Tingkatkan kontraksi 10’ relaks 5’ diantara pengulangan.

b. Tambah angkat kepala. c.Tambah angkat satu kaki

d. Bridging e. One leg bridging f. Quadruped opposite arm and lift leg

g. Squat 8. Latihan Kesimbangan, semua gerakan 2x 8 hitungan a. Jalan ditempat b. Jalan ditempat satu kaki angkat tumit bergantian c. Jalan ditempat satu kaki angkat jari bergantian d. Jalan ditempat dengan tumit menapak e. Jalan ditempat dengan jari menapak 9. Pendinginan, semua gerakan 1x delapan hitungan a. Stretch hamstring kiri, kaki kiri langkahkan kesamping agak jauh dan tapakkan pada tumit, kaki kanan tekuk lutut sedikit, tangan kanan di lutut kanan kemudian bungkukkan badan dan tangan kiri menggapai ujung jari kaki kiri, pertahankan tungkai kiri tetap lurus, tahan. b. Stretch hamstring kanan, lakukan gerakan sebaliknya, tahan c. Stretch tendo achillus kiri, langkahkan kaki kanan kedepan agak jauh, kaki kiri satu garis lurus dg kaki kanan, kemudian tekuk lutut kanan dan kedua tangan di lutut kanan, pertahankan tungkai kiri tetap lurus dan telapak kaki lurus ke depan. d. Stretch tendon achillus kanan, lakukan sebaliknya e. Stretch kuadrisep kiri, berdiri tegak tangan kanan pegang kursi, tekuk lutut kiri dan pegang kaki kiri dengan tangan kiri sambil rapatkan ke pantat kiri. f. Stretch kuadrisep kanan, lakukan pada posisi dan gerakan di sisi yang berlawanan. g. Stretch iliotibial band kanan, tangan kiri di pinggang kaki kanan disilangkan di depan kaki kiri, kemudian lengan kanan keatas kepala dan badan dibengkokkan ke kiri, tahan . h. Stretch iliotibial band kiri, lakukan sebaliknya, tahan i. Kedua lengan lurus ke depan telapak tangan berkaitan menghadap ke depan, j. Kedua lengan lurus ke belakang telapak tangan berkaitan, angkat kedua tangan ke atas. k. Kedua lengan lurus di atas kepala telapak tangan bergandengan, bengkokkan badan ke kiri dan ke kanan. l. Kedua lengan lurus ke depan dan tangan bergan dengan lalu putar badan ke kiri dan ke kanan m. Tangan kiri ke pundak kanan, kemudian tarik siku kiri dengan tangan kanan. n. Lakukan gerakan sebaliknya o. Tangan kiri ke tengkuk, kemudian tarik siku kiri dg tangan kanan. p. Lakukan gerakan sebaliknya q. Tangan kiri di pinggang, kemudian tarik siku kiri dengan tangan kanan. r. Lakukan gerakan sebaliknya s. Lengan kiri lurus kedepan telapak tangan menghadap ke atas, bengkokkan pergelalangan tangan ke bawah dan tarik jari-jarinya dengan tangan kanan ke belakang, t. Lakukan gerakan sebaliknya u. Kepala miring kanan sampai telinga menyentuh pundak v. Lakukan gerak sebaliknya

w. Kepala tengok kanan sampai dagu sejajar pundak. x. Lakukan gerakan sebaliknya y. Kepala tundukkan sampai dagu menyentuh dada. EDUKASI HIDUP DG OA 1. Berat badan dapat mengurangi peluang untuk berkembangnya osteoarthritis; dalam satu survei, penurunan berat badan dari 11 pound ditemukan dapat memotong risiko pengembangan osteoarthritis sampai 50%. 2. Osteoartritis berkaitan erat dengan osteoporosis, artinya semakin tulang menjadi keropos maka semakin progresif berkembangnya osteoartritis. Karena itu penderita OA dianjurkan mengkonsumsi sekurang-kurangan 1 gram Calsium perhari dan Vit D agar mempermudah penyerapan calsium di dalam sistem pencernaan. 3. Beberapa vitamin antioksidan seperti Vitamin A, C, dan E melindungi terhadap kerusakan oksidatif pada sel-sel dan jaringan dan mampu mempengaruhi reaksi biologis yang mempromosikan sintesis tulang dan kolagen. 4. Kebanyakan pasien dengan osteoarthritis melaporkan bahwa mereka merasa lebih nyamandalam cuaca yang lebih hangat. Di musim dingin, mereka yang tinggal di iklim dingin harus tetap hangat, menggunakan selimut listrik atu kompres hangat. Pasien juga sensitif terhadap perubahan barometer dan cuaca, pergeseran dari panas ke dingin atau basah ke kering berhubungan dengan meningkatnya kekakuan atau rasa sakit. Hal ini dapat memperburuk untuk satu atau dua hari ketika bepergian ke berbagai bagian dari negara yang iklimnya berbeda-beda, dan umumnya memerlukan waktu satu atau dua hari untuk menyesuaikan. 5. Ketika bepergian di dalam mobil, pastikan kendaraan anda memiliki kursi yang lebar, menjaga lutut lebih tinggi dari pinggul, supaya kaki dapat diayunkan, dan berhenti mengemudi setidaknya sekali satu jam. 6. Jika sedang berlibur atau waktu senggang, lakukan bepergian dengan memilih perjalanan yang tidak terlalu ramai, bawa koper yang beroda, dan cukup ringan. Cari teman perjalanan dan tempat istirahat yang menyenangkan, yang penting bisa keluar lingkungan, jangan mengisolasi diri sendiri. 7. Jika merasa nyeri meningkat setelah latihan atau aktivitas tertentu, lakukan kompres es pada bagian yang nyeri selama 20 menit setelah latihan. Dapat diulangi beberapa kali dalam sehari jika nyeri masih belum berkurang. Ingat rasa nyeri adalah cara alami untuk memberi tahu kita untuk tidak melakukan sesuatu. Jika nyeri sendi menjadi parah setelah latihan atau aktivitas, yang terbaik adalah tidak melakukan jenis kegiatan tersebut. 8. Pain 9. Alternatif terapi 10. Spesial kasus (hamil, anak-anak) L. DAFTAR PUSTAKA David T. Felson and Hans-Georg Schaible 2009: Pain in Osteoarthritis, Wiley-Blackwell New Jersey Canada Derek Pearson, and Colin G. Miller, 2008: Clinical Trials in Rheumatoid Arthritis and Osteoarthritis, Springer-Verlag London Limited. Felix Bronner and Mary C. Farach-Carson 2007; Bone and Osteoarthritis, Vol 4, Springer-Verlag London Limited Kenneth D. Brandt at al 2003: Osteoarthritis, Second edition, Oxford University Press, New York America.

Nancy E. Lane and Daniel J. Wallace 2002: All About Osteoarthritis, The Defnitive Resource for Arthritis Patients and Their Families, Oxford University Press, New, York America. Michel Bonnin and Pierre Chambat 2008: Osteoarthritis of the knee, Surgical Treatment, SpringerVerlag , Paris. William E. Prentice 2004: Rehabilitation Techniques for Sports Medicine and Athletic Training, The McGraw'HiII Companies, New York, America.