BATIK KALIMANTAN kain Batik Kalimatan Selatan terkenal dengan nama kain Sasirangan, kain batik Kalimantan Tengah terkenal dengan nama Batik Benang Bintik-nya. Motifnya pun variatif dengan warna-warna yang memanjakan selera. Motif yang umum adalah Batang Garing (simbol batang kehidupan bagi masyarakat Dayak), Mandau (senjata khas suku Dayak), Burung Enggang/Tingang (Elang Kalimantan), dan Balanga. Warnanya lebih berani seperti shocking pink, hijau stabilo, merah terang, oranye, dan masih banyak lagi.
BATIK PAPUA Motif batik papua terkenal dengan motif batik yang anggun dan elegan, karena umumnya motif batik papua adalah motif batik yang natural. serta warna nya yang beraneka ragam, variatif. akan sangat pas dan cocok jika dikenakan dengan bawahan yang berwarna gelap atau kalem. Untuk bahan yang digunakan oleh batik papua biasanya terbuat dari bahan katun, batiknya pun bisa anda pilih berupa batik tulis maupun batik etak. Batik papua mempunyai corak dan motif dan warna-warna ceria seperti kuning, merah, hijau. Berbeda dengan batik jawa yang cenderung kalem dan kebanyakan berwarna coklat. Dari segi motif, batik papua banyak mengambil corak burung cenderawasih, dan figur orang papua. Kainnya mempunyai kualitas yang bagus dan dari segi harga cukup mahal.
BATIK CIREBON Batik Cirebon merupakan ragam batik khas Cirebon yang merupakan salah satu dari empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri batik lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-sentra industri batik lain di Jawa Barat. Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali
RUMAH ADAT BETAWI Rumah ini termasuk dalam bentuk rumah panggung, yang berdiri beberapa cm di atas tanah. Dilihat dari gaya arsitekturnya, rumah adat Betawi seperti mendapatkan pengaruh arsitektur dari beberapa negara seperti Eropa, Arab, dan Cina. Gaya arsitektur yang mirip dengan gaya rumah negara lain terserbut terlihat dari desain pintu, jendela, lubang angin, dan beberapa ornamen rumah yang terdapat di sana. Dilihat dari struktur peletakan ruangnya, rumah adat suku Betawi mirip juga dengan rumah modern yang ada dewasa ini; terlihat dari terdapatnya ruang-ruang dengan fungsi tertentu, seperti ruang umum, ruang pribadi, dan area servis. Dulunya, rumah adat Betawi dibuat dari bambu. Sedangkan sekarang ini karena pengaruh modernisasi, rumah adat suku Betawi terbuat dari dinding tembok. Jika dulunya lantai rumah tradisional ini terbuat dari tanah, sekarang terbuat dari keramik atau plesteran semen. Rumah ini terlihat sederhana namun tetap terlihat apik dengan pagar kayu yang mengelilingi bangunan rumah. Mungkin inilah yang membuat rumah Betawi terlihat unik.
RUMAH ADAT SUMATERA Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.[1]. Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
RUMAH ADAT KALIMANTAN Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang. Panjangnya bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Setiap Rumah Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang [Pambakas Lewu]. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut di antaranya pada hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjang, yang lazim disebut Lou, Lamin, Betang, dan Lewu Hante.