LAPORAN PBL SISTEM INDRA KHUSUS MODUL GATAL
Tutor : dr. Kartono Ichwani, SpBK Kelompok 6 : -
Aisyah Aftita K Claudea Irene Erlisa Azizatul Faisal Muhammad Lara Meiza A Novan Fachrudin Riadhus Machfud Robi Fahlepi Yuka Puspita Eliya Nurhasanah
(2012730005) (2012730022) (2012730033) (2012730038) (2012730056) (2012730070) (2012730083) (2012730092) (2012730110) (2009730017)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini dibuat dengan maksud untuk melengkapi tugas Sistem Indra Khusus modul Gatal. Penulis mengetahui dan memahami bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Allah SWT, orang tua, tutor pembimbing yaitu dr. Tirta Prawita Sari,MSc,SpGK dan semua teman mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta prodi kedokteran angkatan 2012. Pada akhirnya penulis berharap laporan ini bisa menjadi tulisan yang bermanfaat untuk diri penulis sendiri maupun untuk para pembaca.
Jakarta, 14 November 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1 DAFTAR ISI............................................................................................................. 2 BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................... 3
1.1
Latar Belakang............................................................................................. 3
1.2
Tujuan Pembelajaran.................................................................................... 3
1.3
Skenario....................................................................................................... 3
1.4
Kata sulit...................................................................................................... 3
1.5
Kata/kalimat kunci........................................................................................ 4
1.6
Mind Map...................................................................................................... 4
1.7
Pertanyaan................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................ 6
BAB III KESIMPULAN............................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 28
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gatal (Pruritus) adalah suatu sensasi tidak nyaman pada kulit yang terasa seolah-olah ada sesuatu yang merayap di kulit dan membuat seseorang ingin menggaruk daerah yang terkena. Gatal bisa disebabkan oleh suatu penyakit kulit maupun penyakit sistemik. 1.2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini,mahasiswa diharapkan dapat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Menyebutkan anatomi kulit Menjelaskan histologi kulit Menjelaskan fisiologi kulit Menjelaskan patomekanisme terjadinya gatal Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala gatal Menjelaskan gambaran klinik yang menyertai penyakit-penyakit tersebut Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita pada penyakit-
penyakit tersebut 9. Menjelaskan komplikasi lain dari penyakit-penyakit tersebut 10. Menjabarkan masalah keluhan gatal pada masyarakat 11. Menjelaskan promotif dan preventif penyakit dengan keluhan gatal 1.3 Skenario Mahasiswa AB, 18 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar badan, dan sering gatal pada daerah-daerah tertentu, bila keadaan umum tidak stabil, dan stress. Disamping itu dalam keluargapun kadang-kadang ada yang menderita gatal. Sering tidak mengikuti kuliah seiring dengan bertambah beratnya gatal yang dirasakan terutama bila cuaca dingin dan panas sekali. Sering menarik diri dalam pergaulan. 1.4 Kata sulit 1.5 Kata/kalimat kunci -
AB 18 tahun 3
-
Keluhan gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik
-
pada sebagian besar badan Sering gatal daerah-daerah tertentu,bila keadaan umum tidak
-
stabil dan stress Keluarga kadang-kadang ada yang menderita gatal Sering tidak ikut kuliah karena gatal bertambah berat saat cuaca
-
dingin dan panas sekali Sering menarik diri dalam pergaulan
1.6 Mind Map
AD n a m n e s i s : G a t a l ” t i m b u l k e m e r a h a n d i s e r t a i s i s i k , BkD e l u a r g a a d a y a n g m e n d e r i t a g a t a l , b e r a t j i k a c u a c a d in g in d a n p a n a s s e k a li 1 8 t a h u n 1.7 Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5.
Jelaskan anatomi dan histologi kulit ! Jelaskan fisiologi kulit ! Jelaskan jenis efloresensi kulit ! Jelaskan mekanisme gatal disertai bercak kemerahan dan timbul sisik ! Jelaskan hubungan gatal dengan keadaan tidak stabil dan stress disertai hubungan
riwayat penyakit keluarga dengan pasien pada skenario ! 6. Jelaskan penyakit yang dapat menyebabkan gatal ! 7. Jelaskan alur diagnosis pada skenario ! 4
8. DD 1 (Psokoriasis) 9. DD 2 ( Pitiriasis rosea) 10. DD 3 ( Dermatitis seboroik) 11. Jelaskan penanganan pertama dan tindakan preventif dan promotif pada kasus di skenario !
5
I PEMBAHASAN
Anatomi dan histologi kulit
•
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu : ▫ Lapisan epidermis/ kutikel Stratum korneum / lapisan tanduk Stratum lusidum Stratum granulosum / lapisan keratohialin Stratum spinosum / stratum malphigi / pickle cell layer Stratum basale ▫ Lapisan dermis/ korium, kutis vera, true skin Pars papilare Pars retikulare ▫ Lapisan subkutis/ hipodermis
*Lapisan epidermis/ kutikel STRATUM KORNEUM/LAP TANDUK • Lapisan kulit yang paling luar • Terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati • Tidak berinti • Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin/zat tanduk • Terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin • •
STRATUM LUSIDUM Terdapat langsung di bawah lapisan korneum Lapisan sel terang 6
• • • • • • • • • • • • • • • • •
Lapisan sel gepeng tanpa inti Protoplasma yang berubah menjadi protein (elerdin) Hanya ada pada kulit yang tebal, tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki STRATUM GRANULOSUM/ LAPISAN KERATOHIALIN Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng Grainy (lapisan bulir padi) Sitoplasma berbutir kasar (keratohialin), terdapat inti diantaranya. Juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki. STRATUM SPINOSUM/ STRATUM MALPHIGI/ PICKLE CELL LAYER Terdiri dari 5-8 lapisan Lapisan yang paling tebal (0,2 mm) Sel berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Terdapat sel langerhans Lapisan ini memproduksi keratin Keratin merupakan protein yang tidak larut air – menjaga kelembaban kulit STRATUM BASALE Lapisan epidermis yang paling dalam, berkontak dengan dermis Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus/kolumnar Terdiri dari sel pembentuk melanin yang mengandung pigmen. Sel-sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif Lapisan Dermis ▫ Terdiri dari 2 bagian : Pars Papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pemb darah Pars Retikulare : banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut,
pemb darah, saraf, kolagen. Pada lapisan dermis : ▫ Berisi 3 jenis jaringan : Kolagen dan serat elastis, Otot, Saraf ▫ Mendapat suplai darah dan saraf ▫ Lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. ▫ Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri. ▫
Lap subkutis/ hipodermis
•
Merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Dalam lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening Melanocyte
•
Mampu memproduksi pigmen coklat, melanin
•
Melanin dapat menyerap sinar ultraviolet (UV)
•
Sinar UV light berisi energi tinggi foton yang dapat merusak DNA – mutasi 7
•
Melanin dapat mencegah kerusakan DNA, membantu mencegah kanker kulit Adneksa kulit 1.Kelenjar kulit : a. Kelenjar keringat (Glandula sudorifera) b. Kelenjar palit/minyak(Gl.Sebasea ) 2 KUKU 3 RAMBUT. 4.Organ sensoris: adanya ujung saraf sensoris di dermis dan sub kutis.
STRUKTUR ASESORIS KULIT
Kelenjar pada Kulit •
Terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus/ kelenjar minyak
•
Kelenjar keringat terbagi atas :
Kelenjar Ekrin
Kelenjar apokrin
Kelenjar ekrin •
Kelenjar kecil-kecil, letaknya dangkal, di lapisan dermis, bermuara di permukaan kulit.
•
Sekret encer ± 1,5 lt/24 jam
•
Udara panas dan kering, ± 6 lt/24 jam
•
Sekresi kelenjar ekrin dipengaruhi oleh stres emosional, faktor paanas dan saraf simpatis
•
Fungsinya untuk pengeluaran keringat, pengaturan suhu tubuh
8
Kelenjar apokrin •
Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental
•
Banyak terdapat pada axila, areola mamae, pubis, dan saluran telinga luar
•
Fungsi belum jelas Kelenjar sebasea (kelenjar minyak)
•
Terdapat di seluruh permukaan kulit kecuali di telapak tangan dan kaki
•
Terletak di samping akar rambut, bermuara pada folikel rambut
•
Fungsi : memberi lapisan lemak, bakteriostatik, menahan evaporasi
•
Masa remaja kelenjar sabasea lebih produktif Organ-organ sensoris
-
Badan badan Ruffini : rangsangan panas
-
Badan badan Krause : rangsangan dingin
-
Badan badan Meissner: rangsangan raba kuat/dalam
-
Badan badan Merkel Ranvier untuk: rangsangan raba halus
-
Badan badan Vater paccini : untuk tekanan
Fisiologi kulit o Fungsi Proteksi Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan : - fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan. - kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat - panas : radiasi, sengatan sinar UV - infeksi luar : bakteri, jamur Beberapa macam perlindungan : Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit) - Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. - Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
9
- Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur. o Fungsi Absorpsi Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar. o Fungsi Eksresi Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa. o Fungsi Presepsi Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik. - Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas - Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin - Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan - Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan - Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan o Fungsi Pengaturan suhu tubuh Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na) o Fungsi pembentukan pigmen Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes) o Fungsi Keratinasi Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. o Fungsi Pembentukan vitamin D Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan. 10
Jenis efloresensi Menurut PRAKKEN (1966) • Efloresensi primer • Efloresensi sekunder • Efloresensi primer dan sekunder Menurut SIEMENS (1958): •
Setinggi permukaan kulit
•
Bentuk peralihan, tidak terbatas pada permukaan kulit
•
Di atas permukaan kulit
•
Bentuk peralihan, tidak terbatas pada satu lapisan saja Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata Plak (plaque) : peninggian permukaan kulit yang luas di atas level kulit Nodul : massa padat sirkumskrip,terletak di kutan/subkutan, jika < 1 cm disebut nodulus. Vesicel : fluid-filled lesion (blister)< 0.5 cm diameter Pustula: Vesicle yang berisi nanah Bula : Vesikel yang berukuran lebih besar Skuama : Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit Erosi : Kehilangan jaringan kulit yang tidak melampaui stratum basal Eksoriasi : bila garukan lebih dalam sampai ujung papil, terlihat darah dan serum Krusta : Cairan badan yang mengering.Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik maupun benda asing
Mekanisme gatal timbul bercak kemerahan
11
MEKANISME GATAL DAN KE
Hubungan gatal bertambah berat saat keadaan tidak stabil dan stress Stress homeostasis gagal respon hormon Hipotalamus CRH (hipofisis anterior) ACTH Glukokortikoid
jika kadar banyak terisi efek pada sistem peradangan
(kortisol) Menekan peradangan dan imunitas
kortisol menghambat sel darah putih menghambat fungsi sel B dan T
Hubungan gatal bertambah berat bila cuaca panas dan dingin sekali Ujung saraf bebas mekanoreseptif sangat peka dan tberadaptasi cepat dalam menerima sinyal geli dan sensasi gatal. Ujung serabut saraf ini dapat dijumpai banyak sekali pada lapisan superfisial kulit, yang juga merupakan satu-satunya jaringan yang biasanya dapat menerima rangsangan gatal dan geli. Sensasi ini dijalarkan melalui serabut saraf C yang sangat kecil dan bermielin seperti serabut saraf yang dipaki untuk menjalarkan rasa nyeri tipe lambat, Reseptor ini hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrem. Pada umumnya, sinyal suhu dijalarkan dalam jaras yang paralel dengan jaras untuk sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam Traktus 12
Lissauersebanyak beberapa segmen di atas atau di bawah, dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks dorsalis. Sama seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sisi berlawanan dan akan berakhir di area retikular batang otak dan kompleks ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu dari kompleks ventrobasal akan dipancarkan menuju korteks somatosensorik serebri. Kemudian akan langsung berespon terhadap stimulus panas atau dingin yaitu berupa rasa gatal.
Bagaimana hubungan riwayat penyakit keluarga dengan gejala yang dialami saat ini? Salah satu etiologi dari gejala dari penyakit pada skenario yaitu faktor genetik terutama secara autosomal dominan, meskipun cara penurunan penyakit ini belum dimengerti sebelumnya.. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah satu orangtuanya menderita psoriasis risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe : 1. Psoriasis tipe 1 dengan awitan dini bersifat familial, berhubungan dengan antigen leukosit HLA-B13,B17,Bw57 dan Cw6. Hal ini meningkat 4x lipat pada penderita psoriasis. 2. Psoriasis tipe 2 dengan awitan lambat bersifat nonfamilial, berkaitan dengan HLA
-B27 dan Cw2. Penyakit – penyakit yang dapat menyebabkan gatal Dermatitis Eritroskuamosa o o o o o o o
Psoriasis Parapsoriasis Pitiriasis rosea Eritroderma Dermatitis seboroik Lupus eritematosus Dermatofitosis
Dermatitis o Dermatitis Kontak o Dermatitis Atopik o Neurodermatitis Sirkumskripta 13
o Dermatitis Numularis o Dermatitis Statis •
Eritroderma : Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90% -100%) biasanya disertai skuama.
•
Dermatitis numularis : Lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah dan basah
•
Dermatitis statis : Dermatitis sekunder akibat insufiensi kronik vena (hipertensi vena) tungkai bawah
•
Neurodermatitis : Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu akibat garukan atau gosokan yang berulang2
Alur diagnosis o Anamnesis o Pemeriksaan fisik Inspeksi Palpasi Tes sensitivitas o Pemeriksaan penunjang Lampu wood Kerokan / guntingan Biopsi kulit Tes tempel
PSORIASIS Psoriasis : Penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapislapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Ausitz, dan Kobner. Epidemiologi : Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di Amerika. Insidens pada pria agak lebih banyak dibanding dengan wanita. 14
Etiologi : 1. Genetik 2. Imunologik 3. Stress psikis 4. Infeksi fokal 5. Trauma 6. Endokrin dan gangguan metabolik 7. Obat-obatan 8. Alkohol 9. perokok Manifestasi klinis : 1. Gatal ringan, di tempat predileksi: skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku, lutut dan daerah lumbosakral 2. Kelainan kulit berupa eritema yang meninggi (plak) dengan skuama berlapism kasar dan berwarna putih. Bentuk klinis : 1. Psoriasis vulgaris 2. Psoriasis gutata 3. Psoriasis inversa (fleksural) 4. Psoriasis eksudativa 5. Psoriasis seboroik (seboriasis) 6. Psoriasis pustulosa •
Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber)
15
•
Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)
7. Eritroderma psoriatik Diagnosis : 1. Gambaran klinis 2. Histopatologi: parakeratosis dan akantosis, di stratum spinosum terdapat abses Munro 3. Fenomena lilin 4. Fenomena Auspitz 5. Fenomena Koebner Terapi : Pengobatan sistemik : Pengobatan sistemik: Kortikosteroid Obat sitostatik Levodopa DDS (diaminodifenilsulfon) Etretinat dan asitresin Siklosporin Terapi biologik Pengobatan topikal : Preparat ter Ditranol Pengobatan dengan penyinaran Calcipotriol
16
Tazaroten Emolien
PITIRIASIS ROSEA Pitiriasis Rosea : Penyakit kulit ringan dan dapat sembuh sendiri. Lesi berupa makula, papula eritematus berbentuk oval tertutup skuama tipis, sumbu sejajar pelipatan kulit. Epidemiologi dan etiologi :
Etiologi : tidak diketahui Umur : Menyerang semua umur terutama usia 15-40 tahun Jenis kelamin : Frekuensi yang sama pria dan wanita
Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit :
Bangsa : tidak mengenal ras dan etnik Musim/iklim : Banyak pada musim hujan Higiene : Tidak berpengaruh Keturunan : Tidak berpengaruh Lingkungan : Lebih sering pada cuaca dingin
Manifestasi Klinis :
Gatal ringan-sedang Lesi pertama ( Herald Patch ) : umumnya dibadan, solitary, berbentuk oval dan anula,
kira-kira 3 cm Makula berbentuk bulat lonjong,tepi meninggi, lekat pada tepi Lesi timbul serentak dan atau dalam beberapa hari. Tempat predileksi pada
badan,lengan atas bagian proksimal dan paha atas Didahului gejala prodromal ringan seperti badan lemah, sakit kepala dan sakit tenggorokan
Pemeriksaan kulit :
Lokalisasi : Dapat tersebar di seluruh tubuh,terutama pada tempat yang tertutup
pakaian. Efloresensi/sifat-sifatnya : Makula eritroskuamosa anular dan solitar,bentuk lonjong dengan tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral bersisik, agak berkeringat. Sumbu panjang lesi sesuai dengan garis lipatan kulit dan kadang-kadang 17
menyerupai gambaran pohon cemara. Lesi inisial (herald patch=medallion) biasanya solitar,bentuk oval,anular, berdiameter 2-6 cm. Jarang terdapat lebih dari 1 herald patch. Gambaran histopatologi : Tidak spesifik. Pada epidermis ditemukan spongiosis dan vesikel di atas lapisan malpigi dan subkornea, di samping itu terdapat juga parakeratosis. Pemeriksaan penunjang :
Karena dapat menyerupai sifilis stadium II, perlu dilakukan pemeriksaan serologis. Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10 %
Diagnosis Banding :
Dermatitis seboroika : Biasanya gatal; lesi eritematosa difus yang ditutupi skuama
halus/kasar. Tinea korporis : Biasanya bulat,polisiklis dan pinggirnya tampak aktif. Sifilis stadium II : Biasanya berupa eritema ditutupi oleh skuama berwarna coklat lembaga.
Penatalaksanaan : Sistemik : Anti gatal (antihistamin) seperti klotrime 3x1 tab Roborantia (vitamin B12) 1000 mg/hari Topikal : Bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2% atau mentol 1% Prognosis : Baik karena dapat sembuh dengan spontan biasanya dalam waktu 6 minggu.
DERMATITIS SEBOROIK Dermatitis seboroik adalah papuloskuamosa kronis pada area yang banyak mengandung kelenjar minyak (sabasea) Epidemiologi : Penyakit ini banyak ditemukan pada balita, remaja dan orang dewasa. Ditemukan lebih pada laki-laki dibanding wanita. Etiologi : Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya Jamur Malassezia (Pityrosporum ovale), kelainan imunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentasan pasien. 18
Manifestasi klinis : Klasifikasi berdasarkan usia : Remaja dan dewasa 1 Skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada 2
lipatan nasolabial atau pada belakang telinga Scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat
stress atau kurang tidur Bayi 1. Skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap) 2. Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning 3. Terkait dengan defisiensi imun 4. Gejala timbul pada minggu ke 3-4 Pemeriksaan penunjang : Histopatologi Dermatitis seboroik akut dan sub akut ditemukan infiltrat perivaskuler supervisial dari limfosit dab histiosit jarang, spongiosis ringan sampai sedang, hiperplasia psoriasiform ringan, terdapat neutrofil pada ujung ostia folikuler Dermatitis kronik dijumpai kapiler dan vena kecil yang berdilatasi pada pleksus superfisial Terapi : Perhatikan faktor predisposisi ( stress emosional dan kurang tidur, diet, kebersihan) Terapi sistemik 1
Antihistamin H1
2
Kortikosteroid oral
3
Antibiotik
4
Antijamur
Prognosis : Baik bila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan. Tetapi penyakit ini sukar untuk disembuhkan meskipun terkontrol.
Penanganan pertama dan tindakan preventif pada kasus di skenario ! 19
A. PENANGANAN PERTAMA Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis sambil berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus a. PengobatanTopikal Preparat Ter Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang.Preparat ter berguna pada keadaan bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
Fosil, misalnya iktiol. Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara,sebaliknyapsoriasis akut dipilih ter dari kayu.Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-5 %.
Kortikosteroid Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan kasus psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus
digunakan
pada
fase
akut
dan
sebagai
pengobatan
maintenance.Kortikosteroid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping. Efek samping berupa atrofi, erupsi akneformis, striae, 20
telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal. Kadangkadang pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum kortisol.
Ditranol (antralin) Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus. Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8 % dalam pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3 minggu.
Calcipotriol Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula terlihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
Tazaroten Merupakan molekul retinoid acetilinat topikal, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi pertanda differensiasi keratinosit dan menghambat pertanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
Emolien Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis. 21
b. PengobatanSistemik Kortikosteroid Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.
Sitostatik Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah untuk Psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Yang diberikan dengan dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya. Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya. Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih
efektif
dalam
limfoid.Kontraindikasinya
menghambat ialah
kelainan
proliferasi hepar,
ginjal,
sel-sel sistem
hematopoietik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis portal dan sirosis hepatik.
DDS
22
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe Barber dengan dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.
Etretinat (tegison, tigason) Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium hiperproliferasi.Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal. Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti menghambat netrofil.Dosisnya
bervariasi
:
pada
bulan
pertama
diberikan
1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari.Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.
Asitretin (neotigason) Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai monoterapi sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita anak-anak dan wanita usia produktif.
Siklosporin A Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan. 23
Eritromisin Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus
dapat
dipertimbangkan
untuk
pemeriksaan
kultur
tenggorokan. c. Fototerapi Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis.Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain.Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.Efek samping dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala. Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih kontroversial. B. PENCEGAHAN Kurangi stress emotional Hindari obat-obatan Hindari alkohol dan rokok Gunakan pelembab pada cuaca dingin Mandi setiap hari Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan
24
BAB III
KESIMPULAN
Menurut kelompok kami berdasarkan gejala yang dikeluhkan pasien yaitu keluhan gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar badan, dan sering gatal pada daerah-daerah tertentu, keadaan umum tidak stabil, dan stress. Dikeluarga ada yang menderita gatal serta keluhan bertambah beratnya terutama bila cuaca dingin dan panas sekali,maka kelompok kami menyimpulkan pasien menderita Psoriasis, namun untuk memperjelas diagnosis kelompok kami,kami membutuhkan adanya pemeriksaan penunjang untuk memastikannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi dkk. 2008. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
26