METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN POS PANTAU DALAM RANGKA PEMANTAUAN KELANCARAN ARUS BARANG DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK PT. NADE ONGIS
DAFTAR ISI : A. TINJAUAN UMUM A1. Informasi proyek A2. Lokasi Proyek (site plan) A3. Lingkup Pekerjaan B. METODE PELAKSANAAN B1. URAIAN METODE PELAKSANAAN B2. ANALISA KAPASITAS PRODUKSI B3. KENDALI MUTU (RENCANA MANAJEMEN MUTU) B4. METODE KESELAMATAN KERJA
A. TINJAUAN UMUM A1. NFORMASI PROYEK Pekerjaan
: Pembangunan Pos Pantau Dalam Rangka Pemantauan Kelancaran Arus Barang Di Pelabuhan Nama Tanjung Priok
Lokasi Pekerjaan
: Pelabuhan Utama Tanjung Priok
Pemilik Pekerjaan/Owner
: Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Direktorat Jendral Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan
Nilai HPS Paket Waktu Pelaksanaan
Jalan Medan Merdeka barat No.8 : Rp. 2.473.065.000,00 : 180 Hari Kalender (6 bulan)
A2. LOKASI PROYEK
A3. LINGKUP PEKERJAAN a. Pekerjaan Persiapan meliputi : - Mobilisasi dan Lifting Kontainer b. Pekerjaan Struktur - Pemasangan Chemical Achor M12x110 - Pekerjaan Cor Pondasi Pedestal c. Pekejaan Pekerjaan Kontainer - Pemesanan Kontainer Ex logistik 20 feet - Pengecatan Kontainer - Perbaikan Kontainer d. Pekerjaan Arsitektur - Pekerjaan Laintai - Pekerjaan Dinding - Pekerjaan Plafond - Pekerjaan Sanitair - Pekerjaan Kusen dan Pintu Jendela e. Pekerjaan ME - Pekerjaan Mekanikal Elektrikal - Pekerjaan Plumbing Tahapan pelaksanaan berdasarkan jenis pekerjaan untuk masing-masing item pekerjaan secara umum ditampilkan didalam satu bagan alir (flowchart) diawal uraian pelaksanaan berikutnya.
B. METODE PELAKSANAAN Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pekerjaan PEMBANGUNAN POS PANTAU DALAM RANGKA PEMANTAUAN KELANCARAN ARUS BARANG DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negar (APBN) Direktorat Jendral Perhubungan Laut Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Tahun Anggaran 2016. Adapun pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan melalui beberapa tahap/proses, yang nantinya akan menunjuk satu badan usaha untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, sesuai dengan Rencana Kerja yang telah ditetapkan. Tugas/sasaran utama dalam pelaksanaan konstruksi ini adalah mencapai sasaran yang diinginkan, yakni mencakup : 1. Tercapainya Kualitas Pekerjaan, dimana hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kualitas teknik yang diinginkan. 2. Fungsi Bangunan yang Optimal, dalam hal ini bangunan konstruksi yang dibuat sesuai dengan dimensi yang direncanakan dan dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. 3. Pengendalian Ketepatan Waktu Pelaksanaan, dimana pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal kontrak yang telah ditetapkan. 4. Pengendalian Biaya Pekerjaan, biaya pekerjaan sesuai dengan kuantitas dan kualitas bangunan yang dibuat dan secara keseluruhan tidak melampauai dana yang telah disediakan. 5. Ketepatan Cara Pelaksanaan, dilakukan dengan cara yang tepat. 6. Terjaminnya Keselamatan Kerja, dapat terjaga dengan baik. 7. Hasil Akhir Pelaksanaan, diselesaikan dengan rapih. 8. Diterima Lingkungan, tidak mengganggu lingkungan.
Dibawah ini tampilam flowchart untuk pekerjaan: 1. General flow chart keseluruhan proyek
2. Detail flow chart Pekerjaan Struktur
3. Detail Flow Chart Pekerjaan Arsitektur
URAIAN SINGKAT METODE PELAKSANAAN UNTUK PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN PERSIAPAN Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal keberhasilan suatu proyek, dalam tahap persiapan sangat berpengaruh langsung pada pelaksanaan proyek selanjutnya dikarenakan dalam proses persiapan ini menunjukan kesiapan dan kemampuan suatu perusahaan dalam pengelolaan proyek.
Tahapan persiapan terbagi menjadi 3 bagian utama meliputi hal hal
dibawah ini.
Land Surveyor (pengukuran & Pemetaan) Pengukuran site, pematokan, setting out as bangunan, posisi bangunan dan garis batas bangunan. Sebagai level referensi, patok yang ada di lapangan digunakan sebagai referensi. Patok permanen dibuat dari beton, dan diikat serta ditandai dengan teliti, dan dijaga sampai akhir pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Titik referensi ini merupakan referensi semua pengukuran level bangunan dan site. Pengukuran titik dan level lainnya dikerjakan secara teliti menggunakan alat water-level dan theodolite yang telah dikalibrasi. Kontraktor harus memberitahu kepada Pengawas secara tertulis setiap ketidaksesuaian antara gambar dan kondisi site dan jika menemui keraguan atas patok referensi. Kontraktor bertanggung-jawab atas semua hasil pengukuran. Pengawasan yang dilakukan oleh Pengawas resmi tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor. Proteksi sementara pada batas lahan, struktur, patok dan tugu pengukuran. Pembersihan lapangan dan grubbing sebelum pelaksanaan pekerjaan. Selama pekerjaan, Kontraktor harus memelihara kebersihan site dan mengatur penimbunan tanah, bahan, alat, untuk memungkinkan kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Setelah pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus ihkan site dari sisa material dan melakukan demobilisasi peralatan dari site proyek. Pekerjaan pembersihan harus disetujui Pengawas sebelum penyerahan pekerjaan.
Pengadaan dan mobilisasi. Tahap awal untuk proyek dapat terlaksana tentunya elemen-elemen pelaksanaan harus diadakan dan siap untuk bekerja. Tahapan ini termasuk dengan serah terima lapangan dengan pemilik pekerjaan, perijinan dan mobilisasi sumber daya. Di tahapan ini jadwal mobilisasi sudah harus fix dan menjadi pegangan pelaksana proyek. Akses mobilisasi material yang dibutuhkan perlu strategi jelas dan keputusan yang tepat, dalam pelaksanaan ini yaitu mengingat kondisi waktu yang sangat terbatas, hal ini perlu perhatian yang serius kapan harus mulai ditentukan mobilitasnya sehingga tiba di site sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Aspek tahapan ini sangat berpengaruh terhadap kesinambungan pekerjaan kedepannya karena menunjukan kesiapan dari semua unsur yang terkait seperti Owner, Konsultan Pengawas dan Kontraktor. Daftar Personil Inti yang akan dimobilisasi pada tahap awal pekerjaan terdiri dari : 1. Pimpinan Proyek/Site Manager 2. Pelaksana 3. Pelaksana ME Personil pendukung akan dimobilisasi pada tahap berikutnya sesuai dengan kebutuhan terdiri dari : 1. Drafter 2. Mandor Mekanikal Elektrikal 3. Kepala Tukang 4. Tukang Gali 5. Tukang Batu 6. Tukang Besi 7. Tukang kayu 8. Tukang Baja 9. Pembantu Tukang
Project Site Plan &Fasilitas penunjang operasional Fasilitas yang akan diadakan sebagai sarana penunjang operasional akan mencakup pada hal dibawah ini : 1. Fasilitas akomodasi bagi pelaksana proyek dan tenaga supaya tercapai efisiensi dari segi waktu perlu dibuatkan sarana pemondokan atau barak. Perhitungan dengan kuantitas yang akan berlangsung di lokasi pekerjaan diperlukan barak pekerja dengan ukuran minimum 4 m x 10 m untuk kapasitas maksimum 25 personil/tenaga. Sementara untuk key personnel disediakan sarana akomodasi sekitar lokasi. 2. Direksi Keet sebagai kantor lapangan diperlukan untuk pengawasan dan site office dan meeting koordinasi yang rutin setiap minggu ataupun setiap bulannya. Direksi keet diperlukan dengan luasan minimum
3 m
x
4 m
ditunjang dengan sarana kursi dan meja dan buku tamu sebagai korespendensi di lapangan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. 3. Fasilitas penyimpanan material dan workshop adalah penunjang proyek untuk mengamankan peralatan kerja dari cuaca maka workshop minimum keperluan gudang sekitar 18 M2 dengan lahan untuk material curah ditempatkan sekitar bangunan yang tidak mengganggu akses mobilitas itu sendiri selain itu gudang/ workshop harus dibuat sedemikian rupa tidak terganggu oleh cuaca dan aman terhadap bahaya-bahaya lainnya yang akan terjadi. Persiapan terpal harus terencana mengingat akan memasuki musim penghujan nantinya. 4. Sarana Air bersih dan drainase serta penerangan kerja diperlukan untuk mengantisipasi pekerjaan malam bila diperlukan dan penerangan keseharian yang diperlukan. 5. Keamanan sangat diperlukan mengingat lahan yang luas dan terbuka akan memudahkan hal-hal yang tidak terduga bisa terjadi. Perlunya koordinasi dengan pihak berwenang dan warga setempat sangat dibutuhkan
6. istrasi dan dokumentasi sebagai bahan pelaporan harian mingguan dan bulanan.
Pekerjaan Pembersihan Lahan Pembersihan lahan tidak semata-mata menghilangkan ganguan-gangguan fisik areal seperti akar pohon atau batu-batu besar atau bangunan lama saja tetapi lebih mendalam lagi adalah
tanah jelek (humus)/ gambut Secara teknis tanah jelek/gambut harus dibuang keluar karena akan mempengaruhi daya dukung tanah untuk pondasi. Maka perlu penanganan khusus dalam pembersihan area bangunan yaitu dengan membuang tanah yang jelek sampai kedalaman 10 - 15 cm. Pembersihan area site tidak terjadi hanya di awal pekerjaan saja tetapi secara berkala dan menjadi kegiatan rutinitas proyek itu sendiri Perlunya penataan lokasi untuk tempat pembuangan sementara baik puing atau sampah sangat diperlukan dimana rutinitas atau kegiatan proyek tidak terganggu oleh penumpukan-penumpukan yang tidak beraturan . Selain dari pekerjaan pemancangan minipile yang akan ilakasnaka berurutan (alat pancang yang digunakan 1 set ) semua pekerjaan untuk masing – masing bangunan dikerjakan serentak, Untuk setiap tipikel pekerjaan seperti uraian bagan alir (general flow chart) berikut
B1. METODE PELAKASANAAN PEMBANGUNAN POS PANTAU Pekerjaan ini meliputi : B1.1.1 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI ALAT Untuk mobilisasi alat,khususnya untuk alat Cran dan borepile menggunaka jenis angkutan trailer,dengan tipe trailer disesuaikan berdasar jumlah kebutuhan alat yang mau diangkut. Begitu juga Demobilsasi alat,memperhitungkan jumlah alat yang mau diangkut serta kondisi jalan dan traffic lalu lintas dilokasi proyek B1.1.2 PEKERJAAN STRUKTUR - PEKERJAAN COR PONDASI PEDESTAL BETON K250
Untuk melaksanakan pekerjaan beton dengan mutu Beton K 250 atau setara dengan kuat tekan 21.7 Mpa,dengan metode sitemix atau secara manual mencampurkan bahan bahan semen,pasir,kerikil dan air.hal ini diperlukan ketepatan. Berikut komposisi yang disarankan berdasarkan SNI DT – 91 – 0008 – 2007 tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton.
Mutu beton 21. 7 Mp a
Semen (Kg)
Pasir (Kg)
Keriki l (Kg)
Air (liter)
w/c Ratio
384
692
1039
215
0.56
Bahan bahan yang digunakan dalam campuran bias menggunakan jenis matrial yang ada di pasaran,karena jenis beton mutuk K 250 bukan termasuk beton mutu tinggi yang harus didesign secara berbeda untuk pelaksanaan dan pengawasan. a. Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah : -
Pondasi beton
-
Sesuai dengan gambar perencanaan.
b. Persyaratan Umum : -
Beton tak bertulang dengan spesi 1Pc : 3Ps : 6Split
-
Beton bertulang spesi 1Pc : 2Ps : 3Split atau mutu K.225 (Struktur).
-
Pembuatan cetakan beton. D
-
Konstruksi
harus
menggunakan
peralatan-peralatan/normalisasi
yang berlaku di Indonesia seperti PBI, SNI, PMI, PKKI dan lain-lain. c. Bahan-bahan -
Bahan menggunakan adukan beton adukan ditempat dengan memakai molen, kontrol mutu sesuai dengan spesifikasi di bawah ini : 1) Agregat beton a) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet Sistem Stone Crusher.
b) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33. c) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
d)
Sistem
penyimpanan
harus
sedemikian
rupa
agar
memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak dinginkan. e) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %. -
Agregat kasar a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butirbutir yang kasar, tidak berpori dan berbentuk kubus. b) Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya. c) Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55. d) Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis , zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton.
-
Agregat halus a) Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal dan memenuhi persyaratan sebagai agregat halus untuk campuran beton. b) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali dan substansi-substansi yang merusak beton. c) Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5 %. d) Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton. e) Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras. f) Cara dan
penyimpanan
harus
sedemikian
rupa
agar
menjamin
kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak dinginkan. -
(Portland Cement) a) Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan NI-8 bab 3.2 PC type I. b) Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton. c) Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus
dalam
jumlah
sesuai
urutan
pengirimannya.
d)
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan. e) Pembesian f) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga
bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. g) Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran masingmasing besi penulangan rangka maupun besibesi penulangan bergelombang (Deformed bar) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.7. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis 8 h) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi atau dengan bahan cairan sejenis “Vikaoxy off” yang disetujui Pengawas. i) Direksi atau Pengawas berhak untuk memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5 % dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan. j) Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U – 39 dan Baja lunak U – 24 sesuai SNI 03-2847-2002. -
Kawat pengikat a) Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 bab 3.7.
-
Air a) Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 bab 3.6. b) Sebelum air untuk pengecoran digunakan harus terlebih dahulu diperiksakan pada laboratorium PAM / PDAM setempat
yang
disetujui
pengawas
dan
biaya
sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor. c) Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri. d) Additive e) Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi bila diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan additive POZZOLITH 300 R atau yang
setaraf.
f)
Bahan
tersebut
harus
disetujui
oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. Additive yang mengandung Chloride atau Nitrat tidak boleh digunakan d. Pelaksanaan -
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan Trial test atau mixed design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan, “deviasi
standar” yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan. -
Pengecoran beton 1) Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. Permohonan ijin rencana pengecoran
harus
diserahkan
paling
lambat
2
(dua)
hari
sebelumnya. 2) Sebelum pengecoran dimulai Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balokbalok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan bata maupun pekerjaan instalasi. 3) Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan angker-angker dipasang dengan jarak setiap 1 meter. 4) Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksaan pekerjaan stekan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. 5) Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu. 6) Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. 7) Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebaganya, harus mendapat persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. 8) Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. 9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter. 10) Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan
yang
baru
dituang.
11)
Penggetaran
tidak
boleh
dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “Initialset” atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis 9 12) Semua
pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah. 13) Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikelpertikel yang terlepas samapi suatau kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. 14) Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan. -
Pemadatan beton 1) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkat dan menuang beton dengan
kekentalan
secukupnya
agar
beton
padat
tanpa
menggetarkan secara berlebihan. 2) Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat mekanis (internal / eksternal
vibrator),
kecuali
jika
Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan mengijinkan pemadatan dengan tenaga manusia, maka dapat dilakukan denan cara memukul mukul acuan dari luar, mencocol atau menusuk – nusuk adukan beton secara kontinyu. 3) Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga / pemisahan bahan - bahan dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima. 4) Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton. 5) Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar frekuensi tinggi 0,2 cm agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. 6) Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan
sesuai
dengan
petunjuk
Direksi/Pengawas
Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. -
Slump (kekentalan beton) Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971.
- ANGKUR , PLAT LANDASAN dan GROUTING: fungsi angkur adalah untuk pengaku kolom dan pemegan balok kepada kolom,angkur yang digunakan
pada pekerjaan stasiun palmerah adalah angkur yang di pasang berbarengan dengan pekerjaan pengecoran.berikut adalah cara pemasangan angkur :
Terlebih dahulu menentukan as kolom
Siapkan angkur dan asesorisnya
Perkuatan bekisting dan cek leveling
Angkur dimasukan sedalam min 20cm sesuai dengan aturan dan spesifikasi yang diminta
Ankur di las ke tulangan kolom dan di beri pengaku agar sewaktu pengecoran tetap pada posisi as
Setelah pengecoran selasai pemberian plat landasan dengan tebal variable sesuai dengan gambar kerja
Pengecakan leveling pada plat landasa (baseplate/endplate)
Setalah pemberian plat landasan (baseplate/end plate) maka dilakukan grouting dengan menggunakan produk grouting yang tersedia di pasaran.
Pemberian grouting dimaksudkan untuk pencegahan tekanan struktur pada kolom dan mencegah penurunan level bangunan.karna mutu grouting bisa mencapai K500
- PENGELASAN : pekerjaan pengelasan sangat perlu di awasi oleh MK,karna proses ini adalah penyambungan struktur, dalam pekerjaan pengelasan beberapa alat yang dibutuhkan sebagai berikut :
Generator / Genset Onvomer/ Trafo las Kabel las + Stang las (handle) Topeng las Kawat las : Kawat las yang biasa dipakai ada 3 jenis : Diameter 2,6 mm untuk Pelat baja tipis, diameter 3,2 mm, dan 4,0 mm untuk plat baja yang lebih tebal Selain itu type Kawat RD 460 dan RD 260, yang biasa dipakai adalah type RD 460. Energi / daya yang digunakan untuk pengelasan yang sempurna : Untuk kawat
diameter 2,6 mm adalah 3.000 Watt - 8.000 Watt, Untuk kawat diamater 3,2 dan 4,0 mm adalah 5.000 Watt - 12000 Watt Dihindarkan adanya pengelasan pokok setelah kap baja terpasang terhadap bahaya keruntuhan Yang sangat penting untuk hasil yang ingin kita capai dalam melas konstruksi baja, ialah cara melas, dimana yang perlu diperhatikan adalah keserbasamaan (keseragaman) dan rupa las, serta kematangan pengelasan. Setelah pengelasan biasanya akan timbul kerak-kerak las ini harus dibersihkan dengan cara diketok-ketok dengan palu (hammer). Gambar dibawah menjelaskan secara visual bagaimana melakukan pengelasan yang benar
B1.1.2 PEKERJAAN KONTAINER A. Pemesanan Kontainer 20 feet Pada umumnya container sudah memiliki ukuran standart internasional, salah satunya “Container 20 ft” seperti terlihat pada gambar berikut. artinya panjang dari container tersebut adalah 20 ft. untuk ukuran lebar dan tingginya biasanya hampir sama, perbedaannya hanya pada panjang container tersebut. secara umum yang banyak kita temukan asalah container dengan ukuran 20 ft dan 40 ft.
Exterior
Interior
Weight
Type Length
20′-0”
Width
8′-0”
Height
Length
Width
Height
8′-6”
19′-4 13/16”
7′-8 19/32”
7′-9 57/64”
20′ Steel Dry Cargo Container 6.058m
2.438m
2.591m
5.898m
2.352m
Door Opening
Gross Weight
Tare Weight
Net Weight
52,910lb
5,140lb
47,770lb
67,200lb
5,290lb
61,910lb
24,000kg
2,330kg
21,670kg
2.385m 30,480kg
Width
Height
7′-8 1/8”
7′-5 3/4”
2.343m
2.280m
2,400kg 28,080kg
Kondisi Container secondhand 20 feet harus layak pakai atau minila rekondisi 85%. Pengerjaan. Proses Pembuatan atau Modifikasi Kontainer harus di lakukan di Workshop Kontraktor ataupun rekanan Kontraktor Penyedia Kontainer Bekas Sesuai Gambar yang telah di sepakati dengan Penyedia Jasa. Setelah Proses Modifikasi Kontainer selesai Kontraktor berkewajiban membuat laporan dan koordinasi kepada Pengguna Jasa Untuk Proses Pemindahan dan Pemasangan di lokasi yang akan ditempatkan.
B. Pekerjaan Cat Duco a. Bahan 1. Cat Dasar (Primer) dan Cat Antara (Under Coat) Cat dasar dan cat antara harus memenuhi syarat antara lain : sewaktu kaleng (tempat meni besi) dibuka keadaan meni tidak boleh : mengulit, mengandung banyak endapan, menggumpal, mengeras, adanya pemisahan warna dan bahan asing lainnya dalam waktu maksimum 10 menit harus dapat mudah diaduk dengan pengaduk menjadi campuran serba sama, bila perlu dapat ditambahkan pengencer sebanyak 10%. cat sewaktu diterima harus mudah diulaskan dan mengalir rata pada permukaan yang licin dan tegak. Lapisan cat kering harus rata, kusam atau kilat telur, tidak kisut dan tidak turun. Persyaratan dan cara uji lengkap lihat SNI. 0087-1987-A “Mutu Cara Uji Cat Dasar Meni Besi untuk Besi dan Baja”. 2. Cat Tutup (Top Coat)
Tipe cat tutup memakai pengecer organik (alkyd, vinyl, epoxy, minyak, phenolic, rubberbash, polyurethan, dan acrylic). Persyaratan cat tutup dapat, sebagai berikut: a) gel tidak boleh ada; b) endapan keras kering tidak boleh ada; c) waktu pengeringan (kering permukaan). Maksimum (6jam) b. Peralatan Alat-alat yang digunakan untuk pengecetan : a) b) c) d) e) f)
Kwas atau alat semprot angin Sikat kawat dan lap Pengaduk ternuat dari kayu atau besi kertas ampelas besi No. 0-3 atau ampelas Duco No. 120-800 kaleng kosong yang sudah dibersihkan persiapkan semua alat-alat tersebut dalam keadaan bersih dan kering
c. Pelaksanaan Pengecatan 1. Pengecetan Besi dan Baja Baru (belum pernah dicat) a) bersihkan semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya dengan cara mencuci dengan “white spririt” atau solvent lain yang cocok, kemudian dilap dengan kain bersih; b) hilangkan semua karat dan kerok dengan cara mengeruk atau menggosok dengan sikat kawat bila perle dengan sand blasting; c) setelah itu berilah cat dasar dan harus dijaga jangan sampai terkotori lapis debu, kotoran, minyak, lemak, dan sebagainya sebelum diberi cat antara dan cat tutup; d) bagian-bagian logam dimana cat dasarnya sudah cacat harus disikat dengan sikat kawat atau dikerok untuk menghilangkan kawat. Kemudian barilah cat dasar seperti tersebut diatas; 2. Pengecetan Besi dan Baja yang Sudah Pernah Dicat. a) Bersihkan permukaan dari debu, kotoran, minyak, lemak dan sebagainya b) Hilangkan bagian – bagian cat yang telah berkurang daya lekatnya atau yang telah rusak dengan cara mengerok dengan sikat kawat c) Bila perlu keroklah seluruh permukaan sampai bersih dari semua karat dan kerok dengan “Sand Blasting” d) Setelah itu berilah cat dasar dan cat antara sebelum diberi cat tutup.
3. Pengecetan Seng dan Besi/Baja Galvanis
a) Permukaan – permukaan yang digalvanis, jika masih baru tidak memberi pegangan yang baik untuk berbagai macam cat. b) Keadaan akan menjadi lebih baik bila dibiarkan beberapa bulan lamanya, tetapi bila harus mengecat segera, permukaannya perlu dikasarkan dahulu dengan bahan kimia atau diberi cat dasar Khusus. c) bersihkan permukaan yang akan dicat dari debu/kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya. d) Dalam melakukan hal diatas jangan sampai merusak lapisan seng Bagian bagian yang telah bersih dari cat lama segera diberi cat dasar Khusus.
B1.2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
1. Pekerjaan Lantai : a. Lingkup Pekerjaan meliputi : - Pekerjaan lantai keramik seperti yang ditunjukkan pada gambar kerja. - Meratakan dengan pasir dengan ketebalan sesuai gambar kerja. - Membuat landasan lantai keramik dari beton rabat 1:3:5 tebal 5 cm. d. Pemasangan ubin lantai dengan keramik 40/40 cm (ruang utama), 30/30 cm tekstur kasar (selasar), 20/20 cm (lantai KM/WC), 20/20 cm (keramik dinding) sekualitas ASIA TILE, - Pembuatan liskol / plint lantai tinggi 10 cm. b. Syarat Pelaksanaan Pekerjaan : - Secara keseluruhan ubin pada lantai digunakan ubin keramik 30/30 dengan kualitas baik dan telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Owner atau Direksi. - sebelum lantai keramik dipasang, lantai di floor setebal 7 cm atau pembuatan lantai kerja sesuai bestek/gambar perencanaan. - Setelah keramik terpasang dengan baik dan telah mendapat persetujuan secara tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan dinyatakan baik, baru dapat dimulai pekerjaan pengolotan (cor nat ubin dengan Pc) hingga menghasilkan nat-nat yang sama lebarnya dan rata. Sebelum pekerjaan pembersihan kolotan selesai, maka pekerjaan pembersihan kolotan harus tetap diteruskan hingga betul-betul bersih walaupun jam kerja telah usai. Penundaan pembersihan sisa kolotan akan berakibat sulitnya pembersihan sisa semen tersebut.
-
Seluruh bidang-bidang permukaan ubin setelah terpasang harus datar, nat-natnya merupakan garis lurus vertikal/horisontal.
-
Pemasangan keramik dapat dilaksanakan pemasangan atap dan plafond selesai.
setelah
Ubin yang akan digunakan harus telah mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan. 2. Pekerjaan pintu jendela kaca Pekerjaaan pintu jendela kaca almunium : sebelum melakukan pabrikasi almunium,hal yang pertama adalah disiapkan bahan bahan dahulu,meliputi : sealeant, semen mortar, almunium yang sudah di pabrikasi sebelumnya,kaca yang sudah di pabrikasi sebelumnya, fisher,skrup, isolasi plastic. Dan beberapa alat kerja yang diperlukan untuk pemasangan pintu jendela kaca meliputi : obeng, bor tembok serta asesoris lainnya. Berikut adalah urutan pelakasanaan pemasangan pintu kusen jendela dan kaca
Pada saat pemasangan dinding entah itu batu bata atau gypsum maka harus kita persiapkan lobang kusen agar tidak perlu melakukan pembongkaran,
ukuran
lobang
disesuaikan
dengan
ukuran
kusen
ditambah 1 cm untuk tempat sealent.
Lalu kita masukan kusen kedalam lobang, mengatur agar posisinya pas dengan menggunakan alat beji, setelah posisi pas maka kita stel kelurusan kusen dengan dinding, ketegakan dan kedataran sampai benar-benar bagus.
Kita buat lobang untuk tempat skrup pada dinding melalui lobang kusen dengan menggunakan alat bor, kemudian kita masukan fischer kedalam lobang bor yang telah kita buat. lalu kita ambil obeng untuk mengencangkan fischer.
Kita siapkan daun pintu atau jendela yang sudah dirangkai penuh, misalnya sudah terpasang kaca dengan sempurna.
Daun pintu atau jendela tersebut kita masukan ke lobang kusen, kemudian kita pasang semua aksesorisnya seperti engsel, roda, rel, hendle, door closer dan yang lainya.
Kemudian kita lakukan finishing tembok dengan menggunakan bahan mortar/ semen dan sealent. pengisian dilakukan sampai tertutup semua celah antara dinding dan kusen.
Selama proses pelaksanaan pembangunan berlangsung maka rawan terjadi goresan atau benturan sehingga terjadi kerusakan kusen. oleh karena itu kita buat pelindung dengan bahan isolaso plastik atau kertas.
a. Bahan Bahan bahan yang digunaka meliputi -
Almunium Anodize
-
Ukuran 3inch
-
Setara Alexindo,alcomex
-
Kaca 5mm mulia
-
Casmen
-
Sealent
b. Pelaksanaan Tata cara pelaksaaan pekerjaan almunium di jelaskan sebagai berikut : -
Kontraktor harus memberikan contoh jenis almunium yang ingin dikerjakan
-
Jenis almunium yang diberikan harus sesuai dengan kontrak yang sudah di setujui
-
Pabrikasi dilakukan di workshop pembuatan container dengan ukuran sesuai dengan opening kusen pintu jendela
Almunium yang sdah dipasang harus di sealent dengan sealent type basa agar tahan terhadap cuaca luar. 3. Pekerjaan plafond Pekerjaan Plafond biasanya terdiri dari 2 bagian yaitu pekerjaan rangka dan plafond gypsum + finishing Didalam pekerjaan plafond
Pemasangan
seluruh instalasi elektrikal telah
terpasang. Langkah pekerjaan adalah penyusunan rangka metal furing sebagai struktur plafond harus kuat dan leveling rata. tidak bergelombang. Kontrol sebelum papan gypsum dipasang Supervisor akan mengecek level dan ketinggian dan semua intalasi telah terpasang dengan baik baru akan ditutup papan gypsum yang selanjutnya akan difinish setiap sambungan memakai compound . List plafond akan menyesuaikan kondisi lapangan atas persetujuan direksi lapangan. Plafond dikerjakan oleh spesialis manpower karena tidak semua pekerja memahami system dalam pekerjaan plafond. Semua produk baik rangka ataupun gypsum akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan direksi lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Pelaksanaan Pekerjaan – Pekerjaan Plafond dimulai setelah pemasangan dinding + Plasteran selesai 75% dan pekerjaan instalasi listrik selesai 100%. Berikut dibawah adalah skematik dari proses pemasangan plafond
B1.3 PEKERJAAN ME dan PLUMBING 1. Peraturan Umum A. Peraturan Pemasangan Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan‐peraturan sebagai berikut: 1. PUIL Tahun ‐ 2000 2. A V E 3. National Fire Protection Association (NFPA) 4. Petunjuk dari Pabrik Pembuat Peralatan. 5. Fire Office Comitte (FOC) 6. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN, PERUMTEL, Dit.Jen.Bina Lindung. 7. Pedoman Plumbing Indonesia ( SNI PLUMBING – 2000 ) 8. Keputusan Menteri P.U. No.02/KPTS/1985. Pekerjaan Instalasi ini harus dilaksanakan oleh: 1. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari instansi yang berwenang dan telah biasa mengerjakannya dan suatu daftar eferensi pemasangan harus dilampirkan dalam surat penawaran. 2. Khusus untuk izin dari Instansi PDAM/PLN (PAS PDAM/PLN dengan kelas yang sesuai) diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan lain yang telah memiliki PAS PDAM/PLN yang dimaksud) B. Gambar – Gambar 1. Gambar ‐ gambar rencana dan persyaratan ‐ persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya. 2. Gambar ‐ gambar sistim ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/main‐tenance jika peralatan‐ peralatan sudah dioperasikan. 3. Gambar ‐ gambar Arsitek dan Struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi. 4. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada Direksi/Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan gambar ‐ gambar tersebut, Pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini. 5. Pemborong instalasi ini harus membuat gambar ‐ gambar instalasi terpasang yang disertai dengan perating dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan kepada Direksi/Manajemen Konstruksi pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 3 (tiga), dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.
C. Koordinasi 1. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong instalasi lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 2. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi yang lain. 3. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibatnya menjadi tanggung jawab Pemborong. D. Pelaksanaan Pemasangan 1. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Direksi/Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. 2. Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Pemborong harus segera menghubungi Direksi/Manajemen Konstruksi. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab Pemborong. E. Testing dan Commisionning 1. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta. 2. Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong. F. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan 1. Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama. 2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah 6 (enam) bulan terhitung sejak saat penyerahan pertama. 3. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya. 4. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. 5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak melaksanakan teguran dari Direksi/Manajemen Konstruksi atas perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka Direksi/Manajemen Konstruksi berhak menyerahkan perbaikan/ penggantian/ penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya Pemborong instalasi ini. 6. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas ‐ petugas yang ditunjuk oleh Pemilik sehingga dapat mengenali sistim instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama oleh Pemborong dan Direksi/Manajemen Konstruksi serta dilampiri Surat Ijin Pemakaian dari Jawatan Keselamatan Kerja dan instansi yang berwenang lainnya.
G. Laporan – Laporan 1) Laporan Mingguan Pemborong wajib membuat laporan mingguan yang memberikan gambaran mengenai: Kegiatan fisik Catatan dan perintah Direksi/Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun secara tertulis. Jumlah material masuk/ ditolak Jumlah tenaga kerja Keadaan cuaca, dan Pekerjaan tambah / kurang Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditanda tangani oleh Project Manager harus diserahkan kepada Direksi/Manajemen Konstruksi untuk diketahui/ disetujui. 2) Laporan Pengetesan Pemborong instalasi ini harus menyerahkan kepada Direksi/Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal ‐ hal sebagai berikut: Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi. Hasil pengetesan peralatan Hasil pengetesan kabel dan lain‐lainnya. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh pihak Direksi/Manajemen Konstruksi. H. Penanggung Jawab Pelaksanaan Pemborong instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Pemborong dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak Direksi/Manajemen Konstruksi. Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak Direksi/Manajemen Konstruksi.
I. Penambahan /Pengurangan/Perubahan Instalasi 1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Direksi/Manajemen Konstruksi. 2. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada pihak Direksi/Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga). 3. Perubahan material, dan lain ‐ lainnya, harus diajukan oleh pemborong kepada Direksi/Manajemen Konstruksi, secara tertulis dan pekerjaan tambah/ kurang/ perubahan yang ada harus disetujui oleh Direksi/Manajemen Konstruksi secara tertulis. J. Ijin – Ijin Pengurusan ijin‐ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Pemborong.
K. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran 1. Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya kekondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan instalasi ini. 2. Pembobokan/ pengelasan/ pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan dari pihak Direksi/Manajemen Konstruksi secara tertulis. L. Pemeriksanaan Rutin dan Khusus 1. Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi secara periodik dan tidak kurang dari tiap dua minggu. 2. Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Direksi/Manajemen Konstruksi/ Pemilik dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini. M. Rapat Lapangan Wakil pemborong harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek diatur oleh pemberi tugas
2. SISTEM INSTALASI ELEKTRIKAL A. Lingkup Pekerjaan Elektrikal 1. Syarat – Syarat Fisik 1. Bahan atau peralatan dari kualifikasi atau type yang sama diminta merek atau dibuat oleh pabrik yang sama. 2. Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku‐suku dari peralatan yang jumlahnya jelas ditentukan, maka jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap kali peralatan tersebut diperlukan, sehingga merupakan unit yang lengkap.
3. Apabila suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik pembuatnya atau mereknya, hal ini dimaksud untuk mengikat mutu, type perencanaan dan karakteristik. 2. Komponen – Komponen Pengaman yang dapat dipakai adalah: a. A.C.B. b. MCCB c. LBS d. HRC Fuse e. Miniatur Circuit Breaker ‐ Rated current : sesuai gambar ‐ Operating voltage : 200 V, 380 V ‐ Frequency : 50 Hz ‐ Breaking capacity : ‐ Permitted ambient temp : 55°C ‐ Overload release : sesuai gambar. f. Auxiliary relay g. Komponen‐komponen pengaman yang dapat dipakai adalah : MCCB. : 40 A, 80 A,100 A. atau di nyatakan lain pada gambar. M.C.C.B pada incoming outgoing. Rated continous : Fixed mounted. current : 3 phase, 4 pole. Type : 380 Volt. Number of pole : 50 Hz. Rated operating voltage Rated : max. 55° C. Frequency Permitted ambient temp : 22 s/d 35 KA Rated short time current (0.5 s)
: 60 KA
Rated peak withstarcurrent
: Manual Operation
Operator Mechanisem Over load release Instantenous over current
: Adjustable.
Auxilliary release yang mungkin ada (lihat
: Adjustable.
gambar) Auxiliary switch Dilengkapi dengan EFR(Erth Fault R)
Miniatur Circuit Breaker
: NO + 1 NC
:
sesuai gambar
-
Rated current
:
200V, 380 V
-
Operating voltage
:
50 Hz
-
Frequency
:
-
Breaking capacity
:
-
Permitted ambient
:
55° C
-
Temp
:
sesuai gambar.
-
Overload release
h. Komponen‐komponen pengukuran yang dapat dipakai : - Ampermeter - Voltmeter
3. Kabel Tegangan Rendah a. Kabel‐kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min.0,6 kV dan b. 0,5 KV untuk kabel NYM. c. Pada prinsipnya kabel‐kabel daya yang dipergunakan adalah: Jenis NYFGbY dan d. NYY, untuk kabel penerangan dipergunakan kabel NYM dan NYFGbY atau NYY. e. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan f. persetujuan terlebih dahulu pada Pengawas. g. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm2
4. Kontak – Kontak dan Saklar a. Kotak ‐ kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata dinding partisi adalah type pemasangan masuk/inbow (flush ‐ mounting). b. Kotak ‐ kontak dinding (inbow) yang dipasang mempunyai rating 10A dan mengikuti standard VDE, sedangkan Kotak ‐ kontak khusus (outbow) mempunyai rating 15A dan mengikuti standard VDE atau BS dengan lubang bulat. c. Flush ‐ box (inbouw doos) untuk tempat saklar, kotak ‐ kontak dinding dan push button harus dipakai dari jenis bahan bakely atau metal d. Kotak ‐ kontak dinding dipasang 30 cm dari permukaan lantai, pada ruang ‐ ruang yang basah/lembab harus jenis water dicht (WD) sedang untuk saklar dipasang 120 cm dari permukaan lantai.
5. Pekerjaan Air Conditioning a. Ketentuan Umum Pasal –pasal dibawah ini menjelaskan secara umum ketentuan.yang perlu dikuti untuk semua bagian yang dalam pelaksanaanya
berhubungan dengan instalasi tata udara. Gambar dan spesifikasi adalah ketentuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya. b. Publikasi Code dan Standar Publikasi, code dan standar yang berlaku di Indonesia wajib dijadikan pedoman untuk instalasi maupun perlatan.Untuk publikasi, code dan standar yang belum ada di Indonesia, Pemborong wajib mengikuti standar codes atau Publikasi Intrernational yang berlaku dan merupakan edisi terakhir antara lain seperti : SMACNA ASHRAE – Guide and Data Book NFPA – 90 A ARI AMCA SNI 03 – 6572 – 2001; Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung. Dan lainya yang berlaku untuk bagian peralatan yang belum tercantum diatas c.
Spesifikasi Peralatan Komponen Utama setiap Unit AC harus terdiri Paling tidak 1. Outdoor Unit: 1. Compressor 2. Air Cooled Condenser 3. Condenser fans 4. Fan Motor 5. Auxiliary Component 2. Indoor Unit: 1. Cooling Coil 2. Cooling Coil Fan 3. Auxiliary Component 4. Air Filter 3. Kompresor Kompressor yang dipakai reciprocating compressor jenis hermetic atau semi hermetic atau jenis scroll compressor, dan harus terpasang pada frame dengan memakai spring vibration isolator. Unit kompressor harus dilengkapi dengan : • Thermal & current sensitive overload divice untuk proteksi kompressor. • Valve pada bagian discharged dan suction. 4. Condenser Air cooled condenser dari pipa copper dengan fin dari aluminium. Condensing unit cabinet harus tahan cuaca luar terbuat dari BJLS dan dicat dengan baked enamel, dengan warna ditentukan kemudian.
KENDALA SOLUSI dan ANALISA KAPASITAS PRODUKSI Analisa kapsitas produksi direncanakan untuk menanggulangi kendala – kendala yang akan dihadapi didalam proses konstruksi,maka dengan ini PT. NADE ONGIS akan menguraikan kendala dan solusi nya, serta menyantum kapasitas produksi untuk pekerjaan pekerjaan mayor yang terlihat jalur kritis pada kurva s atau barchart
KENDALA DAN SOLUSI Berdasarkan tampilan gantt chart pada lembar berikutnya dapat dilihat bahwa kondisi kritis Yang membutuhkan perhatian penuh saat pelaksanaan pekerjaan adalah pekerjaan pekerjaan erection balok WF700 . Hal tersebut karena tidak ada lag time atau waktu jeda antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya untuk diselesaikan tepat waktu sesuai rencana. Pekerjaan pekerjaan tersebut dilaksanakan berkaitan dan berkesinambungan terus menerus sehingga bila terjadi hal-hal diluar kendali seperti kondisi cuaca ekstrim dan hujan terus menerus dan sebagainya, akan direncakan solusi penanggulangannya(sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu) sebagai berikut : 1. KENDALA STOK MATRIAL Kelangkaan stok matrial yang digunakan pada saat pelaksanaan,terutama material dan komponen utama dalam jumlah besar seperti : semen,besi beton, keramik, readymix akan menyebabkan keterlambatan dan ketidakpastian waktu dalam penyelesaian pekerjaan. SOLUSI : Mengantisipasi hal tersebut, segera setelah mendapatkan persetujuan dari direksi teknis lapangan akan dilakukan pemesanan kepada produsen/distributor terkait. Namun dalam hal kelangkaans stok matrial kami sudah mengantisipasinya dalam bentuk kesepakatan kerja sama dengan supplier, dan salah satu bentuk kerjasama terlampir dalam dokumen penawaran berupa surat peranyataan supplier matrial. Demikian juga halnya berkaitan dengan lokasi pekerjaan yang jauh dan terpencil maka, pihak PT.KARUNIAGUNA NAVIRI, KSO sudah mengantisipasi dengan melakukan kunjungan langsung dari Pontianak ke lokasi ,untuk pengadaan semen, besi beton, keramik dan readymix serta matrial pabrik lainnya tersebut sudah mendapat dukungan penuh dari pihak supplier. Dengan adanya kesepakatan kerjasama, maka PT. KARUNIAGUNA NAVIRI, KSO akan mendapatkan prioritas utama suplay matrial tersebut khususnya dalam paket Pembangunan BPPTD Kalimantan tahap 1.
2. KONDISI HUJAN TERUS MENERUS Kondisi hujan terus menerus pada saat akan dilaksanakannya pekerjaan pembetonan, pekerjaan tanah akan menyebabkan penurunan kualitas hasil pekerjaan dan keterlambatan penyelesaian. SOLUSI : Pada saat pelaksanaan pekerjaan pengecoran (terutama pada daerah terbuka), bila diizinkan akan dipasang tenda/terpal dilokasi dimana pengecoran berlangsung. Namun jika tidak mendapatkan persetujuan pengecoran oleh direksi teknis lapangan maka, pengecoran akan dilakukan dalam kondisi cuaca normal, namun pada waktu penambahan jam kerja diluar waktu normal (lembur/overtime) sehingga wakt yang terbuang tidak mengganggu sisa waktu rencan semula. Untuk pekerjaan tanah (terutama pekerjaan timbunan) akan tetap dilaksanakan pada kondisi cuaca tidak hujajn. Hal ini berkaitan dengan kualitas yang harus dijaga. Kehilangan waktu akibat hujan terus menerus akan digantikan dengan penambagan waktu kerja (overtime) maupun menambah jumlah peralatan dari rencana normal sampai kehilangan waktu dapat dikonversikan dengan sisa waktu yang ada. 3. LOKASI PROYEK Pekerjaan pada proyek ini adalah di ruang public yang aktifitas manusia dan kendaraan padat dan sempitnya penyimpanan matrial serta semputnya area kerja. SOLUSI : - Metode yang kami pakai untuk proyek ini adalah membagi 2 tahap bekerja,tahap 1 sebagian dan tahap selanjutnya bagian berikutnya.dengan membagi area kerja seperti ini maka oprasional dan konstruksi akan tetap berjalan seperti biasa dan tidak ada kendala - Aktifitas proyek lebih banyak dilakukan di malam hari, hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan kerja dan mengurangi factor kebisingan akibat aktifitas proyek.
-
KENDALI MUTU (RENCANA MANAJEMEN MUTU) KEBIJAKAN MUTU :
Manajemen dan Karyawan PT. NADE ONGIS memberdayakan sistem manajemen mutu dalam memenuhi tuntutan kontrak demi efisiensi dan efektivitas pekerjaan. SASARAN MUTU : 1. Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dalam180 hari kalender 2. Menyelesaikan setiap keluhan Pengguna Jasa tanpa mengganggu target waktu 3. Memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dalam kontrak dan spesifikasi. Profil Penyedia Jasa Organisasi Kerja Penyedia Jasa SATKER
PPK
KONTAKTOR PELAKSANA
KONTAKTOR PELAKSANA
SISTEM PERENCANAAN PROYEK
SURVEY LAPANGAN STANDART DAN SPESIFIKASI, GAMBAR RENCANA
PEMAHAMAN TANGGAPAN THD PROYEK
TOR/DOK TENDER
AANWJZYNG +BA
ANALISIAWAL - KETERSEDIAN MATERIAL CUKUP - KETERSEDIAN TENAGA CUKUP - KETERSEDIAN ALAT BANTU CUKUP - KONDISI LAHAN CUKUP BAIK - SISTEM PROTEKSI (KERUSAKAN DALAM LINGKUNGAN SEKITAR)
SISTEM PENGENDALIANPROYEK
DO
RENCANA KERJA - RMP - STANDART MUTU - TIME SCHEDULE - NWP - KESELAMATAN KERJA
CONTROL MONITOR
ACTION
\ MASA PEMELIHARAAN
FHO II
PHO 1
OUTPUT - PROYEK TEPAT WAKTU, TEPAT MUTU DAN TEPAT BIAYA (KEPUASAN PELANGGAN)
GENERAL FLOWCHART ASPEK RENCANA DAN PENGENDALIAN
Tugas, Tanggungjawab Dan Wewenang 1.
Pimpinan Proyek/Site Manager :
Memimpin dan mengendalikan kegiatan lapangan agar efisien dan efektif mencapai hasil optimal dari segi kualitas dan kuantitas.
Memahami seluruh aspek teknik pekerjaan dan berperan aktif membina sumber daya sesuai dengan kebutuhan proyek
Membina keamanan dan menciptakan ketenangan kerja di lingkungan proyek dan masyarakat sekitarnya
Menganalisa kebutuhan material, tenaga kerja, peralatan dan overhead, serta menyusun jadwal kebutuhannya
Bertanggungjawab atas pengendalian mutu hasil pekerjaan di proyek
Memutuskan strategi pelaksanaan pengendalian mutu proyek
Menyetujui pengeluara-pengeluaran langsung yang diperlukan kegiatan Proyek.
2.
proyek
yang
berkaitan
dengan
Engineer
Mengatur dan mengawasi jadual kerja harian para pelaksana dan memonitor jadwal kedatangan material, memeriksa volume dan kualitas serta mengatur penempatannya
Memeriksa hasil pekerjaan para pelaksana agar dapat dimonitor bobot kemajuan dalam kaitannya dengan opname kemajuan pekerjaan, laporan upah dan mengesahkan kepada pengguna jasa
Mengawasi teknis pelaksanaan semua pekerjaan di lapangan agar supaya memenuhi ketentuan-ketentuan teknis yang benar dan tidak menyimpang dari anggaran yang ditetapkan
Menggunakan material dengan kualitas dan volume yang benar
Menggunakan peralatan dan tenaga kerja secara efisien
Memenuhi jadual waktu yang telah ditetapkan
Menyeleksi mandor yang direkomendasikan dapat bekerja dengan baik dan menerbitkan surat perintah kerja kepada mandor yang dipilih
Memeriksa dan mensyahkan opname hasil pekerjaan yang diajukan oleh mandor setelah diperiksa kesesuaiannya oleh pelaksana
Menyetujui pengeluaran-pengeluaran langsung yang diperlukan kegiatan proyek sebatas anggaran yang ditetapkan.
3.
Pelaksana
Mengatur dan mengawasi jadual kerja harian dan memonitor jadwal kedatangan material, memeriksa volume dan kualitas serta mengatur penempatannya
Memeriksa hasil pekerjaan para mandor agar dapat dimonitor bobot kemajuan dalam kaitannya dengan opname kemajuan pekerjaan, laporan upah dan mengesahkan kepada pengguna jasa
Membaca, memahami dan mengarahkan setiap kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh mandor, tukang, dan pekerjaan yang telibat dengan mutu
Mengawasi teknis pelaksanaan semua pekerjaan di lapangan agar supaya memenuhi ketentuan-ketentuan teknis yang benar dan tidak menyimpang dari anggaran yang ditetapkan
Menggunakan material dengan kualitas dan volume yang benar
Menggunakan peralatan dan tenaga kerja secara efisien
Memenuhi jadual waktu yang telah ditetapkan
Menyeleksi mandor yang direkomendasikan dapat bekerja dengan baik dan menerbitkan surat perintah kerja kepada mandor yang dipilih
Memeriksa dan mensyahkan opname hasil pekerjaan yang diajukan oleh mandor setelah diperiksa kesesuaiannya oleh pelaksana
Menyetujui pengeluaran-pengeluaran langsung yang diperlukan kegiatan proyek sebatas anggaran yang ditetapkan.
4.
istrasi
Mengatur dan mengawasi istasi kedatangan material, memeriksa volume dan kualitas
Menyiapkan istrasi progress kemajuan pekerjaan dalam kaitannya dengan opname kemajuan pekerjaan, laporan upah dan mengesahkan kepada pengguna jasa
Membantu pelaksanaan itrasi pelaporan dan serah terima pekerjaan
5.
Logistik
memonitor jadwal kedatangan material, memeriksa volume dan kualitas serta mengatur penempatannya
memonitor penggunaan material dengan kualitas dan volume yang benar
memonitor penggunaan peralatan dan tenaga kerja secara efisien
Memeriksa dan mensyahkan opname hasil pekerjaan yang diajukan oleh mandor setelah diperiksa kesesuaiannya oleh pelaksana
6.
Drafter
Membantu engineer dalam penggambaran shop drawing dan as build drawing .
Menyediakan gambar untuk perhitungan bobot lapangan
METODE KESELAMATAN K3 Kebijakan Kontraktor berkomitmen untuk mencapai standar manajemen tertinggi termasuk dalam hal keamanan konstruksi, tempat bekerja dan lingkungan lainnya dimana pekerjaan berlangsung. Kontraktor akan memberikan dan menjaga lingkungan tempat bekerja dengan aman dan sehat sesuai dengan praktek bisnis yang sesuai dengan ketentuan regulator. Kontraktor akan berusaha untuk menghilangkan dan menekan apapun resiko yang terjadi akibat kebakaran, keamanan, kerusakan terhadap properti dan kecelakaan personel atupun penyakit. Kegaitan K3 selalu menjadi prioritas utama yang harus dijalankan setiap harinya dalam semua aktifitas operasional dimanapun lokasi pekerjaan tersebut berada. Kontraktor akan berusaha untuk selalu menjalankan aktifitas proteksi lingkungan hidup untuk memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan legislatif. Kontraktor berkomitmen untuk menjaga komuniksi dengan semua pihak yang terkait; baik dengan badan pemerintahan, pihak keamanan, komunitas sekitarnya, pelanggan ataupun vendor dan sub-kontraktor; untuk saling bertukar informsi dan teknologi yang berhubugnan dengan proteksi lingkungan, seperti : 1.
untuk menjaga kesehatan, keamanan, keselamatan dan kesejahteraan dari pekerja di lokasi tempat kerja dengan memberikan tempat kerja yang aman dan sehat.
2.
Untuk mengadaptasi peraturan regulator yang terkait dengan K3
3.
Untuk meningkatkan aktifitas keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja
4.
Untuk mempertahankan motivasi dan kemampuan kerja melalui training dan peningkatan kualitas dan keahlian manajemen keamanan kerja.
5.
Untuk memastikan keamanan melalui penerapan sistem respon emergensi terhadap semua resiko yang dapat diidentifikasi.
6.
Untuk menghilangkan resiko kecelakaan kerja, kehilangan jiwa selama pekerjaan berlangsung
7.
Untuk memastikan setiap tanaga kerja menggunakan perlengkapan keamanan kerja yang sesuai dan mencukupi seperti yang telah ditentukan dalam peraturan dan ketentuan
Karyawan dari pihak kontraktor akan bertanggung jawab untuk memastikan keaman diri sendiri dan pihak lain yang berada dilokasi kerja terhadap kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan hidup. Komitmen kontraktor untuk HSE/ K3 merupakan satu kesatuan dari solusi bisnis jangka panjang.
Perencanaan K3 Preliminary rencana Safety, health and environmental disiapkan berdasarkan pada kebutuhan Engineering dan konstruksi. Sistem manajemen akan meyakinkan pelaksanaan pekerjaan secara aman dan sehat serta tidak menimbulkan pencemaran. Konsep manajemen K3 yang akan diterapkan selama tahapan konstruksi untuk mencapai tujuan berikut :
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan, untuk mencapai zero accident & zero pollution.
Memaksimalkan kinerja aset yang ada (tenaga kerja/disiplin kerja, alat-alat berat, kendaraan dll).
Melindungi asset perusahaan/ kontraktor (tenaga kerja dari kecelakaan, melindungi material/ alat terpasang dari kerusakan dan bahaya kebakaran/ pekedakan).
Memelihara kesan yang baik (good public image) terhadap kontraktor (berdasarkan pada high safety performance dan reputasi)
Penghematan biaya operasi Proyek.
Lima kondisi berikut adalah prioritas utama yang akan diterapkan : a) Mengidentifikasi/mengenali bahaya dan resiko dari :
Lokasi dan kondisi proyek (tumbuh-tumbuhan, kondisi tanah, dan lain-lain)
Karakteristik dari aktivitas kegaitan (safety hazard)
Karakteristik pengoperasian perkakas kerja, kendaraan, peralatan-peralatan (manual pengoperasian, perawatan rutin, pengujian peralatan)
Kondisi kesehatan buruh/tenaga kerja (mental, kejenuhan, jasmani & rohani)
Waktu lembur (mengikuti standar jam kerja, batasan-batasan lembur)
Hilangnya ketaatan/loyalitas keselamatan.
terhadap
pekerjaan/tidak
adanya
peraturan
b) analisis Resiko, evaluasi dan pengawasan K3 dalam setiap tahapan pekerjaan selama proyek berlangsung c) Pembudayaan tentang keselamatan kerja dengan cara :
penyampaian tentang keselamatan kerja pada setiap pertemuan di lokasi proyek (safety Talk)
Induction, tool Box and Management K3 meetings
Kebijakan manajemen ditunjukan dengan brosur, spanduk/poster K3, papan pengumuman, selebaran, dan lain-lain.
Rencana penanggulangan & evakuasi terhadap keadaan darurat
Rencana keselamatan
d) mengacu pada prosedur dan peraturan pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan e) Inspeksi keselamatan dan audit pada tiap aktivitas
Kebijakan Keselamatan Perusahaan Kebijakan keselamatan Perusahaan ditetapkan oleh pihak Manajemen Kontraktor dan diimplementsikan pada seluruh proyek kontraktor. Kebijakan tersebut mencerminkan kesungguhan kontraktor dalam menjalankan K3 management. Seluruh karyawan dari kontraktor bertanggung jawab dalam menjamin terlaksananya kebiajkan SH&E dengan baik.
Koordinasi Koordinasi Internal Kontraktor menugaskan seorang petugas K3 untuk membantu dan memandu manajemen dalam pelaksanaan pekerjaan, perencanaan, implementasi, pengawasan berkelanjutan terhadap penerapan K3&LL, waktu dan biaya yang efektif & efisien. Tujuan dari hal tersebut adalah mencapai tingkat kinerja K3 yang konsisten dan optimal, yang dapat meyakinkan Pemilik Proyek dan personil kontraktor. Keanggotaan Komite K3 akan dipimpin oleh Koordinator Proyek. Komite ini harus mengadakan rapat komite setidaknya sebulan sekali, atau jika terjadi kecelakaan. Untuk mengefektifkan agenda rapat komite K3, patroli keselamatan akan diselenggarakan oleh anggota komite sehari sebelum rapat.
Koordinasi Eksternal Koordinasi eksternal akan dilakukan dengan instansi/lembaga Pemerintah, seperti kepolisian, rumah sakit, pemerintahan daerah, dan lain-lain.
Implementasi Program K3 Di Lapangan Petugas yang kompeten di bidangnya akan digunakan untuk mengidentifikasi masalah/bahaya yang potensial sebelum dimulainya pekerjaan. Instruksi tertulis untuk pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko tinggi akan disiapkan. Peralatan pengamanan/alat pelindung diri akan disediakan/dipakai dan dirawat dengan baik selama pelaksanaan pekerjaan. Papan peringatan/poster K3 akan ditempatkan di tempat-tempat yang potensial terhadap bahaya dan harus mudah dilihat oleh seluruh personil di lapangan. Program K3 lapangan akan memperhitungkan unsur-unsur berikut: 1. Peraturan Dasar K3 Pemilik Proyek dan Pemerintah 2. Rencana Pencegahan terhadap kehilangan 3. Pertolongan Pertama / Prosedur Medis 4. Pelatihan Personil terhadap aspek-aspek K3 5. Ijin Kerja 6. Pencegahan / perlindungan terhadap Kebakaran 7. Emergency Response Plan 8. House Keeping 9. Environmental Hazard 10. Inspeksi dan audit terhadap Pencegahan Kehilangan dan Audit 11. Penyelidikan terhadap kecelakaan 12. Peraturan K3 Peraturan Dasar K3 Berdasarkan analisis bahaya konstruksi, dasar-dasar dari ketentuan K3, dikembangkan dan disiapkan untuk menjamin keselamatan seluruh pekerjaan yang direncanakan dan menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran. Ketentuan-ketentuan utama berikut ini didokumensikan secara spesifik pada pelaksanaan keselamatan kerja di lapangan : a) Pencegahan terhadap kecelakaan kerja, seperti :
Pekerjaan elektrikal
Pekerjaan di tempat tinggi
Mesin Gerinda
Pengelasan dan pemotongan
Cartridge hammers
Hazardous material and products
Mesin-mesin penggali, pekerjaan sipil lainnya.
alat-alat
angkat,
pemindahan
tanah
dan
tanah
dan
b) Pekerjaan Pemasangan (Erection) c) Pekerjaan Insulasi (Insulation) d) Internal Work e) Transportasi personil f) Material Handling g) Kebakaran dan keadaan darurat lain h) Rencana penanggulangan keadaan darurat dan evaluasi i)
Investigasi Kecelakaan
mesin-mesin penggali, pekerjaan sipil lainnya
investigasi kecelakaan dan laporannya
kecelakaan serius
Ketentuan-ketentuan lain
alat-alat
angkat,
pemindahan
Rencana Pencegahan terhadap Kehilangan Tim pekerja lapangan mulai dari tingkat Foreman sampai Site Engineer secara terus menerus akan meninjau kondisi lapangan, rencana kerja konstruksi dan kegiatan lapangan lainnya untuk meminimalisasi safety hazards dan tindakan yang mengabaikan keselamatan personil Pertolongan Pertama / Prosedur Medis Kontraktor akan menyediakan sarana P3K/ First Aid selama pelaksanaan pekerjaan.
Briefing Personil Bagian ini menggarisbawahi pada jenis-jenis informasi yang dibutuhkan untuk semua personil dan supervisor sebelum memulai dan selama pekerjaan berlangsung terutama untuk pekerja lokal. Ijin Kerja Dalam rangka memonitor dan mengontrol resiko kerja yang potensial di lapangan, ijin kerja diperlukan untuk melakukan pekerjaan pada segala kondisi dimana batas dari unit proses atau dalam konstruksi baru dimana bahaya mungkin terjadi. Ijin kerja dikeluarkan oleh Pemilik Proyek, setelah sesuai dengan prosedur keselamatan sudah diverifikasi. Beberapa kondisi signifikan yang harus dipenuhi adalah :
Mengidentifikasi semua material terkubur sebelum penggalian, Menyediakan fire protection dan memberlakukan peraturan dilarang merokok ditempat-tempat tertentu / terlarang
Menyediakan PPE (Personal Protective Equipment)
Pencegahan/Perlindungan terhadap kebakaran Untuk mencegah kebakaran, perlu diberikan perhatian khusus pada area preplanning, hotwork permit controls, area dimana terdapat material yang mudah terbakar, area pengendalian cairan dan material, area pengendalian asap, pelatihan dan penggunaan tanda bahaya, pemasangan kabel elektrik yang tepat, dan pembuangan sampah pada tempatnya. Prosedur yang spesifik ditekankan pada rencana keselamatan konstruksi lapangan untuk masing-masing proyek. Emergency Response Plan Prosedur emergency response plan dikembangkan untuk semua insiden yang potensial termasuk api, ledakan, bencana alam, dan lain-lain. Prosedur ini meliputi sarana berkomunikasi, fire fighting, sarana medis, keselamatan, evakuasi, dan sarana-sarana lain yang mungkin diperlukan. Para personil pada suatu periode berkala dibimbing melalui pertemuan-pertemuan K3, pelatihan penanggulangan keadaan darurat (Emergency Drill), dan lain-lain. .
Pra-Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (pra-RK3K)
PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK KEBIJAKAN 1. 2.
3.
4. 5.
6.
Kontraktor berkomitmen untuk memenuhi kebijakan K3 konstruksi yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan dan Standar yang telah ditetapkan. Kontraktor berkomitmen untuk mencapai standar manajemen tertinggi termasuk dalam hal keamanan konstruksi, tempat bekerja dan lingkungan lainnya dimana pekerjaan berlangsung. Kontraktor akan memberikan dan menjaga lingkungan tempat bekerja dengan aman dan sehat sesuai dengan praktek bisnis yang sesuai dengan ketentuan regulator. Kontraktor akan berusaha untuk menghilangkan dan menekan apapun resiko yang terjadi akibat kebakaran, keamanan, kerusakan terhadap properti dan kecelakaan personel atupun penyakit. Kegaitan K3 selalu menjadi prioritas utama yang harus dijalankan setiap harinya dalam semua aktifitas operasional dimanapun lokasi pekerjaan tersebut berada. Kontraktor akan berusaha untuk selalu menjalankan aktifitas proteksi lingkungan hidup untuk memastikan kesesuaiannya dengan ketentuan legislatif. Kontraktor berkomitmen untuk menjaga komunikasi dengan semua pihak yang terkait; baik dengan badan pemerintahan, pihak keamanan, komunitas sekitarnya, pelanggan ataupun vendor dan sub-kontraktor; untuk saling bertukar informsi dan teknologi yang berhubugnan dengan proteksi lingkungan. Karyawan dari pihak Kontraktor akan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan diri sendiri dan pihak lain yang berada dilokasi kerja terhadap kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan hidup.
PERENCANAAN Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya NO
JENIS/ TIPE PEKERJAAN
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 JENIS BAHAYA
RESIKO K3 Luka ringan Luka Berat
1
Mengemudikan Kendaraan Proyek
PENGENDALIAN RESIKO K3
Selip
Kematian
Tabrakan
Kendaraan rusak Kerugian materiil
Perawatan mesin kendaraan secara berkala Tanggap terhadap kondisi kendaraan jika merasakan ada kerusakan Pengecekan dan penggantian ban secara berkala Pengemudi kendaraan harus
memiliki Mengemudi
Surat
Ijin
Mematuhi rambu-rambu
Tersandung besi 2.
Pekerjaan Besi
Pengangkutan
Tangan terjepit Kejatuhan besi
Luka ringan
Mengatur perletakan material tidak menghalangi akses keluar masuk
Luka Berat
Memakai sarung tangan Memakai sepatu safety Memakai sarung tangan Memastikan pekerja bercanda saat bekerja Memastikan alat keadaan laik pakai
3.
dalam
Memastikan posisi alat sehingga pemotongan dengan blander dapat dilakukan dengan aman
Tangan lecet Tangan terjepit Pekerjaan Pemotongan Besi dengan blander atau Tangan mesin potong beraliran terpotong listrik Kejatuhan besi
tidak
Luka ringan
Mengatur perletakan material
Luka Berat
Memastikan tertutup
Kesetrum
listrik
Memastikan Jalur berada di atas
kabel
Memastikan Stop kontak tidak berada di bawah Memastikan Sambungan kabel diisolasi dengan benar Memastikan Kabel banyak sambungan
4.
Pekerjaan Pengecoran
tidak
Tertabrak truck mixer atau
Memastikan jalan akses layak untuk mobil;isasi truck
Anggota terkena beton
Memastikan kontraktor menyediakan rambu kecepatan maksimal truck
Suara merusak
Luka sedang badan adukan Luka Berat Kematian mesin
Memastikan menyediakan
kontraktor pemandu/
pendengaran
security untuk mengatur mobilitas truck mixer Memastikan pengemudi memiliki SIM dan Surat Jalan
Jatuh Tangan tergores Menghirup udara kotor Luka sedang 5.
Pekerjaan Instalasi Pipa
Terkena percikan Luka Berat api las Kematian Tersandung kabel
Jatuh Pekerjaan wiring
Kulit tangan Luka ringan terkelupas Luka sedang Mata terkena debu
Jatuh 7.
Pekerjaan penyambungan dan instalasi alat listrik
Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan Memakai earplug Memakai helm safety
Suara mesin merusak pendengaran
6.
Memastikan catwalk untuk pijakan kuat dan tidak sempit
Kulit tangan Luka ringan terkelupas Luka sedang
Memastikan scaffolding terpasangn dengan kuat dan rapi Memastikan Catwalk untuk pijakan kuat dan tidak sempit Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan Memastikan scaffolding terpasangn dengan kuat dan rapi Memastikan Catwalk untuk pijakan kuat dan tidak sempit Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan
Cedera badan 8.
Pekerjaan material
pengangkatan
Tersandung
Keseleo
Memastikan material tertata pada saat pengangkatan
Tangan terjepit
Memakai helm safety
Memakai sepatu safety Pinggang dan bahu Menjaga jarak dengan lokasi sakit pekerjaan
Tertimpa longsoran tanah
9.
Pekerjaan galian Pondasi
Terjatuh dalam galian
ke Luka ringan lubang Luka sedang
Terkena nyamuk
gigitan Luka berat
Memastikan tersedia semprot nyamuk
alat
Memakai helm safety Memakai sepatu safety Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan
Memakai helm safety 10.
11.
12.
Pekerjaan Pemotongan tiang pancang
Terkena pecahan Luka ringan beton
Pekerjaan Pemasangan Tertimpa gelagar Struktur Balok
Pemancangan pancang
tiang
Terkena pecahan beton
Luka berat
Memakai sepatu safety Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan Memakai helm safety Memakai sepatu safety
kematian
Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan Memakai sepatu safety Luka ringan
Suara mesin merusak pendengaran
Memakai earplug Memakai helm safety Menjaga jarak dengan lokasi pekerjaan
2). Pemenuhan Perundang-undangan dan persyaratan lainnya 1. Kesehatan, Higiene Kantor & Asuransi Tenaga Kerja Undang – Undang / Peraturan
Tentang :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 1992
Kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/Men/1980 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982,
Pemeriksaan Kerja Dalam Keselamatan Kerja
Kesehatan
Tenaga
Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja
Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Kesehatan Nomor: Kep 235/MEN/1985 dan 14/MENKES/SKB/III/1985
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja
PerMenkes Nomor 718/1987
Batas Syarat Kebisingan
PerMenkes Nomor 472/MENKES/PER/VI/1996
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
SE Menteri tenaga Kerja No. 01/MEN/1997
Nilai Ambang Batas ( NAB ) Faktor Kimia di Udara Lingkungan kerja
KepMen tenaga kerja Nomor 51/MEN/1999
Nilai Ambang Batas ( NAB ) Faktor Fisik di Tempat Kerja ( Debu )
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor: Per-01/MEN/1979, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor: Per- 01/MEN/1981,
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
2. Jasa Konstruksi Undang – Undang / Peraturan
Tentang :
Peraturan Khusus Direktur Pekerjaan Umum Nomor 119966/Stw Tanggal 19 Agustus 1910 (Bijbl No. 8600 Sebagai Telah Dirobah Instalasi Mesin Dengan Surat Keputusan Kepala Keselamatan Kerja No. S. sarananya 60/1/2 Tanggal 9 Maret 1929),
–
mesin
Undang-Undang 18 Tahun 1999
Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
dan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per 01/MEN/1980,
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep. 174/MEN/86 Nomor: 104/Kpts/1986
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. : Per.01/MEN/1989,
Kwalifikasi Syarat-Syarat Keran Angkat
Operator
3. Khusus Pekerjaan Jalan & Jembatan Undang – Undang / Peraturan Undang-Undang No.38 Tahun 2004 Jalan Undang-Undang No.8 Tahun 1990 Jalan Tol Peraturan Pemerintah Republik Jalan Indonesia No.
Tentang :
Pembahasan dari buku petunjuk ini mencakup masalahmasalah : - pembahasan teknis seperti : fungsi, struktur dan dimensi kereb, - penempatan kereb
Standar kereb No. 26 Tahunspesifikasi 1985 011/S/BNKT/1990, Dept. PU
Manual pengaturan lalu lintas adalah meliputi perambuan sementara (peringatan, larangan, perintah dan atau petunjuk) yang antara lain mencakup penggunaan jenis rambu, Keselamatan Selama Pekerjaan ukuran/design,teknik penempatan,serta pembuatan tata letak Pemeliharaan perambuan. Pekerjaan pemeliharaan jalan yang dimaksudkan dalam manual ini mencakup pekerjaan pemeliharaan jalan Jalan No. 015/T/BM/1999, Dept PU termasuk pekerjaan pemasangan utilitas jalan Manual Pengaturan untuk
Lalu
Lintas
Pedoman Pemeliharaan Perlengkapan Pedoman teknis ini menjelaskan tentang hal yang berkaitan dengan jenis perlengkapan jalan, peralatan yang digunakan Jalan untuk pemeliharaan dan cara pemeliharaan, yang meliputi No. 016/T/BM/1999, Dept. PU pembersihan, perbaikan serta mengecat ulang. Masalah yang akan dibahas pada buku ini meliputi ketentuanPetunjuk pelaksanaan pemasangan ketentuan tentang pelaksanaan pemasangan utilitas baik pada badan jalan maupun pada jembatan- jembatan yang dikaitkan utilitas No. dengan ketentuan- ketentuan yang ada dan berlaku antara lain 002/T/BNKT/1990 Dept PU undang-undang jalan no. 13 th.1980 tentang jalan dan PP No. 26 th 1985 tentang jalan.
Perambuan Sementara Pekerjaan Jalan No. Pd T-12-2003, PU
Pedoman teknis perencanaan perambuan semntara bagi pekerjaan jalan, jembatan dan fasilitas prasarana perkotaan merupakan acuan atau tata cara untuk penempatan rambu untuksementara meliputi deskripsi, ketentuan umum, ketentuan teknis, dan tata cara perencanaan bagi pihak yang terkait dengan pekerjaan jalan. Pekerjaan jalan tersebut mengambil sebagian atau seluruh dari DAMIJA yang diperkirakan bisa menggangu arus lalu lintas dan keselamatan keselamatan pemakai jalan.
Penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu lintas ini menguraikan metode penanganan lokasi rawan kecelakaan lalu Penanganan lokasi rawan kecelakaan lintas yang terbagi kedalam empat tahapan penyelidikan, yaitu tahap identifikasi lokasi rawan kecelakaan, tahap analisis lalu data, tahap pemilihan teknik penanganan serta tahap lintas No. Pd T-09-2004-B, Dept PU monitoring dan evaluasi. Pedoman ini disusun terdiri atas Ruang Lingkup, Acuan Normatif, Definisi dan istilah, Ketentuan umum, Ketentuan teknis, dan Prosedur Penanganan. Tata cara pemasangan rambu dan Tata cara ini membahas ketentuan-ketentuan pemasangan marka jalan rambu dan marka jalan perkotaan 4. Keselamatan Umum (Public perkotaan No. Pd-NN32 Dept PUSafety) Undang – Undang / Peraturan
Tentang :
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Keselamatan kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Nomor: 2 Tahun 1970, Kerja Di Tempat Kerja (di Perusahaan) Peraturan Pemerintah RepublikKeselamatan Kerja Terhadap Radiasi (Lembaran Negara No. 15 Indonesia Nomor 11 Tahun 1975, Tahun 1975) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Persyaratan Penunjukan Dan Wewenang Serta Kewajiban Transmigrasi Dan Koperasi R.I No: Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja Dan Ahli Keselamatan Per-03/MEN/Tahun 1978 Kerja Pemasangan Instalasi Di Tempat Kerja ( listrik, lif, Surat Keputusan Direktur Jenderal ketel/pesawat uap, gas, debu, penyalur petir, X-Ray, pesawat Perlindungan Dan Perawatan Tenaga tenaga, mesin, cairan air, pemadam/pencegah kebakaran, Kerja No. Kpts – 40/DP/1978 pencegahan pencemaran lingkungan bangunan konstruksi). Keputusan Menteri Tenaga Kerja Penunjukan Pegawai-Pegawai Pengawas Yang Diberi Dan Transmigrasi Nomor: Kep- Kewajiban Menjalankan Pengawasan Keselamatan Dan 33/MEN/Dp/79, Keselamatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Transmigrasi Nomor: PerApi Ringan 04/MEN/1980, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. : Per.02/MEN/1983
Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: Kep-612/MEN/1989,
Penyediaan Data Bahan Berbahaya Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tata Cara Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang Ahli Republik Indonesia No. : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Per.02/MEN/1992 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I Nomor : Per.05/MEN/1996 Peraturan Menteri Tenaga Nomor : 03/MEN/98,
Kerja
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Tata Cara Pelaporan Dan Pemeriksaan Kecelakaan
6. Environmental Undang – Undang / Peraturan
Tentang :
Undang-Undang No. 6/1994
Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change ( Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim)
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699)
Peraturan Pemerintah Indonesia No. 11/1975
Republik
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi
Peraturan Pemerintah Indonesia No. 22/1982
Republik
Tata Pengaturan Air
Peraturan Pemerintah Republik Pengendalian Pencemaran Air Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah Republik Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Indonesia Nomor 27 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah PU Nomor 49/PRT/1997
Tata Cara dan persyaratan Ijin Penggunaan dan atau Sumber – sumber Air
Peraturan Pemerintah Republik Pengendalian Pencemaran Udara Indonesia Nomor 41 Tahun 1999,
Peraturan Pemerintah Indonesia No. 18/1999
Republik
Pengelolaan Limbah bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah RepublikPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Indonesia Nomor 85 Tahun 1999, Tentang Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan Pemerintah Indonesia No. 19/1999
Republik
Surat Edaran No. SE.01/MEN/1978,
Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut Nilai Ambang Batas (N.A.B) Untuk Iklim Kerja Dan Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Kebisingan Di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Perhubungan Pengadaan Fasilitas Penampungan Limbah di Pelabuhan Nomor KM.215/HK.602/Phb.87 Pedoman Umum Bina Lingkungan Industri (BILIK), Form Komunikasi Pembinaan Lingkungan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep No. Se. 11/MEN/1989 Surat Edaran Pembuangan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) - 1056/MEN/1988, Keputusan Menteri Perhubungan Pencegahan Pencemaran oleh Minyak dari kapal – kapal Nomor KM.86 tahun 1990 PerMenkes 416/Menkes/Per/IX/90 Peraturan Menteri 49/PRT/1990
Nomor
PU
Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air
Nomor Tata Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan dan atau Sumber – sumber Air
Keputusan Presiden Nomor 65 tahun Pengesahan Internasional for the Safety of Life at The Sea 1990 1974 Keputusan Presiden No. 61/1993
Pengesahan Basel Convention of the Control of Tranboandary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal
Keputusan Presiden No. 55/1993
Tata Cara Pembebasan Lahan
Keputusan Menteri Perhubungan Pedoman teknis Penyusunan Analisis Nomor KM. 75 tahun 1994 Mengenai Lingkungan Kepelabuhan Tata Cara Dampak Memperoleh Izin Penyimpanan, KepKa Bapedal No. 68/Bapedal/05/1994 Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengelolaan, Pengelolaan dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Keputusan Menteri Negara Lingkungan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Hidup Nomor : KEP-13/MENLH/3/1995 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Program Penilaian Kinerja Perusahaan / Hidup Nomor : KEPKegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran Dari Lingkup 35A/MENLH/7/1995 Kegiatan Prokasih (PROPER PROKASIH)
Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Keputusan Menteri Pertambangan dan dan Upaya Pemantauan Lingkungan untuk Kegiatan Energi Nomor 289.K/008/MPE/1995 Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi serta Listrik dan Pengembangan Energi Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Keputusan Menteri Pertambangan dan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Untuk Kegiatan Energi Nomor 388.K/008/MPE/1995 Pertambangan Bahan Galian Golongan C Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan Keputusan Menteri Pertambangan dan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Untuk Kegiatan Energi Nomor 390.K/008/MPE/1995 Pengambilan Air Bawah Tanah Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Untuk Keputusan Dirjen Pertambangan Kegiatan Usaha Pertambangan Umum yang Tidak Wajib Umum Nomor 514.K/20/DDJP /95 AMDAL Keputusan Dijen Geologi dan Sumberdaya Mineral Nomor 048.K/10l/DDJG/1995
Pedoman Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Untuk Rencana Kegiatan Pengambilan Air Bawah Tanah
KepKa Bapedal No. 01/Bapedal/09/1995 KepKa Bapedal No. 02/Bapedal/09/1995 KepKa Bapedal No. 03/Bapedal/09/1995
Tata Cara Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 Dokumen Limbah B3
KepKa Bapedal No. 04/Bapedal/09/1995
Persyaratan Teknis dan Pengelolahan Limbah B3 Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengelolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengelolaan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3
KepKa Bapedal No. Simbol dan Label Limbah B3 05/Bapedal/09/1995 KepKa Bapedal No. Baku Tingkat Kebisingan 205/Bapedal/07/1996 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Baku Tingkat Kebisingan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Hidup Nomor : KEPBaku Tingkat Getaran 49/MENLH/11/1996 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Baku Tingkat Kebauan Hidup Nomor : KEP50/MENLH/11/1996 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Indeks Standar Pencemaran Udara Hidup Nomor : KEP45/MENLH/10/1997 Keputusan Kepala Badan Pengendalian Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Dampak Lingkungan Nomor : KEP-105 Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Tahun 1997
KepKa Bapedal No. Kep107/Bapedal/11/1997
Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 Analisis Dampak Lingkungan Hidup