TATA UPACARA ADAT JAMBI Beberapa jenis dan bentuk upacara tradisional biasanya dilakukan pada saat-saat tertentu, misalnya pada waktu manusia memasuki suatu tingkatan atau tahapan di dalam daur (lingkaran) hidup, pada saat manusia akan memulai suatu kegiatan yang berkenaan dengan aktivitas hidup sehari-hari dan sebagainya. Waktu-waktu serupa itu dirasakan sebagai saat-saat yang "genting" atau berbahaya karena dianggap dapat menimbulkan malapetaka, membawa kesengsaraan dan penyakit kepada manusia. Oleh sebab itu, meskipun hampir seluruh masyarakat Jambi telah memeluk agama Islam, namun pada saat ini banyak diantara mereka masih melakukan upacara-upacara tersebut yang dianggap sebagai sisa warisan kepercayaan nenek moyang. Beberapa upacara adat yang ada di Jambi adalah: Upacara Lingkaran Hidup Manusia: Upacara-upacara ini dilakukan sejak seseorang dilahirkan sampai meninggal, dengan artian untuk memperingati saat-saat seseorang individu memasuki suatu tingkatan sepanjang hidupnya. Penyelenggaran upacara ini terutama pada masa kehamilan, kelahiran, dewasa, perkawinan, dan kematian. Upacara Kelahiran: Saat umur kandungan seorang wanita menginjak 7 bulan, keluarganya secara resmi memberitahukan hal ini paling tidak pada 2 orang dukun yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Upacara pemberitahuan ini disebut dengan istilah Menuak/Nuak, yang maksudnya agar dukun siap memberi pertolongan jika tiba saatnya melahirkan. Dalam upacara ini masing-masing dukun diberi hantaran berupa nasi kunyit beserta laukpauknya. Ketika wanita hamilan tersebut menghadapi saat kelahiran, para dukun yang sudah dipesan segera datang memberi pertolongan. Dukun wanita bertugas menyambut kelahiran anak, sedangkan dukun laki-laki yang berada di balik pembatas ruangan tempat melahirkan membacakan mantra agar anak dapat lahir dengan lancar dan lengkap serta ibunya dalam keadaan selamat. Untuk menghindari pengaruh jahat saat melahirkan, disediakan bendabenda yang dianggap mengandung unsur-unsur magis seperti buah kundur, jimat yang terbuat dari untaian jeringo bangle, pisau kecil dan lain-lain. Saat bayi berumur 7 hari, diadakan upacara mandi ke sungai (mandi kayik) dipimpin oleh dukun yang menolong melahirkan. Dalam upacara tersebut sekaligus diadakan prosesi pemberian nama kepada anak. Kemudian setelah bayi berumur 40 hari dilakukan upacara memoton rambut untuk pertama kalinya yang dilakukan oleh para alim ulama dan Tua-tua tengganai. Selain itu diadakan pula upacara Basuh Tangan, acara tersebut diselenggarakan
bersamaan saat sang ibu telah dalam keadaan bersih dan pulih kesehatannya pasca melahirkan. Tujuan dari upacara tersebut adalah sebagai permohonanan supaya sang anak dikaruniai sifat rajin, kuat, gemar bekerja, suka menolong, jujur, patuh, dan sifat-sifat baik lainnya. Masa Dewasa: Setelah anak mencapai umur 6-10 tahun, khusus bagi anak laki-laki diadakan upacara khitanan (sunat), sedangkan bagi anak perempuan dilkukan upacara Batindik (melubangi telinga). Upacara pendewasaan tersebut biasanya dilakukan bersamaan dengan tradisi Khatam Quran sebagai bekal hidup dalam masa dewasa. Upacara Perkawinan: Rangkaian upacara ini diawali dengan adat pergaulan anatara pemuda dan perempuan yang dikenal dengan itilah Berserambahan. Dalam acara ini mereka memperlihatkan keahlian berpantun yang disebut Seloka Muda, Setelah keduanya sepakat untuk menikah, maka berlaku tahap berikutnya: 1. Berusik sirih bergurau pinang: Merupakan tahap menjajaki perasaan masingmasing pihak untuk mengetahui apakah hubungan dapat dilanjutkan dengan perkawinan. 2. Duduk bertuik, tegak bertanyo: merupakan tahap untuk mengetahui keadaan gadis yang menyangkut silslah, budi pekerti, sopan santun pergaulan, serta kemungkinan persetujuan orangtuanya. 3. Ikat buatan janji semayo: adalah musyawarah resmi keluarga kedua belah pihak untuk membicrakan waktu pertunangan dan perkawinan. 4. Ulur antarserah terimo pusako: yaitu pihak laki-laki menepati janji dengan mengantarkan barang-barang ke rumah si gadis sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 5. Sebagai inti dari suatu upacara pernikahan terjadi pada saat Sedekah Labuh, yang mana pada aat itu perkawinan diresmikan dengan akad nikah dan akad Kabul di hadapan seorang pemuka agama.
Upacara Kematian: Saat menghadapi masa kritis, manusia perlu melakukan suatu perbuatan untuk memperteguh iman dan menguatkan dirinya. Dalam hal ini, menurut kepercayaan setempat perlu diadakan upacara pengucapan mantra-mantra secara bersamasama yang dipimpin oleh seorang dukun. Atau menurut agama Islam diwujudkan dalam bentuk pembacaan Bardah dan Surat Yasin oleh seorang pemuka agama. Begitu orang yang bersangkutan wafat, kembali dibacakan ayat-ayat suci oleh salah seorang keluarganya.
Keluarga yang terkena musibah wajib memberitahukan berita dukacita itu kepada kepala kaum kerabatnya (tua tengganai) dan Imam Masjid. Setelah itu jenazah dimandikan, dibalut kain kafan, dan disholatkan. Setelah itu jenazah bisa disemayamkan dan dipasang batu nian serta ditutup dengan pembacaan doa. Pada malam harinya diselenggarakan pengajian dan tahlil selama 3-7 malam oleh kerabat dan tetangga dekat orang yang meninggal. Pada hari ke-7 setelah kematian diadakan upacara Naik Tanah yaitu memperbaiki tanah perkuburan. Rangkaian upacara tersebut diakhiri dengan makan bersama (sedekah selamatan) untuk memperingati orang yang meninggal. Disamping upacaraupacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia, masyarakat Jambi juga mengenal beberapa upacara tradisional lainnya. Jenis upacara ini diselenggarakan berkenaan dengan aktivitas hidup mereka sehari-hari antara lain: •
Mintak ahi ujan: adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk meminta hujan segera turun. Upacara ini mengandung unsur sinkretis antara kepercayaan nenek moyang dan agama Islam yang mana upacara ini ditujukan kepada dewa (mambang) yang mengatur hujan. Sedangkan dari segi agama ditandai dengan sembahyang secara agama Islam untuk meminta hujan.
•
Nugal Bejolo: yaitu upacara sehubungan dengan pekerjaan menanam padi, yang sangat penting artinya sebagai pengukuhan nilai-nilai budaya yang berlaku turun-temurun. Upacara ini juga menonjolkan aspek social lainnya, yakni memberi kesempatan bagi muda-mudi untuk bergaul lebih akrab.
•
Kumau: juga merupakan suatu upacara yang berkaitan dengan bidang pertanian. Upacara ini diselenggarakan saat penduduk hendak memulai kegiatan bersawah dan biasanya diselenggarakan setahun sekali pada musim hujan. Adapun tahap-tahap dalam upacara ini adalah: Ngapak Jambe (membuka lahan), nyiram, beneih padei, (menyiram benih padi yang akan ditanam dengan air bermantra), ngambau beneih (menabur benih padi di sawah) dan mamasang pupuh (memasang daun-daunan di tengah lading persemaian).
•
Ngayun luci: merupakan upacara yang juga berkaitan dengan pertanian. Tujuannya adalah untuk memohon keberhasilan panen.
Disamping itu masih ada beberapa upacara lainnya yang terutama berkenaan dengan aktivitas pertanian sebagai mata pencaharian pokok penduduk seperti: Nanak, ulu tahun, Beselang nuai dan turun ke sawa.
PROSES PEMILIHAN JODOH Pada umumnya, tahapan pernikahan adat jambi mirip dengan adat adat melayu pada umumnya. Karena mereka masih serumpun.. Akan tetapi, di jambi pun, adat yg berlaku tidak semuanya sama. Om mertua, lahir dan gede di Tanjung Pasir, sebrang kota jambi. Kenapa dibilang sebrang? karena memang lokasinya berada di seberang pusat kota jambi, yang dibatasi oleh sungai Batanghari. Ada beberapa pakem adat yang berbeda dgn orang dari wilayah Sekernan, misalnya. Beberapa tata cara adat yang akan gw tuliskan dibawah ini, hanyalah berdasarkan pengetahuan pribadi atau pernah gw jalani. Jadi, sangat mungkin, akan berbeda dgn pakem adat Jambi yang sebenarnya. Lamaran Lamaran ini di Jambi, disebut sebagai anter tando. Sebelum diadakan acara lamaran, biasanya akan ada utusan dari pihak laki laki, yg akan bertanya, ataupun bersilahturahmi ke keluarga wanita. Utusan ini akan mencari tau, apakah wanita nya sudah ada yg melamar. Setelah itu, baru akan dilakukan prosesi lamaran. Lamaran ini biasanya dihadiri tuo tengganai dari kedua belah pihak keluarga. Pada saat lamaran, keluarga laki laki akan membawa syarat adat, diantaranya: •
Cincin pengikat. Cincin ini hanya untuk dipakai wanita, bukan satu pasang. Karena, tukar cincin baru akan dilakukan saat akad nikah nanti.
•
Pakaian sepelulusan. Berupa bahan kebaya untuk akad, dan kain bawahan, bisa berupa batik atau songket. Terkadang juga dilengkapi selop dan dompet.
•
Sirih Pinang. Berupa perlengkapan untuk makan sirih, berupa daun sirih, kapur sirih, tembakau, serta pinang, yang diletakkan di tempat sirih khusus.
Prosesi lamaran biasanya berupa seloko seloko (seperti berbalas pantun) antar wakil keluarga terlebih dahulu, yang kira2 isinya adalah menanyakan maksud dan tujuan keluarga laki laki bertamu ke keluarga wanita. Setelah itu, prosesi lamaran itu sendiri, berupa pemasangan cincin ke calon pengantin wanitanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama. Setelah selesai makan, maka dilakukan perundingan keluarga inti, dimana membicarakan tentang kelanjutan lamaran tadi, berupa, pembicaraan tanggal, adat dll. Pembicaraan yang dilakukan antara lain:
•
Tanggal pernikahan. Apakah upacara pernikahan akan dilaksanakan sepanen jagung (3 bulan) sepanen padi (6 bulan) atau yang lain
•
Adat yang digunakan. Apakah menggunakan pure adat jambi, atau ada campurannya.
•
Seserahan. Apa saja hantaran yang akan diberikan keluarga laki laki.
•
Uang adat. Uang adat disini ada 2, yaitu uang adat, dan uang selemak semanis. Klo uang adat, biasanya kecil, berkisar 50-100 ribu saja, nah, uang
selemak semanis ini yang cukup besar, disesuaikan dgn kemampuan keluarga laki laki. Uang selemak semanis ini, merupakan urunan atau membantu belanja untuk acara resepsi pernikahan nanti. Hantaran Secara adat jambi, hanterannya unik lohhhh. Dan ada beberapa barang yang harus serba 2.. Beberapa Hantaran dlm Adat Jambi: •
Isi kamar, berupa tempat tidur, lemari, meja rias, kasur, bed cover, sampai gorden untuk kamar penganten
•
Peralatan make-up
•
Bahan pakaian/kebaya atasan dan bawahan (2 pasang)
•
Sepatu/ selop (2 pasang)
•
Tas (2 pcs)
•
Baju tidur (2 pasang)
•
Underwear (2 set)
•
Kain panjang (2 lembar) katanya sih kalo dulu dijadiin kain basahan klo mandi di sungai (iya, dipinggir sungai batanghari, bareng buaya, ehehehhe)
•
Peralatan Mandi berupa sabun, sampo dll, di beberapa daerah malah ada yg bawa gayung, ember yang dipitain…
•
Perlengkapan Ibadah
•
Bumbu dapur berupa cabe, merica, bawang, tomat, garem, beras, telur, dll, bahkan ada yg ngasih KERBAU (idup, digeret2 masuk acara, dipitain lagi dan nyengir khas kebo…). Merupakan perlambang keluarga laki laki, turut serta membantu “logistik” acara resepsi.
•
Uang Selemak Semanis