ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS DAN LETAK LINTANG DI POLI HAMIL RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
Oleh: FITRI DAMIYANTI NIM. 011112058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012
LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Kebidanan Pada Ny.”W” GIIP10001 Umur Kehamilan 39-40 Minggu Dengan Plasenta Previa Totalis Dan Letak Lintang Di Poli Hamil RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik Telah disahkan oleh pembimbing pada; Hari : Kamis Tanggal : 10 Januari 2013
Gresik, 10 Januari 2013
Fitri Damiyanti NIM.011112058
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Wahyul Anis, S.Keb, Bd
Masriati, SST, M.Kes NIP. 140176884
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada Ny.”W” GIIp10001 Umur Kehamilan 39-40 Minggu Dengan Plasenta Previa Totalis Dan Letak Lintang Di Poli Hamil RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik sebagai salah satu tugas dalam rangkaian Praktik Klinik pada Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini kami banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Soenjoto, dr., Sp.OG(K), selaku ketua Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan praktik klinik. 2. Wahyul Anis, S.Keb, Bd, selaku pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan kepada kami untuk menganalisa dan mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan. 3. Endang Puspitawati, dr., Sp.THT-KL, selaku Direktur RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik yang telah memberi izin kepada kami untuk melakukan praktik klinik. 4. Masriati, SST., M.Kes selaku kepala Ruangan Poli Hamil RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik yang telah menerima kami dengan baik dan memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan praktik klinik kebidanan di Poli Hamil RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik 5. Seluruh staf Poli Hamil RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik yang telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada kami selama menjalani praktik klinik. 6. Semua pihak yang terkait dalam membantu terselesaikannya laporan ini. Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih jauh dari sempurna, namun kami berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun laporan pendahuluan ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi perbaikan penyusunan laporan yang akan datang agar lebih baik lagi. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Gresik, 7 Januari 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i Lembar Pengesahan .............................................................................................. ii Kata Pengantar ..................................................................................................... iii Daftar Isi................................................................................................................ v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2 1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 3 1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Kehamilan.......................................................................... 4 2.2 Konsep Dasar Plasenta Previa................................................................. 23 2.3 Konsep Dasar Teori Asuhan Manajemen Kebidanan Varney ................ 34 BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Data Subjektif.......................................................................................... 47 3.2 Data Objektif ........................................................................................... 50 3.3 Analisa..................................................................................................... 52 3.4 Penatalaksanaan ...................................................................................... 52 BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 54 BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 55 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal. Salah satu faktor yaitu adanya komplikasi-komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan maupun nifas. Salah satu komplikasi tersebut adalah terjadinya perdarahan pada saat kehamilan atau disebut perdarahan antepartum. Perdarahan ini salah satunya disebabkan karena plasenta previa. Plasenta previa terjadi karena adanya kelainan implantasi plasenta yang dapat menyebabkan tertutupnya sebagian atau seluruh jalan lahir. Salah satu penyebabnya adalah belum siapnya endometrium untuk menerima implantasi. Selain factor tersebut di atas masih banyak lagi factor penyebab plasenta previa lainnya. Di samping komplikasi plasenta previa juga mempunyai pengaruh pada proses kehamilan dan persalinan. Sebagai seorang bidan hendaknya kita dapat memahami hal-hal tersebut termasuk diagnosa plasenta previa, jenis-jenis plasenta previa dan komplikasi yang akan terjadi dari plasenta previa, juga perencanaan dan penanganan yang boleh dilakukan bidan sesuai wewenangnya agar ibu dan janin tetap dapat selamat sehingga angka kematian maternal dan neonatal menjadi menurun. 1.2 Tujuan 1.2.1 TujuanUmum Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa secara komprehensif dan berkesinambungan dengan pola pikir managemen Varney dan dokumentasi SOAP. 1.2.2 TujuanKhusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan plasenta previa secara teori 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian data subyektif dan data objektif pada kehamilan dengan plasenta previa 3. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnose dan masalah pada kehamilan dengan plasenta previa 4. Mahasiswa mampu menjelaskan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kehamilan dengan plasenta previa 5. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada kehamilan dengan plasenta previa
6. Mahasiswa dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan menggunakan dokumentasi SOAP 1.3 Manfaat a. Manfaat Bagi Penulis Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan plasenta previa secara komprehensif. b. Manfaat Bagi Klien Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang bermutu. c. Waktu dan tempat Pelaksanaan Tempat : RSUD Ibnu Sina Gresik Waktu : 29 Desember 2012 – 11 Januari 2013 d. Sistematika penulisan BAB 1 Pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, pelaksanaan, dan sistematika penulisan. BAB 2 Landasan Teori Menjelaskan konsep dasar kehamilan, plasenta previa dan konsep dasar asuhan pada ibu hamil dengan plasenta previa dengan menggunakan manajemen Varney. BAB 3 Tinjauan Kasus Merupakan tinjauan kasus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa BAB 4 Pembahasan Membandingkan antara kasus dengan konsep teori yang telah dibuat. Bab 5 Penutup Daftar Pustaka
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Kehamilan 2.1.1 Pengertian Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Saifuddin, 2009). Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terahir (Saifuddin, 2009). Kehamilan adalah perubahan-perubahan yang terjadi dan diawali pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (sperma) yang menghasilkan zigot sehingga terbentuk janin. Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kushartanti, 2004). 2.1.2 Fisiologi Kehamilan Pada waktu coitus air mani terpancar ke dalam ujung atas dan vagina sebanyak 3 cc. Dalam air mani terdapat spermatozoa (sel-sel mani) sebanyak 100-120 cc juta tiap cc. Bentuk sel mani seperti kecebong dengan kepala yang lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk. Antara kepala dan ekor masih dapat dibedakan bagian tengah dan leher. Sperma menujuu pars ampularis, di sini sel mani menunggu kedatangan ovum. Jika kebetulan pada saat ini terjadi ovulasi, maka mungkin fertilisasi terbentuk/berlangsung. 2.1.3 Patofisiologi Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari: 1. Ovulasi pelepasan ovum 2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum 3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot 4. Terjadi nidasi pada uterus 5. Pembentukan plasenta 6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm Minggu pertama kehamilan terjadi peristiwa pembuahan, pembelahan dan implantasi. 1. Fase pembuahan Adalah pertemuan sel telur dan sperma yang terjadi di ampula tuba fallopi. Sebelumnya, sperma mengalami kapasitasi (masa penyesuaian di
dalam saluran reproduksi wanita). Setelah sperma menempel di zona pellusida dan diinduksi untuk menembus zona pellusida, terjadi reaksi akrosom. Fase fertilisasi terdiri dari 3 fase yaitu penembusan korona radiate, penembusan zona pellusida dan fusi oosit dengan menembus membran sel sperma. Hasil utama pembuahan adalah pengembalian jumlah kromosom menjadi diploid, penentuan jenis kelamin individu baru, dan dimulainya pembelahan. 2. Fase pembelahan Zigot mencapai tingkat 2 sel, lalu mengalami mitosis, membelah terus, dan dimampatkan dan membentuk bola sel padat. Membelah kembali dan terbentuk morula (16 sel). Bagian dalam yaitu massa sel dalam akan membentuk jaringan embrio (embrioblas), sedangkan bagian luar yaitu massa sel luar akan membentuk trofoblas yang akan berdiferensiasi menjadi plasenta. Morula sampai di rongga rahim, ruang antar sel menyatu membentuk blastokel/blastokista. Akhir minggu pertama blastokista berimplantasi. 3. Fase implantasi Pada hari ke-8, trofoblas menjadi 2 lapisan yaitu sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas (menyekresi HCG). Embrioblas menjadi lapisan hipoblas dan epiblas, (IDAI, 2011). Menjelang hari ke-9, terbentuk lacuna di dalam sinsitiotrofoblas. Selanjutnya sinusoid ibu terkikis oleh sinsitiotrofoblas, darah ibu memasuki jalinan lacuna, dan menjelang akhir minggu kedua, dimulailah sirkulasi utero-plasenta, (Sadler, 2000). Perkembangan minggu ketiga sampai ke delapan (masa embriogenik) merupakan masa terbentuknya jaringan dan sistem organ setiap lapisan mudigah. Sebagai akibat terbentuknya organ, cirri utama bentuk tubuh mulai jelas. terjadi peristiwa gastrulasi (pembentukan tiga lapisan germinal pada embrio): Endoderm (epitel Sal nafas, parenkim tiroid, kel paratiroid, hati, pankreas, usus depan, usus tengah dan belakang stroma retik tonsil, timus, epitel, kandung kemih dan uretra, epitel kavum timpani, tuba eustachii). Mesoderm (mesenkim yang mengelilingi, sumsum tulang belakang, korda dorsalis yang membentuk kolumna vertebralis, otot dan jaringan ikat, sistem kardiovaskiovaskuler, ginjal). Ektoderm (SSP, sistem saraf tepi, epitel sensorik telinga, hidung, mata, epidermis, rambut, kuku, kelj bawah kulit, kelenjar mamae, hipofisis dan email gigi), (Sadler, 2000).
Menurut Varney (2007), perkembangan bulan ketiga hingga lahir (masa janin) ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan sistem organ tubuh. 1. Minggu ke 12-16 Mekonium ada dalam usus Adanya lanugo Nasal septum (sekat rongga hidung) dan langit-langit mulut bersatu 2. Minggu ke 16-20 Fase Percepatan’ - ibu merasa pergerakan janin Vernix caseosa mulai tampak Jari-jari dapat terlihat Sel-sel kulit mulai beregenerasi 3. Mingguke 20-24 Berespon terhadap suara Kulit merah dan keriput 4. Minggu ke 24-28 Bertahan kemungkinan jika lahir Kelopak mata mulai membuka Pergerakan pernafasan 5. Minggu ke 28-32 Mulai menyediakan lemak dan besi Testis turun ke dalam skrotum Lanugo nampak pada wajah Kulit menjadi pucat dan kerutan berkurang 6. Minggu ke 32-36 Peningkatan lemak membuat tubuh menjadi lebih bundar Lanugo nampak pada badan Rambut kepala mulai menyebar Kuku menutupi ujung jari-jari Adanya tulang rawan telinga yang lembut Penglihatan mulai berfungsi 7. Minggu ke 36-40 Mendekati waktu aterm dan memungkinkan terjadinya kelahiran Kontur membundar Tulang tengkorak keras
2.1.4 Masa Kehamilan Kehamilan matur berlangsung 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur. Bila > 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu: 1. Triwulan pertama : 0-12 minggu 2. Triwulan kedua : 13-28 minggu 3. Triwulan ketiga : 29-40 minggu 2.1.5 Tanda – Tanda Kehamilan 1. Tanda mungkin (1) Tanda-tanda obyektif a. Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim b. Perubahan pada cerviks c. Kontraksi Braxton Hicks d. Ballottement e. Meraba bagian anak f. Pemeriksaan biologis g. Pembesaran perut h. Keluarnya kolostrum i. Hiperpigmentasi pada kulit
j. Tanda Chadwick k. Amenore (2) Tanda-tanda subyektif a. Mual dan muntah b. Ibu merasa pergerakan anak c. Ibu mengatakan sering kencing d. Perasaan dada berisi dan agak nyeri 2. Tanda pasti Tanda-tanda pasti kehamilan adalah tanda-tanda obyektif yang dapat diperiksa oleh pemeriksa. Tanda-tanda pasti dapat ditemukan setelah kehamilan memasuki 4 bulan, tetapi dengan ultrasound, kantong kehamilan sudah tampak pada minggu ke 10 kehamilan dan bunyi jantung anak sudah dapat didengar pada minggu ke 12 kehamilan. Tanda pasti kehamilan yaitu: a. Pemeriksaan dengan menggunakan USG/rontgen terlihat rangka janin. b. Terdengar fetal heat tone/denyut jantung janin (DJJ). c. Tampak, terdengar, atau teraba gerakan janin. 2.1.6 Perubahan Fisiologi Saat Kehamilan a. Sistem Reproduksi - Uterus Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya ukuran uterus terutama terbatas pada ukuran diameter anteroposterior, tetapi pada usia gestasi selanjutnya korpus uteri hampir membulat. Uterus yang semula beratnya 30 gram pada akhir kehamilan berat uterus menjadi 1000 gram. Pembesaran uterus pada bulan-bulan pertama dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progresteron. Pada sekitar minggu ke-6 sampai minggu ke-8 tanda Hegar mulai nampak. - Vagina dan Perineum Selama masa kehamilan, peningkatan vaskularisasi dan hiperemia timbul di kulit dan otot-otot perineum dan vulva. Peningkatan vaskularisasi terutama terjadi di vagina. Secret yang banyak sekali dan vagina yang berwarna ungu yang khas (tanda Chadwik) terutama disebabkan oleh hiperemia. Dinding vagina mengalami perubahan yang mencolok yang tampaknya mempersiapkan diri terhadap distensi yang terjadi saat persalinan. Peningkatan sekresi vagina dan serviks yang sangat banyak selam kehamilan berbentuk sekret putih yang agak kental. pH-nya asam, bervariasi dari 3,5 sampai 6 yang merupakan akibat dari produksi asam laktat dari glikogen di epitel vagina oleh kerja Lactobacillus acidophilus.
-
Serviks Pada minggu ke-6 sampai ke-8 serviks biasanya sudah cukup lunak. Pada primigravida, konsistensi jaringan os ekternus lebih mirip mulut bibir daripada tulang rawan hidung, yang khas untuk wanita tidak hamil. Seiring dengan perkembangan kehamilan, kanalis servikalis dapat menjadi sedemikian lebarnya sehingga dapat dimasukkan jari. - Ovarium Ovulasi berhenti selama kehamilan, dan pematangan folikel baru ditangguhkan. Biasanya, hanya satu luteus gravidarum yang dapat ditemukan pada wanita hamil. Korpus luteum gravidarum ini cenderung berfungsi secara maksimal pada 6 sampai 7 minggu pertama kehamilan (4 sampai 5 minggu pasca ovulasi), dan setelah itu hanya berpengaruh relatif kecil pada produksi progesteron. - Payudara Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita hamil sering mengalami rasa nyeri dan gatal pada payudara. Setelah bulan kedua, payudara bertambah besar dan vena-vena halus menjadi kelihatan tepat di bawah kulit. Puting susu menjadi bertambah lebih besar, berpigmen lebih gelap, dan lebih erektil. Setelah beberapa bulan kemudia kolostrum sering dapat ditekan keluar dari puting susu. Pada saat itu, areola menjadi lebih lebar dan berpigmen lebih gelap. Sejumlah tonjolan-tonjolan kecil tersebar di seluruh areola merupakan kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi. Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen, progresteron dan somatommotropin. b. Sistem Kardiovaskuler Volume darah meningkat secara nyata selama kehamilan. Dalam penelitian pada wanita normal, volume darah saat aterm dan mendekati aterm rata-rata mendekati 40% sampai 45% di atas volume tidak hamil. Volume darah ibu meningkat pada trimester pertama, bertambah paling epat pada trimester kedua, dan kemudian naik secara pelan pada trimester ketiga untuk mencapai kondisi plateau pada beberapa minggu terakhir kehamilan. Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan eritrosit. Walaupun biasanya lebih banyak plasma daripada eritrosit yang ditambahkan ke sirkulasai darah ibu, peningkatan volume eritrosit tidak begitu banyak sekitar 450 ml atau bertambah sekitar 33%. Terjadi hiperplasia eritrosit sedang dalam sumsum tulang, dan hitung retikulosit sedikit meningkat pada kehamilan normal. Hal ini hampir pasti disebabkan oleh meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu. Kadar ini meningkat setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat produksi eritrosit paling tinggi.
c. Sistem Respirasi Diafragma naik 4cm selam kehamilan. Lingkar toraks bertambah sekitar 6 cm, tetapi tidak mencukupi untuk mencegah turunnya volume residualudara di paru ynag diciptakan oleh naiknya diafragma. Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan. Tetapi, volume tidal meningkat cukup besar seiring dengan kemajuan masa kehamilan.kapasitas pernafasan maksimum dan kapasitas vital paksa tidak berubah terlalu besar. Kapasitas residu fungsional dan volume residual berkurang sebagai konsekuensi naiknya diafragma. Untuk memenuhi kebutuhan O2 yang meningkat, kira-kira 2% wanita hamil bernafas lebih dalam dan cepat. d. Sistem Digestivus - Hipersalivasi Pengaruh estrogen selama kehamilan yang meningkatkan pengeluaran asam lambung menyebabkan hipersalivasi. - Morning sickness, mual dengan atau tanpa muntah Kehamilan sering ditandai oleh gangguan pencernaan, yang terutama bermanifestasi sebagai mual atau muntah yang biasanya disebut dengan morning sickness. Gejala yang mengganggu ini biasnya muncul pada kehamilan 6 minggu sampai 12 minggu. Penyebab kelainan ini tidak diketahui tetapi tampaknya berkaitan dengan kenaikan hormone hCG. - Obstipasi Pengaruh progesteron meneyebabkan motilitas usus melemah sehigga dapat menyebabkan obstipasi. - Pirosis (nyeri ulu hati) Sering terjadi pada kehamilan dan kemungkinan besar disebabkan oleh refluks sekret-sekret esophagus ke bagian bawah. - Epulis gravidarum Gusi menjadi hiperemis dan melunak pada kehamilan serta dapat berdarah bahkan pada cidera ringan. Pembengkakan vocal gusi yang sangat vaskuler kadang kala timbul tetapi biasanya mengalami regresi spontan setelah melahirkan. - Hemoroid Cukup sering terjadi pada kehamilan. Kelainan ini sebagian besar disebabkan oleh konstipasai dan tekanan pada vena-vena di bawah uterus yang membesar. e. Sistem Urinaria Selama trimester pertama uterus yang membesar menekan kandung kemih, dapat meningkatkan frekuensi berkemih. Seiring dengan kemajuan
kehamilan, frekuensi berkemih berkurang dengan naiknya uterus dalam abdomen. Namun, gejala sering berkemih muncul kembali menjelang akhir kehamilan saat kepal janin turun ke dalam panggul ibu, member dampak pada kapasitas kandung kemih. f. Metabolik Kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk perkembangan janin dan persiapan laktasi. Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian besar disebakan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler ekstravaskuler. - Metabolisme basal naik ± 15-20 % - Keseimbangan asam basa menurun akibat hemodilusi darah dan kebutuhan mineral untuk janin. - Peningkatan kebutuhan nutrisi ibu hamil yaitu : Protein : ½ gr/kgBB/hari untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi. Kalori : didapat karbohidra, lemak dan protein. Mineral yaitu : Kalsium : 1,2 gram setiap hari (30-40 gram untuk pembentukan tulang) Posfor : 2 gr sehari Zat besi : ± 800 mg atau 30-50 mg sehari. Air lebih banyak Penambahan berat badan ibu hamil antara 6,5-16,5 kg selam hamil atau + ½ kg / minggu. g. Sistem Integumen - Dinding abdomen Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, umumnya muncul garis-garis kemerahan yang sedikit mencekung pada kulit abdomen dan kadang kala pada kulit payudara dan paha pada separuh dari wanita hamil. - Pigmentasi Pada banyak wanita, garis tengah abdomen menjadi sangat terpigmentasi, berwarna hitam kecoklatan membentuk linea nigra. Kadang kala, bercakbercak kecoklatan irregular dengan berbagai ukuran terlihat di sekitar wajah dan leher, sehingga membentuk kloasma atau melasma gravidarum. Akibat peregangan kulit akan terjadi striae gravidarum, linea alba menjadi linea albican, kelenjar sebasea dan keringat menjadi lebih aktif. h. Sistem Muskulaskeletal Lordosis progresif merupakan gambaran yang karakteristik pada kehamilan normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang
membesar, lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai bawah. Terdapat peningkatan mobilitas sendi sakroiliaka, sakrokoksigeal, dan sendi pubis selam kehamilan, kemungkinan akibat perubahan hormonal. Mobilitas tersebut menyebabkan perubahan postur ibu, dan selanjutnya menyebabkan rasa tidak nyaman di puggung bagian bawah, kram otot, tungkai dan kaki. i. Sistem Endokrin Peningkatan hormon estrogen – progresteron, sebagai berikut : 1. Ovarium dan Plasenta. Ovarium sumber estrogen dan progresteron pada wanita tidak hamil. Saat konsepsi korpus luteum tempat ovum berasal mulai menghasilkan estrogen dan progresteron. Setelah plasenta terbentuk, fungsi itu diambil alih plasenta. Selain penghasil E dan P juga membentuk steroid dan 3 hormon lain yaitu: - HCG (Human Chorionic Gonadotropin) - HPL (Human Plasental Lactogen) - HCT (Human charionic Tyrotropin) 2. Kelenjar Tyroid. BMR (Basal Metabolisme Rate) meningkat 20% dan kelenjar tyroid membesar tapi jumlah hormon tiroksin tetap. 3. Kelenjar Paratiroid. Ukurannya meningkat selama hamil pada minggu ke 15-30. ketika kebutuhan kalsium janin lebih besar. Hormon ini penting untuk kalsium dalam darah. Bila tidak ada akan mengganggu metabolisme tulang dan otot. 4. Kelenjar Pituitari. Lobus anterior kelenjar pituitasi mengalami sedikit pembesaran dan terus menghasilkan hormon tropik FHS. Hormon pertumbuhan berkurang dan hormon melanotropik meningkat yang berakibat meningkatnya pigmentasi puting susu, wajah, abdomen. Prolaktin hormon meningkat dan berlanjut setelah persalinan dan menyusui. 5. Pankreas. Meningkatnya hormon insulin yang dihasilkan sekelompok selsel kecil (pulau Langerhans) di pankreas. 6. Kelenjar Adrenal. Ukurannya meningkat selama kehamilan, terutama bagian kortikol yang menghasilkan kostin yang mengatur jumlah ion natium dan kalium dalam darah. 2.1.7 Perubahan Psikologi Kehamilan Trimester I Disebut Periode Penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia hamil, perubahan psikologi seperti : 1. Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya 2. Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya 3. Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya sedang hamil
4. 5. 6.
Kehamilan masih dirahasiakan Mengalami gairah seks tinggi, tapi libido menurun Sebagian besar perempuan bersikap ambivalen tentang kehamilannya apalagi bagi yang belum siap hamil 7. Khawatir kehilangan bentuk tubuh 8. Membutuhkan penerimaan kehamilan oleh keluarga 9. Ketidakstabilan emosi dan suasana hati 10. Perasaan was-was, takut, cemas, gembira, dll. Trimester II Biasa disebut Periode Kesehatan, perubahan psikologi seperti: 1. Ibu merasa sehat dan mulai bisa menerima kehamilannya 2. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya dan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya 3. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa bebannya Trimester III Biasa disebut Periode Menunggu, perubahan psikologi seperti: 1. Ibu punya ketakutan mengenai beberapa hal yaitu takut memiliki bayi cacat, takut akan proses kehamilan, dan takut akan kehilangan bayinya 2. Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya 3. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam keadaan tidak normal 4. Rasa tidak nyaman kembali terjadi, merasa dirinya aneh dan jelek 5. Semakin ingin menyudahi kehamilannya 6. Tidak sabaran dan resah 7. Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya 8. Mulai menebak-nebak jenis kelamin bayinya dan mempersiapkan nama 9. Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya. 2.1.8 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan 1. Pemeriksaan pertama Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. 2. Pemeriksaan ulang - Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan. - Setiap 4 minggu sampai kehamilan 6 bulan. - Setiap 1 minggu sejak umur kehamilna 8 bulan sampai terjadi persalinan. 3. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
2.1.9 Hal-hal yang Perlu Dihindari Selama Kehamilan 1. Merokok, minum alcohol/minuman keras, penggunaan obat bius (ganja, anastesi, dll) 2. Kafein
3. Hal yang berhubungan dengan radiasi dan proses kimiawi 4. Penderita yang sakit rubella/sakit menular lainnya 5. Hindari masalah yang menimbulkan stress. 2.1.10 Penatalaksanaan Antenatal Care Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk ”14T” 1. (Timbang) berat badan Kenaikan berat badan selama hamil 6,5-15 kg atau tidak boleh lebih dari ½ kg per minggu. 2. Ukur (tekanan) darah Tekanan darah harus diukur setiap kali periksa. Adanya sistolik melebihi 30 mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah melebihi 140/90 mmHg harus diwaspadai, sebab keadaan itu merupakan salah satu gejala preeklamsia. 3. Ukur (tinggi) fundus uteri Kenaikan fundus uteri yang normal per minggu 1 cm. Tinggi fundus uteri diukur dengan memakai aturan leopold I atau dengan memakai pita ukur. 4. Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum bisa diraba dari luar. Akhir bulan III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari di atas sympisis. Akhir bulan IV (16 minggu) pertengahan antara sympisis pusat. Akhir bulan V (20 minggu) 3 jari bawah pusat. Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat. Akhir bulan VII (28 minggu) 3 jari atas pusat. Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan prosesous xyfoidus dan pusat. Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arkus costarum/2 jari bawah pusat. Akhir bulan X (40 minggu) pertangahn px dan pusat. 5. Pemberian imunisasi (tetanus toxoid) TT lengkap Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah mengacu pada pemberian imunisasi TT long life. Imunisasi diberikan secara SC dengan dosis 0,5 cc.
6. Pemberian (tablet zat besi) Dimulai dengan pemberian tablet sehari sesegera mungkin. Setelah rasa mual hilang, tiap tablet mengandung FeSO4 32 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg masing- masing 90 tablet. 7. (Tes) terhadap penyakit menular seksual 8. (Temu wicara) dalam rangka persalinan rujukan 9. Terapi senam hamil
10. 11. 12. 13. 14. 15.
Tes protein urine (atas indikasi) Tes reduksi urine (atas indikasi) Tes Hemoglobin (Hb) Terapi yodium kapsul untuk daerah endemis gondok Terapi antimalaria untuk daerah endemis malaria Terapi senam hamil
2.1.11 Perubahan Pada Kehamilan Trimester I 1. Amenorrhoe. 2. Mual muntah pagi hari/morning sickness, mudah letih. 3. Ngidam. 4. Sering BAK 5. Payudara tegang, hyperpigmentasi areola mamae. 6. Tanda chadwick. 7. Kenaikan BB 1 – 2 kg. 8. Kembung, gangguan pencernaan. 9. Sinkope/mau pingsan. 10. Tanda hegar (segmen bawah rahim melunak). 11. Membesarnya rahim dan perut. Trimester II 1. Penambahan BB 0,4-0,5 kg/minggu, striae gravidanum. 2. Payudara kelaur kolostrum. 3. Hyperpigmentasi kulit (cloasma, striae gravidanum). 4. Konstipasi/sembelit. 5. Varises vena pada tungkai. 6. Hemoroid. 7. Adanya leocorrhoe. 8. Sakit pada punggung. Trimester III 1. Payudara terasa penuh, nyeri tekan dan kadang keluar kolostrum. 2. Sering BAK. 3. Kemungkinan sulit tidur. 4. Sakit pada perut bagian bawah. 5. Konstipasi/sembelit. 6. Leucorrhoe. 7. Kejang pada tungkai kaki. 8. Kontraksi braxton hicks menetap, tidak nyeri. 2.1.12 Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu hamil. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan ibu hamil, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat ibu, mengidentifikasi masalah ibu, menilai perubahan status ibu, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Teknik dasar dalam melakukan pemeriksaan fisik: 1. Inspeksi Merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi gejala atau maslah kesehatan pada ibu hamil. Cara efektif melakukan inspeksi: a. Atur posisi pasien sehingga bagian tubuhnya dapat diamati secara detail b. Berikan pencahayaan yang cukup c. Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu untuk ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan, posisi, dan abnormalitasnya d. Bandingkan suatu area sisi tubuh dengan bagian tubuh lainnya e. Jangan melakukan inspeksi secara terburu-buru Pada ibu hamil, inspeksi dilakukan untuk menilai ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada tidaknya oedema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai bentuk buah dada dan pigmentasi putting susu. Pemeriksaan perut untuk menilai apakah perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadaan perineum, ada tidaknya tanda Chadwick, dan adanya fluor. Pemeriksaan ekstrimitas untuk menilai ada tidaknya varices. 2. Palpasi Pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu tangan untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas. Palpasi membutuhkan kelembutan dan sensitivitas. Untuk itu, hendaknya menggunakan permukaan palmar jari yang dapat digunakan untuk mengkaji posisi, tekstur, konsistensi, bentuk, massa, dan pulsasi. Pada telapak tangan dan permukaan ulnar tangan lebih sensitive pada getaran. Sedangkan untuk mengkaji temperature, hendaknya menggunakan bagian belakang tangan dan jari.
Pemeriksaan palpasi pada ibu hamil yang biasa dipergunakan untuk menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan tuanya kehamilan terdiri dari : (1) Pemeriksaan menurut Leopold I-IV. (2) Pemeriksaan yang sifatnya membantu pemeriksaan Leopold adalah: a. Membantu pemeriksaan Leopold II 1). Pemeriksaan menurudt Budine 2). Pemeriksaan menurut Ahfeld b. Membantu pemeriksaan Leopold III 1). Pemeriksaan Kneble Tahap-tahap pemeriksaan menurut Leopold adalah sebagai berikut : (1) Leopold I Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri di sebelah kanan dan menghadap ibu, kemudian kaki ibu ditekukkan, lengkungkan jarijari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa yang ada di dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar, dan melenting. Sedangkan bokong lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. (2) Leopold II Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung dan bagian kecil janin. Caranya, letakkan kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan di manakah bagian punggung dan bagian kecil janin. (3) Leopold III Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah tersebut sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dan jari tengah tangan secara lembut dan masuk ke dalam abdomen ibu di atas simpisis pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi janin, lalu tentukan bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut. (4) Leopold IV Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Caranya, letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan jari-jari ke arah rongga panggul, di manakah tonjolan sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan Leopold lengkap dapat dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira bulan Vi ke atas. Pemeriksaan pembantu Leopold adalah sebagai berikut :
3.
4.
(1) Pemeriksaan Budine Dipergunakan pada letak membujur, untuk lebih menetapkan dimana punggung janin berada. Tekhnik : fundus uteri di dorong ke bawah, badan janin akan melengkung sehingga punggung mudah ditetapkan. (2) Pemeriksaan Ahfeld Janin dengan letak membujur di dorong ke salah satu sisi dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut, sehingga janin mengisi ruangan yang lebih terbatas. Dengan mendorong janin ke satu arah, maka pemeriksaan punggung janin lebih mudah dilakukan. (3) Pemeriksaan Kneble Pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan menurut Leopold III, yaitu menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis. Perkusi Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh. Auskultasi Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop. Dalam melakukan auskultasi, beberapa hal yang perlu didengarkan diantaranya: (1) Frekuensi atau siklus gelombang bunyi (2) 14Kekerasan atau amplitude bunyi (3) Kualitas dan lamanya bunyi Auskultasi umumnya dilakukan menggunakan stetoskop monoaural untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bising aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdengar pada pihak yang berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 kali per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim yang frekuensinya sama seperti frekuensi denyut nadi ibu, bunyi aorta
frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur. 2.2 Konsep Dasar Plasenta Previa 2.2.1 Definisi Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh bagian dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah besarnya rahim yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupunpemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaa ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal atau intranatal.(Sarwono,2010) 2.2.2
Klasifikasi Menurut Sarwono Prawiroharjdo, klasifikasiplasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu: 1. Plasenta Previa Totalis Bila seluruh ostium uteri internum tertutup oleh jaringan plasenta. 2. Plasenta Previa Parsialis Bila sebagian ostium uteri internum tertutup oleh jaringan plasenta. 3. Plasenta Previa Marginalis Bila pinggiran plasenta tepat ada pada pinggir ostium uteri internum. 4. Plasenta Letak Rendah Bila letaknya abnormal pada segmen bawah rahim, akan tetapi belum sampai menutupi ostium uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir ostium uteri internum, sehingga tidak akan teraba pada ostium uteri internum. Kerena klasifikasi ini tidak didasari pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observaasi seperti ini tidak akan terjadi dengan penanganan yang baik
2.2.3
Prevalensi
Prevalensi plasenta prebia di daerah maju berkisar antara 0,26-2,99 % dari seluruh jumlah kehamilan (Cunningham,2001). Sedangkan di indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4-3,56% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian plasenta previa relatif tetap dalam tiga dekade sampai dengan pertengahan tahun 1980, yaitu rata-rata 0,36-0,37% tetapi pada dekade selanjutnya angka kejadian meningkat menjadi 0,48%. Mungkin disebabkan karena meningkatnya faktor resiko seperti umur ibu hamil semakin tua, kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi serta meningkatnya jumlah abortus yang terjadi terutama abortus provokatus. (Santoso,2008) 2.2.4
Etiologi Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori: 1. Secara kebetulan blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latarbelakang lain. 2. Vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang dapat disebabkan oleh peradangan atau atrofi. Yang dapat menyebabkan ini adalah paritas yang tinggi, usia lanjut, kecacatan pada rahim seperti bekas bedah sesar, miomektomi. 3. Perempuan perokok memiliki insiden 2 kali lebih tinggi untuk kasus plasenta previa. Dapat terjadi hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hiperatrofi sebagai upaya kompensasi. 4. Kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis dengan plasenta yang terlalu besar dapat menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum
2.2.5
Patofisiologi Kerusakan endometrium corpus uteri menyebabkan implantasi kurang baik, sehingga plasenta berimplantasi dari segmen. Bisa juga disebabkan oleh kebutuhan nutrisi melebihi normal (misal : gemelli, bayi besar) sehingga plasenta melebar hingga mencapai segmen bawah rahim atau orifisium uteri internum. Pada plasenta previa perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar dan menipis, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
rahim, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darah berwarna merah segar. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalais dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindari karena ketidakmampuan seranut otot segmen bawah uteri untuk berkokntraksi menghentikan perdarahan itu. Perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah. Kepala janin akan didapatkan belum masuk PAP yang mungkin karena plasenta previa centralis, mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis, menonjol diatas simpisis karena plasenta previa posterior atau sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak pada janin. Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir, serabut otot segmen bawah rahim tidak mampu melakukan kontraksi untuk mengehntikan perdarahan, karena perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah besar maka akan mengakibatkan perdarahan postpartum jika persalinan berlangsung pervaginam.(Manuaba, 1998)
Etiologi Plasenta Previa
Kerusakan endemetrum
Umur dan multiparitas
a) Riwayat SC b) Riwayat curetage
Vaskularisasi desidua berkurang
Kembar dan Bayi besar
Merokok
Kebutuhan nutrisi janin
Kadar O2janin
c) Kecurigaan
Plasenta membesar
plasenta akreta d) Myoma uteri e) Atrofi endometrium
Menimbulkan jaringan parut pada endometrium Plasenta berimplantasi di SBR
Plasenta Previa
UK meningkat
SBR melebar dan Menipis
Plasenta terlepas
Perdarahan (darah berwarna merah segar dan tanpa nyeri uterus)
(Manuaba, 2003) 2.2.6 Predisposisi 1. Vaskularisasi desidua berkurang a) Umur tua b) Multiparitas terutama kalau jarak antara kehamilan pendek c) Anemia. 2. Kerusakan endometrium/ miometrium a) Riwayat SC b) Riwayat curetage c) Kecurigaan plasenta akreta d) Myoma uteri e) Atrofi endometrium 3. Plasenta besar a) Hamil kembar b) Eritroblastosis petalis c) Merokok : menurunkan kadar O2 janin plasenta membesar. 4. Sebab – sebab lain a) Riwayat plasenta previa. 2.2.7
Gejala Klinis Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah 1. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi >22minggu 2. Darah segar atau kehitaman dengan bekuan 3. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton hiks atau koitus 4. Pada palpasi abdomen, sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simpisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang. 2.2.8 Diagnosis Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata itu salah. a. Anamnesa Perdarahan jalan lahir pada UK > 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyak perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
b.
c.
d.
e.
f.
Pemeriksaan umum Jika perdarahan yang terjadi hanya sedikit, tekanan darah, frekuensi nafas, dan frekuensi nadi ibu dapat tetap normal. Namun, demikian pada perdarahan yang hebat, tekanan darah akan rendah dan frekuensi nadi akan meningkat yang menunjukkan adanya syok. Tingkat syok berkaitan dengan jumlah darah yang keluar dari vagina. Pemeriksaan luar Bagian terendah janin biasanya belum masuk PAP. Apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung diatas PAP atau mengolak kesamping, dan sukar didorong kedalam PAP. Tidak jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang mungkin karena plasenta menempati bagian bawah uterus. Pemeriksaan inspekulo Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus serviksis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. Penentuan letak plasenta tidak langsung Penentuan letak plasenta tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi, dan ultrasonografi. Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang ahli, akan tetapi ibu dan janin pada pemeriksaan radiografi dan radioskopi masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi pula, sehingg cara ini mulai ditinggalakan. Ultrasonografi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan nyeri. Penentuan letak plasenta secara langsung Untuk menegakkan diagnosa yang tepat tentang plasenta previa adalah dengan meraba plasenta melalui canalis servikalis secara langsung. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, pemeriksaan ini hanya dilakukan jika dilakukan penanganan aktif, pemeriksaan ini dilakukan ditempat dan kondisi siap operasi. Perabaan fornises pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah PAP. Perlahan – lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin teraba plasenta. Akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta. Plasenta yang tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan ini harus selalu
2.2.9
mendahului pemeriksaan melalui kanalis servikalis, untuk mendapat kesan pertama ada tidaknya plasenta previa. Pemeriksaan melalui canalis servikalis apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan – lahan jari telunjuk dimasukkan kedalam kanalis servikalis, dengan tujuan kalau – kalau meraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkandari kanalis servikalis. Jangan sekali – kali berusaha menelusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersionya yag dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Komplikasi Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu yang menderita plasenta previa, yaitu: 1. Anemia karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak. 2. Retensio plasenta Karena segmen bawah rahim bersifat tipis, mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasi menerobos ke dalam jaringan miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam miometrium. 3. Robekan uteri Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah dan sangat potensial terjadi robekan yang disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam melakukan tindakan manual di tempat ini, misalnya, pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun saat mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. 4. Kelainan letak 5. Kelahiran premature dan gawat janin(Sarwono,2010)
2.2.10 Penanganan Menurut Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, 2008, penatalaksanaan adalah sebagai berikut: Semua penderita yang datang dengan perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan VT di Verband Kamer (VK) kecuali : - Kemungkinan plasenta previa sudah disingkirkan
- Diagnosis solutio plasenta sudah ditegakkan. Penanganan kasus-kasus dengan kecurigaan plasenta previa, sebagai berikut: 1. Penanganan Aktif Tujuan : Segera melahirkan anak (terminasi persalinan). Cara : 1) Langsung Seksio tanpa DSU (double set up) - Tanpa DSU dengan memperhatikan keadaan umum ibu. - Tunggu persiapan operasi sampai memungkinkan untuk dilakukan seksio (atas konsultasi dengan Anastesi) - Tindakan ini dilakukan pada : o Gawat janin dengan perkiraan berat janin > 1500 gr o Perdarahan aktif dan banyak dengan evaluasi bertahap. (perdarahan profuse >500cc dalam 30’) o Hb 6gr/dl atau kurang, bayi hidup, TBJ 1500 gr, perdarahan terus. - Dalam hal tersebut diatas DSU dapat menyebabkan perdarahan yang membahayakan keselamatan janin. Selama operasi seksio caesar, harus ditentukan apa diagnosis pasti, apakah : plasenta previa totalis atau plasenta previa lateralis dan beberapa pembukaan serviks. 2) “Double Set Up” (DSU) a. Dilakukan pada : - Kehamilan aterm - Kehamilan premature dengan TBJ > 2000gr - Perawatan konservatif gagal, yakni : Perdarahan masih merembes keluar vagina Perdarahan bercak akan tetapi menyebabkan penurunan Hb > 2 gr% dengan pemeriksaan serial 3x/tiap 6 jam b. Pada DSU ditentukan: - Bila plasenta previa totalis : seksio sesar - Bila plasenta previa lateralis : amniotomi. - Terminasi dengan seksio sesar dilakukan apabila : o Setelah 12 jam tidak terjadi persalinan dan persyaratan persalinan pervaginam tidak terpenuhi (VT) o Tidak perdarahan lagi o Terjadi gawat janin. - Setelah terjadi persalinan pervaginam : o Dianjurkan pemberian uterotonika profilaksis. Bila terjadi retensio plasenta, ingat plasenta akreta dan harus dilakukan penatalaksanaan di O.K :
- Plasenta manual - Histerektomi o Bila tidak teraba plasenta saat DSU, dilakukan inspekulo untuk melihat asal perdarahan, bila perdarahan berasal dari OUI, tetap dilakukan amniotomi (dengan anggapan kemungkinan suatu plasenta letak rendah, vasa previa yang pecah). Apabila pada inspekulo tidak dijumpai perdarahan : lakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan letak plasenta dan keadaan janin. 2. Perawatan Konservatif 1. Tindakan ini dilakukan pada a. Bayi prematurre TBJ <2000gr b. DJJ + c. Perdarahan sedikit atau berhenti Bila Hb rendah atau (anemis), tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar, dipertimbangkan anemia kronis. 2. Cara perawatan konservatif a. Observasi selama 24 jam di Kamar Bersalin b. Keadaan umum penderita diperbaiki, transfusi darah diusahakan Hb >10gr% c. Diberikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin, menjaga kemungkinan perawatan konservatif gagal. Suntikan diberikan intra muskuler 2x selang 24 jam dengan dosis : dexamethasone 16mg/hari atau betamethasone 12mg IV. d. Bila perdarahan berhenti, penderita pindah ke ruang bersalin tirah baring selama 2 hari kemudian mobilisasi. e. Observasi : Hb tiap hari, tensi, nadi, perdarahan tiap 6 jam. f. Perawatan konservatif gagal bila terjadi perdarahan ulang (= penanganan aktif) g. Penderita dipulangkan bila tidak terjadi perdarahan ulang setelah dilakukan mobilisasi. Sebelum pulang dilakukan USG untuk memastikan letak plasenta dan inspekulo untuk menentukan kelainan pada serviks vagina. h. Nasehat waktu pulang : - Istirahat - Dilarang koitus/ manipulasi vagina - Masuk Rumah Sakit bila ada perdarahan lagi - Periksa ulang antenatal care 1 minggu kemudian. o Tokolitik telah banyak digunakan pada beberapa senter untuk uterus yang secara teoritis dapat mengakibtakan pelepasan plasenta dan
perdarahan. kegunaan tokolitik pada penderita plasenta previa belum dibuktikan dengan penelitian yang adekuat. o Penderita pulang dipertimbangkan pada : - Tinggal dalam jangkauan 30 menit dari Rumah Sakit ada anggota keluarga yang menjaga selama 24 jam - Mampu mempertahankan tirah baring dirumah - Mengerti resiko yang menyertai pada perawatan rawat jalan. o Berdasarkan pemeriksaan USG persalinan direncanakan sebagai berikut : a. Bila plasenta menutup OUI, ditunggu aterm, kemudian dilakukan USG ulang. Bila hasil tetap, maka persalinan direncanakan seksio sesar. b. Bila plasenta di Segmen Bawah Rahim (SBR), tapi tidak menutup OUI, ditunggu inpartu, bila perdarahan lagi DSU. c. Bila plasenta letak normal ditunggu inpartu, persalinan diharapkan normal. 2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan dengan Plasenta Previa Dilaksanakan pada tanggal : Jam : alasan untuk mengetahui waktu pemeriksaan Tempat : alasan untuk mengetahui tempat pemeriksaan Tanggal : untuk mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan untuk menentukan jadwal pemeriksaan berikutnya. 2.3.1 PENGKAJIAN Data Subjektif 1. Biodata a. Nama klien dan suami Untuk mengetahui identitas klien dan untuk mengenal dan memanggil penderita supaya tidak keliru dengan klien yang lain. b. Usia klien dan suami Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara 19-35 tahun, dengan otot masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang. Tetapi menurut pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih mudah untuk melahirkan jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun, primi tua dikatakan mulai 35 tahun. (Christina, 1993: 84). Kehamilan usia lanjut juga merupakan etiologi dari plasenta previa. c. Agama Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Depkes RI, 1995: 14)
d. Suku/bangsa Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan klien. e. Pendidikan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan berpikir ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE pada pasien dengan lebih mudah. (Depkes RI, 1995: 14) f. Pekerjaan Ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi penderita agar nasehat yang diberikan sesuai. (Christina, 1993: 85) g. Alamat Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit) ke ibu. (Christina, 1993: 84) h. Nomor Telepon Untuk memudahkan dalam berkomunikasi 2. Keluhan Utama Keluhan utama pada plasenta previa adalah: Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi >22minggu Darah segar atau kehitaman dengan bekuan Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton hiks atau koitus Pada palpasi abdomen, sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simpisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang. 3. Riwayat Menstruasi Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini memungkinkan bidan untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu, memperkirakan usia kehamilan saat itu. (Fraser,2009: 251) a. HPHT Tafsiran Persalinan dihitung dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada tanggal hari pertama haid terakhir yang dialami ibu. (Diana. M. Fraser dan Margaret A. Cooper, 2009: 251). Metode ini mengasumsikan bahwa : ibu memiliki menstruasi dan jarak antara menstruasi teratur, konsepsi terjadi 14 hari setelah HPHT, hal ini dianggap benar hanya jika ibu memiliki siklus menstruasi 28 hari, periode perdarahan yang terakhir merupakan menstruasi yang sebenarnya, implantasi ovum dapat menyebabkan sedikit perdarahan.
b. Siklus haid Panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah 28 hari ditambah atau dikurangi 3 hari, dan teratur atau tidak. (Sarwono, 2007: 46) c. Lama haid Lama haid biasanya berlangsung selama 3-5 hari. (Salmah, 2006: 19) d. Sifat darah / konsistensi Darah haid berwarna merah, encer, tidak membeku, terkadang membeku jika banyak. (FK UNPAD, 1983: 78) 4. No
Riwayat Obstetri yang lalu Kehamilan Persalinan Bayi/Anak BB Hidup Anak Suami UK Pnylt Penol Jenis Tmpt Pnylt Seks ke PB Mati
Faktor predisposisi plasenta previa adalah: Multiparitas terutama kalau jarak antara kehamilan pendek Riwayat SC Riwayat curetage 5.
Riwayat Kehamilan ini a. Riwayat ANC Dimana dan sudah berapa kali memeriksakan kandungannya Keluhan yang dirasakan selama kehamilan Apa yang sudah didapatkan selama ini: Obat-obatan (apa saja, diminum / tidak) Penyuluhan yang sudah didapat, antara lain: o Persiapan persalinan o Tanda bahaya kegawat daruratan o Persiapan Komplikasi o Personal Higine o Istirahat o Senam Hamil o Aktifitas o Kebutuhan Seksual o Gerakan janin o Obat dalam kehamilan o Pentingnya TT o Nutrisi
Nifas Pnylt ASI
Ket
o Obat-obatan Injeksi TT Gerakan janin pertama kali (Quickening) dan gerakan saat ini Pemeriksaan penunjang apa saja yang sudah dilakukan (USG, Pemeriksaan Lab) disertai tanggal pelaksanaan.
6.
7.
8.
9.
Riwayat KB Apakah ibu pernah menggunakan KB, metode apa, berapa lama, dan karena apa Ibu berhenti menggunakan KB Riwayat Kesehatan Ibu Apakah ibu tidak menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal, Heatitis, TBC Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi,asma, DM, Penyakit kelainan darah, Hepatitis,TBC, Riwayat Gemelli juga dipengaruhi factor keturunan selain bangsa, umur dan parietas.( Manuaba,1998:72) Pola Fungsional Kesehatan a. Pola Nutrisi Normalnya makan 3x sehari dengan menu yang seimbang seperti nasi, lauk, sayur, buah, dan susu (cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air). Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300 kalori per hari. Minum : normalnya 6-8 gelas/hari (UNPAD, 1983) ibu tidak mengalami gangguan makan. b. Pola Eliminasi Menguraikan miksi dan defekasi setiap hari dan keluhan serta masalah yang terjadi. Normalnya BAK 6-8 kali per hari dan BAB 1 kali per hari. Pada plasenta previa perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi. c. Pola Istirahat Menguraikan tentang apakah terdapat masalah pada tidur dan frekuensi tidur dalam sehari. d. Pola Aktivitas Menguraikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat ringannya aktivitas) dan macam-macam aktivitas yang dilakukan. Umumnya, ibu hamil dapat melakukan aktivitas ringan sampai sedang seperti sebelum hamil, hanya saja waktunya dikurangi dan ibu menjaga agar tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat. Pada plasenta previa perdarahan dapat terjadi setelah aktifitas fisik yang terlalu berat e. Pola Aktivitas Seksual Selama Hamil
Pada plasenta previa perdarahan dapat terjadi setelah koitus f. Pola Kebiasaan Alkohol : Binatang Peliharaan : Jamu-jamuan : Merokok : Obat-obatan : Narkoba : Merokok merupakan faktor risiko plasenta previa 10. Riwayat Psikososial Budaya a. Perkawinan : Kawin: Umur: Lama: b. Perencanaan kehamilan Kehamilan ini diinginkan / tidak diinginkan c. Status Emosional Ibu ditanyai bagaimana perasaannya terhadap kehamilan yang ia jalani, selain itu bagaimana dengan kesiapan ibu menghadapi persalinan yang kelak akan dijalaninya. d. Pengambilan keputusan Hal ini dapat dilihat dari ekspresi ibu pada saat hamil. Oleh karena itu, pemberi ANC harus selalu memberi semangat dan dukungan pada ibu yang sedang hamil. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan. (Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk kebidanan, 2008:142) a. Kesadaran Pada kehamilan fisiologis, seharusnya kesadaran ibu dalam keadaan Compos mentis, yaitu dengan sadar dapat menjawab semua pertanyaan petugas. b. Tanda-Tanda Vital - TD : Normal antara 100/60-140/90 mmHg (Chapman, 2006: 39) - Suhu : Normal antara 360C – 370C - Nadi : Nadi normal antara 80-110 x/menit (Depkes RI, 1994 : 11) c. Berat Badan Berat badan ibu untuk mengetahui tingkat gizi ibu dan seberapa besar kenaikan berat badan ibu saat hamil. Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan ± 12,5 kg. d. Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan dilakukan sekali pada kunjungan pertama. Normalnya, tinggi badan > 145 cm. Jika diketahui Bumil dengan TB < 145cm
maka tergolong low high yang kemungkinan resiko panggul sempitnya lebih tinggi. e. Lingkar Lengan Atas Normalnya lingkar lengan atas > 23,5 cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR. 2.
Pemeriksaan Fisik Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik: a. Muka Ada/ tidak chloasma gravidarum, konjungtiva merah muda, sklera putih, oedema tidak ada, mulut bersih, gigi tidak karies. (Depkes RI, 2009: 12) b. Dada Tidak ada benjolan abnormal, saat hamil areola hiperpigmentasi, colostrums ada/tidak. (Manuaba, 1998: 103) Hamil 12 minggu ke atas keluar colostrums yang berasal dari kelenjar sinus yang mulai berekskresi. (Sarwono, 2005: 95) c. Abdomen Apakah ada linea alba, striae livide, striae albican, bekas SC Leopold I Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus. Pada kehamilan/persalinan normal, bagian yang terdapat dalam fundus adalah bokong dengan cirri lunak, kurang bundar, kurang melenting. (Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan, 2008: 142)
Tinggi normal fundus selama kehamilan: Usia Kehamilan Dalam cm
Tinggi Fundus Menggunakan penunjuk badan Teraba diatas simpisis pubis Ditengah, antara simpisis pubis dan umbilikus Pada umbilicus
12 minggu
-
16 minggu
-
20 minggu
20 cm ( 2 cm)
22-27 minggu
UK dalam minggu = cm ( 2 cm) -
28 minggu
28 cm ( 2 cm)
29-35 minggu
UK dalam minggu = cm ( 2 cm) -
Ditengah, antara umbilikus dan prosesus xyfoideus
36 minggu Pada prosesus xyfoideus 36 cm( 2 cm) Menurut Mc Donald dalam cm Pengukuran tinggi fundus ini dilakukan menggunakan pita ukur dengan cara meletakkan ujung pita ukur (nilai 0) pada simpisis pubis dan menarik pita ukur tersebut hingga mencapai fundus uteri ibu secara lurus mengikuti bentuk perut ibu. Tinggi normal fundus dalam sentimeter: TFU BULAN MGG TFU (cm) III 12 mgg 1-2 jari diatas simpisis IV 16 mgg Pertengahan simpisis pusat V 20 mgg 20 3 jari bawah pusat VI 24 mgg 23 Setinggi pusat VII 28 mgg 26 3 jari atas pusat VIII 32 mgg 30 Pertengahan prosessus xyfoideus-pusat Sampai arcus costarum atau 3 jari di bawah IX 36 mgg 33 prosessus xyfoideus X 40 mgg 30 Pertengahan antara prosessus xyfoideus-pusat Leopold II Digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian kecil pada anak. Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung anak yang teraba bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan perabaan pada letak yang lain. (Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan, 2008) Leopold III Digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas
3.
panggul (posisi tangan petugas konvergen, divergen atau sejajar). Pada kehamilan/persalinan normal, bagian terbawah janin adalah kepala dengan ciri keras, bundar, dan melenting. (Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan, 2008) Leopold IV Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan bila kepala masih tinggi. (Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan, 2008) DJJ Dilakukan untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak/DJJ (Denyut Jantung Janin) dapat didengarkan pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-3. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkan selama 1 menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 kali per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Denyut jantung janin harus diantara 110160 x/menit (Salmah dkk, 2006). d. Genetalia Vulva dan vagina : Tidak ada Varises, tidak ada oedema, tidak ada kondiloma lata, dan tidak ada kondiloma akuminata, tidak ada infeksi bartolini, tidak ada infeksi skene, tidak ada kemerahan , berapa banyak darah yang keluar Perineum Ada atau tidaknya bekas luka episiotomy/robekan/sikatrik e. Anus Hemoroid : Tidak ada Wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi pelebaran vena haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus. (Sarwono, 2005: 502) Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Darah Dari pemeriksaan darah perlu ditentukan Hb, golongan darah, serta kadar gula darah. Golongan darah ditentukan agar mudah dan lebih cepat mencarikan darah yang cocok jika ibu memerlukannya. Jika ibu golongan darah O maka mungkin timbul ABO antagonisme. (Obstetri Fisiologi, UNPAD, 1983)
Batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 10 gr/100 ml. Jika Hb < 10gr% maka Ibu disebut anemia. Hb 10 – 12 gr/% pada ibu hamil bukan anemia patologis tetapi masih fisiologis karena terjadi hemodelusi (kadar Hb tetap namun ada peningkatan jumlah plasma pada darah). Anemia merupakan factor predisposisi plasenta previa. Rekam Medik / Riwayat Perawatan Bisa dilihat dari riwayat perawatan yang pernah dilakukan Ibu dari buku KIA atau data pada kartu hamil / status Ibu, maupun hasil pemeriksaan lainnya yang dibawa oleh ibu. Rekam medik dapat berupa: Hasil konsul dengan dokter Advis dokter USG : oleh DSOG untuk mengetahui kondisi janin dan plasenta Foto lain : oleh Ahli Radiologi ( jika diperlukan ) NST : oleh DSOG ( jika diperlukan ) 2.3.2
INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosa G….kehamilan ke.. P….partus A….aterm P….prematur A….abortus H….hidup Usia Kehamilan, Tunggal/ Kembar, Hidup, Letak/presentasi, intrauterine / ekstrauterine (ditunjang pemeriksaan lain, misal USG), Keadaan jalan lahir kesan normal, KU ibu dan janin baik, dengan plasenta previa Masalah Keluhan ibu diluar diagnose medis namun dapat berpengaruh bagi keadaan ibu.
2.3.3
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.
2.3.4
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.
2.3.5
INTERVENSI 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik kepada ibu. R/: ibu dan keluarga mengetahui tentang keadaannya sehingga dapat membuat ibu dan keluarga menjadi tenang 2. Jelaskan penyebab dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu. R/ : informasi yang diberikan akan membuat ibu menjadi lebih tenang. 3. Anjurkan ibu untuk istirahat baring total R/ : dengan istirahat baring total akan mencegah terjadinya perdarahan 4. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam tindakan selanjutnya dan pemberian terapi selanjutnya. R/ : terapi yang diberikan akan mempercepat kesembuhan pasien.
2.3.6
IMPLEMENTASI Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.
2.3.7
EVALUASI Tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak. Pendokumentasian menggunakan SOAP. S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung O : Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan. A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subjektif dan objektif. P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.
BAB 3 TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “W” GIIP10001 UMUR KEHAMILAN 39-40 MINGGU DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS + LETAK LINTANG DI POLI HAMIL RSUD IBNU SINA GRESIK PENGKAJIAN Tanggal pengkajian : 04 Januari 2013 Pukul : 10.00 WIB
Oleh : Fitri Damiyanti No. RMK : 51-17-27
Data Subyektif 1. Identitas Nama Ibu : Ny. “W” Nama Suami : Tn. “I” Umur : 30 Th Umur : 35 Th Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Ind Agama : Islam Agama : Islam Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir Pendidikan : SD Pendidikan : SMP No. Telp : 2. Keluhan Utama Ibu hamil 9 bulan dating dengan rujukan dari puskesmas karena letak bayi melintang. Ibu belum ada kenceng-kenceng, keluar lendir darah dan air-air. Tidak ada keluar darah merah segar, perut tidak mules / nyeri. 3. Riwayat Menstruasi Siklus : 30 hari Banyaknya : 2x ganti pembalut dalam sehari Lama : 6-7 hari Sifat darah : encer, merah segar Teratur/tidak : teratur HPHT : 22/04/2012 HPL : 29/01/2013 4. Riwayat Obstetri yang Lalu No 1. 2.
Kehamilan Persalinan Anak Tahun UK Penyulit Penolong Jenis Tempat Penyulit JK BB Keadaan 40 Spt 3 2002 Bidan BPM ♂ Hidup mg B kg Hamil Ini
5.
Riwayat Kehamilan Sekarang Keluhan Selama Kehamilan a. Keluhan selama TM I Pada awal kehamilan ibu merasa pusing, mual, nafsu makan menurun, namun seiring bertambahnya usia kehamilan, kondisi ibu semakin membaik, dan selera makan ibu kembali seperti prahamil. b. Keluhan selama TM II Ibu merasa lebih sehat dari sebelumnya, nafsu makan meningkat daripada saat sebelum hamil. c. Keluhan selama TM III Ibu merasa sakit saat bayinya bergerak, kram pada kaki. Pergerakan anak pertama kali Ibu pertama kali merasakan gerakan anak pada usia kehamilan ± 5 bulan Imunisasi TT Ibu sudah mendapatkan imunisasi TT caten. a. HE/ penyuluhan yang sudah didapat 1) Kebersihan 2) Istirahat. 3) Nutrisi. b. Obat-obatan yang sudah didapat Ibu telah mendapat kalk, Vit.B kompleks dan tablet FE dari bidan. 6. Riwayat KB Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan setelah kelahiran anak pertama sampai sebelum kehamilan anak kedua ini. 7. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, Diabetes Mellitus, ginjal, hepatitis, maupun TBC. 8. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Keluarga Keluarga ibu tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, Diabetes Mellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli. 9. Riwayat Psikososial dan Budaya 1. Riwayat Perkawinan Perkawinan pertama, lamanya 12 tahun, usia pertama kali menikah 18 tahun (ibu), dan 22 tahun (suami). 2. Kehamilan ini direncanakan. 3. Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini. 10. Pola Fungsi Kesehatan a. Pola Nutrisi Makan teratur, 4 sehat 5 sempurna b. Pola Eliminasi
c. d.
e.
f. g.
Selama hamil, Ibu BAB 1x/ hari, dan BAK ± 5x/ hari, ibu merasa semakin sering kencing pada akhir kehamilan ini. Pola Istirahat Selama hamil, ibu tidur total 6-7 jam/ hari pada malam hari. Pola Aktivitas Ibu tidak bekerja, hanya melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, bersih-bersih dan istirahat jika merasa capek. Pola Aktivitas Seksual Ibu tidak melakukan hubungan seks setelah usia kandungan menginjak usia 7 bulan. Personal Hygiene Ibu teratur mandi 2x/hari, ganti pakaian dalam setiap terasa lembab. Pola Kebiasaan Ibu tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, jamu dan narkoba.
Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan Umum b. Kesadaran c. Tanda-tanda vital 1) Tekanan Darah 2) Suhu Tubuh 3) Denyut Nadi 4) Pernafasan d. Berat Badan sekarang e. Tinggi Badan f. LILA 2. Pemeriksaan Fisik a. Muka/ Wajah
b. Leher
c. Abdomen Leopold 1
: Baik : Compos Mentis : : : : : : :
110/70 mmHg 36,5C 84 x/menit 20 x/menit 65 kg 147,5 cm 28 cm
: Wajah tidak pucat dan tidak oedema, tidak ada chloasma gravidarum, konjungtiva merah muda, sklera putih. : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak teraba pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. : Tampak linea nigra, tidak tampak striae gravidarum dan tidak tampak luka bekas operasi. : teraba bagian-bagian kecil di bagian fundus ibu TFU 3 jari dibawah px (32 cm)
Leopold 2
: Di perut bagian kanan ibu teraba bagian-bagian keras, bulat dan saat digoyangkan melenting, dan pada bagian kiri perut ibu terasa besar dan lunak. Leopold 3 : teraba bagian keras, datar dan memanjang (punggung) Leopold 4 : tidak dilakukan. DJJ : 145 x/ menit d. Ekstremitas Atas/ Bawah Atas : tidak ada oedema Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises 3. Pemeriksaan Penunjang a USG Tanggal 04 Januari 2013 Oleh:Tony Ertiatno, dr. Sp. OG Hasil: HPL 17 Desember 2012 T/H/U Letak Lintang UK 39-40 minggu BPD (Biparietal Diameter) : 39-40 minggu AC : 39-40 minggu FL (Foot Length) : 39-40 minggu TBJ : 3800 gram TL : 09 Januari 2013 Plasenta : di SBRdepan meluas ke bawah menutupi OUI Cairan Amnion : cukup b Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap dan Urine Lengkap pada tanggal 04 Januari 2013 No.Rekam Medik : 515727
Hasil : NO. Nama Pemeriksaan 1. HB 2. 3.
Metode Hasil FLOWCYTOMETRI 11,5
4.
LEUKOSIT LAJU ENDAP DARAH HITUNG JENIS
5
PVC
2/1/0/70/2 4/3 FLOWCYTOMETRI 36
6.
TROMBOSIT
FLOWCYTOMETRI 243 000
7. 8. 9. 10.
MCV MCH MCHG CLOTTING TIME (L&W) SGPT REDUKSI ALBUMIN HBS AG
FLOWCYTOMETRI FLOWCYTOMETRI FLOWCYTOMETRI LEE&DUCK
89 28 32 21 0
L : 40-50% p : 37-47% 150000 – 450000 uL 80 – 94 26 – 32 32 – 36 0 – 31 Ml
IFCC STIK BCG CHROMATOGRAP HIC
15 8 Negatif 3.89 Negatip
0 – 32 Ml Negatif 3.5 – 5.2 g/dl Negatip
11. 11. 10. 12.
FLOWCYTOMETRI 10.400 WESTERGREEN 11 - 23
Nilai Normal L 12-17 P 11,4 – 15,3 4500 – 11000 L 0-15 P 020 1/1/012/12/4
SLIDE
Analisa Diagnosa : GIIP10001, Usia Kehamilan 39-40 minggu, Jalan lahir kesan normal, plasenta previa totalis dan letak lintang. Janin, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Lintang Penatalaksanaan 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan USG kepada ibu dan suami bahwa ibu mengalami palsenta previa totalis sehingga jalan lahir ibu ditutupi oleh seluruh bagian plasenta dan bayi mengalami kelainan letak lintang sehingga bayi harus dilahirkan secara operasi SC, Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. 2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga (suami) mengenai bahaya plasenta previa dan letak bayi melintang pada kehamilan serta komplikasinya terhadap persalinan; informasi yang diberikan membuat ibu menjadi lebih tenang. 3. Menganjurkan ibu untuk istirahat baring untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih banyak ; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. 4. Memberikan dukungan emosional kepada Ibu dan menyarankan ibu untuk tetap tenang, ibu dapat menjadi lebih tenang dan bersemangat lagi dalam menghadapi persalinannya.
5.
Berkolaborasi dengan dokter Sp.OG Advis dokter : MRS tanggal 07 Januari 2013, tes Lab lengkap, konsultasi anastesi, Pro SC tanggal 08 Januari 2013 Ronde I ; telah dilakukan tes laboratorium lengkap, pasien MRS tanggal 07 Januari 2013.
BAB 4 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari tinjauan teori dan tinjauan kasus yang telah dibahas pada Bab II dan Bab III, maka dapat dibahas antara lain : Pada tinjauan kasus, didapatkan data anamnesa terhadap ibu mengenai keluhan adalah ibu tidak mengalami perdarahan merah segar dan tidak disertai nyeri perut. Hal ini kurang sesuai dengan etiologi plasenta previa pada tinjauan pustaka dimana pada plasenta previa akan mengalamai keluhan utama terjadi perdarahan merah segar pada usia kehamilan di atas 28 minggu . pada kasus plasenta previa totalis bisa ditemui tidak terjadi perdarahan karena ibu belum mengalami kontraksi dan serviksnya belum berdilatasi sehingga tidak terjadi perdarahan. Namun hasil USG menunjukkan bahwa implantasi plasenta berada di segmen bawah rahim meluas sampai menutupi OUI merupakan penegak diagnosa bahwa ibu mengalami plasenta previa totalis. Terjadinya kelainan letak bayi (melintang) juga menjadi komplikasi akibat terjadinya plasenta previa totalis karena bagian terendah janin tidak dapat memasuki pintu atas panggul ibu. Untuk pengkajian data subyektif maupun obyektif lainnya didapatkan hasil dalam keadaan normal, perkembangan kehamilan sesuai dengan teori pada perubahan yang terjadi pada ibu hamil. Ibu juga sudah merasakan gerakan janin, pola kebiasaan sehari-hari ibu seperti terlalu capek karena kerja lembur dan mengeluarkan darah saat BAK merupakan faktor predisposisi dan ciri plasenta previa, pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan, DJJ +, kondisi ibu dan janin baik. Dari pengkajian data objektif dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan diagnosa. Pada tinjauan kasus, dalam penatalaksanaan bidan melakukan konsultasi dengan dr. SPOG dan terapinya sudah sesuai dengan advise DSOG. Karena pasien datang ke poli hamil maka bidan merujuk pasien ke kamar bersalin untuk melakukan terapi yang dianjurkan DSOG Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan kasus dan tinjauan teori.
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Dari data pada bab-bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Dalam melakukan pengkajian baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan untuk menilai keadaan klien secara fokus, penulis tidak mengalami kesulitan karena pasien kooperatif. 2. Dalam menentukan diagnosa, berdasarkan data-data yang terkumpul saat pengkajian tampak jelas bahwa pasien mengalami plasenta previa. 3. Dalam menetapkan rencana asuhan yang diberikan pada pasien penulis telah melakukan sesuai dengan teori. 4. Dalam melakukan asuhan penulis telah melaksanakannya sesuai dengan advise DSOG. 5.2 Saran Dapat dijadikan pertimbangan dasar atau bahan data untuk penyusunan laporan selanjutnya dengan keluhan yang berbeda.