MAKALAH TENTANG PRURITUS SISTEM INTERGUMENT I
Disusun oleh :
Herlina Mulya Lestari
(88150019)
A Iqbal Adama A
(88150023)
M Rijal Hidayat
(88150053)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BSI BANDUNG 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Sistem Integument, Asuhan Keperawatan pada Pruritus”. Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terimakasih.
Bandung, Oktober 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1 1.1
Latar belakang ............................................................................................................. 1
1.2
Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.3
Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3 LANDASAN TEORI ............................................................................................................... 3 2.1
Pengertian .................................................................................................................... 3
2.2
Klasifikasi.................................................................................................................... 3
2.3
Etiologi ........................................................................................................................ 4
2.4
Patofisiologi ................................................................................................................ 7
2.5
Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 8
2.6
Pemeriksaan penunjang ............................................................................................... 9
2.7
Penatalaksanaan .......................................................................................................... 9
BAB III.................................................................................................................................... 12 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRURITUS .............................................. 12 3.1
Pengkajian ................................................................................................................. 12
3.2
Analisa Data .............................................................................................................. 15
3.3
Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 18
3.4
Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 19
3.5
Implementasi Keperawatan ....................................................................................... 25
3.6
Evaluasi Keperawatan ............................................................................................... 28
BAB IV .................................................................................................................................... 30 PENUTUP ............................................................................................................................... 30 4.1
Kesimpulan................................................................................................................ 30
4.2
Saran .......................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 31
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan juga merupakan organ yang esensial dan vital karena memiliki berbagai fungsi dalam melindungi tubuh dari pengaruh luar lingkungan serta sebagai cermin kesehatan dan kehidupan. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelindung kulit dapat mengalami gangguan ataupun kelainan yang dapat mengurangi manfaat kulit itu sendiri serta memberikan efek yang buruk bagi individu. Kelainan dermatologis dapat memberikan berbagai macam manifestasi. Salah satu manifestasi umum dari kelainan tersebut adalah gatal atau dalam bahasa medis dikenal dengan sebutan pruritus. Pruritus dapat didefinisikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan pada kulit yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu fakrtor eksogen maupun faktor endogen. Selain itu, pruritus juga dapat terjadi karena adanya kelainan kulit ataupun karena pengaruh dari penyakit sistemik lain yang dapat memberikan komplikasi gatal. International Forum For the Study of Itch mengelompokkan pruritus menjadi pruritus akut dan kronik. Pruritus akut adalah pruritus dengan lama gejala kurang dari 6 minggu sedangkan pruritus kronis memberikan gejala lebih dari 6 minggu. Prevalensi terjadinya pruritus sendiri masih tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan pada populasi umum menyebutkan bahwa dari 18.747 responden sebanyak 35, 5% responden mengalami pruritus atau gatal. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa dari 200 sampel yang diteliti 39,1% responden menyatakan pernah mengalami pruritus, yaitu 16,5% responden mengalami pruritus kronis selama kurang dari 12 bulan dan 21,6% responden mengalami pruritus kronis selama hidupnya.
1
Pruritus selain memberikan sensasi yang tidak menyenangkan juga memberikan efek lain seperti gangguan pola tidur, gangguan dalam berkonsentrasi, gangguan fungsi seksual dan depresi. Efek yang lebih berat dari pruritus adalah efek psikis yang ditimbulkannya. Pruritus yang merupakan manifestasi umum dari kelainan dermatologis dengan preavalensi kejadian yang masih tinggi serta efek yang ditimbulkannya membuat penulis tertarik untuk membuat referat yang berkaitan dengan pruritus yang mengupas segala aspek tentang pruritus baik dari penyebab, mekanisme terjadinya pruritus, manifestasi serta penatalaksanaan pruritus. 1.2 Tujuan a.
Tujuan umum Mahasiswa dapat mengetahui tentang kelainan dermatologis yaitu pruritus dan segala macam aspek yang menyertainya
b.
Tujuan khusus 1) Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi atau penyebab pruritus baik yang berasal dari kelainan dermatologis ataupun yang disebabkan karena penyakit sistemik lainnya. 2) Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme terjadinya pruritus, gejala serta pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. 3) Mahasiwa mampu memberikan penatalaksanaan yang berkaitan dengan pruritus. 4) Mahasiwa mengetahui kelainan dermatologis serta penyakit-penyakit sistemik lain yang berhubungan dengan pruritus.
1.3 Manfaat a.
Dapat mengetahui tentang pruritus dan hal-hal yang berkaitan dengan pruritus
b.
Dapat menegakkan diagnosis yang berkaitan dengan pruritus
c.
Dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat pada kejadian pruritus.
2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pruritus berasal dari kata prurire/gatal/rasa gatal/ atau berbagai macam keadaan yang ditandai oleh rasa gatal (Kamus Kedokteran Dorland. 1996). Pruritus (gatal-gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan (Brunner dan Suddarth, 2002). Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut pruritus esensial (pruritus sine materi) (Djuanda A., 2007). Jadi, pruritus (gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering dijumpai pada gangguan dermatologik dengan sensasi tidak menyenangkan di kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus yang hebat menyebabkan pasien menggaruk kulit lebih dalam dan lama, sehingga kadang kulit bisa sampai berdarah karena sensasi nyeri ditoleransi lebih baik daripada rasa gatal. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut sebagai pruritus esensial (pruritus sine materi). 2.2 Klasifikasi Berdasarkan jenisnya pruritus dibagi menjadi: a. Pruritus Primer adalah pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau alat dalam dan dapat bersifat lokalisata atau generalisata, bisa bersifat psikogenik yang disebabkan oleh kompenen psikogenik yang memberikan stimulasi pada itch centre. b. Pruritus Sekunder adalah pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit sistemik, pada pruritus sistemik toksin-toksin metabolik mungkin tertimbun di cairan interstisium dibawah kulit. (Djuanda A., 2007)
3
Klasifikasi pruritus berdasarkan patofisioya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: a. Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat adanya pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta terjadi kerusakan kulit. b. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras aferen
penghantaran
impuls,
seperti
neuralgia
dan
gangguan
serebrovaskuler. c. Gatal neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai keadaan patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan meningkatkan kadar senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus. d. Gatal psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas psikologis dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit (parasitofobia) dapat menyebabkan sensasi gatal. (Twycross R et al, 2003) 2.3 Etiologi Pruritus dapat disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen yaitu : a. Eksogen, misalnya dermatitis kontak iritan (pakaian, logam, benda asing), dermatitis kontak allergen (makanan, karet, pewangi, perhiasan, balsem, sabun mandi), rangsangan oleh ektoparasit (serangga, tungau, skabies, pedikulus, larva migrans) atau faktor lingkungan yang membuat kulit lembab atau kering. b. Endogen, misalnya reaksi obat atau penyakit sistemik seperti gangguan ginjal, gangguan metabolik (DM, hipertiroidisme, dan hipotiroidisme), dan stress psikologis yang menyebabkan meningkatnya sensitivitas respon imun. Seringkali kausa secara klinis belum diketahui. (Moscella, 1986) Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:
4
a. Pruritus local Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Penyebabnya beragam, diantaranya: 1) Kulit kepala
: Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
2) Punggung
: Notalgia paraesthetica
3) Lengan
: Brachioradial pruritus
4) Tangan
: Dermatitis tangan, dll.
b. Gangguan sistemik Beberapa Gangguan Sistemik Penyebab Pruritus 1) Gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik. 2) Gangguan hati seperti obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika. 3) Endokrin
atau
metabolik
seperti
diabetes
mellitus,
hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, dan myxoedema. 4) Gangguan pada darah seperti defisiensi seng (anemia), polycythaemia, leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease. c. Gangguan pada kulit Penyebab pruritus yang berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa diantaranya, yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn. d. Pajanan terhadap factor tertentu Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik; contoh: opioid, aspirin). e. Hormonal Dua persen dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang 5
setelah penderita melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia berespon baik terhadap pengobatan emollient. (Djuanda, 2007)
6
2.4 Patofisiologi PRURITUS
Scratch reflexes (reflex garuk) akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus
Defisiensi Pengetahuan
Garukan
Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
Resiko infeksi
Inflamasi berlangsung lama
Menimbulkan ruam dan lesi Gangguan Citra Tubuh Kerusakan Integritas Kulit
Nyeri akut s
7
2.5 Manifestasi Klinis Menurut Brunner dan Suddarth (2000), manifestasi klinis pruritus adalah a. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien mengaruk yang biasanya dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien teralih pada aktivitas sehari-hari. Pada malam hari dimana hal-hal yang bisa mengalihkan perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang ringan sekalipun tidak mudah diabaikan. b. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak yang menebal). Apabila garukan dilakukan dengan menggunakan kuku dapat menyebabkan ekskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya sendiri. c. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu dan menganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar. 8
2.6 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab pruritus walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya kelainan sistemik tertentu. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta sistemik antara lain : a. Hitung darah lengkap (CBC) mendeteksi apakah klien mengalami alergi yang menyebabkan rasa gatal jika dimana disini akan mengalami peningkatan jumlah eosinofil yang kadar normalnya 1-3% dari leukosit. b. BUN dan kreatinin serum untuk mendeteksi apakah gatal yang dirasakan kliena adalah gangguan ginjal yang meyebabakan meningkatnya kadar urea yang membuat kulit menjadi gatal. c. Biopsi kulit yaitu melihat kulit dibawah mikroskop untuk mengetahui jika terinfeksi oleh bakteri atau jamur yang membuat rasa gatal.
2.7 Penatalaksanaan Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, pasien sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal. Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu: a. Penatalaksanaan secara medis :
9
1) Pengobatan topical: a) Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols. b) Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin. c) Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering. d) Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.
Kortikosteroid
secara topikal
maupun sistemik
cenderung tidak menimbulkan efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat, maka ini lebih disebabkan penekanan efek inflamasi. e) Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan menimbulkan alergi dermatitis kontak. 2) Medikasi Oral Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan menyebabkan tidur terganggu: a) Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien. b) Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah. c) Antihistamin:. Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada pruritus yang dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah urtikaria. Antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya tersebut d) Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik. Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer antara lain antagonis H1, agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2. Sementara
yang
bekerja
secara 10
sentral
adalah
gabapentin
(untuk
gatalneuropati), talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake serotonin, dan opioid miu antagonis atau agonis kappa (Burton G, 2006) b. Penatalaksanaan secara keperawatan : Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya
Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk
menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak tangan. Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa: 1) Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah mandi. 2) Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku 3) Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi.. 4) Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab 5) Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra, menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat. 6) Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat berlebihan. 7) Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal. 8) Menjaga higiene pribadi dan lingkungan. 9) Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku.
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRURITUS
3.1 Pengkajian a.
Identitas klien dan penanggung jawab
b.
Status Kesehatan 1) Status Kesehatan Saat Ini a) Keluhan utama : Gatal di seluruh tubuh. b) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini 2) Status Kesehatan Masa Lalu a) Penyakit yang pernah dialami b) Riwayat alergi
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
d.
Riwayat pengobatan atau terpapar zat
e.
Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum klien a) Tingkat kesadaran Secara umum pasien dengan pruritus dalam kondisi sadar (composmentis) b) Berat badan Biasanya klien dengan penyakit pruritus tidak mengalami gangguan pada berat badannya mengalami peningkatan atau penurunan berat badan. c) Tinggi badan Biasanya klien dengan pruritus ini tidak menyebabkan seseorang mengalami gangguan pertumbuhan pada tinggi badan d) Temperatur Biasanya klien dengan ketosis tidak mengalami perubahan peningkatan pada suhu. (36 derjat C- 37 derjat C). e) Nadi
12
Biasanya
nadi
klien
tidak
mengalami
perubahan
(60-
100x/menit). f)
Tekanan darah Biasanya tekanan darah klien tidak mengalami peningkatan atau penurunan ( 110-140mmHg).
g) Pernapasan Pada klien dengan pruritus biasanya tidak mengalami perubahan frekuensi nafas ( 16-24x/menit) (Kushariyadi,2011). 2) Kepala a) Rambut Biasanya tidak ada terjadi kerotokan atau gangguan lain pada pertumbuhan rambut. b) Wajah Wajah anak terlihat simetris, warnanya akan berubah atau tubuh bentol merah yang karena pruritus. c) Mata Mata anak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat sclera, tidak konjungtiva maupun palpabrae edema d) Hidung Biasanya keadaa hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pembenggakan pada hidung, septum nasi biasanya normal, lubung hidung biasanya tidak ada secret, serta tidak ada cupping hidung. e) Bibir Biasanya mukosa bibir terlihat dalam keadaan baik yaitu lembab f)
Gigi Klien yang mengalami ketosis biasanya tidak mengalami gangguan pada gigi dimana gigi terlihat putih tidak mengalmi kerusakan .
g) Lidah Biasanya lidah klien tidak mengalami gangguan dimana warna lidah klien merah muda tidak terdapat lesi dan simetris h) Telinga 13
Biasanya simetris kanan dan kiri dan mungkin tidak terjadi penurunan pendengaran. 3) Leher Biasanya tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer getah bening serta deviasi trakea, pergerakan leher tidak terganggu, tidak ada perlukaan pada leher klien dan JVP normal 5-2 cm air (Kushariyadi,2011). 4) Thorak a) Inspeksi : Biasanya rongga dada simetris kiri dan kanan, bentuknya normal, frekuensi nafas normal sedikit meningkat (16-24kali/menit), irama pernapasan biasanya kurang, tidak adanya perlukaan, ictus cordis tidak terlihat dan tida ada terlihat pembengkakan. b) Palpasi : Biasanya gerakan antara paru-paru kiri dan kanan sama, tidak ada nyeri tekan dan edema. c) Perkusi : Biasanya suara nafas terdengar normal yaitu sonor. d) Auskultasi : Biasanya suara nafas terdengar normal. 5) Jantung a) Inspeksi : biasanya ictus kordis tidak terlihat b) Palpasi : biasanya ictus kordis teraba c) Perkusi : biasanya batas jantung dalam batas normal, yaitu : Kanan atas SIC II line para sternalis dextra Kanan bawah SIC IV line para dextralis dextra Kiri atas SIC II line para sternalis sinistra Kiri bawah SIC IV medioklavikula sinistra. d) Auskultasi: biasanya irama jantung terdengar normal. 6) Abdomen a) Inspeksi : biasanya tidak terjadi masalah abdomen klien simetris kiri dan kanan, b) Auskultasi : biasanya tidak ada gangguan bunyi bising usus normal 5-35x/menit c) Palpasi : tidak ada pembesaran hepar atau kelenjar limfa d) Perkusi : apabila diperkusi tidak terjadi perubahan bunyi tetap pada bunyi normal yaitu timpani. 14
7) Ekstremitas Biasanya klien dengan pruritus tidak memiliki gangguan pada ekstremitas 8) Genitourinaria Tidak ada gangguan perkemihan pada klien dengan pruritus 9) System integument Terjadi kemerahan atau bentol dan jenis lain yang mungkin menjadi penyebab gatal pada kulit. 10) Neurosensori a) Status mental terorientasi f.
Pemeriksaan diagnostik 1) Hitung darah lengkap (CBC) 2) BUN dan kreatinin serum 3) Biopsi kulit
3.2 Analisa Data
NO
DATA
1.
DS:
ETIOLOGI
MASALAH Pruritus
- Klien mengeluh gatal dan
intensitas
gatal
bertambah di malam
Scratch reflexes (reflex garuk) akibat eksitasi terhadap
hari. - Klien
mengatakan
selalu
menggaruk
reseptor pruritus
bagian yang gatal. Garukan DO: - Pada
Kerusakan Integritas Kulit inspeksi
kulit,
terlihat adanya ruam di
Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
tangan, kaki, hingga kulit abdomen.
15
- Pada
bagian
lutut,
sekitar
ditemukan
adanya
eksoriasi Kerusakan Integritas Kulit
(goresan).
2.
Menimbulkan ruam dan lesi
DS : -
Pruritus
DO : -
Klien
terlihat
meringis kesakitan -
Tubuh
klien
terlihat ada lesidan
Scratch reflexes (reflex garuk) akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus
ruam kemerahan -
Klien
terlihat
melindungi
area
Nyeri Akut Garukan
nyeri Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
Menimbulkan ruam dan lesi
Nyeri akut 3.
DS:
Pruritus
- Klien mengatakan malu akibat lesi
adanya
karena
terutama
di
bekas
garukan, bagian
kaki.
Scratch reflexes (reflex garuk) akibat eksitasi terhadap reseptor pruritus
DO: - Klien tampak menutupi
Garukan
bagian yang gatal-gatal
Gangguan Citra Tubuh 16
dengan celana
mengenakan panjang
dan
Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
baju berlengan panjang. Menimbulkan ruam dan lesi
Gangguan Citra Tubuh 4.
DS:
Pruritus
- Klien
mengatakan
selalu
menggaruk
bagian kulit yang gatal
Scratch reflexes (reflex garuk)
dengan kuku, kecuali
akibat eksitasi terhadap
pada bagian yang terasa
reseptor pruritus
Defisiensi Pengetahuan
perih digaruk dengan telapak tangan. - Klien mengatakan telah
Garukan
mengalami gatal-gatal selama kurang lebih 1
Defisiensi Pengetahuan
bulan, akan tetapi tidak mengerti
cara
menanganinya.
DO: 5.
DS: -
Pruritus
DO: -
seluruh berwarna kemerahan mengelupas
tubuh Scratch reflexes (reflex garuk) dan akibat eksitasi terhadapreseptor pruritus
Resiko Infeksi Garukan
17
Inflamasi sel dan pelepasan histamine oleh ujung saraf
Inflamasi berlangsung lama
Resiko infeksi
3.3 Diagnosa Keperawatan 1) Kerusakan integritas kulit b.d ruam, lesi 2) Nyeri akut b/d ruam, lesi 3) Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis adanya pruritus) 4) Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan keterbatasan kognitif 5) Resiko infeksi b/d adanya lesi
18
3.4 Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA
1.
Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan keperawatan b.d ruam, lesi
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Skin Surveillance
Skin Surveillance
selama 1x24 jam diharapkan
1. Inspeksi kulit, lihat adanya
kerusakan integrasi kulit pasien
kemerahan, lesi, erosi.
berkurang.
1. Dari cara menginfeksi kulit dapat mengetahui penanganan selanjutnya yang akan diberikan
KH :
kepada pasien. -
Lesi teratasi
-
Ruam kemerahan berkurang
2. Pantau kemungkinan terjadinya infeksi, terutama pada area yang
infeksi untuk mencegah
terjadi kerusakan lapisan kulit
tanda-tanda awal
(lesi).
terjadinya infeksi.
Skin Care: Topical Treatments 1. Ajarkan klien untuk tidak
19
2. Memantau terjadinya
Skin Care: Topical Treatments 1. Untuk meminimalkan
menggaruk terlalu keras atau
kerusakan integritas
menggaruk dengan
jaringan akibat garukan.
menggunakan ujung – ujung jari dan telapak tangan (bukan kuku)
2. Lakukan tindakan delegatif
2. Menggunakan terapi
dengan memberikan obat
farmakologi obat
topical anti inflamasi pada area
antiinflamasi topikal
kulit yang terjangkit, bila
dapat mengurangi
dianjurkan.
terjadinya peradangan pada kulit
3. Lakukan pemantauan pada kulit secara berkala.
3. Agar dapat mengetahui tanda-tanda awal bila terjadi lesi, ruam kembali, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan dengan segera.
2.
Nyeri akut b/d ruam, lesi
Setelah dilakukan tindakan
1.
keperawatan 1x24 jam nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
20
1. Agar dapat mengetahui karakteristik dan
berkurang KH:
karakteristik, durasi, frekuensi,
lamanya saat pasien
kualitas
merasa nyeri
dan faktor presipitasi -
Klien
mampu
menilai
lamanya nyeri -
Klien
mampu
2.
menilai
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
2. Untuk mengetahui hal yang memperberat dan
penyebab nyeri
memperingan nyeri
- Klien mampu mengurangi
yang di alami
rasa nyeri dengan teknik non farmakologi
3.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi,
non
3. Untuk menghilangkan rasa nyeri
farmakologi dan inter personal)
4.
3.
Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan penyakit
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
menentukan intervensi
tidak berhasil
selanjutnya
Body Image Inhancement
(dengan keperawatan 1x24 jam diharapkan
4. Supaya dapat
1. Kaji adanya gangguan citra tubuh
Body Image Inhancement 1. Gangguan citra diri akan
mekanisme klinis adanya dapat meningkatkan citra tubuh
(menghindari kontak mata,
menyertai setiap penyakit
pruritus)
ucapan merendahkan diri sendiri)
atau keadaan yang
pasien
tampak nyata bagi
21
KH : -
pasien, kesan orang terhadap dirinya
Pasien dapat menyesuaikan
berpengaruh terhadap
diri dari perubahan kondisi (
konsep diri.
perubahan ) tubuh 2. Berikan kesempatan kepada
2. Pasien membutuhkan
pasien untuk mengungkapkan
ruang untuk didengarkan
perasaan mengenai gangguuan
dan dipahami mengenai
citra tubuh yang dialami.
perasaanya terhadap gangguan citra tubuh yang dialami, nantinya perawat dapat mengetahui secara lebih jelas tentang masalahnya.
3. Bantu klien dalam
3. Agar dapat mengurangi
mengembangkan kemampuan
persepsi negatif klien
untuk menilai diri dan mengenali
tentang dirinya.
masalahnya.
4. Bantu dan motivasi klien untuk
22
4. Agar meningkatkan
beradaptasi dengan kondisinya
keinginan klien untuk
saat ini (misalnya dengan
beradaptasi sehingga
membebaskan klien untuk
dapat memulihkan
memilih pakaian untuk menutupi
situasi.
kulitnya yang ruam akan tetapi tetap motivasi klien agar tidak merasa malu dan harga diri rendah karena pruritus). 4.
Defisiensi pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan
Teaching: Disease Process
kurang pajanan informasi keperawatan selama 1x24jam
1. Kaji pemahaman klien mengenai
dan keterbatasan kognitif diharapkan dapat meningkatkan (lulusan SD)
gangguan yang dialami.
Teaching: Disease Process 1. Dapat mengetahui tingkat pemahaman dan
pemahaman mengenai gangguan
dapat memberikan
yang dialami
penjelasan mengenai gangguan yang dialami
KH :
oleh pasien -
Pasien akan paham dengan gangguan yang di alami
-
2. Jelaskan pada pasien mengenai
2. Pemaparan mengenai
Pasien paham mengenai
gangguan pruritus secara spesifik
peruritus akan
cara untuk menangani dan
(etiologi dalam hal ini yakni
menambah wawasan
mencegahan gangguan yang
karena sabun yang digunakannya,
pasien sehingga dalam
timbul
tanda dan gejala, patofisiologi)
penatalaksanaannya
23
beserta penatalaksanaanya
pasien menjadi lebih
(seperti penggunaan terapi
paham.
antiprurius dan antihistamin)
3. Diskusikan dengan pasien
3. Pencegahan tersebut
mengenai pencegahan terhadap
dapat membantu pasien
pruritus ataupun komplikasinya
agar dapat menimasilir
seperti dengan menjaga
terjadinya hal yang sama.
kebersihan diri dan mengikuti dengan baik penatalaksanan yang diberikan. 5.
Resiko infeksi b/d adanya Setelah dilakukan tindakan lesi
1. Kaji tanda dan gejala infeksi
1. Dengan mengkaji tanda
keperawatan selama 1x24jam
dan
gejala
infeksi
diharapkan masalah resiko infeksi
mencegah infeksi berlajut
dapat teratasi 2. Lakukan teknik isolasi pada
KH:
daerah resiko infeksi -
Infeksi tidak berlanjut luas
-
penyembuhan tepat waktu
2. Mencegah
terjadinya
kontaminasiterhadap bakteri
3. Ajarkan pasien untuk menjaga hygine pribadi
24
3. Mengurangi resiko infeksi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
4. Dapat
pemberian antibiotik
mencegah
dan
mengobati infeksi
3.5 Implementasi Keperawatan
NO
TANGGAL DAN JAM
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI
1.
09-10-2018
Kerusakan integritas kulit b.d ruam, lesi
1. Mengajarkan klien untuk tidak menggaruk terlalu
keras
atau
menggaruk
dengan
menggunakan ujung jari dan telapak kanan 2. Melakukan
tindakan
delegatif
dengan
memberikan obat topical anti inflamasi pada area kulit yang terjangkit, bila dianjurkan 3. Melakukan pamantauan pada kulit secara berkala 2.
09-10-2018
Nyeri akut b/d ruam, lesi
1. Melakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,
kualitas
dan
faktor
presipitasi 2. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon 25
nyeri 3. Memilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) 4. Mengkolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 3.
09-10-2018
Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis adanya pruritus)
1. Mengkaji adanya gangguan citra tubuh (menghindari kontak mata, ucapan merendahkan diri sendiri) 2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan mengenai gangguan citra tubuh yang di alami 3. Membantu klien dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya. 4. Membantu dan motivasi klien untuk beradaptasi dengan kondisinya saat ini (misalnya dengan membebaskan klien untuk memilih pakaian untuk menutupi kulitnya yang ruam akan tetapi tetap motivasi klien agar tidak merasa malu dan harga diri rendah karena
26
pruritus). 4.
09-10-2018
Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan keterbatasan kognitif
1. Mengkaji pemahaman klien mengenai gangguan yang dialami 2. Menjelaskan pada pasien mengenai gangguan pruritus secara spesifik (etiologi dalam hal ini yakni karena sabun yang digunakannya, tanda dan gejala, patofisiologi) beserta penatalaksanaanya (seperti penggunaan terapi antiprurius dan antihistamin) 3. Mendiskusikan dengan pasien mengenai pencegahan terhadap pruritus ataupun komplikasinya seperti dengan menjaga kebersihan diri dan mengikuti dengan baik penatalaksanan yang diberikan.
5.
09-10-2018
Resiko infeksi b/d adanya lesi
1.
Mengkaji tanda dan gejala infeksi
2.
Melakukan teknik isolasi pada daerah resiko infeksi
3.
Mengajarkan pasien untuk menjaga hygine pribadi
4.
Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
27
3.6 Evaluasi Keperawatan
NO
DIAGNOSA
EVALUASI
1.
Kerusakan integritas kulit b.d zat kimia (bahan atau komposisi S : keluarga pasien mengatakan merah-merah pada kulit sabun)
pasien berkurang O : ruam tampak berkurang, tidak tampak penambahan lesi A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan
2.
Nyeri akut b/d agen cidera seperti lesi dan erosi
S : klien mengatakan nyeri berkurang O : nyeri berkurang A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan -
3.
Kaji skala nyeri
Gangguan citra tubuh b.d penyakit (dengan mekanisme klinis S : - klien mengatakan sudah menerima akan kondisinya dan adanya pruritus)
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya
28
O : klien tampak tidak menutupi area gatalnya A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan
4.
Defisiensi pengetahuan b.d kurang pajanan informasi dan S : - Pasien mengatakan paham mengenai cara untuk keterbatasan kognitif
menangani dan mencegahan gangguan yang timbul O : - Pasien tampak tidak menggaruk area gatalnya A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan
5.
Resiko infeksi b/d adanya lesi
S : - Klien mengatakan lesi sudah hilang O : berkurangnya kemerahan A : masalah teratasi P : intervensi dipertahankan
29
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan: Pruritus local, Gangguan sistemik, Gangguan pada kulit, Pajanan terhadap factor tertentu, Hormonal. Adapun penyebab lain oleh faktor eksogen dan endogen. Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri. Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu: Pengobatan topical dan Pengobatan dengan medikasi oral. 4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun akan mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat di terima dan menjadi perhatian kita bersama guna meningkatkan mutu pelayanan: a. Perawat diharapkan memberikan penjelasan yang tepat mengenai penyakit pruritus. b. Perawat diharapkan terus belajar dari setiap respon klien agar mempunyai pengalaman dalam mengidentifikasi asalah setiap individu
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. (editor). 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta Long, Barbara, C,. 1996. Keperawatan Medical Bedah, Volume 3. VAIA Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
31