BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Pada makalah ini akan di bahas semua yang berhubungan dengan terapi somatic atau terapi biologis
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Terapi Somatik?
1.2.2
Apa saja jenis-jenis Terapi Somatik?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Psikofarmaka?
1.2.4
Bagaimana prinsip dasar pelaksanaan Terapi Somatik
1.2.5
Bagaimana peran perawat?
1.3
Tujuan Masalah Adapun tujuan dari penyusunan makalah pada materi ini yaitu,
1.3.1
Tujuan umum Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu tentang Terapi Somatik.
1.3.2
Tujuan Khusus Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas kelompok pada mata kuliah Keperawatan Jiwa
1
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1
Pengertian Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu. Terapi ini memfokuskan penyembuhan klien dengan bantuan obat-obatan yang berfungsi sebagai anti depresi.
2.2
Tujuan Terapi biologi atau somatic diberikan dengan tujuan mengubah perilaku mal adaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalma bentuk perlakuan fisik.
2.3
Jenis-Jenis dan Karakteristik a. Restrain Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau muncul untuk membatasi mobilitas fisik pasien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan (Widyodiningrat. R, 2009). Jenis-jenis restrain :
Camisole (jaket pengekang)
Manset/ tali untuk pergelangan tangan dan kaki
Kursi geriatric
Sprei/ selimut basah
2
Tujuan dan Prinsip-prinsip Restraint
Melindungi pasien dari cedera fisik
Memberikan lingkungan yang aman
Strategi untuk menurunkan agresifitas
Indikasi
Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya
Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi obat obatan
Klien yang mengalami gangguan kesadaran
Klien yang membutuhkan bantunan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian diri.
Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk istirahat, makan dan minum.
b. Seklusi Seklusi adalah bentuk terapi yang mengurung klien dalam ruangan khusus. Klien tidak dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas. Bentuk siklus dapat berupa pengurungan diruangan tidak terkunci sampai pengurungan dalam ruangan yang terkunci dengan Kasur tanpa sprei, tergantung dari tingkat kegawatan klien.
Indikasi Yaitu dengan perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungann.
Kontraindikasi
Resiko tinggi bunuh diri
Klien dengan gangguan social
Kebutuhan untuk observasi masalah medis
Hukuman
3
c. Fototerapi Fototerapi atau sinar adalah terapi somatic pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan pada klien terang. Terapi ini dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien depresi musim dingin atau gangguan efektif musiman. Efek samping yang terjadi setelah dilakukan dapat berupa nyeri kepala, insomnia, kelelahan, mual, mata kuning, keluar sekresi dari hidung atau sinus.
d. ECT (Electro Convulsif Therapy) ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang grandmall.
Indikasi ECT merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan yang dirokemendasikan.
Kontraindikasi
Peningkatan tekanan intra kranial
Keguguran pada kehamilan.
Gangguan system muskuloskaletal, osteoartisis berat, osteoporosis, fraktur Karena kejang grandmall.
Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium, agina, hipertensi, aritmia dan aneu risma
Gangguan system pernafasan, asma bronkial
Keadaan lemah
4
e. Terapi Deprivate Tidur Terapi deprivasi tidur adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan cara mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama pengurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.
Indikasi Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.
Mekanisme Kerja Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi.
Efek Samping Klien yg didiagnosa mengalami gang. efektif tipe bipolar bila diberikan terapi ini dpt mengalami gejala mania.
f. Intervensi Nutrisi Pada umumnya terapis menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung penilethylamine dan buah-buahan yang kaya akan antioksidan. Karena zat-zat tersebut dapat membantu mengurangi stress.
2.4
Pemberian Obat (Medikasi Psikofarmaka) Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi : 1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi Therapi (ECT).
5
2. Psikoterapeutik 3. Terapi Modalitas
Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk Neurotransmitter adalah Dopamin, Neuroepineprin, Serotonin, dan GABA (Gama Amino Buteric Acid), dll. Meningkatnya dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat-obatan psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan Neurotransmitter.
2.5
Prinsip Dasar Pelaksanaan Terapi Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical dimana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelainan patofisiologi. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkan gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
2.6
Peran Perawat dalam pemberian Terapi Psikofarmaka Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmaka yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai salah satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pengkajian pasien. Pengkajian pasien memberi landasan pandangan tentang masing-masing pasien. b. Koordinasi modalitas terapi. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien c. Pemberian agen psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang secara professional dan bersifat individual
6
d. Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasien. e. Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif f. Program Rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang. g. Partisipasi dalam penelitian klinis antar disiplin tentang uji coba obat. h. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk mengobati pasien gangguan jiwa i. Kewenangan untuk memberi resep
7
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
4.2
Saran Semoga makalah ini berguna bagi pembaca sehingga bisa menerapkan .
8
Daftar Pustaka
9