Laporan Revisi Soetomo.docx 5vl3i

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran dalam bidang pendidikan profesi bagi mahasiswa tingkat akhir Program Diploma 3 Analis Kesehatan, dipandang perlu untuk diberikan pengetahuan dan wawasan agar memiliki penguasaan pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) yang dapat dipraktekkan secara utuh di lapangan. Untuk itu pada semester akhir sesuai dengan kurikulum Program Studi Analis Kesehatan, diselenggarakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan PKL bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengalami dan mempraktekkan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada setiap pendidikan, disertai dengan sikap professional di bidang kelaboratoriuman. Kegiatan PKL ini dilaksanakan mulai tanggal 15 – 28 Februari 2017 untuk semua mahasiswa. Melalui kegiatan PKL ini, mahasiswa diharapkan

dapat

memperoleh

pengalaman,

pengetahuan,

dan

keterampilan yang professional di bidang laboratorium kesehatan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Program kegiatan PKL ini merupakan kegiatan yang wajib di ikuti oleh semua Mahasiswa Program studi D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami dan mempraktekkan serta mencoba secara nyata pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada setiap tahap

2

pendidikan yang di sertai dengan sikap profesional sesuai dengan profesinya.

2. Tujuan Khusus 1) Meningkatkan

keterampilan

dalam

merencanakan,

mempersiapkan, pengambilan sampel/specimen dan mengadakan pemeriksaan 2) Meningkatkan motivasi mahasiswa tentang manfaat pemeriksaan laboratorium 3) Melatih pengembangan kerjasama dengan tenaga kesehatan 4) Melatih dan mengembangkan sikap dan keterampilan mahasiswa dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya pelayanan laboratorium

C. Manfaat 1.

Memberikan pengalaman kerja secara nyata dan langsung di bidang pelayanan laboratorium kesehatan

2.

Terampil dalam merencanakan, mempersiapkan, pengambilan sampel dan dapat mengerjakan pemeriksaan.

3.

Mengembangkan kerjasama dengan tenaga kesehatan.

4.

Mengembangkan

sikap

dan

terampil

dalam

pelayanan

laboratorium.

D. Tujuan Pembuatan Laporan 1. Melengkapi tugas laporan praktek kerja lapangan 2. Meningkatkan pengenalan mahasiswa pada aspek-aspek organisasi dalam laboratorium, antara lain stuktur organisasi, jenjang garis dan menajemen laboratorium. 3. Memperoleh

masukan

yang

bermaafaat

dan

baik

untuk

memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan seiring tuntutan jaman.

3

4. Memberikan peluang kerja sama antar yayasan pendidikan dan rumah sakit tempat praktek kerja lapangan yang dilaksanakan.

E. Garis - Garis Besar Isi Laporan 1. Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan PKL, tujuan penulisan laporan, dan garis – garis besar isi laporan. 2. Informasi Institusi, meliputi sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Surabaya, visi dan misi, motto, struktur organisasi, fungsi, jenis kegiatan dan sasaran. 3. Pelaksanaan PKL meliputi di Unit Kerja Pelayanan dan Sampling, Unit Kerja Hematologi, Unit Kerja Kimia Klinik, Unit Kerja Imunologi, Unit Kerja Infeksi. 4. Kesimpulan dan saran.

F. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan PKL Tempat pelaksanaan : Di Instansi Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya. Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Dimulai Pada Tanggal 15 28 Februari 2017.

4

BAB II GAMBARAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOETOMO SURABAYA

A. Sejarah Berdirinya RSUD Dr Soetomo Surabaya Sejarah berdirinya RSUD Dr Soetomo diawali pada tahun 29 Oktober 1938 Peletakan Batu Pertama RS Central Buggerlijk Ziekenhuis (CBZ) oleh pemerintah Belanda Di Desa Karang menjangan tahun 1943 pada

masa

penjajahan

jepang,

pembangunan

Rumah

Sakit

Karangmenjangan dilanjutkan setelah selesai dijadikan Rumah Sakit AL. Rumah Sakit Simpang dikuasai Belanda kembali pada tahun 1948, kemudian namanya diubah menjadi Roemah Sakit Oemoem (RSO) Soerabaja (2010). Lalu tahun 1950 RSO Soerabaja dibawah Derpatemen Kesehatan RI, telah diganti nama menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) Pusat RS Simpang pindah ke RS Karangmenjangan pada tahun 1951 – 1954, tetapi pelayanan Bedah Akut tetap di RS Simpang, Kemudian Tahun 1964

berdasarkan

SK.

Menkes

RI.

20

Mei

1964

No.26769/KAB/76.RSUP Surabaya Menjadi RS Dr. Soetomo. Ditahun 1965 berdasarkan PP No. 4 tahun 1965, Penyelenggara RSUP Dr. Soetomo diserahkan kepada Pemda Tk. I. Jawa Timur. Lalu tahun 1979 SK Menkes menetapkan RSU Daerah Dr. Soetomo sebagai RS kelas A dan dikenal sebagai Rumah Sakit Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit Pusat Rujukan Wilayah Timur Indonesia bagian Timur. Semua kegiatan pelayanan dijadikan satu di RSU Dr.Soetomo karena RS Simpang dijual Jadi Plaza Surabaya pada tahun 1980. Lalu di tahun 2002 Perda Prop. Jatim menetapkan perubahan nama menjadi RS Umum Dr. Soetomo Tahun 2004 sampai saat ini RSUD Dr. Soetomo menempati lahan seluas 163.875 m2 dengan kapasitas tempat tidur 1.505, terdiri dari : grade amerta : 155 TT, ruangan : 1204 TT, IRD : 98 TT, GBPT : 42 TT, dan lain-lain : 6 TT (2010)

5

B. Profil RSUD Dr.Soetomo RSU Dr.Soetomo Surabaya, alamat : Jl Mayjen Prof Dr. Moestopo 6 – 8 Surabaya Telp. (031) 5501011-13, Fax (031) 5022068, Status kepemilikan : Pemerintah Propinsi Jawa Timur. 1. Type Rumah Sakit : A (Pendidikan ) 2. Jumlah SDM : 4.347 Orang 3. Dokter Umum : 29 Orang 4. Dokter Spesialis : 266 Orang 5. Dokter Gigi : 16 Orang 6. Dokter Gigi Spesialis : 12 Orang 7. Perawat & Bidan 1.467 Orang 8. Farmasi : 298 Orang 9. Sarjana Kesehatan Masyarakat : 54 Orang 10. Tenaga Gizi : 43 Orang 11. PPDS I : 1.421 Orang 12. Lain – lain : 2.216 orang 13. Tahun 2007 : Empat ISO 9001 : 2000 untuk sistem managemen IRD, Graha Amerta, Instalasi Rawat Jalan (IRJ), dan semua Instalasi Rawat Inap (IRNA) 14. Tahun 2008 : Lulus Akreditasi RS 16 Pelayanan 15. Tahun 2010 : Lulus Akreditas ISO 9001 : 2008 untuk sistem managemen IRD,IRJ, Gedung. 16. Bedah Pusat Terpadu (GBPT), dan seluruh IRNA 17. Tahun 2001 : Lulus Akreditas RS Pendidikan Tipe A 18. Lulus Akreditas ISO 9001 : 2008 untuk sistem manajemen Gedung Rawat Inap Utama Graha Amerta (2011) 19. Tahun 20014 : Lulus Akreditasi KARS versi 2012 Tingkat PARIPURNA

6

C. Visi, Misi dan Motto 1. Visi Menjadi Rumah Sakit yang terkemuka dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di tingkat ASEAN (Assotiation of South East Asia Nation). 2. Misi Menyelenggarakan

pelayanan

kesehatan,pendidikan,

dan

penelitian yang profesional, akuntabel yang berorientasi pada kastemer untuk menuju pelayanan kesehatan berstandar internasional. 3. Motto “ Noto Roso, Among Roso, Mijil Tresno, Agewe Karyo.” Atau saya senantiasa mengutamakan kesehatan penderita (2010) 4. Kebijakan Dasar a. Perbaikan mutu pelayanan b. Perbaikan manajemen (SDM) Internal rumah sakit penatan kelembagaan (stuktur dan sistem). c. Pemantapan nilai dasar menjadi budaya organisasi. d. Penataan sistem akuntansi keuangan. e. Pengendalian biaya dan stuktur anggaran. f. Perbaikan manajemen logistik medik dan non medik. g. Penataan manajemen pendidikan klinik dan penelitian rumah sakit. h. Pengenbangan aliansi strategi.

D. Struktur Organisasi

7

Gambar 1 Struktur Organisasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

E. Jenis Pelayanan 1. Pelayanan Rawat Jalan a. Instalasi Rawat Jalan ( IRJ ) Terdiri dari 23 unit rawat jalan ( URJ ) dan 108 poliklinik sebagai berikut:

8

1)

URJ kulit dan kelamin

2)

URJ mata ( 10 poliklinik )

3)

URJ pegawai ( 1 poliklink )

4)

URJ Syaraf ( 9 poliklinik )

5)

URJ Jiwa ( 3 poliklnik )

6)

URJ Bedah Urologi ( 1 poliklinik )

7)

URJ Bedah Plastik( 1 poliklinik )

8)

URJ Bedah Umum( 1 poliklinik )

9)

URJ Bedah Syaraf( 1 poliklinik )

10)

URJ Penyakit Dalam( 11 poliklinik )

11)

URJ THT ( 7 polikinik )

12)

URJ anak ( 11 poliklinik )

13)

URJ Obsgin ( 10 poliklinik )

14)

URJ gizi ( 1 poliklinik )

15)

URJ paru ( 5 poliklinik )

16)

URJ jantung ( 1 poliklinik )

17)

URJ Geriatri ( 1 poliklinik )

18)

URJ Menopause ( 1 poliklinik )

19)

URJ obat tradisional ( 1 poliklinik )

20)

URJ Bedah Ortopedi ( 6 poliklinik )

21)

URJ Pathologi klinik ( 1 poliklinik )

22)

Posa (poliklinik onkologi satu atap) 6 poliklinik

23)

Poli Rumatan Methadon ( 1 poliklink )

b. Instalasi gigi dan mulut c. Instalasi Hemodialisis d. Instalasi invasive minimal urogenital e. Instalasi rehabilitasi medis f. Instalasi paliatif dan bebas nyeri g. Pelayanan rawat darurat: 

Sistem peayanan dengan triage



Top referral untuk Jatim dan Indonesia Timur

9



Pelayanan gawat darurat medic, bedah dan resusitasi 24 jam



Pelayanan Penunjang ( lab, farmasi, radiodiagnositik )



Pelayanan Ambulans 118 dengan radi komunikasi dan alat



Pusat pengendalian musibah missal system radio medic

terpadu 

Pusat informasi keracunan dan toksikologi



Bantu serta tim terlatih



Supervisi dan pengaduan pelayanan publik

2. Pelayanan Rawat Inap ( IRNA ) Terdiri dari 5 IRNA, Menyediakan ruang inap kelas 1, 2, 3 ; a. IRNA anak; penyakit menular, bayi intermediate, aseptic, bayi kembar, dan penyakit jantung anak. b. IRNA Obsgyn; rawat tabung dan kandungan c. IRNA Medik; 1)

R. Penyakit dalam

2)

R. Paru

3)

R. Syaraf

4)

R. Kulit dan kelamin

5)

R. Aids/R. Pipi

6)

R. Stroke

7)

R. Jantung

8)

R. Isolasi khusus

d. IRNA Bedah; Ruang bedah, mata dan THT e. IRNA Jiwa; R. Jiwa ( dewasa dan anak ), psikologi f. Graha Amerta ( Graha Rawat Inap Utama ) g. Poliklinik spesialis dan superspesialis h. Laboratorium 24 jam i. Radiologi dengan CT Scan 64 Slices++ j. Apotik

10

k. Kinik Fertilitas ( bayi tabung ) l. Transplantasi ginjal m. Hemodialisis n. Rawat Inap Mewah 1) VVIP ( 10 TT ) 2) VIP ( 20 TT ) 3) Utama 1 4) Utama 2 5) Utama 3

3. Prasarana Lain a. Gedung Bedah Pusat Terpadu ( GBPT ) b. 22 kamar operasi c. 3 tempat tidur anti gravitasi d. Instalasi : 1) IRIR ( Instalasi Rawat Intensif dan Reanimasi: ICU, ICCU, NICU dan Burn Unit) 2) ISB ( Instalasi Sterilisasi dan Binatu ) 3) IDIK ( Instalasi Diagnositik dan Intervensi Kardiovaskuler ) 4) IBP ( Instalasi Bedah Pusat )

4. Pusat Diagnositik Terpadu ( PDT ) a. Radio Diagnositik b. Radio Terapi c. Patologi Anatomi d. Patologi Klinik e. Mikrobiologi Klinik f. Farmakologi Klinik

11

g. Kedokteran Forensik h. Transfusi darah i. Bank Jaringan j. Check up k. Paliatif l. Pusat diabetes dan nutrisi m. Museum

5. Instalasi Penunjang Lain a. Farmasi RS b. Gizi c. Pemeliharaan sarana medis ( IPSM ) d. Sanitasi lingkungan RS e. PKRS dan Humas f. Perpustakaan g. Kerjasama pemeliharaan kesehatan ( IKPK ) h. Sistem informasi manajemen

F. Alur Pelayanan 1. Peta Pemandu Lokasi Pelayanan

12

Gambar 2 Peta Pemandu Lokasi Pelayanan

2. Denah Rumah Sakit

13

Gambar 3 Denah Rumah Sakit

14

3. Alur Pelayanan Pasien Rumah Sakit

Gambar 4 Alur Pelayanan Pasien di RSUD Dr. Soetomo

15

4. Protap Pelayanan Loket Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo 1) Rawat Jalan

Poli

Laboratorium

Umum

JPS

RJ/RI

ASKES

RJ/RI

ASTEK

RJ/RI

RJ/RI

Komputer

Sampling

Hasil

Keterangan : 

RJ

: Rawat Jalan



RI

: Rawat Inap

2) Rawat Inap ASKES ASTEK JPS Umum

Penyelesaian istrasi Rawat Inap (Komputer)

Sampel diantar kebagian sampling

16

3) Proses Pengolahan Sampel di Instalasi Patologi Klinik RSU Dr. Soetomo

PENDERITA INSTALASI RAWAT JALAN

PENDERITA INSTALASI RAWAT INAP

LOKET (Penerimaan Formulir)

SEKSI SAMPLING (pengambilan bahan pemeriksaan) sesuai dengan permintaan)

Unit Kerja HEMATOLOGI

Unit Kerja KIMIA KLINIK

Unit Kerja IMUNOLOGI

HASIL PEMERIKSAAN

LOKET PENGAMBILAN HASIL

PENDERITA

Unit Kerja INFEKSI

17

BAB III INFORMASI INSTALASI PATOLOGI KLINIK

A. Sejarah Instalasi Patologi Klinik Pada tahun 1961 Dr. Marsetio Donosoepoetroo yang pada waktu itu asisten bagian biokimia FK. Universitas Airlangga (UNAIR) ditugaskan oleh dekan fakultas kedokteran UNAIR, alm Prof Moh Zaman untuk berangkat ke Universitas of California San Fransisco USA memperlajari ilmu patologi klinik. Tugas berikutnya adalah mendirikan bagian patologi klinik, tugas berikutnya adalah mendirikan bagian patologi klinik di lingkungan fakultas kedokteran UNAIR dan Rumah Sakit Dr.. Soetomo surabaya sebagai salah satu AFILIASI dengan University of California pada tahun 1963 Dr. Marsetio kembali ke Surabaya dengan keputusan dekan fakultas kedokteran UNAIR mengambil alih laboratorium penyakit dalam yang pada waktu itu dipimpin oleh Alm. Prof. Wahab, menjadi laboratorium patologi klinik. Laboratorium yang lebih kecil, yang berada pada masing-masing bagian klinik dipertahankan ke tempat maupun keryawannya. Tetapi yang bertangung jawab pada hasil pemeriksaan menjadi beban kepala bagian patologi klinik fakultas kedokteran yaitu Dr. Marsetio Donosoepoetro. Pada tahun 1964 Alm. Prof Alexander dari universitas Minnesota datang membantu mengembanagan bagian patologi klinik, beserta dua teknisi laboratorium. Akan tetapi pada 1965, ketiga orang tersebut meningalkan Surabaya karena keadaan politik pada saat itu tidak memungkinkan. Sejak tahun 1969 mulai dibangun gedung baru bertingkat tigas disebelah barat gedung laboratorium yang lama, bekas laboratorium bagian penyakit dalam yang seluas sekitar 5 x 15 meter satu lantai. Pada tahun 1973 bagian patologi klinik menempati gedung baru tiga tingkat. Sekarang kepala laboratorium adalah Dr. Djoko Marsudi, Sp PK (K) sampai tahun 2001 bagaian patoogi klinik dan memiliki staf

spesialis

patologi klinik 25 orang , S3 6 orang dan sarjana farmasi 2 orang. Dua orang

18

profesor yaitu Prof. Dr. Indro Handojo, dr MS,SpPK (Alm), Prof DR.dr. Hj. Prikartini, SpPK(K), Prof Marsetio Donosepoetro, dr , MS,SpPK(K).

B. Visi, Misi, dan Moto a. Visi Merupakan laboratorium terbaik di indonesia dalam bidang pelayanan, pendidikan, dan penelitian. b. Misi Menyertarakan mutu pelayanan dengan mutu pendidikan dan penelitian melalui : 1) Tanggung jawab profesional 2) Tanggung jawab teknik 3) Tanggung jawab akademi c. Moto Instalasi patologi klinik senantiasa mengutamakan layanan yang tepat, cermat, cepat dan rasional. C. Stuktur Organisasi dan Divisi Instaasi Patologi Klinik Berikut ini merupakan gambaran struktur organisasi dari Instalasi Patologi Klinik : Instalasi Patologi Klinik Pelayanan Divisi di Instalasi Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kegiatan pelayanan Laboratorium Patologi Klinik  UNIT KERJA PENGAMBILAN SAMPEL  UNIT KERJA KIMIA KLINIK  UNIT KERJA HEMATOLOGI KLINIK  UNIT KERJA IMUNOLOGI  UNIT KERJA PENYAKIT INFEKSI  KAMAR 14 Kegiatan rutin Staf instalasi patologi klinik  Pertemuan Ilmiah Jam : “Journal rading” dan sari pustaka (Referaat)

19

Setiap hari Selasa, Rabu 08.00 – 10.00  Apel Pagi Hari Kamis jam : 07.15 – 08.00 khusus karyawan laboratorium patologi klinik Apel pagi membicarakan masalah – masalah pelayaanan, dan masalah khusus yang lain.

20

D. Alur Pelayanan Instalasi Patologi Klinik

Pasien Rawat jalan (astek, jps, askes, umum)

Rawat inap (astek, Jps, askes, umum) Counter Kompurisasi

Menyerahkan formula pemeriksaan dan diberi nomer rekam medis dan nomer urut

Dientry di komputer

Membayar di kasir dan mengambil job list bagi penderita dengan kasus umum

Masuk ruang sampling untuk diambil darahnya (rawat inap dilakukan oleh perawat)

Dari ruangan sampling di kirim ke laboratorium patologi klinik melalui pneumatik tube ke lantai 4

Diperiksan sesuai dengan job list yang tertera dan hasil diverivikasi oleh dokter patologi klinik di kirim kembali lewat pneumatik tube ke lantai 1

Hasil di ambil pasien di konter pengambilan hasil di lantai 1 / rawat jalan dikirim dengan pneumatic tube ke ruangan

Gambar 3.1 Alur Skematis Pelayanan di Patologi Klinik

21

E. Pelayanan devisi patologi klinik GDC RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1. Pelayanan Loket Instalasi Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya Pengertian

: pelayanan pasien dengan salam , senyum, dan

tanya (SASETA) sesuai dengan pelayanan sepenuh hati (LSH) Tujuan

: memberikan pelayanan sepenuh hati untuk meningkatkan

kualitas

pelayanan

instalasi

patologi klinik RSUD Dr. Soetomo Kebijakaan pelaksaan : petugas loket instalasi patologi klinik RSUD Dr. Soetomo Prosedur

: Prosedur pelayanan di loket pendaftaran

1) Menyapa pasien dengan salam, senyum dan tanya (SASETA) 2) Menanyakan apakah nomor antrian sudah sesuai urutan 3) Memastikan jaminan apa yang dipakai, kalau sudaah benar bisa langsung diproses, kalau salah pasien dianjurkan untuk kembali mengambil nomor antrian daan mengantri lagi 4) Meneliti berbagai syarat jaminan seperti SJP, foto copy, surat MASKIN/ASKES, dll 5) Meneliti berbagai syarat jaminan seperti persiapan pasien untuk pemeriksaan misalnya : -

Makan terakhir jam berapa ? (anjurkan pasien puasa ± 10 jam)

-

Kalau ada pemeriksaan yang membutuhkan kencing 24 jam, harus dipertanyakan lagi apakah sudah paham dengan caracara menampung kencing

6) Setelah benar semua pasien harap mau menunggu sebentar untuk proses dikomputer

22

7) Setelah data telah selesai dimasukkan dikomputer, kemudian diteliti lagi joblist distempel petugas loket yang sedang melayani dan diserahkan lagi ke pasien. 8) Pasien diarahkan kearah keruang sampling Syarat istrasi laboratorium patologi klinik rawat jalan : 1) Pasien askes -

Fotocopy askes 1 lembar

-

Formulir permintaan laboratorium asli

-

SJP yang masih berlaku (surat jaminan pelayanan asli)

2) Pasien jamkesmas -

Fotocopy rujukan 1 lembar

-

Fotocopy kartu peserta 1 lembar

-

Fotocopy ksk 1 lembar

-

SJP (surat jaminan pelayanan) asli yang masih berlaku

-

Formulir permintaan laboratorium asli

3) Pasien umum -

Formulir laboratorium asli lengkap dengan data rekam medik

4) Pasien astek -

Fotocopy rujukan 2 lembar

-

Fotocopy kartu peserta 2 lembar

-

Permintaan laboratorium fotocopy dan asli masingmasing 1 lembar

23

Pembahasan Otomatis Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo A. ADVIA Centaur XP ADVIA

Centaur

XP

mengunakan

dasar

reaksi

Chemiluminescence. Chemiluminescance adalah reaksi kimia yang memancarakan energi dalam bentuk cahaya. Ketika digunakan dalam kombinasi dengan teknologi immunoassay, cahaya yang dihasilkan oleh reaksi menunjukan jumlah analit dalam sampel. Reaksi chemiluminescence langsung mengukur energi cahaya tanpa mengunakan langkah-langkah ditambahkan atau memperkuat molekul. Tes para ADVIA Centaur XP mengunakan acridiniumester (AE) sebagai labelchemiluminescent, karena AE tidak memerlukan penambahan katalis atau substrat. 1. Chemiluminescence direct Sangat mudah untuk mengotomatisasi chemilunescence langsung mengunakan AE dan menghasilkan banyak maafaat, seperti masa kadaluasa reagen panjang, waktu reaksi cepat, dan tesnya sensitif. Keterangan

:

a. PMP b. Antibodi Format Reaksi Uji Para ADVIA Centaur XP secara langsung mengukur jumlah cahaya yang dipancarkan saat reaksi chemiluminescence ADVIA Centaur XP tesnya menggunakan berbagai format untuk mendeksi antigen serta antibodi. Para ADVIA Centaur XP menerapkan prinsip-prinsip imonnoassay pengikatan antibody mengunakan beberapa format: a. Format sandwich b. Format kompetitif

24

c. Format captire antibody Catatan

:

Kelebihan ADVIA Centaur XP a. Hampir tidak ada kontaminasi karena reagen steril b. Lebih cepat pembacaannya c. Range sudah tinggi ada beberapa parameter ada range 0 – 1000 d. Kalibrasi 99,9% valid Kekurangan :

Membutuhkan

suhu

dingin

karena

dapat

mempengaruhi kerja alat.

B. Dimension Series Yang digunakan di RSU Dr. Soetomo Surabaya adalah Dimension® RxL Max®. Dimension RxL adalah instrumen / sistem kimia yang dapat mengukur berbagai analit termasuk aktivitas enzim dalam cairan tubuh, dapat memproses dengan sensitivitas tinggi dengan dasar kromonium untuk heterogen imunoassay. Metode-metode pemeriksaan yang digunakan pada dimension RxL , diantara lain : 1. Albumin mengunakan metode bromocresol purple (B) 2. SGPT/ALT metodenya mengadaptasi rekombinasi prosedur dari internasional federation of clinical chemistry (IFCC) seperti yang dijelaskan Bergmeyer. Prosedurini didasarkan pada prinsip-prinsip yang diuraikan Wroblewski dan ladue tetapi dimodifikasi mengandung piridoksal -5- phsophat (P-5-P) sebagai aktivator dan untuk menganti buffer fosfat dengan tris (hydroxymethyl) aminomethane. 3. SGOT/AST

metodenya

mengadaptasi

metodologi

yang

direkomdasikan IFCC. Metode ini mengunakan coezim P-5-P

25

untuk mengaktifkan apoenzim dan lactic acid dehidrogenase (LDH) untuk menhilangkan ganguan piruvat. 4. Total Protein metodenya modifikasi dari reaksi biuret, pertama kali diperkenalkan oleh kingsley dan kemudian dimodifikasi oleh henry dan disampaikan sebagai metode pilihan untuk serumoleh henry. Metode ini mengabungkan tartat sebagai zat pengomplek untuk mencegah pengendapan Cu(OH)2 5. Bilirubin Total metodenya adalah modifikasi dari doumas, referensi metodenya merupakan modifikasi dari metode diazo yang disampaikan jendrassik and Grof pada tahun 1938. 6. Bilirubin Direct metodenya sama dengan bilirubin total. 7. Trigliserida metodenya berdasarkan reaksi ezimatik dimana dengan kombinasi kerja enzim untuk mengukur trigliserida dalam sampel Enzim-enzim yang digunakan adalah Lipoprotein Lipase (LPL), Gliserol Kinase (GK), Glucose-3-Phosphate-Oxidase (GPO), dan Peroxidase. 8. Cholestrol metodenya berdasarkan pada prinsip yang disampaikan stdtman dan lalu diadaptasi pekerja lain termasuk Rautela and Liedtke. Seperti trigliserida, cholestrol ini mengunakan reaksi enzimatik dengan kombinasi kerja enzim, enzim-enzimnya diantaranya adalah cholestrol esterase, cholestrol oxidase dan horse peroxidase. 9. HDL diukur dengan memafaatkan ultra centrifuge dan presipitasi kimia untuk memisahkan HDL dengan lippprotein lain. Diikuti dengan penentuan kadar cholestrol menggunakan metode AbellKendall. 10. Glukosa metodenya mengadaptasi motode hexokinase-glucose-6phosphate dehidrogenase. 11. C-Reactive Protein Exented Range (RCRP) berdasarkan metode Particle Enchaced Turbidimetric Imunoassay (PETIA) 12. Asam Urat menggunakan metode Uricase yang dimodifikasi

26

13. BUN menggunakan metode uriase / glutamat dehydrogenase coupled enzymatic 14. Creatinin mengggunakan metode kinetik reaksi Jaffe yang dimodifikasi 15. Fosfor

menggunakan

metode

modifikasi

metode

klasik

phospholybdate disampakan oleh Fiske dan Subbarow dan menggunakan campuran p-methylaminophenol sulfate dan bisulfit untuk mengurangi phosphomolybdate disamapaikan oleh Gomori dan Drewes. Pengukuran fosfat dari absorbsi pengurangan complex phosphomolybdate. 16. Calcium menggunakan metode modifikasi calcium reaksi ocresolphtalein complexe (OC). 17. Serum Iron (SI) mengadaptasi metode direct iron assay yang dikembangkan Smith 18. Total Iron Binding Capacity (TIBC) diukur dartransferrin iron binding capacity serum. Kelebihan dari Dimension : 1. Dapat digunakan untuk memeriksa kimia klinik, urine, dan imunologi. 2. Dapat memeriksa 800 tes perjam. 3. Berisi lebih dari 90 metode pemeriksaan. 4. Pada layar dapat dilakukan 91 metode secara bersamaan. Kekurangan : 1. Suhu tinggi dapat mempengaruh kinerja alat 2. Tingkat keberhasilan validasi kalibrasi 50% : 50%

C. Ursis 2400 Urysis 2400 adalah alat urinalisis yang sepenuhnya otomatis, dengan parameter pH, leokosit, nitrit, protein, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, eritrosit, dan warna serta BJ.

27

Kapasitas untuk raknya 15 – 75 sampel. Pembacaan sampel dan rak dengan barcode reader yang terintegrasi. Dalam 1 cassete terdapat 400 stip Kekurangan

: tidak bisa membaca untuk sampel bercampur

darah atau pus, untuk sampel tersebut dibaca pada urysis 1800.

Catatan

: selang pembuagan sampel harus mengarah

kebawah jika datar akan menumpuk endapan pada selang pembuanagan atau menumbat selang pembuangan tersebut .

D. Cell-Dyn Ruby CELL-DYN Sistem Ruby adalah multi-parameter hematologi analisa otomatis yang dirancang untuk digunakan diagnostik in vitro di laboratorium klinis volume sedang. Instrumen ini mengunakan teknologi MAPSS untuk melakukan analisis sel dengan sel dari cairan tunggal untuk menghitung dan membedakan sel darah putih dan memberikan kinerja yang dibutuhkan untuk sampel pasien. Selain itu, instrumen menggunakan analisis sinar lasertropik pencar, tanpa perlurefleksketest mode, untuk menyediakan jumlah RBC dan jumlah trombosit. Kelebihan : 1. Dapat membaca 84 counting blood cell (CBC) per jam 2. Reagent hanya ada 3 bila dibandingkan sysmex ada 9 buah reagen. Kekurangan Tidak bisa membaca jika jumlah sel diluar range, harus dilakukan secara mannual atau dilakukan pengenceran.

28

E. BD FaCS Calibur BD FaCS CalibursistemTM adalah sebuah sistem otomatis dasar flocytometry dengan kemampuan yang menawarkan tiga atau empat warna dan dapat melakukan analisis baik seluler dan pemilahan selopsional. Dirancang khusus untuk mendukung berbagai aplikasi, sistem BDFACS Calibur menawarkan kemudahan untuk menggunakan perangkat lunak, memuat pilihan banyak sampel, dan alatiuitif dan kontrol cairan, untuk meningkatkan produktivitas laboratorium. Catatan

:

Kerjakan alat ini harus pada suhu dingin karena jika tidak dalam suhu dingin akan mempengaruhi pembacaan hasilnya.

F. Sysmex CS-2001 Sysmex CS-2001 adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan faal koagulasi. Dengan menggunakan integritas sampel ipreanalytic (PSITM) teknologi, analisa menyediakan dukungan hal ektra, operator dapat mengidentifikasi dan secara otomatis mengelola sampel uji berpotensi bermasalah sebelum analisis. Mendeteksi hemolisis, ikterus, dan lipemia dangan memindai pra analitik sampai pasien dilakukan pada 3 panjang glombang 405 nm, 575 nm, dan 660nm,. Pengguna dapat menetapkan kriteria yang memungkinkan penanganan otomatis hasilnya. Volume sampel diperiksa langsung untuk mengindentifikasi potensi yang disebabkan oleh ketdakakurantan pengumpulan sampel yang tidak benar. Secara simultan dengan banyak panjang gelombang dapat melakukan pemindaian reaksi pembekuan di 340nm, 405nm, 575nm, 660nm, dan 800nm.

29

G. Steam Lab Stram lab adalah alat yang digunakan sebagai transpot sampel untuk serum Di rumah sakit Dr. Soetomo Surabaya Stream Lab digunakan sebagai transport sampel untuk pemeriksaan imunologi dan kimia klinik. Terdapat 12 tempat rak yang masing-masing ada kegunaannya sendiri – sendiri, sebagai berikut pembagiannya : Tempat rak nomor 1-3

: untuk tabung yang sudah di centrifuge.

Tempat rak nomor 4-6

: untuk tabung yang belum di centrifuge.

Tempat rak nomor 7- 9

: untuk rak yang tidak dapat di rubah dari

jalur Tempat rak nomor 10-13 :

untuk

tabung

yang

sudah

lengkap

diperiksa. Dimension atau ADVIA tidak bisa membaca sampel karena suatu masalah seperti adanya clot atau bekuan, bar code tidak terbaca, dll. Terdapat 2 scanner pada stream lab ini. Scanner pertama untuk membaca tabungnya.

Scanner kedua untuk

mengetahui

jenis

pemeriksaannya apakah serologi atau kimia klinik, jika serologi masuk ke ADVIA dan kimia klinik masuk Dimension.

30

BAB IV HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. UNIT KERJA PENGAMBILAN SAMPEL 1. Procedure pencetakan Bukti Tindakan a. Klick cari, klik no.

RM- masukkan no. registrasi pasien –

enter b. Cocokkan nama pasien dan tempat pemeriksaan, setelah cocok klik YA klik cetak – set up printer – pilih bukti tindakan klik ok klik cetak. 2. Procedure pencetekan barcode Klik cari, klik no.

RM- masukkan no. registrasi pasien – cocokkan

nama pasien, setelah cocok klik Ya. Klik no. ID- masukkan berapa barcode yag diinginkan – set up printer pilih – klik ok klik cetak.

PHLEBOTOMY Flebotomi atau phlebotomy berasal dari kata Yunani yaitu phlebos dan tome. Phlebos berarti pembuluh darah vena dan tome berarti insisi. Teknik flebotomi merupakan suatu cara pengambilan darah (sampling) untuk tujuan tes laboratorium atau bisa juga pengumpulan darah untuk didonorkan. Flebotomis adalah seorang tenaga medis yang telah mendapat latihan untuk mengeluarkan dan menampung sampel darah dari pembuluh darah vena, arteri atau kapiler. Ada beberapa persiapan sebelum melakukan phlebotomy antara lain: 1) Persiapan phlebotomy 2) Persiapan pasien 3) Posisi pasien 4) Pemilihan daerah punksi vena 5) Pemasangan tourniquet 6) Desinfeksi daerah punksi 7) Pengambilan darah vena menggunakan spuit atau jarum holder.

31

Pelayanan Sampling (Pra Analitik) 1. Pengambilan sampel darah a. Pra Analitik 1) Persiapan alat Pengambilan darah vena yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo dilakukan dengan menggunakan blood collection set dengan tabung vakum atau biasa disebut vacutainer tube atau evacuate tube. Vacutainer adalah sebuah alat pengambilan darah dengan metode tabung vacuum. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastic. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Proses pengambilan darah vena menggunakan tabung vakum membutuhkan 3 komponen yaitu : evacuate sample tube (tabung vakum), sample needle (jarum), dan tube holder. Tabung vakum ada masing-masing kegunaannya sesuai tutup tabung masing-masing, antara lain : a) Tutup dan Etiket Merah (Red Top). Tabung jenis ini telah berisi reagen Clot Activator yang akan mempercepat pembekuan darah. Umumnya digunakan untuk kimia darah, serologi dan bank darah. Waktu pembekuan ideal 60 menit (sesuai standart NCCLS / National Committee Clinical Laboratory System) tetapi bisa disentrifuge dibawah 60 menit asalkan sampel sudah mengental. Sample harus segar di

sentrifuge

dalam

waktu

maksimal

2

jam

(dari

pengambilan sampel). Ukuran tersedia 4 ml, 6 ml, dan 10 ml. b) Tutup

dan

Etiket

Ungu

Muda

(Lavender).

Berisi

antikoagulan EDTA, sehingga darah diperoleh tidak beku.

32

Umumnya digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml, dan 8 ml. c) Tutup dan Etiket Ungu (Violet). Berisi antikoagulan EDTA (Ethylene Tetra Acetic Acid), untuk mencegah pembekuan darah. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan hematologi. Yang membedakan hanyalah isi dari antikoagulannya saja dibandingkan dengan EDTA lavender. Dinding tabung bagian

dalam

dilapisi

pengawet

sehingga

dapat

memperpanjang waktu hidup dalam metabolisme sel darah merah setelah proses pengambilan darah. Berisi antikoagulan EDTA yang berbentuk spray dry. Setelah darah masuk penuh ke tabung “segera mungkin” lakukan homogenisasi sebanyak 6x untuk menghindari penggumpalan trombosit karena pada situasi trombosit sangat bagus darah cepat sekali menggumpal. Agar mesin dapat membaca leukositnya disarankan sampel darah yang masuk ketabung minimal 75 % dari ml tabung yang dipakai. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml, dan 8 ml. d) Tutup dan Etiket Biru (Blue). Berisi Trisodium sitrat 3,2 % sesuai standart NCCLS dengan rasio sample darah : citrate = 9 : 1 (rasio yang selalu konstan akurasinya). Dilapisi oleh double cover, yaitu : Poly Propylene (bagian dalam) agar tidak ada penguapan additive, terjaga kevakuman. Poly Ethyline (bagian luar) mampu mengurangi insiden aktivasi platelet. Tersedia ukuran 1,8 ml, 2,7 ml dan 4,5 ml (full Draw). e) Tutup dan Etiket Hijau (Green). Berisi Lithium Heparin dengan gel (PGS), baik digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion yang ada dalam darah. Direkomendasikan untuk pemeriksaan kimia darah, kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim.

33

Dihomogenisasi 6x dan di sentrifuge pada 1300 – 2000 rpm selama 10 menit dan kemudian plasma siap untuk dianalisa. Tersedia ukuran 1 ml, 2 ml, 3,5 ml, 5 ml dan 8 ml. f) Tutup dan Etiket Abu-abu (Grey). Berisi kalium oxalate berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF yang berfungsi sebagai pengawet sehingga dapat menstabilkan kadar gula darah selama 24 jam pada suhu ruangan dan selama 48 jam jika disimpan pada suhu 40C. NaF menghambat enzim Phosphenol

Pyruvate

dan

kerja

urease

(mencegah

Glycolysis). Ukuran tersedia 2 ml dan 3 ml. g) Tutup dan Etiket kuning (Yellow). Disebut juga SST II / serum separator tube. Berisi silica sebagai Clot Activator dan Polymer Gel Innert sebagai pemisah serum sehingga diperoleh kualitas serum yang bagus dan mengurangi resiko timbulnya fibrin yang bisa menyumbat instrument. Sebagai pilihan terbaik untuk pemeriksaan kimia darah cito. Serum yang diperoleh lebi banyak jika dibanding dengan Clot Activator / Red top sehingga efisien dalam pengambilan darah. Memungkinkan untuk penundaan analisa specimen (diambil malam hari dan diproses / dianalisa esok hari). Satu tabung berfungsi sebagai penyimpan sekaligus analisa tube sehingga

mengurangi

kesalahan

identifikasi.

Setelah

specimen masuk tabung dihomogenkan 6x kemudian diamkan

15-30

menit

(mengurangi

resiko

fibrin).

Disentrifuge pada 4000 rpm selama 10 menit (swing head) atau 15 menit (fixed angle). Ukuran tersedia 3,5 ml, 5 ml dan 8,5 ml. h) Tutup dan Etiket Hijau muda (Citrus). Berisi Lithium Heparin sangat banyak digunakan sebagai antikoagulan karea tiak mengganggu analisa bebarapa maam ion yang ada

34

dalam darah. Direkomedasikan untuk pemeriksaan Kimia Darah, Kreatinin dan BUN, elktrolit dan enzim. i) Tutup dan Etiket Jingga (Orange). Tabung tidak hampa vakum, berisi gel. Digunakan untuk laboratorium yang tidak memerlukan tabung vakum untuk mengumpulkan darah. Dapat digunakan pemeriksaan Kimia darah dan Serologi. Ukuran tabung 5 ml. j) Tutup dan Etiket Hitam (Black). Berisi Trisodium sitrat 3,8% untuk pemeriksaan LED / ESR metode Westergren. Ukuran tabung dengan iei 2,4 ml volume cairan.

Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama – botol biarkan (culture) darah atau tabung tutup kuning – hitam, kedua – tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga – tabung non additive (tutup merah), keempat – tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavender (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na Oksalat). Tabung yang sering digunakan pada unit sampling yaitu tabung tutup biru (Faal Hemostasis), tutup ungu (darah lengkap), dan tutup kuning (Kimia Klinik, serologi, dan Infeksi). (untuk mencegah penyakit infeksi seperti hepatitis dan HIV), rak tabung, tempat pembuangan jarum dan peralatan penunjang : spidol, kapas kering, staples, kertas 2 jam PP, dll. 2) Persiapan pasien Sebelum mengambil darah harus dilakukan identifikasi pasien. Proses identifikasi dimulai dengan menyapa pasien, menanyakan nama lengkap pasien dan kemudian mencocokkan

35

dengan nama diformulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan tanda identitas lain seperti jenis kelamin, alamat, dll. Kemudian menanyakan persiapan pasien sesuai dengan jenis pemeriksaan seperti puasa, konsumsi obat-obatan atau hal lain yang dapat mengganggu pemeriksaan. 

Pengambilan sampel untuk penderita rawat jalan dan rawat inap (tertentu).



Penerimaan sampel rawat inap.

3) Persiapan Sampling alat dan bahan : 1. Tourniquet 2. Holder 3. Jarum 4. Kapas alcohol 70% (alcohol swab) 5. Plester 6. Spuit

4) Persiapan Tabung : 1. Tabung vakum dengan tutup kuning (tabung SST = Serum Separator Tube) a. Mengandung activator gel yang berguna untuk mempercepat pembekuan (memisah antara serum dengan sel-sel darah). b. Tabung

ini

untuk

pemeriksaan

kimia

klinik,

immunologi dan infeksi. c. Volume darah 2,7 cc. 2. Tabung vakum dengan tutup biru a. Mengandung antikoagulan Na Citrat 3,2% - 3,8% b. Tabung ini untuk pemeriksaan faal hemostasis c. Volume darah 2,7 cc 3. Tabung vakum dengan tutup ungu

36

a. Mengandung antikoagulan EDTA fungsinya agar darah tidak beku. b. Untuk pemeriksaan DL, HbA1C, CD4, golongan darah ABO, Hb Elektroforesis. c. Volume darah 3 cc. 4. Cup kecil dengan tutup ungu a. Untuk pemeriksaan DL b. Volume darah 0,5 cc 5. Cup kecil warna putih a. Untuk pemeriksaan faal hemostasis b. Mengandung antikoagulan Na Citrat 3,2% - 3,8% sebanyak 0,01 cc c. Volume darah 1 cc 6. Tabung vakum dengan tutup abu-abu a. Mengandung antikoagulan NaF dan Potassium oxalate 5 mg : 4 mg b. Untuk pemeriksaan asam laktat c. Volume darah 2 cc

5) Identifikasi Pasien  Identitas pasien Nama pasien harus dicocokkan dengan nama pada formulir permintaan (Job List) laboratorium.  Identitas lain Jenis kelamin, alamat dan permintaan pemeriksaan setelah diketahui maka diambil tabung yang akan digunakan tabung kuning untuk kimia klinik, infeksi dan immunologi, tabung ungu untuk hematologi, tabung biru untuk faal koagulasi.  Identifikasi pasien Pasien rawat inap harus dicocokkan identitas pasien dengan nama dan no catatan medis serta no bed.

37

6) Persiapan Pasien Prosedur

Persiapan

Penderita

Untuk

Pemeriksaan

Laboratorium a) Pengertian Prosedur persiapan penderita untuk pemeriksaan laboratorium adalah prosedur yang dilakukan untuk penderita sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium agar diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat. b) Tujuan Meminimalkan kesalahan yang dapat terjadi pada proses persiapan pengambilan sampel (pra analitik). Persiapan penderita untuk pengambilan specimen pada keadaan basal Mengucapkan salam dengan sopan dan ramah. Komunikasi Pada Identifikasi Pasien Pengertian: Tata cara identifikasi secara lisan antara petugas dengan pasien sebelum dilakukan pengambilan sampel ataupun tindakan radiodiagnostik. Tujuan: Sebagai acuan bagi petugas dalam melakukan identifikasi secara lisan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan pemeriksaan. Prosedur:

38



Lakukan

identifikasi

pada

setiap

tahap

proses

pemeriksaan. 

Bila petugas berhubungan langsung dengan pasien lakukan identifikasi dengan komunikasi lisan.



Lakukan komunikasi lisan sebagai berikut: 1) Pasien datang ke petugas dengan membawa surat permintaan pemeriksaan. 2) Permintaan pemeriksaan. 3) Petugas: Selamat siang bapak/ ibu. Mohon maaf, siapakah nama bapak/ ibu?

Petugas: mohon disebutkan tanggal lahir bapak/ ibu. Bila pasien lupa, lanjutkan dengan pertanyaan: Petugas: berapa usia bapak/ ibu? Petugas: mohon disebutkan alamat bapak/ ibu.

I.

Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa sebelum ambil darah : Glukosa

puasa 10-12 jam

Tes toleransi glukosa

puasa 10-12 jam

Glukosa kurva harian

puasa 10-12 jam

Trigliserida

puasa 12 jam

Asam Urat

puasa 10-12 jam

VMA

puasa 10-12 jam

Renin (RA)

puasa 10-12 jam

Insulin

puasa 8 jam

C. peptida

puasa 8 jam

Gastrin

puasa 12 jam

Aldosteron

puasa 12 jam

Hemocysteine

puasa 12 jam

Lp (a)

puasa 12 jam

PTH intac

puasa 12 jam

39

II.

Apo A1

di anjurkan puasa 12 jam

Apo B

di anjurkan puasa 12 jam

Menghindari obat-obatan sebelum mengambil darah 1) Untuk pemeriksaan dengan specimen darah, tidak minum obat 4-24 jam sebelum pengambilan specimen 2) Untuk pemeriksaan specimen urin, tidak minum obat 48-72 jam sebelum pengambilan specimen 3) Apabila pemberian obat tidak memungkinkan untuk di hentikan, harus di informasikan ke petugas laboratorium 4) Menghindari aktivitas fisik/ olahraga sebelum pengambilan specimen 5) Memperhatikan efek postur ; di anjurkan pasien duduk tenang minimal 15 menit sebelum pengambilan sampel darah 6) Memperhatikan variasi di urnal (perubahan kadar analit sepanjang hari)

Pemilihan Daerah Punksi Vena 1) Vena yang tepat untuk pengambilan darah : 

Vena mediana cubiti (terbaik)



Vena chepalica



Vena basilica

(besar, elastic, bentuk lurus dan rangsangan sakit kurang)

2) Vena pada ekstremitas bawah tidak dianjurkan karena sering menimbulkan komplikasi. b. Pelaksanaan sampling (analitik)  Pemasangan tourniquet 7,5 – 10 cm di atas pungsi vena, pemasangan tourniquet jangan terlalu kencang, pemasangan tidak boleh lebih dari 1 menit.

40

 Bila punksi vena tertunda, sebaiknya dilepas terlebih dahulu dan dipasang kembali sebelum dilakukan punksi  Desinfeksi

daerah

punksi

menggunakan

kapas

yang

mengandung alcohol swab.  Arah gerakan fiksasi adalah dari arah dalam keluar  Pasangkan jarum pada holder, biarkan tutup yang berwarna tetap pada jarum.  Bila posisi punksi sudah siap, lepaskan tutup jarum yang berwarna. Lakukanlah punksi vena seperti biasa.  Masukkan tabung ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan tengah pada pinggiran holder dan ibu jari pada dasar tabung mendorong tabung sampai ujung holder.  Arah jarum sejajar dengan vena dan tususkkan dengan sudut 15-30 0, lubang jarum menghadap keatas. Tusuk menembus kulit dengan gerakan yang halus, pegang jarum pada bagian jarum yang berwarna dengan satu tangan, kemudian putar dan lepaskan bagian berwarna putih dengan tangan lainnya.  Lepaskan tourniquet saat darah mulai mengalir ke tabung  Bila kevakuman habis maka pengaliran darah akan terhenti secara otomatis.  Selanjutnya cabut jarum dengan gerakan langsung, cepat.  Pasien diminta menekan luka tusukan dengan kaps kering sampai pendarahan berhenti antara 3-5 menit.  Lengan tetap terlentang untuk mengurangi resiko hematoma.

c. Pasca sampling (Post Analitik) Hal-hal yang bisa terjadi pada phlebotomy : 1. Alergi terhadap antiseptic dan plester 2. Perdarahan berlebihan 3. Pingsan 4. Hematoma terjadi karena

41



Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai



Jarum menembus seluruh dinding vena



Jarum hanya menembus sebagaian vena



Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang



Penekanan tidak adekuat setelah venipuncture

Jika pasien pingsan pada saat venipuncture : 1. Lepaskan tourniquet, tarik jarum segera 2. Bicara pada pasien

supaya terjaga dan

mengalihkan

perhatiannya 3. Pasien menundukkan kepala dan bernafas dalam 4. Kompres dengan air dingin di bagian dahi dan belakang leher  Setelah pengambilan darah selesai, tempatkan jarum pada tutup jarum, dan putar berlawanan dengan arah jarum jam sampai ia terlepas dari holder. Jika jarum tidak bisa terpisah dari holder, buang seluruhnya ke dalam tempat sampah, janga mencoba memotong, membengkokkan, mematahkan dan menutup jarum kembali. Periksa lagi inf pada informasi pada label tabung. Setelah selesai punksi ucapkan terima kasih pada pasien dan beri informas pada pasien misalnya kapan harus kembali untuk glukosa 2 jam PP. Buang bahan terkontaminasi seperti kapas, tutup jarum ke dalam tempat sampah yang telah disediakan.

Serahkan

sampel

ke

laboratorium

sesuai

persyaratan yang telah ditetapkan, lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.  Menghomogenkan darah dengan antikoagulan sampai benarbenar homogeny (dengan cara membolak-balikan tabung)  Membuang jarum suntik pada sampah infeksius  Simpan darah pada tempat yang aman.

42

2. Pengambilan sampel urin a. Jenis urin 1) Urin sewaktu Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin sewaktu yaitu urin yang dikeluarkan pada saat yang tidak ditentukan. Urin sewaktu ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan rutin. 2) Urin pagi Urin pagi adalah urin yang pertama kali yang dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari pada urin yang dikeluarkan siang hari biasanya urin ini digunakan untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, maupun HCG. 3) Urin post prandial Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria. Urin ini didapat 11/2-3 jam setelah makan. 4) Urin 24 jam Urin ini digunakan untuk penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urin, pemeriksaan kreatinin klirens, untuk mendeteksi adanya penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK). Cara mengumpulkan sebagai berikut : missal jam 6 pagi pasien mengeluarkan urin sampai jam 6 pagi keesokan harinya harus di tampung pada botol urin yang telah tersedia.

b. Wadah urin Wadah urin harus bersih dan kering. Adanya air dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak berkembang dengan baik dalam urin dan akan mengubah susunannya. Wadah urin yang paling baik adalah wadah yang bermulut lebar yang dapat ditutup rapat. Sebaiknya urin di keluarkan langsung dalam wadah tersebut. Apabila hendak memindahkan urin dari tempat yang satu

43

ketempat yang lain, hendaknya dikocok terlebih dahulu agar endapan ikut berpindah tempat. Wadah urin diharuskan untuk diberi etiket seperti nama atau nomor registrasi atau kode yang lain. Wadah yang digunakan untuk pemeriksaan urin kultur harus steril.

3. Pengiriman sampel Dalam proses pengiriman sampel dari ruang sampling menuju instalasi Patologi Klinik menggunakan Pneumatic Tube Aerocom. Caranya yaitu : a. Tekan nomor tujuan terlebih dahulu (lab lantai 4 patologi 2003) b. Letakkan tabung carrier c. Lepaskan dan tabung akan sampai ketempat tujuan.

B. UNIT KERJA KIMIA KLINIK 1. Alur pemeriksaan di laboratorium Kimia Klinik: a. Sampel datang melalui tabung aerocom. Tabung tutup kuning diletakkan dalam rak berwarna biru. Kemudian cheklist no. ID pada daftar nomor ID yang terdapat pada buku lembar ID. Kemudian jika sudah, letakkan tabung tutup kuning ke dalam keranjang/rak berwarna merah. Keterangan : Buku nomor ID pemeriksaan rutin dan pemeriksaan 2 jam Post Prandial berbeda. b. Tabung disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm, selama ± 15 menit. c. Setelah disentrifuge, letakkan dalam rak tabung. Kemudian diletakkan pada alat auto-otomatis, pada rak tempat tabung dengan tabung tertutup. Alat akan mengerjakan secara otomatis. d. Penggunaan Aerocom a. Masukkan joblist, sampel atau kertas hasil ke dalam tabung.

44

b. Tekan tombol nomor tujuan, lalu letakkan pada lubang yang tersedia, alat akan secara otomatis mengantar tabung sampel ke tujuan c. Bila tabung pada alat aerocom tiba, tekan “*1” untuk menghentikan alarm. Tempat

Kode

Kamar 14

2001

Lab. Sampling 1

2002

Lab. Sampling 2

3115

Lab Lantai 4 Patologi

2003

Lab Lantai 5 Mikrobiologi

2004

Lab Anak

1688

Pandan 2

1619

Pandan Wangi

1620

Poli Kulit

1463

Poli Anak

1459

Kandungan

1625

Posa

1478

Seruni B

1673

Bedah F

1303

ICU

1823

Bedah B

1308

Camelia

1602

Bona

1692

Merpati

1633

Kembali Carier Ke Asal

9999

Bedah I

1320

Tabel : daftar code pengiriman aerocom

45

Pada unit kerja kimia klinik dilakukan berbagai macam pemeriksaan, antara lain : a. Pemeriksaan kimia klinik rutin diantara lain : cholestrol, HDL – Chol, LDL-Chol, Trigliserida, CRP Kimia, Glucosa , SGOT, SGPT, Bilirubin Direct, Bilirubin Total, Albumin, Total Protein, Alkali Fosfatase, Urea/Bun, Kreatinin, Uric Acid, Calcium, Phosphate, Natrium, Kalium, Choride, Globulin, Creatini Cleareance, SiTIBC b. Pemeriksaan Urin Lengkap (UL), sedimen urin, Protein Esbach, Protein bance jones, Urine Ekresi (uric acid, calcium, phospat).

A. Pemeriksaan kimia Klinik Rutin Dengan Dimension RxL Max Tujuan

: untuk memperoleh pengeluaran hasil pemeriksaan laboratorium yang lebih cepat presisi dan akurasi.

Metode

: Photometrix

Prinsip

: alat ini mengunakan system sensor dan metode random

atau acak sensor akan mengoreksi kode sampel ID berupa nomer pasien. Sampel ID dan parameter pemeriksaan laboratorium. Metode random atau acak artinya sampel yang parameter pemeriksaannya cepat dan apabila sampel paling sedikit akan dikerjakan terlebih dahulu.

1) UREA/BUN Urea hidrolisis didalam air dan urease

untuk

menproduksi ammonia dan kerbo dioksida sisa urea bereaksi dengan GLDH (Glitamat dehydrogenase). 2) GLUKOSA Glukosa ditentukan atau diukur setelah reaksi oksidasi enzimatik oleh adanya enzim glukosa oksidase.

46

Terbentuklah hydrogen peroksidae bereaksi NADP menjadi gluconat – E-P dan NADPH dan hydrogen. 3) ALBUMIN Albumin dan serum ditunjukan dengan mengunakan bromeresol green pada pH Asam menghasilkan perubahan warna dari kuning menjadi reaksi albumin BCG kompleks yang berwarna hijau.

4) URID ACID Determinasi akan urat direaksikan dengan urease pembentukan reaksi H2O2 dibawah katalis peroksidase dengan 3,5 dichlro 2-hidraksibenzokulfonic dan 4aminophenazon (PAP). 5) ALT Ketoglutarate + L-alamin → L-glutamat + piruvat peningkatan pyruvate diukur pada satu reaksi indikator berikut yang dikatalis oleh drhidrogenase laktat pyruvate + NADH + H → L-Lactate + NADH+, pada reaksi kedua NAD Rate dari penyusunan NADH (Photometrically terukur) semua langsung propotional ke rate dari formas dari pyruvate dan menunjukkan aktivasi ALT. 6) AST(ASAT/GOT) Ketoglutamat

+

L-aspartate

↔

L-glutamat

+

oxaloacetat. Peningkatan jumlah oxalaoacetat sebagai petunjuk reaksi

yang

kemudian

dikatalisasi

malatedehildroenase. Oxaloasetat + NADH + H + → Lmalate + NAD+ NADH bersanding lurus dengan aktifitas Ast.

47

7) ALP P-nitropenyl phophate ↔ P-nitropenol + ion phosphate diubah menjadi pentitrophenol (kuning) lalu dibaca pada panjang gelombang 405 nm yang secara langsung sebanding dengan aktifitas Alp yang diukur. 8) Phospor Bereaksi dengan amonium molibat dalam suasana basa untuk membentuk reaksi komplek. Absord bilirubin bereaksi dengan diazofized sulphamilic acid (DSA) membentuk warna azodye.

9) Calsium Protein dari serum diendapkan terlebih dahulu dengan buffer asam asetat dalam suasana panas, kalsium yang dibebaskan direaksi dengan pereaksi warna dalam suasana basa. Maka terbentuk Ca+ -O- Resphithalen complexon warna ungu. 10) Bilirubin Direct Bilirubin bereaksi dengan diazol sulphanic acid (OSA) membentuk warna azodye. 11) Total Protein Tembaga divalent bereaksi pada solusi alkali dengan peotein peptide mengikat membentuk warna ungu characteristic biuret complex. 12) Kreatinin Jaffe read blank pembentukan kreatinin dalam suasana alkali berwarna oranye merah komplek dengan asam pikrat 13) HDL

48

HDL dan LDL dipresipitasi dengan penambahan asam fosfotungsalt dan magnesium klorit. HDL Choles direaksi dengan reagent warna (hole) 14) LDL Metode ini mengunakan cyclodextrin sulfate detron dan kompleks magnesium untuk menstabilkan VDRL dan cylomikron. LDL Choles bereaksi dengan reaksi reagent I dan reagent II membentuk warna yang diukur secara spektrofotometer. 15) Trigliserida Prinsip reaksi ini berdasarkan lipoksisn trigliserid untuk memberikan gliserol bebas dan asam oleh aktivitas enzim lipase dan kolestrol esterase.

16) Elektrolit Metode pengukuran dengan mengunakan ion selektif elektroda yang mana untuk menentukan nilai elektrolit secara tepat.

Pra Analitik Persiapan sampel

:

Darah vena pada tabung warna kuning yang mengandung separator gel dicentrifuge 3000 rpm selama 15 menit, lalu tempatkan dalam rak dan masukaan pada steam lab tersebut.

Proses kalibrasi a. Operating menu, tekan F5 : process Control, b. Process Control menu, tekan F1 : calibration, tekan enter, c. Calibration, tekan F2 : set – Up & Run. d. Calibration set up, tekan tombol jenis pemeriksaan yang akan dikalibrasi,

49

e. Calibration Set Up,

sesuaikan # Lot Reagensia yang akan

dikalibrasi dengan # Lot Reagensia di monitor (terletak di pojok kanan atas). Jika # Lot Reagensia di monitor tidak sesuai dengan # Lot yang diinginkan, f. Calibration Set-Up, Opertor :, ketik nama operator yang akan melakukan kalibrasi, tekan enter, g. Calibration Set Up, Calibration Product/Lot :, ketik nama kalibrator dan #Lot yang akan digunakan, tekan enter (eg.CHEM 1). Ketik # Lot Kalibrasi yang akan digunakan, tekan enter, (eg.0GJ022), h. Calibration Set Up, Start at Position, ketik # Segment dan Posisi yang akan digunakan untuk kalibrasi (eg. B1), i. Calibration Set Up, Bottle Value, ketik nilai kalibator level 1 sesuai dengan yang tertera di insert sheet Kalibrator (perhatikan : Lihat satuan (unit) yang digunakan jenis kalibrator yang sama, ulangi prosedur no 4- 10, j. Calbration Set Up, tekan F7 : load/Run, masukan kalibrator sesuai dengan posisi yang ditampilkan monitor. k. Tekan F4 : Run atau tombol RUN dikeyboard, untuk menjalakan kalibrsi Analitik Memproses sampel l. Menjalankan sampel pasien dengan barcode a. Masukan sampel pasien dengan barcode pada segmen yang sesuai dengan jenis tabung yang digunakan . b. Pastikan label barcode berada pada bagian segmen yang terbaca oleh barcode reader. c. Masukan segmen kedalam sampel area d. Tekan RUN Menjalankan sampel pasien tanpa barcode

50

e. Operating menu, tekan F1 : enter data f. Masukan sampel pasien pada segmen yang akan digunakan. g. Position, masukan segmen yang akan digunakan dan posisi didalam segmen tersebut, misal A1, tekan enter. h. Patient name, masukan nama pasien, tekan enter. i. Sampel no, masukan sampel ID pasien tekan enter. j. Tekan F7 : next mode, untuk mengantikan jenis sampel container yang akan digunakan, seperti primary tube, sampel cup, dan limited cup-no level sense. Tekan enter. k. Tekan F4 : next priority, untuk memilih prioritas sampel, seperti rountune, asap, stat, qc dan xqc. Tekan enter. l. Tekan F8 : next fluid, untuk memilih jenis cairan sampel, seperti sampel fluids (serum, urine, plasma, dan csf/blood). Tekan enter. m. Tekan F2 : proses single, untuk menjalankan satu sampel pasien atau n. Tekan F1 : New sampel, untuk melakukan program sampel pasien berikutnua list, dan ulangi langkah no 4-8 dan 10 untuk sampel berikutnya. o. Tekan F3 : load list, untuk memasukkan sampel pada segmen yang digunakan. p. Tekan F4 : RUN. Hasil Melihat, mencetakan, dan mngulang hasil pemeriksaan a. Operating menu, tekan F3 : the result, tekan Enter (hasil pemeriksaan terakhir akan tampil dimonitor). b. Test result, ketik # sampel pasien, tekan enter atau c. Test result, ketik # sampel pasien sebagian, Missal #14, untuk mencari # sampel pasien yang terakhir dengan angka 14

51

14*, untuk mencari # sampel pasien yang diawali dengan angka 14 * 14 *, untuk mencari # sampel pasien yang mengandung angka 14, tekan enter d. Test result, tekan F5 : print back atau F12 : seacrh forward, untuk mencari data hasil pemeriksaan. e. Test result, tekan F5 : print , untuk mencetak hasil pemeriksaan, jika instrument tersambung dengan list, maka akan tampil pesan “do you want to retransmit to (y / n)” host computer, ketika y, untuk mengirimkan hasil ke lis atau ketik n, untuk tidak mngirim hasil ke lis. f. Test result, tekan F3 : position, untuk mengetahui posisi sampel pasien. g. Tekan F4 : edit / rerun, untuk mengulang atau menambahkan jenis pemeriksaan. h. Tekan F5 : delete test, untuk menghapus jenis pemeriksaan yang tidak akan diulang. i. Tekan F2 : proses single atau RUN, untuk meperajali sampel

Post Analitik Harga normal

:



GDP

: < 120 mg/dl



2 Jam PP

: < 140 mg/dl

TTGO beban 75 g glukosa 

Puasa

: < 120 mg/dl



2 Jam PP

: < 140 mg/dl



BUN

: 7 – 18 mg/dl



Kreatinin

: 0,6 – 1,3 mg/dl



Klirens Kreatinin : 100 – 180 ml/mm

52



Kalium

: 3,5 – 5,1 mmol/l



Natrium

: 136 – 145 mmol/l



Krorida

: 98 – 107 mmol/l



Asam urat

: 2,6 – 7,2 mg/dl



Bil.Direk

: 0,00 – 0,30 mg/dl



Bil. Total

: 0,00 – 1,00 mg/dl



SGOT

: 15 – 37 u/l



SGPT

: 30 – 65 u/l



Fosfatase Alkali

: 50 – 136 u/l



Globulin

: = Total protein – Albumin



Albumin

: 3,4 – 5,0 g/dl



Protein total

: 6,4 – 8, 2 g/dl

B. Pemeriksaan Kimia Urin I. Pemeriksaan Urin Lengkap Tujuan

:

Untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal atau infeksi saluran kemih.

Cara kerja

:

1) Nyalakan alat 2) Tunggu sampai tampil layar [Copyright] 3) Tekan . Lalu akan tampil [Routine Monitor] pada layar. 4) Cetak apakah ada gelembung udara pada syring. Jika ada, hilangkan melalui pada layar [Maintenance]. 5) Tekan <Start> Condition> pada layar [Roitine Monitor]. 6) Konfirmasi detail berikut sudah benar : a) Routine sequence number b) Stat sequence number

53

c) Oprator ID d) Host online / Offline e) Print Mode Selection 7) Tekan untuk kembali ke layar [Routine Monitor]. 8) Tempatkan tabung sampel dengan volume sampel 2 ml atau lebih ke dalam rak. 9) Masukkan rak ke atas jalur masuk secara langsung atau menggunakannya rack tray. 10) Pastiakan rack tray yang kosong sudah berada di jalur keluar. 11) Tekan <start> pada layar [Routine Monitor]. 12) Tunggu proses berlangsung hingga hasil keluar. 13) Selanjutnya hasil ditempelkan dengan barcode.

II. Pemeriksaan Sedimen Urin dengan Alat Sysmex UF 500i Metode

: Flow Cytometri.

Cara kerja

:

1) Sampler metode : a) Lakukan order terlebih dahulu pada work list [F6]. b) Klik regist [F9] dan masukkan sample No., rack, no., tube pos., order/jenis test, patient ID, dan data pasien (bila ada), akhiri tekan OK. c) Tempatkan rak sampler dalam UF 500i sampler unit. d) Tekan sampler [F3], masukkan sampel no., rack no., tube position (harus sesuai dengan work list) jika menggunakan barcode tidak perlu e) Tekan sampler start. 2) Manual Mode : a) Lakukan order terlebih dahulu pada work list [F6].

54

b) Klik regist [F9] dan masukkan sample no., rack no., tube position, order/jenis test, patient ID, dan data pasien (bila ada), akhiri dengan OK. c) Tekan manual [F2], masukkan sampel no. (nomor harus sesuai dengan work list), lalu tekan OK. d) Homogen sampel urin (minimal 1 ml) lalu tempatkan pada manual prode dan tekan tombol start.

Jika hasil sedimen urin dengan alat sysmex UF 500i menunjukan hasil path cast dengan angka ≥ 4, maka harus dikonfirmasi dengan mikroskop. Cara Kerja : 1) Putar di sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 RPM. 2) Setelah selesai disentrifuge urin dibuang, sisakan endapannya. 3) Kocok tabung untuk menghomogenkan sedimen. 4) Teteskan sedimen pada kaca slide, kemudian tutup dengan cover glass. 5) Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x – 40x.

C. Pemeriksaan Protein ESBACH Tujuan

:

Untuk mengetahui angka protein dalam urin dengan metode ESBACH

Prinsip

:

Urin 24 jam dalam keadaan asam protein ESBACH akan mengendap.

Alat dan Bahan : 1) Tabung ESBACH.

55

2) Asam Glacial Paket 3) Regen ESBACH 4) Sampel urin 24 jam

Cara Kerja : 1) Ambil urin 24 jam, dimasukkan ke dalam tabung ESBACH sampai tanda “U”, ditambahkan asam glacial paket sebanyak 1020 tetes. 2) Diukur pH sampai < 5 (asam). 3) Ditambahkan reangen ESBACH smpai tanda “R”. 4) Dibolak balik perlahan sampai tercampur, jangan sampai terdapat buih. 5) Disimpan dalam ruang gelap / tabung khusus dibaca dalam waktu 24 jam 6) Tingginya presipitat dibaca dan menunjukan banyaknya gram protein per liter urin.

Perhitungan : Protein Esbach dalam urine 24 jam : 𝐻 𝑋 volume urine 24 jam = ⋯ … … gram/24 jam 1000 Keterangan : H : Hasil pembacaan

D. Pemeriksaan Bance Jones Protein dalam Urin. Prinsip Protein Bance Jones mengendap dalam suhu 40o – 60oC dan melarut lagi dalam suhu 70o–100oC.

56

Cara Kerja

:

1) Ambil ± 4 ml urin jernih (disentrifuge/disaring). Ditambahkan 1,0 ml buffer asetat pH 4,6 dan campur. 2) Panaskan 56oC

selama 15 menit, bila terjadi presipitat

(endapan/kekeruhan) indikasi Bance Jones positif (+). 3) Panaskan atau masukkan tabung tersebut kedalam air mendidih selama 3 menit, jika precipitat atau kekeruhan tersebut larut kembali maka indikasi Bance Jones positif (+). 4) Jika kekeruhan / presipitat tidak menghilangkan dalam 100oC, indikasi adanya albumin / globulin dalam urin seringlah urin tersebut dalam keadaan panas (dalam air mendidih tersebut). 5) Ulangi pemeriksaan tersebut seperti diatas. Dari no. 1-3. 6) Sampel akan berkurang saat disaring, jadi ditambahkan 0,5 ml buffer asetat pH 4,6. 7) Apabila pada pemeriksaan no. 3 hasilnya kekeruhan / pracipitat larut maka indikasi Bance Jones negatif/ (-)

E. Pemeriksaan Klirens Kreatinin Tujuan : Untuk mengukur kandungan kreatinin dalam urin.

Metode : Rumus Du Bois

Prinsip : Kreatin klirens merupakan metode kimia yang paling sensitif mengenai pengujian terhadap fungsi ginjal. Tes ini memberikan perkiraan mengenai jumlah plasma yang telah harus mengalir melalui glumeruli ginjal setiap menitnya beserta pembuangan muatan kreatininnya untuk memberikan informasi mengenai kreatinin yang benar-benar tampak dalam urin tiap menitnya. Tes ini membutuhkan

57

pengumpulan urin lengkap yang terkumpul dalam suatu jangka waktu yang diukur dengan tepat untuk keperluan analisa konsentrasi kreatinin dalam urin dan dalam serum.

Cara Kerja : 1) Pastikan lembar permintaan sesuai dengan sampel. 2) Pisahkan urin ke dalam tube lalu pindahkan ke rak pemeriksaan. 3) Pada alat tekan “home”. 4) Pilih F1 ”enter data”. 5) Masukkan kode rak tabung. 6) Pada bagian “ sampel patient” di isi dengan data no. sampel. 7) Tekan “enter”. 8) Tekan atau masukkan pemeriksaan yang diminta. 9) Tekan F3 “lodal list”. 10)

Tekan F4 “RUN”. Untuk menjalankan program pemeriksaan.

Perhitungan : Klirens kreatinin =

𝑢𝑟𝑖𝑛𝑒 24 𝑗𝑎𝑚 1440

𝑥

𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑢𝑟𝑖𝑛𝑒 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚

𝑥

1,73 𝐴

keterangan : urine 24 Jam

: Jumlah urine total yang dikeluarkan dan ditampung selama 24 jam (mL)

1440

: Nilai standart, yang diperoleh dari 24 jam = 24 x 60 = 1440.

1,73

: Nilai Standart, body balance yang diperoleh dari grafik Du Bois.

A

: Luas permukaan tubuh, angka didapat dari Tinggi badan dan berat badan yang dimasukkan dalam grafik Du-Bois.

58

F. Pemeriksaan Analisa Batu Tujuan

:

Untuk mengetahui kandungan kimiawi yang terdapat didalam batu.

Alat

:

1) Oven 2) Mortir 3) Tabung reaksi 15x100 mm 4) Rak tabung 5) Lampu spiritus 6) Pipet tetes \ 7) Kertas lakmus

Bahan

:

1) HCI 10% 2) MnO2 3) HCI 1N 4) Ammonium oksalat jenuh 5) HNO3 Paket 6) Ammonium mobibdat 10% 7) Amoniak 10% 8) Nessler 9) Reagen Uric acid 10) NaCN 12% 11) Chloroform 12) Asam asetat anhydride 13) H2SO4 Pekat 14) Aquades 15) Sampel: Batu Ginjal, Bantu Empedu

59

Cara Kerja : 1) Batu yang sudah didapat dari hasil operasi dicuci bersih kemudian dibungkus dengan kertas saring. 2) Masukkan batu kedalam oven kemudian biarkan sampai kering, proses ini berlangsung selama 3 jam. 3) Setelah kering batu digerus dengan mortir sampai halus. 4) Batu yang sudah dihaluskan dimasukkan kedalam tabung yang beratnya masing-masing 0,1 gram. 5) Lakukan beberapa uji kimiawi : a. Uji reaksi i. Bahan ditambahkan 1 ml aquades ii. Kemudian dipanaskan hingga mendidih iii. Masukkan kertas lakmus iv. Interpretasi hasil Catatan : hasil menunjukan reaksi asam / basa b. Uji carbonat i. Bahan ditambahkan 1 ml HCI 10% ii. Interpretasi hasil Catatan : hasil (+)/positif akan terbentuk gas. c. Uji oksolat i. Hasil pemeriksaan uji ke-2 dipanaskan hingga mendidih ii. Tambahkan 0,1 gram MnO2 iii. Interpretasi hasil Catatan : Hasil (+) Positif akan terbentuk gas. d. Uji calsium i. Bahan ditambahkan HCI 1N ii. Kemudian dipanaskan hingga mendidih iii. Tambahkan 2 tetes ammonium aksolat jenuh iv. Interpretasi hasil Catatan : hasil (+)/positif akan terbentuk kekeruhan

60

e. Uji phosfat i. Bahan ditambahkan 1 ml HNO3 pekat ii. Kemudian dipanaskan hingga mendidih iii. Tambahkan 2 tetes ammonium molibdat 10% iv. Tambahkan 2 tetes amoniak v. Interpretasi hasil Catatan : hasil (+)/positif akan terbentuk warna coklat sampai kuning. f. Uji ammonium i. Bahan ditambahkan 0,5 ml Nessler ii. Interpretasi hasil Catatan : Hasil (+)/positif akan terbentuk warna coklat g. Uji uric acid i. Bahan ditambahkan 0,5 ml reagen uric acid ii. Kemudian dipanaskan hingga mendidih iii. Tambahkan 2 tetes NaCN 12% iv. Interpretasi hasil Catatan : Hasil (+)/positif akan terbentuk warna biru. h. Uji cholesterol i. Bahan ditambahkan 0,5 ml cjloroform ii. Dipanaskan hingga mendidih iii. 2 tetes asam asetat anhydride iv. 2 tetes H2SO4 Paket v. Interprestasi hasil Catatan : Hasil (+)/positif akan terbentuk warna.

C. LABORATORIUM UNIT KERJA KAMAR 14 1. Melakukan Pengambilan Darah Vena/Sampling Prinsip

:

Darah tidak boleh diambil dari daerah yang terinfeksi (misal bisul, luka, radang). Lokasi pengambilan pembuluh darah pada daerah lipat siku

61

bagian dalam yang disebut Fossa cubiti.Pilih vena yang paling besar,yang terbaik yaitu pada salah satu cabang yang membentuk huruf Y,tepat diatas percabangan (pada vena mediana cubiti).

Tujuan

:

Mengambil darah vena dengan tepat dan benar.

Alat dan Bahan : a. Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc b. Torniquet c. Tabung (Kuning = Kimia klinik dan Imunologi, Ungu = Hematologi, Biru = Faal Koagulasi ) d. Plester e. KapasAlkohol 70 % f. Handscoon g. Etiket barcode/label

Cara Kerja: a. Siapkan spuit, kapas alcohol dan tabung b. Cari lokasi pembuluh darah pada lipatan siku yang paling besar (vena mediana cubiti pada daerah fossa cubiti) c. Letakan tangan pasien lurus diatas meja,dengan telapak tangan menghadap keatas. d. Lengan diikat cukup erat dengan torniquet untuk membendung aliran darah ±10 cm dari daerah fossa cubiti.. e. Anjurkan pasien untuk menggenggam tangan f. Ujung telunjuk kiri mencari pembuluh darah fossa cubiti yang akan ditusuk. g. Bersihkan lokasi tersebut dengan kapas alkohol dan biarkan kering.

62

h. Peganglah spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal jarum.Tusukan jarum dengan sisi miring menghadap keatas dan membentuk sudut ± 25. i. Setelah darah masuk disposible dengan tangan kiri penghisap spuit ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk kedalam spuit. j. Anjurkan pasien untuk membuka genggamannya. k. Ikatan pembendung dilepas,letakan kapas kering pada tusukan,jarum ditarik kembali, tutup jarum dengan tangan yang lain, letakan plester diatas kapas. l. Lepaskan jarum dari badan spuit masukan dalam tabung. m. Beri etiket barcode/label pada tabung sebagai identitas.

2. Pemeriksaan Glukosa Darah Acak, Glukosa Darah Puasa,Glukosa Darah 2jpp TTGO 50, TTGO 75, TTGO 100 Metode

:

Menggunakan alat POCT

Alat dan bahan

:

a. POCT test b. Strip glukosa POCT Test c. Holder d. Lancet e. Kapas alcohol f. Darah kapiler

Cara kerja : a. Scan barcode sampai muncul kode barcode. b. Tekan ok pada sampai muncul perintah memasukan strip c. Akan muncul untuk menghisap darah d. Bersihkan jari manis/jari tengah pasien dengan kapas alcohol e. Tusuk dengan lanset

63

f. Hisap darah sampai dengan muncul angka “6” g. Setelah 6 detik, baca hasil.

Keterangan : a. Glukosa darah acak yaitu glukosa darah yang diperiksa sewaktu dengan kondisi pasien tidak dalam keadaan puasa. b. Glukosa darah puasa yaitu glukosa darah yang diperiksa setelah pasien diminta untuk puasa sebelumnya ± 8-10 jam ( hanya boleh minum air putih saja ) dan selanjutnya diperiksa glukosa 2jpp. c. Glukosa 2jpp yaitu glukosa darah yang diperiksa setelah 2 jam diambil glukosa puasa (setelah glukosa puasa diperiksa pasien diminta untuk makan, setelah itu kembali puasa selama 2 jam dan diambil / diperiksa kembali glukosa darahnya ). d. Glukosa TTGO 50 yaitu biasanya pemeriksaan di minta dari poli hamil, ibu hamil dating ke laboratorium kemudian diminta meminum 50 gram glukosa yang diencerkan dalam satu gela dan harus di habiskan setelah ibu hamil menunggu satu jam untuk diperiksa glukosa darahnya ( tidak boleh makan hanya boleh minum air putih ). e. Glukosa TTGO 75 dan TTGO 100 yaitu glukosa darah yang diperksa pertama adlah puasa. Seteelah pasien ( ibu hamil ) diminta untuk meminum air gula ( 100 gram / 75 gram glukosa yang diencerkan dengan air minum ± satu gelas ). Setelah itu pasien diminta kembali setiap satu jam untuk diperiksa glukosa darahnya ( tidak boleh makan, hanya boleh minum air putih ), di lakukan berulang setiap satu jam dilakukan tiga kali pemeriksaan.

3. Tata cara penggunaan pneumatic Tube System a. Geser tutup carrier sesuai engan arah anak panah pada tutup b. Masukkan benda / barang yang akan dikirim ke dalam carrier c. Tutup kembali carrier dan perhartikan jika tutup carrier benar-benar tertutup rapat dan tidak ada benda yang terjepit.

64

d. Masukkan dan dorong carrier kedalam sending funnel dengan posisi sedikit miring ke depan yang sebelumnya masukkan alamat nomor tujuan terlebih dahulu. e. Letakkan carrier dengan posisi sending tube switch, ini merupakan posisi sending stand bay dan akan terkirim secara otomatis. f. Tekan nomor tujuan terlebih dahulu. Nomor tujuan 1)

Kamar 14

:

2001

2)

Lab sampling 1

:

2002

3)

Lab sampling 2

:

3115

4)

Lab lantai 4 patologi

:

2003

5)

Lab lantai 5 mikrobiologi

:

2004

6)

Lab anak

:

1688

7)

Pandan 2

:

1619

8)

Pandan wangi

:

1620

9)

Poli kulit

:

1463

10)

Poli anak

:

1459

11)

Poli kandungan

:

1653

12)

Posa

:

1478

13)

ICU

:

1823

14)

Bedah 1

:

1320

15)

Bedah B

:

1308

16)

Camelia

:

1602

17)

Bona

:

1692

18)

Merpati

:

1633

19)

Kembali carrier

:

9999

g. Letakkan tabung carrier h. Lepaskan dan tabung carrier akan sampai ketempat tujuan i. Ingat !!! Tekan nomor tujuan terlebih dahulu sebelum meletakkan tabung

65

j. Bila alarm berbunyi tanda ada tabung kirimkan dating tekan *1 untuk mematikan alarm k. Bila terjadi trouble atau eror dapat menghubungi instansi SIM PSW 1080/1081. l. Ingat 3T : Tekan, Taruh, Tinggal.

4. Melakukan Pewarnaan Gram pada Sediaan Swab Cara Kerja a. Sediaan dibuat dengan menggunakan swab di atas permukaan kaca objek atau mengambilnya dari ose, keringkan, fiksasi dengan melewatkan di atas api. b. Tetesi dengan Kristal violet selama 1 menit kemudian cuci dengan air mengalir. c. Tetesi dengan lugol selama 1 menit, cuci dengan air mengalir. d. Dekolorisasi dengan aseton etanol 10 – 20 detik, sampul warna biru menghilang dari sediaan, cuci dengan air mengalir. e. Tetesi safranin atau fuchsin 1 menit kemudian cuci dengan air mengalir dan keringkan. f. Periksa dibawah mikroskop perbesaran 100x dengan bantuan minyak imersi.

Cara Pelaporan 1) Minimal dilihat 10 – 20 lapangan pandang 2) Total Score 0 – 10 yang merupakan penjumlahan dari ketiga score dibawah : a) 0 – 3

:

Bacterial Vaginosis Negatif

b) 4 – 6

:

Bacterial Vaginosis Intermediet

c) 7 +

:

Bacterial Vaginosis Indikatif

3) Batang besar gram positif (morfotipe ketobasillus) 4) Batang melengkung gram negative (morfotipe mubiluncup cip)

66

D. LABORATORIUM UNIT KERJA HEMATOLOGI 1. Alur Pemeriksaan Hematologi a. Saat sampel datang dari tabung aerocom cocokkan joblist dengan sampel lalu urutkan sesuai lembar permintaan, pisahkan joblist untuk pemeriksaan LED. b. Sampel yang telah diurutkan dimasukkan ke alat otomatis Ruby cell ®Dyn. c. Untuk memasukkan sampel klik START LEADER pada layar monitor d. Biarkan alat bekerja tunggu tanda “next specimen” muncul e. Setelah muncul lalu klik “next specimen” kemudian klik edit f. Lalu periksa “specimen ID”, “patient ID” dan “patient name” sama dengan joblist g. Pada coment apabila berasal dari ruang Posa / yang lain ditulis lab Posa h. Pada use field lihat kalau “IRJ” tidak usah ditambah no. ID apabila IRNA tambahkan no.ID i. Tekan OK setelah itu klik print untuk hasil j. Setelah selesai urutkan hasil sesuai dengan joblistnya k. Jika sampel tidak cukup maka sampel dapat dikerjakan manual caranya yaitu klik slect manual lalu siapkan sampelnya l. Klik view specimen untuk melihat hasilnya m. Kemudian ulangi no 6 dan 10.

67

2. Pemeriksaan LED dengan Alifax Roller 20 Lc ® Cara menghidupkan alat: a. Hidupkan UPS tunggu hingga lampu orange (by past) mati b. Hidupkan alifax roller 20 Lc tunggu kurang lebih 20 menit hingga suhu pada alat stabil c. Lakukan prosedur pencucian dengan 2 tabung aquadest steril dengan carc d. Memakai tombol nomor 2 (washing) e. Masukkan tabung 1 dilubang pertama dan tabung 2 di lubang yang ke 2 f. Jangan isi tabung dilubang ke 3 g. Tutup cover roller tunggu hingga proses selesai dan keluar tulisan “photometer” ok Cara memasukkan sampel: a. Urutkan sampel berdasarkan joblist b. Pastikan alat dalam keadaan Standby c. Tekan tombol no. 1 (Rack insert) d. Scan 10 barcode pada sampel pasien dengan barcode reader kemudian masukkan sampel. Sesuai dengan urutan lubang pada roller. Ulangi prosedur di atas sampai dengan sampel terakhir. e. Tekan tombol START untuk memulai running pasien. f. Tunggu hingga proses selesai dan hasil akan secara otomatis terprint di alat.

Untuk mengakhiri penggunaan alat: a. Menekan tombol no 2 (washing) b. Masukkan tabung 1 di lubang pertama. Tabung 2 di tabung ke 2 dan tabung 3 di lubang ke 3 c. Tutup cover roller tunggu proses selesai dan keluar tulisan roller of / enter to continue

68

3. Pemeriksaan

Studi

Koagulasi

dengan

Alat

Otomatis

(Faal

Hemostasis) Tujuan Untuk mengetahui kelainan peredaran atau studi koagulasi yang ada dalam sampel untuk membantu diagnose suatu penyakit. Prinsip Sampel ditambah reagen akan membentuk suatu kekeruhan, kekeruhan yang terbentuk ditangkap oleh sinyal foto dan dihitung lama waktu pembekuannya yang dibaca pada panjang gelombang 405 nm (Fbd), dan 660 nm (PT dan APTT).

Cara kerja alat Sysmex CA-1500® Penggunaan alat : a. Hidupkan alat b. Ceck reagent, ada beberapa macam reagen yang digunakan, yaitu : 

Reagen PT



Reagen APTT



Reagen fibrinogen



Diluent



Buffer/OVB



CaCl2

c. Lakukan quality control dengan serum control untuk masing-masing parameter d. Jika quality control telah masuk range untuk memasukkan sampel klik “main menu” e. Pilih work list f. Klik Next

69

g. Tekan ID no. Entry h. Masukkan ID pasien berdasarkan urutan sampel dan joblist, kemudian pilih parameter pemeriksaan yang diminta i. Tekan Enter j. Jika sampel telah dimasukkan taruh rak sampel pada alat dengan tutup tabung yang telah dibuka k. Klik Start untuk menjalankan pemeriksaan l. Untuk melihat hasil, pilih Main menu klik Data Result

Cara kerja Pemeriksaan Studi Koagulasi C5-2100i® a. Klik Order pada menu di layar computer b. Order Entry, letakkan kursor pada no. Id pasien (klik) c. Sinari barcode dengan Larer untuk pembacaan barcode d. Klik pemeriksaan yang diminta (PPT-APTT-Fibrinogen-dll) e. Setelah diuji semua, klik Ok f. Buka tutup tabung vacum g. Save dan tekan Start, lalu tekan Start Measurement.

E. UNIT KERJA IMUNOLOGI Pada unit kerja imunologi dilakukan berbagai macam pemeriksaan antara lain : 1. Pemeriksaan imunologi menggunakan alat Advia Centauir XP antara lain : Pemeriksaan FSH, LH, Prl, Testosteron Estradiol, IgE, Insulin, CKMB, Troponin. 2. Pemeriksaan imunologi menggunakan alat Vidas antara lain : Pemeriksaan BHCG Kuantitatif, IgM anti HAV, IgG anti Toxoplasma Avadity IgG, IgM anti CMV, Ig anti CMV Avidity, Ig MRF Rapid Anti MCV, Feritin. 3. Pememeriksaan Imunologi menggunakan alat Cheem Well antara lain :

70

Pemeriksaan IgM anti HSV 2, IgG ACA, IGM ACA, IgG anti B2 Glikoprotein, IgM anti B2 Glikoprotein, ANA test. 4. Pemeriksaan imunologi menggunakan alat Victor 2D antara lain : Pemeriksaan Neonatal TSH 5. Pemeriksaan Imunologi menggunakan alat Imulite antara lain : Pemeriksaan Growth Hormon, ACTH 6. Pemeriksaan imunologi yang lain yaitu : Elektroforesis protein, Elektroforesis Hemoglobin, CD4, HIV, Leukemia Phenotyping, C3/C4, Golongan Darah.

A. Pemeriksaan Serologi dengan ADVIA Centaur XP yang diperiksa di RSUD Dr. Soetomo : a. AFP b. aHBS c. CE EA d. TSH e. FT4 f. T3 g. PSA h. CA 199 i. CA 125 j. Toxoplasma g k. Rubella M l. CA 153 b. Hbs c. Rubella G d. aHCV e. Toxoplasma M

Pra Analitik Persiapan Sampel :

71

Darah vena yang dimasukkan dalam tabung vakum berwarna kuning kemudian disentrifuge untuk mendapatkan serum nya. Analitik (Gambar 3.8 Prosedur Skematik ADVIA) Post Analitik a. AFP

: < 7 IU/ml

b. CE EA

: < 5 ng/ml

c. TSH

: 0,4 – 7,0 IU/ml

d. FT4

: 0,8 – 2,0 ng/ml

e. T3

: 0,6 – 2,0 ng/ml

f. PSA

: < 4 ng/ml

g. CA 19-9

: < 37 U/ml

h. CA 125

: < 35 U/ml

i. Toxoplasma G

: < 32 IU/ml

j. Rubella M

: index ≤ 0,9

k. Ca 15-3

: < 35 U/ml

l. Rubella G

: < 13 IU/ml

m. Toxoplasma M

: < index ≤ 0,9

B. Protein Elektroforesis Pengertian : Pemisahan protein serum berdasarkan pemisahan muatan masing-masing protein akibat pengaruh medan listrik sehingga dapat diketahui fraksi-fraksi albumin., α1, α2, β dan γ globulin.

Tujuan : Membantu dokter klinik menegakkan diagnoe dan untuk mengikuti perjalanan penyakit. Untuk mengetahui abnormalitas protein dalam serum pasien

72

Metode :

Manual Agarose Gel Elektroforesis Sebia Kit

Prinsip : Pemisahan fraksi protein dengan edia agarose gel dengan bantuan arus listrik, fraksi protein akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan migrasi tergantung pada ukuran dan bentuk molekul. Molekul yang paling cepat bermigrasi akan berada dekat pada kutub positif. Pemisahan abnormalitas protein serum melalui pemilihan protein menjadi 6 fraksi dengan menggunakan alkaline buffer (pH = 8,6) pada agar rose gel.

Penanganan sampel :  Dianjurkan sampel serum yang baru. Bisa disimpan pada suhu 2 – 8oC segera setelah sampling dan sampai 1 minggu.  Sampel plasma, adanya fibrinogen akan memberikan gambaran monoclonal gammophaty dan merubah presentase dari zone ELP.  Penyimpanan beku akan tahan selama 1 bulan (sodium azide 0,02 g/dL)  Fraksi beta 2 setelah 3 hari  Sampel hemolisis menghilangkan zona alpha 2 dan beta.  Sampel yang mengandung cyoglobulin atau cyogel sangat kental akan mengganggu proses difusi, tambahkan fluidil 25 µL untuk 75 µL serum.  Serum kontrol komersial kit (assayed control serum sebia PN4783)  Serum dibuat sendiri dari 90 orang dewasa sehat (pria dan wanita) dengan niai mea 2 SD.

73

Kebijakan : Peraturan Direktur RSUD Dr. Soetomo Nomor : 188.4/10649/30/2012 tentang kebijakan pelayanan RSUD Dr. Soetomo.

Alat : Aplikator, Apliktor karier, Mikropipet, Yellow tip, Chamber, Inkubator, Scanner, Hydragel agarose, Filter paper.

Reagen :  Buffer Barbital

0,92 %

Na Barbital

5,15%

Sodium Azide

0,10%

Satu botol vial dilarutkan dalam 1 L aquade, stabil selama 1 tahun pada suhu 20-25oC  Fixation Etanol

60%

Asam asetat

10%

Aquades

30%

Tutup rapat agar terhindar dari evavorasi, ganti setiap 3 bulan. Jangan mencampur > 4 gel dalam satu chamber.  Staning Solution Aminiblack

0,4 g/dL

Ethylene glycol

6,7 %

Harus diganti setiap 10 gel, stabil selama satu bulan pada suhu 20-25oC.  Destaining Solution Citrid acid

0,05 g/dL

Stabil pada satu bulan pada botol tertutup suhu 20-25oC, bila terjadi perubahan warna ditambah 5µL/dL proclin 300

74

Prosedur Analitik : a. Migrasi  Tempatkan Hydragel K-20 aplikator kerier pada permukaan yang datar  Tambahkan 10µl serum pasa sumuran aplikator, patahkan ujung aplikator.  Buka pak Hydragel agarose plate dan serap buffer pada gel dengan paper filter thin secukupnya (harus rata) jangan terlalu kering.  Tempatkan agarose gel pada Hydragel K-20 aplikator dengan posisi kutub (+) berada di atas.  Tempatkan aplikator yang telah berisi serum pada aplikator karier di posisi 6  Turunkan aplikator sampai menyentuh permukaan agarose gel dengan menutup switch perlahan, setelah 40 detik angkat perlahan-lahan aplikator.  Pindahkan agarose gelke chamber dengan posisi kutu (+) ke arah kutub (-) pada chamber.  Agarose gel harus terendam 1 cm pada masing-masing ujung didalam chamber.  Nyalakan power supply dengan setting :

Volume buffer per compartement

150 ml

Total volume buffer

300 ml

Waktu migrasi

15 menit

Voltase

165 volt

Arus

60 mA

b. Fiksasi  Pindahkan gel untuk difiksasi dalam larutan fiksasi selama 15 menit

75

 Keringkal gel dalam inkubator IS80 pada suhu 80 selama10 menit, biarkan dingin sekitr 1 menit. c. Staining Lakukan pewarnaan pada larutan staining selama 4 menit

d. Destaining  Lakukan destaining pada larutan destaining selama3 kali rendaman sampai bersih.  Keringkan pada IS inubator dryer pada suhu 80 dalam waktu 10 menit. e. Pembacaan Lakukan

pembacaan

pada

scanner

dengan

posisi

gel

menghadap ke bawah dengan panjang gelombang 570nm.

Post Analitik 

Interpretasi hasil

Kualitati membandingkan dengan kontrol Kuantitatif 

Hasil dicatat pada buku arsip pemeriksaan protein elektroforesis



Hasil divalidasi dan diverifikasi oleh dokter patologi klinik lalu di input ke komputer, kemudian di print



Hasil print out ditanda tangani oleh analis dan dokterkemudian diberikan kepada pasien, dokter yang meminta, loket pengambian hasil.

Catatan Kekurangan dan keterbatasan metode Elektroforesis Sebia

76



Tidak dapat menggunakan sampel yang lisis



Volue sampel tepat, volume sampel yang berlebih dapat menyebabkan distorsi pita yang terbentuk



Aplikator haru bersih dan lurus



Buffer yang terkontaminasi akan enghasilkan pola migrasi yang pendek



Hindari sidik jari saat menggunakan Hydragel agarose, memasukkan gel ke dalam buffer harus perlahan untuk menghindari gelembung udara.



Gel tidak kering sehingga pita yang dihasilkan melebar



Tdak terjadi migrasi disebabkan karena power supply tidak terhubung, elektroda terbalik, pH buffer tidak sesuai.



Jarak migrasi yang pendek dapat disebabkan voltase yang terlalu lemah atau proses terlalu singkat.



Migrasi yang lambat disebabkan karena berat molekul tinggi, muatan rendah, kekuatan ion terlalu tinggi, atau voltase terlalu lemah dihindari dengan penggunaan pori-pori besar, mengganti pH dan mengencerkan buffer.



Pita-pita yang melebar disebabkan karena media terlalu basah ketika sampel diletakkan atau teknik meletkan sampel yang kurang tepat.



Gambar melengkung ditepi karna media terlalu panas atau terlalu kering.

Keterangan Preparasi reagen pada The Hydragel Protein (E) K-20 Kits  Agarose gels Siap pakai

77

Simpan pada posisi gel horizontal dan menghadap ke atas Bisa disimpan pada suh ruang atau pada refrigenated (2 - 8oC) Jangan disimpan didekat jendela atau sumber panas  Tris-barbital buffer Setiap vial stock buffer solution diencerkan sampai 1 liter dengan aquabides Contoh : 37,50 ml stok diencerkan sampai 500 ml dengan aquabides Vial yang sudah diencerkan tahan selama 1 tahun pada suhu ruangan. Setelah pemakaian (dichamber) disimpan pada tempat lain untuk menghindari kerusakan elektrode pada chamber. Ganti buffer pada chamber setelah 1 minggu pemakaian atau setiap 1 kali migrasi (1 full gel agarose)  Amidoblack Stain Setiap vial stock amidoblack stain diencerkan sampai 300 ml dengan aquaides Stabil selama 1 tahun Ganti aminoblack setiap buka kit baru  Destaining solution Setiap vial stock destaining solution diencerkan sampai 100 liter dengan aquabidest Contoh: 1 ml stock solution diencerkan sampai satu liter dengan aquabidest Working reagen stabil pada sampai 1 minggu bila disimpan pada suhu ruangan dan disimpan dengan botol tertutup. Ganti setiap setelah selesai destaining untuk 1 kli migrasi (chamber 1)  Applikator Siap pakai Simpan pada tempat yang kering pada suu ruangan

78

 Filters Papers – Thin Siap pakai

Material yang disediakan (tidak tersedia dalam kit) : a. Fixative Solution  Athanol 180 ml, acetic acid 30 ml, Aquabidest 90 ml.  Simpan pada suhu ruang, ganti setelah 3 bulan atau setelah pemakaian 4 untuk setiap 300 ml  Untuk fiksasi migrasi hemoglobin elektroforesis b. Fluidil Siap pakai (SEBIA, DN 4587, 1 vial 5 ml)

Fraction

%

Ref %

Cone

Ref. Cone

Albumin 25.8 < 60.0 – 71.0

3.43

4.30 – 5.10

Alpha 1

2.2

1.4 – 2.9

0.26

0.10 – 0.20

Alpha 2

7.1

7.0 – 11.0

0.84

0.50 – 0.80

Beta

5.5 <

8.0 – 13.0

0.65

0.60 – 0.90

Gamma 56.4 >

9.0 – 16.0

6.71

0.60 – 1.10

Tabel : Kontrol Tali Pusat dan Normal

C. Hemoglobin Elektroforesis Metode

: Elektrofpresis (Manual Agarose Elektroforesis)

Prinsip

: Pemisahan jenis – jenis Hb dilakukan berdasarkan tingkat migrasinya dalam alkalis yang dialiri medan listrik

79

Tujuan

: Untuk mengukurberbagai jenis Hb yang terdapat dalam darah pasien

Penanganan sampel

:

1. Cuci darah dengan NaCl 0,9% dengan pebandingan 1 : 10 (darah NaCl) 3 kali dan sentrifuge masing-masing 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm. 2. Buang supernatan dan buat hemolysat dengan perbandingan 40µL eritrosit dan 100µL Hemolysat. 3. Campur / vortex 10 detik kemudian inkubasi 5 menit. Prosedur

:

1. Tempatkan Hydtagel K20 applikator carner pada permukaan yang datar. 2. Tambahkan 120µL aquabidest pada applicator carner. 3. Tempatkan applicator pada permukaan yang datar. 4. Tambahkan 10µL Hemolysat pada masimg-masig sumuran pada applicator, kemudian patahkan ujung applicator. 5. Buka pack Hydragel agarose gel plate. 6. Serap agarose pada agarose gel dengan filter paper secukupnya (harus rata). Jangan terlalu kering. 7. Tempatkan agarose gel pada Hydragel K20 applicator dengan posisi kutub (+) berada diatas. 8. Tempatkan applicator pada aplicator carier di posisi 4. 9. Turunkan applicator sampai menyentuh permukaan gel agarose dengan memutar swicth perlahan-lahan. 10. Tunggu selama 1 menit, kemudian angkat perlahan-lahan. 11. Pindahkan agarose gl ke chamber dengan posisi kutub (+) ke arah (+) pada chamber. Gel agarose harus terendam 1 cm pada masing-masing ujungnya ke dalam Tris Buffer dengan posisi agarose menghadap ke bawah. 12. Nyalakan power supply dengan setting sebagai berikut : -

Volume buffer per compartement

-

Total volume buffer

80

-

Waktu migrasi

-

Voltage

-

Arus ampere

13. Setelah migrasi, pindahkan gel untuk difixasi. 14. Fixasi gel ke larutan fixasi selama 5 menit. 15. Keringkan gel ke dalam inkubator IS 80 pada suhu 80°C selama 10 menit (sampai kering), setelah itu biarkan dingin sekitar ± 1 menit. 16. Lakukan pewarnaan pada larutan staining selama ±5menit. 17. Lalkukan destaining pada larutan destaining (3tahap) sampai benar-benar bersih. 18. Kemudian keringkan pada inkubator IS 80. 19. Lakukan pembacaan hasil scanner dengan posisi gel menghadap ke scanner (ke bawah). Catatan : Apabila kadar fraksi Hb A2 lebih 15%, berarti komposisi terbesar pada fraksi tersebut adalah Hb C atau Hb E. 1. Agarose gels -

Siap pakai

-

Simpan pada posisi gel horizontal dan menghadap ke atas

-

Bisa disimpan pada suhu ruang atau refrigenated (2-8°C)

-

Janagan disimpan disekat jendela atau sumber panas

2. Tris – Barbital Buffer -

Setiap vial stock buffer solution diencerkan sampai 1liter dengan aquabidest

-

Contoh : 37,5 mL stock diencerkan sampai 500 mL dengan aquabidest

-

Vial yang sudah diencerkan tahan selama 1 tahun pada suhu ruangan

-

Setelah pemakaian (di chamber) disimpan pada tempat lain untuk menghindari kerusakan elektrode pada chamber Ganti Buffer pada chamber setelah 1 minggu pemakaian atau setiap kali migrasi (1 fil gel agarose).

3. Amidoblack Stain

81

-

Setiap vial stock amidoblank stain diencerkan sampai 300mL dengan aquabidest

-

Stabil selam 1 tahun

-

Ganti amiidoblank setiap buka kit baru

4. Destaining Solution -

Setiap vial stock destaining solution diencerkan sampai 100 liter dengan aquabidest

-

Contoh : 1 mL stock solution diencerkan sampai 1 liter dengan aquabidest

-

Working reagen stabil 1 minggu bila disimpan pada suhu ruangan dan disimpan dengan botol tertutup

-

Ganti setiap setelah selesai sestaining untuk 1 kali migrasi (chamber 1)

5. Applicator -

Siap pakai

-

Simpan pada tempat yang kering pada suhu ruangan

6. Filters Papers – Thin -

Siap pakai

7. Hemolyzing Solution -

Siap pakai

-

Untuk menghemolisis sel darah merah

Materials yang harus disediakan (tidak tersedia dalam kit) 1. Fixation Solution -

Etanol 180 mL, Acetic add 30 mL, Aquabidest 90mL

-

Simpan pada suhu ruangan, ganti setelah 3 bulan atau setelah pemakaian 4 untuk setiap300mL

2. Fluidil -

Siap pakai (SEBIA, PN 4587, 1 Vial 5mL)

3. Saline -

Untuk mencuci sel darah merah

Hb menggunakan dua control

82

1. Kontrol Tali Pusat (HbA, HbF) 2. Kontrol Normal (HbA, HbA2) Fungsi dari kontrol tali pusat : untuk membedakan hal-hal yang diluar normal Fraction

%

Ref %

Conc

HbA

82,0 <

96,0 – 99,0

4,64

HbF

68,0 <

-

9,86

< 3,5

Gambar Tabel Hb elektroforesis

D. HIV Metode Rapid Test Tujuan

: Untuk mengetahui adanya antibodi spesifik pada serum penderita

Prinsip

: Alat uji diletakkan antigen yang akan diberikan ikatan antara

HIV

antibodi dan bahan yang akan diperiksa. Ikatan antara antign dan antibodi menyebbkan reaksi warna Alat dan Bahan

:

-

Test Card Intec

-

Disponsible pipet

-

Sampel : Serum

-

Buffer

83

Strategi Kerja

:

Prosedur Kerja : Reagent pertama (oncoprobe) : a. Siapkan alat rapid test, beri label b. Teteskan satu tetes serum ke dalam sumur rapid test c. Tambahkan satu tetes buffer d. Diamkan 15 menit baca hasilnya Reagent kedua (intec) : a. Siapkan alat rapid test, beri label b. Teteskan satu tetes serum ke dalam sumur rapid test c. Tambahkan satu tetes buffer d. Diamkan 15 menit baca hasilnya

84

Reagent ketiga (vikia) : a. Siapkan alat rapid test, beri label b. Teteskan 3 tetes serum ke dalam sumur rapid test c. Diamkan 15 menit baca hasilnya

E. HIV Metode Elisa

Tujuan

: untuk mengidentifikasi adanya antibodi terhadap HIV1, HIV2,

dan

HIV

Prinsip

: new veralisa HIV1 + HIV 2 Ab/Ag Elisa adalah elisa yang menggunakan dua tahap inkubasi dengan prinsip “sandwich” yang mengandung enzim yang menggunakan polyserenol nicronell yang dilapisi dengan rekobinasi antigen HIV dari rekombinan HIV19 Pmikrolotter, 9P 120 dan rekombinasi HIV2 9P 36 dan antibodi anti HIV P24.

Alan dan Bahan

:

a. Mikropipet b. YellowTip c. Blue Tip d. Mikro well e. Alat pencuci f. Elisa rider g. Serum h. Biotane conjugated i. Substansi a dan b j. Stop solution k. Antigen positif l. Enzim conjugated Prosedur : a. Dipipet 10µL reagen biotane conjugated

85

b. Tambahkan serum 100µL, homogenkan dengan mikrowell, tambahkan antigen positif pada control c. Masing-masing lubang sumur ditutup dan digoyang-goyang supaya tercampur d. Cuci sebanyak 5 kali dengan washing smartim (1:9) e. Tambahkan enzim conjugated 100µL f. Inkubasi 37°C selama 30 menit g. Cuci sebanyak 5 kali h. Tambahkan reagen stop solution 50µL i. Tambahkan reagen A dan B (50:50) j. Inkubasi 37°C selama 15 menit k. Baca absorbent dengan panjang gelombang 480nm

F. Quanta Lite ANA ELISA Tujuan -

: Untuk mendeteksi semi kuantitatif antibodi anti nuklir (ANA) dalam serum manusia

-

Untuk membantu diagnosis penyakit rematik lupas eritmatosus, sindrom sjogren, skleroderma, dan penyakit jaringan ikat campuran

Prinsip

: Antigen individu ditambah ekstrak dari Hep-2 inti da nukleolus diletakkan pada permukaan dasar microwell. Antigen termasuk kromatttin (dsDNA dan histon), Sm/RNP, SS-A, SS-B, SCL-70, Sentromer, PCNA, SO-1, mikrokondria (M-2) dan ribosom-P Protein, serta ekstrak. Reaktivitas anti sensitif awal untuk kontol SLE. Kontrol dan serum pasien yang telah diencerkan, ditambahkan pada well terpisahkan dan memungkinkan setiap antibodi ANA hadir untuk mengikat ke Antigen bergerak. Sampel yang telah terikat dicuci dan enzim berlabel anti-antibodi untuk mengikat setiap Antibodi pasien yang telah meelekat pada microwells. Setelah dilakukan pencucian, setiap enzim

86

terikat berlabel IgG anti- manusia dan aktivitas enzim yang tersisa diukur dengan menambahkan substrat chromogen. Uji ini dapat dievaluasi secara spektrofotometer dengan mengukur dan membandingkan intensitas warna yang berkembanngdi well pasien dengan warna dalam well kontrol. Penyimpanan Reagen 1. Reagen disimpan pada suhu 2 - 8°C, tidak boleh dibekukan. Reagen akan stabil sampai masa kadaluarsa seperti yang tercantum pada box, apabila perlakuan dan penyimpanan terhadap reagent sesuai yang dianjurkan 2. Well yang tidak digunakan segera dimasukkan ke dalam kantong aluminium foil yang berisi penyerap udara dan disimpan pada suhu 2 - 8°C 3. Ash concentrate yang sudah diencerkan akan stabil selama 1 minggu pada suhu 2- 8°C 4. TMB, Conjugated, dan stop Solution dikeluarkan dari kulkas 30 menit sebelum penggunaan, guna menghindari reagen rusak ataupun kontaminasi

Spesimen 1. Serum yang digunakan yaitu serum normal (bukan ikterik, lipemik, dan lisis) 2. Jika uji tidak akan selesai dalam waktu 48 jam, atau untuk pengiriman sam[ai, membeku pada suhu -20°C atau lebih rendah

I.

Pra – Analitik a. Bawalah semua reagen sebelum digunakan dan simapn hingga mencapai suuhu ruangan (20 - 26°C), kemudian homogenkan

87

b. Melarutkan HRP Wash Concentrate 1 : 40 dengan menambahkan aquabidest yaitu : 2 mL HRP Wash Concentrate + 78mL Aquabidest. Buffer yang telah dilarutkan stabil selama 1 minggu disuhu 2 – 8 °C c. Melarutkan sampel pasien 1 : 41 dengan menambahkan ANA sampel diluent yaitu : 10 mL sampel + 400µL ANA sampel Diluent d. ANA Low Positif, ANA High Positif dan Negatif Control tidak perlu diencerkan e. Urutan Wells ANA Low Pos Control. ANA High Post Control, Sampel II.

Analitik a. Masukkan 100µL ANA Low Positif, ANA High Positif dan Negatif Control dan sampel yang sudddha diencerkan dalam well b. Tutup well dan inkubasi selama 30 menit pada suhu ruang c. Cuci well 3 kali dengan menambahkan 200 – 300 µL dilulated HRP Wash Concentrate d. Masukkan 100 µL TMB Conjugated ke semua well e. Tutup well dan inkubasi 30 menit pada suhu ruang f. Cuci well 3 kali dengan menambahakan 200 – 300 µL diluent HRP Wash Concentrate g. Masukkan 100µL TMB Chromogen ke semua Well h. Tutup Well dan inkubasi pada tempat gelap selama 30 menit pada suhu ruang i. Menambahkan 100µL stop solution ke semua well goyang j. Membaca absorbansi (OD) pada 450 nm / 630nm Post – Analitik

III.

Quality Control -

Abs High Pos > Abs Low Abs > Abs Neg Control

-

Abs High Pos > 1

-

Abs Neg Control < 0,15

88

-

A Low Pos > 2x Abs Neg control atau Abs Low Pos > 0,15

Perhitunagn Hasil Negatif < 20 20 unit Equivocal 20 – 60 unit Positif > 60 unit Pemilihan untuk reagent HIV 1. Reagent 1 : sensitivitas > 99% 2. Reagent 2 : Spesifitas > 98% 3. Reagent 3 : Sensitivitas > 99% Catatan : 1. Untuk individu yang “baru” di diagnosis > hasil reaktif perlu dilakukan pemeriksaan ulang dengan bahan baru 2. Untuk hasil interminate > perlu di ulang dengan bahan baru 3. Bila hasil tetap interminate dengan bahan baru > lakukan pemantauan ulang pada 3, 6, 9, 12 bulan. Bial setelah 12 bulan hasil tetap “interminate” > tidak terinfeksi HIV

G. Pemeriksaan HIV (Human Imunodeficiency Virus) a. Rapid Test 1) Oncoprobe Tujuan

: Untuk mendeteksi adanya antibody terhadap HIV tipe 1, HIV tipe 2 dan subtipe O di dalam serum/plasma dan darah pasien

Metode

: Immunokromatografi

Prinsip

: Garis test T1 telah dicoated dengan antigen HIV-1 dan subtipe O sedangkan garis test T2 telah dicoated dengan antigen HIV-2. Antigen pengikatnya adalah recombinan dari HIV-1 pada region gp-120, gp-41, p-24, IgM, IgG, IgA dapat dinyatakan dengan konjugat protein A. Adanya antibodi dapat dibaca dengan terbentuknya garis ungu kemerahan pada membran (region T). Garis kontrol tambahan diletakkan pada membran (region C) untuk memeriksa reaktifitaskit.

89

Pra-Analitik Persiapan Alat dan Bahan : a) Test Card HIV 1 & 2 antibodi b) Buffer pengenceran sampel c) Pipet sampel, dan d) Sampel (darah/serum/plasma) Analitik Prosedur : a) Bawa test card dan sampel pada suhu ruang b) Buka bungkus ambil kartu, letakkan pada permukaan datar c) Untuk spesimen serum/plasma : teteskan 1 tetes serum/plasma (25µL) ke lubang sampel (S), kemudian teteskan 1 tetes buffer (40µL) dan jalankan timer d) Untuk spesimen darah : teteskan 2 etes darah (50µL) dalam lubang sampel, kemudian teteskan 2 tetes buffer (80µL) dan jalankan timer e) Bacalah hasil antara 5 – 30 menit setelah ditetesi buffer Post Analitik Interpretasi Hasil : Positif

: Terbentuk dua garis atau tiga garis berwarna, satu padazona garis test 1 dan 2 dan pada garis zona kontrol. Hal ini berarti pada serum, plasma, dan darah terdapat antibodi HIV-1 dan 2. Garis warna pada zona 2 menandakan infeksi HIV-1 dan garis warna pada zona 2 menandakan infeksi HIV-2

Negatif

: Terbentuk satu garis warna pada zona garis kontrol saja. Ini berarti pada serum, plasma dan darah tidak ada antibodi HIV

Invalid

: Jika tidak adatimbul garis warna zona kontrol maka test dinyatakan gagal. Ulangi tes dengan alat baru

90

H. SD HIV 1/-2 3.0 (Multi) Tujuan

: Untuk mendeteksi kualitatif antibodi dari seluruh isotipe (IigG, IgM, IgA) yang spesifik terhadap HIV-1 dan HIV-2 secara Simulan atau plasma manusia

Metode

: Imunokromatografi

Prinsip

:

Capture

: Garis tes 1 (Rec. HIV antigen gp41, p24) Garis tes 2 (Rec. HIV antigen gp36)

Detector

: Rec. HIV ½ Antigen gold conjugated

Target protein : Antibodi HIV pada spesimen Pra Analitik Persiapan Alat dan Bahan : a) Mikropipet b) Yellow tip c) Stik tes (HIV - ½ 3.0) d) Larutan pengencer (Hiv- ½ 3.0) e) Sampel (serum/plasma/darah) Analitik Prosedur

:

a) Keluarkan tes dari foil pembungkus , letakkan pada permukaan yang datar dan kering b) Menggunakan mikropipet tambahkan 10µL (serum/plasma) atau 20µL darah kedalam sumur sampel c) Tambahkan 3 tetes diluent ke dalam sumur sampel d) Pada saat reaksi dimulai akan muncul berupa garis berwarna ungu kemerahan yang bergerak menuju jendela hasi yang berada dipusat kit test e) Baca hasil setelah 5 – 20 menit Post Analitik Interpretasi Hasil :

91

Positif

: Terbentuk dua garis atau tiga garis berwarna, satu pada zona garis test 1 dan 2 dan pada garis zona kontrol. Hal ini berarti pada serum, plasma, dan darah terdapat antibodi HIV-1 dan 2. Garis warna pada zona 2 menandakan infeksi HIV-1 dan garis warna pada zona 2 menandakan infeksi HIV-2

Negatif

: Terbentuk satu garis warna pada zona garis kontrol saja. Ini berarti pada serum, plasma dan darah tidak ada antibodi HIV

Invalid

: Jika tidak adatimbul garis warna zona kontrol maka test dinyatakan gagal. Ulangi tes dengan alat baru

I. ONE Step Anti HIV ( 1& 2) Tri-Line Tujuan

: Untuk mendeteksi kualitatif antibody dari seluruh isotypes (IgG, IgM, IgA) yang spesifik terhadap HIV-1 dan HIV-2 secara simulan atau plasma manusia

Metode

: Imunokromatografi

Prinsip

: Sebuah antigen HIV rekombinan konjugasi coloidal emas tertanam pada sampel bereaksi dengan antibodi HIV yang ada di dalam darah, serum, dan plasma Membentuk konjugat HIV kompleks

antibodi.

Sebagai

campuran

diperbolehkan untuk bermigrasi sepanjang test strip, kompleks antibodi konjugat / HIV diambil oleh rekombinan atigen HIV pada membran lalu membentuk garis uji berwarna di daerah uji. Sampel negatif tidak menghasilkan garis tes karena adanya koloid konjugat / antibodi kompleks HIV. Antigen yang digunakan tes konjugasi adalah

92

protein rekombinan yang sesuai dengan daerah yang sangat immunoreaktif terhadap HIV-1 dan HIV-2 . Adanya garis warna kontrol berwarna di daerah kontrol muncul pada akhir hasil tes.

Pra Analitik : Persiapan Alat : a) b) c) d)

Strip test Pipet sampel Larutan pengencer Sampel (serum/plasma/darah) Analitik : Prosedur :

a) Tempatkan spesimen serum/plasma pada suhu kamar b) Keluarkan strip tes dari kemasan, dan tempatkan di tempat yang kering dan bersih c) Tetesi sumur strip tes dengan serum 1 tetes ( 30 µL ), kemudian tambahkan 1 tetes diluent sampel ke dalam sumur yang sampel. Baca hasil setelah 15 menit. Post Analitik Interpretasi Hasil :

C

C

T

T 2 T 1

T 2

2 T

T 1

C

T

T 2

T

C

C

1

T 1

J. Virolisa Anti HIV 1 + 2 Tujuan HIV-2

2

: Untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 dan atau

1

93

Metode

: ELISA Direct Sandwich

Prinsip

: Virolisa anti HIV-1 + 2 adalah sandwich immunoassay yang menggunakan antigen rekombinan HIV-1 dan HIV-2 untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV-1 dan HIV-2 dalam serum atau plasma manusia. Antigen rDNA yang reaktif dengan antibodi dominan terhadap HIV-1 dan HIV2 merupakan absorban antigen fase padat. Ketika serum atau plasma manusia ditambahkan pada sumur, HIV-1 atau HIV-2 dan antigen antiHIV-1 atau 2 akan membentuk kompleks dengan baik jika HIV-1 / 2 ada dalam spesimen. Setelah pencucian, juga diisi dengan larutan yang mengandung knjugat dari rDNA antigen terhadap HIV-1 atau 2 dan horseadish proxidase (HRPO), yang memungkinkan pembentukan kompleks (HIV-1 atau 2) – (AntiHIV-1 atau 2) – (HIV-1 atau 2 – HRPO). Setelah pencucian konjugat terikat, larutan TMB (3.3’ , 5.5’ – tetrametyl benzidine ) ditambahkan untuk pembentukan warna. Absorbansi pembentukan warna adalah pengukuran anti HIV-1 dan atau anti HIV-2 yang ada di dalam spesimen.

Pra Analitik Persiapan alat dan bahan : Mikropipet 20 dan 100 µL, yellow top, waterbath, ELISA reader, mikroplate HIV 1+2 Ag coated, Enzyme Conjugated dengan konsentrasi (101 x), Conjugate Dilluent, Larutan substrat TMB, Buffer pencuci dengan konsentrasi 20x, Stop Dilution (H2SO4 2N), adhesi slip, absorbent pad, plastic bag, sampel (serum/plasma). Analitik Prosedur : 1) Siapkan semua reagen dan sampel pada suhu ruangan sebelum pemeriksaan 2) Siapkan semua alat yang digunakan 3) Tambahkan 100 µL dari masing-masing kontrol dan spesimen pada setiap sumur yang sesuai 4) Tutup plate dengan adhesive slip, inkubasi plate pada suhu 37 ± 1®C di waterbath atau pada inkubator selama 30 menit.

94

5) Cuci plate 6) Tambahkan 100 µL pada pengencer conjugate pada masing-masing sumur 7) Tutup kembali dengan adhesive slip lalu inkubasi lagi pada suhu 37 ± 1®C di waterbath atau inkubator selama 20 menit 8) Cuci plate 9) Tambahkan 100 µL campuran larutan substrat TMB A atau B atau 50 µL larutan substrat TMB B 10) Tutupi plate dengan penutup gelas, inkubasi pada suhu ruangan selama 15 menit 11) Hentikan reaksi dengan menambahkan 100 µL stop dilution pada masingmasing sumur. 12) Baca pada ELISA reader

Post Analitik Perhitungan : 1) Perhitungan NCx’ Contoh : NC absorbance 1 0,022 2 0,024 NCx = (o,022 + 0,024)/2 = 0,023

2) Perhitungan anti HIV-1 dan anti HIV-2 PCx : Contoh : Anti HIV-1 P Absorbance 1 1,045 2 1,170 Anti HIV-1 PCx = (1,045 + 1,170)/2 = 1,18Anti HIV-2 P Absorbance 1 1,116 2 1,097 Anti Hiv-2 PCx = (1,116 + 1,097)/2 = 1,107 Baik anti HIV-1 PCx dan anti HIV-2 PCx harus ≥ 0,5. Jika tidak tes ini tidak valid.

95

3) Penentuan Cut off value : Cut off value = NCx + 0,10 Contoh : Cut off value = 0,023 + 0,10 = 0,123 Interpretasi hasil : 1) Hasil non-reaktif : spesimen dengan nilai absorbansi kurang dari nilai cut off yang dianggap non reaktif 2) Hasil reaktif : spesimen dengan nilai absorbansi sama dengan atau lebih besar dari cut off awalnya dianggap reaktif. Jika duplikasi daro pengulangan tes non-reaktif, spesimen dianggap non-reaktif dengan kriteria virolisa anti HIV-1 + 2. Jika duplikasi pengulangan tes reaktif, spesimen dianggap reaktif. 3) Spesimen didapati reaktif dengan virolisa anti-HIV 1 + 2 harus lebih dahulu diuji oleh tes konfirmasi lain (seperti western blot/WB), jika spesimen dianggap positif atau adanya antibodi terhadap HIV-1 dan atau HIV-2 Pengujian ini tidak membuat perbedaan paakah antibodi dalam sampel reaktif diarahkan terhadap HIV-1 atau terhadap HIV-2. Pengujian lebih lanjut dengan mengkonfirmasi pengamatan asli dan perbedaan antara kedua virus diperlukan. K. PEMERIKSAAN HEPATITIS a. HBV surface Tujuan : Untuk mendeteksi HBs Ag dalam serum / plasma dan mendukung diagnosa infeksi hepatitis B. Metode : Imuno kromatografi Pra Analitik Persiapan alat dan bahan : Strip HbsAg, pipet tes, dan sampel (serum/plsama) Analitik Prosedur : 1) Keluarkan strip tes dari kemasan 2) Teteskan 1 tetes sampel pada sumur tes 3) Baa hasil setelah 10-30 menit sampel ditambahkan

96

Post analitik Interpretasi hasil : Positif

: terbentuk 2 garis berwarna, satu pada zona garis tes dan yang satu zona pada garis kontrol. Hal ini menunjukkan di dalam serum terdapat HbsAg.

Negatif

: Terbentuk 1 garis warna pada zona garis kontrol saja. Ini berarti pada serum tidak terpat HbsAg.

Invalid

:Jika tidak muncul garis warna pada zona garis kontrol, maka tes dinyatakan gagal. Ulangi tes dengan alat baru.

*Catatan penting : Hasil tes dianggap positif walaupun warna garis pada zona garis tes lebih gelap atau lebih terang daripada warna garis pada zona garis kontrol.

L. HCV antibodi Tujuan

: Untuk mendeteksi HCV dalam serum dan mendukung diagnosa infeksi hepatitis C

Metode

: Immunokromatografi

Pra Analitik Persiapan Alat dan Bahan : Strip Hbsag, pipet tes, larutan biffer, dan sampel ( serum/plasma ) Analitik Prosedur : 1) Keluarkan perangkat tes dari kemasannya. Letakkan test card pada permukaan yang datar. Ambil pipet kecil

97

2) Gunakan mikropipet, teteskan serum 5 µL pada lubang sampel atau menggunakan pipet dispossable untuk sampel yang tersedia. Pegang tegak lurus pipet dan sedot sampel sampai garis fill line (5µL) dan teteskan sampel tersebut ke lubang sampel. 3) Tambahkan 2 tetes buffer (sekitar 80 µL ) dengan pipet dropper yang tersedia ke dalam lubang sampel. 4) Baca hasil antara 10 – 30 menit setelah meneteskan sampel

Post analitik Interpretasi hasil : Positif

: Terbentuk 2 garis berwarna, satu pada zona garis tes dan satu pada zona garis kontrol. Hal ini berarti pada serum terdapat anti-HCV

Negatif

: terbentuk 1 garis berwarna pada zona garis kontrol saja. Ini berarti pada serum tidak terdapat anti-HCV

Invalid

: jika tidak muncul garis warna pada zona agris kontrol maka tes dinyatakan gagal. Ulangi tes dengan alat baru.

*Catatan Penting : Hasil tes dianggap positif walaupun warna garis pada zona garis tes lebih gelap atau lebih terang daripada warna garis pada zona garis kontrol. M. Pemeriksaan C3/C4 Tujuan

: Untuk mengetahui kadar C3/C4 dalam serum pasien

Metode

: Radial Immunodiffusion (RID)

Prinsip

: Protein yang terkandung dalam cairan tubuh antibodi manusia terjadi reaksi immunochemical (reaksi imun secara kimiawi) dengan antibodi spesifik dalam gel agarosa partigen plate yang membentuk kompleks imun dan terlihat sebagai garis presipitasi melingkar (imunodifusi radial). Diameter cincin presipitasi

98

berbanding lurus dengan konsentrasi masing-masing protein dalam sampel. Konversi untuk konsentrasi protein yang sesuai dilakukan dengan menggunakan tabel nilai referensi.

Pra Analitik Persiapan alat dan bahan : NOR partigen plate, mikropipet, Meβ Projector, wadah tertutup Analitik Prosedur : a. Taruh sampel dan NOR Partigen Plate pada suhu ruangan selama 5 menit b. Masukkan 5 µL sampel ke dalam sumur kosong c. Setelah sampel berdifusi ke dalam gel agarosa, tutup cover yang ditempatkan pada wajah tertutup dan simpan pada suhu ruangan 15 – 25 ®C. d. Diameter cincin presipitasi diukur setelah 18 jam sampai 2 hari. e. Kemudian baca diamter pada Meβ projector dan sesuaikan kadarnya menurut diameter yang didapat pada tabel referensi.

Post analitik Nilai normal : C3 : 50 - 120 mg/dL C4 : 20 50 mg/dL

a.

Pemeriksaan CD4\ Tujuan

: Untuk mendeteksi CD4 absolut dan mengetahui keberhasilan pengobatan pasien HIV, serta status daya tahan tubuh pasien tersebut

Metode :

Flow Cytometry

99

Prinsip

: Ketika darah ditambahkan ke reagen, antibodi yang dilabeli fluorochrome dalam reagen khusus mengikat antigen di permukaan leukosit. Selama akuisisi, sel-sel berjalan melewati sinar laser dan menyebarkan cahaya laser. Sel-sel yang terwarnai berfluorosensi, ini tersebar dan sinyal fluorosensi terdeteksi oleh alat memberikan informasi tentang ukuran sel, kompleksitas internal, dan intensitas fluorosensi relatif. BD tritest reagen menggunakan pemicu fluorisensi yang memungkinkan sejumlah limfosit mengurangi kontaminasi untuk tidak lisis atau sel inti darah merah masuk secara langsung. Ketika BD trucount tabung digunakan, volume tepat dari sampel terwarnai secara langsung dalam tabung BD trucount. Lyophilized plate dalam tabung larutm melepaskan sejumlah beads yang berfluorosensi yang dikenal. Selama pengujian, jumlah absolut dalam sel /µL dari sel positif dalam sampel dapat ditentukan dengan membandingkan peristiwa seluler dengan peristiwa beads. Jika software yang sesuai seperti BD MultisetTM software digunakan, jumlah yang tetap atau absolut akan ditentukan oleh software. Jika secara manual melakukananalisis data menggunakan software seperti BD CellQuestTM software, hanya membagi jumlah peristiwa selular yang positif dengan jumlah peristiwa beads, dan kemudian kalikan dengan konsentrasi BD Trucount beads.

Pra Analitik Persiapan Alat dan Bahan : Tabung yang berisi beads atau tanpa beads, mikropipet, yellow tip, blue tip, perangkat( tempat inkubasi/ruang gelap, reagen CD 3/4/45, reagen lysing cell, alat BD Facs Calibur, dan sampel darah EDTA). Analitik Prosedur :

100

a. Siapkan tabung khusus CD4 yang mengandung beads atau tabung yang tidak mengandung beads (bila diketahui jumlah WB, limfosit atau limfosit absolut)/ b. Masukkan reagen 20 µL dalam tabung ditambah 50 µL darah EDTA c. Dihomogenkan dengan vortex selama ± 5 detik d. Inkubasi di dalam ruang gelap pada suhu ruangan selama 15 menit e. Tambahkan reagen lysing cell sebanyak 450 µL (P= 1:9) f. Inkubasi lagi selama 15 menit dalam ruang gelap pada suhu ruangan g. Dihomogenkan dengan vortex lagi selama ± 5 detik h. Lalu baca pada alat BD Facs Calibur

Cara mengoperasikan alat BD Facs Calibur : a. Menyalakan alat : 1) Nyalakan transformer sebelum menyalakan alat Facs Calibur 2) Nyalakan Facs Calibur dengan cara menekan tombol power yang terletak pada bagian samping kanan bawah. Bila alat telah menyala, tombol LO dan Standby pada cytometer akan menyala. 3) Nyalakan komputer dan printer. b. Melakukan prime Prime digunakan mencuci atau ihkan gelembung udara 1) Tekan tombol prime dan HI pada cytometer dan tunggu sampai prime mati dan standby nyala 2) Bila masih ada gelembung udara pada waste tank (orange) tekan RUN pada cytometer 3) Bila gelembung udara sudah tidak ada, tekan Standby pada cytometer 4) Cytometer Facs Calibur siap digunakan, lakukan pemanasan alat selama 5 menit sebelum digunakan. c. Persiapan calibrite 1) Siapkan 2 tabung BD falcon beri label A dan B 2) Isi tabung A dengan 1 mL sheath Fluids/BD Facsflow.

101

3) 4) 5) 6)

Isi tabung B dengan 3 mL sheath Fluiids / BD Facsflow Homogenkan/dengan vortex BD Calibrite 3 beads Tabung A, tambahkan 1 tetes Unlabeled beads Tabung B, tambahkan 1 tetes masing-masing unlabeled, FITC, PE, Per beads 7) Tutup tabungnya kemudian vortex. d. Pembacaan calibrite 1) Persiapan komputer Klik : → → tulis BDIS → →operator → tulis nama pemeriksa → accept a) Data source : klik from cytometer b) Entry level file name : klik sample name c) View report : klik until “next” button pressed d)Automatic saving options Klik : Data file : Laboratory report Summary report → use data generated file name Export document → use data generatde file name e) Assay selection : klik lyse / no wash (LNW) f) Calibate bend lot Ids. (masukkan no lot, FITC, PE, Unlabeled, Per)

2) Pembacaan Calibrite a) Pasang tabung A pada SIP → pada cytometer posisi HI dan TUN →klik run pada komputer → klik start (tunggu sampai pembacaan tabung A selesai) b) Pasang tabung B pada SIP → klik run pada komputer, tunggu sampai pembacaan tabung B selesai c) Bila nhasil pembacaan Calibrite “” semua, klik quit → quit, pasang tabung aquades pada SIP dan tekan Standby pada cytometer.

102

e. Pembacaan sampel 1) Persiapan : a) Klik continue Pysician report choices → klik semua Klik report reference range, QC message for out of normal range laboratory report choices, klik report percents, report absolute counts Summary report ID, klik sample name b) Klik lot Ids → CD3/CD4/CD45 → lot ID (masukkan Lot. No) c) Klik absolute count beads (masukkan lot ID dan beads / pellet yang tertera pada kemasan tabung d)Klik save → accept → sampel name (isi nama pasien) → sample ID (isi identitas pasien )→ name → RSUD e) Komputer siap digunakan untuk pembacaan sampel

2) Pembacaan sampel a) Pasang tabung sampel pada SIP b) Tekan RUN pada cytometer c) Klik Run test pada komputer, tunggu beberapa saat d) Klik acquire, tunggu sampai di layar muncul laboratory report e) Klik continue, di layar muncul physicians report f) Pasang tabung sampel berikutnya pada SIP, tekan RUN pada cytometer g) Klik next pada komputer → acquire → continue h) Bila semua sampel telah dibaca, klik next → quit →quit → save Post Analitik Nilai normal : a. Bayi < 12 bulan

103

CD4 abs CD4 %

: >1500 : ≥25

b. 1- 5 tahun CD4 : >1000 CD4 % : ≥25 c. 6 – 12 tahun CD4 : >500 CD4 % : ≥25 d. > 12 tahun CD4 : > 400 CD4 % : ≥25

N. Pemeriksaan Leukemia Fenotyping Tujuan :

Mengetahui adanya sel-sel darah putih yang masih muda

Metode :

Flow cytometri

Pra Analitik Persiapan Alat dan Bahan : Darah dengan pengenceran 1:1 (misal : 400 µL darah + 400 µL PBS), tabung tanpa beads, kardus (untuk inkubasi ruang gelap), reagen 1-5 , larutan lysing cell, formaldehide 1 %, larutan PBS, dan alat BD Facs Calibur Analitik Prosedur : a. Encerkan darah dengan PBS 1 : 1 (400 µL darah + 400 µL PBS) b. Siapkan tabung tanpa beads : Tabung 1 : berisi CD7 FITC/CD33PE Tabung 2 : berisi HLADR F1 TC/CD13PE Tabung 3 : berisi CD19 FITC/CD10PE

104

Tabung 4 : berisi CD3 FITC/CD34PE Tabung 5 : berisi CD5 FITC/CD20PE Masing-masing reagen dipipet 10 µL sesuai tabung c. Masing-masing tabung tambahkan 50 µL darah d. Inkubasi 15 menit di ruang gelap pada suhu ruangan e. Tambahkan 1 mL lysing solution f. Homogenkan secara perlahan dengan tangan g. Inkubasi selama 10 menit di ruang gelap pada suhu ruangan h. Centrifuge pada 1200 rpm selama 5 menit\ i. Buang supernatanya dan tambabhkan 2 mL PBS j. Centrifuge pada kecepatan 1200 rpm selama 5 menit, buang supernatannya dan tambahkan 500 µL formaldehide 1 % k. Baca pada BD Facs Calibur Post analitik Nilai Normal : semua tabung negatif *Catatan : Pembacaan hasil dilakukan oleh dokter spesialis patologi klinik.

F. LABORATORIUM UNIT KERJA INFEKSI 1. Pemeriksaan Rapid Fecal Occult Blood (FOB) Tujuan Untuk melakukan pemeriksaan feses darah samar.

Metode Imunokromatografi

Prinsip

105

Tes ini terdiri dari dua unit, tabung koleksi feses dan perangkat tes (strip tes). Spesimen feses dikumpulkan ke dalam tabung yang berisi buffer untuk ekstraksi dan

kemudian

diteteskan

pada

tes

strip.

Ketika

sampel

diteteskan/ditambahkan sampel akan beraksi dengaan antihemoglobin yang ada pada lapisan di strip tes. Jika hemoglobin pada sampel memiliki kadar 50 mg/ml atau lebih, maka akan terbentuk pita merah pada wilayah tes. Jika tidak ada hemoglobin dalam sampel maka sampel akan terus bergerak ke daerah kontrol dan akan terbentuk pita merah pada daerah kontrol. Jika terdapat pita merah pada daerah kontrol, berarti tes bekerja dan hasilnya adalah valid.

Alat dan Bahan a. Alat: Timer b. Reagen: 

FOB tes device/strip tes



Fecal extraction buffer

c. Sampel: Feses

Prosedur a. Ambil feses dengan menggunakan aplicator dari tabung koleksi b. Homogenkan feses dan buffer c. Patahkan ujung tabung koleksi d. Teteskan campuran feses dan buffer pada strip tes e. Baca hasil dalam waktu 3-10 menit.

106

Interpretasi Hasil 

Positif/(+) : Terbentuk pita merah pada daerah kontrol dan tes



Negatif/(-) : Terbentuk pita merah pada daerah kontrol



Invalid

: Jika tidak terbentuk pita merah pada daerah kontrol dan

tes atau hanya ada pita merah pada daerah tes.

2. Melakukan Pemeriksaan ICT-TB Tujuan Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen TB

Metode Imunokromatografi

Prinsip Pada tes ini sampel bermigrasi melalui bantalan absorben. Konjugat zat warna antibodi akan mengikat antibodi dalam spesimen membentuk komplek zat warna antigen-antibody akan berikatan dengan reagen pada rapid test. Membentuk garis warna merah muda, pada daerah test. Tidak adanya garis merah muda menunjukkan tidak adanya antibodi spesifik di dalam sampel. Timbulnya garis merah muda pada garis kontrol menunjukkan pengujian telah dilakukan dengan benar.

Alat dan Bahan a. Alat: Mikropipet 100 µl dan tip kuning b. Bahan pemeriksaan: serum atau plasma c. Reagen: Mycotec TB

Prosedur

107

a. Buka kemasan, siapkan sejumlah test yang diperlukan, letakkan pada test tempat yang datar dan bersih. Catatan: Apabila test disimpan dalam refrigenerator adaptasikan terlebih dahulu pada suhu ruang (20-30°C) sebelum tes dipergunakan. b. Pipet 100 µl serum atau plasma, teteskan pada lubang/sumur yang tersedia c. Pembacaan hasil dilakukan pada 5-20 menit setelah serum atau plasma diteteskan.

Interpretasi Hasil 

Positif/(+) : tampak 2 garis warna merah/ ungu tempat di area tes (T) dan di area kontrol (C)



Grey Zone : Tampak 1 garis halus tidak berwarna merah/ ungu tepat di area tes (T) dan 1 garis warna merah muda/ ungu tepat di area kontrol (C).



Negatif/(-) : Tampak 1 garis warna merah/ ungu pada kontrol (C)



Invalid

: Tidak tampak garis di area kontrol (C)

3. Pemeriksaan Widal Tujuan Untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap Salmonella. Metode: Slide

Prinsip Antibodi terhadap Salmonella yang terdapat di dalam serum akan bereaksi sehingga membentuk aglutinasi.

108

Alat dan Bahan a. Slide b. Batang pengaduk c. Pipet/ mikropipet 20 µL d. Antisera Salmonella O e. Antisera Salmonella H f. Antisera Salmonella AO g. Antisera Salmonella BH

Prosedur Kerja a. Siapkan slide yang bersih dan kering dan kering. b. Teteskan 1 tetes antisera O, H, AO dan BH pada masing- masing daerah pada slide. c. Tambahkan 20 µL serum pada masing- masing antisera. d. Homogenkan dengan batang pengaduk. e. Rotasikan perlahan. f. Amati ada/ tidaknya aglutinasi.

4. Proses Pengambilan Darah Domba Tujuan Untuk mendapatkan darah domba sebagai bahan untuk membuat media agar darah.

Prosedur Kerja a. Domba yang telah di pilih untuk di ambil darahnya di ikat pada tiang. b. Pegang kepala domba agar tidak bergerak. c. Cukur rambut domba sekitar ventral leher. d. Pembuluh darah di bendung 1/ 3 distal leher. e. Setelah darah terbendung, daerah tersebut di usap dengan kapas alkohol.

109

f. Jarum steril ditusukan pada vena jugularis (pembuluh darah yang terletak pada bagian leher). g. Darah akan mengalir ke dalam erlenmeyer steril yang berisi kristal. h. Goyangkan erlenmeyer agar tidak terbentuk benang fibrin (darah tidak beku).

5. Pemeriksaan IgM Salmonella Tujuan Untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap Salmonella.

Metode: Visual

Prinsip Tubex ® TR dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi anti- Ag yang terdapat dalam serum. Dalam prosesnya reaksi akan terhambat antara antigen coated brown antigen coated blue. Level hambatan secara drofesional adalah konsentrasi antibodi Anti- Ag yang terdapat dalam sampel separatiun memakai penghantar magnetik. Hasil secar visual akan dibandingkan dengan skala warna.

Alat dan Bahan a. Mikropipet b. Tip kuning c. Timer d. Skala warna e. Shaker f. Sampel: serum g. Reagen Tubex ® TR, berisi: reagen brown, reagen blue, kontrol negatif dan kontrol positif.

110

Prosedur Kerja a. Letakkan reaction well strip tegak lurus di atas meja. b. Pipet 45 µL Brown reagen. c. Tambahkan 45 µL sampel, mix sebanyak 10 kali, inkubasi 2 menit. d. Tambahkan 90 µL blue reagen, tutup dengan plester. e. Shake/ homogenkan selama 2 menit. f. Separate 5 menit di skala warna/ skala magnetic. g. Lihat atau baca skala warna dengan membandingkan warna.

Interpretasi Hasil 

Skor ≤ 2

: Negatif



Skor 3

: Borderline



Skor 4- 5 : Positif



Skor 6- 10 : Positif

6. Pemeriksaan IgM- IgG Dengue ICT Tujuan Untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap dengue.

Metode: Immunokromatografi

Prinsip Apabila terdapat antibodi dengue IgM dan IgG di dalam serum, plasma atau darah akan diikat oleh human anti IgM dan IgG yang dilapisi pada membran nitroselulose sebagai fase padat. Kemudian berikatan dengan antigen dengue yang telah membentuk kompleks label emas anti- dengue antibodi monoklonal dan memberi warna merah muda pada garis test. Adapun garis kontrol berfungsi untuk memastikan proses reaksi berjalan dengan baik dan sekaligus memvalidasi hasil pemeriksaan. Alat dan Bahan

111

a. Dengue Duo Cassette (Rapid Test) b. Pipet tetes/ mikropipet 10 µL c. Timer d. Buffer e. Bahan pemeriksaan: serum

Prosedur Kerja a. Yakinkan semua reagen berada pada suhu ruangan (20- 25 °C) sebelum melakukan pemeriksaan, keluarkan cassette dan pipet microsafe dari tempatnya hanya bila akan segera digunakan. b. Tambahkan 10 µL darah, serum atau plasma pada sumur menggunakan mikropipet atau pipet mikrosafe yang tersedia. Biarkan sampel menyerap masuk ke dalam spesimen pad di dalam sumur sampel. c. Pegang botol buffer secara vertikal dan berada 1 cm di atas sumur persegi empat. Tambahkan 2 tetes buffer pada sumur masukkan sampai ke bagian dasar cassette. d. Penggunaan yang tidak benar: 

Jangan memegang botol secara horizontal ketika digunakan.



Jangan membiarkan botol menyentuh sumuran sampel ketika digunakan.

e. Baca hasil tepat 15 menit setelah penambahan buffer pada cassette.

Interpretasi Hasil 

Positif

: Terbentuknya garis merah muda pada daerah kontrol dan

test. 

Negatif : hanya terbentuk garis merah muda pada kontrol.



Invalid : tidak terbentuk garis merah muda pada kontrol dan test, atau hanya terbentuk garis merah muda pada daerah test.

112

7. Pemeriksaan Feses Lengkap Tujuan Untuk melakukan pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis.

Metode

:

Pewarnaan eosin

Prinsip Pemerksaan feses yang mana feses diperiksa dengn penambahan eosin yang akan membuat background dari sediaan menjadi berwarna merah.

Alat dan Bahan a. Kaca objek b. Cover slip c. Mikroskop d. Tissue e. Lidi f. Pewarna eosin g. Bahan pemeriksaan: Feses

Prosedur Kerja a. Siapkan kaca objek dan cover slip yang bersih dan kering. b. Teteskan 1 tetes eosin ke atas kaca objek. c. Tambahkan ± 2 mg sampel feses ke larutan eosin tadi. d. Homogenkan. e. Tutup dengan cover slip, lalu amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x.

113

BAB IV PERMASALAHAN, ANALISIS PENYEBAB MASALAH DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Ruang Instalasi Kimia Klinik 1. Masalah Masalah yang ditemukan selama kegiatan PKL di ruang instalasi kimia klinik di RSUD dr.Soetomo adalah : a. Pra analitik 1) Terjadi gangguan pada Aerocom. 2) Sampel yang dikirim dari instalasi sampling terkadang lisis. b. Analitik 1) Petugas laboratorium kurang

memperhatikan penggunaan alat

pelindung diri. 2.

Analisis penyebab masalah a.

Pra analitik 1) Pengiriman sampel terganggu akibat terjadinya gangguan pada Aerocom sehingga petugas sampling mengantar sampel dari ruang instalasi sampling ke ruang instalasi patologi klinik. 2) Sampel yang dikirim dari ruang sampling melalui Aerocom terkadang ada yang lisis, karena petugas sampling saat mengirim sampel menggunakan Aerocom tidak menggunakan sarung kapsul Aerocom.

b. Analitik 1) Tidak semua petugas laboratorium kimia klinik menggunakan jas laboratorium maupun sarung tangan, karena mereka mungkin menganggap sampel yang diperiksa di laboratorium tersebut tidak

114

bersifat infeksius. Walaupun demikian, faktor keselamatan kerja amatlah sangat penting untuk diperhatikan demi kebaikan bersama maupun individu.

1.

Alternatif Pemecahan Masalah a. Pra Analitik 1) Selalu mengecek penggunaan aerocom secara berkala dan jika aerocom memang tidak dapat digunakan pengiriman sampel harus dilakukan dengan segera tanpa ditunda. 2) Pada saat pengiriman sampel dengan aerocom petugas diwajibkan harus selalu menggunakan sarung kapsul aerocom agar ketika proses

pengiriman

sampel

tidak

terguncang

sehingga

menyebabkan sampel lisis. b. Analitik 1) Memberikan sosialisasi tentang alat pelindung diri dan bahayanya bahan pemeriksaan yang diperiksa.

B. Ruang Instalasi Hematologi 1. Masalah a. Pra analitik Pada instalasi hematologi tahap pra analitik sampel yang telah dikirim dari ruang instalasi sampling

terkadang ditemukan bekuan pada

sampel. b. Analitik Terjadi sampling Error pada alat. 2. Analisa Penyebab Masalah a. Pra analitik Bekuan yang ditemukan didalam tabung, disebabkan oleh kurangnya waktu saat menghomogenkan yang menyebabkan darah dan antikoagulan tidak tercampur dengan baik. b. Analitik

115

Terdapat bekuan pada sampel dan terkadang jumlah sampel sedikit sehingga alat tidak dapat menganalisa.

3. Alternatif Pemecahan Masalah a.

Pra Analitik Saat setelah pengambilan sampel darah di dalam tabung harus dihomogenkan dengan sebaik- baiknya agar antikoagulan tercampur dengan darah.

b.

Analitik Jika terjadi sampel bekuan atau jumlah sampel sedikit maka pemeriksaan dilakukan secara manual.

C. Ruang instalasi Imuno-serologi Pada tahap Pra anlitik dan tahap Analitik tidak ditemukan masalah pada specimen baik dipenanganan maupun dipengolahan sampel.

D. Ruang instalasi infeksi Pada tahap Pra analitik dan Analitik tidak ditemukan masalah.

116

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu upaya untuk memperoleh pendidikan /latihan, pengalaman dan pembelajaran tambahan bagi Mahasiswa(i) sehingga dapat menguasai dan menerapkan prinsip dasar pemeriksaan hematologi, kimia klinik, mikrobiologi, serologi, dan urinalisa dalam kurikulum pendidikan diploma III Analisa Kesehatan. Selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) penyusun sebagai peserta kegiatan PKL mendapat pengalaman dan tambahan ilmu dalam hal ini pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan alat-alat canggih/automatik, serta memperoleh umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan pendidikan di Akademi Analis Kesehatan.

B. Saran 1. Kepada pihak penyelenggara kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dalam hal ini pihak akademik kampus agar kedepannya lebih ditingkatkan lagi dalam hal praktikum sehingga mahasiswa (i) yang mengikuti kegiatan ini memperoleh ilmu lebih optimal lagi dan waktu yang diberikan agar lebih panjang . 2. Kepada pihak institusi agar kedepan dapat meningkatkan peralatan di laboratorium utamanya sehingga praktek di lingkungan kampus dapat lebih efektif dan efisien bagi para mahasiswa (i).

117

3. Kepada pihak institusi agar sebaiknya dapat memberikan usulan kepada RS. Dr Soetomo agar ke depan tidak hanya kunjungan tetapi para mahasiswa dapat melakukan praktek yang optimal di tempat yang bersangkutan sehingga ilmu yang diperoleh dapat lebih baik lagi dan mendapat pengalaman baru.