LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI KLINIK GOLONGAN 1 KELOMPOK 2
DISUSUN OLEH : ESDHA TITIS AYU TRI RAHMAWATI M3512015 ASISTEN : PRATIWI HENING P.
D3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2014
I.
KASUS Ny. AN usia 56 tahun seorang pensiunan PNS sudah 5 bulan mengeluh lemah, mual-muntah, rasa sakit di seluruh badan. Keluhan-keluhan tersebut tidak ditanggapinya secara serius, hingga suatu saat dia tibatiba tidak sadarkan diri akibat gangguannya. Oleh keluarganya dia dibawa ke unit gawat darurat di RS, hasil diagnose dokter setelah beberapa hari di RS menunjukkan bahwa dia mengalami Gagal Ginjal Kronik tahap akhir dan harus menjalani hemodialisis rutin. Riwayat penyakit : Diabetes mellitus selama 10 tahun terakhir Hipertensi Hiperkolesterol Pemeriksaan fisik BB : 75 kg TB : 166 cm TD : 160 / 110 mmHg Pemeriksaan laboratorium Sr Cr = 10 mg/L Glukosa puasa = 200 mg/dL Trigliserida = 165 mg/dL LDL kolesterol = 170 mg/dL Kolesterol total = 210 mg/dL Hb = 11 g/dL Na+ = 148 mEq/L K+ = 6 mEq/L Ca = 6,0 mg/dL Terapi Insulin 3 X 4 U Metformin 3 X 500 mg Amlodipin 1 X 5 mg Furosemid 2 X 40 mg Fenofibrat 1 X 100 mg Ranitidin 2 X 300 mg Kalsitriol 1 X 0,25 μ CaCO3 3X 500 mg
II.
PEMBAHASAN Gagal ginjal kronik : Kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan dari patologis ginjal yang ditunjukkan dengan
protein urea. Diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m² (Chonchol, 2005). Hemodialisis : Prosedur medis yang menggunakan mesin khusus (mesin dialisis) untuk menyaring produk limbah dari darah dan mengembalikan kandungan normal darah. Proses pencucian unsurunsur darah dilakukan berdasarkan perbedaan dalam tingkat difusi melalui membran semipermeabel (membran dialisis). Pada umumnya indikasi dialisis pada Gagal Ginjal Kronik adalah bila laju filtrasi glomerulus (GFR) kurangdari 5mL/menit (normalnya GFR mencapai 125 mL/menit) (Kamaludin, 2010). LDL : Merupakan lemak jahat, salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui apakah konsentrasi lipid dalam darah itu normal atau tidak.LDL normal <100mg/dL (Ahmad, 2003). SrCr : Serum kreatinin dengan parameter serum normal wanita 0,4-1,1 mg/dl. Serum kreatinin pria 0.5-1,2 mg/dl (Daurgirdas, 2001). Diagnosis : Identifikasi penyakit seseorang yang dilakukan dengan cek lab agar dapat diketahui apa penyakit yang dideritanya. Identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya.Penilaian dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau sejenisnya untuk pengambilan keputusan (Kamaludin, 2010). Trigliserida : Suatu lemak yang ditemukan dalam darah yang merupakan sintesis dari makanan dan kolesterol, juga merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak ditemukan dalam darah dan hasil uraian tubuh pada makanan yang mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh jugadibentuk di hati (Ahmad, 2003). Glukosa puasa : Tes yang dilakukan untuk puasa 8 jam sebelum melakukan tes < 126mg/dL. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis pra-diabetes dan diabetes. Tes ini juga digunakan untuk memantau pasien diabetes. (Perazella, 2005) Koleterol total : Kadar kolesterol total yang ada dalam tubuh kadar tidak boleh > 200mg/dL. Juga merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah (Ahmad, 2003).
Hemoglobin : Protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paruparu keseluruh tubuh. Kadar hemoglobin normal : 12,3-15,3 mEg/l(Kamaludin, 2010). Hiperkolesterol : Kolesterol yang melebihibatas normal yang terjadi jika LDL naik, HDL turun, TG naik.(Ahmad, 2003). Hipertensi : Tekanandarahyang konstantinggipada 3 kali pemeriksaan (diatas normal > 160 mhg) (Ahmad, 2003). Pada kasus pasien mendapatkan terapi ganda, yaitu insulin dan metformin. Hal ini karena DM sudah lama dalam 10 tahun diberi insulin untuk menambahkan insulin dalam tubuh dan metformin (Mooradian et al, 2006). Metformin mekanisme kerjanya adalah merangsang reseptor sehingga dapat menaikkan kepekaan insulin yang berakibat naiknya insulin yang dapat menangkap glukosa Karena DM sudah lama dalam 10 tahun diberi insulin untuk menambahkan insulin dalam tubuh sedangkan metformin diberikan karena pasien memiliki berat badan berlebih (Kamaludin, 2010). Hemodialisis menyebabkan tekanan darah turun sehingga tidak memerlukan obat antihipertensi. Obat anti hipertensi sebaiknya dihilangkan. (Sande, 2001). Fenofibrat disarankan untuk diganti dengan golonan statin. Dimana obat fenofibrat ini digunakan untuk penyakit antilipemika. Fungsi ginjal salah satunya adalah mampu menyekresi eritropoetin. Apabila ginjal mengalami gangguan, maka akan terjadi penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia (Chonchol, 2005) Dosis CaCO3 perlu ditinjau ulang dalam kaitannya terhadap kalsium sebagai mikro mineral dalam tubuh. Karena sekresi kalsium apabila mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik dalam jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac output), suplai O2 dalam otak dan jaringan terganggu akan
menyebabkan tubuh lemas. Ini merupakan gejala dari kasus ini (Sukandar, 2006) Diabetes sering berhubungan dengan gagal ginjal, diperkirakan 45 % pasien yang menjalankan hemodialisis adalah pasien diabetes sebagai penyebab gagal ginjal, dan pasien gagal ginjal 15-23 % adalah pasien diabetes. Kemungkinan dalam kasus ini, pasien terkena gagal ginjal karena ada manifestasi dengan diabetesnya. Pasien diabetes harus mengonsumsi obat seumur hidup sehingga kerja ginjal pasien lebih berat (Coresh, 2003) Pasien mengeluh mual dan muntah, kemungkinan keluhan ini juga disebabkan oleh efek samping metformin dan gejala gagal ginjalnya, sehingga diobati dengan ranitidin. Gagal ginjal mampu mendekompresi flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia ini yang menyebabkan iritasi pada lambung (Prodjosudjadi, W., 2006)
III.
KESIMPULAN Diabetes melitus, hiperkolesterol dan hipertensi dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan ginjal kronik, yang mengharuskan pasien harus menjalani haemodialisis. Penggunaan obat-obat yang tidak diperlukan juga memperparah penyakit yang diderita. Dari hasil laboratorium, memberikan bukti pasien mengalami gagal ginjal stadium akhir, diantaranya ditunjukkan oleh serum kreatinin dan anemia.
IV.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A.K. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya: Gitamedia Press Chonchol, M., Spiegel, D.M., 2005. The Patient with Chronic Kidney Disease. In: Schrier, R.W., 6th ed. Manual of Nephrology. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins
Coresh, Astor BC, Greene T. 2003. Prevalence of chronic kidney disease and decreased kidney fungtion in the adult US population. New York : Third National Health and Nutrition Examination survey. Am.J kidney Dis Kamaludin A, 2010. Penyakit ginjal kronik. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam UPH Mooradian AD, Bernbaum M, Albert SG. 2006. Narrative Review: A Rational Approach to Starting Insulin Therapy. Ann Intern med Prodjosudjadi, W., 2006. Glomerulonefritis. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Sande FM, Koman JP, William VK. 2001. Management of hypotension in dialysis patients; Role of dyalisate temperature control. Saudi J.Kidney Dis. Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik. Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD. Woro supardi,2011, Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis, Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan