I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pakan adalah
makanan
/
asupan
yang
diberikan
kepada hewan ternak (peliharaan) dan pada industri peternakan masa kini, pakan yang diberikan biasanya berupa campuran dari bahan alami dan bahan buatan (komposisi) yang telah ditingkatkan kandungan gizinya. Maka itu pakan sangatlah penting bagi hewan ternak karena merupakan pelangsung hidup ternak tersebut. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh 3 faktor yang sama pentingnya, yaitu: 1) breeding (pemulia biakan, bibit), 2) feeding (pakan), dan 3) management (tata laksana). Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha peternakan, maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yaitu sekitar 75% nya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan, sedangkan pengertian pangan (food) digunakan untuk manusia. Berkaitan dengan pakan, maka dihadapkan pada masalah-masalah: kuantitatif, kualitatif, kontinuitas, dan keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. Bahan pakan (bahan makanan ternak) adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging dan atau telurnya. Agar dapat mengoptimalkan produksi dari ternak unggas, sangatlah diperlukan pengetahuan mengenai bahan – bahan pakannya.
1.2.
Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah
1.3.
-
Mengetahui dan mengenal jenis-jenis pakan unggas
-
Mengetahui pengujian dasar kualitas pakan unggas secara fisisk
-
Mengetahui pengujian dasar pakan unggas secara mikroskopis
Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Selasa, 22 April 2014 Waktu
: Pukul 07.30-09.30 WIB
Tempat
:Laboratorium
Produksi
Ternak
Peternakan Universitas Padjadjaran
Unggas
Fakultas
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pengertian Pakan Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak
(peliharaan) Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang (wikipedia). Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya (Anggorodi. 1995). 2.2.
Pakan Berdasarkan Bentuk
1.
Mesh ( berbentuk tepung) : Bentuk ini merupakan bentuk ransum yang
umum terlihat. Bahan yang dipilih menjadi ransum digiling halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum bentuk ini menyebabkan ayam tidak bisa memilih bahan pakan yang disenangi. Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang lebih gemar memakan pakan yang berbentuk butiran dan berwarna. Oleh karena itu ransum yang berbentuk tepung kurang disukai ayam. Bentuk ransum yang halus ini memiliki keuntungan lain, yaitu mudah diserap usus ayam sehingga efisiensinya lebih baik. Ransum bentuk ini dapat digunakan untuk semua umur dan harganya lebih murah.
2.
Pellet (berbentuk bulat panjang) : Bentuk ini merupakan perkembangan
dari bentuk tepung. Kelemahan dari bentuk ini adalah memungkinkan terjadinya kanibalisme, kurang cocok untuk anak ayam 3.
Crumble (berbentuk pecah/butiran) : Bentuk ini merupakan perkembangan
lebih lanjut dari bentuk pellet. Bentuk ini banyak digunakan untuk semua umur ayam broiler. Ransum ini sudah lazim digunakan oleh peternak karena harganya tidak semahal ransum bentuk pellet. (Lubis, 1953). 2.3.
Pakan Berdasarkan Sumber
Sumber Energi Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan dengan kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau kandungan dinding selnya kurang dari 35%. Zat makanan yang digunakan sebagai sumber energi utama adalah karbohidrat. Karbohidrat mensuplai sekitar 80% total energi (Parakkasi, 1995). Sumber Protein Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20%. Bahan pakan sumber protein biasanya berupa tepung atau bungkil. Semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal dari tanaman, hewan dan ikan (Tillman et al 1991). Sumber Mineral Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral. Kandungan pada tepung ikan bervariasi dari 46%-75%. Kandungan asam aminonya baik, banyak mengandung vitamin dan mineral, karena itulah tepung ikan memiliki harga yang relatif lebih tinggi
dibandingkan bahan makanan lainnya. Unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam proses pengatur pertumbuhan (Parakkasi, 1995). Sumber Vitamin Vitamin adalah organik yang tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Vitamin hanya diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan. Vitamin adalah zat katalitik esensial yang tidak dapat disintesis tubuh dalam metabolisme, maka harus diperoleh dari luar. Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tetapi merupakan regulator metabolis (Rasyaf, 1994). Zat Additif Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah sedikit. Zat additif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya (Rasyaf, 1994) 2.4.
Bahan Pakan Berdasarkan Kelaziman Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang lazim dipakai unuk
menyusun ransum, bahan pakan ini dapat berasal dari tanaman ataupun hewan, ikan, dan hasil sampingan industri pertanian (Rumput, tepung daging, bekatul) Bahan pakan inkonvensional adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini bisa berasal dari industri kimia, pertanian maupun hasil fermentasi (Urea, Diamonium fosfat, baggase, isi rumen, protein sel tunggal). Bahan pakan inkonvensional bahan pakan ini tidak atau belum lazim dipakai untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini berasal dari industry kimia, pertanian maupun hasil fermentasi contohnya urea, isi rumen). Bahan pakan non
konvensional dapat berasal dari hewan maupun nabati baik itu limbah maupun non limbah yang memiliki sumber energi dan protein serta dapat juga berupa bahan pakan tambahan (Anggorodi, 1995).
III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA 3.1. Alat
1 Baki
8 Wadah kecil
Mikroskop
Alat tulis
3.2. Bahan
Jagung
Bungkil kelapa
Bungkil kedelai
Minyak
Tepungikan
Top mix
Kapur
Dedak padi
3.3. ProsedurKerja Praktikum pertama 1. Setiap kelompok menempati masing-masing tempat yang sudah disediakan preparatnya. 2. Praktikan mengamati preparat yang disediakan 3. Praktikan mulai melakukan penilaian/pengujian fisik (mencium, meraba, merasa) 4. Catat hasil yang sudah diujikan.
Praktikum kedua 1. Siapkan mikroskop 2. Praktikan mengamati sedikit dari delapan bahan pakan 3. Praktikan mencatat hasil yang dilihat pada mikroskop
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Hasil Pengamatan
4.1.1. Pengamatan Fisik No
Nama pakan
Warna
Bau
Rasa
Tekstur
1
Jagung
Kuning
-
Tawar
Kasar
2
Minyak sayur
Kuning
-
Tawar
Cair
3
Dedak padi
Coklat
-
Asin
Kasar
muda 4
Bungkil kedelai
Coklat
Bau kacang
Tawar
Butiran
5
Topmix
Krem
Bau obat
Pahit
Halus
6
Tepung kapur
Putih
-
Tawar
Halus
7
Tepung ikan
Coklat tua
Bau amis
Amis asin
Halus
8
Bungkil kelapa
Coklat tua
Bau kelapa
Pahit
Halus
4.1.2
Pengamatan Mikroskopis
Gambar 1. jagung
Gambar 5. Dedak Padi
Gambar 2. B. kelapa
Gambar 3. Kapur
Gambar 6. Topmix
Gambar 7. B. kedelai
Gambar 4. Tepung ikan
4.2
Pembahasan
Jagung Pada pengamatan fisik pakan jagung ini berwarna kuning, tidak berbau,
rasanya tawar dan teksturnya kasar. Jagung kuning merupakan makanan yang digemari ayam broiler karena jagung kuning mempunyai pigmen crytoxanthin yang merupakan precusor vitamin A yang menyebabkan warna yang menarik pada karkas ayam broiler. Namun, ayam broiler tidak akan makan jagung berlebihan (tidak lebih dari 33%) karena kualitas protein dan asam amino yang terkandung membatasi pemakaian jagung kuning sebagai bahan makanan sumber energi yang handal. Jagung mempunyai kandungan protein kasar yang beragam, mulai dari 8%-13%. Hal ini terjadi karena varietas jagung, kualitas tanah dan usia panen jagung itu sendiri, tetapi jagung mempunyai kandungan energy metabolisme (ME) sebesar 3430 kkal/kg, lemak 3,9%, serat kasar 2%, kalsium 0,02%, fosfor 0,3% dan energi tercerna (DE) yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah tetapi kualitas proteinnya tidak tinggi. Untuk ayam broiler masa awal sebaiknya jagung digunakan tidak lebih dari 25% dan tidak kurang dari 10%. Sedangkan untuk masa akhir maksimum 28%-31% dan dianjurkan tidak kurang dari 5%. Penggunaan jagung untuk ayam broiler berupa jagung halus atau jagung giling pecah dalam formula ransum atau tercampur dengan bahan makanan lainnya. Di samping itu jagung kuning juga dapat diberikan terpisah bila mempergunakan sistem pemberian makanan “mashgrain”. Hingga kini jagung masih diikutsertakan dalam formula ransum unggas umumnya dan ayam broiler khususnya.
Minyak Sayur
Pada pengamatan fisik didapat warna minyak sayur kuning, tidak berbau, rasanya tawar dan teksturnya cair. Minyak juga merupakan bahan pakan yang mengandung sumber energi yang berasal dari lemak yang bebentuk cair. Walaupun demikian pada pakan tidak boleh terlalu banyak mengandung minyak atau lemak ini karena agak sulit untuk dimetabolisme oleh sistem pencerna. Hasil ini sesuai dengan hasil yang dilaporkan oleh Anggorodi.R (1997) menyatakan bahwa bahan pakan sumber energi antara lain jagung, sorghum, beras, dedak padi, hijauan, serta minyak yang merupakan sumber energi yang berasal dari lemak yang berbentuk cairan. Akan tetapi sumber lain menyatakan bahan pakan sumber energi yang utama adalah bahan pakan yang kandungan utamanya berupa karbohidrat yang mana lebih mudah dimetabolisme dari pada energi yang berasal dari lemak.
Dedak Padi Dari hasil pengamatan fisik didapatkan warna dedak padi coklat muda,
tidak berbau, rasanya asin dan tekstur nya kasar. Dedak padi berasal dari sisa penggilingan padi. Komposisi kimia dari dedak padi adalah sebagai berikut : -
air : 10%
-
serat kasar : 10%
-
protein kasar : 7,5%
-
lemak : 2,25%
-
abu : 7,5% Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah
padi yang digiling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usia produksi. Menurut jurnal yang didapat, energi yang terkandung dalam dedak
padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrien yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa dilihat dari jumlah hull/sekamnya dengan cara menganalisa dengan phloroglucinol. Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia pada lemak yang ada didalam dedak tersebut. Artinya jumlah energi dari lemaknya juga semakin sedikit. Pada musim penghujan perlu diwaspadai juga dedak padi dengan kadar air tinggi, biasanya dedak semacam ini cepat rusak (menggumpal) dan akan memicu terjadinya oksidasi pada lemaknya. Permasalahan dari dedak padi dalam pemakaiannya dalam ransum adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi, kandungan kalsiumnya menurun sekitar 0,05%, kandungan posfor meningkat sekitar 15%, mudah tengik karena mengandung enzim lipase. Solusi untuk mengatasi permasalahan dedak padi tersebut antara lain dengan menyimpannya dalam suhu rendah. Penambahan enzim kompleks (phitase, carbohidrase, protease) akan meningkatkan nilai cerna dilihat dari aspek pertumbuhan dan efisiensi ransum.
Bungkil Kedelai Dari hasil pengamatan fisik warna bungkil kedelai coklat, berbau seperti
bau kacang, rasanya tawar dan tekstur nya butiran. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%, tetapi kandungan methionin rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%. Walaupun
dalam penggunaannya sangat dominan, akan tetapi memiliki zat anti nutrisi yang ada pada kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, oleh karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu. Selain mengandung protein, kedelai juga mengandung zat besi, kalsium, vitamin A dan vitamin B1. Protein kedelai merupakan satu-satunya leguminosa yang mengandung semua asam amino esensial. Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh, jadi harus dikonsumsi dari luar. Meskipun kadar minyaknya sekitar 18%, tetapi ternyata kadar lemak jenuhnya rendah dan bebas terhadap kolesterol serta rendah nilai kalorinya. Bungkil kedelai mempunyai sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak. Kedelai mentah mengandung beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak tahan panas, sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin.
Top mix Dari hasil pengamatan fisik didapatkan warna topmix krem, berbau obat,
rasanya pahit dan teksturnya halus. Top mix merupakan bahan pakan yang diproduksi oleh pabrik, dimana kandungan gizinya merupakan suatu konsentrasi zat gizi tertentu. Bahan pakan ini biasanya digunakan dalam jumlah sedikit untuk tujuan melengkapi atau mengkoreksi zat gizi yang diperkirakan kurang. Topmix adalah suplemen vitamin, mineral, asam amino dan antibiotik atau pengobatan dari keempatnya Penggunaan topmix mutlak diperlukan jika kandungan nutrisi tersebut dalam pakan tidak lengkap atau tidak mencukupi. Hal tersebut sesuai
denagn pendapat Tillman et al (1991) bahwa topmix mengandung komposisi vitamin asam amino, mineral dan pemicu pertumbuhan.
Tepung Kapur Tepung kapur merupakan hasil dari proses penggilingan batu kapur.
Berwarna putih kapur, tidak berbau dan teksturnya berbentuk tepung. Batu kapur berperan sebagai sumber mineral dan termasuk bahan baku untuk pembuatan pakan ternak. Tepung kapur biasanya digunakan sebagai sumber Ca dalam pakan unggas. Kandungan Ca sebesar 33-38 %, sedangkan P sebesar 0%.
Tepung Ikan Dari hasil kegiatan praktikum pada pengamatan tepung ikan terlihat bahwa
kondisi tepung ikan masih cukup baik dengan melihat cirinya yang aromanya belum terlalu tengik dan warnanya belum memudar dari coklat tua. Kandungan pada tepung ikan bervariasi dari 46%-75%. Kandungan asam aminonya baik, banyak mengandung vitamin dan mineral, karena itulah tepung ikan memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan makananlainnya (Rasyaf, 1994).Tepung ikan merupakan sumber protein yang sangat baik dalam ransum ternak dibandingkan dengan sumber protein pada pakan lainnya, sebab tepung ikan ini memiliki asam amino esensial yang komplek dan juga sebagai sumber mineral (Kalsium, Phospor) serta Vitamin, memiliki kadar protein berkisar 4055%. Dalam pembuatan tepung ikan agar mendapatkan hasil yang baik harus diolah dengan sebaik mungkin mengikuti standar yang ada. Ikan segar yang baru diambil harus dipilih terlebih terdahulu dan dibersihkan, lalu ikan disteam (direbus) yang mana proses perebusan ini akan mengurangi kadar air pada ikan. Setelah itu ikan dipress hingga hancur dan diuraikan menjadi dua pengolahan, yang pertama diolah dalam bentuk cairan dan menghasilkan air/minyak menjadi
minyak ikan, yang kedua diolah dalam bentuk residu yang dilakukan dengan cara pengeringan digiling dan menjadi tepung ikan. Penggunaan dalam komposisi pakan ternak unggas mencapai 15%-20% (Murtidjo, 1991). Susunan zat-zat makanan dapat diperhitungkan sebagai berikut: 12% air, 53,3% protein, 4,3% BETN, 1% serat kasar, 8,4% lemak, 20,9 % abu, kadar protein dapat dicerna 43,2% dan martabat patinya 61% (Soetisno, 1979).
Bungkil Kelapa Dari hasil pengamatan fisik warna bungkil kelapa coklat tua, berbau
kelapa, rasanya pahit dan teksturnya halus. Bungkil kelapa sawit merupakan hasil akhir limbah dari pembuatan minyak sawit dan selanjutnya limbah tersebut dikeringkan agar menjadi bahan baku pembuatan pakan ternak. Teksturnya menyerupai serbuk dan berbau apek serta mempunyai warna coklat tua. Bungkil kelapa sawit ini berperan sebagai sumber protein nabati. Bungkil ini mengandung protein 12,94% ; serat kasar 24,88% ; dan lemak kasarnya 3,81%. Bungkil kelapa sawit memiliki kandungan asam amino yang lengkap dan nilai hayati 60 - 80 persen yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi bagi ternak ayam dan mempunyai kemampuan mensuplai energi dan protein setara dengan dedak padi. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian bungkil kelapa sawit pada ternak non ruminansia adalah kandungan serat kasar terutama lignin yang tinggi karena sulit dicerna oleh alat pencernaan.
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah: -
Jenis-jenis pakan unggas mencakup jagung, minyak sayur, dedak padi (dengan kadar air 10%, serat kasar 10%, protein kasar 7,5%, lemak 2,25% dan kadar abu 7,5%), bungkil kedelai, top mix, tepung ikan, tepung kapur dan bungkil kelapa.
-
Pengujian dasar kualitas pakan unggas secara fisik yang dilakukan yaitu untuk jagung serta minyak sayur memiliki kesamaan warna yaitu berwarna kuning, teidak berbau, terasa tawar, namub berbeda pada teksturnya pada jagung kasar sedangkan minyak sayur cair. Untuk tepung ikan serta bungkil kelapa memiliki kesamaan warna yaitu coklat tua, bau berbeda tepung ikan berbau amis sedangkan bungkil kelapa berbau khas kelapa, rasa tepung ikan asin serta amis sedangkan bungkil kelapa terasa pahit, dilihat dari teksturnya memiliki kesamaan yaitu halus. Pakan yang lain yaitu tepung kapur dan top mix memiliki kesamaan tekstur yaitu halus, top mix berbau obat sedangkan tepung kapur tidak berbau, masing-masing memiliki rasa yang berbeda topmix terasa pahit dan tepung kapur tawar. Dedak padi memiliki warna fisik coklat muda, tidak berbau, rasaya asin dan memiliki tekstur kasar. Pakan yang terakhir yaitu bungkil kedelai, secara fisik berwarna coklat, berbau kacang-kacanga, memiliki rasa tawar dan teksturnya berupa butiran.
-
Setiap jenis pakan yang diamati menggunakan mikroskop memiliki bentuk tekstur yang berbeda-beda.
5.2
Saran Saran untuk
praktikum
“Pengenalan
Bahan Pakan”
yang telah
dilaksanakan, yaitu bahan pakan yang disediakan untuk diamati lebih banyak macamnya agar praktikan dapat mengenal bahan pakan untuk unggas yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, HR. 1994. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia, Jakarta. D,A Lubis. 1953. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan: Bogor. Murtidjo, B. A. 1992. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta. Parakkasi,A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan.UI Press: Jakarta. Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Soetisno. 1979. Aneka Makanan Ternak. Cipta aksara, Bandung. Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Praawirokusumo dan Lobdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Gambar 8. Tepung Kapur
Gambar 11. Jagung
Gambar 14. Tepung ikan
Gambar 9. Bungkil Kedelai
Gambar 12. Topmix
Gambar 15. Dedak padi
Gambar 10. Minyak sayur
Gambar 13. Bungkil kelapa