CRITICAL THINKING, CLINICAL JUDGEMENT, DAN PROBLEM SOLVING SERTA PENERAPANNYA DALAM ASUHAN KEEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA Diajukan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
OLEH KELOMPOK 3: Elin Herlina
P2.06.24.4.008
Maelan Adzima
P2.06.24.4.020
\Siska Cahya W.
P2.06.24.4.032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN ALIH JENJANG CIREBON 2019
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, kiranya tak ada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain ucapan syukur yang penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang tetap istiqomah memegang agama ini. Makalah yang berjudul “Critical thinking , clinical judgement dan problem solving serta penerapannya dalam asuhan kebidanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana” ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan KB di Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Tidak sedikit pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa walaupun penulis telah berusaha untuk menulis makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun dalam penulisannya masih jauh dari kesempurnaan karena segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Walaupun demikian, penulis tetap berharap makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi siapa saja yang membacanya. Semoga Allah SWT meridhoi segala amal perbuatan kita dan memberikan balasan yang terbaik di dunia maupun di akhirat nanti.
Cirebon,
Februari 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
2
C. Tujuan .........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................
3
A Critical Thinking...........................................................................
3
B. Clinical Judgement ......................................................................
6
C. Problem Solving ..........................................................................
10
D. Penerapan Critical Thinking, Clinical Judgement, Problem Solving Dalam Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana............................................................
11
BAB III PENUTUP ...................................................................................
16
A. Kesimpulan .................................................................................
16
B. Saran ............................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di dalam rangka upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas salah satunya yaitu pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan keluarga berencana. Karena dengan meningkatnya pelayanan Keluarga berencana akan mengurangi penyebab AKI yang disebabkan karena 4 terlalu dan 3 terlambat yaitu salah satunya karena terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak anak bisa memicu terjadinya AKI. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO). KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas penyebab langsung (faktor- faktor reproduksi, komplikasi obstetric) dan tidak langsung (3 terlambat, pengetahuan, sosio-ekonomi). Salah satu bagian 3 terlambat yaitu terlambat mendapatkan pertolongan yang juga bisa disebabkan oleh penolong atau tenaga kesehatan. Perlu adanya tindakan awal yang bersifat preventif agar meminimalkan kasus tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri bagi seorang bidan atau tenaga kesehatan untuk berpikir kritis, rasional terhadap setiap tindakan yang dilakukan, setiap melakukan manajemen asuhan kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis, diawali dari pengkajian data (data subjektif dan objektif) dianalisis sehingga didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan potensial, masalah dan kebutuhan, adanya perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi (Varney, 2004).
Proses manajemen kebidanan tersebut merupakan proses yang khas, terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya. Pilar seorang bidan yang terdapat pada kerangka kerja menurut ICM (2015) adalah pengetahuan, keahlian dalam melaksanakan pelayanan asuhan kepada bayi baru lahir, wanita, keluarga sepanjang kehidupannya. Pengetahuan yang ada bisa menjadi pondasi untuk melakukan suatu keahlian jika dilakukan sesuai tujuan dan setiap bertindak harus diiringi dengan berpikir kritis dengan menjawab setiap pertanyaan “mengapa” dan “kenapa” saat bertindak, selain itu mampu memberikan penilaian klinis dengan baik serta memberikan pemecahan masalah yang tepat sehingga bidan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, perlu berpikir kritis dan menguasai dengan benar pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana baik dalam pelayanan, pengambilan keputusan dan pemecahana masalahnya berdasarkan data informasi yang didapatkan.
B. Rumusan Masalah 1. Pengertian Critical Thinking, Clinical Judgement dan Problem Solving ? 2. Bagaimana penerapan Critical Thinking, Clinical Judgement dan Problem Solving dalam pelayanan kebidanan kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Critical Thinking, Clinical Judgement dan Problem Solving. 2. Untuk mengetahui penerapan Critical Thinking, Clinical Judgement dan Problem Solving dalam pelayanan kebidanan kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Critical Thinking (Berfikir Kritis) Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan. Berpikir kritis merupakan seni (Paul and Linda Elder, 2006) gambaran sikap seseorang dalam menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini, (Glaser dalam Alec Fisher, 2001; OU,2008). Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam manajemen asuhan kebidanan. Bidan sebagai praktisi maupun dalam pendidikan harus menggunakan unsur-unsur dasar dalam berpikir kritis agar asuhan kebidanan yang akan diberikan berkualitas. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah konsep. Seorang bidan harus memahami konsep dasar manajemen asuhan kebidanan, konsepkonsep dasar kebidanan baik definisi, aturan yang mengikat atau etika profesi dan prinsip-prinsip dari konsep kebidanan tersebut. Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik, kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan. Dengan adanya proses berfikir kritis diharapkan dapat:
3
a. Menimbulkan pertanyaan penting terkait topik/masalah yang sedang difikirkan, kemudian dapat merumuskan masalah dengan jelas dan tepat. b. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide-ide abstrak untuk menafsirkan secara efektif terkait kesimpulan yang beralasan dan solusi pemecahan masalah, menguji alternatif pemecahan masalah terhadap kriteria dan standar yang relevan. c. Berpikir terbuka dalam sistem pemikiran alternatif, mampu mengakui dan menilai setiap permasalahan dengan asumsi yang beralasan, dapat menimbulkan implikasi, dan konsekuensi praktis. d. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu solusi untuk masalah yang kompleks. Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur: a. Mengenali masalah untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan guna memecahkan masalah tersebut. b. Memahami pentingnya prioritas dan urutan prioritas dalam pemecahan masalah c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang terkait (relevan). d. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai. e. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam. f. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat g. Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi. h. Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan. i. Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah j. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas. k. Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam kehidupan sehari-hari.
4
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung kecenderungan pengambilan kesimpulan tersebut. Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Seorang bidan yang professional harus memiliki karakteristik dalam berpikir kritis. Hal ini meliputi seorang bidan mampu mempertimbangkan sesuatu sesuai dengan alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif, mampu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi bukti-bukti yang ada terkait masalah yang akan dipecahkan, memiliki kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Karakteristik lainnya menurut beberapa ahli adalah seorang bidan mampu membuat suatu kesimpulan dari berbagai informasi yang diperoleh, dari berbagai hasil pemeriksaan yang telah dikumpulkan dengan adanya bukti, membuat argument yang beralasan untuk mendukung kesimpulan dan menjelaskan pola fikir yang telah terbentuk dari hasil kegiatan langkah-langkah karakteristik sebelumnya. Cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis diantaranya: a. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seorang profesi bidan harus bisa membaca dengan kritis pula. Semua informasi yang didapat dari berbagai sumber harus dipikirkan secara kritis, disesuaikan dengan kondisi klien disaat memberikan suatu asuhan. Membaca kritis berarti menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks dengan konteksnya, mengevaluasi teks dari logika dan kredibilitasnya, merefleksika kandungan teks dengan pendapat sendiri dan membandingkan tes yang satu dengan yang lainnya yang memiliki keterkaitan (OU, 2008) 5
b. Menulis dengan kritis. Seorang profesi bidan yang telah melakukan membaca dengan kritis harus menuliskan semua pemahaman yang ada dalam bentuk tulisan. Salah satu contohnya adalah dokumentasi dalam manajemen asuhan kebidanan. Dokumentasi tersebut merupakan suatu media bagi profesi bidan untuk menuangkan semua asuhan yang telah diberikan dan menjadi acuan untuk asuhan berikutnya. c. Meningkatkan analisis dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan kebidanan yang telah dituliskan dapat menjadi bahan diskusi untuk dievaluasi atau mencari penyelesainan masalah atau mendiskusikan hal terburuk yang mungkin terjadi. d. Mengembangkan kemampuan observasi. Observasi atau mengamati suatu kondisi klien akan memudahkan seorang profesi bidan untuk menarik kesimpulan dari kondisi klien yang diamati. Pengamatan tersebut dikritisi dan pengamatan yang didapatkan bisa menjadi acuan untuk menarik kesimpulan yang berdampak pada pembuaan keputusan. e. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi.Pengajuan pertanyaan yang bermutu yaitu pertanyaan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah atau pertanyaan yang mengharuskan seorang profesi bidan menjelaskan sehingga memperbanyak berpikir.
B. Clinical Judgement (Penilaian Klinis) a. Pengertian Clinical Judgement Penilaian diartikan sebagai suatu kemapuan untuk membuat keputusan logis atau rasional dan menentuan apakah suatu tindakan yang akan dilakukan benar atau salah. Klinis berkaitan dengan klinik atau tempat perawatan; didasarkan pada observasi dan perawatan klien yang sebenarnya, dan terdiri atas tanda-tanda klinis dari suatu masalah kesehatan. Clinical Judgement (Penilaian klinis) merupakan penerapan informasi berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif yang mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana bidan menetapkan data-data mengenai keadaan klien yang akan dikumpulkan,
6
kemudian membuat interpretasi data dan diakhiri dengan penetapan diagnosis kebidanan, kemudian mengidentifikasi tindakan kebidanan dengan tepat. a. Pengambilan Keputusan Klinis Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaanya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya. Menurut Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada. Sedangkan pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seoran tenaga kesehatan sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis dapat terjadi mengikuti suatu proses yang sistematis, logis, dan jelas. Proses pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan, dan dipraktikkan secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada pengumpulan informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk menyusun, menafsirkan, dan mengambil tindakan atas dasar informasi yang didapat saat pengkajian. Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan, dan latihan atau praktek. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang dibuat sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan pada klien. Keputusan yang baik adalah yang berdasarkan kepentingan klien dan pada saat yang bersamaan juga menunjukkan integritas orang-orang yang terlibat. Bidan mempunyai kewajiban moral terhadap klien mereka, terhadap pimpinan mereka, dan kepada penyedia pelayanan primer, sehingga bidan harus menentukan faktor tantangan ketika membuat keputusan. Tanggung jawab logika etika adalah rasional dan sistemik. Ini harus berdasarkan pada prinsip etika dan kode etik dari pada emosi, intuisi, kebijakan yang telah ada atau preseden. Ada beberapa model pengambilan keputusan ketika bidan akan memutuskan suatu masalah klien. 1.
Model Thompson and Thompson 7
Menurut Thompson and Thompson (1985), dalam pengambilan keputusan suatu masalah harus memenuhi prinsip-prinsip seperti di bawah ini. a) Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan b) Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral c) Klarifikasi dan terapkan nilai personal d) Pahami teori dan prinsip etika e) Gunakan sumber komponen interdisiplin f) Ajukan alternatif tindakan g) Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan h) Partisipasi aktif dalam memecahkan isu i) Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada j) Evalusi tindakan yang telah ditentukan 2.
Model Cassells and Redman Bidan dalam pengambilan keputusan juga bisa menggunakan langkah seperti berikut ini. a)
Identifikasi aspek moral dari pelayanan kebidanan
b) Kumpulkan fakta relevan sehubungan dengan isu moral. c)
Klarifikasi dan terapkan nilai personal
d) Pahami teori dan prinsip etika e)
Gunakan sumber komponen interdisiplin
f)
Ajukan alternatif tindakan.
g) Terapkan kode etik untuk membantu mengarahkan tindakan. h) Partisipasi aktif dalam memecahkan isu
3.
i)
Terapkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang ada
j)
Evaluasi tindakan yang telah ditentukan.
Model Single Pada model ini, dalam pemecahan masalah melalui 6 tahapan, yaitu: a)
Clearly state the problem (menyatakan masalah dengan jelas/tepat)
b) Get the facts (mencari fakta) c)
Consider the four priinciples (mempertimbangkan 4 prinsip) dalam prinsip etika yaitu otonomi, benefisien, non-malefisien dan keadilan.
d) Identify ethical conflicts (identiikasi konflik etika) 8
4.
e)
Consider the law (mempertimbangkan hukum)
f)
Making the ethical decision. (membuat keputusan etik).
Moral “Model” Model yang dikembangkan oleh Halloran dan diberkenalkan di Amerika Utara
yang
digunakan
untuk
mendisiplinkan
dalam
kelompok
pengambilan keputusan. e.
Pendekatan Tradisional Dalam Pengambilan Keputusan a)
Mengenal dan mengidentifikasi masalah.
b) Menegaskan masalah dengan menunjukan hubungan antara masa lalu dansekarang. c)
Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai.
d) Mempertimbangkan pilihan yang ada.
b.
e)
Mengevaluasi pilihan tersebut.
f)
Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya.
Kerangka Pengambilan Keputusan Dalam Asuhan Kebidanan a)
Bidan harus mempunyai responsibility and ability
b) Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan hormat c)
Center of attention in midwifery services is savety and wellbeing
d) Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan menyatakan pilihannya pada pengalaman situasi yang aman e)
Sumber
proses
pengambilan
keputusan
dalam
kebidanan:
pengetahuan (knowledge), ajaran intrinsik, kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang logis.
C. Problem Solving (Pemecahan Masalah) a.
Pengertian Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120). Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan (Polya, 1973:3). Menurut 9
Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar (Rosdiana & Misu, 2013:2). b.
Pokok dalam pemecahan masalah. 1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh. 2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus. 3. Fakta, keputusan lebih riel, valit dan baik. 4. Wewenang lebih bersifat rutinitas. 5. Rasional,
keputusan
bersifat
obyektif,
trasparan,
konsisten.
(Handajani,siti rini, 2016) c.
Tindakan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemecahan Masalah Masalah 1. Tindakan selalu ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan klien. 2. Menjamin tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu (ommision) disertai rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien/klien. (Handajani,siti rini, 2016)
D. Penerapan Critical Thinking, Clinical Judgement, Problem Solving Dalam Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana Penerapan berfikir kritis, penilaian klinis dan pemecahan masalah tertuang dalam manajemen kebidanan. Dalam pelaksanaanya dilakukan dengan mengggunakan SOAP atau 7 langkah Varney yang meliputi a. Langkah 1 : Pengkajian Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi dan KB, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara: 1.
Anamnesa
2.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital 10
3.
Pemeriksaan khusus
4.
Pemeriksaan penunjang Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada
dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. b. Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita terkait kesehatan reproduksi dan KB yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. c. Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi dan melaui tahapan berfikir kritis dan penilaian secara klinis. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi 11
d. Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan
yang
perlu
dilakukan
untuk
mengantisipasi
diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan. e. Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi sebagai bagian dari pemecahan masalah dan pemberian solusi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. 12
f. Langkah VI: Implementasi Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien g. Langkah VII: Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar-benar
efektif
dalam
pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik. Adapun langkah-langkah analisis masalah kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut : 1. Mengenal masalah kesehatan reproduksi Tentukan masalah kesehatan reproduksi, masalah determinan/faktor-faktor kesehatan kesehatan reproduksi, dan masalah program kesehatan kesehatan reproduksi yang akan dipecahkan; bila ada lebih dari satu masalah, tetapkan yang menjadi prioritas. 2. Mengenal penyebab masalah Kesehatan Reproduksi Penyebab masalah yang dimaksud dikelompokkan ke dalam penyebab masalah kesehatan reproduksi, 13
penyebab faktor/determinan kesehatan reproduksi dan masalah program kesehatan reproduksi. 3. Mengenal sifatnya masalah kesehatan reproduksi. 4. Mengenal epidemiologi masalah Program KIE Kesehatan Reproduksi yang berhasil ialah yang memfokuskan pada perilaku sasaran (target sasaran) yang terbatas jumlahnya.. Dalam berusaha merubah perilaku, harus memperkecil jumlah perilaku ideal dan memilih target perilaku yang merupakan inti program Kesehatan Reproduksi. Target behavior merupakan suatu proses eliminasi. Artinya, menghilangkan perilaku yang tidak jelas dampaknya terhadap masalah yang sedang ditangani atau tidak feasible dilaksanakan oleh target sasaran. Memilih target behavior juga merupakan proses negosiasi. Artinya, untuk memilih target behavior, harus mengadakan negosiasi dan pembahasan dengan target sasaran dan pemuka masyarakat lainnya yang terkait. Semua perilaku harus digambarkan secara jelas, sederhana dan spesifik. Semua kegiatan pokok dalam berperilaku tersebut harus disebutkan. (Prijatni, ida dan Sri Rahayu, 2016) Dalam penerapan berfikir kritis, penilaian klinis dan pemeecahan masalah meliputi melakukan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sesuai dengan standar dan evidence based secara prima sehingga menghasilkan keputusan yang dapat diterima dengan baik oleh klien.
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi atas intelektualitas mereka. Clinical
Judgement (Penilaian klinis) merupakan penerapan informasi
berdasarkan pengamatan aktual pada klien yang dikombinasikan dengan data subjektif dan objektif yang mengarah pada kesimpulan akhir/ analisis/ diagnosis. Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120). Dalam penerapan berfikir kritis, penilaian klinis dan pemeecahan masalah meliputi melakukan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sesuai dengan standar dan evidence based secara prima sehingga menghasilkan keputusan yang dapat diterima dengan baik oleh klien.
B. Saran Bidan dalam mengambil keputusan klinis tidak hanya cepat tetapi juga tepat sesuai dengan kebutuhan klien, tidak ada paksaan dalam pengambilan keputusan karena keputusan yang telah dibuat berdasarkan hasil berfikir kritis, penilaian klinis yang benar, serta solusi dari pemecahan masalah yang dilakukan sehingga pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana semakin baik dan meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Handajani, Siti Rini.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Kementrian Kesehatan Indonesia. Insani, Adinda Ayunda, dkk.2016. “Berpikir Kritis” Dasar Bidan Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan. Padang: FK Unand.
Prijatni, ida & Sri rahayu.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Kesehatan Repoduksi Dan Keluarga Berencana. Kementrian Kesehatan Indonesia. Saad, N.S & Ghani,A.S.2008. Teaching Mathematics in Secondary School: Theories and Practices. Perak: Universiti Sultan Idris
Varney Helen., Jan.M Krie & Carolyn L.Gegor. 2004. Varney’s Midwifery. Journal of Midwifery & Women’s Health 49(1), pp 62-63 available at http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1526952303004203