Jurnal 393e3k

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN JERUK LEMON (Citrus medica linn) TERHADAP MORTALITAS KUTU KEPALA (Pediculus humanus var. capitis) SECARA IN VITRO Putri Nur Rahayu, Retno Sasongkowati, Suliati Program D-III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya ABSTRAK Pedikulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang hidup dikulit kepala manusia. Tingginya angka prevalensi terjadi di negara berkembang maupun negara maju. Pengobatan tradisional yang digunakan yaitu perasan jeruk nipis dan jeruk lemon karena mengandung minyak atsiri yang berpotensi sebagai antiserangga. Untuk mengetahui efektivitas perasan jeruk nipis dan jeruk lemon terhadap mortalitas kutu kepala diadakan penelitian pada bulan Januari hingga Juni 2015 di Laboratorium Parasitologi dengan menggunakan bahan uji jeruk nipis dan jeruk lemon dan sampel kutu kepala. Selanjutnya membuat deret konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%. Sampel 6 ekor setiap perlakuan sudah termasuk kontrol dan diamati setiap 10 menit. Hasil pemeriksaan perasan jeruk nipis efektif konsentrasi 50% dengan waktu 20 menit sedangkan perasan jeruk lemon efektif konsentrasi 50% dengan waktu 30 menit. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa perasan jeruk nipis lebih efektif daripada perasan jeruk lemon. Kata kunci : Perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia), Perasan jeruk lemon (Citrus medica linn), Kutu kepala (Pediculus humanus var.capitis) ABSTRACT Pediculosis is a disease caused by parasites that live on human scalp. The high prevalence occured on developing countries and developed countries. Traditional medicine which used are lime and lemon because it contain essential oils which potential as insect. Determining the effectiveness of lime juice and lemon against head lice mortality, it had been done a research on January to June 2015 in the Laboratory of Parasitology by using lime and lemon and head lice as a sample. Furthermore, making the series a concentration of 25%, 50%, 75%, and 100%. Using 6 samples for each treatment included controls and observed every 10 minutes. The result of the test, the effective concentration of lime juice was 50% for 20 minutes while the effective concentration of lemon juice was 50% for 30 minutes. Based on data can be concluded that lime juice was more effective than lemon juice. Keywords : Freshly squeezed lime (Citrus aurantifolia), Juice of lemon (Citrus medica Linn), head lice (Pediculus humanus var.capitis) PENDAHULUAN Pedikulosis adalah gangguan yang disebabkan oleh infestasi tuma. Salah satu gangguan pada kepala disebabkan oleh tuma kepala yang disebut Pediculus humanus var. capitis yang termasuk famili Pediculidae. Pedikulosis dikenal sejak jaman dahulu dan ditemukan kosmopolit (Sutanto dkk, 2008). Pedikulosis kapitis terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju (Bugayong dkk, 2011). Di Amerika serikat, 612 juta orang terinfestasi Pediculus humanus var. capitis setiap tahunnya. Sebagian besar infestasi tuma terjadi pada anak-anak usia sekolah (Hodjati dkk, 2008). Prevalensi pedikulosis pada anak usia sekolah di negara maju seperti Belgia sebesar 8,9% sedangkan di negara berkembang prevalensi pedikulosis pada anak usia sekolah seperti India sebesar

16,59%, Mesir 58,9%, hingga Argentina 81,9% (Bugayong dkk, 2011). Tingginya angka prevalensi pedikulosis menimbulkan berbagai masalah, mulai dari berkurangnya rasa percaya diri, stigma sosial yang negatif, kurangnya kualitas tidur dan gangguan belajar (Linuwih, 2013). Pedikulosis lebih umum diderita oleh kaum perempuan daripada laki-laki. Namun, semakin banyaknya kaum laki-laki yang memelihara rambut, maka bukan tidak mungkin saat ini kaum laki-laki juga sudah banyak yang terinfeksi kutu kepala. Pedikulosis lebih banyak dijumpai dilingkungan kumuh dan padat penghuni (Sembel, 2009). Pengobatan yang banyak dilakukan untuk mengatasi Pediculus humanus var. capitis dengan menggunakan pengobatan topikal, shampo yang banyak mengandung

1

“Bagaimana perbandingan efektivitas perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) terhadap mortalitas Pediculus humanus var. capitis?”

bahan kimia, sisir kutu, hingga mencari kutu dan membunuh secara mekanik (Sembel, 2009). Semua bentuk pengobatan memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam penggunaannya (Anonim, 2009), sehingga diperlukan cara lain yaitu dengan menggunakan bahan alami yang memiliki cukup banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan kimia (Irianto, 2009). Salah satunya tanaman toga yang termasuk famili Citrus yaitu jeruk nipis (Razak dkk, 2013). Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan obat herbal yang banyak digunakan masyarakat (Razak dkk, 2013). Jeruk nipis mempunyai kandungan minyak atsiri yang bersifat antiseptik, antibakteri, desinfektan, dan antiserangga (Kurnia, 2014). Selain itu, banyak unsur senyawa kimia yang bermanfaat dalam jeruk nipis, antara lain flavonoid, limonenen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, siral, dan asam sitrat (Wildana, 2009). Selain tanaman jeruk nipis yang cukup banyak mengandung minyak atsiri, tanaman jeruk lemon atau jeruk sitrun (Citrus medica linn) mempunyai kandungan senyawa dlemonen yang merupakan turunan dari minyak atsiri yang efektif sebagai antiserangga (Dalimartha, 2013). Dan kandungan flavonoid yang dapat menjadi bahan aktif pembuatan insektisida ( Banjo, 2006). Aktivitas biologi minyak atsiri terhadap serangga dapat bersifat menolak, menarik, racun kontak, racun pernafasan, mengurangi nafsu makan, menghambat perletakan telur, menghambat pertumbuhan, menurunkan fertilitas, serta antiserangga (Isman, 2000). Berdasarkan hal tersebut saya ingin menguji efektivitas perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) karena di dalamnya mengandung senyawa minyak atsiri.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) terhadap mortalitas dari Pediculus humanus var. capitis. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi minimal perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) yang efektif sebagai insektisida khususnya Pediculus humanus var. capitis. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh setelah dilakukan perlakuan dalam suatu penelitian. Dalam hal ini untuk mengetahui efektivitas perasan jeruk nipis dan jeruk lemon terhadap mortalitas kutu kepala. Dengan menggunakan pendekatan posttest only control group design. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) pada masyarakat yang menderita pedikulosis di kecamatan Tembelang, Jombang. Sampel Sampel penelitian ini adalah kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) yang diambil dari masyarakat yang menderita pedikulosis di kecamatan Tembelang, Jombang. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan asumsi kutu kepala dewasa. Sampel kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) berjumlah 6 ekor tiap perlakuan dan dilakukan perlakuan sebanyak 6 kali replikasi atau pengulangan pada setiap konsentrasi.

Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) efektif terhadap mortalitas dari Pediculus humanus var. capitis?” “Apakah perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) efektif terhadap mortalitas dari Pediculus humanus var. capitis?” “Berapakah konsentrasi perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang efektif terhadap mortalitas Pediculus humanus var. capitis?” “Berapakah konsentrasi perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) yang efektif terhadap mortalitas Pediculus humanus var. capitis?”

Perhitungan replikasi (Rumus Frederer) : (t-1) (r-1) ≥15 (4-1) (r-1) ≥ 15 3 (r-1) ≥15 3r-3≥15 3r ≥ 15+ 3 3r≥18 r ≥6 Keterangan: t = perlakuan r = pengulangan atau replikasi

2

Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di bulan Januari sampai bulan Juni 2015. Dan dilakukan di wilayah Jombang sebagai tempat pengambilan sampel. Sedangkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon terhadap kematian kutu kepala dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Jalan Karangmenjangan No. 18A Surabaya.

Prosedur Kerja Penelitian 1. Menyiapkan alat : gelas ukur, erlenmeyer tutup asah, juicer, maat pipet, bulb, corong, petridish, etiket dan bahan yang dibutuhkan. 2. Menyiapkan petridish yang akan dilakukan uji untuk perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon masing-masing 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dan petridish untuk obat pembasmi kutu dengan merk “X” sebagai kontrol positif. Kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) yang digunakan untuk pengujian berjumlah 6 ekor setiap konsentrasi. 3. Diberi 2,5 mL perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon setiap konsentrasi yang didalamnya terdapat kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) 6 ekor, dan dilakukan pengujian setiap 10 menit terhadap kematian kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis). 4. Melakukan hal yang sama dengan menggunakan obat pembasmi kutu dengan merk “X” sebagai kontrol positif.

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) didahului dengan mengumpulkan kutu kepala yang sudah diambil dari rambut kepala masyarakat di kecamatan Tembelang, Jombang yang menderita pedikulosis. Kutu kepala tersebut diberi perlakuan dengan cara menambahkan air perasan jeruk nipis dan jeruk lemon yang telah dibuat deret konsentrasi. Setelah itu mengamati efektivitas air perasan jeruk nipis dan jeruk lemon terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) setiap 10 menit.

Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan mengetahui pengaruh pemberian air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan perasan jeruk lemon (Citrus medica Linn) terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) dengan menggunakan uji ANOVA. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk membuktikan bahan sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Kemudian analisa dilanjutkan dengan menggunakan Uji Homogeneity of Variances untuk memvalidkan hasil dari uji ANOVA.

Pembuatan Bahan Uji Pembuatan konsentrasi air perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon : 1. Jeruk nipis dan jeruk lemon yang segar dihaluskan dengan juicer hingga halus. 2. Perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon yang keluar dari juicer ditampung dalam erlenmeyer tutup asah agar minyak atsiri yang terkandung didalam perasan tersebut tidak cepat menguap. Perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon yang keluar dari juicer dianggap sebagai konsentrasi sebesar 100%. 3. Untuk membuat deret konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% sebagai berikut: a. Konsentrasi 100% dibuat 50 mL air perasan jeruk nipis dan jeruk lemon. b. Konsentrasi 75% dibuat 37,5 mL air perasan jeruk nipis dan jeruk lemon diadd-kan 50 mL dengan aquadest. c. Konsentrasi 50% dibuat 25 mL air perasan jeruk nipis dan jeruk lemon diadd-kan 50 mL dengan aquadest. d. Konsentrasi 25% dibuat 12,5 mL air perasan jeruk nipis dan jeruk lemon diadd-kan 50 mL dengan aquadest. 4. Konsentrasi yang telah didapatkan dari pengenceran ditempatkan pada erlenmeyer tutup asah agar kandungan minyak atsiri tidak mudah menguap. Kemudian dihomogenkan dengan digoyang dan siap digunakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data hasil penelitian mengenai perbandingan perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var.capitis) secara In vitro menggunakan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% dengan replikasi sebanyak 6 kali disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 : Data hasil pemeriksaan perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon terhadap mortalitas kutu kepala.

3

Waktu Perlakuan Bahan Uji

Konsent rasi

25% 50% 75% 100% 25% Jeruk 50% Lemon 75% 100% Kontrol (-) Kontrol (+) Jeruk Nipis

10 Menit

20 Menit

30 Menit

40 Menit

50 Menit

60 Menit

120 Menit

20% 30% 50% 100% 20% 30% 50% 70% 0% 100%

30% 50% 70% 100% 20% 30% 50% 70% 0% 100%

30% 50% 70% 100% 30% 50% 50% 70% 0% 100%

30% 50% 70% 100% 30% 50% 70% 80% 0% 100%

30% 50% 70% 100% 30% 50% 70% 80% 0% 100%

30% 70% 80% 100% 30% 50% 70% 80% 20% 100%

50% 70% 80% 100% 50% 70% 80% 100% 20% 100%

Analisa Data Berdasarkan hasil Uji Normalitas KolmogorovSmirnov dan Uji Homogeneity of Variances didapatkan hasil data berdistribusi secara normal dan data bersifat identik atau homogen sehingga dapat dilakukan uji ANOVA. Berdasarkan hasil uji ANOVA menggunakan program IBM SPSS 21.0 didapatkan hasil untuk “Konsentrasi perasan jeruk nipis” dengan nilai Sig 0,000. Sedangkan hasil untuk “Konsentrasi perasan jeruk lemon” dengan nilai Sig 0,003. Hasil tersebut berarti nilai Sig <0,05 yang artinya data memiliki perbedaan terhadap beberapa perlakuan uji konsentrasi perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan perasan jeruk lemon (Citrus medica Linn) terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var capitis). Kemudian berdasarkan hasil uji LSD dengan menggunakan program IBM SPSS 21.0 didapatkan hasil untuk bahan uji perasan jeruk nipis terjadi perbedaan mortalitas kutu kepala untuk setiap konsentrasi dan perasan jeruk lemon terjadi perbedaan mortalitas untuk konsentrasi 25% dengan 75%, konsentrasi 25% dengan 100%, dan konsentrasi 50% dengan 100%.

serangga terhadap nyamuk Aedes aegypti. Konsentrasi minimal perasan jeruk lemon (Citrus medica Linn) yang dapat digunakan sebagai penolak serangga khususnya nyamuk Aedes aegypti yakni konsentrasi 100% dengan daya proteksi 96%. Jeruk lemon mengandung senyawa d-lemonen yang merupakan turunan dari minyak atsiri sampai 90% yang efektif sebagai penolak serangga (Dalimartha, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk bahan uji perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon, data yang didapatkan dari hasil penelitian dapat dikatakan efektif apabila setara dengan lethal dosis (LD50) pada obat pembasmi kutu (Vassena, 2003) dengan lethal time (LT50) 16.4 ± 1.62 (Cestari, 2004). Maka perasan jeruk nipis yang efektif mampu membunuh kutu kepala pada konsentrasi 50% dengan waktu mortalitas 20 menit, sedangkan pada perasan jeruk lemon yang efektif mampu membunuh kutu kepala pada konsentrasi 50% dengan waktu mortalitas 30 menit. Kandungan jeruk nipis antara lain limonen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, sitral, dan asam sitrat. Kandungan unsur senyawa kimia tersebut sudah pasti jeruk nipis memiliki khasiat atau manfaat yang luar biasa (Wildana, 2009). Selain itu terdapat minyak esensial dari golongan monterpen, yaitu limonen yang merupakan turunan dari minyak atsiri, juga mengandung senyawa flavonoid (Budiana, 2013). Jeruk lemon mengandung minyak atsiri yang didalamnya terlarut unsur-unsur senyawa kimia seperti limonen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, sitral, dihidrokumarinalkohol, terpineol, pinen, dan kamfer. Disamping itu jeruk lemon mengandung asam sitrat. Namun asam sitrat lebih banyak terkandung dalam jeruk nipis

Pembahasan Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon terhadap mortalitas kutu kepala secara in vitro dilakukan dengan menggunakan cawan petri yang berisi 2,5 mL bahan uji dan 6 ekor kutu kepala masing masing konsentrasi untuk setiap replikasi. Pengamatan pada penelitian tersebut dilakukan setiap 10 menit hingga 120 menit. Pada peneliti sebelumnya dilakukan oleh (Putra W.D, 2014) menggunakan air perasan jeruk lemon sebagai penolak

4

dibandingkan dalam jeruk lemon (Kurnia 2014). Selain asam sitrat yang merupakan kandungan khas jeruk nipis dan jeruk lemon terdapat kandungan minyak atsiri yang digunakan mengusir serangga (Hartati, 2012). Serangga yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutu kepala. Kutu kepala dapat hidup selama 30 hari dengan menghisap darah manusia. Menurut (Sembel 2009) kutu kepala bertahan hidup selama 1520 jam keluar dari rambut kepala. Pada penelitian ini untuk menghindari terjadinya mortalitas kutu kepala setelah keluar dari rambut kepala segera dilakukan perlakuan menggunakan perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon dengan konsentrasi yang sudah ditentukan. Aktivitas minyak atsiri terhadap serangga dapat bersifat menolak, menarik, racun kontak, racun pernafasan, mengurangi nafsu makan, menghambat peletakan telur, menghambat pertumbuhan, menurunkan fertilitas, serta antiserangga (Isman, 2000). Sedangkan minyak atsiri yang terkandung dalam jeruk nipis dan jeruk lemon adalah oilum citri atau minyak sitrun. Oilum citri adalah minyak jeruk yang diperoleh dengan memeras jeruk nipis dan jeruk lemon yang masak. Bau khas aromatik, rasa pedas dan agak pahit jeruk nipis dan jeruk lemon karena kandungan sitral serta D-lemonen. Penggunaan minyak jeruk bermanfaat penolak serangga (Sarwono, 1993).

4. Konsentrasi air perasan jeruk lemon (Citrus

5.

medica linn) yang efektif terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) yaitu pada konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) lebih efektif dibandingkan perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis).

Saran 1. Bagi masyarakat umum untuk lebih bisa memanfaatkan air perasan jeruk nipis dan perasan jeruk lemon sebagai obat luar untuk penyakit pedikulosis. 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menggunakan cara lain seperti ekstraksi atau destilasi yang bisa mendapatkan kandungan minyak atsiri dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan jeruk lemon (Citrus medica Linn) secara maksimal agar lebih efektif untuk penyakit pedikulosis. DAFTAR PUSTAKA Aak. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta. Kanisius. Al Anshori J, dkk. 2009. Senyawa Limonin dari Biji Jeruk Citrus nobilis var Microcarpa (Jeruk Siam) dan Potensi Aktivitasnya sebagai Penghambat Tumbuh Larva Instar ke-empat Nyamuk Aedes aegypti. Bandung: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Padjadjaran. Diakses : 23 Januari 2015. Banjo AD, Lawal OA and Aina SA (2006). Insect associated with some medicinal plants in south western Norwegia. International Digital Organization for. Budiana, N. S. 2013. Buah Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta Timur. Penebar Swadaya. Bugayong AMS, Araneta KTS, Cabanilla JC. Effect of dry-on, suffocation-based treatment on the prevalence of pediculosis among schoolchildren in Calagtangan Village, Miag-ao, Iloilo. Philippine Science Letters. 2011;4(1):33-7. Cestari. Ivanece. M. 2004. Evaluation of the Potential Insecticide Activity of Tagetes minuta(Asteraceae) Essential Oil Against the Head Lice Pediculus humanus capitis(Phthiraptera: Pediculidae). Universidade de Marília – UNIMAR. Neotropical Entomology 33(6):805-807. Dalimartha, Setiawan. 2013. Fakta Ilmiah Buah & Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari perbandingan efektivitas air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan jeruk lemon (Citrus medica linn) terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) secara in vitro yang dilakukan pada bulan Januari - Juni 2015 di Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Jl. Karang Menjangan 18A Surabaya dengan menggunakan air perasan jeruk nipis dan air perasan jeruk lemon pada konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) efektif terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis). 2. Pemberian air perasan jeruk lemon (Citrus medica linn) efektif terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis). 3. Konsentrasi air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang efektif terhadap mortalitas kutu kepala (Pediculus humanus var. capitis) yaitu pada konsentrasi 50%, 75%, dan 100%.

5

Damayanti,Irina.2008.http://kosmo.vivanews.c om/news/read/125483/jeruk_lemon_d an_manfaatnya. Diakses : 30 Januari 2015. Dasar Parasitologi Klinis, Harold W. Brown, Editor: Wita pribadi, Penerjemah: Bintari Rukmono, Hoedojo, Nani S. Djakaria, dkk, Gramedia : 398-403. Entjang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung : Citra Aditya Bakti. Hartati S Y, 2012. Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati. Bogor. Hodjati MH, Mousavi N, Mousavi M. Head lice infestation in school children of a low socioeconomy area of Tabriz City, Iran. African Journal of Biotechnology. 2008;7(13):2292-4. Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung : Alfabeta. Isman, M. B. 2000. Plant essential oils for pest and disease management. Crop Protection.19: 603-608. Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi. Jakarta : Agro Media Pustaka. Kurnia, Annisa. 2014. Khasiat Jeruk Nipis dari A-Z Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Yogyakarta : Arpha Publishing. Laksmintari, Puspita. 2007. Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Sunda Kelapa. Linuwih, Sri dan Sahar Salim. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur. Volume 1,No.1.http://journal.ui.ac.id/index.php/ eJKI/article/view/1596/1343,26 Januari 2014. Diakses : 23 Januari 2015. Meinking TL. C Buckhart. Infestations. In : Jean L. Bolognia, Joseph L. Jorizzo, Ronald P. Rapini editors. Dermatology volume one. Britain : Mosby; 2008; p 1321 – 8. Putra, Wisnu D. 2014. Efektivitas Perasan Jeruk Lemon (Citrus medica linn) Sebagai Penolak Serangga Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya. Rahmat. 2011. 21 Jenis Tambulampot Populer. Jakarta. Agromedia Pustaka.

Razak, Abdul. Aziz Djamal dn Gusti Revilla. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro. Universitas Andalas Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id Diakses : 24 Januari 2015. Rukmana L, 2001. Jeruk Lemon. Jakarta : Penebar Swadaya. Rusli. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta : Agro Media Pustaka. Sarwono B, 1993. Jeruk dan Kerabatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. Sembel D T. 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta : Penerbit Andi. Soedarto, 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Sagung Seto. Stone SP. Jonathan N Goldfarb. Rocky E Bacelieri Scabies, Other Mites and Pediculosis. In : Freedberg IM, Editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine volume 2 eighth edition. USA : The Mcgraw-Hill; 2012. Sutanto, Inge. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Trihendradi, Cornelius. 2013. Step By Step IBM Spss 21 Analisis Data Statistik. Yogyakarta. Vassena, C. V. Dkk. 2003. Prevalence and Levels of Permethrin Resistance inPediculus humanus capitis De Geer (Anoplura: Pediculidae) from Buenos Aires, Argentina. J. Med. Entomol. 40(4): 447Ð450. Wijayati, Fitriana. 2007. Hubungan Antara Perilaku Sehat dengan Angka Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Santriwati Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang. Skripsi. Universitas Jember. Jember. Diakses : 24 Januari 2015. Wildana, D. T. 2009. 1001 Khasiat Buah Jeruk. Yogyakarta : e-Nusantara. Zaman V. 1997. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Hipokrates. Zaman, Viqar. 2008. Atlas of Medical Parasitology Fourth Edition. Yogyakarta : Graha Ilmu.

6