LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI
Makalah Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat
Disusun Oleh: Riza Rizky Fitri
2015250973
Yoga Pradana
2015250975
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
Etika Lingkungan untuk Bisnis: Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan Keunggulan Kompetitif 30 tahun terakhir telah menjadi masa dimana terjadinya peningkatan harapan bahwa bisnis ada untuk melayani kebutuhan para pemegang saham dan masyarakat. Banyak pihak yang memiliki kepentingan dalam bisnis, aktivitasnya, serta dampaknya. Jika kebutuhan para stakeholders ini tidak dipenuhi bukan tidak mungkin terjadi hal-hal yang akan merugikan shareholders, dan para pekerja akan terjadi. Karena tidak dapat dipungkiri, keberhasilan suatu bisnis dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari dukungan para stakeholders, seperti shareholders, karyawan, pelanggan, kreditur, pemerintas, masyarakat sekitar, serta aktivis. Dukungan untuk bisnis-bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas yang oleh para stakeholders tempatkan pada komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan keunggulan kompetitif. Dengan menempatkan kredibilitas yang tinggi ini, stakeholders berharap aktivitas perusahaan juga akan menghormati nilai-nilai serta kepentingan mereka. Atau dengan kata lain, dengan menunjukkan respek terhadap nilai serta kepentingan stakeholders dapat terlihat bahwa perusahaan memiliki etika yang baik. Sebagai konsekuensinya, direktur perusahaan diharapkan untuk mengatur perusahaan mereka secara etis, yang berarti mereka harus memperhatikan apakah para eksekutif, karyawan, dan agen bertindak secara etis. Selain itu, perusahaan juga diharapkan untuk bertanggung jawab kepada stakeholders secara transparan atau beretika. Penilaian kinerja sekarang meluas melampaui apa yang dicapai untuk mencakup etis atau tidak hal tersebut dicapai. Akibatnya, pemerintahan dan akuntabilitas rezim untuk bisnis menjadi jauh lebih peduli dengan kepentingan stakeholder dan hal-hal etis. Direktur, eksekutif, dan akuntan profesional, yang seringkali menghadi konflik kepentingan para shareholders secara langsung dan masyarakat secara tidak langsung, harus mulai berhati-hati karna masyarakat kini telah memiliki ekspektasi yang berubah terhadap perusahaan. Kepentingan perusahaan kini tidak lagi semata bagi kaum intelektual namun juga harus memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional yang ikut dipertimbangkan dalam pengambilan suatu keputusan.
Praktik Bisnis yang Tidak Beretika Bentuk masalah etika masih kerap kali terjadi dalam dunia bisnis, ada lima kategori untuk mengklasifikasikan bentuk bentuk masalah etika ini, yaitu : a. Suap (Bribery) Adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap bertujuan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh.Pembelian itu dapat dilakukan baik dengan membayar sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali setelah transaksi terlaksana. Suap kadang kala tidak mudah dikenali. Pemberian uang secara langsung dapat dikategorikan sebagai
suap,
namun hadiah tidak selamanya disebut suap karna tegantung dari tujuan pemberiannya. b. Paksaan (Coercion) Adalah bentuk tekanan, batasan, atau dorongan yang dilakukan secara paksa dengan menggunakan suatu kekuasaan atau ancaman. Contoh paksaan adalah ancaman kesulitan kenaikan jabatan, atau pemecatan oleh atasan kepada bawahannya. c. Penipuan (Deception) Suatu tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan. d. Pencurian (Theft) Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa properti fisik atau konseptual. e. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination) Merupakan perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu hanya berdasarkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara yang disukai atau tidak.
Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis
Masalah etika yang kerap terjadi diatas juga menjadi salah satu alasan bagaimana perubahan harapan publik terhadap suatu perusahaan dapat terjadi, berikut ini terdapat beberapa faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan terkait harapan publik: Fisik Moral
Kualitas udara dan air, keselamatan Keinginan untuk keadilan dan kesetaraan di rumah dan di luar negeri
Penilaian yang buruk Aktivis pemangku kepentingan Realita lingkungan Ekonomi
Kesalahan operasi, kompensasi eksekutif Etika investor, kosumen, ahli lingkungan hidup Degenerasi alam Kelemahan, tekanan untuk bertahan hidup, untuk memalsukan
Persaingan Penyimpangan keuangan Kegagalan tata kelola
Tekanan global Banyak skandal, korban, keserakahan Pengakuan bahwa tata kelola dan penilaian risiko etika merupakan suatu hal yang penting Keinginan untuk transparansi Publisitas, perubahan sukses Peraturan baru lingkungan
Akuntabilitas Sinergi Penguatan hukum kelembagaan
a. Urusan Lingkungan Kekhawatiran terkait pencemaran udara ini berfokus pada cerobong dan pipa asap pabrik yang dapat menyebabkan iritasi dan gangguan pernafasan tidak hanya bagi para pekerja namun juga bagi masyarakat sekitar. Bentuk pencemaran lain yang sayangnya belum mendapat perhatian berbentuk hujan asam, dan penipisan lapisan ozon. Baru-baru ini, disipasi lapisan ozon diakui sebagai ancaman serius bagi kesejahteraan fisik kita semua. pelepasan CFC (Chlorofluorocarbon) ke atmosfir yang dahulu dianggap sebagai refrigerant (bahan pendingin) perumahan dan industri yang paling umum memungkinkan molekul CFC “menyedot” molekul ozon. Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang dapat menimpa mereka ini berbanding lurus dengan meningkatnya juga ekspektasi masyarakat terhadap kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. b. Sensitivitas Moral
Sensitivitas moral berkaitan dengan tekanan publik akan adanya suatu keadilan dalam ketenagakerjaan. Bentuk ketidakadilan kerap kali terjadi pada tahun 1980 hingga 1990an. Usaha menghapuskan ketidakadilan ini mulai berhasil dengan telah terbentuknya kini hukum, peraturan, kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan. Program-program kesetaraan upah mulai muncul untuk
menyesuaikan
kesenjangan yang ada antara skala gaji untuk pria dan wanita. Tes narkoba untuk karyawan telah jauh lebih hati-hati ditangani untuk meminimalkan kemungkinan temuan palsu pada hasil tes. Semua ini adalah contoh dimana tekanan publik telah membawa perubahan kelembagaan melalui legislatif atau pengadilan untuk kejujuran yang lebih dan kesetaraan, serta berkurangnya diskriminasi, dan oleh karena itu, kebalikan dari perubahan ini hampir tidak mungkin terjadi. Kepekaan moral juga terjadi di isu-isu internasional maupun domestik. Kampanye untuk memboikot membeli dari perusahaan yang terlibat dalam masalah mempekerjakan anak dibawah umur atau buruh murah di negara-negara asing, sebagai contohnya, telah membentuk suatu kode etik terkait penggunaan tenaga kerja bagi para pemasok. c. Penilaian Buruk dan Aktivis Para pemangku keputusan dalam suatu perusahaan adalah manusia yang juga mungkin membuat kesalahan. Namun pihak-pihak terkadang tersinggung pada tahap ini lalu mengambil tindakan agar para direktur dan manajemen menyadari bahwa tindakan mereka tidak benar secara etis. Masyarakat tidak segan menyerang instansi yang dinilai buruk. Sebagai contoh adalah Produk Nestle di boikot di Amerika Utara dan Eropa untuk menghentikan distribusi bebas serbuk formula bayi untuk para ibu di Afrika yang mencampurnya dengan air yang terkontaminasi, sehingga membunuh bayi mereka. Atau seperti perusahaan sepatu Nike yang diboikot karena mempergunakan tenaga kerja dibawah umur. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya tidak hanya untuk mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis. d. Ekonomi dan Tekanan Persaingan Perkembangan pasar global telah berhasil memberi kesempatan bagi perusahaan untuk mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia. Restrukturisasi telah dilihat sebagai pendorong produkitivitas dan memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan tarif yang lebih rendah dari pekerjaan domestik. Oleh karena itu, diperlukan restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih
rendah. mengingat persaingan yang lebih besar, volume yang lebih besar tentu akan meningkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan tidak akan lebih rendah dari yang telah dialami di masa lalu. e. Skandal Keuangan: Kesenjangan Ekspektasi Dan Kesenjangan Kredibilitas Krisis keuangan yang sudah berulang ulang terjadi tidak dipungkiri telah mengecewakan masyararakat. Ketidak percayaan masyarakat terhadap integritas laporan keuangan perusahaan menjadi salah satu buktinya. Istilah jurang harapan digambarkan sebagai betapa berbedanya antara apa yang dipikirkan masyarakat akan mereka dapatkan dalam laporan keuangan dan apa yang pada nyatanya diterima masyarakat. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa penyimpangan keuangan menimbulkan krisis kepercayaan terhadap seluruh elemen perusahaan, baik pelaporan ataupun tata kelola perusahaan. Masalah ini jelas menjadi salah satu masalah penting untuk ditanggulangi agar tidak terus terjadi kedepannya. f. Kegagalan Tata Kelola Dan Penilaian Resiko Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana dewan direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko yang dihadapi perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah menjadi aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan. Akan tetapi, dalam kasus Enron, WorldCom, dan kasus-kasus lainnya, pengawasan oleh direktur perusahaan ternyata tidak menyadari bagaimana kerakusan para bawahannya. Reformasi tata kelola dianggap perlu untuk melindungi kepentingan umum. Dimana direktur diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa risiko yang di hadapi oleh perusahaan mereka telah dikelola dengan baik, risiko etika sekarang terlihat menjadi aspek kunci dari proses. Reformasi tata kelola memastikan bahwa tidak akan terjadi keterlambatan pada hal tersebut. g. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan Kurangnya kepercayaan pada proses kegiatan dalam suatu perusahaan menimbulkan peningkatan keinginan transparantasi bagi pihak pihak yang menyangkut kepentingan investor dan stakeholders yang lain. Hal ini direspon langsung oleh banyak perusahaan di dunia dengan menerbitkan informasi dalam web mereka terkait kinerja CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Tren ini jelas ke arah peningkatan laporan nonfinansial, yang sesuai dengan harapan masyarakat yang terus tumbuh. h. Sinergi Semua Faktor Dan Penguatan Institusional
Hubungan faktor-faktor akhirnya berdampak pada ekspektasi publik terhadap masalah etika. Masyarakat saat ini semakin sadar betapa pentingnya kontrol pada perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan penegakan hukum. Keinginan untuk standar global pengungkapan perusahaan, praktik audit, dan keseragaman etika perilaku, para akuntan profesional telah menghasilkan standar akuntansi dan audit internasional di bawah naungan Internasional ing Standards Board (IASB) dan International Federation of ants (IFAC). Kreasi mereka International Financial Reporting Standards (IFRS) dan
Kode Etik untuk Akuntan
profesional merupakan titik fokus untuk harmonisasi di seluruh dunia. i. Hasil Jelaslah bahwa harapan masyarakat telah berubah dengan ekspektasi lebih tinggi dari para pelaku bisnis. Untuk merespons harapan ini, sejumlah pengawas dan penasehat telah muncul untuk membantu atau mendesak masyarakat umum dan bisnis. Organisasiorganisasi, seperti Greenpeace, Pollution Probe, dan Coaliation for Environmentally Responsible Economies (CERES, sebelumnya bernama Sierra Club) sekarang mengawasi hubungan bisnis dengan lingkungan. Ekspektasi Baru Dalam Bisnis Bentuk ekspektasi baru dalam dunia bisnis terbagi atas 3, yaitu : 1. Tugas Baru Dunia Bisnis Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan perubahan dalam tugas-tugas di dunia bisnis. Pada masa ini, keuntungan tidak semata keuntungan, namun perlunya kesadaran perusahaan mengenai bagaimana cara memperolehnya, harus berdasarkan undang-undang dan etika yang berlaku dimasyarakat. Namun, sayangnya masih saja banyak perusahaan yang hanya berfokus pada prinsip keuntungan murni sehingga membahayakan kelangsungan perusahaan di jangka panjang. Karena inilah diharapkan dimasa depan kesuksesan perusahaan akan tergantung pada seberapa sanggup perusahaan menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.
Penilaian keberhasilan masa depan akan memperhitungkan apa yang telah dicapai dan bagaimana cara mencapainya. 2. Kepemimpinan Baru dan Kerangka Transparansi Berdasarkan analisis ini,perusahaan sukses akan dilayani dengan sangat baik oleh mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang berfokus pada sebuah kumpulan hubungan fidusia yang berbeda dan lebih luas dibandingkan dengan masa lalu. Kesetiaan direktur dan eksekutif harus mencerminkan kepentingan para stakeholders dalam hal pencapaian tujuan, proses, dan hasil. Tujuan dan proses tata kelola juga harus mengarah pada perspektif yang baru, agar harapan masyarat dapat terpenuhi. 3. Penguatan Aturan Untuk Profesional Akuntan Ekspektasi publik akan kebenaran laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari profesional akuntan yang menyiapkan atau mengaudit laporan keuangan tersebut. Profesional akuntan tersebut berfokus pada loyalitas kepada kepentingan publik dan adoptasi prinsip independensi, penilaian, objektivitas dan integritas. Tanggapan dan Perkembangan 1. Kejelasan Kepemimpinan dan Model Transparansi Stakeholder Tren penting lain yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan kompetitif yang memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan profesional. Tren ini mencakup: a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan dan CEO b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham terkait pengendalian internal, dan c. Perhatian penuh untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi, meskipun i.
perubahan signifikan juga terjadi dalam pengelolaan organisasi, yang mencakup : Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik,
ii.
dan Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja non keuangan.
Hasil dari perubahan terjadi adalah perusahaan mulai memberi perhatian lebih pada bagaimana etisnya aktivitas perusahaan, dan untuk mengurangi terjadinya masalah etika. Dari hal tersebut semakin terlihat jelas terlihat bahwa komando tradisional dan pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan perusahaan perlu membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika. Gambar 1 : Peta Akuntabilitas Pemegang Saham
2. Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholders ke dalam kebijakan, strategi dan operasi perusahaan, direksi, eksekutif manajer, dan karyawan lainnya harus memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan nilai-nilai yang mendukung mereka. Berbagai bentuk pendekatan telah dikembangkan untuk memeriksa berbagai keperluan stakeholders seperti survey, fokus kelompok, dan pemetaan berdasarkan stereotip. Hasil penyidikan terkait nilai-nilai dasar yang dihargai oleh para stakeholders, nilai-nilai ini berbeda sedikit tergantung pada kelompok stakeholder, serta perbedaan regional. Namun, kemajuan telah dibuat ke arah satu set hypernorms-nilai yang dihormati oleh sebagian kelompok atau budaya di seluruh dunia. Menurut Charles Fombrun, dari Institut Reputasi, dapat dikategorikan dalam 4 hal, yaitu:
3. Akuntabilitas
Masalah yang terjadi dalam kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada sebelumnya. Perbaikan yang diperlukan dalam integritas ,transparansi,dan akurasi telah memotivasi diskusi di antara akuntan (professional) untuk mengenali sifat pedoman yang seharusnya mereka gunakan untuk menyusun laporan keuangan,aturan-aturan atau prinsip-prinsip.Kekurangan integritas,transparasi,dan akurasi jelas terdapat pada laporan keuangan. Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,terutama yang bersifat nonfinansial,dan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku kepentingan tertentu. Etika Perilaku dan Perkembangan Dalam Etika Bisnis Menanggapi adanya perubahan akuntabilitas bisnis dan pengambilan keputusan etis, konsep dan istilah yang telah di pelajari selama berabad-abad oleh para filsuf mengenai etika perilaku telah dikembangkan. Konsep tersebut antara lain : 1. Pendekatan Filosofis untuk Etika Perilaku Berbagai filsuf di dunia memiliki teori etika terkait perilaku bisnis. Menurut Aristoteles (Filsuf Yunani), berpendapat bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan dan kebahagiaan dicapai dengan menjalani hidup secara bijak. Immanuel Kant (Filsuf Jerman) berpendapat bahwa orang akan beretika ketika mereka tidak lagi memanfaatkan orang lain demi dirinya sendiri, dan tidak lagi bersifat munafik, dengan menuntut tinggi dari orang lain, namun membuat pengecualian pada diri sendiri. John Stuart Mill (Filsuf Inggris) menyatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi ketidakbahagiaan. Yang terakhir, John Rawis (Filsuf Amerika) menyatakan bahwa penting untuk mengatur masyarakat, agar tidak ada yang merasa adanya ketimpangan keuntungan. Berdasarkan teori diatas dapat dikatakan bahwa ada standar tinggi dalam perilaku bisnis saat ini. Dengan adanya teori-teori ini diharapkan dapat memahami para petinggi dalam perusahaan untuk memahami dasar dari etika bisnis dan bagaimana cara bertanggung jawabnya secara sosial. 2. Konsep dan Persyaratan Etika Bisnis
Secara khusus,ada dua perkembangan yang sangat berguna dalam memahami etika bisnis, serta bagaimana bisnis dan profesi bisa mendapatkan keuntungan dari penerapannya yaitu konsep stakeholders dan konsep kontrak sosial perusahaan. 3. Pendekatan Untuk Pengambilan Keputusan Etis Perkembangan akuntabilitas terhadap stakeholders dalam versi kontrak sosial perusahaan yang terbaru telah menjadikan eksekutif bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan mereka mencerminkan nilai etika yang diterapkan untuk perusahaan, dan tidak mengabaikan hak-hak para stakeholder. Hal ini menyebabkan perkembangan pengambilan keputusan etis yang menggabungkan kedua pendekatan filosofis dan teknik praktis, seperti analisis dampak stakeholder. Prinsip-prinsip etika yang dikembangkan oleh filsuf memberikan wawasan tentang dimensi kunci penalaran etis.
Pembuat
keputusan
harus
memahami
tiga
pendekatan
filosofis
dasar:
konsekuensialisme, deontologi, dan etika moralitas. Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis Berkelanjutan Meningkatnya harapan untuk bisnis selalu berdampak pada tuntutan reformasi tata kelola dan pengambilan keputusan etis. Penting bagi keberhasilan perusahaan untuk memahani harapan etika. Sebuah perusahaan tidak dapat memiliki etika budaya perusahaan yang efektif tanpa etika kerja yang terpuji. Melalui tata kelola perusahaan (Good Coorporate Government), diharapkan seluruh organ perusahaan mampu bertindak secara etis. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) adalah struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan Organ Perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan, secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundangan serta nilai-nilai etika. Konsep dari GCG belakangan ini makin mendapat perhatian dari masyarakat karena konsep ini semakin memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi konsep ini mencakup beberapa hal antara lain: 1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya 2. Hak dan peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya 3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu, 4. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
5. Tanggungjawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan, kepada para pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkrpentingan. Konsep GCG sendiri muncul dilatar belakangi oleh maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, salah satu contohnya Endron WorldCom, KAP Arthur-Andersen. Etika Lingkungan untuk Akuntan-akuntan Profesional a. Peran dan perilaku Efek dari terjadinya krisis di perusahaan-perusahaan besar membawa perubahan pada perilaku para akuntan professional. Akuntan profesional harus meletakkan kesetiaan mereka pada kepentingan umum, tidak semata untuk diri mereka sendiri, direktur atau manajer perusahaan, ataupun para pemegang saham. Perubahan ini perlu dilakukan karna kredibilitas dari para akuntan yang hampir hancur. Dibutuhkan reformasi, melalui peraturan, pengawasan yang terstuktur serta standar internasional terkait kode etik perilaku akuntan profesional di seluruh dunia. Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika untuk bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai karyawan perusahaan. Akuntan profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka saat ini dan mereka siap untuk bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga kredibilitas profesi akuntan. b. Tata Kelola Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar modal, dan akuntabilitas perusahaan. Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju harmonisasi secara global dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit yang berlaku umum (GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi penyedia pasar modal dunia serta efisiensi komputasi san audit di seluruh dunia. Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sekumpulan GAAP yang dikembangkan oleh berbagai negara yang menjadi suatu rangkaian umum yang berlaku di semua negara.
Selain itu, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) juga sedang mengembangkan kode etik yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional, yang diharapkan nantinya kode etik ini akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan para akuntan dunia di masa depan. KAP juga saat ini sedang mengembangkan standar audit global untuk melayani para klien, serta standar perilaku untuk memastikan penilaian mereka independen, objektif, dan akurat. c. Layanan yang di Tawarkan Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran layanan nonaudit kepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan Arthur dalam bencana Enron, akan dibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat dipenuhi. Para akuntan profesional harus mewaspadai terjadinya konflik, di mana nilai-nilai dan kode profesional lain yang mereka pekerjakan berbeda dengan profesi akuntansi. Mengelola Risiko-risiko Etika dan Kesempatan/Peluang Dampak meningkatkan harapan untuk bisnis pada umumnya, dan khususnya untuk direktur, eksekutif, dan akuntan, telah membawa tuntutan reformasi tata kelola, pengambilan keputusan etis, dan pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari pemikiran terkini tentang bagaimana mengelola risiko etika dan peluang. Para pengusaha yang telah berpengalaman menyadari bahwa krisis tidak dapat dihindari, dan pendekatan manajemen krisis dikembangkan untuk melindungi perusahaan agar tidak mengalami kehancuran reputasi yang lebih parah dari sebelumnya. Bahkan, jika aspek etika dalam krisis dapat dikelola dengan baik, reputasi perusahaan bisa meningkat. Memasukkan etika dalam manajemen krisis jelas dapat mengubah risiko menjadi peluang. Studi Kasus Enron Corporation Inter North merupakan perusahaan penyalur gas alam yang berbasis di Ohama. Pada tahun 1985, Inter North mengakuisisi Houston Natural Gas. Dewan direksi Houston mengambil kendali kegiatan perusahaan dan memindahkan kantor pusat ke Houston. Hingga akhirnya perusahaan gabungan tersebut menggunakan nama yang lebih modern, yaitu Enron.
Enron muncul pada masa perusahaan pipa gas alam cukup sulit untuk berkembang. Pada saat itu pemerintah sangat mengatur rantai distribusi dari produsen ke konsumen. Pemerintah mengatur tingkat harga yang dibebankan perusahaan pipa kepada perusahaan utilitas lokal dan yang dibebankan perusahaan lokal kepada konsumen eceran berdasarkan biaya plus. Pemerintah mengubah peraturannya mengenai patokan harga gas alam untuk mendorong eksplorasi gas alam dalam menanggapi krisis energi pada tahun 1970-an. Hal ini secara cepat menyebabkan meningkatnya harga gas alam yang harus dibayarkan kepada produsen. Meskipun demikian, harga eceran dijaga agar tetap rendah melalui peraturan pemerintah, dan perusahaan pipa mengalami kesulitan untuk membeli seluruh gas alam yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen perusahaan lokal. Gejolak harga bahan bakar merupakan risiko utama yang dihadapi oleh produsen gas dan perusahaan lokal dalam pasar bebas. Hal tersebut menyebabkan kedua pihak menghindari kontrak harga tetap jangka panjang, sehingga sebagian besar gas alam dijual dengan menggunakan kontrak 30 hari. Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai perantara, atau pencipta pasar, untuk kontrak 30 hari tersebut. Disebut Gas Bank, aktivitas ini melibatkan perjanjian jangka pendek yang ditandatangani Enron untuk membeli gas dari beberapa produsen, menyatukan kontrak-kontrak tersebut, dan kemudian menawarkan komitmen harga jangka panjang kepada perusahaan lokal. Enron telah membuat langkah awal dalam melakukan transformasi aktivitis perusahaan dari perusahaan pipa tradisional menjadi perusahaan jasa keuangan dan perdagangan. Pada tahun 2000, Enron mengembangkan usahanya dengan menjadi pencipta pasar untuk listrik, minyak, dan bahkan kertas. Harga saham perusahaan ini meningkat pesat pada Februari 2001, perusahaan ini bernilai $60 miliar, dan harga per lembar sahamnya $80, hal tersebut dipicu oleh peningkatan pendapatan dan laba Enron. Fortune menamakan Enron “Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif” selama enam tahun berturut-turut. Enron, suatu perusahaan yang menduduki rangking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS yang kolaps dengan meninggalkan hutang sebesar $ 31,2 milliar. Kronologis Kasus Enron:
Adapun Kronologis yang didasarkan pada fakta, data dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif, dan direktur non eksekutif) membiarkan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik. 2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan. a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan. b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen. c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen. 3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen. 4. Salah seorang eksekutif Enron dilaporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan
penasehat
kekhawatiran
tersebut
hukum tetapi
perusahaan tidak
untuk
melakukan
memperkenankan
penasehat
investigasi hukum
atas untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan. 5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special ing charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan
hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CEO Enron. 6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earnings) berkurang dalam jumlah yang sama. 7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan). 8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya. 9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron pada pertengahan juni 2002, sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001. 10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan. 11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi $750 juta untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen. 12. Pemerintahan Amerika (The US General Services istration) melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika. 13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di selidiki. 14. KAP Andersen terus menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru. 16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya. 17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci di pengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron . 18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002. 19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan. Pembahasan Kasus Kasus Enron dan KAP Arthur Anderson termasuk dalam praktik bisnis yang tidak beretika, khususnya penipuan (Deception). Penipuan adalah suatu tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan. Tindakan Enron dan KAP Arthur Anderson yang termasuk dalam penipuan adalah sebagai berikut: 1. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan hasil manipulasi laporan keuangan. Diperlukan keahlian khusus dari para profesional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap menarik bagi investor. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya. 2. Kenneth Lay selaku CEO Enron membujuk karyawan untuk membeli saham perusahaan yang harganya sedang jatuh ($25 per lembar saham) dengan mengataan perusahaan dalam kondisi sehat secara keuangan dan harga saham Enron “luar biasa murah”. Dengan dibelinya saham Enron yang sedang jatuh, diharapkan harga saham perlahan naik. Ken
Lay menutupi kenyataan bahwa terdapat praktek akuntansi dan bisnis dalam perusahaan yang tidak sehat. Hingga terkuak bahwa Enron memiliki beban hutang sebesar $1 miliar yang berasal dari transaksi oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CEO Enron sehingga menyebabkan harga saham turun secara drastis hingga $0,26 per lembar sahamnya pada tanggal 30 November 2001. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya. Hal tersebut tentu sangat merugikan bagi investor dan karyawan. 3. Kenneth Lay menyatakan bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik dan ia memilih untuk tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special ing charge/ expense) sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil aktual pada periode tertentu, bila dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) akan menjadi kerugian sebsar $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang didirikan oleh CFO Enron. 4. David Duncan, akuntan KAP Arthur Anderson menghancurkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Enron yang sedang diselidiki untuk menghambat proses peradilan. Departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Arthur Anderson bersalah, KAP Andersen terus menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron. Masalah etika diatas juga menjadi salah satu alasan terjadi perubahan terhadap ekspektasi masyarakat. Adapun kaitan antara kasus Enron dengan etika bisnis, jika dilihat dari ekspektasi masyarakat terhadap bisnis dan akuntansi adalah sebagai berikut: 1. Financial Scandals: The Expectations Gap & the Credibility Gap Kasus Enron dan KAP Arthur Anderson menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat akan integritas laporan keuangan. Manipulasi laporan keuangan yang dilakukan keduanya membuat masyarakat percaya akan laba besar yang dibukukan oleh Enron. Manipulasi laporan keuangan menyebabkan kerugian berbagai pihak yang nilainya tidak sedikit. Nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai $50 miliar. Sementara
itu, pelaku pasar modal kehilangan $32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus kehilangan dana pensiun mereka tak kurang dari $1 miliar. Expectations Gap digambarkan sebagai kesenjangan antara apa yang dipikirkan masyarakat atas laporan keuangan dengan kenyataan dari laporan keuangan itu sendiri. 2. Increased ability & Transparency Desired Skandal keuangan Enron membuat masyarakat menuntut peningkatan akuntabilitas dan transparansi. Menanggapi itu pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. 3. Synergy among Factors & Institutional Reinforcement Faktor-faktor yang saling berhubungan akhirnya berdampak pada ekspektasi publik terhadap masalah etika. Masyarakat saat ini semakin sadar betapa pentingnya kontrol pada perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan penegakan hukum. Untuk mencegah kasus seperti Enron terulang kembali maka pemerintah Amerika, American Institute of Certified Public ants (AIA), dan International Federation ants (IFAC) membuat peraturan untuk menjamin independensi auditor dan melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Ringkasan: The Corporation The Corporation merupakan film documenter yang diproduksi di Canada pada tahun 2003 oleh Mark Achbar. Film ini diangkat dari buku karya Joel Bakan dengan judul yang sama. Film ini digunakan sebagai materi kuliah tambahan untuk beberapa disiplin ilmu, seperti ilmu pemerintahan, sejarah, filosofi dan etika, bisnis, ekonomi, huum, politik, media dan komunikasi. Berikut ini merupakan ringkasan film The Corporation: Korporasi telah mengalami peningkatan menjadi lembaga keuangan dunia yang paling dominan. Korporasi memberi kehidupan, menentukan apa yang kita makan, tonton, kenakan,
kerjakan, dan lain sebagainya. Kita tidak dapat melarikan diri dari pengaruh budaya, simbolsimbol dan ideologi yang sengaja diciptakan oleh korporasi. Kekuatan korporasi sungguh luar biasa, mampu menampilkan dirinya agar terlihat hebat, bermanfaat, dan mulia bagi manusia. Penyakit korporasi sejatinya sudah muncul sejak lama, jauh sebelum kasus Enron muncul. Korupsi dan penyalah-gunaan (fraud) adalah dua contoh aksi yang lazim terjadi di korporasi. Praktek spekulasi yang dimaksudkan untuk memengaruhi harga saham juga mewarnai praktek korporasi, harga saham dalam waktu singkat melonjak tinggi, namun tiba-tiba turun drastis. Menjawab kekhawatiran masyarakat, pemimpin bisnis mencanangkan Corporate Social Responbility, sebuah langkah baru untuk melakukan koreksi atas visi serakah di masa lalu. Namun demikian, meski telah terjadi pergeseran paradigma, perilaku korporasi tidak banyak banyak berubah. Korporasi tetap berperilaku sebagaimana mereka lakukan di pertengahan abad 19. Kasus Enron mencerminkan hal ini, korporasi menunjukkan karakter buruknya. Sayangnya perusahaan semacam Enron tidak hanya satu, Bakan mengatakan semua perusahaan publik memiliki sifat serakah, meski pada korporasi sekelas Pfizer yang terkenal sangat murah hati, dan memiliki program tanggung jawab sosial yang berhasil. Korporasi terdiri dari sekumpulan orang, dan orang-orang ini membuat keputusan, tidak semua orang yang bekerja di korporasi berperilaku buruk atau bersifat suka mengeksplorasi orang lain. Di sisi lain, ada pemikiran dasar yang banyak dianut korporasi, bahwa tugas eksekutif adalah mencari keuntungan semata untuk memenuhi kepentingan pemegang saham. Artinya, value tertentu mendapat perhatian, di pihak lain justru diabaikan. Sayangnya yang selalu mendapat perhatian penuh adalah segala sesuatu yang dapat mendorong terjadinya peningkatan keuntungan. Jika korporasi adalah manusia, maka korporasi merupakan seorang psychopath, selalu mengutamakan kepentingannya sendiri dan tidak mampu merasakan kepentingan pihak lain dalam berbagai konteks. Dr. Hare menyebut ada kesamaan sifat psychopathic yang ada pada manusia dan korporasi. Beberapa sifat tersebut antara lain: tidak bertanggung jawab (irresponsible), hanya karena ingin memuaskan sasaran korporasi semua orang harus menghadapi resiko; mencoba untuk memanipulasi (manipulate) segala sesuatunya, termasuk
opini publik; dan merasa paling besar (grandiose), selalu menganggap dirinya nomor satu, terbaik; tidak memiliki empathi (empathy) serta kecenderungan asosial (asocial tendency) melengkapi sifat buruk korporasi. Selain sifat tersebut di atas, korporasi sering kali menolak menerima tanggung jawab dari perbuatan yang dilakukannya dan tidak mampu menyesali diri, jika korporasi melakukan kesalahan lebih baik membayar denda atas kesalahan yang dilakukannya tersebut, dan terus melakukan kesalahan serupa di kemudian hari. Akhirnya, korporasi berinterkasi dengan pihak lain hanya pura-pura belaka, tujuan utama korporasi adalah untuk memresentasikan dirinya di hadapan publik sedemikian rupa sehingga terkesan menarik namun pada kenyataannya tidak mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam organisasi. Bagi korporasi, tanggung jawab sosial dapat diperankan sedemikian rupa menyerupai sifat ini. Praktek semacam ini dicontohkan oleh Enron, yang akhirnya berujung pada kebangkrutan akibat keserakahan, membanggakan diri sendiri mengabaikan saran orang lain, dan melakukan tindak kriminal. Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar dapat dilacak pada karakteristik umum korporasi: obsesi kepada profit dan harga saham, keserakahan, kurangnya perhatian pada sesama, mudahnya melanggar aturan hukum. Semua ini berakar pada budaya institusi, yang memberi nilai tinggi pada kepentingan pribadi dan mengabaikan pertimbangan moral.
Daftar Pustaka Leonard J. Brooks and Paul Dunn (2012). Bussiness & Professional Ethics for Directors, Executives and ants, 6th edition http://ainiueoo.blogspot.com/2013/06/makalah-etika-etika-lingkungan-untuk.html diakses pada 4 April 2015 http://www.slideshare.net/nastalisti/tugas-2-print-enron diakses pada 4 April 2015 http://memebali.blogspot.com/2013/03/etika-bisnis-dan-profesi-lingkungan.html diakses pada 4 April 2015 https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/ diakses pada 6 April 2015 http://www.insteps.or.id/kuliah/Book%20Reading/The%20Corporation-1.pdf diakses pada 6 April 2015