BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya. Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori, dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
B. Tujuan Berdasarkan latar belakang penulis di atas, tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan nilai tugas mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. Selain itu, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu untuk memahami pengertian asas-asas lingkungan yang berlaku di dunia, baik secara biologi, kimia, maupun fisika.
C. Rumusan Masalah Beberapa masalah yang dapat diperoleh penulis adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bagaimana pengertian asas ke-6? Bagaimana pengertian asas ke-7? Bagaimana pengertian asas ke-8? Bagaimana pengertian asas ke-9? Bagaimana pengertian asas ke-10? Bagaimana pengertian asas ke-11? Bagaimana pengertian asas ke-12? Bagaimana pengertian asas ke-13? 1
9. Bagaimana pengertian asas ke-14?
BAB II PEMBAHASAN
A. Asas 6 Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya. Individu merupakan suatu organisme tunggal yang hidup dalam suatu populasi dan ikut berkembang dalam suatu komunitas dan ekosistem yang ada di sekitarnya. Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain. Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap factor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif. Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non-adaptif. Sehingga individuindividu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak. Contoh: Burung Elang dalam upaya keberlangsungan hidupnya beradaptasi dengan indera penglihatan yang tajam serta kemampuan terbang tinggi sehingga mampu menempatkan sarangnya jauh dari hewan predator lain. Ikan belut yang memiliki permukaan kulit luar yang halus dan mengandung lendir untuk menghindar dari dari tangkapan pemangsanya dan memudahkan dia menggali lubang dalam tanah sebagai tempat tinggal (tempat berlindung).
2
B. Asas 7 Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang “mudah diramal”. Komunitas adalah kumpulan berbagai populasi yang hidup di suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Dalam derajat keterpaduan komunitas, lebih kompleks jika dibandingkan dengan individu dan populasi. Semua organisasi merupakan bagian dari komunitas dan dari komponennya saling terhubung dengan keragaman interaksinya. Mudah diramal memiliki arti bahwa adanya keteraturan yang pasti pada ramalan pola faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif lama. Terdapat fluktuasi turun naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukar untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi. Sebagai contoh keadaan iklim yang stabil dalam waktu yang lama tidak saja akan melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetapi juga akan menimbulkan keanekaragaman penyebaran kesatuan populasi.
C. Asas 8 Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nicia merupakan peranan makhluk hidup di lingkungannya yang meliputi jenis makanan, cara mencari makanan, dan waktu mencari makan. Tiap spesies memiliki nicia tertentu. Atau dengan kata lain masing-masing spesies 3
mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di alam. Dengan demikian spesies tersebut dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa persaingan. Hal ini akan terjadi kalau spesies tersebut masuk dalam satu kelompok taksonomi (spesies yang berasal dari satu nenek moyang). Contoh: Burung dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan yang luas dengan spesies yang kurang beraneka ragam, karena burung mempunyai kemampuan menjelajah. Tumbuhan dan serangga mempunyai gerakan terbatas, sehingga hanya dapat memanfaatkan bahan makanan disekitarnya. Oleh sebab itu tumbuhan dan serangga lebih responsif terhadap lingkungan terbatas dibandingkan dengan burung. Tumbuhan dan serangga bila ada perubahan biokimia yang halus saja dapat menyebabkan perbedaan genetika dalam perjalanan evolusinya. Jadi dalam waktu yang lama keanekaragaman serangga dan tumbuhan meningkat, kemudian hidup dalam bentuk nicia suatu lingkungan. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies berbeda dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
D. Asas 9 Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas. Keanekaragaman komunitas apapun akan sebanding dengan ratio antara biomassa dan produktivitas. Atau dengan kata lain, efisiensi penggunaan energi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas komunitas. Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi. Konsep kestabilan akan selalu diikuti dengan keanekaragaman yang tinggi sehingga rantai makanan akan terbentuk stabil dengan komponen biotik yang lengkap. Hal ini akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang tinggi. Contohnya yaitu spesies bertambah dan terdapat juga tumbuhan dalam bentuk komunitas tumbuhan yang berlapis-lapis.
E. Asas 10 Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa produktivitas(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
dengan
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas yang mengatakan bahwa kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramalkan dan juga merupakan kelanjutan dari asas yang berbunyi efisiensi penggunaan energi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas komunitas. Sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan memperlakukan fluktualisasi iklim atau cuaca yang tak teratur atau dengan pemungutan hasil panas dari komunitas itu dari 4
manusia, atau dengan eksploitasi oleh hewan untuk keperluan makanannya, atau oleh banjir yang sewaktu-waktu melanda secara tak teratur dan sebagainya. Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi. Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
F. Asas 11 Sistem yang sudah mantap(dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa). Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya. Sistem (ekosistem, polulasi, tingkat makanan) yang lebih dewasa memindahkan energi biomassa dan keanekaragaman tingkat organisme di dekatnya yang belum dewasa,artinya energi,materi dan keanekaragaman mengarah ke arah organisme yang lebih kompleks. Prinsip ini menjelaskan bahwa satu cara untuk meningkatkan kecermatan penggunaan energi adalah eksploitasi sistem lain yang menghabiskan energinya untuk mengumpulkan materi dan energi yang dibutuhkan. Contoh: Populasi babi hutan, kera dan sebagainya yang bertempat tinggal di hutan akan memanfaatkan sumber alam dari ekosistem yang masih muda yang berada di dekat hutan. Ekosistem yang muda itu ialah tanah ladang yang baru dibuka dan ditanami dengan padi atau jagung. Tenaga kerja dari ladang,kampung, kota kecil mengalir ke kota besar(metropolitan) karena keanekaragaman kehidupan kota besar melebihi tempat asalnya. Atau cendekiawan yang berasal dari daerah enggan kembali ke asalnya, karena taraf keanekaragaman penghidupan kota besar lebih tinggi dari daerah asalnya. Dengan demikian keahlian, bakat, tenaga kerja mengalir dari daerah yang kurang ke daerah yang lebih beraneka ragam corak penghidupannya. 5
G. Asas 12 Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan. Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan. Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.Contohnya ialah adaptasi secara tiba-tiba oleh serangga dan ikan yang berwarna semarak di daerah tropika yang kaya keaneragaman.
H. Asas 13 Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpanbalik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi. Di lingkungan yang stabil keanekaragaman terus menerus meingkat,sementara seleksi berlaku, diharapkan terjadi perbaikan yang terus menerus dalam sifat adaptasinya dalam suatu ekosistem yang mantap dalam habitat yang stabil, sifat responsif terhadap fluktuasi yang tak terduga diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Contohnya jumlah spesies tumbuhan dan hewan habis dieksploitasi oleh manusia dan menyebabkan semakin lama jumlahnya semakin sedikit. Maka dari itu, diperlukan suatu ilmu untuk menjaga ekosistem ini tetap berjalan baik.
6
I. Asas 14 Derajat pola keteraturan naikturunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu. Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi. Contohnya burung Elang sangat tergantung pada tikus tanah sebagai sumber makanan utama, dan tikus tanah sangat bergantung pada spesies tumbuhan, tumbuhan tersebut tergantung pada jenis tanah tertentu untuk hidupnya. Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap: • Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat(banyak) • Lingkungan fisik mantap (mudah “diramal”) • Sistem kontrol umpan balik () komunitas sangat kompleks • Efisiensi penggunaan energi • Tingkat keanekaragaman tinggi
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Ilmu lingkungan yang sudah berkembang dan banyak mengeluarkan hasil, model dan teori yang semakin meningkat jumlahnya semua harus didasari oleh asas yang kokoh dan kuat yang merupakan satu kesatuan untuk tercapainya equilibrum yan diharapkan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Krebs, C. J.1985.Ecology, The Environmental Analisys of Distribution and Abudance.New York: Harper & Raws Publisher. Soemarwoto, Otto.1994.Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Jakarta:Djambatan.
9