H. Abdul Somad, Lc., MA. S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Dar al-Hadith, Maroko Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
37 MASALAH POPULER Ikhtilaf dan Mazhab - Bid’ah - Memahami Ayat dan Hadits Mutasyabihat – Beramal Dengan Hadits Dha’if - Isbal - Jenggot - Kesaksian Untuk Jenazah - Merubah Dhamir (Kata Ganti) Pada Kalimat “Allahummaghfir lahu” - Duduk di Atas Kubur - Azab Kubur Talqin Mayat - Amal Orang Hidup Untuk Orang Yang Sudah Wafat - Bacaan al-Qur’an Untuk Mayat - Membaca al-Qur’an di Sisi Kubur - Keutamaan Surat Yasin - Membaca al-Qur’an Bersama - Tawassul - Khutbah Idul Fithri dan Idul Adha Shalat di Masjid Ada Kubur - Doa Qunut Pada Shalat Shubuh - Shalat Qabliyah Jum’at - Bersalaman Setelah Shalat - Zikir Jahr Setelah Shalat - Berdoa Setelah Shalat - Doa Bersama - Berzikir Menggunakan Tasbih Mengangkat Tangan Ketika Berdoa - Mengusap Wajah Setelah Berdoa Malam Nishfu Sya’ban - ‘Aqiqah Setelah Dewasa - Memakai Emas Bagi Laki-Laki - Poto - Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw - Benarkah 1
Ayah dan Ibu Nabi Kafir? - as-Siyadah (Mengucapkan “Sayyidina Muhammad Saw”) - Salaf dan Salafi - Syi’ah.
Sekapur Sirih.
، وبه نستعين على أمور الدنيا والدين،الحمد لله رب العالمين وعلللى آللله، سلليدنا محمللد،والصل ة والسل م على أشرف النبياء والمرسلين . ومن تبعه إلى يو م الدين،وصحبه أجمعين “Tadi ibu-ibu di Masjid Agung mengadu, ayahnya meninggal, mau dibuat Talqin di kuburnya, langsung saudara laki-lakinya bawa parang dari rumah hingga ke kubur dengan ancaman, ‘Jika kalian buat Talqin di kubur nanti, akan kupancung kalian’. Akhirnya tak ada yang berani bacakan Talqin”. SMS Kamis, 21 Rabi’ al-Akhir 1435H / 20 Februari 2014M, Jam: 21:37, dari 085274645xxx. Kalau seperti ini memahami agama, mau dibawa ke mana umat ini?! Padahal hadits tentang Talqin diterima para ulama. Al-Hafizh Ibnu Hajar و ص al-‘Asqalani berkata dalam kitab Talkhish al-Habir, [قدس صال ل ح وإ ل س سصنادههه ص ص.ح ص ص ص ص ه ضصياءه ل واهه ال ض م ل حكا ل ف ي أ س ]ق و. “Sanadnya shalih (baik). Dikuatkan Imam Dhiya’uddin dalam kitab Ahkam-nya”1. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyebutkan lima riwayat lain yang semakna dengan hadits ini sehingga membuatnya menjadi riwayat yang kuat. Para ulama terpercaya dari kalangan Ahli Hadits dan Ahli Fiqh membenarkan Talqin. Pendapat Ahli Hadits Imam Ibnu ash-Sholah (643H/1161M – 643H/1245M)2: وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصل ح رحمه الله عنلله فقللال التلقيللن هللو الللذى نختاره ونعمل به قال وروينا فيه حديثا من حلديث أبلى اماملة ليلس إسلناده بالقائم لكن اعتضد بشواهد وبعمل أهل الشا م قديما Syekh Abu ‘Amr bin ash-Sholah ditanya tentang talqin, ia menjawab: “Talqin yang kami pilih dan yang kami amalkan, telah diriwayatkan 1 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Talkhish al-Habir fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir, Juz.II (Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1419H), hal.311. 2
kepada kami satu hadits dari hadits Abu Umamah, sanadnya tidak tegak/tidak kuat. Akan tetapi didukung hadits-hadits lain yang semakna dengannya dan dengan amalan penduduk negeri Syam sejak zaman dahulu3. Pendapat Imam Ibnu al-‘Arabi (468H/1078M – 543H/1148M) 4: قال ابن العرب ي ف ي مسالكه إذا أدخل الميت قبره فإنه يستحب تلقينه ف ي تلك الساعة وهو فعل أهل المدينة والصالحين من الخيار لنه مطابق لقوله وأحوج ما يكون العبد إلى،﴾ تعالى ﴿ وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين .التذكير بالله عند سؤال الملئكة Ibnu al-‘Arabi berkata dalam kitab al-Masalik: “Apabila mayat dimasukkan ke dalam kubur, dianjurkan agar di-talqin-kan pada saat itu. Ini adalah perbuatan penduduk Madinah dan orang-orang shaleh pilihan, karena sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan tetaplah 2 Nama lengkap beliau adalah Utsman bin ‘Abdirrahman, Abu ‘Amr, Taqiyyuddin. Populer dengan nama Ibnu ash-Sholah. Ahli hadits, Fiqh, Tafsir dan Rijal (ilmu periwayat hadits). Lahir di Syarkhan, dekat dari Syahrzur. Kemudian pindah ke Mosul (Irak). Melanjutkan perjalanan ilmiah ke Baghdad, Hamadan, Naisabur, Marwa, Damaskus, Heleb, Harran dan Baitul Maqdis. Kemudian kembali dan menetap di Damascus. Raja al-Asyraf menugaskannya memimpin Dar al-Hadits al-Asyrafiyyah, sebuah institut khusus hadits. Diantara karya ilmiah beliau yang sangat populer adalah kitab Ma’rifat Anwa’ ‘Ulum al-Hadits, kitab ilmu hadits yang sangat sistematis, populer dengan judul Muqaddimah Ibn ash-Sholah. Kitab lain, al-Amaly, al-Fatawa, Syarh al-Wasith, Fawa’id ar-Rihlah, Adab al-Mufti wa al-Mustafti, Thabaqat al-Fuqaha’ asy-Syafi’iyyah, Shilat an-Nasik fi Shifat al-Manasik dan beberapa kitab lainnya. Wafat di Damaskus.
3 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V (Beirut: Dar alFikr), hal.304. 4 Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad al-Ma’afiri, Abu Bakar, Ibnu al-‘Araby. Salah seorang ulama Mazhab Maliki. Ahli Fiqh, ahli Hadits, ahli Ushul Fiqh, sastrawan dan ahli Ilmu Kalam. Lahir di Sevilla (Spanyol). Setelah bertualang di Andalusia, kemudian melanjutkan perjalanan ilmiah ke negeri timur Islam. Belajar kepada Imam al-Maziri, Imam al-Ghazali, al-Qadhi ‘Iyadh, Imam asSuhaili dan para ulama besar lainnya. Diantara kitab karya beliau adalah Tafsir Ahkam al-Qur’an, al-Khilafiyyat, al-Inshaf, al-Mahshul fi Ushul Fiqh, ‘Aridhat alAhwadzy fi Syarh at-Tirmidzi, al-Qabas fi Syarh Muwaththa’ Malik bin Anas, Tartib alMasalik fi Syarh Muwaththa’ Malik, Ahkam al-Qur’an, Musykil al-Kitab wa as-Sunnah, an-Nasikh wa al-Mansukh, Qanun at-Ta’wil, al-Amal al-Aqsha fi Asma’illah al-Husna, Tabyin ash-Shahih fi Ta’yin adz-Dzabih, at-Tawassuth fi Ma’rifat Shihhat al-I’tiqad, al-‘Awaashim min al-Qawashim dan kitab lainnya. Wafat di Merrakech, dikuburkan di Fez (Kerajaan Maroko).
3
memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Qs. adz-Dzariyat [51]: 55). Seorang hamba sangat butuh untuk diingatkan kepada Allah ketika ditanya malaikat5.
Pendapat Imam an-Nawawi (631H/1234M – 676H/1278M)6: قال جماعات من أصحابنا يسللتحب تلقيللن الميللت عقللب دفنلله فيجلللس عنللد رأسه انسان ويقول يا فلن ابن فلن ويا عبد الله ابن أمة الللله اذكللر العهللد الذى خرجت عليه من الدنيا شهاد ة أن ل اله وحللده ل شللريك للله وأن محمللدا عبده ورسوله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن السللاعة آتيللة لريب فيها وأن الله يبعث من ف ي القبور وأنك رضلليت بللالله ربللا وبالسللل م دينللا وبمحمللد صلللى الللله عليلله وسلللم نبيللا وبللالقرآن إمامللا وبالكعبللة قبلللة وبالمؤمنين إخوانا زاد الشيخ نصر رب ي الله ل إله ال هو عله توكلت وهو رب العرش العظيلم فهلذا التلقيلن عنللدهم مسللتحب مملن نللص علل ي اسللتحبابه القاض ي حسين والمتول ي والشيخ نصر المقدس ي والرافع ي وغيرهم Para ulama mazhab Syafii menganjurkan talqin mayat setelah dikuburkan, ada seseorang yang duduk di sisi kubur bagian kepala dan berkata: “Wahai fulan bin fulan, wahai hamba Allah anak dari hamba Allah, ingatlah perjanjian yang engkau keluar dari dunia dengannya, kesaksian tiada tuhan selain Allah, hanya Dia saja, tiada sekutu baginya, sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, 5 Hawamisy Mawahib al-Jalil, juz.II, hal. 238. 6 Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Syaraf, bergelar Muhyiddin (orang yang menghidupkan agama) , populer dengan nama Imam an-Nawawi. Seorang ulama besar yang hidup zuhud dan wara’. Lahir di Nawa (Suriah) pada bulan Muharram tahun 631H. Pernah menjabat sebagai rektor Dar al-Hadits al-Asyrafiyyah di Damaskus. Karya Imam an-Nawawi lebih dari lima puluh judul kitab. Diantaranya, dalam bidang hadits:al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajja, Riyadh ash-Shalihin, al-Arba’in an-Nawawiyyah, Khulashat al-Ahkam min Muhimmat as-Sunan wa Qawa’id al-Islam, Syarh Shahih al-Bukhari (tidak selesai), Hulyat al-Abrar wa Syi’ar al-Akyar fi Talkhish ad-Da’awat wa al-Adzkar populer dengan nama al-Adzkar. Dalam bidang Ilmu Hadits: at-Taqrib. Al-Isyarat ila Bayan al-Asma’ wa al-Mubhamat. Dalam bidang Fiqh: Raudhatu ath-Thalbin. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, dilanjutkan Imam asSubki dan Syekh al-Muthi’i. al-Minhaj wa al-Idhah wa at-Tahqiq. Dalam bidag Akhlaq: at-Tibyan fi Adab Hamalat al-Qur’an. Bustan al-‘Arifin. Dalam bidang biografi: Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat. Thabaqat al-Fuqaha’. Mukhtashar Usud al-Ghabah fi Ma’rifat ash-Shahabah. Dalam bidang bahasa: bagian kedua dari kitab Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat. Tahrir at-Tanbih. Wafat di Nawa pada hari Rabu 24 Rajab 676H.
4
sesungguhnya surga itu benar, sesungguhnya neraka itu benar, sesungguhnya hari berbangkit itu benar, sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, tiada keraguan baginya, sesungguhnya Allah membangkitkan orang yang di kubur, sesungguhnya engkau ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai nabi, al-Qur’an sebagai imam, Ka’bah sebagai kiblat, orang-orang beriman sebagai saudara”. Syekh Nashr menambahkan: “Tuhanku Allah, tiada tuhan selain Dia, kepada-Nya aku bertawakkal, Dialah Pemilik ‘Arsy yang agung”. Talqin ini dianjurkan menurut mereka, diantara yang menyebutkan secara nash bahwa talqin itu dianjurkan adalah al-Qadhi Husein, al-Mutawalli, Syekh Nashr al-Maqdisi, ar-Rafi’i dan selain mereka7. يستحب أن يمكث على القبر بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغفر له نللص عليه الشافع ي واتفق عليه الصحاب قالوا ويستحب أن يقرأ عنده شللئ مللن القرآن وإن ختموا القرآن كان أفضل وقال جماعات من أصحابنا يستحب أن يلقن Dianjurkan berdiam diri sejenak di sisi kubur setelah pemakaman, berdoa untuk mayat dan memohonkan ampunan untuknya, demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash, disepakati oleh para ulama mazhab Syafi’i, mereka berkata: dianjurkan membacakan beberapa bagian al-Qur’an, jika mengkhatamkan al-Qur’an, maka afdhal. Sekelompok ulama mazhab Syafi’i berkata: dianjurkan supaya ditalqinkan8.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah (661H/1263M – 728H/1328M)9: أنهم أمروا به كأب ي: هذا التلقين المذكور قد نقل عن طائفة من الصحابة أمامه الباهل ي وغيره وروي فيه حديث عن النب ي صلى الله عليه وسلم لكنه مما ل يحكم بصحته ولم يكن كثير من الصحابة يفعل ذلك فلهذا قال الما م أن هذا التلقين ل بأس به فرخصوا فيه ولم يأمروا: أحمد وغيره من العلماء به واستحبه طائفة من أصحاب الشافع ي وأحمد وكره طائفة من العلماء من أصحاب مالك وغيرهم
7 Imam an-Nawawi, loc. cit. 8 Ibid, juz.V, hal.294. 5
Talqin yang disebutkan ini telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat bahwa mereka memerintahkannya, seperti Abu Umamah alBahili dan lainnya, diriwayatkan hadits dari Rasulullah Saw, akan tetapi tidak dapat dihukum shahih, tidak banyak shahabat yang melakukannya, oleh sebab itu Imam Ahmad dan ulama lainnya berkata: “Talqin ini boleh dilakukan, mereka memberikan rukhshah (dispensasi keringanan), mereka tidak memerintahkannya. Dianjurkan oleh sekelompok ulama mazhab Syafi’i dah Hanbali, dimakruhkan sekelompok ulama dari kalangan mazhab Maliki dan lainnya10.
Pendapat Syekh Abdullah bin Muhammad ash-Shiddiq alGhumari (1328H/1910M – 1413H/1992M)11: إن التلقين جرى عليه العمل قديما فى الشا م زمللن أحمللد بللن حنبللل وقبللله وفى قرطبة ونواحيها حوالى المائللة الخامسللة فمللا بعللدها إلللى نكبللة،بكثير وذكر بعض العلماء من المالكية والشافعية والحنابلة الذين أجازوه، الندلس لكللن الحللافظ ابللن حجللر قللال فللى، وذكللر أن حللديث أبللى أمامللة ضللعيف، "التلخيص " إسناده صحيح Sesungguhnya talqin telah dilaksanakan di negeri Syam sejak zaman Imam Ahmad bin Hanbal dan lama sebelumnya, juga di Cordova (Spanyol) dan sekitarnya kira-kira abad ke lima dan setelahnya hingga sekitar Andalusia. Beberapa ulama dari kalangan Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali membolehkannya. Hadits riwayat Abu Umamah
9 Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Abdul Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Abi al-Qasim bin Muhammad bin Taimiyyah al-Harrani al-Hanbali ad-Dimasyqi. Bergelar Syaikhul Islam. Lahir di Harran (Turki). Melanjutkan petualangan ilmiah ke Damaskus. Diantara karyanya: Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim fi ar-Raddi ‘ala Ahl al-Jahim, as-Siyasah asy-Syar’iyyah fi Ishlah ar-Ra’i wa ar-Ra’iyyah, ash-Sharim alMaslul ‘ala Syatim ar-Rasul, al-Wasithah Baina al-Khalq wa al-Haq, al-‘Aqidah atTadammuriyyah, al-Kalam ‘ala Haqiqat al-Islam wa al-Iman, al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, Bayan al-Furqan Baina Auliya’ asy-Syaithan wa Auliya’ ar-Rahman, Tafsir Surah alBaqarah, Dar’ Ta’arudh al-‘Aql wa an-Naql, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, Majmu’ al-Fatawa dan kitab-kitab lainnya.
10 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa, juz.XXIV (Dar al-Wafa, 1426H), hal.296. 6
adalah hadits dha’if, akan tetapi al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab Talkhish al-Habir: sanadnya shahih12.
Pendapat Syekh ‘Athiyyah Shaqar Mufti Al-Azhar (1914 – 2006M)13: ، بل ينتفع به الحياء تذكر ة وعبر ة، أن هذا العمل ل يضر الحياء ول الموات . فل مانع منه
11 Nama lengkap beliau adalah al-Hafizh as-Sayyid Abu al-Fadh Abdullah bin al-‘Allamah Abi Abdillah Syamsuddin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari al-Hasani, karena nasabnya sampai kepada Imam al-Hasan bin Imam Ali bin Abi Thalib. Lahir di Tanger (Maroko) pada tahun 1910M. Belajar di Universitas al-Qarawiyyin Maroko. Kemudian melanjutkan perjalanan ilmiah ke Kairo. Spesialisasi di bidang Hadits di Universitas al-Azhar. Menulis banyak kitab, dalam bidang Hadits dan Ilmu Hadits: alIbtihaj bi Takhrij Ahadits al-Minhaj li al-Baidhawi, Takhrij Ahadits al-Luma’ li Abi Ishaq asy-Syirazi, al-Arba’un Haditsan al-Ghumariyyah fi Syukr an-Ni’am, al-Arba’un Haditsan ash-Shiddiqqiyyah fi Masa’il Ijtima’iyyah, Tawjih al-‘Inayah bi Ta’rif al-Hadits Riwayah wa ad-Dirayah, Ghun-yat al-Majid bi Hujjiyyati Khabar al-Wahid, al-Ghara’ib wa al-Wahdan fi al-Hadits asy-Syarif, Nihayat al-Amal fi Syarh wa Tash-hih Hadits ‘Ardh al-A’mal, al-Qaul al-Muqni’ fi ar-Radd ‘ala al-Bani al-Mubtadi’. Dalam bidang Aqidah: Irsyad al-Jahil al-Ghawiyy Ila Wujub I’tiqad Anna Adam Nabiyy, Istimdad al-‘Aun fi Bayan Kufr Fir’aun, Tamam al-Minnah bi Bayan al-Khishal al-Mujibah li alJannah, al-Mahdi al-Muntazhar, Tanwir al-Bashirah bi Bayan ‘Alamat as-Sa’ah alKabirah, at-Tahqiq al-Bahir fi Ma’na al-Iman Billah wa al-Yaum al-Akhir, Dilalah alQur’an al-Mubin ‘ala anna Annabi Afdhal al-‘Alamin, ‘Aqidatu Ahl al-Islam fi Nuzul Isa fi Akhir az-Zaman, Qurrat al-‘Ain bi Adillat Irsal an-Nabi ila ats-Tsaqalain, al-Hujaj alBayyinat fi Itsbat al-Karamat. Kitab Ilmu al-Qur’an: Fadha’il al-Qur’an, Jawahir al-Bayan fi Tanasub Suwar alQur’an, Dzawq al-Halawah bi Imtina’ Naskh at-Tilawah, al-Ihsan fi Ta’qib al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Kitab Fiqh: al-Istiqsha’ li Adillati Tahrim al-Istimna’, Fadha’il Ramadhan wa Zakat al-Fithr, Mishbah az-Zujajah fi Shalat al-Hajat, Wadhih al-Burhan ‘ala Tahrim alKhamr fi al-Qur’an, Syarh al-Irsyad fi Fiqh al-Malikiyyah, ash-Shubh as-Safir fi Tahrir Shalat al-Musafir, ar-Ra’y al-Qawim fi Wujub Itmam al-Musafir Khalf al-Muqim, alAdillah ar-Rajihah ‘ala Fardhiyyati Qira’at al-Fatihah. Kitab umum: Itqan as-Shun’ah fi Bayan Ma’na al-Bid’ah, Husn at-Tafahhum wa ad-Dark li Mas’alat at-Tark, ar-Radd al-Muhkam al-Matin ‘ala Kitab al-Qaul al-Mubin, Ittihaf al-Adzkiya’ bi Jawaz at-Tawassul bi Sayyid al-Anbiya’, Husn al-Bayan fi Lailat an-Nishf min Sya’ban, Tasy-yid al-Mabani li ma Hawathu al-Ajrumiyyah min al-Ma’ani, Qishash al-Anbiya’, an-Nafhah al-Ilahiyyah fi ash-Shalat ‘ala Khair al-Bariyyah, I’lam an-Nabil bi Jawaz at-Taqbil, al-Fath al-Mubin bi Syarh al-Kanz ats-Tsamin, al-Qaul alMasmu’ fi Bayan al-Hajr al-Masyru’, Taudhih al-Bayan li Wushul Tsawab al-Qur’an, Kaifa Tasykuru an-Ni’mah, al-I’lam bi Anna at-Tashawwuf min Syari’at al-Islam, Izalat al-Iltibas ‘an ma Akhtha’a fi hi Katsir min an-Nas, Ittihaf an-Nubala’ bi Fadhl asySyahadah wa Anwa’ asy-Syuhada’, Kamal al-Iman fi at-Tadawa bi al-Qur’an, Sabil atTaufiq fi Tarjamah Abdillah bin ash-Shiddiq. Wafat di Tanger pada tahun 1992M.
7
Talqin tidak memudharatkan bagi orang yang masih hidup dan orang yang sudah wafat, bahkan memberikan manfaat bagi orang yang masih hidup, sebagai peringatan dan pelajaran, maka tidak ada larangan membacakan talqin untuk mayat14. Jika menerima perbedaan dengan sikap berlapang dada, tentulah pendapat para ulama di atas sudah cukup. Tapi jika yang dibangkitkan adalah semangat fanatisme golongan, seribu dalil tak pernah cukup untuk memuaskan hawa nafsu. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan: Pertama, buku ini membahas masalah-masalah yang populer di tengah masyarakat. Bahkan menghabiskan energi hanya untuk membahas masalah-masalah yang sudah tuntas dibahas ulama berabad-abad silam, contoh kasus adalah masalah Talqin di atas. Andai dibahas, mubadzir. Tidak dibahas, ummat bingung. Saya memilih mubadzir, semoga Allah mengampuni saya atas perbuatan mubadzir ini. Karena ada orang-orang yang memancing saya untuk berbuat
12 Majallah al-Islam, jilid.III, edisi.X. 13 Syekh ‘Athiyyah Shaqar, lahir di Bahnbay, kawasan Zaqaziq, Provinsi Syarqiyyah, Mesir, pada hari Ahad 4 Muharram tahun 1333H, bertepatan dengan 22 November 1914M. memperoleh ijazah al-‘Alamiyyah dari al-Azhar Mesir pada tahun 1943M. Dosen Pasca Sarjana Kajian Islam dan Bahasa Arab Universitas Al-Azhar pada tahun 1970M. Pimpinan Majma’ al-Buhuts alIslamiyyah (Lembaga Riset Islam). Ketua Majlis Fatwa al-Azhar. Kunjungan ilmiah ke berbagai negara, diantaranya Indonesia tahun 1971M, Libia tahun 1972, Bahrein 1976M, al-Jaza’ir 1977M.Kunjungan ke negara-negara lain seperti Senegal, Nigeria, Benin, Amerika, Pakistan, Banglades, Prancis, Inggris, Brunei Darussalam, Uni Sovyet dan Malaysia. Penghargaan yang diperoleh: Nobel al-Majlis al-A’la li asy-Syu’un al-Islamiyyah, Wisam al-‘Ulum wa al-Funun min ath-Thabaqah al-Ula tahun 1983M. Wafat di Kairo pada 9 Desember 2006M. Diantara karya ilmiah beliau: ad-Da’wah al-Islamiyyah Da’wah ‘Ilmiyyah, Dirasat Islamiyyah li Ahamm al-Qadhaya al-Mu’ashirah, adDin al-‘Alamy wa Manhaj ad-Da’wah Ilaihi, al-‘Amal wa al-Ummar fi Nazhr alIslam, al-Hijab wa ‘Amal al-Mar’ah, al-Babiyyah wa al-Baha’iyyah Tarikhan wa Madzhaban, Fann Ilqa’ al-Mau’izhah, al-Usrah Tahta Ri’ayat al-Islam. 14 Fatawa al-Azhar, juz.VIII, hal.303. 8
mubadzir. Andai itu dosa, mereka pun dapat juga dosanya, karena membangkitkan perkara-perkara mubadzir. Kedua, buku ini disusun dengan mengemukakan dalil dan pendapat para ulama yang mu’tabar. Saya tidak terlalu banyak memberikan komentar, karena kita berhadapan dengan orang-orang yang sulit menerima pendapat orang lain. Ketiga, pendapat para ulama saya tuliskan lengkap dengan teksnya agar para penuntut ilmu dapat melihat dan mengkaji kembali, menghidupkan semangat mendalami bahasa Arab dan menggali ilmu dari referensi aslinya. Ummat yang memiliki pemahaman yang kuat dan pengetahuan mendalam dari Turats (kitab-kitab klasik), berakar ke bawah dan berpucuk ke atas, bukan kiambang yang mudah terbawa arus air. Keempat, buku ini amat sangat jauh dari kesempurnaan. Perlu kritikan membangun dari para ulama. Andai ditunggu sempurna, tentulah buku ini tidak akan pernah ada. Kelima, buku ini tidak ingin menggiring pembacanya kepada mazhab tertentu. Yang diharapkanlah hanyalah agar setelah melihat pendapat para ulama, kita lebih memahami perbedaan. Menghormati orang lain, mengikis fanatisme buta. Dan yang paling penting, tidak salah memilih musuh. Jangan sampai kita habiskan kebencian hanya untuk orangorang yang membaca Talqin, orang-orang yang berzikir bersama dan masalah-masalah khilafiyyah lainnya. Hingga tidak lagi tersisa sedikit kebencian untuk Kristenisasi, Israel dan bahkan untuk Iblis sekalipun. Semoga setiap kesulitan dan tetesan air mata, dapat mengampuni segala dosa, di hadapan Yang Maha Kuasa, ketika anak dan harta tak lagi bermakna, amin. Ucapan terima kasih tak terhingga buat mereka yang sudah memberikan motivasi, dengan rela hati menerima segala kekurangan, jazakumullah khaira al-jaza’, amin ya Robbal-‘alamin.
Pekanbaru, 10 Jumada al-Akhirah 1435H / 10 April 2014M. Hamba-Mu yang faqir lagi dha’if.
9
Abdul Somad
MASALAH PERTAMA: IKHTILAF DAN MADZHAB.
Makna Khilaf dan Ikhtilaf. Untuk mengetahui makna kata khilaf dan ikhtilaf, mari kita lihat penggunannya dalam bahasa Arab: خالفته مخالفة وخلفا وتخالف القو م واختلفوا إذا ذهب كل واحد إلى خلف ما ذهب إليه الخر Saya berbeda dengannya dalam suatu perbedaan [ ]وخلفا
خالفته مخالفة
[] وتخالف القو م واختلفوا إذا ذهب كل واحد إلى خلف ما ذهب إليه الخر Kaum itu telah ikhtilaf; jika setiap orang pergi ke tempat yang berbeda dari tempat yang dituju orang lain15. Jadi makna Khilaf dan Ikhtilaf adalah: adanya perbedaan. Sebagian ulama berpendapat bahwa Khilaf dan Ikhtilaf mengandung makna yang sama. Namun ada juga ulama yang membedakan antara Khilaf dan Ikhtilaf, الختلف ل الخلف والفرق أن للول دليل ل الثان ي Ikhtilaf: perbedaan dengan dalil. Khilaf: perbedaan tanpa dalil16. Maka selalu kita mendengar orang mengatakan, “Ulama ikhtilaf dalam masalah ini”, atau ungkapan, “Ini adalah masalah Khilafiyyah”. 15 Imam Ibnu ‘Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar Syarh Tanwir al-Abshar, juz.VII (Beirut: Dar al-Fikr, 1421H), hal.197 16 Imam ‘Ala’ ad-Din Muhamad bin Ali al-Hashfaki, Ad-Durr al-Mukhtar, juz.V (Beirut: Dar al-Fikr, 1386H), hal.403. 10
Maksudnya, bahwa para ulama tidak satu pendapat dalam masalah tersebut.
Contoh Ikhtilaf Ulama Dalam Memahani Nash: Allah Swt berfirman:
م حوا ب لهر ه ءو ل س ه م ص سك ه س وا س ص “Dan usaplah kepalamu”. (Qs. Al-Ma’idah [5]: 6).
Hadits Riwayat Imam Muslim: غير ص ضأ ص ص عصلى و ص ه ص و و صي صت ل ل ح ب لصنا ل عل صي س ل م ل ص ل ة أ و س ص م ص و ص ف ص سل و ص صولى الل و ه قال اسبن ال س ه ي ص ه ص م تص ص ه ص ن الن وب ل و خ و ن عصلى ال س ه و ص ال س ل م ل ما ص ع ص ة ص في س ل Ibnu al-Mughirah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw berwudhu’, beliau mengusap ubun-ubunnya, mengusap bagian atas sorban dan bagian atas kedua sepatu khufnya”. (HR. Muslim).
Hadits Riwayat Imam Abu Daud:
قا ص ص ص ك ص سو ص م ه ص ص عل صي س ل ل الل و ل مال ل ك ل صرأي س ه و ص ت صر ه ع س سل و ص صولى الل و ه ن ص ه ص ه ص س بس ل ن أن ص ل ص ه س س ص ة ص ة ص خ ص ح فأدس ص و ص ري و ح م ح ت ال ل ة ل ه ل و و م ل ح ل ل ي صدصهه ل علي س ل س ص ن تص س م ص م س ف ص ما ص ع ص ما ص ع ص ضأ ص ي صت ص ص قط ل س م ي صن س ه م ص ة م ص ض ال س ل س ل م صرأ ل قد و ص ما ص ع ص ول ص س ه ق س ه ص Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Saya melihat Rasulullah Saw berwudhu’, di atas kepalanya ada sorban buatan Qathar. Rasulullah Saw memasukkan tangannya dari bawah sorbannya, beliau mengusap bagian depan kepalanya, beliau tidak melepas sorbannya”. (HR. Abu Daud).
11
Hadits Riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim. س ص ل بهما ص س م ص فأ ص س ه ص ما إ لل صللى حوتى ذص ص س ل قدو م ل صرأ ل ه ب لي صدصي س ل ه ص ه ص س ص ح صرأ ص م ص ه ص وأدسب صصر ب صدصأ ب ل ه س ه م ص ثه و قب ص ص ل ل ص ص ب بل ل ص و س ص ص ق ص ص ه م صردو ه ذي ب صدصأ ل ن ال ل من س ه ما إ للى ال ص ه ص فاهه ث ه و مكا ل Kemudian Rasulullah Saw mengusap kepalanya. Rasulullah Saw (menjalankan kedua telapak) tangannya ke depan dan ke belakang, beliau awali dari bagian depan kepalanya, hingga kedua (telapak) tangannya ke tengkuknya, kemudian ia kembalikan lagi ke tempat semula. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Menyikapi ayat dan beberapa hadits tentang mengusap kepala diatas, muncul beberapa pertanyaan: bagaimanakah cara mengusap kepala ketika berwudhu’? Apakah cukup menempelkan telapak tangan yang basah ke bagian atas rambut? Atau telapak tangan mesti dijalankan di atas kepala? Apakah cukup mengusap ubun-ubun saja? Atau mesti mengusap seluruh kepala? Di sinilah muncul Ikhtilaf diantara ulama. Para ulama berijtihad, maka ada beberapa pendapat ulama tentang mengusap kepala ketika berwudhu’: Mazhab Hanafi: Wajib mengusap seperempat kepala, sebanyak satu kali, seukuran ubun-ubun, diatas dua daun telinga, bukan mengusap ujung rambut yang dikepang/diikat. Meskipun hanya terkena air hujan, atau basah bekas sisa air mandi, tapi tidak boleh diambil dari air bekas basuhan pada anggota wudhu’ yang lain, misalnya air yang menetes dari pipi diusapkan ke kepala, ini tidak sah. Dalil Mazhab Hanafi: 1. Mesti mengikuti makna mengusap menurut ‘urf (kebiasaan). 2. Makna huruf Ba’ pada ayat [ ]برؤوسللكمartinya menempel. Menurut kaedah, jika huruf Ba’ masuk pada kata yang diusap, maka maknanya mesti menempelkan seluruh alat yang mengusap. Maka mesti menempelkan telapak tangan ke kepala. Jika huruf Ba’ masuk ke alat yang mengusap, maka mesti mengusap seluruh objek yang diusap. Jika seluruh telapak tangan diusapkan ke kepala, maka bagian kepala yang terkena usapan adalah seperempat bagian kepala. Itulah bagian yang dimaksud ayat mengusap kepala. 12
3. Hadits yang menjelaskan ayat ini, riwayat Abu Daud dari Anas, ia berkata, “Saya melihat Rasulullah Saw berwudhu’, di atas kepalanya ada sorban buatan Qathar, Rasulullah Saw memasukkan tangannya dari bawah sorbanya, ia engusap bagian depan kepalanya, ia tidak melepas sorbannya”. Hadits ini menjelaskan ayat yang bersifat mujmal (global/umum). Ubunubun atau bagian depan kepala itu seperempat ukuran kepala, karena ubun-ubun satu bagian dari empat bagian kepala.
Mazhab Maliki: Wajib mengusap seluruh kepala. Orang yang mengusap kepala tidak mesti melepas ikatan rambutnya dan tidak mesti mengusap rambut yang terurai dari kepala. Tidak sah jika hanya mengusap rambut yang terurai dari kepala. Sah jika mengusap rambut yang tidak turun dari tempat yang diwajibkan untuk diusap. Jika rambut tidak ada, maka yang diusap adalah kulit kepala, karena kulit kepala itulah bagian permukaan kepala bagi orang yang tidak memiliki rambut. Cukup diusap satu kali. Tidak dianjurkan mengusap kepala dan telinga beberapa kali usapan. Dalil Mazhab Maliki: 1. Huruf Ba’ mengandung makna menempel, artinya menempelkan alat kepada yang diusap, dalam kasus ini menempelkan tangan ke seluruh kepala. Seakan-akan Allah Swt berfirman, “Tempelkanlah usapan air ke kepala kamu”. 2. Hadits riwayat Abdullah bin Zaid, “Sesungguhnya Rasulullah Saw mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, ia usapkan kedua tangan itu ke bagian depan dan belakang. Ia mulai dari bagian depan kepala, kemudian menjalankan kedua tangannya hingga ke tengkuk, kemudian ia kembalikan lagi ke bagian depan tempat ia memulai usapan”. Ini menunjukkan disyariatkan mengusap seluruh kepala.
Mazhab Hanbali: Seperti Mazhab Maliki, dengan sedikit perbedaan:
13
1. Wajib mengusap seluruh kepala hanya bagi laki-laki saja. Sedangkan bagi perempuan cukup mengusap kepala bagian depan saja, karena Aisyah mengusap bagian depan kepalanya. 2. Wajib mengusap dua daun telinga, bagian luar dan bagian dalam daun telinga, karena kedua daun telinga itu bagian dari kepala. Sebagaimana hadits riwayat Ibnu Majah, “Kedua telinga itu bagian dari kepala”.
Mazhab Syafi’i: Wajib mengusap sebagian kepala. Boleh membasuh kepala, karena membasuh itu berarti usapan dan lebih dari sekedar usapan. Boleh hanya sekedar meletakkan tangan di atas kepala, tanpa menjalankan tangan tersebut di atas kepala, karena tujuan mengusap kepala telah tercapai dengan sampainya air membasahi kepala. Dalil Mazhab Syafi’i: 1. Hadits riwayat al-Mughirah dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, “Sesungguhnya Rasulullah Saw mengusap ubunubunnya dan bagian atas sorbannya”. Dalam hadits ini disebutkan cukup mengusap sebagian saja. Yang dituntut hanyalah mengusap secara mutlak/umum, tanpa ada batasan tertentu, maka sebagian saja sudah mencukupi. 2. Jika huruf Ba’ masuk ke dalam kata jama’ (plural), maka menunjukkan makna sebagian, maka maknanya, “Usapkan sebagian kepala kamu saja”. Mengusap sedikit sudah cukup, karena sedikit itu sama dengan banyak, sama-sama mengandung makna mengusap17. Komentar Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh Muhammad Ali as-Sais, dikutip oleh Syekh DR.Wahbah az-Zuhaili: وأنها ل تدل على أكثر من إيقللاع المسللح، أن الية من قبيل المطلق:والحق مللا دا م فلل ي، وبمسح أي جزء قل أ م كللثر، وذلك يتحقق بمسح الكل،بالرأس وأن مسح شعر ة أو ثل ث شعرات ل يصللدق،دائر ة ما يصدق عليه اسم المسح
. عليه ذلك 17 Lihat selengkapnya dalam al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Syekh Wahbah az-Zuhaili, Juz.II (Damascus: Dar al-Fikr), hal.323-325. 14
Yang benar, bahwa ayat ( م حوا ب لهر ه ءو ل س ه م ص سك ه س وا س “ ) صUsaplah kepala kamu” termasuk ayat yang bersifat umum, tidak menunjukkan lebih dari sekedar mengusap kepala. Usapan itu sudah terwujud apakah dengan mengusap seluruh kepala, mengusap sebagian kepala, sedikit atau pun banyak, selama dapat dianggap sebagai makna mengusap. Adapun mengusap satu helai atau tiga helai rambut, tidak dapat dianggap mengusap18. Dari uraian diatas dapat dilihat: Pertama, mazhab bukan agama. Tapi pemahaman ulama terhadap nash-nash (teks) agama dengan ilmu yang ada pada mereka. Dari mulai pemahaman mereka tentang ayat, dalil hadits, ‘urf, sampai huruf Ba’ yang masuk ke dalam kata. Begitu detailnya. Oleh sebab itu slogan “Kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah”, memang benar, tapi apakah setiap orang memiliki kemampuan? Apakah semua orang memiliki alat untuk memahami al-Qur’an dan Sunnah seperti pemahaman para ulama?! Oleh sebab itu bermazhab tidak lebih dari sekedar bertanya kepada orang yang lebih mengerti tentang suatu masalah, mengamalkan firman Allah Swt,
ص ه ص ن سأ صهلوا أ ص س مو ص ر إل س م صل ت ص س فا س عل ص ه ن ك هن ست ه س ل الذضك س ل “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. an-Nahl [16]: 43). Kedua, ikhtilaf mereka pada furu’ (permasalahan cabang), bukan pada ushul (dasar/prinsip). Mereka tidak ikhtilaf tentang apakah wudhu’ itu wajib atau tidak. Yang mereka perselisihkan adalah masalah-masalah cabang, apakah mengusap itu seluruh kepala atau sebagiannya saja? Demikian juga dalam shalat, mereka tidak ikhtilaf tentang apakah shalat itu wajib atau tidak? Semuanya sepakat bahwa shalat itu wajib. Mereka hanya ikhtilaf tentang cabang-cabang dalam shalat, apakah basmalah dibaca sirr atau jahr? Apakah mengangkat tangan sampai bahu atau telinga? Dan sejeninsya. Ketiga, tidak membid’ahkan hanya karena beda cara melakukan. Yang mengusap seluruh kepala tidak membid’ahkan yang mengusap sebagian kepala, demikian juga sebaliknya. Selama perbuatan itu masih bernaung di bawah dalil yang bersifat umum. 18 Ibid., hal.326. 15
Ikhtilaf tidak hanya terjadi pada masa generasi khalaf (belakangan). Kalangan Salaf (generasi tiga abad pertama Hijrah); para shahabat Rasulullah Saw, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in juga Ikhtilaf dalam masalah-masalah tertentu.
Ikhtilaf Shahabat Ketika Rasulullah Saw Masih Hidup. ل ص مصر ص قا ص قا ص ب ه ص ن ه ص ع ل عل صي س ل ن اسل ص س ج ص ما صر ص و ص ملل س ع س م ل صصنا ل ص و سل و ص صولى الل و ه ع ص حللصزا ل ي ص ه ص ل الن وب ل ي ن اب س ل ص ص و س ص و س ض فأدسصر ص ة ص ف ي ب صلن ي ه ق قصري سظ ص صللهر ل صصر إ لل ل ع ص م ال ص ك بص س حدح ال ص نأ ص ض ه صلي ص و ه س ع س ع س صل ي ه ص فلل ي الط ل ريلل ل س من وللا ذصل للل ص و ص ف ص ص م بص س قا ص قا ص ك ع ه ع ه م ي هللصردس ل ل بص س صضل ي ص ل بص س ض ه حوتى ن صأت لي ص ص ض ه صضل ي ل صلل س ه س ه س ل نه ص م صل ن ه ص ها ص ص و ص و و م ص ص م ه ص وا ل عن ض س دا ل علي س ل ح د م يه ص من س ه و ص ه س فل س سل ص صلى الل ه ي ص ف ص ه ص فذهك لصر لللن وب ل ض Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah Saw berkata kepada kami ketika beliau kembali dari perang Ahzab, ‘Janganlah salah seorang kamu shalat ‘Ashar kecuali di Bani Quraizhah’. Sebagian mereka memasuki shalat ‘Ashar di tengah perjalanan. Sebagian mereka berkata, ‘Kami tidak akan melaksanakan shalat ‘Ashar hingga kami sampai di Bani Quraizhah’. Sebagian mereka berkata, ‘Kami melaksanakan shalat ‘Ashar sebelum sampai di Bani Quraizhah’. Peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah Saw, beliau tidak menyalahkan satu pun dari mereka”. (HR. alBukhari). Ini membuktikan bahwa para shahabat juga ikhtilaf, sebagian mereka berpendapat bahwa shalat Ashar mesti dilaksanakan di Bani Quraizhah, sedangkan sebagian lain berpendapat shalat Ashar dilaksanakan ketika waktunya telah tiba, meskipun belum sampai di Bani Quraizhah. Satu kelompok berpegang pada teks, yang lain berpegang pada makna teks. Inilah cikal bakal ikhtilaf dan Rasulullah Saw membenarkan keduanya, karena tidak keluar dari tuntunan Sunnah. Setelah Rasulullah Saw wafat pun para shahabat mengalami ikhtilaf dalam masalah-masalah tertentu.
Ikhtilaf Shahabat Ketika Rasulullah Saw Telah Wafat. فلما فرغ من جهاز رسول الله صلى الله عليه وسلم يو م الثلثاء وضللع فلل ي نللدفنه:سريره ف ي بيته وقد كان المسلمون اختلفوا ف ي دفنلله فقللال قائللل 16
إنلل ي سللمعت: بل ندفنه مع أصحابه فقللال أبللو بكللر:ف ي مسجده وقال قائل ما قبض نب ي إل دفللن حيللث يقبللض:رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول فرفع فراش رسول الله صلى الله عليه وسلم اللذي تلوف ي عليله فحفلر ل ه تحته Ketika jenazah Rasulullah Saw telah siap (untuk dikebumikan) pada hari Selasa. Jenazah Rasulullah Saw diletakkan di tempat tidurnya di dalam rumahnya. Kaum muslimin ikhtilaf dalam hal pemakamannya. Ada yang berpendapat, “Kita makamkan di dalam masjidnya (Masjid Nabawi)”. Ada yang berpendapat, “Kita makamkan bersama para shahabatnya (di pemakaman Baqi’)”. Abu Bakar berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Tidak seorang pun dari nabi itu yang meninggal dunia melainkan ia dimakamkan di mana ia meninggal”. Maka kasur tempat Rasulullah Saw meninggal pun diangkat. Lalu makam Rasulullah Saw digali di bawah kasur itu”19. Ini membuktikan bahwa para shahabat ikhtilaf, baik ketika Rasulullah Saw masih hidup, maupun setelah Rasulullah Saw wafat. Namun kedua ikhtilaf itu diselesaikan dengan tuntunan Sunnah Rasulullah Saw.
Ijtihad Shahabat Rasulullah Saw. Ijtihad Shahabat Ketika Rasulullah Saw Masih Hidup. Ketika mengalami suatu peristiwa, Rasulullah Saw tidak berada bersama para shahabat, maka para shahabat itu berijtihad, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits, ص ر ص سلل ص ي ص قا ص س ل ص د ال س ه ص ن ل س ل ح ص عي ك ف ص ج صر ه خللصر ص ضللصر س فل ي ص ن ألب ي ص ع س ر ض ول صسيل ص ت ال و صللصل ةه ص جصل ل ف ك خدس ل ص ص س س و ص ت ص و س دا طي ضدبا ص ماءح ص ما فأ ص حد ه ه ماءص ل ص ل ق ل عادص أ ص ج ص و ص عي د م ص ع ه ه ص دا ال ص صلصيا ث ه و م ص فت صي ص و ما ص ه ص ص ف ص ما ص ف ي ال ص م ص ص و ص و و و س ص س ص سللو ص م عدس ال ص ه ص م يه ل و ه علي سلل ل ل الللل ل و ص م أت صي صللا صر ه سللل ص صلللى الللل ه خهر ث ه و ول س ه ص ال و ه ص ضوءص ص وال ه صل ةص ص ص ص ص و ص ص و ص صلللت ه ص جصزأت س ص فذصك صصرا ذصل ل ص و ص ف ص ه ص ص قللا ص قا ص ذي سن و ص م يه ل ل ل لللل ل ل ل لل ل وأ س صب س ص ت ال ي ذي ل س كل ه ك ص عدس أ ص ك ص ة ص ص ص ص س ص عادص ل ص ن وأ ص و و ك ال س جهر ص ضأ ص تص ص مورت صي س ل 19 Imam Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam al-Bashri (w.213H), Sirah Ibn Hisyam, juz.II, hal.663. 17
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Dua orang shahabat pergi dalam suatu perjalanan. Kemudian tiba waktu shalat, mereka tidak memiliki air, lalu mereka berdua bertayammum dengan tanah yang suci. Lalu mereka berdua melaksanakan shalat. Kemudian mereka berdua mendapatkan air dan waktu shalat masih ada. Salah seorang dari mereka mengulangi shalatnya dengan berwudhu’. Sedangkan yang lain tidak mengulangi shalatnya. Kemudian mereka berdua datang menghadap Rasulullah Saw, mereka menyebutkan peristiwa yang telah mereka alami. Rasulullah Saw berkata kepada yang tidak mengulangi shalatnya, “Perbuatanmu sesuai dengan Sunnah, shalatmu sah”. Rasulullah Saw berkata kepada yang mengulangi shalatnya dengan berwudhu’, “Engkau mendapatkan dua pahala”. (HR. Abu Daud).
Ijtihad Shahabat Ketika Rasulullah Saw Telah Wafat. المشهور من مذهب عائشة رض ي الله تعالى عنها أنها كانت ل ترى الغسل لكل صل ة Masyhur dari mazhab Aisyah ra, menurutnya (wanita yang mengalami istihadhah) tidak wajib mandi pada setiap shalat20. واختلفوا ف ي وجوب السع ي بيللن الصللفا والمللرو ة فللذهب مالللك والشللافع ي وأصحابهما وأحمد وإسحاق وأبو ثور إلى ما ذكرنا وهو مذهب عائشللة رضلل ي وكان أنس بن مالللك وعبللد الللله بللن الزبيللر.الله عنها و مذهب عرو ة وغيره ومحمد بن سيرين يقولون هو تطوع وليس ذلك بواجب Mereka ikhtilaf tentang hukum wajibnya sa’i antara Shafa dan Marwah. Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, para ulama kedua mazhab tersebut, Imam Ahmad, Imam Ishaq dan Abu Tsaur, seperti yang telah kami sebutkan (wajib Sa’i), ini adalah mazhab Aisyah, mazhab ‘Urwah dan lainnya. Sedangkan Anas bin Malik, Abdullah bin az-Zubair dan Muhammad bin Sirin berpendapat bahwa Sa’i itu sunnat, tidak wajib 21. Hasil ijtihad mereka disebut madzhab.
20 Imam Badruddin al-‘Aini al-Hanafi, ‘Umdat al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz.V, hal.500. 21 Imam Ibn ‘Abdilbarr, at-Tamhid li ma fi al-Muwaththa’ min al-Ma’ani wa alAsanid, Juz.XX (Mu’assasah al-Qurthubah), hal.151. 18
Makna Madzhab. Makna kata Madzhab menurut bahasa adalah: ب ع الذو ص و ل ض ه صtempat ها ل م س pergi. Sedangkan Madzhab menurut istilah adalah: ح ص ست ص ص ة ال س ص كا م ل ال و ة ما ا ه س فسر ل شسر ل فادص ل هالدي و ل عي و ل عي و ل هده ل ص بل ل ة الل س ن اسل ص س م س م س جت ل ص م س ة ال س ه ه ال س ه ص خت ه و جت ص ل ص و و س ة ة الظن ضي و ل ن اللدل ل ل م س Hukum-hukum syar’i yang bersifat far’i dan ijtihadi yang dihasilkan dari dalil-dalil yang bersifat zhanni oleh seorang mujtahid secara khusus22. Pengertian madzhab yang lebih sempurna dan sistematis dengan kaedah-kaedah yang tersusun baru ada pada masa imam-imam mazhab.
Para Imam Mazhab. 1. Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashri, Imam al-Hasan al-Bashri (w.110H). 2. An-Nu’man bin Tsabit, Imam Hanafi (w.150H). 3. Abu ‘Amr bin Abdirrahman bin ‘Amr, Imam al-Auza’i (w.157H). 4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq, Imam Sufyan ats-Tsauri (w.160H). 5. Imam al-Laits bin Sa’ad (w.175H). 6. Malik bin Anas al-Ashbuhi, Imam Malik (w.179H). 7. Imam Sufyan bin ‘Uyainah (w.198H). 8. Muhammad bin Idris, Imam Syafi’i (w.204H). 9. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Imam Hanbali (w.241H). 10. Daud bin Ali al-Ashbahani al-Bahdadi, Imam Daud azhZhahiri (w.270H). 11. Imam Ishaq bin Rahawaih (w.238H). 12. Ibrahim bin Khalid al-Kalbi, Imam Abu Tsaur (w.240H). Namun tidak semua mazhab ini bertahan. Banyak yang punah karena tidak dilanjutkan oleh para ulama yang mengembangkan mazhab setelah imam pendirinya wafat. Oleh sebab itu yang populer di kalangan Ahlussunnah-waljama’ah adalah empat mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Bahkan Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri 22 Imam Ahmad bin Muhammad al-Hanafi al-Hamawi (w.1098H), Ghamz ‘Uyun al-Basha’ir fi Syarh al-Asybah wa an-Nazha’ir, Juz.I, hal.40 19
menyusun kitab Fiqhnya dengan judul al-Fiqh ‘ala al-Madzahib alArba’ah (Fiqh menurut empat mazhab).
Imam Mazhab Menyikapi Perbedaan. Mereka tetap shalat berjamaah, meskipun ada perbedaan diantara mereka pada hal-hal tertentu, misalnya Basmalah pada al-Fatihah, ada yang membaca sirr, ada yang membaca jahr, ada pula yang tidak membaca Basmalah sama sekali. Namun itu tidak menghalangi mereka untuk shalat berjamaah. كان أبو حنيفة أو أصحابه والشافع ي وغيرهم رض ي الله عنهم يصلون خلف أئمة المدينة من المالكية وغيرهم وإن كانوا ل يقرءون البسملة ل سللرا ول جهرا Imam Hanafi atau para ulama Mazhab Hanafi, Imam Syafi’i dan para ulama lain shalat di belakang para imam di Madinah yang berasal dari kalangan Mazhab Maliki, meskipun para imam di Madinah itu tidak membaca Basmalah, baik sirr maupun jahar (karena menurut Mazhab Maliki: Basmalah itu bukan bagian dari surat al-Fatihah)23.
Adab Imam Syafi’i Kepada Imam Hanafi.
وصلى الشافع ي رحمه الله الصبح قريبا ملن مقلبر ة أبل ي حنيفلة فلم يقنت تأدبا معه، رحمه الله Imam Syafi’i melaksanakan shalat Shubuh, lokasinya dekat dari makam Imam Hanafi. Imam Syafi’i tidak membaca doa Qunut karena beradab kepada Imam Hanafi24.
Adab Imam Malik. Imam Malik berkata, 23 Waliyyullah ad-Dahlawi, Hujjatullah al-Balighah, (Cairo: Dar al-Kutub alHaditsah), hal.335. 24 Ibid. 20
ويحمللل النللاس،شاورن ي هارون الرشيد ف ي أن يعلق )الموطأ( فلل ي الكعبللة فإن أصحاب رسول الله صلى الله عليله وسللم، ل تفعل:على ما فيه فقلت : فقللال، وكل عند نفسلله مصلليب، وتفرقوا ف ي البلدان،اختلفوا ف ي الفروع وفقك الله يا أبا عبد الله Khalifah Harun ar-Rasyid bermusyawarah dengan saya, beliau ingin menggantungkan kitab al-Muwaththa’ (karya Imam Malik) di Ka’bah, beliau ingin menetapkan agar seluruh masyarakat memakai isi kitab al-Muwaththa’. Saya katakan, “Jangan lakukan! Sesungguhnya para shahabat Rasulullah Saw telah berbeda pendapat dalam masalah furu’, mereka juga telah menyebar ke seluruh negeri, semuanya benar dalam ijtihadnya”. Khalifah Harun ar-Rasyid berkata, “Allah membarikan taufiq-Nya kepadamu wahai Abu Abdillah (Imam Malik)”25.
Imam Malik VS Imam Hanafi. إن ي أراك تمسح العرق عن: لقيت مالكا د بالمدينة فقلت له:قال الليث .جبينك . إنه لفقيه يا مصري.قال عزفت مع أب ي حنيفة والله ما: فقال. ما أحسن قول ذلك الرجل فيك:ثم لقيت أبا حنيفة قلت .رأيت أسرع منه بجواب صادق وزهد تا م Imam al-Laits bin Sa’ad berkata, “Saya bertemu dengan Imam Malik, saya katakan kepadanya, ‘Saya lihat engkau mengusap keringat dari alis matamu?’. Imam Malik menjawab, “Saya merasa tidak punya apa-apa ketika bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar ahli Fiqh wahai orang Mesir (Imam al-Laits)”. Kemudian saya menemui Imam Hanafi, saya katakan kepadanya, “Bagus sekali ucapan Imam Malik terhadap dirimu”. Imam Hanafi menjawab, “Demi Allah, saya belum pernah melihat orang yang lebih cepat memberikan jawaban yang benar dan zuhud yang sempurna melebihi Imam Malik”26. 25 Imam Abu Nu’aim al-Ashbahani, Hulyat al-Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’, Juz.VI (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby), hal.332. 26 Al-Qadhi ‘Iyadh, Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik, Juz.I, hal.36 21
Komentar Imam Syafi’i Terhadap Imam Malik. اذا جاءك الحديث عن مالك فشد به يديك “Apabila ada hadits datang kepadamu, dari Imam Malik, maka kuatkanlah kedua tanganmu dengan hadits itu”. اذا جاءك الخبر فمالك النجم “Jika datang Khabar kepadamu, maka Imam Malik adalah bintangnya”. اذا ذكر العلماء فمالك النجم وما أحد أمن على من مالك بن أنس “Jika disebutkan tentang ulama-ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya. Tidak seorang pun yang lebih aman bagiku daripada Imam Malik bin Anas”. مالك بن أنس معلمى وعنه أخذت العلم “Imam Malik bin Anas adalah guruku, darinya aku mengambil ilmu”. كان مالك بن أنس اذا شك ف ي الحديث طرحه كله “Imam Malik bin Anas itu, jika ia ragu terhadap suatu hadits, maka ia buang semuanya”27.
Komentar Imam Hanbali Terhadap Imam Syafi’i. عبد الله بن أحمد بن حنبل قال قلللت لبلل ي يللا أبللة أي رجللل كللان الشللافع ي فإن ي سمعتك تكثر من الدعاء له فقال ل ي يا بن ي كللان الشللافع ي كالشللمس للدنيا وكالعافية للناس فانظر هل لهذين من خلف أو منهما عوض Abdullah putra Imam Hanbali berkata, “Saya katakan kepada Ayah saya, ‘Wahai Ayahanda, orang seperti apa Syafi’i itu, saya selalu mendengar engkau berdoa untuknya’. Imam Hanbali menjawab, ‘Wahai Anakku, Imam Syafi’i seperti matahari bagi dunia. Seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah, adakah pengganti bagi kedua ini?!”28. 27 Imam al-Qurthubi (w.463H), al-Intiqa’ fi Fadha’il ats-Tsalatsah al-A’immah al-Fuqaha’; Malik wa asy-Syafi’i wa Abi Hanifah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah), Hal.23. 22
قال أبو أيوب حميد بن أحمد البصري كنت عند أحمللد بللن حنبللل نتللذاكر فلل ي مسألة فقال رجل لحمد يا أبا عبد الله ل يصح فيه حديث فقال إن لللم يصللح فيه حديث ففيه قول الشافع ي وحجته أثبت ش يء فيه Abu Ayyub Humaid bin Ahmad al-Bashri berkata, “Saya bersama Imam Hanbali bermuzakarah tentang suatu masalah. Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Hanbali, “Wahai Abu Abdillah, tidak ada hadits shahih tentang masalah itu’. Imam Hanbali menjawab, “Jika tidak ada hadits shahih, ada pendapat Imam Syafi’i dalam masalah itu. Hujjah Imam Syafi’i terkuat dalam masalah itu”29.
Ikhtilaf Ulama Kontemporer: Para ulama zaman sekarang pun berijtihad dalam masalah-masalah tertentu yang tidak ada nash menjelaskan tentang itu. Atau ada nash, tapi mereka ikhtilaf dalam memahaminya. Ketika mereka berijtihad, maka tentu saja mereka pun ikhtilaf seperti orang-orang sebelum mereka. Berikut ini beberapa contoh ikhtilaf diantara ulama kontemporer:
Contoh Kasus Pertama: Cara Turun Ketika Sujud. Syekh Ibnu Baz: Lutut Lebih Syekh al-Albani: Tangan Lebih Dahulu. Dahulu. فأشكل هذا على كثير من أهل العلققم فقققال واعلم أن وجه مخالفة البعير وضع بعضهم يضع يديه قبل ركبققتيه وقققال آخققرون اليدين قبل الركبتين وهققذا هققو الققذي، بل يضع ركبتيه قبققل يققديهKetahuilah bahwa bentuk يخالف بققروك البعيققر لن بققروك البعيققر يبققدأmembedakan diri dari unta adalah بيديه فققإذا بققرك المققؤمن علققى ركبققتيه فقققدdengan meletakkan tangan خالف البعير وهذا هو الموافق لحديث وائققلterlebih dahulu sebelum kedua 28 Al-Hafizh al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal,juz.XXIV (Beirut: Mu’assasah arRisalah, 1400), hal.372 29 Ibid. 23
بن حجر وهذا هققو الصققواب أن يسققجد علققىlutut (ketika turun sujud)31. ركبتيه أول ثم يضع يديه على الرض ثم يضع جبهته أيضا علققى الرض هققذا هققو المشققروع فإذا رفع رفع وجهه أول ثققم يققديه ثققم ينهققض هذا هو المشروع الذي جاءت به السنة عققن النبي صلى الله عليه وسلم وهو الجمع بيققن وأمققا قققوله فققي حققديث أبققي، الحققديثين وليضققع يققديه قبققل ركبققتيه فالظققاهر: هريرة واللقه أعلقم أنققه انقلب كمقا ذكقر ذلقك ابققن القيققم رحمققه اللققه إنمققا الصققواب أن يضققع ركبتيه قبل يقديه حقتى يوافقق آخقر الحقديث أوله وحتى يتفق مع حققديث وائققل بققن حجققر وما جاء في معناه Masalah ini menjadi polemik di kalangan banyak ulama, sebagian mereka mengatakan: meletakkan kedua tangan sebelum lutut, sebagian yang lain mengatakan: meletakkan dua lutut sebelum kedua tangan, inilah yang berbeda dengan turunnya unta, karena ketika unta turun ia memulai dengan kedua tangannya (kaki depannya), jika seorang mu’min memulai turun dengan kedua lututnya, maka ia telah berbeda dengan unta, ini yang sesuai dengan hadits Wa’il bin Hujr (mendahulukan lutut daripada tangan), inilah yang benar; sujud dengan cara mendahulukan kedua lutut terlebih dahulu, kemudian meletakkan kedua tangan di atas lantai, kemudian
31 Syekh al-Albani, Shifat Shalat an-Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam min atTakbir ila at-Taslim ka Annaka Tarahu, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1408H), hal.107. 24
menempelkan kening, inilah yang disyariatkan. Ketika bangun dari sujud, mengangkat kepala terlebih dahulu, kemudian kedua tangan, kemudian bangun, inilah yang disyariatkan menurut Sunnah dari Rasulullah Saw, kombinasi antara dua hadits. Adapun ucapan Abu Hurairah: “Hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum lutut, zahirnya – wallahu a’lam- terjadi pembalikan kalimat, sebagaimana yang disebutkan Ibnu al-Qayyim – rahimahullah-. Yang benar: meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan, agar akhir hadits sesuai dengan awalnya, agar sesuai dengan hadits riwayat Wa’il bin Hujr, atau semakna dengannya30. Dalam hal ini Syekh Ibnu ‘Utsaimin sepakat dengan Syekh Ibnu Baz, lebih mendahulukan lutut daripada tangan,
فحينئذ يكون الصواب إذا أردنا أن يتطابق آخر الحديث وأوله "وليضع ركبتيه .قبل يديه"؛ لنه لو وضع اليدين قبل الركبتين كما قلت لبرك كما يبرك البعير .وحينئذ يكون أول الحديث وآخره متناقضان وقد ألف بعض الخوة رسالة سماها )فتح المعبود في وضع الركبتين قبل... .اليدين في السجود( وأجاد فيه وأفاد وعلى هذا فإن السنة التي أمر بها الرسول صلى الله عليه وسلم في... .السجود أن يضع النسان ركبتيه قبل يديه Ketika itu maka yang benar jika kita ingin sesuai antara akhir dan awal hadits: “Hendaklah meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan”, karena jika seseorang meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut,
30 Syekh Ibnu Baz, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz: juz.XI, hal.19. 25
sebagaimana yang saya nyatakan, pastilah ia turun seperti turunnya unta, maka berarti ada kontradiktif antara awal dan akhir hadits. Ada salah seorang ikhwah telah menulis satu risalah berjudul Fath alMa’bud fi Wadh’i ar-Rukbataini Qabl al-Yadaini fi as-Sujud, ia bahas dengan pembahasan yang baik dan bermanfaat. Dengan demikian maka menurut Sunnah yang diperintahkan Rasulullah Saw ketika sujud adalah: meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan32. Jika berbeda pendapat itu membuat orang saling membid’ahkan, pastilah orang yang sujud dengan mendahulukan lutut akan membid’ahkan Syekh al-Albani dan para pengikutnya karena lebih mendahulukan tangan. Begitu juga sebaliknya, mereka yang lebih mendahulukan tangan, pasti akan membid’ahkan Syekh Ibnu Baz dan Syekh Ibnu Utsaimin yang lebih mendahulukan lutut daripada tangan. Maka ikhtilaf dalam furu’ itu suatu yang biasa, selama berdasar kepada dalil dan masalah yang diperselisihkan itu bersifat zhanni. Tidak membuat orang saling memusuhi dan membid’ahkan.
Contoh Kasus Kedua: Takbir Pada Sujud Tilawah Dalam Shalat Syekh Ibnu Baz : Bertakbir. Syekh al-Albani : Tanpa Takbir. وقد روى جمع من الصللحابة سللجوده يشرع للمصل ي إذا كان إماما أو صلللى الللله عليلله وسلللم للتلو ة فلل ي منفردا ومر بآية سجد ة أن يكبر ثم يكبر عندما،كثير من اليات ف ي مناسبات مختلفة ويسجد سجود التلو ة فلللم يللذكر أحللد منهللم تكللبيره عليلله ينهض من السجد ة؛ لن التكبير يكون السللل م للسللجود ولللذلك نميللل إلللى ف ي كل خفض ورفع Disyariatkan bagi orang yang عد م مشروعية هذا التكبير melaksanakan shalat, jika ia Sekelompok shahabat telah sebagai imam atau shalat meriwayatkan tentang sujud sendirian, ketika melewati ayat tilawahnya Rasulullah Saw dalam Sajadah, agar ia bertakbir dan banyak ayat dan di banyak sujud Tilawah. Kemudian bertakbir kesempatan yang berbeda-beda, ketika bangun dari sujud. Karena tidak seorang pun dari mereka takbir itu pada setiap turun dan menyebutkan bahwa Rasulullah 32 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, juz.XIII, hal.125. 26
Saw bertakbir ketika akan sujud. Oleh sebab itu kami condong kepada pendapat: tidak disyariatkannya takbir ketika 34 sujud tilawah .
bangun33.
Dalam hal ini Syekh Ibnu ‘Utsaimin sependapat dengan Syekh Ibnu Baz, سجود التلو ة ليس له تكبير عنللد السللجود وليللس للله تكللبير عنللد الرفللع مللن السجود؛ لن ذلك لم يرد عن النب ي صلى الله عليه وسلم ،مالم يكن النسان ف ي صل ة ،فإن كان ف ي صل ة وجب أن يكبر إذا سجد وأن يكبر إذا قا م. Sujud Tilawah tanpa takbir ketika turun sujud dan tanpa takbir ketika bangun dari sujud, karena tidak ada riwayat dari Rasulullah Saw. Kecuali jika seseorang dalam shalat, maka ia wajib bertakbir ketika akan sujud dan bertakbir ketika akan bangun tegak berdiri35.
Contoh Kasus Ketiga: Shalat Sunnat Tahyatul-masjid di Tempat Shalat ‘Ied. Syekh Ibnu Baz : Syekh Ibnu ‘Utsaimin : Tidak Ada Shalat Sunnat Ada Shalat Sunnat TahyatulTahyatul-masjid. masjid. مصلى العيد يشرع فيه تحية المسجد كغيره السنة لمن أتى مصلى العيققد لصققلة العيققد ، مققن المسققاجد ،إذا دخققل النسققان ل يجلققس أو الستسقققاء أن يجلققس ول يصققلي تحيققة حتى يصلي ركعتين .السائل :حتى وإن كققان المسجد ؛ لن ذلك لم ينقل عن النبي صققلى خققارج القريققة؟ الجققواب :وإن كققان خققارج الله عليه وسلم ول عن أصحابه رضققي اللققه ور ،عنهققم فيمققا نعلققم إل إذا كققانت الصققلة فققي ور أو لم ي ي س القرية؛ لنه مسجد سواء ي سقق و س و والدليل على ذلققك :أن الرسققول صققلى اللققه المسجد فإنه يصلي تحية المسققجد ؛ لعمققوم عليه وسلم منققع النسققاء الحيققض أن يققدخلن قول النبي صلى الله عليه وسققلم :إذا دخققل المصققلى .وهققذا يققدل علققى أن لققه حكققم أحققدكم المسققجد فل يجلققس حققتى يصققلي 33 Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’, juz.IX, hal.179, no.13206. 34 Syekh al-Albani, Tamam al-Minnah, juz.I, hal.267. 35 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’at al-Bab al-Maftuh, Juz.XV, hal.31. 27
والمشققروع لمققن.ركعتين متفق على صحته جلس ينتظر صلة العيد أن يكثر من التهليل وهو، والتكبير؛ لن ذلك هو شعار ذلك اليوم السنة للجميققع فققي المسققجد وخققارجه حققتى ومن اشتغل بقققراءة القققرآن.تنتهي الخطبة . والله ولي التوفيق.فل بأس Sunnah bagi orang yang datang ke tempat shalat ‘Ied atau Istisqa’ agar duduk, tidak shalat Tahyatulmasjid, karena yang demikian itu tidak ada riwayat dari Rasulullah Saw dan para shahabat menurut pengetahuan kami, kecuali jika shalat ‘Ied dilaksanakan di masjid, maka melaksanakan shalat Tahyatul-masjid berdasarkan umumnya sabda Rasulullah Saw, “Apabila salah seorang kamu masuk masjid, maka janganlah duduk hingga ia shalat dua rakaat”, disepakati keshahihannya. Disyariatkan bagi orang yang duduk menunggu shalat ‘Ied agar memperbanyak Tahlil dan Takbir, karena itu adalah syi’ar pada hari itu, itu adalah Sunnah bagi semua di masjid dan di luar masjid hingga berakhir khutbah ‘Ied. Orang yang sibuk dengan membaca al-Qur’an, boleh. Wallahu Waliyyu at-Taufiq36.
.المسجد Tempat shalat ‘Ied, disyariatkan melaksanakan shalat Tahyatulmasjid di tempat tersebut, seperti masjid-masjid lain. Apabila seseorang masuk ke tempat itu, jangan duduk hingga shalat dua rakaat. Penanya: Meskipun di luar kampung? Jawaban: Meskipun di luar kampung, karena tempat shalat ‘Ied itu adalah masjid, apakah diberi pagar ataupun tanpa pagar. Dalilnya, Rasulullah Saw melarang perempuan yang sedang haidh masuk ke tempat shalat tersebut. Ini menunjukkan bahwa hukum tempat shalat itu sama seperti masjid37.
Contoh Kasus Keempat: Syekh Ibnu Baz :
Hukum Poto. Syekh Ibnu ‘Utsaimin :
36 Syekh Ibnu Baz, op. cit., juz.XIII, hal.4. 37 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, juz.VIII, hal.22. 28
Poto Sama Dengan Patung/Lukisan. الرسول صلى الله عليلله وسلللم لعللن المصورين وأخللبر أنهللم أشللد النللاس وهلللذا يعلللم, علللذابا يلللو م القياملللة التصوير الشمس ي والتصوير الذي للله ومن فللرق فليللس عنللده دليللل, ظل . على التفرقة Rasulullah Saw melaknat alMushawwir (orang yang menggambar), beliau memberitahukan bahwa mereka adalah orang-orang yang paling keras azabnya pada hari kiamat. Ini bersifat umum, mencakup poto dan gambar yang tidak memiliki bayang-bayang. Siapa yang membedakan antara poto dan gambar/patung, maka ia tidak memiliki dalil untuk 38 membedakannya .
Poto Tidak Sama Dengan Patung/Lukisan. أما التصوير الحديث الن الققذي يسققلط فيققه النسان آلة على جسققم معيققن فينطبققع هققذا الجسم في الورقة فهذا فققي الحقيقققة ليققس جعققل: لن التصوير مصدر صققور أي،تصويراا وهققذا الققذي،الشققيء علققى صققورة معينققة التقطه بهققذه اللققة لققم يجعلققه علققى صققورة ، الصورة المعينة هققو بنفسققه يخطققط،معينة وما أشققبه،يخطط العينين والنف والشفتين .ذلك Adapun gambar moderen zaman sekarang; seseorang menggunakan alat untuk mengambil gambar objek tertentu, lalu kemudian gambar tersebut terbentuk di kertas, maka itu sebenarnya bukanlah makna tashwir, karena kata tashwir adalah bentuk mashdar dari kata shawwara, artinya: menjadikan sesuatu dalam bentuk tertentu. Sedangkan gambar yang diambil dengan alat tidak menjadikannya dalam bentuk sesuatu. Gambar berbentuk adalah gambar yang dibentuk, bentuk kedua mata, hidung, dua bibir dan sejenisnya39.
Contoh Kasus Kelima: Umrah Berkali-kali Dalam Satu Perjalanan. Syekh Ibnu Baz: Boleh. Syekh Ibnu ‘Utsaimin: Bid’ah. تكرار العمرة في رمضان تكرار العمرة في سفر واحد من البدع هل يجوز تكرار العمرة في رمضان: فضيلة الشقيخ! بعققض النققاس يققأتي س:السؤال ثققم طلبا للجر المترتب على ذلك؟، من مكان بعيد لهدف العمرة إلى مكققة 38 Syekh Ibnu Baz, op. cit., juz.V, hal.287. 39 Syekh Ibnu Utsaimin, op. cit., juz.XIX, hal.72. 29
النبي صلى الله عليه، ل حرج في ذلك: ج » العمرة إلى العمرة كفارة: وسلم قال والحج المبرور ليس له جزاء إل، لما بينهما . الجنة متفق عليه فإذا اعتمر ثل ث أو أربع مرات فل حرج في فقد اعتمرت عائشة رضي الله عنها. ذلك في عهد النبي صلى الله عليه وسلم في حجة الوداع عمرتين في أقل من عشرين . يوما Berulang-ulang melaksanakan Umrah di bulan Ramadhan. Pertanyaan: apakah boleh berulang kali melaksanakan Umrah di bulan Ramadhan untuk mencari pahala yang disebabkan ibadah Umrah tersebut?40 Jawaban: Tidak mengapa (boleh). Rasulullah Saw bersabda, “Satu Umrah ke Umrah berikutnya menjadi penutup dosa antara keduanya dan haji yang mabrur itu tidak ada balasannya kecuali surga”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Maka jika Anda melaksanakan Umrah tiga atau empat kali, tidak mengapa (boleh) melakukan itu. Aisyah telah melaksanakan Umrah dua kali pada masa Rasulullah Saw pada waktu haji Wada’, padahal kurangdari dua puluh hari41.
ثم يذهبون إلى التنعيم ثم،يعتمرون ويحلون فققي سققفره عققدة: يعنققي،يققؤدون العمققرة فكيف هذا؟،عمرات هذا بارك الله فيك مققن البققدع فققي:الجواب دين اللققه؛ لنققه ليققس أحققرص مققن الرسققول ،صققلى اللققه عليققه وسققلم ول مققن الصققحابة والرسول صلى الله عليققه وسققلم كمققا نعلققم ،جميعا ا دخققل مكققة فاتحققا ا فققي آخققر رمضققان وبقي تسعة عشر يوما ا في مكة ولققم يخققرج ، وكذلك الصققحابة،إلى التنعيم ليحرم بعمرة فتكرار العمرة في سفر واحد من البدع Berulang-ulang Umrah Dalam Satu Safar Adalah Bid’ah. Pertanyaan: Syekh yang mulia, ada sebagian orang datang dari tempat yang jauh untuk tujuan Umrah ke Mekah, kemudian melaksanakan Umrah dan Tahallul. Kemudian mereka pergi ke Tan’im, kemudian melaksanakan Umrah lagi. Maksudnya, dalam satu perjalanan, ia melaksanakan Umrah beberapa kali. Bagaimanakah ini? Jawaban: semoga Allah memberikan berkah-Nya kepada Anda. Ini termasuk perbuatan bid’ah dalam agama Allah. Karena tidak ada yang lebih bersemangat melaksanakan ibadah melebihi Rasulullah Saw dan para
40 Telah dimuat di Majalah al-Yamamah, Edisi:1151. Tanggal: 25 Ramadhan 1411H. 41 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.XVII, hal.432. 30
shahabat. Sedangkan Rasulullah Saw sebagaimana yang kita ketahui semua bahwa beliau masuk ke kota Mekah pada pembebasan kota Mekah pada akhir Ramadhan. Menetap sembilan belas hari di Mekah, Rasulullah Saw tidak pergi ke Tan’im untuk ihram melaksanakan Umrah. Demikian juga para shahabat. Maka berulang-ulang melaksanakan umrah dalam satu safar adalah bid’ah42. Contoh Kasus Keenam: Tarawih 23 Rakaat Syekh Ibnu Baz: Boleh. Syekh al-Albani: Tidak Boleh Lebih Dari 11 Rakaat. فالفضل للمأمو م أن يقو م مع اقتصاره صلى الله عليه وسلم على سواء صلى، الما م حتى ينصرف الحدى عشر ة ركعة دليل على عد م إحدى عشر ة ركعة أو ثل ث عشر ة أو جواز الزياد ة عليها . ثلثا وعشرين أو غير ذلكRasulullah Saw hanya هذا هو الفضل أن يتابع الما م حللتىmelaksanakan shalat 11 rakaat, والثل ث والعشللرون فعلهللا، ينصرفini dalil tidak boleh menambah والصللحابة- رضلل ي الللله عنلله- عمللرlebih daripada itu. ، فليس فيها نقص وليس فيها إخللSelanjutnya Syekh al-Albani سلنن الخلفلاء- بل هلل ي مللن السلننberkata, الراشدين صل ة التراويح ل يجوز الزياد ة فيها Afdhal bagi ma’mum mengikuti على العدد المسنون لشتراكها مع imam hingga shalat selesai, apaka الصلوات المذكورات ف ي التزامه shalat (Tarawih) itu 11 rakaat, صلى الله عليه وسلم عددا معينا atau 13 rakaat, atau 23 rakaat, فيها ل يزيد عليه فمن ادعى الفرق atau selain itu. Inilah yang afdhal, فعليه الدليل ma’mum mengikuti imamnya Shalat Tarawih, tidak boleh ada hingga imam selesai. 23 rakaat tambahan (rakaat) melebihi adalah perbuatan Umar ra dan jumlah yang disunnatkan, karena 42 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, op. cit., Juz.XXVIII, hal.121. 31
para shahabat, tidak ada kekurangan dan kekacauan di dalamnya, akan tetapi bagian dari Sunnah al-Khulafa’ ar-Rasyidin43.
shalat Tarawih sama dengan shalat-shalat yang dilaksanakan Rasulullah Saw secara konsisten dengan jumlah rakaat tertentu, tidak boleh ditambah. Siapa yang menyatakan ada beda antara Tarawih dengan shalat lain, maka ia mesti menunjukkan dalil44.
Pendapat Syekh Ibnu Utsaimin: Boleh. حديث ابن عباس رض ي الله عنهما أن النب ي صلى الله عليه وسلم صلى مللن .الليل ثل ث عشر ة ركعة ولكن لو صلها النسان ثل ث وعشرين ركعللة فلإنه ل ينكللر عليلله؛ لن النللب ي بللل سللئل كمللا فلل ي،صلى الله عليه وسلم لم يحدد صل ة الليللل بعللدد معيللن عللن صللل ة الليللل مللا تللرى- رض ي الله عنهمللا- صحيح البخاري عن ابن عمر مثنى فإذا خش ي أحدكم الصبح صلى واحد ة، "صل ة الليل مثنى:فيها؟ فقال ، فبين النب ي صلى الله عليلله وسلللم أنهللا مثنللى مثنللى،"فأوترت له ما صلى ولو كان العدد واجبا د بش يء معيللن لللبينه رسللول الللله صلللى،ولم يحدد العدد . وعلى هذا فل ينكر على من صلها ثل ث وعشرين ركعة،الله عليه وسلم Hadits riwayat Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Rasulullah Saw melaksanakan shalat malam 13 rakaat. Akan tetapi jika seseorang melaksanakan shalat 23 rakaat, maka ia tidak diingkari. Karena Rasulullah Saw tidak membatasi shalat malam dengan jumlah bilangan tertentu. Bahkan ketika Rasulullah Saw ditanya -sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari Ibnu Umar- tentang shalat malam, “Apa pendapatmu?”. Rasulullah Saw menjawab, “Shalat malam itu dua rakaat, dua rakaat (satu salam). Jika salah seorang kamu khawatir (masuk waktu) shalat Shubuh, maka shalatlah satu rakaat, maka engkau telah menutup dengan Witir”. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa shalat malam itu dua rakaat, dua rakaat. Rasulullah Saw tidak membatasi jumlah bilangan rakaat. Jika jumlah rakaat itu wajib dengan jumlah tertentu, pastilah Rasulullah Saw
43 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.XI, hal.325. 44 Syekh al-Albani, Shalat at-Tarawih, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1421H), Hal.29. 32
menjelaskannya. Dengan demikian maka tidak diingkari siapa yang melaksanakan shalat 23 rakaat45. Contoh Kasus Ketujuh: Membaca Doa Khatam al-Qur’an Dalam Shalat Tarawih. Syekh Ibnu Baz: Boleh Syekh al-Albani: Bid’ah. حكم دعاء ختم القرآن ف ي- 24 Ketika Syekh al-Albani ditanya الصل ةtentang doa khatam al-Qur’an بعض الناس ينكرون على أئمة: سdalam shalat Tarawih, beliau المساجد الذين يقرءون ختمة القرآنmenjawab, ف ي نهاية شهر رمضان ويقولون إنه إذا ختم المسلم...ليس له أصل ، لم يثبت أن أحدا من السلف فعلها...يسن ف ي حقه أو يستحب أن يدعو فما صحة ذلك؟ ،أما ختم القرآن هكذا ف ي الصل ة ل حللرج فلل ي ذلللك؛ لنلله ثبللت عللن:ج فهذا الدعاء الطويل،صل ة القيا م بعللض السلللف أنلله فعللل ذلللك؛ ولنلله هذا ل أصل له إطلقا،العريض دعاء وجللد سللببه فلل ي الصللل ة فتعمللهTidak ada dasarnya, jika seorang أدلة الدعاء ف ي الصل ة كالقنوت فلل يmuslim khatam al-Qur’an, maka ia والللله وللل ي. الللوتر وفلل ي النللوازلberhak, atau dianjurkan berdoa. . التوفيقAdapun khatam al-Qur’an seperti 24- Hukum Doa Khatam al- ini dalam shalat, saat shalat Qur’an Dalam Shalat. Qiyamullail, dengan doa yang Pertanyaan: Sebagian orang panjang, ini tidak ada dasarnya mengingkari para imam masjid sama sekali49. yang membaca doa khatam Syekh al-Albani berkata di Qur’an di akhir bulan Ramadhan, tempat lain, mereka mengatakan bahwa tidak أن التزا م دعاء معين بعد ختم القرآن shahih ada kalangan Salaf من البدع الت ي ل تجوز ؛ لعمو م الدلة melakukannya. Apakah itu "كل: م ه ص عل صي س ل و ص سل و ص صولى الل و ه كقوله ص، ه ص 46 benar? " وكل ضللة ف ي النار، بدعة ضللة Jawaban: Tidak mengapa Sesungguhnya konsisten dengan melakukan itu (boleh). Karena doa tertentu setelah khatam alperbuatan itu benar dari sebagian Qur’an adalah bagian dari kalangan Salaf melakukan itu. perbuatan bid’ah yang tidak Karena doa itu adalah doa yang dibolehkan berdasarkan dalil 45 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, Juz.XIV, hal.119. 46 Telah dimuat di Majalah ad-Da’wah (Saudi Arabia), Edisi: 1658, tanggal: 19 Jamada al-Ula 1419H. 33
ada sebabnya di dalam shalat, maka tercakup dalil-dalil yang bersifat umum tentang doa dalam shalat, seperti doa Qunut dalam shalat Witir dan bencana-bencana. Wallahu Waliyyu at-Taufiq47.
umum seperti sabda Rasulullah Saw, “Setiap bid’ah itu dhalalah (sesat) dan setiap yang sesat itu dalam neraka”50.
Waktu Doa Khatam al-Qur’an Dalam Shalat Tarawih: ما موضللع دعللاء ختللم القللرآن ؟: س وهلللل هلللو قبلللل الركلللوع أ م بعلللد الركوع ؟ الفضللل أن يكللون بعللد أن يكمللل: ج المعوذتين فللإذا أكمللل القللرآن يللدعو سللواء فلل ي الركعللة الولللى أو فلل ي يعن ي بعللد مللا، الثانية أو ف ي الخير ة يكمل قراء ة القرآن يبللدأ فلل ي الللدعاء بما يتيسر ف ي أي وقللت مللن الصللل ة ف ي الولللى منهللا أو فلل ي الوسللط أو ، كل ذلللك ل بللأس بلله.ف ي آخر ركعة المهللم أن يللدعو عنللد قللراء ة آخللر القرآن Pertanyaan: Bila kah doa khatam al-Qur’an dibaca? Apakah sebelum ruku’ atau setelah ruku’? Jawaban: afdhal dibaca setelah membaca surat al-Falaq dan anNas. Jika telah selesai membaca al-Quran secara sempurna, kemudian berdoa, apakah pada rakaat pertama atau pada rakaat 47 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.XXX, hal.32. 49 Kaset Syekh al-Albani no.19 dalam Silsilah al-Hady wa an-Nur, disebutkan DR.Abdul Ilah Husain al-‘Arfaj dalam Mafhum al-Bid’ah wa Atsaruhu fi Idhthirab al-Fatawa al-Mu’ashirah, (Amman: Dar al-Fath, 2013M), hal.266. 50 Syekh al-Albani, as-Silsilah adh-Dha’ifah, Juz.XXIV (Riyadh: Maktabah alMa’arif), hal.315. 34
kedua atau di akhir shalat. Maksudnya, setelah sempurna membaca al-Qur’an, mulai membaca doa khatam al-Qur’an di semua waktu dalam shalat, apakah di awal, di tengah atau di akhir rakaat. Semua itu boleh. Yang penting, membaca doa khatam al-Qur’an ketika membaca akhir al-Qur’an48. Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: Tidak Ada Dasarnya, Tapi Hormati Perbedaan. وأما دعاء ختم القرآن ف ي الصل ة فل أعلم له أصل د ل من سنة الرسول صلى أن أنس بن مالك: وغاية ما فيه, ول من سنة الصحابة،الله عليه وسلم .رض ي الله عنه كان إذا أراد أن يختم القرآن جمع أهله ودعا لكن مع ذلك هلل ي ممللا, أما ف ي الصل ة فليس لها أصل,وهذا ف ي غير الصل ة والمللر, علماء السنة وليسوا علمللاء البدعللة,اختلف فيه العلماء رحمهم الله ل ينبغ ي للنسان أن يشللدد حللتى يخللرج عللن المسللجد: يعن ي,ف ي هذا واسع ويفارق جماعة المسلمين من أجل الدعاء عند ختم القرآن Adapun doa khatam al-Qur’an dalam shalat, saya tidak mengetahui ada dasarnya dari Sunnah Rasulullah Saw, tidak pula dari Sunnah para shahabat. Dalil paling kuat dalam masalah ini bahwa ketika Anas bin Malik ingin khatam al-Qur’an, ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia berdoa. Tapi ini di luar shalat. Adapun membaca doa khatam al-Qur’an di dalam shalat, maka tidak ada dasarnya. Meskipun demikian, ini termasuk perkara ikhtilaf di antara para ulama, ulama Sunnah, bukan ulama bid’ah. Perkara ini luas, maksudnya, tidak selayaknya seseorang bersikap keras hingga keluar dari masjid dan memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin disebabkan doa khatam al-Qur’an51. Contoh Kasus Kedelapan: Zikir Menggunakan Tasbih. Syekh ‘Utsaimin: Boleh. Syekh al-Albani: Bid’ah. إن السبحة بدعللة لللم تكللن فلل ي عهللد فإن التسبيح بالمسبحة ل يعد بدعة 48 Ibid., Juz.XI, hal.357. 51 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Juz.XXXIX, hal.108 35
ف ي الدين؛ لن المراد بالبدعة ،المنه ي عنها ه ي البدع ف ي الدين والتسبيح بالمسبحة إنما هو وسيلة وه ي وسيلة مرجوحة،لضبط العدد والفضل منها أن يكون عد،مفضولة .التسبيح بالصابع Sesungguhnya bertasbih menggunakan Tasbih tidak dianggap berbuat bid’ah dalam agama, karena maksud bid’ah yang dilarang adalah bid’ah dalam agama. Sedangkan bertasbih menggunakan Tasbih adalah cara untuk menghitung jumlah bilangan (zikir). Tasbih adalah sarana yang marjuhah (lawan rajih/kuat) dan mafdhulah (lawan afdhal). Afdhalnya menghitung tasbih itu dengan jari jemari52.
النللب ي صلللى الللله عليلله و سلللم إنمللا حدثت بعده Sesungguhnya Tasbih itu bid’ah, tidak ada pada zaman Rasulullah Saw, dibuat-buat setelah masa Rasulullah Saw53.
Beberapa pelajaran dari uraian di atas: Pertama, bahwa ikhtilaf dalam memahami nash (teks) bukan perkara baru, sudah terjadi ketika Rasulullah Saw masih hidup, kemudian berlanjut hingga zaman shahabat setelah ditinggalkan Rasulullah Saw, hingga sampai sekarang ini. Maka yang perlu dilakukan bukan menghilangkan ikhtilaf, seperti rendah hatinya Imam Malik yang tidak mau memaksakan Mazhab Maliki, tapi memahami ikhtilaf sebagai dinamika dan kekayaan khazanah keilmuan Islam, selama ikhtilaf itu dalam masalah furu’, bukan masalah ushul, sebagaimana yang dicontohkan para Shalafusshaleh diatas. Kedua,, berbeda dalam masalah furu’ tidak menyebabkan ummat Islam saling membid’ahkan. Karena Imam Ahmad bin Hanbal tidak 52 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, Juz.XIII (Dar al-Wathan, 1413H), hal.174. 53 Syekh al-Albani, as-Silsilah adh-Dha’ifah, Juz.I (Riyadh: Maktabah alMa’arif), hal.184. 36
membid’ahkan Imam Syafi’i dan para pengikutnya hanya karena mereka membaca doa Qunut pada shalat Shubuh. Kecenderungan membid’ah orang lain ketika berbeda pendapat, ini berbahaya, contoh: orang yang berpegang pada pendapat Syekh al-Albani, ketika akan turun sujud, ia akan mendahulukan tangan. Jika ia tidak dapat menerima pendapat yang mengatakan mendahulukan lutut, berarti ia membid’ahkan Syekh Ibnu Utsaimin dan Syekh Ibnu Baz. Contoh lain, orang yang datang ke tanah lapang untuk melaksanakan shalat Idul Fitri, jika ia berpegang pada pendapat Syekh Ibnu Utsaimin, maka ia akan melaksanakan shalat Tahyatul-masjid. Orang yang berpegang pada pendapat Syekh Ibnu Baz yang mengatakan tidak ada shalat Tahyatal-masjid di tanah lapang tempat shalat Ied. Ia mesti dapat menerima perbedaan, jika tidak dapat menerima perbedaan pendapat, maka ia pasti akan membid’ahkan orang-orang yang berpegang pada pendapat Syekh Ibnu Utsaimin. Ketiga, seperti yang diwasiatkan al-Imam asy-Syahid Hasan al-Banna,
نعمل فيما اتفقنا ونعتذر فيما اختلفنا “Mari beramal pada perkara yang kita sepakati, dan mari berlapang dada menyikapi perkara yang kita ikhtilaf di dalamnya”.
37
MASALAH KE-DUA: BID’AH. Hadits Pertama: ل ص ه ص سو ه قا ص م إل ص ب ذا ص ه ص ن ص ص عل صي س ل ل الل و ل د الل و ل عب س ل كا ص خط ص ص ن ص و ص ن صر ه ع س سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص جاب ل ل ر بس ل ص ص ه ص ص ه ه س م ك ح ب ص ل قو ي ش ي ج ر ذ ن م ه ن أ ك تى ح ه ب ض غ د ت ش وا ه ت و ص ل ع و ه نا ي ع ت ر م ح ا س ص و س ص س ص ه ص ص ص ه ه ص و و ه ه س ل ه ص س ك ص ص و ص و ص س ص س ه ه ص ص وي ص س وي ص ه قو ه ة سا ص ع ه ل به ل سوباب ص ل عي س ل قهر ه صب ص ص عث س ه ه ال و ة كص ص وال و م و ن ب صي س ص ساك ه س و ص ن إل س ن ص ت أصنا ص م ص ص هات صي س ل ص س و س ص س ص ه ه دى و ص ن ص دى ه ب الل ل دي ل ح ل عده فإ ل و ه ص ه ص ث ك لصتا ه خي سصر ال ص ما ب ص س خي سهر ال ه و س وي صقول أ و ه ص سطى ص وال ه ص ه ص ص س ه ص ي ص ة وكل ب لدس ص ضلل ح ة ص ع ك م ك م س م ص حدصثات ه ص ر ه وشير ال ه ح و ه ها ص د ص مو ل Dari Jabir bin Abdillah. Ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw menyampaikan khutbah, kedua matanya memerah, suaranya keras, marahnya kuat, seakan-akan ia seorang pemberi peringatan pada pasukan perang, Rasulullah Saw bersabda, “Dia yang telah menjadikan kamu hidup di waktu pagi dan petang”. Kemudian Rasulullah Saw bersabda lagi, “Aku diutus, hari kiamat seperti ini”. Rasulullah Saw mendekatkan dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian Rasulullah Saw berkata lagi, “Amma ba’du (adapun setelah itu), sesungguhnya sebaik-baik cerita adalah kitab Allah (al-Qur’an). Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang dibuat-buat. Dan tiap-tiap perkara yang dibuat-buat itu dhalalah (sesat)”. (HR. Muslim).
Hadits Kedua: ة ص سو ه قا ص مللا ه ص و ص ص ري ص ص ن ال س ل عل صي سلل ل ل الل و ل و ص عظصصنا صر ه ن ص ع س و د سللل و ص صولى الل و ه ه ص م يص س ه ص ل ص سا ل ض بس ل عسرصبا ل ه س ص س ص س ص ف ص ب ص ه ص قا ص ص ل لو ق ل ا ها ن م ت ل ج و و ن يو ع ل ا ها ن م ت ف ر ذ ة غ لي ب ة ظ ع و م ة دا غ ل ا ة ل ص د ع ص ص ص ل ص س ل بص س ص ص ل ه ه ه ه ص ص ل س ل س ص س ل س ص د ص ل د ص ه ه ص ع ص قللا ص سللو ص ج ح مللا ص م عظ ص ه و ل ن ص ل أو ل ل الل ولل ل ذ ل ه ل ل إل و ذا ت ص س صر ه هللده إ لل صي سن صللا ي صللا صر ه ع ص صلليك ه س ف ص ة ه ه ص م ص م س ود ض ك وال و ي ص ب لت ص س م ي صللصرى ن ص طا ص ن يص ل ش ل حب ص ل علل ل وى الل و ل وإ ل س عب سللدح ص وال و ملل س من سك هلل س ه ص فللإ لن و ه س س علل س ة ص ع ص ه ص ق ص شلل ي م ل ص ه ك ذصل للل ص ن أدسصر ص ة ص ر ص خت لصل د م ا س ضللصلل ص ح هللا ص ك ل حللدصصثا ل م س فإ لن و ص ملل س من سك هلل س ف ص ت اسل ه و ه وإ لوياك ه س م ص فا ك صلثيدرا ص مللو ل ص س ص س ص ص ص ذ خلفا ل ة ال ه ضوا ص ن ص ع ي ج ل ه ل ش ل ء الورا ل سن و ل علي س ل ف ص علي س ص م س و ه ه بل ه دضيي ص دي ص ن ال ص وا ل ها لبالن و ص سن ولت ي ص Dari al-‘Irbadh bin Sariyah, ia berkata, “Rasulullah Saw suatu hari memberikan nasihat kepada kami setelah shalat Shubuh, nasihat yang sangat menyentuh, membuat air mata menetes dan hati bergetar. 38
Seorang laki-laki berkata, “Sesungguhnya ini nasihat orang yang akan pergi jauh, apa yang engkau pesankan kepada kami wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw menjawab, “Aku wasiatkan kepada kamu agar bertakwa kepada Allah. Tetap mendengar dan patuh, meskipun kamu dipimpin seorang hamba sahaya berkulit hitam. Sesungguhnya orang yang hidup dari kamu akan melihat banyak pertikaian. Jauhilah perkara yang dibuat-buat, sesungguhnya perkara yang dibuat-buat itu dhalalah (sesat). Siapa yang mendapati itu dari kalian, maka hendaklah ia berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ Rasyidin yang mendapat hidayah. Gigitlah dengan gigi geraham”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Makna Bid’ah. Pendapat Imam asy-Syathibi54: طريقة ف ي الدين مخترعة تضاه ي الشرعية يقصد بالسلوك عليها المبالغة ف ي التعبد لله سبحانه Suatu cara/kebiasaan dalam agama Islam, cara yang dibuat-buat, menandingi syariat Islam, tujuan melakukannya adalah sikap berlebihan dalam beribadah kepada Allah Swt. Definisi lain, البدعة طريقة ف ي الدين مخترعة تضاه ي الشرعية يقصد بالسلوك عليها ما يقصد بالطريقة الشرعية Bid’ah adalah suatu cara/kebiasaan dalam agama Islam, cara yang dibuat-buat, menandingi syariat Islam, tujuan melakukannya seperti tujuan melakukan cara dalam syariat Islam55.
54 Imam Ibrahim bin Musa bin Muhammad al-Lakhmi al-Gharnathi (GranadaSpanyol). Populer dengan nama Imam asy-Syathibi. Ahli Ushul Fiqh, dari kalangan Mazhab Maliki. Diantara kitab karya beliau adalah: al-Muwafaqat dan al-I’tisham (dalam bidang Ushul Fiqh), al-Majalis (Syarh kitab al-Buyu’ dari Shahih al-Bukhari), al-Ifadat wa al-Insyadat (dalam bidang sastra Arab), Ushul an-Nahwi (dalam bidang gramatikal bahasa Arab). 39
Pendapat Imam al-‘Izz bin Abdissalam56: البدعة فعل ما لم يعهد ف ي عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم. Bid’ah adalah perkara yang tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah Saw57.
Pendapat Imam an-Nawawi: قال أهل اللغة ه ي كل ش يء عمل على غير مثال سابق Para ahli bahasa berkata, bid’ah adalah semua perbuatan yang dilakukan, tidak pernah ada contoh sebelumnya58. Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani: كل ش يء أحد ث على غير مثال يسمى بدعة سواء كان محمودا أو مذموما Segala sesuatu yang dibuat-buat tanpa ada contoh sebelumnya disebut bid’ah, apakah itu terpuji ataupun tercela59. Semuanya sepakat bahwa bid’ah ada perkara yang dibuat-buat, tanpa ada contoh sebelumnya, tidak diucapkan atau dilakukan Rasulullah Saw.
55 Imam asy-Syathibi, al-I’tisham, juz.I, hal.21. 56 Abu Muhammad ‘Izzuddin Abdul Aziz bin Abdissalam bin Abi al-Qasim bin al-Hasan as-Sullami ad-Dimasyqi. Bergelar Sulthan al-‘Ulama’. Wafat tahun 660H. 57 Imam ‘Izzuddin bin Abdissalam, Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, juz.II (Beirut: Dar al-Ma’arif), 172. 58 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, juz.VI (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H), hal.155. 59 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.XIII, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.253. 40
Bid’ah Tidak Bisa Dibagi. Benarkan? Seperti yang disebutkan para ulama di atas, semua sepakat bahwa Bid’ah adalah apa saja yang tidak ada pada zaman Rasulullah Saw. Jika demikian maka mobil adalah bid’ah, maka kita mesti naik onta. Tentu orang yang tidak setuju akan mengatakan, “Mobil itu bukan ibadah, yang dimaksud Bid’ah itu adalah masalah ibadah”. Dengan memberikan jawaban itu, sebenarnya ia sedang membagi bid’ah kepada dua: bid’ah urusan dunia dan bid’ah urusan ibadah. Bid’ah urusan dunia, boleh. Bid’ah dalam ibadah, tidak boleh. Kalau bid’ah bisa dibagi menjadi dua; bid’ah urusan dunia dan bid’ah urusan ibadah, mengapa bid’ah tidak bisa dibagi kepada bid’ah terpuji dan bid’ah tercela?! Oleh sebab itu para ulama membagi bid’ah kepada dua, bahkan ada yang membaginya menjadi lima. Berikut pendapat para ulama, sebagiannya berasal dari kalangan Salaf (tiga abad pertama Hijrah):
Pembagian Bid’ah Menurut Imam Syafi’i (150 – 204H): قال الشافع ي البدعة بدعتان محمود ة ومذمومة فما وافق السنة فهو محمود وما خالفها فهو مذمو م Imam Syafi’i berkata, “Bid’ah itu terbagi dua: Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela). Jika sesuai dengan Sunnah, maka itu Bid’ah Mahmudah. Jika bertentangan dengan Sunnah, maka itu Bid’ah Madzmumah Disebutkan oleh Abu Nu’aim dengan maknanya dari jalur riwayat Ibrahim bin al-Junaid dari Imam Syafi’i60. Kretria Pembagian Bid’ah Mahmudah (terpuji) dan Bid’ah Madzmumah (tercela). Menurut Imam Syafi’i:
60 Ibid. 41
وجاء عن الشللافع ي أيضللا مللا أخرجلله الللبيهق ي فلل ي منللاقبه قللال المحللدثات ضربان ما أحد ث يخالف كتابا أو سنة أو أثرا أو إجماعللا فهللذه بدعللة الضلللل وما أحد ث من الخير ل يخالف شيئا من ذلك فهذه محدثة غير مذمومة Juga dari Imam Syafi’i, diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Manaqib Imam Syafi’i, “Bid’ah itu terbagi dua: Perkara yang dibuat-buat, bertentangan dengan al-Qur’an, atau Sunnah, atau Atsar, atau Ijma’, maka itu Bid’ah Dhalal (bid’ah sesat) Perkara yang dibuat-buat, dari kebaikan, tidak bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, Atsar dan Ijma’, maka itu Bid’ah Ghair Madzmumah (bid’ah tidak tercela)61.
Kretria Pembagian al-‘Asqalani:
Bid’ah
Menurut
al-Hafizh
Ibnu
Hajar
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyebut dua kali dengan dua istilah berbeda: Pertama: Bid’ah Hasanah – Bid’ah Mustaqbahah – Bid’ah Mubah. والتحقيق أنها أن كانت مما تندرج تحت مستحسن فلل ي الشللرع فهلل ي حسللنة وأن كانت مما تندرج تحت مستقبح ف ي الشرع فه ي مستقبحة وإل فه ي من قسم المبا ح Berdasarkan penelitian, jika bid’ah itu tergolong dalam perkara yang dianggap baik menurut syariat Islam, maka itu disebut Bid’ah Hasanah. Jika tergolong dalam sesuatu yang dianggap buruk menurut syariat Islam, maka itu disebut Bid’ah Mustaqbahah (bid’ah buruk). Jika tidak termasuk dalam kedua kelompok ini, maka termasuk Mubah62.
61 Ibid. 62 Ibid., Juz.IV, hal.253. 42
Kedua, Bid’ah Hasanah – Bid’ah Dhalalah – Bid’ah Mubah. فما وافق السنة فحسن وما خالف فضللة وهو المراد حيث وقع ذ م البدعة وما لم يوافق ولم يخالف فعلى أصل الباحة Jika perbuata itu sesuai dengan Sunnah, maka itu adalah Bid’ah Hasanah. Jika bertentangan dengan Sunnah, maka itu adalah Bid’ah Dhalalah. Itulah yang dimaksudkan. Oleh sebab itu bid’ah dikecam. Jika tidak sesuai dengan Sunnah dan tidak pula bertentangan dengan Sunnah, maka hukum asalnya adalah Mubah63.
Dasar Pembagian Bid’ah Menurut Imam an-Nawawi: Hadits yang berbunyi, كل محدثة بدعة وكل بدعة ضللة “Semua perkara yang dibuat-buat itu adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah itu sesat”. Hadits ini bersifat umum. Dikhususkan oleh hadits lain yang berbunyi: من سن ف ي السل م سنة حسنة فله أجرها “Siapa yang membuat tradisi yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan balasan pahalanya”. Yang dimaksud dengan bid’ah dhalalah dalam hadit pertama adalah: المحدثات الباطلة والبدع المذمومة Perkara diada-adakan yang batil dan perkara dibuat-buat yang tercela.
63 Ibid.I, hal.85. 43
Sedangkan bid’ah itu sendiri dibagi lima: bid’ah wajib, bid’ah mandub, bid’ah haram, bid’ah makruh dan bid’ah mubah. Teks lengkapnya: ) من سن ف ي السل م سنة حسنة فله أجرها ( إلى آخره وف ي هذا الحديث تخصيص قوله صلى الله عليه و سلم كل محدثة بدعة وكل بدعة ضللة وأن المراد به المحدثات الباطلة والبدع المذمومة وقد سبق بيان هذا ف ي كتاب صل ة الجمعة وذكرنا هناك أن البدع خمسة أقسا م واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة.64 Tapi ada hadits menyebut, “Semua bid’ah itu sesat”, apa ?maksudnya Imam an-Nawawi menjawab, قوله صلى الله عليه و سلم وكل بدعللة ضللللة هللذا عللا م مخصللوص والمللراد غالب البدع Sabda Rasulullah Saw, “Semua bid’ah itu sesat”, ini kalimat yang bersifat umum, tapi dikhususkan. Maka maknanya, “Pada umumnya bid’ah itu sesat”65. Bid’ah Dibagi Lima: Pendapat Imam al-‘Izz bin Abdissalam: البدعة فعل ما لم يعهد ف ي عصر رسول الله صلى الللله عليلله وسلللم .وهلل ي منقسمة إلى :بدعة واجبة ،وبدعة محرمة ،وبدعللة مندوبللة ،وبدعللة مكروهللة، وبدعللة مباحللة ،والطريللق فلل ي معرفللة ذلللك أن تعللرض البدعللة علللى قواعللد الشريعة :فإن دخلت ف ي قواعد اليجاب فه ي واجبة ،وإن دخلت فلل ي قواعللد التحريم فه ي محرمة ،وإن دخلللت فلل ي قواعللد المنللدوب فهلل ي مندوبللة ،وإن دخلت ف ي قواعد المكروه فه ي مكروهة ،وإن دخلت ف ي قواعد المبا ح فهلل ي مباحة ،وللبدع الواجبة أمثلة. أحدها :الشتغال بعلم النحو الذي يفهم به كل م الله وكل م رسوله صلى الله عليه وسلم ،وذلللك واجللب لن حفللظ الشللريعة واجللب ول يتللأتى حفظهللا إل بمعرفة ذلك ،وما ل يتلم اللواجب إل بله فهلو واجلب .المثلال الثلان ي :حفلظ 64 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, juz.VII (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H), hal.104 65 Ibid., juz.VI, hal.155. 44
غريب الكتاب والسنة من اللغة .المثال الثالث :تدوين أصول الفقلله .المثللال الرابع :الكل م ف ي الجر ح والتعديل لتمييللز الصللحيح مللن السللقيم ،وقللد دلللت قواعد الشريعة على أن حفظ الشللريعة فللرض كفايللة فيمللا زاد علللى القللدر المتعين ،ول يتأتى حفظ الشريعة إل بما ذكرناه. وللبدع المحرمة أمثلة .منها :مذهب القدرية ،ومنهللا مللذهب الجبريللة ،ومنهللا مذهب المرجئة ،ومنها مذهب المجسمة ،والرد على هؤلء من البدع الواجبة. وللبدع المندوبة أمثلة .منها :إحدا ث الربط والمدارس وبناء القنللاطر ،ومنهللا كل إحسان لم يعهد ف ي العصر الول ،ومنهللا :صللل ة التراويللح ،ومنهللا الكل م ف ي دقائق التصوف ،ومنها الكل م ف ي الجدل ف ي جمللع المحافللل للسللتدلل على المسائل إذا قصد بذلك وجه الله سبحانه. وللبدع المكروهة أمثلة .منهللا :زخرفللة المسللاجد ،ومنهللا تزويللق المصللاحف، وأما تلحين القرآن بحيث تتغير ألفاظه عن الوضع العرب ي ،فالصللح أنلله مللن البدع المحرمة. والبدع المباحة أمثلة .منها :المصافحة عقيب الصبح والعصر ،ومنهللا التوسللع ف ي اللذيذ من المآكل والمشارب والملبللس والمسللاكن ،ولبللس الطيالسللة، وتوسيع الكما م .وقد يختلف ف ي بعض ذلك ،فيجعله بعض العلماء مللن البلدع المكروهة ،ويجعله آخرون من السنن المفعولة على عهد رسللول الللله صلللى الله عليه وسلم فما بعده ،وذلك كالستعاذ ة ف ي الصل ة والبسملة. Bid’ah adalah perbuatan yang tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah Saw. Bid’ah terbagi kepada: wajib, haram, mandub (anjuran), makruh dan mubah. Cara untuk mengetahuinya, bid’ah tersebut ditimbang dengan kaedahkaedah syariat Islam. Jika bid’ah tersebut masuk dalam kaedah wajib, maka itu adalah bid’ah wajib. Jika masuk dalam kaedah haram, maka itu bid’ah haram. Jika masuk dalam kaedah mandub, maka itu bid’ah mandub. Jika masuk dalam kedah makruh, maka itu bid’ah makruh. Jika masuk dalam kaedah mubah, maka itu bid’ah mubah. Contoh bid’ah wajib: pertama, sibuk mempelajari ilmu Nahwu (gramatikal bahasa Arab) untuk memahami al-Qur’an dan sabda Rasulullah Saw. Itu wajib karena untuk menjaga syariat itu wajib. Syariat tidak mungkin dapat dijaga kecuali dengan mengetahui bahasa Arab. Jika sesuatu tidak sempurna karena ia, maka ia pun ikut menjadi wajib. Contoh kedua, menghafal gharib (kata-kata asing) dalam alQur’an dan Sunnah. Contoh ketiga, menyusun ilmu Ushul Fiqh. Contoh keempat, pembahasan al-Jarh wa at-Ta’dil untuk membedakan shahih dan saqim (mengandung penyakit). Kaedah-kaedah syariat Islam menunjukkan bahwa menjaga syariat Islam itu fardhu kifayah pada
45
sesuatu yang lebih dari kadar yang tertentu. Penjagaan syariat Islam tidak akan terwujud kecuali dengan menjaga perkara-perkara di atas. Contoh bid’ah haram: mazhab Qadariyyah (tidak percaya kepada takdir), mazhab Jabariyyah (berserah kepada takdir), mazhab Mujassimah (menyamakan Allah dengan makhluk). Menolak mereka termasuk perkara wajib. Contoh bid’ah mandub (anjuran): membangun prasarana jihad, membangun sekolah dan jembatan. Semua perbuatan baik yang belum pernah ada pada masa generasi awal Islam. Diantaranya: shalat Tarawih, pembahasan mendetail tentang Tashawuf. Pembahasan ilmu debat dalam semua aspek untuk mencari dalil dalam masalah-masalah yang tujuannya untuk mencari ridha Allah Swt. Contoh bid’ah makruh: hiasan pada masjid-masjid. Hiasan pada mushhaf al-Qur’an. Adapun melantunkan al-Qur’an sehingga lafaznya berubah dari kaedah bahasa Arab, maka itu tergolong bid’ah haram. Contoh bid’ah mubah: bersalaman setelah selesai shalat Shubuh dan ‘Ashar. Menikmati yang nikmat-nikmat; makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, memakai jubah pakaian kebesaran dan melebarkan lengan baju. Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, sebagian ulama menjadikan ini tergolong bid’ah makruh, sebagian lain menjadikannya tergolong ke dalam perbuatan yang telah dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw dan masa setelahnya, sama seperti isti’adzah (mengucapkan a’udzubillah) dan basmalah (mengucapkan bismillah) dalam shalat66. Imam an-Nawawi Menyetujui Pembagian Bid’ah Menjadi Lima: قال العلماء البدعة خمسة أقسا م واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحللة فمن الواجبة نظم أدلة المتكلمين للرد على الملحد ة والمبتدعين وشبه ذلك ومن المندوبة تصنيف كتب العلم وبنللاء المللدارس والربللط وغيللر ذلللك ومللن المبا ح التبسط ف ي ألوان الطعمة وغير ذلك والحرا م والمكروه ظاهران Para ulama berpendapat bahwa bid’ah itu terbagi lima: wajib, mandub, haram, makruh dan mubah. Contoh bid’ah wajib: menyusun dalil-dalil ulama ahli Kalam untuk menolak orang-orang atheis, pelaku bid’ah dan sejenisnya. Contoh bid’ah mandub: menyusun kitab-kitab ilmu, membangun sekolah-sekolah, prasarana jihad dan sebagainya. 66 Imam ‘Izzuddin bin Abdissalam, Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, juz.II (Beirut: Dar al-Ma’arif), 172-174. 46
Contoh bid’ah mubah: menikmati berbagai jenis makanan dan lainnya. Sedangkan contoh bid’ah haram dan makruh sudah jelas67. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani Menyetujui Pembagian Bid’ah Menjadi Lima: وقد تنقسم إلى الحكا م الخمسة Bid’ah terkadang terbagi ke dalam hukum yang lima (wajib, mandub, haram, makruh dan mubah)68.
Jika Tidak Dilakukan Nabi, Maka Haram. Benarkah? Yang selalu dijadikan dalil mendukung argumen ini adalah kaedah:
الترك يقتض ي التحريم “Perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw, berarti mengandung makna haram”. Tidak ada satu pun kitab Ushul Fiqh maupun kitab Fiqh memuat kaedah seperti ini. Kaedah ini hanya buatan sebagian orang saja. Untuk menguji kekuatan kaedah ini, mari kita lihat beberapa contoh dari hadits-hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw tidak melakukan suatu perbuatan, namun tidak selamanya karena perbuatan itu haram, tapi karena beberapa sebab: Pertama, karena kebiasaan. Contoh: قللا ص ه د ص م س ي ن ص ه ص ص م بل ص عل صي سلل ل وللي ل خال ل ل ضلل ي و ص ع س و ي ب ص سللل و ص صللولى الل ولل ه ي ص ه ص ن ال س ص ي الن وب للل ي ل أت للل ص شلل ل د بس ل ص ص س ص ص ص ه ص و ص ف ص سك ي صدصهه ص ب ص ل ص ص قللا ص قا ص قي ص ه ل لي صأك ص ل ل ص م ه ف ل فأ س ه ص وى إ للي س ل خال لدح أ ص ض ي حللصرا ح م ص فأ س ه إ لن و ه لل ه هلل ص ه ص ص ص ص ص و و ص ص ص ه ه ص عا ه م ي ص ض ص سو ه فأك ص صلللى ل ص جدهلن ي أ ص ل الللل ل و ل ه ل ي صكو ه وصر ه ف ه ولك لن و ه ه ص فأ ل خال لدح ص ق س صل ص ن ب لأسر ل م ي صن سظههر ه ص عل صي س ل و ص سل و ص الل و ه ه ص Dari Khalid bin al-Walid, ia berkata, “Rasulullah Saw diberi Dhab (biawak Arab) yang dipanggang untuk dimakan. Lalu dikatakan kepada
67 Imam an-Nawawi, op. cit., juz.VI, hal.155. 68 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, op. cit., Juz.IV, hal.253. 47
Rasulullah Saw, tangannya.
“Ini
adalah
Dhab”.
Rasulullah
Saw
menahan
Khalid bertanya, “Apakah Dhab haram?”. Rasulullah Saw menjawab, “Tidak, tapi karena Dhab tidak ada di negeri kaumku. Maka aku merasa tidak suka”. Khalid memakan Dhab itu, sedangkan Rasulullah Saw melihatnya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Apakah karena Rasulullah Saw tidak memakannya maka Dhab menjadi haram!? Dhab tidak haram. Rasulullah Saw tidak memakannya karena makan Dhab bukan kebiasaan di negeri tempat tinggal Rasulullah Saw.
Kedua, khawatir akan memberatkan ummatnya. Contoh: ش ص ص سو ص عائ ل ص د ص ة ه ص ن ص ص صولى ل ت ل صي سل صلل ك ج ل عل صي س ل ل الل و ل ةأ و ذا ص م س و ص ن صر ه ع س ف ي ال س ص سل و ص صولى الل و ه م ص ه ص س ل ه ص ص و ص س و ص و ص ص ص ص ه ه ه ة ن اللي سللل ل عللوا ل ن القاب لل ل صلى ل صلت ل ل م ه ما س ملل س م س جت ص ص سث و سث و ة فكثصر الونا ه م ص ه صنا ح صلى ب ل ص ف ص ص خهر س ص م ص ة ص سو ه مللا م يص س ه ص عل صي سلل ل ل الل و ل ع ل الوثال لث ص ل و الوراب ل ص و ص م صر ه فل ص و سللل و ص صللولى الل ولل ه ه س فل ص س ه ص ه ص ةأ س ج إ للي س ل ص ص ص م ص ل ص ح ص قا ص م إ لول أن ضلل ي ن ال س ه عن للل ي ل ت ال ولل ل من ص س صللن ص س صب ص ص قدس صرأي س ه ملل س ج إ لل صي سك هلل س م يص س فل صلل س عت ه س ذي ص أ س خللهرو ل ص وذصل ل ص م ص ن ته س قا ص ن ص ض ص ك ل م ص خ ل ضا ص تأ س شي ه ف ي صر ص عل صي سك ه س فصر ص ل ص Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw shalat di Masjid pada suatu malam, lalu orang banyak ikut shalat bersama beliau. Pada malam berikutnya orang banyak mengikuti beliau. Kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat, Rasulullah Saw tidak keluar rumah. Pada waktu paginya, Rasulullah Saw berkata, “Aku telah melihat apa yang kalian lakukan. Tidak ada yang mencegahku untuk keluar rumah menemui kalian, hanya saja aku khawatir ia diwajibkan bagi kalian”. Itu terjadi di bulan Ramadhan. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Rasulullah Swt tidak ke masjid setiap malam, apakah perbuatan ke masjid setiap malam itu haram?! Tentu saja tidak haram. Mengapa Rasulullah Saw tidak melakukannya?! Bukan karena perbuatan itu haram, tapi karena khawatir memberatkan ummat Islam. Contoh lain: ص ه ص ص و ص ص ع كه ض ن أص ه ة ق ص صصل ك وصل أ س م ص وا ل م لبال ض مسرت ه ه ك ص ه س س صل ص عصلى أ و ش و ل ص س ص ملت ي أ س لص س على الونا ل
48
“Kalaulah tidak memberatkan bagi ummatku, atau bagi manusia, pastilah aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali shalat”. (HR. al-Bukhari).
Ketiga, tidak terlintas di fikiran Rasulullah Saw. Contoh:
ل الل و ص ص عبد الل و ص ل لص ص مصرأ ص ةد ص ع ه سو ص ك ص ل هأ و ل ن ص س ل ج ص ه أصل أ س ن ص قال ص س ت صيا صر ه ع س نا س جاب ل ل ر بس ل ن لل ي ه ه ص شي سدئا ت ص س ص جادرا عد ه ص فإ ل و عل صي س ل ما ن ص و ق ه غصل د ت ص ص قا ص من سب صصر ت ال س ل ع ل شئ س ل ن ل ل إل س ف ص مل ص س
Dari Jabir bin Abdillah, ada seorang perempuan berkata, “Wahai Rasulullah, sudikah aku buatkan untuk engkau sesuatu? engkau duduk di atasnya. Sesungguhnya aku mempunyai seorang hamba sahaya tukang kayu”. Rasulullah Saw menjawab, “Jika engkau mau”. Perempuan itu membuatkan mimbar. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Saw tidak membuat mimbar, bukan berarti mimbar itu haram. Tapi karena tidak terlintas untuk membuat mimbar, sampai perempuan itu menawarkan mimbar. Lalu apakah karena Rasulullah Saw tidak membuatnya, maka mimbar menjadi haram?! Tentu saja tidak. Keempat, karena Rasulullah Saw lupa. Contoh: ص ص م ص ص قللا ص قا ص و ه ص ل ص ل إ لب سصرا ل عل صي س ل عب سده الل و ل و ص هيلل ه سل و ص صولى الل و ه ي ص ه ص ري صزادص أ س ه ص صولى الن وب ل ي م صل أدس ل ص ذا ص يءح ص ص ص نص ص قللا ص ة ص سو ص قي ص مللا ص ك ح دص ص ث ل م ل صصل ل ل الل و ل هأ ص ه صيا صر ه ما ص و ص ل لص ه سل و ص فل ص و ف ي ال و ق ص ل ص ش س و ص س ص و ه ص ص ست ص س ذا ص ص قب ص ص وك ص تك ص م قب سل ص ل ال ل جلي س ل س س س ص ر س صلي س ص م ص جدص ص و ص وا س سلل ص ن هثل و قالوا ص ة ص ه ص ذا ص فث صصنى ل جدصت صي س ل س ص ص ص ص ص ص ص ه ه ص ما أ س ص ة ص قا ص قب ص ص ن حد ص ص ل ص ث ل م ب للل ل صل ل ه ل و ص و س ولك للل س يءح لن صب وللأت هك س ل إ لن و ه فل و ف ي ال و ه ص هل س علي سصنا ب ل ص ش س ج ل ص ص ه ض ص ه ت ص ن ص ما أصنا ب ص ص فإ ل ص فذصكهرولن ي ذا ن ص ل شحر ل و ص سي ه ما ت صن س ص م أن س ص سى ك ص مث سلك س إ لن و ص س س Abdullah bin Mas’ud berkata, “Rasulullah Saw melaksanakan shalat. Ibrahim berkata, ‘Saya tidak mengetahui apakah rakaat berlebih atau kurang. Ketika shalat telah selesai. Dikatakan kepada Rasulullah, “Apakah telah terjadi sesuatu dalam shalat?”. Rasulullah Saw kembali bertanya, “Apakah itu?”. Mereka menjawab, “Engkau telah melakukan anu dan anu”. Kemudian Rasulullah Saw menekuk kedua kakinya dan kembali menghadap kiblat, beliau sujud dua kali. Kemudian salam. Ketika 49
Rasulullah Saw menghadapkan wajahnya kepada kami, ia berkata, “Jika terjadi sesuatu dalam shalat, pastilah aku beritahukan kepada kamu. Tapi aku hanyalah manusia biasa, sama seperti kamu. Aku juga lupa, sama seperti kamu. Jika aku terlupa, maka ingatkanlah aku”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Rasulullah Saw tidak melakukan, bukan karena haram. Tapi karena beliau lupa. Kelima, karena khawatir orang Arab tidak dapat menerima perbuatan Rasulullah Saw. Contoh: ص م ص عائ ل ص قا ص عائ ل ص ة ها صيا ص ه ص ه ص ن ص ص ش ه ش ص عل صي س ل ة صر ل ها أ و ل لص ص و ص عن س ص ع س سل و ص صولى الل و ه ي الل و ه ي ص ه ص ن الن وب ل و ض ص ه ص ص ص س س ص ص م ص ت ص ن ص ج دي ه ما أ س فأدس ص ث ص ت ل في ل ه ل ت لبالب صي س ل هل لي و ك جا ل ه ك ح ل ول أ و ر ص د بل ص ك ص م ل د ص مسر ه خل ه ف ه ع س ه ص ةل ص و ص ق س لص س خ ل غت ب ص س ص وصبادبا ص غسرب لييا ص وأ صل سصز س ن صبادبا ص س شسر ل فب صل ص س ه ل ل ل ج ص و ص عل س ه هأ ص ت لص ه قت ه ه من س ه سا ص قييا ص ض ص ه ص ه صباب صي س ل ه لبالسر ل م إ لب سصرا ل هي ص Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw berkata kepada Aisyah, “Wahai Aisyah, kalaulah bukan karena kaummu baru saja meninggalkan masa jahiliyah, pastilah aku perintahkan merenofasi Ka’bah. Aku akan masukkan ke dalamnya apa yang telah dikeluarkan darinya. Aku akan menempelkannya ke tanah. Aku buat dua pintu, satu di timur dan satu di barat, dengan itu aku sampaikan dasar Ibrahim”. (HR. al-Bukhari). Rasululllah Saw tidak melakukan renofasi itu, bukan berarti haram. Tapi karena tidak ingin orang-orang Arab berbalik arah, tidak dapat menerima perbuatan Rasulullah Saw, karena mereka baru saja masuk Islam, hati mereka masih terikat dengan masa jahiliyah. Keenam, karena termasuk dalam makna ayat yang bersifat umum,
م ته س وا س ن عهلوا ال س ص حو ص فل ل ه خي سصر ل ص ص ف ص عل وك ه س ص “Dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. (Qs. al-Hajj [22]: 77). Rasulullah Saw tidak melakukannya, bukan berarti haram. Tapi masuk dalam kategori kebaikan yang bersifat umum. Jika perbuatan itu sesuai Sunnah, maka bid’ah hasanah. Jika bertentangan dengan Sunnah, maka bid’ah dhalalah.
50
“Jika Tidak Dilakukan Rasulullah Saw, Maka Haram”. Adakah Kaedah Ini? Inilah yang dijadikan kaedah membuat orang mengharamkan yang tidak haram. Membid’ahkan yang tidak bid’ah. Adakah kaedah seperti ini dalam Ilmu Ushul Fiqh? Pertama, kaedah haram ada tiga: وصل ت ص س a. Nahy (larangan/kalimat langsung), contoh: [قصرهبوا الضزصنا “ ] صDan janganlah kamu mendekati zina”. (Qs. al-Isra’ [17]: 32). b. Nafy (larangan/kalimat tidak langsung), contoh: [م وصل ي ص س ع ه ب بص س غت ص س ضك ه س ص ضا ع د “ ] ب ص سdan janganlah menggunjingkan satu sama lain”. (Qs. alHujurat [49]: 12). ن ص شصنا ص غ و c. Wa’id (ancaman keras), contoh: [من وللا س ل م س و ص فل صي س ص “ ] صSiapa yang menipu kami, maka bukanlah bagian dari golongan kami”. (HR. Muslim). Sedangkan at-Tark (perbuatan yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw), tidak satu pun ahli Ushul Fiqh menggolongkannya ke dalam kaedah haram. Kedua, yang diperintahkan Rasulullah Saw, lakukanlah. Yang dilarang ص سو ه Rasulullah Saw, tinggalkanlah. Ini berdasarkan ayat, [ل م الور ه ما آصتاك ه ه و ص ص ه ص ص خ ه هوا ] ف ه م ص ه فان ست ص ه ما ن ص ص عن س ه هاك س و ص ذوهه ص “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”. (Qs. al-Hasyr [59]: 7). Tidak ada kaedah tambahan, “Yang ditinggalkan Rasulullah Saw, maka haram”.
Ketiga, “Yang aku perintahkan, laksanakanlah. Yang aku larang, tinggalkanlah”. ص ه ص خ ه Ini berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majah, [مللا ف ه م بل ل و ص مسرت هك ه س ما أ ص ص ذوهه ص ه ه ص هوا م ص فان ست ص ه ] ن ص ص. عن س ه هي ست هك س Tidak ada kalimat tambahan, “Yang tidak aku lakukan, haramkanlah!”.
51
Keempat, ulama Ushul Fiqh mendefinisikan Sunnah adalah: السنة عند الصوليين ما صدر عن النب ي صلى الله عليه وسلم غير القرآن . مما يصلح أن يكون دليل د على حكم شرع ي، من قول أو فعل أو تقرير Sunnah menurut para ahli Ushul Fiqh adalah: ucapan, perbuatan dan ketetapan yang berasal dari Rasulullah Saw, layak dijadikan sebagai dalil hukum syar’i. Hanya ada tiga: Qaul (Ucapan), fi’l (Perbuatan) dan Taqrir (Ketetapan). Tidak ada disebutkan at-Tark (perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw). Maka at-Tark tidak termasuk dalil penetapan hukum syar’i.
Kelima, at-Tark (perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw) tidak selamanya mengandung makna larangan, tapi mengandung multi makna. Dalam kaedah Ushul Fiqh dinyatakan: [ دخله الحتمال سقط
أن ما
]به الستدلل Jika dalil itu mengandung ihtimal (banyak kemungkinan/ketidakpastian), maka tidak layak dijadikan sebagai dalil.
Keenam, at-Tark (perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw), itu adalah asal. Hukum asalnya tidak ada suatu perbuatan pun. Sedangkan perbuatan itu datang belakangan. Maka at-Tark tidak dapat disebut bisa menetapkan hukum haram. Karena banyak sekali perkara mandub (anjuran) dan perkara mubah (boleh) yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. Jika dikatakan bahwa semua yang tidak dilakukan Rasulullah Saw itu mengandung hukum haram, maka terhentilah kehidupan kaum muslimin. Jalan keluarnya, Rasulullah Saw bersabda, ما أحل الله ف ي كتابه فهو حلل وما حر م فهللو حللرا م ومللا سللكت عنلله فهللو عفو فاقبلوا من الله عافيته فان الله لم يكن ينسى شليئا ثللم تل هلذه اليللة وما كان ربك نسيا 52
“Apa yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya, maka itu halal. Apa yang Ia haramkan, maka itu haram. Apa yang didiamkan (tidak disebutkan), maka itu adalah kebaikan Allah. Maka terimalah kebaikan-Nya. Sesungguhnya Allah tidak pernah lupa terhadap sesuatu”. Kemudian Rasulullah Saw membacakan ayat, “dan tidaklah Tuhanmu lupa.”. (Qs. Maryam [19]: 64).69 Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani terhadap hadits ini, أخرجه البزار وقال سنده صالح وصححه الحاكم Disebutkan oleh Imam al-Bazzar dalam kitabnya, ia “Sanadnya shalih”. Dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim70.
berkata,
Ini menunjukkan bahwa yang tidak disebutkan Allah Swt dan tidak dilakukan Rasulullah Saw bukan berarti mengandung makna haram, tapi mengandung makna boleh, hingga ada dalil lain yang mengharamkannya. Dengan demikian, maka batallah kaedah:
الترك يقتض ي التحريم “at-Tark: perkara yang ditinggalkan/tidak dilakukan Rasulullah Saw, berarti mengandung makna haram”. Baca dan fikirkan baik-baik! Oleh sebab itu banyak sekali perbuatan-perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah Saw, tapi dilakukan shahabat, dan Rasulullah Saw tidak melarangnya, bahkan memujinya. Berikut contoh-contohnya:
Rasulullah Saw Membenarkan Perbuatan Shahabat, Padahal Rasulullah Saw Tidak Pernah Melakukannya. Ada beberapa perbuatan yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw, tidak pernah beliau ucapkan dan tidak pernah beliau ajarkan. Tapi
69 Lihat selengkapnya dalam kitab Itqan ash-Shun’ah fi Tahqiq Ma’na alBid’ah karya Ahli Hadits Maroko Syekh Abdullah bin ash-Shiddiq al-Ghumari. 70 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, op. cit., Juz.XIII, hal.266. 53
dilakukan oleh shahabat, Diantaranya adalah:
Rasulullah
Saw
membenarkannya.
Shalat Dua Rakaat Setelah Wudhu’. عن س ص م ص قا ص ه ص ص ل ل ن أ صلب ي ه عل صي س ل هصري سصر ةص صر ل هأ و عن سدص و ص ع س سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ي الل و ه ي ص ل ل لب لصل ك ه ص ن الن وب ل و ض ص ص ص س س ص س ص سل م ل ص ة ال ص ر صيا ب لل ه ف ل ص جى ص ت دص و ه ل س ل ع ل صل ل م س حدضث سلن ي ب لأسر ص ل ص ف س ع ه فإ لضن ي ص ف ي ال ل س ملت ص ه ع ص ص م ك ج ل ص ص ص ص ص د س س عل صي س ص ة ص قا ص هللسر ت ص ما ص جللى ل ي ل عن سلل ل ع ل جن و ل مل أسر ص ف ي ال ص نص س مللل ه م أت صط و ك ب صي س ص دي أن ضلل ي للل س ع ص ل ص ن ي صدص و ه ص ص ت ب لذصل ل ص ي سا ص هودرا ل ع ل ب لل ي أ س ما ك هت ل ص صل وي س ه ك الطي ه و نص ص ف ي ص طص ه ر ص نأ ص ر إ لول ص لأ س ة ل صي س ك صل ض ص هو ل ها ك Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw berkata kepada Bilal pada shalat Shubuh, “Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku tentang amal yang paling engkau harapkan yang telah engkau amalkan dalam Islam? Karena aku mendengar suara gesekan sandalmu di depanku di dalam surga”. Bilal menjawab, “Aku tidak pernah melakukan amal yang paling aku harapkan, hanya saja aku tidak pernah bersuci (wudhu’) dalam satu saat di waktu malam atau siang, melainkan aku shalat dengan itu (shalat sunnat Wudhu’), shalat yang telah ditetapkan bagiku”. (HR. alBukhari). Apakah Rasulullah Saw pernah melaksanakan shalat sunnat setelah wudhu’? tentu tidak pernah, karena tidak ada hadits menyebut Rasulullah Saw pernah melakukan, mengucapkan atau mengajarkan shalat sunnat dua rakaat setelah wudhu’. Jika demikian maka shalat sunnat setelah wudhu’ itu bid’ah, karena Rasulullah Saw tidak pernah melakukannya. Ini menunjukkan bahwa shalat sunnat dua rakaat setelah wudhu’ itu bid’ah hasanah. Jika ada yang mengatakan bahwa ini sunnah taqririyyah, memang benar. Tapi ia menjadi sunnah taqririyyah setelah Rasulullah Saw membenarkannya. Sebelum Rasulullah Saw membenarkannya, ia tetaplah bid’ah, amal yang dibuat-buat oleh Bilal. Mengapa Bilal tidak merasa berat melakukannya? Mengapa Bilal tidak mengkonsultasikannya kepada Rasulullah Saw sebelum melakukanya? Andai Rasulullah Saw tidak bertanya kepada Bilal, tentulah Bilal melakukannya seumur hidupnya tanpa mengetahui apa pendapat Rasulullah Saw tentang shalat dua rakaat setelah wudhu’ itu. Maka jelaslah bahwa shalat setelah wudhu’ itu bid’ah hasanah sebelum diakui Rasulullah Saw. Setelah mendapatkan pengakuan Rasulullah 54
Saw, maka ia berubah menjadi sunnah taqririyyah. Fahamilah dengan !baik
Shalat Dua Rakaat Sebelum Dibunuh. ه ص سو ه قا ص م ع ص ه ص ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي سلل ل ل الل و ل هصري سصر ةص صر ل ل بص ص و ص ث صر ه ع س سللل و ص صللولى الل ولل ه عن س ه ي الل و ه ه ص ه ص ض ص ص ص س ص ع ص ن ن ه جللدو ص م ص مصر ص شصر ةد ص ص عا ل ن ث صللاب ل ك عا ل ي ص م بس ص ع ص ر و ص ص ه س وأ و ت الن س ص عي سدنا ص صللا ل مللصر ب سلل ل صللم ل ب سلل ل علي س ل س و س و ص ل يه ص س ص قللا ه حوتى إ ل ص ل ال ص ن ص مك ص ن ه ي ل هد ص ل فا ص ة ذهك لهروا ل ل ص ب ص ع س ذا كاهنوا لبال ص م س ة ب صي س ص و ص خطا ل هذصي س ك ن ص ح ي ص فا س ل صرا م ك ص م بل ص فن ص ص ن ص حت وللى صوا آث صللاصر ه مائ ص ل ن ل ب ل حصيا ص م ص ة صر ه م ب صهنو ل ل س فهروا ل ه لص ه م س ه س ه س ه س ري ك قت ص ي ج ك ق ل وجدوا س م ص ب ص ف ص ل ن صصزهلوهه ص مللا عوا آث صللاصر ه مصر ل فات وب ص ه ر ص ص ص ه مأك صل ص ه فل ص و ه س قاهلوا ت ص س ف ي ص م الت و س ه س ص ز ك مهر ي صث س ل من س ل ص ص ص ه س ص ص ص ف ص م ص م ال ص ع ص م م ص و ل عا ل فأ ص هل ص ص ص ص و ه قللالوا ل ه هلل س هلل س جهئوا إ للى ص حاب ه ه ص ح ه س وأ س ح و قلل س م س م ص حاط ب ل ل ض ك س بل ل ص ص ص ص ص س س ص ه ه ف ص دا ص ن ل نص س زلوا ص قللا ص قت هلل ص ل فأ س ل ل وال ل عطوا ب لأي س ل ميصثلاقه أ س حل د مأ ص م ال ص ع س من سك هلل س ولك ه س ديك ه س هللده ص م ص ان س ل ص ص ص ص ص و ص س ة ص م ص ما أصنا ص ها ال ص قا ص ز ه خلبللسر مأ س ص كا ل ل ل م ل ن صثاب ل ك عا ل و ه ل الل ه ت أي ي ص م بس ه ه و ر ثه و ف ي لذ و م أ و ص ه ق س ف ك فل أن س ل ص ه و ص و و عونا ن صب لي و ص ف ص ل ص م ص ون صللصز ص م قت صلللوا ص ه ص ص و ه عا ل علي س ل و ص هلل س صلل د ه س فصر ص سل ص صلى الل ه ك ص ما ص م لبالن وب س ل م س ه ص ل إ للي س ل ص س س ص ص خللهر ص ة نص ص جلل ح مللا لآ ص م ه ر ص ث صلث ص ه ن الدوث لن صلل ل ق ل وال ل ه ل وصر ه خب صي س ح على ال ص من س ه ع س وصزي سده ب س ه فل و ه س ة ص ب ص د ص ميصثا ل ف ك ص ص فصرب ص ه ها ص م ص م أطسل ص ه هلل ص ج ه قا ص ذا ل الث وللال ل ه ث ص طو ه وصتاصر ل ق ل مك صهنوا ل ل الور ه م بل ص من س ه ا س ه س ه س ه س ست ص س قوا أ س سي ض ل ه ص ص قت سل صللى ص ريللده ال س ص هلل ه و ه ؤصل ل ل ال س ص والل ولل ل م إل و ف ص صلل ص ءأ س ن ل للل ي ب ل ص جللورهروهه حب هك ه س ه صل أ س سلل ص ر ص أ و و ةد ي ه ل غللدس ل ص عال صجوه ص ص م ص ق بل ه حوتى صبا ه عو ه ن الدوث لن ص ل وصزي س ل فأصبى أ س عللدص ما ب ص س ة ص ص ص حب ص ه ه ص فان سطهل ل ص ه س و ص ه ه خب صي س ك ن يص س ب ص ص د بس ل س ص و ص ص ص س قت صلل ص ل لل ه ب لل ي ب خ ن للا ك و للا ب ي ب خ ل ف و ن ن ب ر م عا ن ب ث ر حا ل ا نو ب ع تا ب فا ر د ب ة ع ق و ه ه ص ص ه ص ه ص ل ل ل ص ص س ح ص س د ص س ص ص ل س ل س ك ص ل ص ص ص س ك س ل هم أ صسليرا حت وللى أ ص ص ص ص ص ه لل ل ت ق علوا م ج د لل ن ع ب لل ي ب خ ث ص لل ب ل ف ر د بل م و لل ي ر م علا ن ر ص ه ص ه ل س س ل ل س ص ه د ص ص س ح ال س ص ث ب س ص ه ص س ل ك ص س ص ص س ك حا ل ص ه ص هلا ص ص هلا فأ ص ست ص ل ر ل ض ب صصنا ل عاصر ل فلدصصر ص ت ال س ص ن بص س ست ص ص ي ل ص ص حدي ب ل ص سى ي ص س مو د فا س م س علاصرت س ه ث ه ج ب هصنل ي حا ل ع ل ص ي ص ه ص عل صللى ص حوتى أت صللاهه ص ت ه ص فل ص ح ف ل غا ل د ل سللى ب لي صلل ل ذ ل خلل ل و ل م س و ص ة ص قللال ص س مو ص جل ل ص وال س ه سلل ه ه ه جللدصت س ه ه ص ف ص ص ه ص ص ص ص ص ص ه ل ذصل للل ص س س ص ص ص ص ص ص علل ص ص ص ك ف ل ت لل ن ك للا م ه لل ل ت ق أ ن أ ن ي لل ش خ ت أ ل للا ق ف ب ي ب خ ها ف ر ع ة ع ز ف ت ع ز ف ف س ه ص ص س د ل ص س س ص ص س ح س ه ه ص ص س ص ه ه ص ل ص ص ص و ي و ص ص ص مللا ي صأ سك هلل ه ل و ي ه ت د لل ج و د لل ق ل ه ل وال ب ي ب خ ن م را ي خ ط ق را سي أ ت ي أ ر ما ه ل وال ت ه ص ل ل ص ص س ه س د ل س س ص ص س ه ه ص س د ص س ك ص ل د قال ص س ص و ص ت تص ه قطس د قللو ه ل مك و ص ب ل ن ل ل مصر ك ة ل دي ل ح ل د ل ف ي ي ص ل فا ل ق لبال س ص كان ص س م س م س ن ثص ص ما ب ل ص و ص موث ص ح ه لص ه وإ لن و ه عن ص ك ة ص د ص ه ص س ه س ص و ص ل ص س ص ص قللا ص حلل ض ل ل ا لل ي ف ه لو ت ق ي ل م ر ح ل ا ن م ه ب جوا ر خ ما ل ف با ي ب خ ه ل ال ه ق ز ر ق ز ر ل ه ن ص ه ل ه ل ص ص ل ل ص ه ص ه ص س د ل ل ل س و ه إل و ه ل س ح ص ص ه ص ه فت صصر ه ف ص ن ص كوهه ص ن ص قا ص ن م ه ب دص ه والوللل ل وصل أ س ع صرك س ص فصرك ص ص صضل ي صرك س ص خب صي س ح لص ه ه س عولن ي أ ص ه صللل س ل ص عت صي س ل عت صي س ل ص ص وا س م ص قا ص وصل م ص جصز ح ح ل ح ل سهبوا أ و م ب صللدص د عللدص د مأ س ما لب ي ص تص س زد س ه قت هل س ه ل الل و ه هلل س ه س ه و ت ثه و ن ص دا ص دا ص ع لص ل صلل ل ه ه ص ص ص نأ س ل ص شأ ي ص ه قت ص ه قو ه م أن س ص ما ت أصبالل ي ل ق ل ح د مأ ص س ه م س فل ص س من س ه حي ص سل ل د ل ه دا ث ه و ه س ت هب س ل ص ب ص ع ي ص صصر ل ن ل لل و ل كا ص ي ص ه ص عصلى أ ض جن س ك م س شأ س ص س ص ن يص ص ص ص وذل لك ل ت ال لل ل ف ي ذا ل وإ ل س ه ص ص ص س ص س ع رك ص ل ل م ص و ه و ص صا ل على أ س شل ك ي هصبا ل موز ل ص ص س ص ص ص ص س ص ن ل لك هلللض ن ه ة ه و ص عقب ص ه ع ص ب ه ر ل ه أهبو ل م إ للي س ل وكللا ص خب صي سلل ح ن ال ص م قا ص و ص سلل و ة بس ه ث فقت صل ه ثه و هلل ص ه ص سسر ص حا ل سل لم ك ه قت ل ص صصل ةص م س ه صب سدرا ال و ل ص Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw mengutus utusan sebanyak sepuluh orang. Mereka dipimpin ‘Ashim bin Tsabit al-Anshari kakek ‘Ashim bin Umar bin al-Khaththab. Ketika mereka berada di alHadah lokasi antara ‘Asafan dan Makkah. Berita kedatangan mereka 55
disampaikan ke satu kawasan dari Hudzail bernama Bani Lihyan, lalu dipersiapkan untuk menghadapi mereka hampir seratus orang pemanah. Pasukan musuh mengikuti jejak pasukan kaum muslimin hingga pasukan musuh mendapati makanan pasukan kaum muslimin yaitu kurma di tempat yang mereka diami. Pasukan musuh berkata, “Ini kurma Yatsrib (Madinah)”. Pasukan musuh terus mengikuti jejak pasukan kaum muslimin. Ketika ‘Ashim dan para sahabatnya merasa bahwa mereka diikuti, mereka pun singgah di suatu tempat. Pasukan musuh mengelilingi mereka dan berkata, “Turunlah kalian, serahkan diri kalian. Bagian kalian perjanjian. Kami tidak akan membunuh seorang pun dari kalian”. ‘Ashim bin Tsabit berkata, “Wahai sahabat, aku tidak akan turun ke dalam perlindungan orang kafir. Ya Allah, beritahukan nabi-Mu tentang kami”. Pasukan musuh memanah pasukan kaum muslimin, mereka berhasil membunuh ‘Ashim. Tiga orang turun berdasarkan perjanjian, diantara mereka adalah Khubaib, Zaid bin ad-Datsinah dan seorang laki-laki. Ketika pasukan musuh dapat menguasai mereka, pasukan musuh melepaskan tali busur panah mereka dan mengikat pasukan kaum muslimin. Laki-laki yang ketiga itu berkata, “Demi Allah, inilah tipuan pertama, aku tidak akan bersama dengan kamu. Sesungguhnya aku suri tauladan bagi mereka”, yang ia maksudkan adalah dalam hal pembunuhan. Pasukan musuh terus menyeret dan mengajaknya, tapi ia tetap menolak untuk ikut bersama mereka. Lalu Khubaib dan Zaid bin ad-Datsinah dibawa hingga pasukan musuh menjual mereka berdua setelah perang Badar. Bani al-Harits bin ‘Amir bin Naufal membeli Khubaib. Khubaib adalah orang yang membunuh al-Harits bin ‘Amir pada perang Badar. Khubaib menetap di negeri mereka sebagai tawanan hingga mereka berkumpul untuk membunuhnya. Khubaib meminjam pisau silet kepada salah seorang perempuan dari anak perempuan al-Harits, perempuan itu meminjamkannya. Perempuan itu memiliki seorang anak laki-laki, ketika perempuan itu lengah, anak laki-lakinya datang kepada Khubaib. Perempuan itu mendapati anak laki-lakinya berada di atas pangkuan Khubaib sedangkan pisau silet berada di tangan Khubaib. Perempuan itu berkata, “Aku sangat terkejut”. Khubaib menyadari hal itu, ia berkata, “Apakah engkau khawatir aku membunuhnya? Aku tidak mungkin melakukan itu”. Perempuan itu berkata, “Demi Allah aku tidak pernah melihat seorang tawanan sebain Khubaib. Demi Allah, suatu hari aku dapati Khubaib memakan setangkai anggur di tangannya, padahal ia terikat dengan besi, sedangkan di Makkah tidak ada buah-
56
buahan. Itulah adalah rezeki yang diberikan Allah Swt kepada Khubaib”. Ketika pasukan musuh membawa Khubaib keluar untuk dibunuh di tanah halal (luar tanah haram). Khubab berkata kepada mereka, “Biarkanlah aku melaksanakan shalat dua rakaat”. Mereka pun membiarkannya. Lalu Khubaib melaksanakan shalat dua rakaat. Khubab berkata, “Demi Allah, andai kalian tidak menyangka bahwa aku berkeluh-kesah, pastilah aku tambah (jumlah rakaat)”. Kemudian Khubaib berkata, “Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, bunuhlah mereka segera, jangan sisakan seorang pun dari mereka”. Kemudian Khubaib bersyair: Aku tidak peduli ketika aku terbunuh sebagai muslim Di sisi apa pun bagi Allah kematianku Itu semua pada Tuhan yang satu jika Ia berkehendak Allah memberikan berkah pada setiap bagian tubuh yang terputus Lalu Abu Sirwa’ah ‘Uqbah bin al-Harits tegak berdiri membunuh Khubaib. Khubaib adalah orang pertama yang men-sunnah-kan shalat (sunnat) bagi setiap muslim yang terbunuh dalam keadaan sabar. (HR. alBukhari). Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkan, “Hai orang-orang beriman, jika kamu akan dibunuh, shalat sunnatlah dua rakaat”. Shalat sunnat dua rakaat ini murni inisiatif dari Khubaib. Maka Khubaib melakukan perbuatan yang tidak dilakukan, tidak diucapkan dan tidak diajarkan Rasulullah Saw. Masuk kategori bid’ah, tapi bid’ah hasanah. Setelah disampaikan kepada Rasulullah Saw, diakui beliau, barulah ia menjadi sunnah taqririyyah.
Membaca Surat al-Ikhlas Sebelum Surat Lain. ص ص ه ص ر ي صلل ه ج ح د ه ص ص م ل ج ل ل ل ك صر ل كا ص ن صر ه مال ل ك م س م ه م س ع س فلل ي ص ه س ؤ ي عن س ه ي الل و ه ن ص ن اسلن س ص سلل ل ض ص صللا ل س بس ل ن أن ص ل ه ه ص ص و ه ص س س س س ه ب قصبا ك م ل ما ي صقللصرأ ب للل ل ة ل صل ل وكا ص ه افت صت صلل ص ما افت صت ص ص ها ل ه سوصر ةد ي صقصرأ ب ل ص ح ه م و ه س ن كل ص ح ل ف ي ال و ء ص ه ه ص و ص ع ذصل للل ص فهر ص م يص س حوتى ي ص س ه ق س ك سوصر ةد أ س ل ه غ ل كا ص صللن ص ه م ص حدح ص هأ ص ع ص قصرأ ه من س ص خصرى ص ها ث ه و و الل و ه ن يص س ها ص ه ص ص ص قاهلوا إ لن و ص ك تص س ف ص ه ص ة ص ف ي ك ه ض هللا ل سوصر ل ذ ل ه ل ع ك فت صت ل ه ص ص ل صرك س ص م صل صتللصرى أن و ص ه ال ي ح بل ص ة ث ه و حاب ه ه م ه فك صل و ص هأ س 57
ص فإما ت ص س ه زئ ه ص ف ص خصرى ص وت ص س حوتى ت ص س قا ص مللا قصرأ ص ب لأ ه س قصرأ ص ب لأ ه س ن ت صدص ص ما أ س ك ص ته س ع ص قصرأ ب ل ص ل ص وإ ل و خصرى ص ل و ها ص ها ص ج ل ص ص ص ص و ص م ب لذصل ل ص ك ص نأ ه ن ر س و ص وإ ل س مأ س ها إ ل س ف ص نأ س عل س ه رك ل ص م ت صصرك ست هك ه س هت ه س مك ه س ؤ و حب صب ست ه س كاهنوا ي صللصر س م ص ت ص ن كص ل أصنا ب لصتا ل ص ص م ص غي سهرهه ص ن أص س ن يص ه ه ه ص ما أ صصتا ه ر ه ف ص عل صي سلل ل ه ل هوا أ س م ه م س صللولى الل ولل ه ه س فل ص و ه س ؤ و ه س أن و ه ي ص م ص م الن وب للل ي وك ص ل ضل ل ل ك بلل ص س فصلن ما يمن صع ص ص حاب ه ص ن تص س ل صيا ه ف ص خب صصر ص ع ص قا ص ك خب صهروهه ال س ص م أص س مهر ص ل ل كأ س صلل ص ف ص ه ص ص س ه و ص ما ي صأ ه ل ص سل و ص هأ س ص ه ه ص ه س ه ص ف ص هللا ص ص ص قللا ص ص ض ل ب ح أ لل ي ن إ ل للا ق ف ة لل ع ك ر ل لل ك ف ي ة ر سو ال ه ذ ه م زو ل لى ع ك ل م ح ي ما و ص ي ص ل ل لض ص ص ك ل ص ل ل ص ص ص س ل ه ل ي ص ص س ص ص حب ي ص ة ن ج ل ا ك ل خ د أ ها ص ص و ص ك إ لويا ص س ه Dari Anas bin Malik, ada seorang laki-laki menjadi imam orang-orang Anshar dalam shalat di masjid Quba’. Setiap kali membawa surat, ia awali dengan membaca surat al-Ikhlas hingga selesai. Kemudian ia membaca surat lain. Ia terus melakukan itu dalam setiap rakaat. Sahabat-sahabatnya berbicara kepadanya. Mereka berkata, “Engkau mengawali bacaan dengan surat al-Ikhlas. Kemudian engkau merasa itu tidak cukup, lalu engkau baca surat lain. Engkau baca surat alIkhlas, atau jangan engkau baca dan cukup baca surat lain saja”. Ia menjawab, “Saya tidak akan meninggalkan surat al-Ikhlas. Jika kalian suka saya menjadi imam bagi kalian, saya akan melakukannya. Jika kalian tidak suka, saya akan meninggalkan kalian”. Dalam pandangan mereka, ia adalah orang yang paling utama diantara mereka, mereka tidak suka jika orang lain yang menjadi imam. Ketika mereka datang kepada Rasulullah Saw, mereka menceritakan peristiwa itu. Rasulullah Saw bertanya, “Wahai fulan, apa yang mencegahmu untuk melakukan saran sahabat-sahabatmu? Apa yang membuatmu terus membaca surat al-Ikhlas?”. Ia menjawab, “Sesungguhnya saya sangat suka surat al-Ikhlas”. Rasulullah Saw berkata, “Cintamu kepada surat al-Ikhlas membuatmu masuk surga”. (HR. al-Bukhari). Rasulullah Saw tidak pernah melakukan dan mengajarkan membaca surat al-Ikhlas sebelum shalat lain. Ini murni ijtihad shahabat tersebut. Mengapa ketika melakukannya, ia tidak khawatir sedikit pun terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah? Karena ia yakin bahwa perbuatan itu bid’ah hasanah.
Menutup Bacaan Dengan Surat al-Ikhlas.
58
ش ص ص و ص سو ص عائ ل ص ن ع ص جدل ص ه ص ن ص ص ري و ك عل صي س ل ل الل و ل كللا ص ةأ و ث صر ه م بص ص عصلى ص و ص ن صر ه ع س سل و ص صولى الل و ه ه ص ة ص ه ص س ل ص ه ص ف ي ص ص عللوا ذهك لللصر ذصل للل ص حللدح ص م بل ه م ص يص س ق س ك في ص س ل ه ه ل حاب ل ل ج ه مللا صر ص هأ ص ص ص فل ص و و الل ولل ه خت ل ه ه س قصرأ لل س هلل ص صلت ل ل ص ص ع ذصل ل ص ك ص ف ص م ص ي ص قا ص ي ك ه ص عل صي س ل ل الل و ل صن ص ه ف ص ل ص و ص ل لصر ه سأهلوهه سهلوهه لل ض سل و ص صولى الل و ه ء يص س ه ص ه ص سو ل ش س ص ص ص ه ص ص ف ص ها ص نأ س ن ص ص ص ف ص ص سو ه قا ص قا ص ه ف ه فأصنا أ ل ل الل و ل ها ل بأ س ح ي ة الور س ل صر ه قصرأ ب ل ص ل للن و ص صللولى الل ولل ه ح ص ه ص م ل ص ص ه مأ س ص ه يه ل عل صي س ل خب لهروهه أ و و ص حب ي ه ن الل و ص سل و ص ه ص Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw mengutus seorang laki-laki dalam satu pasukan perang. Ia menjadi imam bagi sahabatsahabatnya dalam shalat mereka. Ia selalu menutup bacaan ayat dengan surat al-Ikhlas. Ketika mereka kembali, peristiwa itu disebutkan kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Saw berkata, “Tanyakanlah kepadanya, mengapa itu melakukan itu?”. Ia menjawab, “Karena al-Ikhlas adalah sifat Allah Yang Maha Pengasih. Saya suka membacanya”. Rasulullah Saw berkata, “Beritahunlah kepadanya bahwa Allah Swt mencintainya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Qatadah bin an-Nu’man: Membaca Surat al-Ikhlas Sepanjang Malam. هو الل و ص ص ص ها ص قصرأ ه ه جدل ي ص س ق س مللا د ال س ه ص حدح ي هصردضده ص س ل س ل عي ك يأ و هأ ص ع صر ه م ص ن صر ه جدل ص ن ألب ي ص ع س فل ص و ه ر ض ل ه ص خدس ل ص ص ص و ص و و و ص ص ص ص م ص جلل ص ل ه ص علي س ل ل الل ل وكللأ و ن الور ه ح ص صب ص ص و ص جاءص إ للى صر ه فذصكصر ذصل لك للل ه سل ص صلى الل ه ه ص أ س ه ص ه ص سو ل ذي ن ص س ف ص ها ص ي صت ص ص سو ه قا ص هللا ه ص د ل سلل ي ب لصيل ل ف ل واولل ل عل صسيل ل ل الل و ل ه إ لن و ص و ص ل صر ه قال ي ص سلل و ص صللولى الولل ه ه ص م ص ه ص س ه ث ال ه د ه ن ل ث هل ص ع ل ل صت ص س قسرآ ل Dari Abu Sa’id al-Khudri, sesungguhnya seorang laki-laki mendengar ada orang membaca surat al-Ikhlas. ia mengulang-ulangi bacaannya. pada waktu shubuh, ia datang menghadap Rasulullah Saw menyebutkan peristiwa itu, seakan-akan orang itu membicarakannya. Rasulullah Saw berkata, “Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sesungguhnya surat al-Ikhlas itu sama dengan sepertiga al-Qur’an”.. (HR. al-Bukhari). Tentang nama orang yang membaca surat al-Ikhlas itu dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Ahmad: عن أب ي سعيد الخدري قال بات قتاد ة بن النعمان يقرأ الليل كله قل هو الله : أحد فذكر ذلك للنب ي صلى الله عليه و سلم فقال النب ي عليه السل م والذي نفس ي بيده لتعدل نصف القرآن أو ثلثه 59
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Qatadah bin an-Nu’man membaca surat al-Ikhlas sepanjang malam. Peristiwa itu disebutkan kepada Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw berkata, “Demi jiwaku berada di tangan-Nya, surat al-Ikhlas itu sama dengan setengah atau sepertiga al-Qur’an”. (HR. Ahmad).
Bacaan Iftitah Dibuat-buat Shahabat. مصر ص قا ص م إ لذس ه ص ن ه ص عل صي سلل ل ل الل و ل م ص ما ن ص س و ص ع صر ه ح ه ع س سللل و ص صولى الل ولل ه صضل ي ص ل ب صي سن ص ص ع ص ه ص ن نه ص ه ص سو ل ن اب س ل ص و و س و س ن ال ص ص ج ح قا ص ه ب هك سللصر ةد ن الللل ل مللده ل للل ل ل ل حا ص سللب س ص وال ص ل صر ه و ه م س ح س و م ل الل ه ه ك صث ليللدرا ص ه أك سب صهر ك صلبيلدرا ص ق س ص س و ص و و و د ن ال ص ف ص صيل ص وك صلل ص ة ك صلل ص قائ للل ه سو ه قا ص ذا ه ص ملل ص علي س ل ل الل ل وأ ل و ص ل صر ه ملل س ل ك صل ل ص م ص سل ص صلى الل ه ه ص ذا ص ه ص ص ص ص ص ص و س ه ص ص ص ص ص ح ص ب لل ب أ للا ه ل ت لل ح ت ف للا ه ل ت لل ب ج ع ل للا ق ه لل ل ال ل للو س ر للا ي نا أ م و ق ل ا ن م ل ج ر ل قا ص ل ص ل ل وا ه س ص س ص ه س ه ص ص ص ه س ل ص ص س ل ما ل ء ال و س ص و ص و و و مصر ص ص سلو ص قا ص م ه ص ن ه علي س ل ل اللل ل سل ل م س ع ه و ص ت صر ه من سذه ص ما ت صصرك ست ه ه ه و ل اب س ه سلل ص صللى اللل ه ن ه ف ص ع ص ه ص ه ص ل ذصل ل ص يص ه قو ه ك Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ketika kami shalat bersama Rasulullah Saw. Seorang laki-laki dari suatu kaum mengucapkan: الل وه أ صك سبر ك صبيرا وال سحمد ل لل وه ك صلثيرا وسبحان الل وه بك سر ةد ص صيدل وأ ل ل د ص ه س ص ص ل د ص ص س ه ه ص ل ه ص ص ه Rasulullah Saw bertanya, “Siapakah yang mengucapkan kalimat anu dan anu?”. Laki-laki itu menjawab, “Saya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw berkata, “Saya kagum dengan bacaan itu. Pintu-pintu langit dibukakan karena doa itu”. Abdullah bin Umar berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan doa itu sejak aku mendengar Rasulullah Saw mengatakannya”. (HR. Muslim).
Do’a Buatan Shahabat. عن أنس بن مالك :ان النب ي صلى الله عليه و سلم سمع رجل يقللول اللهللم ان ي أسلألك ان للك الحملد ل إلله ال أنلت وحلدك ل ش ريك للك المنلان بلديع السماوات والرض ذا الجلل والكرا م فقال النب ي صلللى الللله عليلله و سلللم لقد سألت الله باسم الله العظم الذي إذا دع ي به أجاب وإذا سئل به أعطى تعليق شعيب الرنؤوط :حديث صحيح Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw mendengar seorang laki-laki mengucapkan: 60
اللهم ان ي أسألك ان لك الحمد ل إله ال أنت وحدك ل شريك لك المنان بديع السماوات والرض ذا الجلل والكرا م Rasulullah Saw berkata, “Engkau telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, apabila berdoa dengan doa itu maka dikabulkan, jika diminta maka diberi”. . (HR. Ahmad, komentar Syekh Syu’aib al-Arnauth: hadits Shahih).
Doa Tambahan Pada Bacaan Sesudah Ruku’.
ي ص ر ص قا ص صولى فا ص ص ع ص ع اليزصر ل ن صرا ل ع س و د ي ص ما ن ه ص صضل ي ص ل ك هونا ي ص س وصراءص الن وب ل ض ق ض ن ل ف ك ة بس ل س و ص و ص و ة ص ما صر ص م ص قا ص ن ه ص س ل ع ل ه ل علي س ل م ص ن الورك س ص ف ص ل ص ع صرأ ص و ص م س م س ه لل ص ع الل ه س ه فل و سل ص الل ه ه ص مصباصر د ول ص ص مدصهه ص ج ح قا ص كا ح ل م د مد ه ص ك ال س ص ل صر ه ص دا ك صلثيدرا طصي ضدبا ه ح س ح س وصراءصهه صرب وصنا ص ل ص ص ص ل أصنا ص م ص ف ص ه ص قا ص قا ص قا ص ة ع د صصر ص ل ت بل س في ل ض ص ل صرأي س ه م س مت صك صل ض ه ن ال س ه ل ص فل ص و ما ان س ص ص ص ص ص مل د و ه ل كا ي صب ست ص ل م ي صك ست هب ه ص ها أي ي ه دهرون ص ص وث صللثي ص ه س ن ص ها أ و ص
Dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi, ia berkata, “Suatu hari kami melaksanakan shalat di belakang Rasulullah Saw. Ketika Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari ruku’ dan mengucapkan:
ح ل س ل ن ص م ص ص م س مدصهه ه لل ص ع الل و ه Seorang laki-laki yang berada di belakangnya mengucapkan:
مصباصر د ول ص ص ه كا ل في ل م د مد ه ص ك ال س ص دا ك صلثيدرا طصي ضدبا ه ح س ح س صرب وصنا ص Ketika Rasulullah Saw selesai melaksanakan shalat, beliau bertanya, “Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?”. Laki-laki itu menjawab, “Saya”. Rasulullah Saw berkata, “Aku melihat tiga puluh sekian (3-9) malaikat segera mendatanginya, (mereka berlomba) siapa diantara mereka yang menuliskannya pertama kali”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Bacaan Ruqyah Buatan Shahabat. ل أص س ه ص قا ص صولى ن ص ن ص ي ص ص ج ص ن ل ل الل و ل عن س ل قب صل سصنا ل م ل مي ل ت الت و ل صل س ل ر ص د صر ه م س ع س ع س ع ض ه ص ن ال و سو ل م ض خا ل ة بس ل ص ه ص ه س ص و ص و ه ص ص ص ص س س م م فأت صي سصنا ص ه ص ي ل علي س ل ن ال ص على ص و ص م س جئت هلل س ب فقالوا إ لن وللا أن سب لئن صللا أن وكلل س سل ص الل ه عصر ل م قللدس ل ه ص ح ي ص ه ص س ص س ص ف ي وا ك ل بل ص ها ل عهتو د ن ل هل ل د ص ن ل و هرقي ص ك م ل عن س ل ل ة فإ ل و م س هذا الور ه رف ص م س م س عن سدصصنا ص عن سدصك س ءأ س ن دص ص ج ل خي س ك 61
س ف ص ل ص قي هللولد ص فلل ي ال س ه ل ص م ص ف ه ل ص قهيولد ص ال س ه قللا ص قا ص قا ص ه ت ص ه ل جللا ه عل صي سلل ل عت هللو ك م س ف ص قل سصنا ن ص ص قللصرأ ه ءوا ب ل ص ع س ص ص ص ة أويا م ك ه م أت س ه ص فل ه ل ملا ص و ص شلي و د ب ث صصلث ص ص ح ص ع ب هصزا ل ع ل مل ه هلا أ س فات ل ص مت ه ص قل ي هثل و ج ص خت ص س ة ك هل و ص ة ال سك لصتا ل و ةد ص غدس ص ص ص ص ص ش ص ف ه عدل ص ل ص ل ص ع ص ص سو ص سأ ص قا ص ما ن ص ص ه فأ س ن ل ل الل ولل ل ط ل ت صل ص ج س ولن ي ه قل س ه ل صر ه حوتى أ س م س فك صأن و ص عط ص س قا ك ص ص ل لص ص ل ب لهر س ل ص ف ص م ص ن أك صلل ص ل كه س قا ص ت ه ص قي صلل ل عل صي س ل فل ص ص قللدس أك صل سلل ص و ص ملل س ري ص ع س سل و ص صولى الل و ه ص ة صباطللل ك ه ص م ل س ق ح ة ي ق ر بل ه ص ل ص ي Dari Kharijah bin ash-Shalat at-Tamimi dari pamannya, ia berkata, “Kami datang dari sisi Rasulullah Saw. Kami mendatangi suatu kawasan dari kawasan Arab. Mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah diberitahu bahwa kalian datang dari sisi laki-laki itu (Nabi Muhammad Saw) membawa kebaikan. Apakah kalian memiliki obat atau ruqyah, ada orang gila terikat di tempat kami”. Kami jawab, “Ya”. Mereka pun datang membawa orang gila yang terikat itu. Lalu saya bacakan surat al-Fatihah tiga hari pagi dan petang. Setiap kali selesai membaca surat al-Fatihah, saya kumpulkan air liur saya, kemudian saya tiupkan. Seakan-akan orang gila itu sadar dari ikatannya. Mereka memberi upah kepada saya. Saya jawab, “Tidak, sampai saya menanyakan hukumnya kepd Rasulullah Saw”. Rasulullah Saw berkata, “Makanlah, demi usiaku, tidak benar orang yang makan dari hasil ruqyah yang batil. Sungguh engkau telah makan dari hasil ruqya yang haq (benar)”. (HR. Abu Daud, Ahmad dan al-Hakim). Syekh Nashiruddin al-Albani berkata, “Hadits Shahih”71.
Perbuatan Shahabat Bertentangan Dengan Sunnah. Tapi tidak selamanya Rasulullah Saw membenarkan ijtihad shahabat. Rasulullah Saw hanya membenarkan perbuata shahabat yang sesuai dengan Sunnah. Ketika perbuatan itu bertentangan dengan Sunnah, maka Rasulullah Saw marah dan melarangnya, contoh:
71 Syekh Nashiruddin al-Albani, Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud, Juz.VIII, hal.401. 62
ص ص ه يص ه قو ه ي ه ص جاءص ث صصلث صلل ه ة صر س ط إ لل صللى ب هي هللو ل هلل ك ك صر ل ل ص مال ل ك س بس ص عن س ه ي الل و ه ن ص أن ص ص ت أسز ص ج الن وب للل ض ض ص وا ل عل صيه وسل وم ي ص م ص مللا ه ص ن ص ن ل عل صي سلل ل عصبادص ل سأهلو ص و ص ه ص س ل ص ص ص ص س ع س فل ص و سللل و ص صولى الل و ه صولى الل و ه ي ص ص ه ص ة الن وب ل ض ص ص ه و ص و و ه ي ص ص ص ص ص د لل ق م ل لل س و ه ي ل ع ه ل ال لى ص ي ب ن ال ن م ن ح ن ن ي أ و لوا قا ف ها لو قا ت م ه ن أ ك روا ب خ س ص ص و ه س ص س س ل ص ص ص س ص ص س ه ل س ص ه و ل ض ص أ ل ه فإضن ي أ هصضل ي الل وي ص ص ص ص قا ص ص ه خصر ص ما ت ص ص دا ما ت صأ ص و حد ه ه غ ل ن ذصن سب ل ل م ل ل أصبلل د س لأ ص قد و ص م س مأ و ه س و ص ه ص فصر ل ص ه ص ه ص ما أصنا ص ل ص ص ص ه ص ص سللاءص ص و ص وصل أ س و ص ز ه قا ص قا ص ج لآ ص لآ ص خهر أن صللا أ س م الدو س و ه صو ه ل الن ض ص خهر أصنا أ ه فصل أت صللصز و فطلهر ص هصر ص ص عت صلل ل ص ص س و ص و ص و و و ه ص ص ص م كص ص ص ه ذا ت ل ق ن ذي ل ا م ت ن أ ل قا ف م ه ي ل إ م ل س و ه ي ل ع ه ل ال لى ص ه ل ال ل سو ر ء جا ف دا ب أ ص د ص ص ص ه ل ص ه س س ه س ه ص س ل ص ص ص ل س ل س ل ص فطللر ه قللاك هم ل صلله ل صكن ضلل ي أ صصللو م ه وك ص ص ص وأ صت س ص خ ص صللضل ي ه إ لضن ي صل ص س ه ل م ل لل ولل ل والل و ل س شاك ه س ذا أ ص وأ ص ه وأ س ل ه ص ه ص ه ص ما ص ص ص ص ص ص ص ه مضن ي س ي ل ف ت ي ن س ن ع ب غ ر ن م ف ء سا ن ال ج و ز ت أ و د ق ر أ و ص س ص ل ص ص س ه و ل ض ص ص س ص ل ص س ه ص ص ص و ه Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Tiga orang datang ke rumah istri Rasulullah Saw, mereka bertanya tentang ibadah Rasulullah Saw. Ketika mereka diberitahu, seakan-akan mereka merasa sedikit, mereka berkata, “Dimanakah kita bila dibandingkan dengan Rasulullah Saw. Beliau yang tidak diampuni semua dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang”. Salah satu dari mereka berkata, “Adapun saya, saya akan terus shalat malam untuk selamanya”. Satu dari mereka berkata, “Saya akan berpuasa sepanjang tahun”. Satu dari mereka berkata, “Saya menjauhi wanita. Saya tidak akan menikah untuk selamanya”. Rasulullah Saw datang kepada mereka seraya berkata, “Kalian yang mengatakan anu dan anu. Demi Allah, sesungguhnya aku orang yang paling takut dan paling takwa kepada Allah diantara kamu. Tapi aku tetap berpuasa dan aku berpuasa. Aku shalat malam dan aku tetap tidur. Aku menikahi wanita. Siapa yang tidak mengikuti Sunnahku, maka bukanlah dari ummatku”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Kesimpulan: Yang menjadi standar bukanlah perbuatan itu pernah dilakukan Rasulullah Saw atau tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. Tapi yang dijadikan sebagai dasar adalah bahwa perbuatan itu tidak bertentangan dengan dasar-dasar syariat Islam. Jika bertentangan, maka bid’ah dhalalah. Jika sesuai dengan Sunnah, maka bid’ah hasanah.
63
Ijtihad Shahabat Setelah Rasulullah Saw Wafat. Ijtihad Abu Bakar: Pengumpulan al-Qur’an Dalam Satu Mushhaf. ص قا ص ص ص ه ص س ص ر ه ص ن ه ص ت صر ل ن صثاب ل ك عب صي س ل قأ و ل أسر ص ن ال و ن صزي سدص ب س ص ع س عن س ه ي الل و ه ل إ لل ص و ض ص ي أب هللو ب صك سلل ك سوبا ل د بس ل ص ص خ و عن سدصهه ص ة ص م س قا ص قت ص ص فإ ل ص ه ن ال س ص ه ص ذا ه ب ل لأ س ر صر ل م ل مهر ب س ه عن سلل ه ي الل ولل ه ع ص ما ص ل ال سي ص ص ص طا ل ه ل ضلل ص ل أهبو ب صك سلل ك ص س س س ه ه ص ص ص ص ص ص وإ لن ضلل ي ن رآ لل ق ل ا ل ء را لل ق ب ة لل م ما ي ل ا م و لل ي ر ح ت س ا د ق ل ت ق ل ا ن إ ل قا ف ن ي تا أ ر م ع ن إل و ه ص ص ص ل س ل و س س ص ص و ص س ص ص ص ص ل ل س ل ص و ص ن ال س ه ن ص ل لبال س ه حور ال س ص قت س ه خ ص وإ لن ضلل ي قورا ل أص س في صللذس ص ست ص ل ب ك صث ليللحر ل شى أ س ه ص ن يص س ملل س ء لبال س ص ن ص قللسرآ ل م ص واطل ل س ص ص م يص س ف تص س ن ه ع ال س ه سللو ه ل ص ع ه ه مصر ك صي س ص ل الل ولل ل أصرى أ س ف ص ف ص ت لل ه مصر ب ل ص قل س ه ه صر ه عل س ه شي سدئا ل ص س ع ص ج س ن ت صأ ه قسرآ ل م ل خي سحر ص م ص م ي صصز س ه ص قا ص حوتللى ه ص ل ه ل ه ه ص مهر ص والل و ل عل صي س ل علنلل ي ص ج ه و ص ع ص فل ص س ع ص سل و ص صولى الل و ه ص مهر ي هصرا ل ذا ص ه ص ص ص ص و و س ص ص ص ص ص ص ص ص ص ر ذي صرأى ه ت ل ف ي ذل لك ال ل شصر ص وصرأي س ه ع ص ح الل ه ه ص ري ل لذل لك ص مهر قال صزي سدح قلال أب هللو ب صكل ك صدس ل ق ح ص م ص إ لن و ص و ص ل ص ج ح ه ب ص عا ل ل الل و ل و س ت ت صك ست ه ه شا ي ك صر ه قدس ك هن س ص ي ل لصر ه صولى الل و ه ه ه ه ص سو ل ب ال س ص ك ص ح ص ل ل ن صت و ل فولن ي ن ص س و ك صل و ه ه ص ن ص ع ال س ه م ص ق ص ما ص ل ل والل و ل عل صي س ل قسرآ ص ل ص م س فا س فت صت صب و س و ص م س ل ص ع ه ج ص سل و ص ن ال س ل جصبا ل جب ص ك ه لص س ف ص ه ص ص ص ص ه س س ص ص ص س ه ه ص د س ص ص م ن أثقل ص ت كي سلل ص ه ل مصرلن ي ب ل ل ي ل علللو ص كا ص ف ت صف ص ن ص ن قل ه م س ن شللي سئا للل س ج س ما أ ص م و ع القسرآ ل عل و م ل ص ل أهبلو ب ص س خي سحر ص م ص يص س م ي صصز س قا ص سو ه ر ه ص ه ص ل ه والل و ل عل صي س ل ل الل و ل ف ص و ص ه صر ه فل ص س سل و ص صولى الل و ه عل س ه ه ص و ص ه ص ه ص كل ك ص ذي ص حوتى ص ه و ه مصر صر ل ري ل لل و ل شصر ص شصر ص علن ي ص ج ه ي الل و ه ع ص ح ل ص ه ح الل و ه ه ص ه ص ي هصرا ل ر ص ض ص صدسصر ألب ي ب صك س ك صدس ل ص ض س س ه ص حت وللى والل ص ص ه ل ت القسرآ ص ل ص ر الضر ص صلل ه خللا ل ن ال ه م ه نأ س ما فت صت صب و س ع ه ع ه عن س ه ملل س علل ه ج ص ه ص سلل ل و ه جللا ل ف ص ب ص دو ل ص ص ص ص ص س ص ه ع ألب ي ه م ص جدس ص تآ ل ر ل ح ك وب ص ل سوصر ل عأ ص م ص م ص و ص جد س ه خصر ه ها ص يل س ر ض خصزي س ص ة ص ة الن س ص مأ ل ة الت و س ص د غي س ل صا ل ص ص ص ه ه ه ص سو ح م{ ما ص زيحز ص م ص علي س ل ن أن سف ل ل ل } لقدس ص م صر ه م س عن لت ي س ه ص سك س جاءصك س ع ل ص و س ص و ص مللصر حوتى ص عن سللدص ه م ل ف ل ح ه م ل ر ص ص ه ص ة ب صصراءص ةص فكان ص س ع ص ه ث هلل و وفاهه الل ه خات ل ص ت ال ي حوتى ت ص ص عن سدص ألب ي ب صك ك و ح س ه ه ص ت ه ص ص م ل مصر صر ل ة ب لن س ل عن سدص ص ص عن س ه ي الل ه ع ص ه ثه و حصيات ص ه ف ص ض ص Dari ‘Ubaid bin as-Sabbaq, sesunggunya Zaid bin Tsabit berkata, “Abu Bakar mengirim korban perang Yamamah (memerangi nabi palsu Musailamah al-Kadzdzab) kepada saya. Umar bin al-Khaththab ada bersamanya. Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya Umar datang kepada saya, ia berkata, ‘Sesungguhnya pembunuhan pada perang Yamamah telah menghabiskan para penghafal al-Qur’an. Aku khwatir pembunuhan juga menghabiskan para penghafal al-Qur’an di negeri-negeri lain sehingga kebanyak al-Qur’an akan hilang. Menurut pendapatku, engkau perintahkan pengumpulan al-Qur’an”. Saya katakan kepada Umar, “Bagaimana mungkin engkau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah Saw?’. Umar menjawab, “Demi Allah ini perbuatan baik”. Umar terus membahas itu kepada saya hingga Allah melapangkan dada saya untuk melakukan itu, akhirnya saya melihat apa yang dilihat Umar”.
64
Zaid berkata, “Abu Bakar berkata, ‘Engkau (wahai Zaid) seorang pemuda yang cerdas, kami tidak menuduhmu tidak benar. Engkau pernah menjadi penulis wahyu untuk Rasulullah Saw. Engkau mengikuti al-Qur’an. Maka kumpulkanlah al-Qur’an”. Zaid berkata, “Demi Allah, andai mereka membebankan kepadaku untuk memindahkan bukit, tidak ada yang lebih berat bagiku daripada apa yang ia perintahkan kepadaku untuk mengumpulkan al-Qur’an (dalam satu mush-haf)”. Saya (Zaid bin Tsabit) katakan, “Bagaimana mungkin kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah Saw?”. Abu Bakar berkata, “Demi Allah ini perbuatan baik”. Abu Bakar terus membicarakan itu kepadaku hingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar. Maka aku pun mengikuti dan mengumpulkan al-Qur’an dari pelepah kurma, batu yang tipis dan dada para penghafal al-Qur’an, hingga aku dapatkan akhir surat at-Taubah bersama Abu Khuzaimah al-Anshari, aku tidak لص ص mendapatkannya bersama seorangpun selain dia. Ayat: (م قدس ص جاءصك ه س ص ن أن س ه سو ح م ما ص زيحز ص م ص عل صي س ل ف ل ل ل ) صر هhingga akhir surat Bara’ah (atم س عن لت ي س ه ص سك ه س ع ل Taubah). Lembaran-lembaran al-Qur’an bersama Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian bersama Umar selama hidupnya. Kemudian bersama Hafshah puteri Umar. (HR. al-Bukhari). Lihatlah bagaimana kekhawatiran Zaid bin Tsabit melakukan perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah Saw, yaitu membukukan al-Qur’an, karena Rasulullah Saw tidak pernah melakukan dan memerintahkannya. Namun ketika Abu Bakar mampu meyakinkan Zaid bin Tsabit bahwa perbuatan itu baik dengan ucapannya, (خي سحر ه ص ) ه والل و ل و ص ه ص “Demi Allah, perbuatan ini baik”. Zaid bin Tsabit pun dapat menerima.
Bid’ah Hasanah Umar: Shalat Tarawih Berjamaah. قول عمر رض ي الله عنه لما جمع الناس ف ي قيا م رمضان علللى إمللا م واحللد ف ي المسجد وخرج ورآهم يصلون كذلك فقال نعمت البدعة هللذه وروى عنلله أنه قال إن كانت هذه بدعة فنعمت البدعة وروى عن أب ي بن كعب قال له إن هذا لم يكن فقال عمر قد علمللت ولكنلله حسن
65
Ucapan Umar ketika orang banyak berkumpul melaksanakan Qiyam Ramadhan dengan satu imam di masjid. Umar keluar melihat mereka melaksanakan shalat, Umar berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”. Diriwayatkan dari Umar bahwa ia berkata, “Jika ini adalah bid’ah, maka inilah sebaik-baik bid’ah”. Diriwayatkan dari Ubai bin Ka’ab bahwa Ubai bin Ka’ab berkata kepada Umar, “Sesungguhnya shalat Qiyam Ramadhan (Tarawih) berjamaah ini tidak pernah dilakukan sebelumnya”. Umar menjawab, “Saya telah mengetahuinya, tapi ini baik”72. Ubai bin Ka’ab amat khawatir melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan dan diajarkan Rasulullah Saw. Namun ketika Umar dapat meyakinkan Ubai dengan ucapannya, (“ ) قد علمت ولكنه حسلنSaya mengetahuinya, tapi perbuatan ini baik”. Akhirnya Ubai dapat menerima dan ia menjadi imam shalat Tarawih berjamaah di Madina. Umar sendiri memuji, (“ )إن كللانت هللذه بدعللة فنعمللت البدعللةJika ini perbuatan bid’ah, maka ini adalah sebaik-baik bid’ah”.
Takbir Berjamaah Pada Hari Nahr.
ص خ و ن اسرت ص ص هللاهر ج ال س ص ب ص ن ال س ص ن ه ر ل غد ص ل أ و فلل ص و م ل الن و س خصر ص ع الن و ص حيلل ص م س مصر ب س ص ع ص طا ل ن يص س حلل ل فك صب وصر ص شي سدئا ص ص ه ر ل فك صب وصر الونا ه س ب لت صك سلبي ل ه ذصل ل ص فك صب وصر ص ر ص عدص اسرت ل ص س م ص ج الوثان لي ص ص م ل و ل ة ل ك بص س خصر ص ع الن و ص م س ثه و فك صب وصر الونللا ه ن يص س ها ل فا ل ن صزا ص فك صب وللصر ص س ص ت ال و س م ص ج الوثال لث ص ص ة ل ر ل خصر ص غلل س حيلل ص شلل س ه ثه و فك صب وللصر الن وللا ه م ه ب لت صك سلبي ل ص مللصر ص ت ص ص ص ج قللدس ص وي صب سل ه ص ن ه مأ و حوتى ي صت و ل ر ل خللصر ص في ه س ه ص غ ال سب صي س ص ع ص عل صلل ص ل الت وك سلبيهر ص ب لت صك سلبي ل م ي ي صسر ل Sesungguhnya Umar bin al-Khaththab keluar di pagi hari Nahr (10 Dzulhijjah) ketika matahari mulai naik. Umar bertakbir, maka orang banyak pun ikut bertakbir mengikuti takbir Umar. Kemudian Umar keluar lagi untuk yang kedua kali di hari yang sama setelah matahari naik. Umar bertakbir, orang banyak ikut bertakbir mengikuti takbir Umar.
72 Imam Ibnu Rajab al-Hanbali, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, Juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah), hal.266. 66
Kemudian Umar keluar lagi untuk yang ketiga kali ketika matahari telah beralih. Umar bertakbir, maka orang banyak ikut bertakbir mengikuti takbir Umar. Hingga takbir itu bersambung dan sampai ke Baitullah. Dapatlah diketahui bahwa Umar telah keluar melontar Jumrah. (HR. Malik dalam al-Muwaththa’).
Doa Qunut Shubuh Buatan Umar. ص ه ص قللا ص ن ت ص ف ه ن أ صب سللصزى ص ن ص ص خل سلل ص س ل ن أب ليلل ل عب س ل عي ل د الور س صللل وي س ه ن ص علل س ع س ع ص ح ص ص:ل مللصر ب سلل ل ن بس ل م ل د بس ل س و و س ة ص ه يص ه ص،ح قب سلل ص قللو ه ل ال ص ه ص عللدص ال ل قللصراءص ل سلل ل ب صر ل ل بص س م س ف ص عت ه ه عن سلل ه ى الللل ه خطا ل صللل ص ةص ال ي ه ص ض ص صللب س ل الير ه :ع كو ل Dari Sa’id bin Abdirrahman bin Abza, dari Bapaknya, ia berkata, “Saya shalat Shubuh di belakang Umar bin Khatthab, saya mendengar ia berkata setelah membaca ayat sebelum ruku’: مت صلل ص وإ لل صي س ص ول ص ص م إ لويا ص ك ح ل جللو صر س ن صسر ه، فللده ون ص س سلل ص س ه ك نص س ك نص س ون ص س الل و ه ح ص ه و ك نه ص عى ص ص، جد ه صضلى ص ص، عب هده ك لبال س ص ذاب ص ص ذاب ص ص ع ص ع ص خ ص ق ون ص س ن ص شى ص كا ل إل و، ك مل س ص ري ص ح ح ن ه ص ف ل ن ب للل ص فهر ص عل صي س ص فهر ص عين ه ص ول ص ن صك س ه ون هلل س ك ك ال س ص ست ص س ون هث سلنى ص غ ل ست ص ل ؤ ل ون ص س م إ لونا ن ص س الل و ه م ه ه و ص،ك خي سصر ص ص،ك ك ص فهر ص ع لص ص ن ي صك س ه .ك ون ص س ون ص س خ ص خل ص ه ض ه م س ع ص ص،ك ص “Ya Allah, kepada-Mu kami menyembah. Untuk-Mu kami shalat dan sujud. Kepada-Mu kami berusaha dan beramal. Kami mengharap rahmat-Mu dan takut akan azab-Mu. Sesungguhnya azab-Mu terhadap orang-orang kafir pasti terbukti menyertai mereka. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan kepada-Mu dan memohon ampunan-Mu. Kami memuji-Mu atas semua kebaikan dan tidak kufur kepada-Mu. Kami beriman kepada-Mu dan tunduk kepadaMu. Kami berlepas diri dari orang yang kufur kepada-Mu” (Hadits ini disebutkan Imam Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, Imam Abdurazzaq dalam al-Mushannaf, Imam al-Baihaqi dalam asSunan al-Kubra dan kitab Ma’rifat as-Sunan wa al-Atsar dan Imam athThahawi dalam Tahdzib al-Atsar).
Talbiyah Buatan Umar.
67
ص ه ه ص ه ص ن ه ن ص ص ن ت صل سب لي ص ص عل صسيل ل ل الولل ل مصر صر ل د الل و ل عب س ل ما أ و ة صر ه عن س ه ع س صلولى الل ولل ه ه ص ي الل و ه ع ص ه ص سو ل ض ص ه بس ل م و ص سل و ص ص س ص س ص ص ص ص ص و مل سلل ص ص ص ص ص ص ص ص ص ك صل ل وا ك لل ل ة لل م ع ن وال د لل م ح ل ا ن إ ك لل ي ب ل ك لل ل ك ري لل ش ل ك ي ب ل ك ي ب ل م ه ل ال ك ي ب ص ل و و س و س ه و و س لص و س ص ه ص س ص ص ض س ص ل ك لص ص ري ص ص ك ش ل و ص عدصي س ص ك ل صب وي سلل ص ها ل صب وي سلل ص ص قا ص ك ه ص ن ه ن ص زيده ل مصر صر ل عب سده الل و ل كا ص سلل س و ص في ص عن س ه ه بس ه ه ص ي الل و ه ع ص ك ص ل ص ض ص ما ي ص ل غصباءه إ لل صي س ص ك ل صب وي س ص خي سهر ب لي صدصي س ص والور س م ه ل وال س ص وال س ص ع ص ك ص ك ص ص Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Talbiyah Rasulullah Saw adalah: Aku sambut panggilan-Mu ya Allah. Panggilan-Mu. Tiada sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuasaan milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Abdullah bin Umar menambahkan: غصباءه إ لل صي س ص ك ل صب وي س ص خي سهر ب لي صدصي س ص عدصي س ص ك ل صب وي س ص ل صب وي س ص والور س م ه ل وال س ص وال س ص س س و ص ع ص ك ص ك ص ك ص ك ص Aku sambut panggilan-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Kebaikan di tangan-Mu. Aku sambut panggilan-Mu. Berharap kepada-Mu, juga amal. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Bid’ah Hasanah Utsman: Azan Pertama Shalat Jum’at. أذان الجمعة الول زاده عثمان لحاجة الناس إليه وأقره واستمر عمل المسلمين عليه Sesungguhnya adzan pertama hari Jum’at ditambah oleh Khalifah Utsman bin ‘Affan karena hajat manusia terhadap adzan tersebut. Kemudian kaum muslimin terus mengamalkannya73.
Jawaban Iqamat Buatan Utsman. ص مللا ي ص ه ن يص ه ن ص ن ي هلل ص ملل ص قللو ه قللو ه نإ ص فلل ي ن ه ص ل ل سلل ل ؤذ ض ه ؤذ ض ص ن ك صللا ص مللا ص قصتادص ةص ؛ أ و م ص ذا ص ع س ل كص ص ع ال س ه عث س ص ول ص ة ،ص ذا ص ه ،ص ما ص قا ص قا ص الت و ص فإ ص ي ص صل ص ل ر ك هل ض ل ه ل ل :ص ش ي شللاءص الل ولل ه ل :ص عصلى ال و ه ،ص د ص ح و والت وك سلبي ل حدبا لبال س ص صل ص ةه ،ص قدس ص ل :ص ذا ص ول ص ه قا ص قا ص و ص وإ ص ن م ل و ةص إ لل و ب لصالل و ل مسر ص ص قللائ لللي ص ل :ص قا ص ت ال و ه ،ص ق و ل ص ح س ص ص د صل لص د ص د ه ة. ال لى إ ض ه ن ي م ث ، ل ه أ و با ح ر م ة ل ص بال و ، ا وصدق ل د ع و ل ص س ص د ص س ص س و و ص س ص ه ص ل ص Dari Qatadah, sesungguhnya apabila Utsman mendengar mu’adzin mengumandangkan adzan, ia mengucapkan seperti ucapan pada 73 Imam Ibnu Rajab al-Hanbali, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, Juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah), hal.266. 68
Tasyahhud dan Takbir secara mengucapkan: ( ة ي ص صل ص ل ) ص. عصلى ال و ح و
keseluruhan.
Ketika
mu’adzin
ول ص ه و ص ما ص Utsman menjawab: (ه و ةص إ لل و ب لصالل و ل ول ص ص شاءص الل و ه ) ص. ق و ل ص ح س ص،ه قدس ص ) ص. Ketika mu’adzin mengucapkan: ( ة صل ص ه م ل قا ص ت ال و حدبا لبال س ص Utsman menjawab: (هل د ن ص وأ ص س صل ص ل مسر ص مسر ص قائ لللي ص ة ص ) ص. ولبال و حدبا ص ص، وصدقا د عدسل د ص Kemudian Utsman bangun untuk melaksanakan shalat. (HR. Imam Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf dan Imam athThabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
Itu Bukan Bid’ah, Tapi Sunnah Khulafa’ Rasyidin! Jika ada yang mengatakan bahwa semua perbuatan di atas adalah Sunnah Khulafa’ Rasyidin, karena Rasulullah Saw bersabda,
خل ص ص ص ن فا ل ة ال س ه ش ل ء الورا ل سن و ل ف ص و ه م بل ه دي ص عل صي سك ه س سن ولت ي ص “Hendaklah kalian mengikuti Sunnahku dan Sunnah Khulafa’ Rasyidin”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Memang benar, tapi jangan lupa, semua itu tetaplah amalan berdasarkan ijtihad Khulafa’ Rasyidin, karena wahyu tidak turun kepada mereka. Andai mereka menerima wahyu yang absolut tidak terbantahkan, tentulah Zaid bin Tsabit tidak ragu mengikuti ajakan Abu Bakar untuk membukukan al-Qur’an. Tentulah pula Ubai bin Ka’ab tidak ragu mengikuti ajakan Umar untuk menjadi imam Tarawih di Madinah. Maka perbuatan-perbuatan itu tetap masuk kategori bid’ah, tapi bid’ah hasanah. Andai tidak setuju menggunakan kata Bid’ah, walau pun Umar mengucapkannya, pilihlah salah satu dari istilah yang dibuat oleh para ulama: Nama Ulama
Imam Syafi’i
Istilah Untuk Perkara Baru Yang Tidak Dilakukan Rasulullah Saw, Tapi Baik Menurut Syariat Islam. Bid’ah Huda Bid’ah Mahmudah Bid’ah Ghair Madzmumah 69
Imam ‘Izzuddin bin Abdissalam Bid’ah Wajib Bid’ah Mandub Bid’ah Mubah Imam an-Nawawi Bid’ah Hasanah al-Hafizh Ibnu Hajar Bid’ah Hasanah al-‘Asqalani DR.Abdul Ilah bin Husain Sunnah Hasanah74 al-‘Arfaj Kalau alergi dengan istilah Bid’ah Hasanah, saya pilih kata Bid’ah Mahmudah, mengikuti istilah Imam Syafi’i -rahimahullah- untuk menyebut suatu perbuatan yang tidak dilakukan Rasulullah Saw, tapi perbuatan itu baik menurut syariat Islam dan dilakukan oleh orangorang shaleh setelah Rasulullah Saw:
Bid’ah Mahmudah Para Shahabat. Berikut ini beberapa amalan yang dilakukan para Shahabat yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw, tidak pernah beliau ajarkan dan tidak pula beliau ucapkan. Tapi para shahabat melakukannya. Mereka tidak khawatir sedikit pun melakukannya, karena perbuatan itu Bid’ah Mahmudah.
Bid’ah Mahmudah Aisyah. أن عائشة كانت تصو م الدهر،عن ابن أب ي مليكة Diriwayatkan dari Ibnu Abi Malikah, melaksanakan puasa sepanjang tahun75.
sesungguhnya
Aisyah
Bid’ah Mahmudah Abu Hurairah: 12.000 Tasbih Dalam Sehari. 74 DR.Abdul Ilah bin Husain al-‘Arfaj, Mafhum al-Bid’ah wa Atsaruhu fi Idhthirab al-Fatawa al-Mu’ashirah Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah, (Dar alFath, 2013M), hal. 376. 75 Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, Juz.VIII, hal.186. 70
أن أبا هرير ة كان يسبح كل يو م اثن ي عشر ألف تسبيحة:عن عكرمة Dari ‘Ikrimah, sesungguhnya Abu Hurairah bertasbih setiap hari sebanyak dua belas ribu kali tasbih76.
Dua Teriakan Dalam Sehari. أول: كانت لب ي هرير ة صيحتان ف ي كل يو م: قال،عن ميمون بن ميسر ة .النهار وآخره . وعرض آل فرعون على النار، وجاء النهار، ذهب الليل:يقول فل يسمعه أحد إل استعاذ بالله من النار Dari Maimun bin Maisarah, ia berkata, “Abu Hurairah memiliki dua teriakan setiap hari; pagi dan petang. Abu Hurairah mengatakan, ‘Malam telah pergi, siang telah datang, keluarga Fir’aun dimasukkan di dalam neraka’. Tidak seorang pun yang mendengarnya perlindungan kepada Allah Swt77.
melainkan
memohon
1000 Tasbih Sebelum Tidur. : عن جده، أخبرنا نعيم بن المحرر بن أب ي هرير ة:عن عبد الواحد بن موسى . ل ينا م حتى يسبح به،أنه كان له خيط فيه ألفا عقد ة Dari Abdul Wahid bin Musa, Nu’aim bin al-Muharrar bin Abi Hurairah meriwayatkan kepada kami, dari kakeknya (Abu Hurairah), sesungguhnya Abu Hurairah memiliki tali benang, pada tali benang itu ada seribu simpul. Abu Hurairah tidak tidur sebelum bertasbih menggunakan seribu simpul tali benang itu78.
Bid’ah Mahmudah Abdullah bin Abbas: 76 Ibid., juz.II, hal.610. 77 Ibid., hal.611. 78 Ibid., hal.623. 71
أنه أمر أن ي ه ص:ويذكر عن ابن عباس دها أثحر من ول ه ب لمرأ ة ت ص ص كت ص ع و سصر عليها ل ثم هيغسل وهتسقى،القرآن. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa ia memerintahkan agar menuliskan ayat al-Qur’an untuk perempuan yang sulit melahirkan, kemudian air dari tulisan itu dimandikan dan diberikan sebagai minuman bagi perempuan tersebut79.
Bid’ah Mahmudah Abdullah bin az-Zubair: قسم ابللن الزبيللر الللدهر: قال، عن الثقة يسنده،روى يوسف بن الماجشون ، وليلللة هللو راكللع حللتى الصللبا ح، فليلة هو قائم حتى الصبا ح،على ثل ث ليال وليلة هو ساجد حتى الصبا ح Yusuf bin al-Majisyun meriwayatkan dari periwayat yang tsiqah (terpercaya) dengan sanadnya, ia berkata, “Ibnu az-Zubair membagi masa menjadi tiga malam. Satu malam ia shalat berdiri hingga shubuh. Satu malam ia ruku’ hingga shubuh. Dan satu malam ia sujud hingga shubuh”80.
Tasyahhud Buatan Abdullah bin Umar. :م التشهد ه ص عل صي س ل و ص سل و ص صولى الل و ه عن ابن عمر عن رسول الله ص ه ص السللل م عليللك أيهللا النللبي ي ورحمللة الللله، الصلللوات الطيبللات،" التحيات لله ،- وبركاته: زدت فيها: قال ابن عمر: قال-وبركاته - أشهد أن ل إله إل الله،السل م علينا وعلى عباد الله الصالحين د وأشللهد أن محمللدا عبللده،- وحللده ل شللريك للله: زدت فيهللا:قللال ابللن عمللر ." ورسوله Dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Saw. Lafaz Tasyahhud adalah: السل م عليك أيها النب ي ورحمة الله وبركاته، الصلوات الطيبات،التحيات لله Ibnu Umar berkata, “Saya tambahkan: وبركاته Kemudian lafaz: أشهد أن ل إله إل الله،السل م علينا وعلى عباد الله الصالحين 79 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khar al-‘Ibad, Juz.IV (Kuwait: Maktabah al-Manar al-Islamiyyah, 1415H), hal.170. 80 Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’., juz.III, hal.369. 72
Ibnu Umar berkata, “Saya tambahkan: ”وحده ل شريك له. (HR. Abu Daud). Syekh al-Albani berkata: وأقللره، وكللذا قلال الللدارقطن ي،إسناده صللحيح الحافظ العسقلن ي “Sanadnya shahih, demikian dikatakan ad-Daraquthni, diakui oleh alHafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani”81.
Tasyahhud Buatan Ibnu Mas’ud. كان ابن مسعود يقول بعد السل م عليك أيها النب ي: وعن الشعب ي قال السل م علينا من ربنا: ورحمة الله وبركاته رواه الطبران ي ف ي الكبير ورجاله رجال الصحيح Dari asy-Sya’bi, ia berkata, “Ibnu Mas’ud berkata setelah: السل م عليك أيها النب ي ورحمة الله وبركاته Ia ucapkan: السل م علينا من ربنا kita).
(Keselamatan untuk kita dari Rabb
Komentar Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, “Disebutkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, para periwayatnya adalah para periwayat shahih”82.
Bid’ah Mahmudah Abu ad-Darda’: Tasbih 100.000 Kali Dalam Satu Hari: : كم تسبح ف ي كل يو م ؟ قللال:- وكان ل يفتر من الذكر- قيل لب ي الدرداء إل أن تخطئ الصابع،مئة ألف Ditanyakan kepada Abu ad-Darda’ –ia tidak pernah berhenti berzikir-, “Berapa banyak engkau berzikir dalam sehari?”. 81 Syekh al-Albani, Shahih Abi Daud, Juz.IV (Kuwait: Mu’assasah Gharras, 1423H), hal.125. 82 Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id, Juz.II (Beirut:Dar al-Fikr, 1412H) , hal.338. 73
Abu ad-Darda’ menjawab, “Seratus ribu kali, kecuali jika jari jemari keliru”83.
Shalat Sunnat Buatan Abu Dzar. قعدت إلى نفر من قريش فجاء رجل فجعل يصل ي: وعن مطرف قال والله ما أرى هذا يدري ينصرف على شفع: ويركع ويسجد ول يقعد فقلت يا: فقمت فقلت: أل تقو م إليه فتقول له ؟ قال: فقالوا. أو على وتر ولكن الله يدري: قال. عبد الله ما أراك تنصرف على شفع أو على وتر : وسمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من سجد لله سجد ة كتب الله له بها حسنة وحط بها عنه خطيئة ورفع له بها درجة جزاكم: فرجعت إلى أصحاب ي فقلت. أبو ذر: من أنت ؟ فقال: فقلت الله من جلساء شر أمرتمون ي أن أعلم رجل من أصحاب النب ي صلى الله عليه و سلم فرأيته يطيل القيا م ويكثر الركوع والسجود فذكرت ذلك له: وف ي رواية : ما ألوت أن أحسن رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول: فقال من ركع ركعة أو سجد سجد ة رفع بها درجة وحط عنه بها خطيئة رواه كله أحمد والبزار بنحوه بأسانيد وبعضها رجاله رجال الصحيح ورواه الطبران ي ف ي الوسط Dari Mutharrif, ia berkata, “Saya duduk bersama beberapa orang Quraisy. Seorang laki-laki datang, ia melaksanakan shalat, ruku’ dan sujud. Ia tidak duduk. Saya katakan, “Demi Allah, saya tidak tahu apakah orang ini tahu ia berhenti pada bilangan genap atau ganjil”. Mereka berkata, “Mengapa engkau tidak datang dan mengatakan itu kepadanya”. Lalu saya bangkit dan saya katakan, “Wahai hamba Allah, saya tidak melihat kamu berhenti pada bilangan genap atau ganjil”. Ia menjawab, “Tapi Allah Maha Mengetahui. Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang sujud karena Allah satu kali sujud, Allah tuliskan baginya satu kebaikan, digugurkan darinya satu kesalahan dan diangkat untuknya satu tingkatan”. Saya katakan, “Siapakah kamu?”. Ia menjawab, “Abu Dzar”. Lalu saya kembali kepada sahabat-sahabat saya, saya katakan, “Semoga Allah Swt memberikan balasan kepada kalian dari teman83 Imam adz-Dzahabi, op. cit., Juz.II, hal.348. 74
teman yang buruk. Kalian suruh saya mengajar salah seorang shahabat Rasulullah Saw”. Dalam riwayat lain, “Saya melihatnya memperlama tegak, banyak ruku’ dan sujud. Lalu saya sebutkan itu kepadanya. Ia menjawab, “Aku berusaha untuk berbuat baik. Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang ruku’ satu kali ruku’ atau sujud satu kali sujud. Maka Allah Swt mengangkatnya dengan itu satu tingkatan dan digugurkan satu kesalahannya”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Bazzar seperti riwayat ini dengan beberapa Sanad. Para periwayatnya adalah para periwayat Shahih. Disebutkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath84. Komentar Syekh Syu’aib al-Arnauth dalam ta’liqnya terhadap kitab Musnad Ahmad, حديث صحيح وهذا إسناد ضعيف “Hadits shahih, sanad ini dha’if”85.
Bid’ah Dhalalah Shahabat. Tapi tidak semua perbuatan shahabat itu dibenarkan. Karena mereka bukan ma’shum. Jika perbuatan mereka itu tidak bertentangan dengan Sunnah, maka diterima. Tapi jika perbuatan itu bertentangan dengan Sunnah, maka wajib ditolak dan disebut sebagai bid’ah Dhahalah, seperti yang dilakukan Marwan ibn al-Hakam membuat khutbah sebelum shalat ‘Ied. Ini ditolak karena bertentangan dengan Sunnah: ص ل ص ي ص سو ه قا ص م م يص س د ال س ه ه ص ص س ل عل صي س ل ل الل و ل عي ك كا ص خهر ه و ص و ص ن صر ه ن ألب ي ص ع س سل و ص صولى الل و ه ر ض ه ص ج يص س ه ص خدس ل ه ص ص ص و س ص س س س ه ص ص ه ص ه م ي ك ر ه ال ل وال س ء ي صب سدصأ ب ل ل ض ص ف في صقو ه صل ةه ث و حى إ للى ال ه م ي صن س ص ه ال و م ص صلى فأ و ر ص ول ش س ص ل فط ل س ه ص ه ص ه م ص قاب ل ص م س ص مهر ه م في ص ل صفو ل وهيو ل س ه عظ ه ه س وي صأ ه ه س ه س ه س ه على ه جلو ح والونا ه م ص م ص س ص صي ل ف ل ل الونا ل ص س ص ص ص ص ص ص س ص ه د مصر ب ل ص ف ي ك ر ه مصر ب ل ل ريده أ س ن كا ص فإ ل س عثا قط ص ع بص س ن ي صقط ص هث و ءأ ص و ي صأ ه ع ه م ي صن س ص هأ س ش س ص ل ن يه ل ص ص ص ص ص ص ص م ي صصز س قا ص ميهر حوتى ص س ص و ه س ل وأ ل عي ك وا ص م ص خصر س على ذصل لك ص ج ه ل أهبو ص ع ص ت ص د فل س ل الونا ه ه ص ن ص مسر ص ص ص ص ر ص صولى إ ل ص ت و ل ة ل ف ي أ س صل س ل ذا ل دين ص ل م ل ض د من سب صحر ب صصناهه ك صلثيهر ب س ه ما أت صي سصنا ال س ه فل ص و ال س ص ن ال و م ص حى أ س فط س ك ص ص فاسرت ص ص جب صذصلن ي ص ه ص ي ص ه ص ص قب س ص فإ ل ص ع ن ي صسرت ص ل وب ل ل لأ س ريده أ س وا ه ف ص ف ص ف ص جب صذس ه قي ص ه ذا ص ن يه ص ت ب لث ص س مسر ص صل ض ص ن يه ل ص ه ص د ص ف ص ه ص ف ه ة ص ب ص ص قا ص قب س ص م ف ص قدس ذص ص س ل عي ك والل و ل صصل ل ما ت ص س ه ص خط ص ص قل س ه ل أصبا ص عل ص ه ب ص غي وسرت ه س ت لص ه ل ال و م ص
84 Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id, Juz.II (Beirut:Dar al-Fikr, 1412H) , hal.514. 85 Imam Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, juz.V (Cairo: Mu’assasah Qurthubah), hal.147, tahqiq oleh: Syekh Syu’aib al-Na’uth. 75
م يص ه ف ص م ص ف ه ص قا ص ن ل صصنا ه ص ما صل أ ص س ما أ ص س خي سحر ل والل و ل سو ص ل إل و كوهنوا ي ص س قل س ه جل ل ه س لص س عل ص ه م و عل ص ه ت ص ن الونا ص م ص ها ص ة ص قب س ص ة صصل ل صصل ل ج ص ف ص بص س عل ست ه ص ل ال و عدص ال و Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Rasulullah Saw keluar pada hari raya Idul Fithri dan Idul Adha ke tempat shalat. Perkara pertama yang beliau lakukan adalah shalat. Kemudian bergeser, beliau berdiri menghadap orang banyak. Orang banyak dalam keadaan duduk pada shaf-shaf mereka. Rasulullah Saw memberikan nasihat kepada mereka, menyampaikan pesan dan memerintahkan mereka. Jika Rasulullah Saw ingin menghentikan, ia berhenti. Atau ia ingin memerintahkan sesuatu, beliau perintahkan. Kemudian Rasulullah Saw pergi. Abu Sa’id berkata, “Kaum muslimin terus melakukan seperti itu, hingga kaum muslimin keluar bersama Marwan -ia adalah Amir kota Madinahpada shalat Idul Adha atau Idul Fithri. Ketika kami sampai di tempat shalat, ada mimbar yang dibuat Katsir bin ash-Shalat. Marwan ingin naik ke atas mimbar sebelum shalat, maka saya menarik pakaiannya, ia balas menarik, kemudian ia naik dan menyampaikan khutbah sebelum shalat ‘Ied. Saya katakan kepadanya, “Demi Allah kalian telah merubah”. Marwan berkata, “Wahai Abu Sa’id, apa yang engkau ketahui telah berlalu”. Saya jawab, “Demi Allah, apa yang aku ketahui lebih baik daripada apa yang tidak aku ketahui”. Marwan berkata, “Sesungguhnya orang banyak tidak akan duduk bersama kami setelah shalat, maka saya buat khutbah sebelum shalat ‘Ied”. (HR. al-Bukhari). Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, وفيه إنكار العلماء على المراء إذا صنعوا ما يخالف السنة Dalam riwayat ini terkandung pengingkaran ulama terhadap para pemimpin (umara’) jika mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Sunnah86.
Bid’ah Mahmudah Golongan Salaf (Tiga Abad Pertama Hijrah): 86 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, op. cit., juz.II, hal.450. 76
Bid’ah Mahmudah Imam Zainal ‘Abidin: Shalat 1000 Rakaat Sehari Semalam. وكان يسمى زين.أنه كان يصل ي ف ي كل يو م وليلة ألف ركعة إلى أن مات العابدين لعبادته Imam Zainal Abidin melaksanakan shalat sehari semalam sebanyak seribu rakaat hingga ia wafat. Ia disebut Zain al-‘Abidin (perhiasan para ahli ibadah), karena ibadahnya87. Siapa Imam Zainal ‘Abidin? Imam adz-Dzahabi memperkenalkannya, عل ي بن الحسين بن الما م عل ي بن أب ي طالب بن عبدالمطلب بن هاشم . المدن ي، الهاشم ي العلوي، زين العابدين، السيد الما م،بن عبد مناف أبو عبد: ويقال، أبو محمد: ويقال، أبو الحسن:يكنى أبا الحسين ويقال .الله . غزالة: وقيل، اسمها سلمة سلفة بنت ملك الفرس يزدجرد،وأمه أ م ولد .ولد ف ي سنة ثمان وثلثين ظنا وكللان معلله يللو م كائنللة كللربلء وللله ثل ث،وحد ث عللن أبيلله الحسللين الشللهيد وعشرون سنة Beliau adalah Ali bin al-Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf. Bergelar Zain al-‘Abidin, alHasyimi (keturunan Bani Hasyim), al-‘Alawy (keturunan Ali), al-Madani (lahir dan besar di Madinah). Kun-yah panggilan Abu al-Husain. Juga disebut Abu al-Hasan. Juga disebut Abu Muhamad. Juga disebut Abu Abdillah. Ibunya adalah sahaya bernama Salamah binti Sulafah puteri Raja Persia bernama Yazdajard. Ada juga menyebut namanya Ghazzalah. Ia lahir pada tahun 38 Hijrah, perkiraan. Ia meriwayatkan hadits dari al-Husain ayahnya yang mati syahid. Ia bersama dengan al-Husain pada peristiwa Karbala’, saat itu ia berusia 23 tahun88.
87 Imam adz-Dzahabi, op. cit., juz.IV, hal.392. 88 Ibid., hal.387. 77
Bid’ah Mahmudah Imam Ali bin Abdillah bin Abbas (Anak Abdullah bin Abbas): 1000 Kali Sujud Dalam Sehari. .عن الوزاع ي وغيره أنه كان يصل ي ف ي اليو م ألف سجد ة Diriwayatkan dari Imam al-Auza’i dan ulama lainnya bahwa Ali bin Abdillah bin Abbas shalat satu hari 1000 kali sujud89.
Siapa Imam Ali bin Abdillah bin Abbas? Imam adz-Dzahabi memperkenalkan, ( ابن عباس بن عبدالمطلب بن هاشم بن عبد4 ،عل ي بن عبد الله * ) م .مناف الما م القانت أبو محمد الهاشم ي المدن ي السجاد وأب ي، فسم ي باسمه حد ث عن أبيه ابن عباس،ولد عا م قتل الما م عل ي . وأب ي سعيد وجماعة، وابن عمر،هرير ة Beliau adalah Imam Ali bin Abdillah bin Abbas bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin ‘Abdi Manaf. Seorang imam. Ahli ibadah. Disebut Abu Muhammad. Al-Hasyimi (keturunan Bani Hasyim). Al-Madani (berasal dari Madinah). As-Sajjad (ahli sujud/ibadah). Dilahirkan pada tahun terbunuhnya Imam Ali bin Abi Thalib, lalu ia diberi nama dengan nama Imam Ali. Ia meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas ayah kandungnya. Ia juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abu Sa’id al-Khudri dan para shahabat lainnya90.
Bid’ah Mahmudah ‘Amir bin ‘Abd Qais: Shalat Dari Terbit Matahari Sampai ‘Ashar. فينصللرف وقللد،كان عامر ل يللزال يصللل ي مللن طلللوع الشللمس إلللى العصللر إنما خلقت للعباد ة، يا أمار ة بالسوء:انتفخت ساقاه فيقول ‘Amir bin ‘Abd Qais selalu melaksanakan shalat dari sejak terbit matahari hingga waktu ‘Ashar. Kemudian setelah itu ia berhenti, hingga kedua kakinya bengkak. Ia berkata, “Wahai nafsu yang selalu 89 Ibid., juz.V, hal.284. 90 Ibid. 78
menyuruh kepada keburukan, sesungguhnya engkau diciptakan hanya untuk beribadah!”91.
Siapa ‘Amir bin ‘Abd Qais? Imam adz-Dzahabi memperkenalkan ‘Amir bin ‘Abd Qais: أبو عمرو: ويقال،عامر بن عبد قيس القدو ة الول ي الزاهد أبو عبد الله . روى عن عمر وسلمان. البصري، العنبري،التميم ي وقلما، وأبو عبد الرحمن الحبل ي وغيرهم، ومحمد بن سيرين، الحسن:وعنه .روى هذا راهب: رآه كعب الحبار فقال، كان ثقة من عباد التابعين:قال العجل ي .هذه المة كان عامر بن عبد الله الذي يعرف بابن عبد:" وقال أبو عبيد ف ي " القراءات .قيس يقرئ الناس ‘Amir bin ‘Abd Qais, seorang suri tauladan, penolong agama Allah, seorang yang zuhud. Dipanggil Abu Abdillah. Ada juga yang mengatakan ia dipanggil Abu ‘Amr. Berasal dari Tamim. Orang ‘Anbar. Menetap di Bashrah (Irak). Meriwayatkan hadits dari Umar bin al-Khattab dan Salman al-Farisi. Para perawi yang meriwayatkan hadits darinya adalah Imam al-Hasan al-Bashri, Muhammad bin Sirin, Abu Abdirrahman al-Habli dan selain mereka. Ia jarang meriwayatkan. Imam al-‘Ijli berkata, “Ia seorang yang tsiqah (terpercaya). Ahli ibadah dari kalangan Tabi’in. suatu ketika Ka’b al-Ahbar melihatnya, maka Ka’b al-Ahbar berkata, “Inilah rahib ummat ini”. Abu ‘Ubaid berkata dalam al-Qira’at, “’Amir bin Abdillah yang dikenal dengan Ibnu ‘Abd Qais membacakan qira’at kepada manusia (ia ahli qira’at)”92.
Bid’ah Mahmudah Baqi bin Makhlad: 91 Ibid., juz.IV, hal.18. 92 Ibid., juz.IV, hal.15. 79
Khatam al-Qur’an Setiap Malam, Shalat Siang 100 Rakaat, Puasa Setiap Hari. وكان يصل ي بالنهار، ف ي ثل ث عشر ة ركعة،كان بق ي يختم القرآن كل ليلة ويصو م الدهر،مئة ركعة Baqi bin Makhlad mengkhatamkan al-Qur’an setiap malam dalam shalat 13 rakaat. Shalat seratus raaat di siang hari dan puasa sepanjang tahun93. Siapa Baqi bin Makhlad? Imam adz-Dzahabi memperkenalkan: أبو عبد الرحمن، شيخ السل م، القدو ة، الما م: ابن يزيد. بق ي بن مخلد صاحب " التفسير " و " المسند " اللذين ل، الحافظ،الندلس ي القرطب ي . أو قبلها بقليل، ولد ف ي حدود سنة مئتين.نظير لهما Baqi bin Makhlad. Ibnu Yazid, seorang imam, seorang tauladan, bergelar Syaikhul Islam. Abu Abdirrahman, orang Andalusia, dari Cordova. Seorang al-Hafizh. Penulis kitab Tafsir dan al-Musnad (kitab hadits) yang tidak ada tandingannya. Lahir pada batas tahun dua ratus, atau sedikit sebelum itu94. Ini menunjukkan bahwa Imam Baqi bin Makhlad masih tergolong kalangan Salaf (tiga abad pertama Hijrah). Selanjutnya Imam adz-Dzahabi berkata, ، رأسللا فلل ي العلللم والعمللل، ربانيا صللادقا مخلصللا،وكان إماما مجتهدا صالحا . ول يقلد أحدا، يفت ي بالثر، منقطع القرين،عديم المثل Imam Baqi bin Makhlad seorang imam mujtahid, shaleh, rabbani, jujur, ikhlas, induk dalam ilmu dan amal, tidak ada bandingannya, tidak banyak bergaul (karena ibadah), berfatwa berdasarkan atsar, tidak bertaqlid kepada seorang pun95.
93 Ibid., juz.XIII, hal.292. 94 Ibid., hal.285. 95 Ibid., hal.286. 80
Bid’ah Mahmudah Imam Ahmad bin Hanbal: 300 Rakaat Sehari Semalam. . كان أب ي يصل ي ف ي كل يو م وليلة ثل ث مئة ركعة:قال عبد الله بن أحمد فكان يصل ي كل يو م وليلة مئة، أضعفته،فلما مرض من تلك السواط .وخمسين ركعة Abdullah putra Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Ayah saya melaksanakan shalat sehari semalam sebanyak tiga ratus rakaat. Ketika ia sakit disebabkan cambukan (karena fitnah khalq al-Qur’an), membuatnya lemah, ia shalat sehari semalam sebanyak seratus lima puluh rakaat”96.
Berdoa Untuk Imam Syafi’i Dalam Shalat Selama 40 Tahun. أحمد بن حنبل يقول إنى لدعو الله للشافعى فى صلتى منذ أربعين سنة يقول اللهم اغفر لى ولوالدى ولمحمد بن إدريس الشافعى Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku mendoakan Imam Syafi’i dalam shalatku sejak empat puluh tahun”. Imam Ahmad bin Hanbal mengucapkan doa, “Ya Allah, ampunilah aku, kedua orang tuaku dan Muhammad bin Idris asy-Syafi’i”97. Bid’ah Mahmudah Sebagian Kalangan Salaf: Meminum Air Tulisan Ayat al-Qur’an. قال. ثم يشرصبها،من القرآن ت ل سصلف أن هتكتب له اليا ه ورأى جماعة من ال و ه ص ومثله عن أبى،ض وسيس ل ويغ ل،ن ب القرآ ص ل بأس أن يكت ه ص:مجاهد قصيه المري ص ص،سله ص دها أثحر قلب ص ص ل ول ه ب لمرأ ة ت ص ص أنه أمر أن ي هكت ص: ويذكر عن ابن عباس.ة ع و سصر عليها ل . ثم هيغسل وهتسقى،من القرآن Sekelompok kalangan Salaf berpendapat, ayat-ayat dari al-Qur’an dituliskan, kemudian airnya diminum. Imam Mujahid berkata, “Boleh hukumnya menuliskan ayat al-Qur’an, airnya dimandikan, diberikan kepada orang yang sakit”. Riwayat yang sama dari Abu Qilabah”98.
96 Ibid., juz.XI, hal.212. 97 Imam Tajuddin as-Subki, Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra, juz.III (Hajar li ath-Thiba’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1413H), hal.300; al-Baihaqi, Manaqib asy-Syafi’i, juz.II, hal.254. 81
Bid’ah Mahmudah Kalangan Khalaf (Setelah Tiga Abad Pertama Hijrah): Bid’ah Mahmudah Imam Ibnu Taimiah (661 – 728H). Imam Ibnu Taimiah berkata, من واظب على أربعين مر ة كل يو م بيللن سللنة الفجللر وصللل ة الفجللر يللاح ي ياقيو م لإله إل أنت برحمتك أستغيث حصلت له حيا ة القلب ولم يمت قلبه Siapa yang mengamalkan empat puluh kali setiap hari antara shalat Sunnat Fajar dan Shalat Shubuh,
ياح ي ياقيو م لإله إل أنت برحمتك أستغيث “Wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha Mengatur. Tidak ada tuhan selain Engkau. Dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan”. Maka ia mendapatkan kehidupan hati. Hatinya tidak akan mati99. Jelas Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkan doa ini, apalagi dengan jumlah tertentu, pada waktu tertentu dengan keutamaan tertentu. Ini adalah doa buatan Imam Ibnu Taimiah.
Kebiasaan Imam Ibnu Taimiah: فإذا فرغ من الصل ة اثنى على الله ع ز و جلل هلو وملن حضلر بملا ورد ملن قوله اللهم انت السل م ومنك السل م تباركت يا ذا الجلل والكرا م ثم يقبللل على الجماعة ثم يللأت ي بللالتهليلت الللواردات حينئللذ ثللم يسللبح الللله ويحمللده ويكبره ثلثا وثلثين ويختم المائة بالتهليل كما ورد وكللذا الجماعللة ثللم يللدعو الله تعالى له ولهم وللمسلمين اجناس ما ورد وكان غالب دعائه اللهم انصرنا ول تنصر علينا وامكر لنا ول تمكر علينللا واهللدنا ويسللر الهللدى لنا اللهم اجعلنا لك شاكرين لك ذاكرين لك اواهين لك مخبتين اليللك راغللبين
98 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khar al-‘Ibad, Juz.IV (Kuwait: Maktabah al-Manar al-Islamiyyah, 1415H), hal.170. 99 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, juz.I (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby, 1393H), hal.448. 82
اليك راهبين لك مطاويع ربنا تقبل توباتنا واغسل حوباتنا وثبت حججنا واهد قلوبنا اسلل سخيمة صدورنا يفتتحه ويختمه بالصل ة على النب ي ص -ثم يشرع ف ي الذكر وكان قد عرفت عادته ل يكلمه احد بغير ضرور ة بعد صللل ة الفجللر فل يللزال ف ي الذكر يسمع نفسه وربما يسمع ذكره من الى جانبه مع كللونه فلل ي خلل ذلك يكثر من تقليب بصره نحو السماء هكذا دأبه حتى ترتفع الشمس ويزول وقت النه ي عن الصل ة وكنت مد ة اقامت ي بدمشق ملزمه جل النهار وكثيرا من الليل وكان يللدنين ي منه حتى يجلسن ي الى جانبه وكنت اسمع ما يتلو وما يذكر حينئذ فرأيته يقرأ الفاتحلة ويكررهلا ويقطلع ذللك اللوقت كلله اعنل ي ملن الفجلر اللى ارتفلاع الشمس ف ي تكرير تلوتها ففكرت ف ي ذلك لم قد لز م هذه السور ة دون غيرها فبللان للل ي والللله اعلللم ان قصده بذلك ان يجمع بتلوتها حينئذ بين ما ورد ف ي الحللاديث ومللا ذكللره العلمللاء هللل يسللتحب حينئللذ تقللديم الذكللار الللوارد ة علللى تلو ة القللرآن او العكس فراى رضلل ي الللله عنلله ان فلل ي الفاتحللة وتكرارهللا حينئللذ جمعللا بيللن القولين وتحصيل للفضيلتين وهذا من قو ة فطنته وثاقب بصيرته Ketika selesaih melaksanakan shalat, Imam Ibnu Taimiah memuji Allah ‘Azza wa Jalla, ia dan orang-orang yang hadir, mengucapkan seperti اللهم انت السل م ومنك السل م تباركت يا( yang disebutkan dalam hadits, ) “Engkaulah Maha Keselamatan, dari Engkauذا الجلل والكلللرا م keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Yang Memiliki kemuliaan dan keagungan”. Kemudian Imam Ibnu Taimiah menghadap ke arah jamaah. Kemudian beliau membaca Tahlil yang ada dalam hadits. Kemudian bertasbih, tahmid dan takbir 33 kali. Beliau sempurnakan 100 dengan Tahlil, sebagaimana yang terdapat dalam hadits. Demikian juga dengan para jamaah. Kemudian Imam Ibnu Taimiah berdoa kepada Allah Swt untuk dirinya dan untuk kaum muslimin, seperti doa-doa yang terdapat dalam alQur’an dan hadits. Seringkali doa yang beliau baca adalah:
اللهم انصللرنا ول تنصللر علينللا وامكللر لنللا ول تمكللر علينللا واهللدنا ويسر الهدى لنا
83
اللهم اجعلنا لك شاكرين لك ذاكرين لك اواهين لك مخبتين اليللك راغبين اليك راهبين لك مطاويع ربنا تقبل توباتنا واغسل حوباتنا وثبت حججنا واهد قلوبنا اسلللل سخيمة صدورنا “Ya Allah, tolonglah kami, jangan Engkau beri pertolongan kepada musuh untuk menguasai kami. Berikan makar yang baik bagi kami, jangan Engkau berikan makar buruk kepada kami. Berilah kami hidayah. Mudahkanlah hidayah itu bagi kami. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur kepada-Mu. Orang-orang yang berzikir kepada-Mu. Orang-orang yang kembali kepada-Mu. Orang-orang yang merasa tenang kepada-Mu. Orangorang yang berhadap kepada-Mu. Orang-orang yang takut kepada-Mu dengan sukarela. Wahai Tuhan kami, terimalah taubat kami. Sucikanlah kesalahan kami. Kuatkan hujjah kami. Berilah hidayah ke dalam hati kami. Alirkanlah darah hitam yang ada di dada kami (bersihkan hati kami)”. Imam Ibnu Taimiah membuka dan menutupnya dengan shalawat kepada Rasulullah Saw. Kemudian Imam Ibnu Taimiah berzikir. Saya (al-Bazzar, murid Ibnu Taimiah) mengetahui kebiasaan Imam Ibnu Taimiah, tidak seorang pun berbicara dengannya tanpa kepentingan setelah shalat Shubuh. Imam Ibnu Taimiah terus berzikir, ia dengar sendiri, mungkin orang yang duduk di sampingnya dapat mendengar zikir Imam Ibnu Taimiah. Selama berzikir itu Imam Ibnu Taimiah terus memandang ke atas arah langit. Demikianlah kebiasaan Imam Ibnu Taimiah hingga matahari naik dan hilang waktu terlarang untuk shalat. Selama saya berada di Damaskus, saya terus bersama Imam Ibnu Taimiah sepanjang siang hari, seringkali di waktu malam. Imam Ibnu Taimiah mendekatkan saya kepada dirinya hingga ia mendudukkan saya di sampingnya. Saya bisa mendengar apa yang ia baca dan apa yang ia sebut ketika itu. 84
Saya melihat Imam Ibnu Taimiah membaca al-Fatihah. Ia terus mengulang-ulangi bacaan al-Fatihah. Ia menghabiskan waktu itu semuanya, maksudnya dari sejak Shubuh hingga matahari naik, terus mengulang-ulang bacaan surat al-Fatihah. Saya berfikir tentang itu, mengapa Imam Ibnu Taimiah melazimkan diri dengan surat ini, bukan dengan surat lain. Maka jelaslah bagi saya, wallahu a’lam, sesungguhnya maksud Imam Ibnu Taimiah melakukan itu, ia ingin menggabungkan antara bacaan al-Fatihah antara apa yang terdapat dalam hadits-hadits dan apa yang disebutkan para ulama. Apakah dianjurkan mendahulukan zikir daripada membaca al-Qur’an? Atau sebaliknya? Menurut Imam Ibnu Taimiah, sesungguhnya dalam mengulang-ulang bacaan al-Fatihah itu menggabungkan antara dua pendapat dan mendapatkan dua keutamaan. Ini adalah bagian dari kuatnya kecerdasan Ibnu Taimiah dan tajamnya bashirah (pandangan batin) Ibnu Taimiah100. Rasulullah Saw hanya mengajarkan duduk berzikir setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari. Demikian disebutkan dalam Sunan atTirmidzi. Membuat urutan zikir, doa dan shalawat seperti di atas jelas buatan Imam Ibnu Taimiah. Demikian juga dengan mengulang-ulang bacaan al-Fatihah sampai terbit matahari adalah buatan Imam Ibnu Taimiah.
Bid’ah Mahmudah Syekh Abdul Aziz bin Baz Mufti Saudi Arabia: Doa Pengusir Sihir Buatan Syekh Abdul Aziz bin Baz. Syekh Abdul Aziz bin Baz mengajarkan doa menjaga diri agar selamat dari gangguan jin dan sihir, هو الل و ص } ه: ومن أسباب السلمة أيضا قراء ة ق س د { و ) المعوذتين ( بعللد ح ح هأ ص ه ل ه ص : ( وبعد الفجر والمغرب ) ثل ث مللرات, فه ي من أسباب السلمة, كل صل ة هو الل و ص } ه ق س ( د { و ) المعوذتين ح ح هأ ص ه ل ه ص Diantara sebab-sebab keselamatan juga adalah membaca surat alIkhlas, surat al-Falaq dan surat an-Nas setiap selesai shalat. Ini merupakan bagian dari sebab-sebab keselamatan. Dan setelah shalat 100 Umar bin Ali bin Musa al-Bazzar, al-A’lam al-‘Aliyyah fi Manaqib Ibni Taimiyyah, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1400H), hal.37-38. 85
Shubuh dan shalat Maghrib membaca surat al-Ikhlas, surat al-Falaq dan surat an-Nas sebanyak tiga kali101. Memang ada hadits riwayat ‘Uqbah bin ‘Amir dalam Sunan at-Tirmidzi menyatakan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas seteleh selesai shalat, tapi sebagai bacaan zikir selesai shalat, tidak disebutkan sebagai tangkal sihir. Memang ada hadits riwayat Abdullah bin Khubaib dalan Sunan at-Tirmidzi memerintahkan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan anNas. Tapi sebagai bacaan pagi dan petang. Adapun mengkhususkan bacaan setelah shalat Shubuh dan shalat Maghrib dengan tujuan tertentu, tidak disebutkan dalam hadits. Dengan demikian, maka ini buatan Syekh Abdullah Aziz bin Baz.
Ramuan Tangkal Sihir Buatan Syekh Abdul Aziz bin Baz: ، والمعوذتين، والخلص، وآية الكرس ي، الفاتحة: وعليك تستعمل القراء ة وإذا طرحللت فيلله سللبع ورقللات مللن، تنفث على نفسك أو تنفث ف ي المللاء وإن، السدر مدقوقة ثم استحممت بهللا فللإن هللذا مجللرب لللزوال هللذا البلء إذا أحللس- صلى الللله عليلله وسلللم- كان النب ي، قرأت من دون سدر يكف ي بش يء ينفث ف ي يديه ثل ث مرات عند النو م يقللرأ الخلص والمعللوذتين ثل ث ، ويزول البأس إن شاء الله، ويمسح على وجهه وصدره ورأسه، مرات تقلرأ آيللة الكرسلل ي، تقللرأ فل ي يلديك عنللد النلو م، وعليك أن تسللتعمل هلذا ثللم تمسللح علللى رأسللك ووجهللك ثل ث، والخلص والمعللوذتين ثل ث مللرات وإن قرأت هللذا فلل ي مللاء واسللتحممت بلله، ويزول البلء إن شاء الله، مرات ، وإن جعلت فيه سبع ورقات من السدر كما فعل بعللض السلللف، زال البلء ثم قرأت فيها أو قرأ فيها غيرك آية الكرسل ي وسلور ة الخلص والمعلوذتين فللإنه يللزول، وآيات السحر من سور ة العراف وسللور ة يللونس وسللور ة طلله . تغتسل به ويزول البأس إن شاء الله، البأس إن شاء الله Anda mesti menggunakan bacaan: al-Fatihah, ayat Kursi, surat alIkhlash, al-Falaq dan an-Nas. Anda tiupkan ke diri Anda. Atau tiupkan ke air. Jika Anda masukkan tujuh lembar daun Sidr yang sudah dihaluskan, kemudian Anda pakain untuk mandi, maka ini mujarab untuk menghilangkan gangguan sihir. Jika Anda bacakan tanpa daur Sidr, sudah cukup. Karena Rasulullah Saw, apabila ia merasa ada sesuatu, beliau meniupkan ke kedua tangannya tiga kali ketika akan 101 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.VIII, hal.115. 86
tidur, beliau membaca surat al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas tiga kali. Kemudian mengusap wajah, dada dan kepala. Gangguan akan hilang insya Allah. Anda mesti menggunakan ini, Anda bacakan ke telapak tangan Anda ketika akan tidur. Anda baca ayat Kursi, surat al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas tiga kali. Kemudian usapkan ke kepala dan wajah tiga kali. Gangguan akan hilang insya Allah. Jika Anda bacakan ke air, kemudian dipakai untuk mandi, gangguan akan hilang. Jika Anda letakkan di dalam air itu tujuh lembar daun Sidr, sebagaimana yang dilakukan sebagian kalangan Salaf, kemudian Anda bacakan, atau orang lain yang membacakan, ayat Kursi, surat alIkhlash, al-Falaq dan an-Nas, ditambah ayat-ayat Sihir yang ada dalam surat al-A’raf, surat Yunus, surat Thaha. Gangguan akan hilang insya Allah. Kemudian Anda pakai untuk mandi, gangguan akan hilang insya Allah102. Tidak ada hadits Nabi Muhammad Saw menyebut seperti ini. Ini murni ijtihad Syekh Abdul Aziz bin Baz. Bid’ah Mahmudah di Masjidil-Haram dan Masjid-Masjid di Saudi Arabia Sampai Saat Ini: Doa Khatam Qur’an Dalam Shalat Tarawih. Sebagaimana kita ketahui bahwa sampai saat ini setiap malam imam Masjidil-haram membaca satu juz al-Qur’an dalam shalat Tarawih. Ketika selesai juz 30, sebelum ruku’ imam membaca doa khatam alQur’an. Ini disebutkan Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi: ف ه ه ص ل ال س ص ص:ن خت سم ل ال س ه ص ض ه قا ص ص ح : قسلت ف ي ص سأ صسلت أ صصبا ص ل:ل ف س د الل و ل عب س ل ص: زصياكد ل بس ه ف س قسرآ ل ن ل ص ص ح؟ ص م ال س ه قا ص ،ح أص س ه ل و ل ه ل قسرآ ص ج ص ا س:ل ج ص أ س،ن عل س ه عل ه ه خت ل ه رأ س ف ي الت وصرا ل ف ي الت وصرا ل وت س ل ف ي ال س ل وي ل وي ل حوتى ي ص ه .ن ن ل صصنا ده ص كو ص ص عاءد ب صي س ص ن اث سن صي س ل ص ص س س ص ص ص س ص ص ص ه ص ص ه ع ي صدصي سك قب س ص ؟ قا ص. ع لإ ص ع نآ ل قلت كي س ص ت ل لأ س ن ت صسرك ص ن فاسرف س صن ص ه ذا فصرغ ص م س فأ س ر القسرآ ل خ ل ص وأطل س . م وادس ه ل ال س ل ن ل صصل ل ون ص س قصيا ص ح ه ف ي ال و ص، ة ع ب لصنا ص ص، ص ص ه عو ؟ قا ص . شسئت م أد س ه ما ل بل ص: ل ب ل ص: قسلت
102 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.XXVIII, hal.346. 87
ص و ص وي صسر ص عو ص ف ص ص:ل ص حن سب ص ح قا ص قا ص ل و ص ف ي ي صدس ه خل س ل و ه ع ي صدصي س ل ل ص ف ه ف ص قائ ل د ما أ ص عسلت ب ل ص ص،ه ص، ما ه ص ص، مصرلن ي ص ص فصر س ة } ه ذا ص خت سم ل ال س ه مدص ي ص ه ق س قو ه إ ص:ن ب ف ي ص لأ ه ن ل ل ل قصراءص ل غت ل س ل عوذه ب لصر ض عت أ س م س ص: م س ح ص قسرآ ل ل الير ه ع ي صدصي س ص ء ص فاسر ص س{ ص قب س ص .ع عا ل ف ي الدي ص ك ل ف س كو ل الونا ل ص ص ص و ص ة يص س ذا ؟ ص ه ه ص قا ص ه ص ي ص ن ي ك مك و ص صرأسيت أ س: ل ف ي ص ب ل ء ت صذس ص كا ص ف ص ه ه عهلون ص ه ل ص إصلى أ ض: قسلت ص،ه ش س ة يص س س س .ة ن ه مك و ص عي صي سن ص ص فصيا ه م ص ف ص ع ه ه ن بس ه م بل ص ه س ه ص عل ه ه ص س س س مك صو س ص ص ص ص ص .ة ب و ة ر ص ب ل با س نا ال نا ك ر د أ ك ل ذ ك و : م ظي ع ل ا د ب ع ن ب س با ع ل ا ل قا ل و س ص ص ه س ه ص س ل ص و ص ل ص س ص ل ص ل ص ص ص ل ل ص ع و ذا ص ه ص ه ه .ن ن ص ن ه وذهك لصر ص ف ي ص ة ل وي أ س دين ص ل م ل فا ص ما ص ع س عث س ص ل ال س ص ص، شي سدئا ص وي صسر ل ن بس ل Pasal: Tentang Khatam al-Qur’an. Al-Fadhl bin Ziyad berkata, “Saya bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal), saya katakan, “Jika saya khatam al-Qur’an. Saya lakukan pada shalat Witir atau pada shalat Tarawih?”. Imam Ahmad bin Hanbal menjawab, “Lakukanlah dalam shalat Tarawih, agar kita mendapatkan doa dalam dua shalat tersebut (Tarawih dan Witir)”. Saya katakan, “Bagaimanakah saya melakukannya?”. Imam Ahmad menjawab, “Apabila engkau selesai membaca akhir alQur’an. Angkatlah kedua tanganmu sebelum engkau ruku’. Berdoalah untuk kita ketika kita dalam shalat. Lamakanlah tegak”. Saya katakan, “Apakah doa yang saya ucapkan?”. Imam Ahmad menjawab, “Apa saja yang engkau inginkan”. Saya pun melakukan apa yang diperintahkan Imam Ahmad bin Hanbal. Ia berada di belakang saya berdoa dalam keadaan berdiri, ia mengangkat kedua tangannya. Hanbal berkata, “Saya mendengar Imam Ahmad berkata tentang khatam al-Qur’an, “Apabila engkau selesai membaca surat an-Nas, maka angkatlah kedua tanganmu dalam berdoa sebelum ruku’.” Saya katakan, “Kepada pendapat manakah engkau berpegang dalam masalah ini?”. Ia menjawab, “Saya telah melihat penduduk Mekah melakukanya. Imam Sufyan bin ‘Uyainah melakukannya bersama mereka di Mekah”. Al-‘Abbas bin ‘Abd al-‘Azhim berkata, “Demikian juga kami dapati orang-orang melakukannya di Bashrah (Irak) dan di Mekah”.
88
Penduduk Madinah meriwayatkan sesuatu tentang ini, disebutkan dari Utsman bin ‘Affan103.
Pendapat Syekh Ibnu Baz: Doa Khatam Qur’an Dalam Shalat Tarawih. حكم دعاء ختم القرآن ف ي الصل ة- 24 بعض الناس ينكرون على أئمة المساجد الذين يقرءون ختمة القرآن:س فما،ف ي نهاية شهر رمضان ويقولون إنه لم يثبت أن أحدا من السلف فعلها صحة ذلك؟ ل حرج ف ي ذلك؛ لنه ثبت عن بعض السلف أنه فعل ذلك؛ ولنه دعاء وجد:ج سببه ف ي الصل ة فتعمه أدلة الدعاء فلل ي الصللل ة كللالقنوت فلل ي الللوتر وفلل ي . والله ول ي التوفيق.النوازل 24- Hukum Doa Khatam al-Qur’an Dalam Shalat. Pertanyaan: Sebagian orang mengingkari para imam masjid yang membaca doa khatam Qur’an di akhir bulan Ramadhan, mereka mengatakan bahwa tidak shahih ada kalangan Salaf melakukannya. Apakah itu benar?104 Jawaban: Tidak mengapa melakukan itu (boleh). Karena perbuatan itu benar dari sebagian kalangan Salaf melakukan itu. Karena doa itu adalah doa yang ada sebabnya di dalam shalat, maka tercakup dalildalil yang bersifat umum tentang doa dalam shalat, seperti doa Qunut dalam shalat Witir dan bencana-bencana. Wallahu Waliyyu at-Taufiq105.
Waktu Doa Khatam al-Qur’an Dalam Shalat Tarawih: ما موضع دعاء ختم القرآن ؟ وهل هو قبل الركوع أ م بعد الركوع ؟: س الفضل أن يكون بعد أن يكمل المعوذتين فإذا أكمل القرآن يللدعو سللواء: ج يعن ي بعد مللا يكمللل قللراء ة، ف ي الركعة الولى أو ف ي الثانية أو ف ي الخير ة 103 Ibnu Qudamah al-Maqdisi, al-Mughni, juz.III, hal.369. 104 Telah dimuat di Majalah ad-Da’wah (Saudi Arabia), Edisi: 1658, tanggal: 19 Jamada al-Ula 1419H. 105 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.XXX, hal.32. 89
القرآن يبدأ ف ي الدعاء بما يتيسر ف ي أي وقت من الصل ة فلل ي الولللى منهللا المهللم أن يللدعو عنللد، كل ذلك ل بللأس بلله.أو ف ي الوسط أو ف ي آخر ركعة قراء ة آخر القرآن Pertanyaan: Bila kah doa khatam al-Qur’an dibaca? Apakah sebelum ruku’ atau setelah ruku’? Jawaban: afdhal dibaca setelah membaca surat al-Falaq dan an-Nas. Jika telah selesai membaca al-Quran secara sempurna, kemudian berdoa, apakah pada rakaat pertama atau pada rakaat kedua atau di akhir shalat. Maksudnya, setelah sempurna membaca al-Qur’an, mulai membaca doa khatam al-Qur’an di semua waktu dalam shalat, apakah di awal, di tengah atau di akhir rakaat. Semua itu boleh. Yang penting, membaca doa khatam al-Qur’an ketika membaca akhir al-Qur’an106.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: وأما دعاء ختم القرآن ف ي الصل ة فل أعلم له أصل د ل من سنة الرسول صلى أن أنس بن مالك: وغاية ما فيه, ول من سنة الصحابة،الله عليه وسلم .رض ي الله عنه كان إذا أراد أن يختم القرآن جمع أهله ودعا لكن مع ذلك هلل ي ممللا, أما ف ي الصل ة فليس لها أصل,وهذا ف ي غير الصل ة والمللر, علماء السنة وليسوا علمللاء البدعللة,اختلف فيه العلماء رحمهم الله ل ينبغ ي للنسان أن يشللدد حللتى يخللرج عللن المسللجد: يعن ي,ف ي هذا واسع ويفارق جماعة المسلمين من أجل الدعاء عند ختم القرآن Adapun doa khatam al-Qur’an dalam shalat, saya tidak mengetahui ada dasarnya dari Sunnah Rasulullah Saw, tidak pula dari Sunnah para shahabat. Dalil paling kuat dalam masalah ini bahwa ketika Anas bin Malik ingin khatam al-Qur’an, ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia berdoa. Tapi ini di luar shalat. Adapun membaca doa khatam al-Qur’an di dalam shalat, maka tidak ada dasarnya. Meskipun demikian, ini termasuk perkara ikhtilaf di antara para ulama, ulama Sunnah, bukan ulama bid’ah. Perkara ini luas, maksudnya, tidak selayaknya seseorang bersikap keras hingga keluar dari masjid dan memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin disebabkan doa khatam al-Qur’an107. 106 Syekh Ibnu Baz, op. cit., Juz.XI, hal.357. 107 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Juz.XXXIX, hal.108 90
Standar Penetapan Bid’ah Dhalalah. Jika tidak diberi batasan, semua orang akan membuat-buat ibadah dan menyatakannya sebagai bid’ah hasanah, maka perlu menetapkan standar, jika tidak maka dikhawatirkan ummat akan terjerumus ke dalam perbuatan bid’ah. Suatu perkara dapat disebut Bid’ah Dhalalah jika termasuk dalam beberapa poin berikut: Pertama, keyakinan batil yang berkaitan dengan dasar-dasar agama Islam. Misalnya menyerupakan Allah dengan makhluk. Mengatakan Allah duduk bersemayam di atas ‘Arsy seperti manusia duduk di atas kursi. Atau menyatakan bersatu dengan tuhan, seperti keyakinan Pantheisme, atau Manunggaling Kawula Gusti. Atau menyembah Allah Swt, namun menghadapkan diri beribadah kepada selain Allah Swt. Atau mengatakan al-Qur’an tidak lengkap. Mengingkari takdir. Mengkafirkan sesama muslim. Mencaci maki shahabat nabi. Menyatakan selain nabi itu ma’shum. Pernyataan bahwa agama Islam tidak relevan dengan zaman. Dan semua keyakinan yang dibuat-buat yang menyebabkan orang meyakininya disebut sebagai kafir. Kedua, merubah bentuk ibadah yang telah disyariatkan, seperti menambah atau mengurangi. Misalnya menambah rakaat shalat wajib. Mengurangi takaran zakat Fitrah. Mengurangi jumlah sujud dalam shalat. Mengganti surat al-Fatihah dengan surat lain. Merubah lafaz azan. Membuat sujud sebelum ruku’. Ketiga, merubah waktu ibadah, seperti shalat Shubuh jam sembilan pagi. Atau puasa setengah hari. Atau merubah tempat ibadah, seperti thawaf di bukit keramat. Thawaf di kuburan dan sebagainya. Keempat, meyakini ada suatu keutamaan pada suatu ibadah yang dilakukan dengan cara khusus, tanpa ada dalil syar’i. Misalnya, berpuasa dengan menjemur diri di panas akan mendatangkan keutamaan ini dan ini. Berpuasa selama empat puluh hari akan mendapat ini dan ini. Atau shalat dengan pakaian tertentu akan mendapatkan keutamaan tertentu. Atau diam pada hari senin akan mendapatkan keutamaan khusus. Kelima, menyatakan keutamaan khusus pada waktu tertentu, atau tempat tertentu, atau orang tertentu, atau zikir tertentu, atau surat tertentu, tanpa ada dalil syar’i. Seperti menyatakan ada keutamaan 91
pada malam 12 Rabi’ul-Awal. Atau keutamaan zikir yang dibuat oleh orang tertentu. Keenam, membuat ibadah khusus, dengan cara tertentu, dengan jumlah tertentu, dengan keutamaan tertentu. Misalnya, shalat 100 rakaat, pada malam maulid nabi, akan mendapatkan anu dan anu. Ketujuh, berkumpul melakukan suatu ibadah, pada waktu tertentu dan tempat tertentu dengan keyakinan ada balasan tertentu terhadap perbuatan tersebut. Adapun berkumpul di masjid pada malam Maulid Nabi Muhammad Saw, dengan mendengarkan bacaan al-Qur’an dan ceramah agama seputar sejarah Nabi Muhammad Saw. Atau pada malam tahun baru Hijrah sebagai muhasabah diri, sangat dianjurkan untuk memanfaatkan momen tertentu dalam membahas masalah tertentu. Kedelapan, membuat batasan tertentu dalam takaran, jarak, jumlah bilangan, waktu, yang telah ditetapkan syariat Islam. Seperti berat nishab zakat, jarak Qashar shalat, jumlah bilangan kafarat, jumlah batu melontar jumrah, jumlah putaran thawaf dan sa’i. Kesembilan, semua perkara yang dibuat-buat, tanpa ada dalil dari syariat Islam, apakah dalil itu nash (teks), atau pemahaman terhadap nash, atau secara terperinci dalam dalil, atau dalilnya global bersifat umum, maka itu adalah bid’ah dhalalah. Jika terangkum dalam dalil, apakah dalil itu nash (teks), atau pemahaman terhadap nash, atau secara terperinci dalam dalil, atau dalilnya global bersifat umum, maka itu adalah Sunnah Hasanah. Ketika terjadi ikhtilaf antara dalil-dalil, maka dalil yang bersifat nash lebih didahulukan daripada dalil yang bersifat ijmaly (global). Dalil khusus lebih didahulukan daripada dalil yang bersifat umum. Dalil yang disebutkan secara nash lebih didahulukan daripada dalil pemahaman terhadap nash. Dengan demikian maka pintu ijtihad tetap terbuka bagi para ulama108.
Andai Imam Syafi’i Tidak Membagi Bid’ah.
108 Lihat selengkapnya dalam Mafhum al-Bid’ah wa Atsaruhu fi Idhthirab alFatawa al-Mu’ashirah Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah, DR.Abdul Ilah bin Husain al-Arfaj, (Dar al-Fath, 2013M), hal.373-376. 92
Imam Ibnu Taimiah merutinkan membaca al-Fatihah dari setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari, padahal Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkan dan melakukannya. Syekh Abdul Aziz bin Baz mengajarkan ramuan tangkal sihir, padahal Rasulullah Saw tidak membuat dan mengajarkannya. Syekh Ibnu ‘Utsaimin mengajarkan shalat sunnat Tahyatal-masjid di tanah lapang tempat shalat ‘Ied, padahal Rasulullah Saw tidak pernah melakukan dan mengajarkannya. Para imam masjid di Saudi Arabia membaca doa khatam al-Qur’an dalam shalat Tarawih di akhir Ramadhan, padahal Rasulullah Saw tidak pernah mengajarkannya, apalagi melakukannya. Andai Anda masih juga berpegang pada kaedah, “Setiap yang tidak dilakukan Rasulullah Saw, maka haram”. Maka Ibnu Taimiah, Syekh Ibnu Baz, Syekh Ibnu Utsaimin dan para imam Saudi Arabia, semuanya telah melakukan perbuatan haram.
MASALAH KE-TIGA: MEMAHAMI AYAT DAN HADITS MUTASYABIHAT. Ada ayat-ayat dan hadits-hadits yang mutasyabihat (mengandung kesamaran makna), tidak dapat difahami secara tekstual, jika difahami secara tekstual, maka akan terjerumus kepada tasybih (penyerupaan 93
Allah Swt dengan makhluk) dan tajsim (penjasmanian wujud Allah Swt). Misalnya ayat: وى ن ص عصلى ال س ص الور س شا س م ه ح ص ست ص ص عسر ل “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy”. (Qs. Thaha [20]: 5). Jika kita memahami ayat ini secara tekstual, maka kita akan menyamakan Allah Swt dengan seorang manusia yang duduk di atas kursi. Maha Suci Allah Swt dari sifat seperti itu, karena Allah Swt itu: ه ص صيهر و ه ع ال سب ص ل س ل مث سل ل ل س كص ل مي ه و ال و ل صي س ص ه ص يءح ص ش س “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat”. (Qs. Asy-Syura [42]: 11). Maka dalam memahami ayat-ayat dan hadits-hadits yang semakna dengan ini, para ulama sejak zaman para shahabat, tabi’in, tabi’ attabi’in, hingga sampai saat ini memahami ayat-ayat mutasyabihat dengan dua metode:
Metode Pertama: Tafwidh (Menyerahkan maknanya kepada Allah Swt). Dalil mereka adalah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah: عل صي س ص ة ص ذي أ صن سصز ص سو ه عن عائ ل ص ك ل ص ه ص ص ش ص م} ه و ال و ل عل صي س ل ل الل و ل قال ص س و ص ت ت صصل صر ه سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص ه ص ص ه ه ت ص مت ص ص فلل ي وأ ص ن ل ت ه مللا ال ولل ل ب ل م س ال سك لصتا ص ها ح نأ ي ما ح ه آصيا ح شللاب ل ص ذي ص ه و فأ و خللهر ه حك ص ص ت ه من س ه م ال سك لت صللا ل ب ص س ه ه غ ص ما ت ص ص م واب ست ل ص ه اب ست ل ص م صزي س ح غللاءص ال س ل ويل ل ل فت سن صلل ل ه ل عو ص مللا ي ص س في صت وب ل ه عل صلل ه و ص من سلل ه شاب ص ص ن ص ه س ه ص ة ص غللاءص ت صللأ ل قلوب ل ل س عل سم ل ي ص ه ه ك هلل ي مللا س ه ن ل ف ي ال س ل ن ل عن سلل ل ل ل مونا ب ل ل والورا ل قوهلو ص خو ص ملل س و ص نآ ص ه إ لول الل و ه ويل ص ه د صرب ضن صللا ص ه ص ت صأ ل ص ه ص ت ص ب{ ص سو ه قا ص م إل ص م ه ص عل صي س ل ل الل و ل قال ص س و ص ل صر ه ذا صرأي ست ه س سل و ص صولى الل و ه ي صذوك وهر إ لول أوهلو اسلل سصبا ل ه ص ه ص فهأول صئ ل ص ه ص ه ص ما ت ص ص م حذصهرو ه ك ال و ل ه ل ال و ل عو ص فا س ن ي صت وب ل ه ن ص ذي ص ذي ص ه س مى الل و ه س و من س ه شاب ص ص ن ص Dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah Saw membacakan ayat: “Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang 94
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 7). Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kamu melihat orang-orang yang memperturutkan (membahas) ayatayat mutasyabihat, maka mereka itulah yang disebut Allah (orang yang sesat), maka jauhilah mereka”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Hadits Kedua: : عن أب ي مالك الشعري أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلللم يقللول ل أخللاف علللى أمللت ي إل ثل ث خلل أن يكللثر لهللم مللن المللال فيتحاسللدون فيقتتلوا وأن يفتح لهم الكتب يأخذ المؤمن يبتغ ي تأويله وليس يعلللم تللأويله إل الله Dari Abu Malik al-Asy’ari, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Tidak aku khawatirkan terhadap ummatku kecuali tiga kerusakan: harta mereka menjadi banyak, lalu mereka saling dengki. Kemdian mereka saling membunuh. Dan dibukakan bagi mereka kitab-kitab, seorang mu’min mencari takwilnya, tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah Swt”. (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam alKabir).
Pendapat Imam Malik bin Anas (w.179H). عصلى وى ص ما س }ث ه و: لما سئل عن قوله تعالى،قال الما م مالك رحمه الله ست ص ص ويروى. الستواء معلو م والكيف مجهول:( كيف استوى ؟ فقال6){ش ال س ص عسر ل هذا الجواب عن أ م سلمة رض ي الله عنها موقوفا ومرفوعا إلى النب ي صلى .الله عليه وسلم Imam Malik berkata ketika ditanya tentang firman Allah Swt, “Kemudian Allah Swt bersemayam di atas ‘Arsy”, bagaimanakah Allah Swt bersemayam?”. Imam Malik menjawab, “Makna kata bersemayam, semua orang mengetahuinya. Bagaimana Allah Swt bersemayam, tidak ada yang mengetahuinya”. Jawaban yang sama juga diriwayatkan dari Ummu Salamah (ketika ia ditanya tentang ayat ini), secara mauquf dan marfu’ kepada Rasulullah Saw109. 109 Ibnu Abi al-‘Izz, Syarh ath-Thahawiyyah fi al-‘Aqidah as-Salafiyyah, juz.I (Wakalah ath-Thiba’ah wa at-Tarjamah fi ar-Ri’asah al-‘Ammah li Idarat alBuhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’ wa ad-Da’wah wa al-Irsyad), hal.183. 95
Pendapat Imam at-Tirmidzi (w.279H): ب ت صصبلاصر ص ق اهلوا ص ء اللدين سصيا ص علاصلى ك ه و ت ما ل ل ل صي سصلل ك وت ص ص ل ال ور ض قلدس ت صث سهبل ه ة إ لصللى ال و سل ص ك ص وهنلهزو ل ص ص ص ص ص ص س ص ه ص ك لل ل ما ن لل ع ي و ر ذا لل ك ه ف ي ك ل قا ي ل و م ه و ت ي ل و ها ب ن م ؤ ي و ذا ه ف ي ت يا وا ر ال ص س ص ص ص ض ص ص ه ل س ص ل ك ه ه ل ص ه ص ص و ه ص ص ه ص ه ل ص ص ص ص س ه س و ص س س ث دي للا ح ل ا ه ذ لل ه لل ي ف لوا للا ق م لل ه ن أ ك ر للا ب م ل ا ن لل ب ه لل ل ال د لل ب ع و ة ن ي ي ع ن ص ه ل ص ل ل ص ل ل ص س ص ص ص س ل فصيا ص و ه ه ص ص ل و ه س ص ل س ل ن بس ل ص ص ص س س س ص ص ص ص ه ص ة ع ما ج ل وا ة ن س ال ل ه أ ن م م ل ع ل ا ل ه أ ل و ق ذا ك ه و ف ي ك ل ب ها رو م س ك ص ص ي و ل ص ص ص ص ل أ ل ي ص ل ل ل ل س س ل س ل س Tentang turunnya Allah Swt setiap malam ke langit dunia, mereka (para ulama) berkata bahwa riwayat-riwayat tentang ini shahih dan kuat. Riwayat-riwayat itu diimani, tidak diimajinasikan, tidak pula dikatakan kaifa (bagaimana model atau bentuknya?). Demikian diriwayatkan dari Imam Malik, Sufyan bin ‘Uyainah dan Abdullah bin alMubarak. Mereka katakan tentang hadits-hadits seperti ini, “Berlakukanlah hadits-hadits itu tanpa kaif (seperti apa?)”. Demikianlah pendapat ulama dari kalangan Ahlussunnah 110 waljama’ah . و ص هلل ص مث سلل ه مللا ي هللذسك صهر ه ص ي ص ل ص ت ك صث ليللصر ةح ل عل صي س ل واصيا ح و ص ع س ذا ص سل و ص صولى الل و ه و ص ي ص ر ص ه ص ص ن الن وب ل ض م ل قدس هر ل ص ص ص ص س س س ص مهر الير س ه ال س ملا أ س شلصياءص ه ص ل ذ ل هل ل ؤي ص ل في ل و ص ةأ و ن صرب و ه شلب ص ص و ص هل س هأ س ن الونا ص ولذك هر القلدص م ل ص م ص س ي صصر س ص ص س س س س س ه ص ن ل ال ل عن سدص أ س ذا ل ف ي ص ب ل مذس ص ة ل م ل علم ل ل سفصيا ص مال للل ل ه ه ل ه م س و ص ر ض ن الئ ل و وال ص ي ص ن الث ولل س مث س ل ه ل ص و ل ك ب سلل ل ص ص ص س س ص ه ال س م ن ه عي صي سن ص ص وا ص ذ ل هلل ل ر ل و ل مصباصر ل م أن و ه شللصياءص ث هلل و هلل س هلل س ن ال ه و س م صر ص ع ص و ص ة ص ك ص س ص وغي س ل كي ك واب س ل واب س ل أن ص ك وصل ي ه ص ص ون ه س هلل ه ه ص قا ه ل حالدي ه ذي ا س خت صللاصرهه أ ص س و ص ل ك صي س ص وى ص ذا ال ولل ل ؤ ل ذ ل ه ل ه اسل ص ص ن بل ص م ه ف ص ها ص ث ص قاهلوا ت هسر ص ص ص ولص ص ص س س ص ول ت ه ص وي ه س ه ال س و و وى ص ذ ل ه ل دي ل ح ل ثأ س ما ص ال ص جاءص س ف و ن بل ص م ه ه ه ؤ ص شصياءه ك ص م ص ول ت هصتلل ص سهر ص ها ص ت ص ن ت هسر ص ص ص ص و س س ص يه ص ه ص قا ه ه ذي ا س وذص ص ل ال ل مهر أ س و ص ل كي س ص ههبوا إ للي س ل علم ل ال ل ذا أ س خصتاهروهه ص ه ل ف ص Diriwayatkan dari Rasulullah Saw banyak riwayat seperti ini (mutasyabihat), di dalamnya disebutkan tentang ru’yah (melihat), bahwa manusia melihat Rabb mereka, tentang kaki dan seperti itu. Mazhab ulama tentang masalah ini dari para imam seperti Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Malik bin Anas, Imam Ibnu al-Mubarak, Imam Ibnu ‘Uyainah, Imam Waki’ dan para imam lainnya, bahwa mereka meriwayatkan hadits-hadits seperti ini, kemudian mereka berkata, “Hadits-hadits seperti ini diriwayatkan, kita mengimaninya, tidak dikatakan ‘bagaimana?”. Inilah pendapat yang dipilih para ahli hadits, bahwa hadits-hadits seperti ini diriwayatkan seperti apa adanya, diimani, tidak dijelaskan, tidak pula dibayang-bayangkan, tidak
110 Imam at-Tirmidzi, as-Sunan, juz.III, hal.71. 96
dikatakan ‘bagaimana?’. Inilah pendapat para ulama yang mereka pilih dan mereka pegang111.
Pendapat Imam Ibnu ash-Sholah (w.643H). وقال الما م ابن الصل ح وعلى هذه الطريقة مضى صدر المة وساداتها وإياها اختار أئمة الفقهاء وقاداتها وإليها دعا أئمة الحديث وأعلمه ول أحد من المتكلمين من أصحابنا يصدف عنها ويأباها انتهى Imam Ibnu ash-Sholah berkata, “Berdasarkan metode ini (tafwidh: menyerahkan maknanya kepada Allah Swt), para ulama dan pembesar ummat Islam. Pendapat ini pula yang dipilih oleh para imam ahli Fiqh. Kepada pendapat ini pula seruan para imam ahli hadits dan para tokohnya. Tidak seorang pun dari ahli Ilmu Kalam yang memalingkan diri darinya dan menolaknya. Selesai112.
Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani (w.852H). ومنهم من اجراه على مللا ورد مؤمنللا بلله علللى طريللق الجمللال منزهللا الللله تعالى عن الكيفيه والتشبيه وهم جمهور السلف Sebagian ulama membiarkan teks-teks tersebut sebagaimana apa adanya, mengimaninya dengan cara global, mensucikan Allah Swt dari kaif (cara) dan mensucikan Allah Swt dari tasybih (penyamaan dengan makhluk), mereka adalah mayoritas kalangan Salaf113.
Metode Kedua: Ta’wil. Penjelasan makna Ta’wil disebutkan al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, 111 Ibid., juz.IX, hal.116. 112 Mar’i bin Yusuf al-Karami al-Maqdisi, Aqawil ats-Tsiqat fi Ta’wil al-Asma’ wa ash-Shifat wa al-Ayat al-Muhkamat wa al-Musytabihat, juz.I (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1406H), hal.66. 113 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.III, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.30. 97
ومنهم من أوله على وجه يليق مستعمل ف ي كل م العرب Ada diantara mereka yang menta’wilkannya ke pendapat layak yang digunakan dalam bahasa Arab114.
Contoh-Contoh Ta’wil: Ta’wil Abdullah bin Abbas. Ayat Mutasyabihat: سوا ل ل ص ص ه ص ذا م ص سا ه و ل و ص ما ن ص ه م ن صن س ص ه س م كص ص ه س قاءص ي ص س فال سي ص س م ل “Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”. (Qs. Al-A’raf [7]: 51). Ayat ini tidak dapat difahami secara tekstual, karena tidak mungkin Allah Swt memiliki sifat lupa. Sementara dalam ayat lain disebutkan, ما ص ن صرب ي ص سييا ك نص ل كا ص و ص ص “Dan tidaklah Tuhanmu lupa”. (Qs. Maryam [19]: 64). Maka untuk menjelaskan ini, Abdullah bin Abbas melakukan ta’wil terhadap ayat mutasyabihat ini: Ta’wil Pertama: نتركهم: قال، ""فاليو م ننساهم كما نسوا لقاء يومهم هذا:عن ابن عباس . كما تركوا أن يعملوا للقاء يومهم هذا،من الرحمة Dari Ibnu Abbas, ayat, “Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”. Ibnu Abbas berkata, (maknanya), “Kami tinggalkan mereka dari rahmat, sebagaimana mereka meninggalkan amal untuk pertemuan pada hari ini”. Ta’wil Kedua: . ولم ينسهم من الشرر،نسيهم الله من الخير 114 Ibid. 98
Allah Swt melupakan mereka dari kebaikan, tapi tidak melupakan mereka dari kejahatan115.
Ayat Mutasyabihat: جولد ص م ي هك س ص ن وي هدس ص ف ص ش ه ست ص ل عو ص و ص طي ه س ه و ص فصل ي ص س ن إ لصلى ال ي ن ص ع س ع س ق ص يص س سا ك “Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa”. (Qs. Al-Qalam [68]: 42). Ayat ini tidak dapat difahami secara tekstual, bagaimana mungkin betis Allah Swt disingkapkan, lalu manusia diperintahkan untuk sujud. Maka Abdullah bin Abbas menta’wilkan ayat Mutasyabihat ini: م ي هك س ص ق ( هو المر الشديد المفظع من ف ص ش ه و ص ن ص ع س ) ي ص س: قوله،عن ابن عباس سا ك .الهول يو م القيامة Dari Ibnu Abbas, firman Allah Swt, “Pada hari betis disingkapkan”, adalah: perkara yang berat dan sangat keras karena ketakutan huruhara pada hari kiamat116.
Ayat Mutasyabihat: ص ن ماءص ب صن صي سصنا ص مو ل ها ب لأي س ك عو ص س ه وال و وإ لونا ل ص ه س ص د ص ص Secara tekstual, terjemah ayat ini adalah, “Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa”. (Qs. adz-Dzariyat [51]: 47). ص . بقو ة:د ( يقول ماءص ب صن صي سصنا ص ها ب لأي س ك وال و س ص قوله) ص،عن ابن عباس Ibnu Abbas menta’wilkan ayat mutasyabihat ini, “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuatan (kami)”117. Kata ‘tangan’ dita’wilkan dengan kata ‘kekuatan’. 115 Imam ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, juz.XII (Mu’assasah ar-Risalah, 1420H), hal.475. 116 Ibid., juz.XXIII, hal.555. 117 Ibid., juz.XXII, hal.438. 99
Ta’wil Imam Mujahid: Allah Swt berfirman, سوا ل ل ص ص ه ص ذا م ص سا ه و ل و ص ما ن ص ه م ن صن س ص ه س م كص ص ه س قاءص ي ص س فال سي ص س م ل “Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini”. (Qs. Al-A’raf [7]: 51). Imam Mujahid menta’wilkan ayat mutasyabihat ini dengan beberapa ta’wil: Ta’wil Pertama: .نتركهم كما تركوا لقاء يومهم هذا “Kami tinggalkan mereka sebagaimana mereka telah meningalkan pertemuan mereka hari ini”. Ta’wil Kedua: نتركهم ف ي النار “Kami tinggalkan mereka di dalam api neraka”. Ta’wil Ketiga: نؤخرهم ف ي النار. “Kami akhirkan mereka dalam api neraka”118.
Ta’wil Imam Malik bin Anas (w.179H). Hadits Mutasyabihat: [
إن الله ينزل ف ي الليل إلى سماء
]الدنيا “Sesungguhnya Allah turun pada waktu malam ke langit dunia”. Imam Malik bin Anas menta’wilkan hadits mutasyabihat ini:
118 Ibid., juz.XII, hal.476. 100
وقد روى محمد بن عل ي الجبل ي وكان من ثقات المسلللمين بللالقيروان قللال حدثنا جامع بن سواد ة بمصر قال حدثنا مطرف عن مالك بن أنس أنلله سللئل عن الحديث "إن الله ينزل ف ي الليل إلللى سللماء الللدنيا" فقللال مالللك يتنللزل أمره Muhammad bin Ali al-Bajalli, salah seorang perawi tsiqah (terpercaya) dari kaum muslimin di al-Qairawan, ia berkata, “Jami’ bin Sawadah menceritakan kepada kami di Mesir, ia berkata, ‘Mutharrif menceritakan kepada kami’, dari Malik bin Anas, ia ditanya tentang hadits, “Sesungguhnya Allah Swt turun pada waktu malam ke langit dunia”. Imam Malik bin Anas menjawab, “Perkaranya turun”119. Kalimat ‘Allah turun’ dita’wilkan Imam Malik dengan kalimat, ‘PerkaraNya turun’. Ta’wil Imam Ahmad bin Hanbal (w.241H): Ayat Mutasyabihat: مل ص ه جاءص صرب ي ص ص ي ص ي فا و ص وال س ص فا ص ك ص ك ص ص “Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris”. (Qs. Al-Fajr [89]: 22). Imam Ahmad bin Hanbal menta’wilkan ayat mutasyabihat ini: وروى البيهق ي عن الحاكم عن أب ي عمرو بن السماك عن حنبل أن أحمد بن ثم قال. [ أنه جاء ثوابه22 : )وجاء ربك( ]الفجر:حنبل تأول قول الله تعالى . وهذا إسناد ل غبار عليه:البيهق ي Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Hakim, dari Abu ‘Amr bin asSimak, dari Hanbal, sesungguhnya Imam Ahmad bin Hanbal menta’wilkan ayat, “Dan datanglah Tuhanmu”: “Dan datanglah balasan pahala-Nya”. Kemudian Imam al-Baihaqi berkata, “Sanad ini tidak ada debu di atasnya” (ungkapan penerimaan terhadap suatu riwayat)120. Ta’wil Imam al-Bukhari (w.256H). Ayat Mutasyabihat: 119 Ibnu ‘Abdilbarr, at-Tahmid li ma fi al-Muwaththa’ min al-Ma’ani wa alAsanid, juz.VII (Mu’assasah al-Qurthubah), hal.143. 120 Imam Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, juz.X, hal.361. 101
هال ل ح ل ص } كه ي ه ي ك ء ص و س ج ص مل سك ص ه ه { إ لول ه ه ه ك إ لول ص ش س Secara tekstual, terjemah ayat ini adalah, “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah”. (Qs. Al-Qashash [28]: 88).
ه و س ج ص ه ه (wajah Allah Swt) kepadaص .
121
Imam al-Bukhari mena’wilkan kata
ه مل سك ص ه artinya, kekuasaan Allah Swtه
kata
Hadits Mutasyabihat: ص عن س ص م، ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي سلل ل هصري سصر ةص ،صر ل هأ و ن صر ه و ص ع س سللل و ص صولى الل ولل ه ه ص ه ي الل و ه ي ص ه ص جل أصتى الن وب ل و ض ص و و س س ص و ص ص ه ص ص ه ص ه لل ل ال لى لل ص ه لل ل ال ل للو س ر ل للا ق ف ء للا م ل ا ل إ نا د ن ع ما : ن ل ق ف ، ه ئ سا ن لى إ ث ص ع ب ص ه ل ص ل ل ف ص ص ص ه ص ه ل ص ص ل س ص ص ل ل ص ص ر :أصنا ص ف ص ذا ؟ ص ج ح قا ص ه ص ه إ لل صللى ص ف ص ضي ه ق ب للل ل ل ل ن يه ل عل صي س ل ل صر ه و ص م ص م س فللان سطصل ص ص م :ص سل و ص ن الن س ص ه ص صا ل ص ص ص و ص و و س ص ص ص ص ص مللا ه ص ضي س ص م ي ص علي س ل ل الل ل ر ل مصرأت ل ل م فقلال س و ص ف صر ه ت :ص سل ص صلى الل ه ا س ه ص ه ص سو ل ه ،فقال :أك ل ص ص و ص ص ه ص م ي صللل ل ل ن فقال :ص ل و ل ح ي ل ج ل سللصرا ص ملل ل هي ضلئ ي ط ص عن سدصصنا إ لل قو ه عا ص وأ س ت ال ض ون صلل ض ك ،ص ك ،ص صب سصيا ل ص ص ص ص ص س ص ص ص ها ت ل ت ل ل سصرا ص صل ص تط ص دوا ال ص ك إ لذا أصرا ه صب سصيان ص ل هي وأ س م س ح س صب سصيان ص ص ج ص م ص عشاءص ف ص و ص عا ص وأ س ون ص و ها ص ها ،ص س ص ص ص ص س ه ه ص ص ص ص ص ص ه ن ،فصباصتا رصيان ل ل ح ل ج ص و ص سصرا ص صل ه م س ه كأن و ه ج ص ت كأن و ص ه ص ها فأطفأت س ه م قا ص ،ث و ها ت ص س ما ي صأكل ل ه ،ص عل ي ه ل ص و ص و و ص ص ص ص ص ص ص م ،فقللا ص ل: ه ص دا ص علي سلل ل ل الل ل حغ ص صب ص ص و ص على صر ه سللل ص صلى الللل ه ن ،فل و ه ص ما أ س ه ص سو ل طا ل وي صي س ل ص ص ح ص ن ص لص ص جلل و وأن سللصز ص ل: ه ص و ص ه الل وي سل صلل ص ضلل ل قللدس ص ب ،ل و ص ف ص جلل ص ملل س ل الل ولل ه عال لك ه ص ك الل ولل ه ع ل عللوز ص مللا ص ة،أ س ص و ص عصلى أن س ه وي ه س ة{. م ص ن ص ص ح ف ل كا ص ؤث لهرو ص ه س ه س صا ص خ ص ول ص س م ص } ص ن بل ل س ل س سدوكد. واهه الب ه ص ح" ،ص ص ل ي ل م ص ع س ن ه ر ي ف ي "ال و ر ص خا ل حي ل ه ص ص ه ل. وأ ص س ة ،ص م ص نف ص ه أي س د دي ل ح ل ضا ل ن ص خصر ص ث ألب ي أ ص ع س م س سا ص ج ه ضي س ك ص ه ص ص س ص ه وقا ص ب هأ ص وأ س ث ص خصر ،ص م ل ع ه نف ص دي ل ح ل ج ك م ل ج ص ف ي ال ص ل بص س و ه خصر ص ض ه م س ع س م س ه س سل ل ح ه ه ج ه ع ل ل ص ضي س ك نأ س ص س ص ه ص حك ص قا ص ة. ل الب ه ص م ه ض ل ض ل عصنى ال و ر ال و ك الور س ح ل م س ح ص ي :ص ر ي ول س ص خا ل م ي صذسك ل Dari Abu Hurairah, sesungguhnya seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw. Lalu Rasulullah Saw mengutus kepada istrinya. Istrinya menjawab, “Kami tidak memiliki apa-apa melainkan air”. Rasulullah Saw bertanya, “Siapakah yang mau menerima tamu ini?”. Seorang laki-laki dari Anshar berkata, “Saya bersedia”. Lalu ia pergi bersama tamu itu. Ia katakan kepada tamunya, “Muliakanlah tamu Rasulullah Saw”. Istrinya menjawab, “Kita tidak memiliki apa-apa, hanya makanan anak-anak”. Ia berkata, “Siapkanlah makanan, perbaiki lampu, tidurkanlah anak-anak, jika mereka ingin makan malam”. Lalu perempuan itu pun menyiapkan makanan, memperbaiki lampu dan menidurkan anak-anak. Kemudian perempuan itu berdiri, seakan-akan ia memperbaiki lampu, lalu ia memadamkannya. Mereka berdua (suami-istri) memperlihatkan seakan-akan mereka sedang makan. 121 Imam al-Bukhari, ash-Shahih, juz.IV (Beirut: Dar al-Yamamah, 1407H), hal.1787 102
Mereka berdua tidur malam itu dalam keadaan lapar (karena tidak makan). Ketika pada pagi harinya, suami istri itu datang menghadap Rasulullah Saw. Rasulullah Saw berkata, “Allah telah tertawa tadi malam”, atau “Telah kagum”, terhadap perbuatan kamu berdua. Allah Swt menurunkan ayat: “dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan”. (Qs. Al-Hasyr [59]: 9). Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Musaddad. Juga disebutkan Imam al-Bukhari dari riwayat Abu Usamah dari Fudhail. Diriwayatkan Imam Muslim dari beberapa jalur periwayatan lain, dari Fudhail. Sebagian mereka berkata dalam hadits, “Telah kagum”. Tidak menyebutkan kata, “Tertawa”. Ta’wil Imam al-Bukhari: Imam al-Bukhari berkata, “Makna kata: ك ض ل ( ال وtertawa) dalam hadits ح ل ini adalah: (ة م ه ) الور سkasih sayang”122. Imam al-Bukhari menta’wilkan ح ص kalimat, “Allah telah tertawa tadi malam”, kepada kalimat, “Allah telah memberikan rahmat-Nya tadi malam”. Karena kalimat pertama tidak layak bagi Allah Swt, khawatir akan terjerumus kepada perbuatan tasybih (meyerupakan Allah Swt dengan makhluk). Ta’wil Imam Ibnu Taimiah: وقوله ولله المشرب والمغرب فأينما تولوا فثم وجه الله وهذا قد قال فيه طائفة من السلف فثم قبلة الله Firman Allah Swt, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah” (Qs. Al-Baqarah [2]: 115). Sekelompok Salaf mengatakan bahwa makna وجه اللهadalah قبلة
( اللهkiblat Allah Swt)123. Ta’wil al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani: وصفه بالعلو من جهة المعنى والمستحيل كون ذلك من جهة الحس
122 Imam al-Baihaqi, al-Asma’ wa ash-Shifat, juz.II (Jedah: Maktabah asSawadi), hal.403. 123 Ibnu Taimiah, al-Jawab ash-Shahih li man Baddala Din al-Masih, juz.IV (Riyadh: Dar al-‘Ashimah, 1414H), hal.414. 103
Allah Swt disifati dengan sifat tinggi, menurut arah, secara maknawi. Mustahil bagi Allah Swt disifati dengan sifat tinggi secara fisik124. Jika demikian, maka cara memahami ayat-ayat mutasyabihat yang dicontohkan sejak zaman Salafusshalih adalah: metode tafwidh (menyerahkan maknanya kepada Allah Swt) dan metode ta’wil (pendekatan makna bahasa). Contoh Penerapan Metode Tafwidh dan Ta’wil Memahami Ayat Mutasyabihat. Ayat Mutasyabihat: وى ن ص عصلى ال س ص الور س شا س م ه ح ص ست ص ص عسر ل “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy”. (Qs. Thaha [20]: 5). Jika dua metode di atas digunakan memahami ayat ini: Pertama, Metode Tafwidh: maka serahkanlah hakikat maknanya kepada Allah Swt. Kedua, Metode Ta’wil: memahami dengan pendekatan makna bahasa Arab. Orang Arab bersyair:
من غير سيف ود م مهراق
قد استوى بشر على العراق
Terjemah Tekstual: Bisyr telah bersemayam di atas Iraq, tanpa pedang dan darah yang tertumpah. Namun ada kata lain yang mendekati makna kata اسللتوى (bersemayam), seperti kata: ( قهرmenguasai/menaklukkan), kata ( دبرmengatur) dan kata حكم (memimpin). Terjemah Ta’wil: Bisyr telah menaklukkan, menguasai dan mengatur Irak, tanpa darah yang tertumpah. Jika metode pendekatan makna bahasa ini digunakan, maka makna ayat di atas adalah: الرحمن استولى على عرش العالم وحكم العالم بقدرته ودبر بمشيئته Allah Swt Yang Maha Pengasih menguasai singgasana alam semesta, memimpin alam semesta dan mengatur dengan kehendak-Nya. 124 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari, juz.VI, hal.136. 104
Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani: واما تفسير استوى عل فهو صحيح وهو المذهب الحق وقول أهل السنة لن الله سبحانه وصف نفسه بالعل ي وقال سبحانه وتعالى عمللا يشللركون وهلل ي صفة من صفات الذات Adapun kata ( استوىbersemayam) diartikan sebagai ( علtinggi), maka benar. Inilah mazhab yang benar dan pendapat Ahlussunnah, karena sesungguhnya Allah Swt mensifati diri-Nya dengan kata العل ي (Maha Tinggi) dan firman-Nya, “Maha Tinggi Allah Swt dari apa yang mereka persekutukan”. Ini adalah salah satu dari sifat dzat125. ‘Allah Bersemayam di Atas ‘Arsy’ Menurut al-Qur’an: Mereka yang mengatakan bahwa Allah Swt bersemayam di atas ‘Arsy berdalil dengan ayat:
وى ن ص عصلى ال س ص الور س شا س م ه ح ص ست ص ص عسر ل
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy”. (Qs. Thaha [20]: 5). Sementara ada ayat-ayat lain yang menyebutkan:
و ص قا ص ل إ لضن ي ص ن ه ل ذا ل ه ح سي ص س ب إ لصلى صرضب ي ص ص دي ل
“Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (Qs. Ash-Shaffat [37]: 99).
و ص قا ص جحر إ لصلى صرضب ي م ص ل إ لضن ي ه ها ل ص
“Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat Tuhanku”. (Qs. Al-‘Ankabut [29]: 26). Menurut ayat ini Allah tidak di ‘Arsy, tapi di Palestina (Syam). Imam Ibnu Jarir ath-Thabari menjelaskan, إن ي مهاجر إلى أرض الشا م:ففسر أهل التأويل ذلك أن معناه Ahli ta’wil menafsirkan ayat ini dengan makna, “Sesungguhnya aku pindah ke negeri Syam”126. Ayat-ayat lain menyebutkan pernyataan yang berbeda:
هو معك ه ص م م أي س ص ما ك هن ست ه س ن ص و ه ص ص ص س ص 125Ibid., Juz.XIII, hal.406. 126 Imam ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an , juz.XX1 (Mu’assasah ar-Risalah, 1420H), hal.72. 105
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada”. (Qs. Al-Hadid [57]: 4).
ن أص س د ري ل ه ل ب إ لل صي س ل ن ص قصر ه ون ص س م س ح ه ل ال س ص حب س ل ص و ل
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (Qs. Qaf [50]: 16). Dari beberapa ayat di atas jelaslah bahwa yang dimaksud bukanlah makna tekstual. Ayat-Ayat Mengandung Makna: ‘di Atas’, Dijelaskan Ayat Lain:
ههر ص و ال س ص ه وقص ل و ه عصبالد ل قا ل ف س ه ص ص
“Dan Dialah yang berkuasa di atas sekalian hamba-hamba-Nya”. (Qs. Al-An’am [6]: 18 dan 61).
ن ص خا ه م يص ص و ل م ل فو ص ن صرب و ه م س ه س ه س ف س ق ل
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka”. (Qs. AnNahl [16]: 50). Perbandingan ayat-ayat seperti ini adalah ayat tentang Allah Swt menceritakan ucapan Fir’aun:
م ص و ص وإ لونا ص ن ههرو ص قا ل ق ه ه س ف س ص
“dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka."”. (Qs. AlA’raf [7]: 127). Bukan berarti Fir’aun dan bangsa Mesir di atas, lalu orang-orang Israel di bawah. Tapi maknanya adalah, “Kita lebih mulia, lebih berkuasa”. Ketika Allah Swt mengatakan kepada Nabi Musa as:
ف إن و ص ص عصلى صل ت ص ص ت اسل ص س ك أن س ص خ س ل
“Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling paling tinggi”. (Qs. Thaha [20]: 68). Bukan berarti nabi Musa berada di tempat yang tinggi, di atas. Tapi maknanya adalah bahwa Nabi Musa akan menang mengalahkan tukang sihir Fir’un. Orang yang mengatakan Allah Swt di atas, menyamakan-Nya dengan makhluk. Orang seperti itu sama seperti ucapan Fir’aun:
غيري ص ص ن صيا أ صي يها ال س ه و ص قا ص قدس لل ي ما ص فسر ص و ل ل ل ن إ لل ص ك م ل و ه م ه ص م س ت ل صك ه س عل ل س مصل ص ص فأ س ع س ص ه ص س ل ص ص ص و ض ص ض ص ص س ه ل إ لى إ ع ل ط أ ل ي ع ل حا ر ص ل ي ل ع ج فا ن طي ال لى ع ن ما ها يا ص ص ص ه ص ل ل ل ص ص س د س ص ل ه ل ل ص س ه ص ن ال ص ن ه ل مو ص كالذلبي ص م ص وإ لضن ي لظن ي ه ه سى ص
“Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (Qs. Al-Qashash [28]: 38). 106
Fir’aun minta dibuatkan bangunan yang tinggi, karena ia meyakini Tuhan Nabi Musa itu di atas, ia ingin melihatnya langsung. Ternyata Fir’aun itu sangat tekstualis. Allah Swt membantah dan mengeca keyakinan Fir’aun itu:
ص و ص قا ص (36) ب عضل ي أ صب سل ه ه فسر ص ن صيا ص ل ل ما ه و ه سصبا ص حا ل ص ص صسر د غ اسل س ها ص ن لل ي ص ع س ص ن اب س ل ص ص ص ه ص ص ص و ص وك صذصل لكص ص ع إ للى إ لل ل وا ل ت فأطل ل ص سصبا ص مو ص ب ال و أ س وإ لضن ي لظن ي ه ه ه س ص ه كالذدبا ص سى ص ما ص ف ي فسر ص صد و ص سوءه ص فسر ص ن إ لول ل ما ك صي سده ل ن لل ل و ص مل ل ل و ص ن ال و ن ه هزي ض ص و ص ع ص و ه ع س ل ص سلبي ل ه ص ع س ع ل ب ت صصبا ك
“Dan berkatalah Fir'aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintupintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta." Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian". (Qs. Ghafir [40]: 37). Ketika ayat di atas difahami bahwa Allah Swt duduk di atas ‘Arsy. Maka telah terjerumus kepada perbuatan tasybih (menyamakan Allah Swt dengan makhluk) dan tajsim (penjasmanian wujud Allah Swt). Subhanallah, Maha Suci Allah dari yang disifati manusia, karena Allah Swt itu:
ه ص صيهر و ه ع ال سب ص ل س ل مث سل ل ل س كص ل مي ه و ال و ل صي س ص ه ص يءح ص ش س
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia”. (Qs. Asy-Syura [42]: 11).
ص ه كه ه حد ح وا أ ص م ي صك ه س ن لص ه ول ص س ف د ص
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (Qs. Al-Ikhlas [112]: 4).
‘Allah di Langit’ Menurut Hadits: Mereka yang mengatakan bahwa Allah Swt di langit berdalil dengan hadits: ص ص ه ص ن أ صصنا ص ء ص ه ص ف ص ص قا ص سو ه قا ص قا ص ل ما ل ت ل ل الل و ل ت أن س ص قال ص س قال ص س ت صر ه ف ي ال و ل لص ص م س ها أي س ص ل ص س ص ن الل و ه ها ص عت ل س م س ة أص س من ص ح ؤ ل فإ لن و ص ق ص ها ه Rasulullah Saw bertanya kepada seorang hamba sahaya perempuan, “Di manakah Allah?”. Ia menjawab, “Di langit”. Rasulullah Saw bertanya lagi, “Siapakah aku”. Hamba itu menjawab, “Engkau adalah
107
utusan Allah”. Rasulullah Saw berkata, “Merdekakanlah ia, sesungguhnya ia seorang beriman”. (HR. Muslim). Hadits ini tidak dapat difahami secara tekstual, ada beberapa hal yang perlu difahami: Pertama, hadits ini terdiri dari beberapa versi. Hadits ini tidak satu versi, ada beberapa riwayat lain dengan redaksi berbeda: Versi Kedua: ف ص ص قا ص أتشهدين صأن صل إ لصله إ لول الله ؟: - وسلم صولى الله ص عل صي س ل ها صر ه ل لص ص ص- سول الله ه ص ص . نعم: قاصلت Rasulullah Saw bertanya kepada hamba sahaya perempuan itu, “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah?”. Hamba sahaya perempuan itu menjawab, “Ya”. Versi Ketiga:
من صربك ؟ ص: ل ف ص ص. قا ص الله: قاصلت Rasulullah Saw bertanya kepada hamba sahaya perempuan itu, “Siapakah Rabb-mu?”. Hamba sahaya perempuan itu menjawab, “Allah”. Karena terdiri dari beberapa versi, maka tidak dapat berpegang hanya pada satu versi saja dan menafikan versi lain. Riwayat model seperti ini disebut dengan istilah mudhtharib (simpang siur). Jika satu versi mengandung makna muhkamat, versi lain mengandung makna mutasyabihat, maka yang dipegang adalah riwayat muhkamat yang mengandung kepastian. Kedua, ta’wil: yang ditanya bukan tempat, tapi kedudukan Allah. Mayoritas ulama menta’wilkan hadits ini, karena khawatir terjerumus ke dalam tasybih (meyerupakan Allah Swt dengan makhluk). Pendapat: Imam Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan bin Faurak alAshbahani (w.406H):
إن معنى قوله صلى الله عليه وسلم أين الله استعل م لمنزلته وقدره عندها وف ي قلبها Sesungguhnya makna pertanyaan Rasulullah Saw, “Di manakah Allah?”. Itu adalah pertanyaan tentang kedudukan dan kekuasaan Allah
108
Swt menurut hamba sahaya perempuan itu 127. Yang ditanyakan adalah kedudukan dan kekuasaan Allah Swt, bukan tempat Allah Swt. Pendapat Imam al-Baji: ل لل سجاري ص: قول هه صلل ص ف ص ه؟ ص و ما ل ل:ت ص ل ص ل ه ب لللال س ه ء لص ص قال ص س عل و ص فلل ي ال و ة أي س ص ف ه سلل ص ن الل و ه و ص س ه و س عل ه ض ريللده ص ص هللا ت ه ل س ه ص ه س ص ه ص ه ص ص ه ص ي ص و لل ل ع للى ن ع م ب ل ء ما س ال ف ي ن ل ف ن كا م ل قا ي ف و ل ع ل ا ه ن أ ش ن م ل ك ف ص يو ك ل ذ ب و ل ل ه ص ه ص ل ل ل ص س ص ه ه ص س و ص ص ه ه ه ض ه ي س ص ه ف ر ش و ه ت ع ف ر و ه ص ل ل ص حال ل ل ص ل ص ل ل ص Ucapan Rasulullah Saw kepada hamba sahaya perempuan, “Di manakah Allah?”. Hamba itu menjawab, “Di langit”. Yang ia maksudkan adalah sifat agung. Oleh sebab itu semua yang agung selalu disebut, “Tempat si anu di langit”, maksudnya adalah: ia agung, tinggi dan mulia128. Imam an-Nawawi mengutip pendapat al-Qadhi ‘Iyadh: قللال القاضلل ي عيللاض ل خلف بيللن المسلللمين قاطبللة فقيههللم ومحللدثهم ومتكلمهم ونظارهم ومقلللدهم أن الظللواهر الللوارد ة بللذكر الللله تعللالى فلل ي السماء كقوله تعالى أأمنتم من ف ي السللماء أن يخسللف بكللم الرض ونحللوه ليست على ظاهرها بل متأولة عند جميعهم Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Tidak ada khilaf (perbedaan pendapat) diantara seluruh kaum muslimin; para ahli Fiqh, ahli Hadits dan ahli Ilmu Kalam. Para imam yang ahli dan yang bertaqlid, bahwa makna zahir (teks) yang menyebutkan Allah Swt di langit seperti firman Allah Swt, “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu”. (Qs. Al-Mulk [67]: 16). dan teks lainnya tidak difahami secara zahir teks, akan tetapi dita’wilkan, demikian menurut mereka secara keseluruhan129. Pendapat Imam as-Suyuthi (w.911H): فقال لها أين الله قالت ف ي السماء هو من أحلاديث الصلفات يفللوض معنلاه ول يخاض فيه مع التنزيه أو يؤول بأن المراد امتحانها هل هلل ي موحللد ة تقللر بأن الخالق المدبر هو الله وحده وهو الذي إذا دعاه الداع ي اسللتقبل السللماء 127 Imam Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan bin Faurak al-Ashbahani, Musykil al-Hadits wa Bayanuhu, (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985H), Hal.159. 128 Imam al-Baji, al-Muntaqa Syarh al-Muwaththa’, juz.IV, hal.101. 129 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz.V (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby), hal.24. 109
كما إذا صلى له يستقبل الكعبة وليس ذلك لنه منحصر ف ي السماء كمللا أنلله ليس منحصرا ف ي جهللة الكعبللة بللل ذلللك لن السللماء قبلللة الللداعين كمللا أن الكعبة قبلة المصلين أ م ه ي من الذين يعبدون الوثان الت ي بين أيديهم Rasulullah Saw bertanya kepada hamba sahaya perempuan, “Di manakah Allah?”. Ia menjawab, “Di langit”. Ini termasuk hadits sifatsifat Allah Swt yang maknanya diserahkan kepada Allah Swt, tidak terjerumus membahasnya, dengan tetap menjaga kesucian Allah Swt. Atau dita’wilkan, bahwa maksudnya adalah ujian terhadap hamba sahaya perempuan itu, apakah ia bertauhid; mengakui bahwa Pencipta dan Pengatur adalah Allah saja, yang ketika diseru oleh orang yang berseru ia menghadap ke langit, sebagaimana ketika shalat menghadap ke Ka’bah. Bukanlah maknanya bahwa Allah Swt terbatas di langit, Allah Swt juga tidak terbatas di arah Ka’bah. Akan tetapi itu dilakukan karena langit adalah arah kiblat bagi orang yang berdoa sebagaimana Ka’bah sebagai kiblat bagi orang yang shalat. Apakah perempuan itu termasuk orang-orang yang menyembah berhalaberhala di depan mereka?”130. Ketiga, ada hadits lain yang lebih shahih dengan pernyataan berbeda: ص ص ة م صرصأى ن ه ص ه ص ص ملل د فلل ي ال س ل ة ل قب سل صلل ل عل صي سلل ل كأ و مال ل ك و ص ع س خا ص سللل و ص صولى الل ولل ه ن ص ي ص ه ص ن الن وب ل و س بس ل ن أن ص ل ص ص ص ص و ص و ص ص قللا ص ن ه ص هي ص ح علي سلل ل و ل ي كصرا ل ه كصرا ل ي ل د ل ها ب لي ص ل ل إل و ف ص حك ص شللدوت ه ه هي صت ه ه من س ه ه ص ه ل لللذصل لك ص ةأ س ه ص و هرئ ل ص وهرئ ل ص ص ص ص ص ص ه فل ي صب سهز ص ه ص ه ص ذا ص م إل ص ن ن ل م ل قب سلت ل ل صلت ل ل أ ص قا ص قلل و وب صي س ص ه ب صي سن ص ه و صرب ي ه ج ي صرب و ه فإ لن و ص حدصك س ف ي ص ما ي هصنا ل ه ص هأ س عن يسار ص ت ص ه ف ي ل ل م ل قدص ل ن ص س ص ص ل ل قب سل صت ل ل و تص س ح ص ول صك ل س هأ س ه ص Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw melihat dahak (kering) di arah kiblat, maka Rasulullah Saw mengoreknya dengan tangannya. Terlihat darinya sikap tidak suka. Atau, terlihat ketidaksukaan Rasulullah Saw terhadap itu. Rasulullah Saw berkata, “Sesungguhnya salah seorang kamu apabila ia berdiri ketika shalat, sesunggunya ia bermunajat dengan Tuhannya”. Atau, “Tuhannya diantara ia dan kiblatnya. Maka janganlah ia meludah pada kiblatnya. Akan tetapi ke kiri atau ke bawah kaki” (HR. al-Bukhari). ص ن ص ن صرب يصنا كا ص أي س ص ق و ص ص خل ص ص واءح ص ه ص
عم ص ل ه ن ص سو ص قا ص ه س ص ص ل الل و ل ن ص ض ل و ل ن ه قل س ه ت صيا صر ه ع س ع س ن ص زي ك حد ه ك ع بس ل كي ل ه ألب ي صر ل ص س ه ل ص و ص ما ص ه ص خل ص ص قا ص قب س ص ه ما ك ق ص ن يص س ف ي ص ه ص ن ل كا ص لأ س ما ت ص س ق ه و ص حت ص ه ء ص ع ص ق ه خل ص ف س واءح ص ه ص عسر ص ما ل ء ه ص ص عصلى ال س ص ش ه ص ص ع ص ص ه ص قا ص قا ص يءح الترمللذي ن ص هاهرو ص م ص ن ال س ص لأ س زيده ب س ه مده ب س ه علل ه س ص ماءه أ س ع ص ن ص ح ص ي ل صي س ص شلل س ل يص ل ملني ك حسن 130 Imam as-Suyuthi, ad-Dibaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz.II, hal.217. 110
Dari Waki’ bin Hudus, dari Pamannya bernama Abu Razin, ia berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum Ia menciptakan makhluk?”. Rasulullah Saw menjawab “Tidak ada sesuatu pun bersama-Nya. Di bawahnya tidak ada angin. Di atasnya tidak ada angin. Kemudian Ia menciptakan ‘Arsy-Nya di atas air”. Ahmad bin Muni’ berkata, “Yazid bin Harun berkata, makna kata al-‘Ama’ adalah: tidak ada sesuatu pun bersama-Nya”. (HR. at-Tirmidzi). وقد قال امير المؤمنين على رض ي الله عنه ان الله تعالى خلق العرش اظهارا لقدرته ل مكانا لذاته وقال ايضا قللد كللان ول مكان وهو الن على ما كان Amirul Mu’minin Ali ra berkata, “Sesungguhnya Allah Swt menciptakan ‘Arsy untuk menunjukkan kuasa-Nya, bukan sebagai tempat bagi dzatNya”. Imam Ali juga berkata, “Allah Swt telah ada sebelum tempat itu ada, dan Ia sekarang sama seperti sebelumnya”131. Keempat, hadits ini adala hadits Ahad. Sedangkan hadits Ahad itu hanya dapat menetapkan amal, tidak dapat menetapkan pengetahuan yang pasti, karena ia bersifat zhanni.
Pendapat Imam Ibn ‘Abdilbarr. واختلف اصحابنا وغيرهم ف ي خبر الواحد العللدل هللل يللوجب العلللم والعمللل جميعا أ م يوجب العمل دون العلللم والللذي عليلله أكللثر أهللل العلللم منهللم أنلله يوجب العمل دون العلم وهو قول الشافع ي وجمهور أهل الفقه والنظللر ول يوجب العلم عندهم Para ulama Mazhab Maliki dan ulama lain berbeda pendapat tentang khabar Ahad yang diriwayatkan seorang perawi yang ‘adil, apakah mewajibkan kepastian ilmu dan diamalkan, atau hanya sekedar mewajibkan amal tanpa memberikan kepastian ilmu. Pendapat yang dipegang mayoritas ulama adalah bahwa khabar Ahad itu hanya mewajibkan amal, tidak memberikan kepastian ilmu. Demikian menurut pendapat Imam asy-Syafi’i, mayoritas ahli Fiqh dan Ilmu Kalam, menurut mereka hadits Ahad itu tidak memberikan kepastian ilmu132. Imam al-Bukhari membuat satu bab dalam kitab Shahih-nya,
131 Imam Abdul Qahir al-Baghdadi, al-Farq Baina al-Firaq, juz.I (Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1977M), hal.321 111
ف ي اسل ص ص ة ص ق ل وا ل جاءص ل صصل ل ح ل جاصز ل ص ه ف ي إ ل ص ما ص صباب ص وال و وال و د ال و ص س ة ص ن ص ذا ل ر ال س ص دو ل خب ص ل و م ل ص ح ص وال س ص واسل س ض ص ص كا م ل فصرائ ل ل Bab: Riwayat-riwayat tentang bolehnya khabar Ahad yang diriwayatkan seorang perawi yang terpercaya dalam masalah azan, shalat, puasa, kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani memberikan komentar dalam Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, menukil pendapat Imam alKirmani, قال الكرمان ي ليعلم أنما هو ف ي العمليات ل ف ي العتقاديات Al-Kirmani berkata, “Mesti dimaklumi bahwa khabar Ahad itu hanya pada perkara yang bersifat ‘amaliyyat (amal/perbuatan), bukan pada perkara-perkara yang bersifat i’tiqadiyyat (keyakinan)133. Pendapat Imam Ibnu Taimiah. Ketika membahas tentang Imam Mahdi, dinyatakan pertanyaan tentang hadits Ahad, Imam Ibnu Taimiah menjawab, إن هذا من أخبار الحاد فكيف يثبت به أصل الدين الذي ل يصح اليمان إل به Sesungguhnya ini salah satu dari khabar Ahad, bagaimana mungkin dasar agama ditetapkan berdasarkan khabar Ahad, padahal dasar agama itu adalah suatu perkara yang keimanan tidah sah kecuali dengan keberadaannya134.
‘Allah di Langit’ Berdasarkan Ijma’ Salaf. Jika ada yang mengatakan bahwa Allah di langit berdasarkan Ijma’. Maka Imam Abdul Qahir al-Baghdadi menyebutkan dalam kitab al-Farq Bain al-Firaq: واجمعوا على انه ل يحويه مكان ول يجرى عليه زمان Para ulama telah Ijma’ bahwa Allah Swt itu tidak dapat dibatasi oleh tempat dan tidak berlalu bagi-Nya zaman (masa)135. ‘Allah Bersemayam di Atas ‘Arsy’ Menurut Akal Sehat: 132 Ibnu ‘Abdil Barr, at-Tamhid li ma fi al-Muwaththa’ min al-Ma’ani wa alAsanid, juz.I (Mu’assasah Qurthubah), hal.7. 133 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.XIII (Beirut: Dar al-Ma’rifah), hal.233. 134 Ibnu Taimiah, Minhaj as-Sunnah, juz.IV (Mu’assasah Qurtubah), hal.44. 112
Jika dikatakan Allah Swt bersemayam di atas ‘Arsy. Berarti ada yang di atas, ada yang di bawah, maka otomatis menetapkan suatu tempat bagi Allah Swt. Jika dikatakan Allah Swt duduk di atas ‘Arsy. Berarti ada yang lebih besar, atau lebih kecil, atau sama. Bagaimanakah perbandingan antara Allah Swt dan ‘Arsy?! Subhanallah, Allah Maha Suci dari sifat-sifat seperti itu. ‘Arsy itu diciptakan, berarti memiliki awal dan akhir. Lalu sebelum ‘Arsy itu ada, di manakah Allah?
Tidak Boleh Menyerupakan Allah Swt Dengan Makhluk. Imam ath-Thahawi berkata, وتعالى عن الحدود والغايات والركان والعضللاء والدوات ل تحللويه الجهللات الست كسائر المبتدعات Allah Swt Maha Suci dari batasan, tujuan akhir, sudut, anggota tubuh dan peralatan. Allah Swt tidak diliputi arah yang enam (kiri, kanan, depan, belakang, atas dan bawah)136. Menyerupakan Allah Swt Dengan Makhluk Adalah Kafir. Imam an-Nawawi berkata,
فممن يكفر من يجسم تجسيما صريحا Maka diantara orang yang dikafirkan adalah orang yang menyatakan Allah Swt memiliki tubuh secara nyata (menyerupakan dengan makhluk)137.
Arahan dan Peringatan: Syekh Muhammad Abdul’Azhim az-Zarqani dalam Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, membuat satu judul khusus: Arahan dan Peringatan: Ada sebagian orang pada zaman ini yang terlalu berlebihan, terjerumus dalam mutasyabih sifat-sifat Allah Swt tanpa kebenaran. 135 Imam Abdul Qahir al-Baghdadi, al-Farq Baina al-Firaq, juz.I (Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1977M), hal.321. 136 Imam ath-Thahawi, al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, juz.I, hal.26. 137 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Juz.IV, hal.253. 113
Pembicaraan dan komentar mereka terhadap sifat-sifat Allah Swt dengan sesuatu yang tidak diizinkan Allah Swt. Dalam hal ini mereka mengeluarkan kata-kata yang pelik; mengandung makna tasybih (penyamaan Allah Swt dengan makhluk) dan tanzih (pensucian Allah Swt dari sifat makhluk). Sangat disayangkan mereka membahas itu kepada masyarakat awam. Yang paling menyedihkan, mereka menisbatkan itu pada Salafusshalih. Mereka menyatakan diri kepada masyarakat bahwa mereka adalah kalangan Salaf. Diantaranya adalah ucapan mereka, “Sesungguhnya Allah Swt bisa ditunjuk secara fisik”. Ucapan mereka, “Allah memiliki salah satu dari enam arah, yaitu arah atas”. Ucapan mereka, “Allah Swt bersemayam di atas ‘Arsy dengan dzat-Nya, dengan makna bersemaya yang hakiki; bahwa Allah Swt benar-benar menetap di atas ‘Arsy”. Akan tetapi mereka juga mengatakan, “Allah bersemayam tapi tidak seperti menetapnya kita, bukan seperti yang kita ketahui”. Demikianlah mereka memahami ayat-ayat mutasyabihat. Mereka tidak memiliki dasar dalam hal ini melainkan sikap berpegang pada zahir teks (tekstual). Telah jelas bagi Anda bagaimana kalangan Salaf dan Khalaf dalam memahami ayatayat mutasyabihat. Anda juga telah mengetahui bahwa memaknai ayat-ayat mutasyabihat secara zahir (tekstual), namun tetap mengatakan bahwa ayat-ayat itu tetap pada hakikatnya, itu bukanlah pendapat seorang pun dari kaum muslimin. Akan tetapi itu adalah pendapat penganut agama lain seperti Yahudi dan Nasrani, pendapat pengikut aliran sesat seperti Musyabbihah (kelompok yang menyamakan Allah Swt dengan makhluk) dan Mujassimah (kelompok yang menyatakan Allah Swt memiliki fisik seperti fisik makhluk)138.
138 Syekh Muhammad Abdul’Azhim az-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum alQur’an, juz.II (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1416H), hal.312. 114
MASALAH KE-EMPAT. BERAMAL DENGAN HADITS DHA’IF.
Hukum Beramal Dengan Hadits Dha’if. Imam as-Suyuthi menyebutkan dalam Tadrib ar-Rawy fi Syarh Taqrib an-Nawawi, Boleh meriwayatkan dan mengamalkan hadits Dha’if, dengan syarat: 1. Bukan pada masalah Aqidah; tentang sifat Allah, perkara yang boleh dan mustahil bagi Allah, penjelasan firman Allah Swt. 2. Bukan pada hukum halal dan haram. Boleh pada kisah-kisah, fadha’il (keutamaan) amal dan nasihat. 3. Tidak terlalu dha’if; perawinya bukan kadzdzab (pendusta), tertuduh sebagai pendusta atau terlalu banyak kekeliruan dalam periwayatan. 4. Bernaung di bawah hadits shahih. 5. Tidak diyakini sebagai suatu ketetapan, hanya sebagai bentuk kehati-hatian. Teks lengkapnya139: 139 Imam as-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib an-Nawawi, juz.I (Riyadh: Maktabah ar-Riyadh al-Haditsah), hal.299. 115
) ورواية ما سوى الموضوع من الضعيف والعمل به من غير بيان ضعفه فلل ي غير صفات الله تعالى ( وما يجوز ويستحيل عليه وتفسللير كلملله )والحكللا م كالحلل والحرا م و ( غيرهما وذللك كالقصللص وفضللائل العمللال والملواعظ وغيرها ) مما ل تعلق له بالعقائد والحكا م ( ومن نقل عنلله ذلللك ابللن حنبللل وابن مهدي وابن المبللارك قللالوا إذا روينللا فلل ي الحلل والحللرا م شللددنا وإذا روينا ف ي الفضائل ونحوها تساهلنا تنبيه لم يذكر ابن الصل ح والمصنف هنللا وف ي سائر كتبه لما ذكر سوى هذا الشرط وهو كونه فلل ي الفضللائل ونحوهللا وذكر شيخ السل م له ثلثة شروط أحدها أن يكون الضعف غير شديد فيخرج من انفرد من الكذابين والمتهمين بالكذب ومن فحللش غلطلله نقللل العلئلل ي التفاق عليه الثان ي أن يندرج تحت اصل معمول به الثللالث أن ل يعتقللد عنللد العمل به ثبوته بل يعتقد الحتياط وقال هذان ذكرهما ابن عبد السل م وابللن دقيق العيد وقيل ل يجوز العمل به مطلقا قللاله أبللو بكللر بللن العربلل ي وقيللل يعمل به مطلقا وتقد م عزو ذلللك إلللى ابلل ي داود وأحمللد وانهمللا يريللان ذلللك أقوى من رأي الرجال وعبار ة الزركش ي الضعيف مردود ما لم يقتض ترغيبللا أو ترهيبا أو تتعدد طرقه ولم يكن المتابع منحطا عنه وقيل ل يقبللل مطلقللا وقيل يقبل إن شهد له أصل وانللدرج تحللت عمللو م انتهللى ويعمللل بالضللعيف ايضا ف ي الحكا م إذا كان فيه احتياط Contoh: Hadits Doa Buka Puasa. م كان إذا أ س فطر؛ ه ص عن معاذ بن هز س عل صي س ل و ص سل و ص صولى الل و ه ي ص ه ص هر ة :أنه بلغه أن النب ر مت ،وعلى رزقك أفطرت " ص س قال " :اللهم لك ه Dari Mu’adz bin Zuhrah: telah sampai kepadanya bahwa ketika berbuka Rasulullah Saw mengucapkan: “Ya Allah untuk-Mu puasaku dan atas rezeki-Mu aku berbuka”. Komentar Syekh al-Albani, إسناده ضعيف مرسل؛ معاذ هذا تابع ي مجهول ،وبالرسال أعله الحافظ المنذري Sanadnya dha’if mursal, status Mu’adz ini adalah seorang tabi’i majhul. Disebabkan mursal dijadikan ‘illat oleh al-Hafizh al-Mundziri140. Syekh Ibnu ‘Utsaimin Membolehkan Doa Yang Didha’ifkan Syekh al-Albani: 140 Syekh Nashiruddin al-Albani, Dha’if Abi Daud, Juz.II (Kuwait: Mu’assasah Gharras li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1423H), hal.264
116
ولن النسللان، لنه فلل ي آخللر العبللاد ة،إن وقت الفطار موطن إجابة للدعاء وكلمللا كللان النسللان،أشد ما يكون غالبللا د مللن ضللعف النفللس عنللد إفطللاره ، وأرق قلبا د كان أقرب إلى النابة والخبات إلى اللله علز وجلل،أضعف نفسدا وعلى رزقك أفطللرت« ومنلله أيضللا د قللول، »اللهم لك صمت:والدعاء المأثور »ذهللب الظمللأ وابتلللت العللروق وثبللت الجللر إن:النب ي عليه الصل ة والسل م .«شاءالله Sesungguhnya waktu berbuka adalah waktu terkabulnya doa, karena waktu berbuka itu waktu akhir ibadah, karena biasanya manusia dalam keadaan sangat lemah ketika akan berbuka, setiap kali manusia dalam keadaan jiwa yang lemah, hati yang lembut, maka lebih dekat kepada penyerahan diri kepada Allah Swt. Doa yang ma’tsur adalah: وعلى رزقك أفطرت،اللهم لك صمت “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu”. “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka”. Juga sabda Rasulullah Saw:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الجر إن شاءالله “Dzahaba azh-Zhama’u wabtallati al-‘Uruqu wa tsabata al-Ajru insya Allah” “Dahaga telah pergi, urat-urat telah basah dan balasan telah ditetapkan insya Allah141.
MASALAH KE-LIMA: ISBAL (Kaki celana/Jubah/Kain menutup mata kaki). Hadits Pertama: م ص قا ص م ه ص ن أ صلب ي ذصير ص ص ل ث صصلث ص ح عل صي س ل و ص م ه و ص ع س ع س م الل و ه ه س ة صل ي هك صل ض ه سل و ص صولى الل و ه ي ص ه يص س ه ص ن الن وب ل ض ص ص و ص ص ص ه ص س ض ص ص ص سو ه م قا ص ع ص ه م ص ل فقصرأ ص ال ل ل الل ل م ل ذا ح ها صر ه ول ه ب أللي ح ه س ه س ه س قصيا ص م ص م ص ة ص ول ي هصزكي ل ول ي صن سظهر إ للي س ل
141 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ wa Fatawa Ibn ‘Utsaimin, juz.XVII, hal.268. 117
مصرادرا ص قا ص م صيا م ث صصل ص و ص ل أ صهبو ذصير ص ه ص ن ه خ ل ث ل عل صي س ل و ص م س ه س سهروا ص سل و ص صولى الل و ه ص خاهبوا ص ه ص س س س س س س و ص ض ص ه ص ص ب ذ كا ل ا ف ل ح ل با ه ت ع ل س ق ف ن م ل وا ن نا م ل وا ل ب س م ل ا ل قا ه ل ال ل سو ل ص ص و ه ص ه ص ل ل ه ل ص ص ه ل ص صر ه ل ل ه س ل Dari Abu Dzar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Ada tiga yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Swt pada hari kiamat, Allah Swt tidak memandang mereka, tidak mensucikan mereka dan bagi mereka azab yang menyakitkan”. Rasulullah Saw mengatakannya tiga kali. Abu Dzar berkata, “Mereka itu sia-sia dan merugi. Siapakah mereka wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Al-Musbil (orang yang memanjangkan jubah/kain/kaki celana menutupi mata kaki), orang yang mengungkitungkit pemberian dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta”. (HR. Muslim).
Hadits Kedua: م ص قا ص ما ه ص ه ص ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي س ل هصري سصر ةص صر ل و ص ع س ع س ل ص سل و ص صولى الل و ه عن س ه ي الل و ه ي ص ه ص ن الن وب ل ض ض ص ص ر ص س ص ف ص ر ف ل ن ل ل ل ن ال سك ص س أ س م س م س ف ي الونا ل ن اسل لصزا ل عب صي س ل Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Kain yang di bawah dua mata kaki, maka di dalam neraka”. (HR. alBukhari).
Pendapat Ulama Memahami Hadits-Hadits Ini: Pendapat Imam Syafi’i: وقال النووي السبال تحت الكعللبين للخيلء فللإن كللان لغيرهللا فهللو مكللروه وهكذا نص الشافع ي على الفرق بين الجر للخيلء ولغير الخيلء Imam an-Nawawi berkata, “Makna Isbal adalah memanjangkan kain di bawah kedua mata kaki, hanya bagi orang yang sombong. Jika pada orang yang tidak sombong, maka makruh. Demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash tentang perbedaan antara orang yang memanjangkan kain karena sombong dan orang yang memanjangkan kain tetapi tidak sombong142. Pendapat Imam al-Bukhari:
142 Al-Haifzh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.X (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.263. 118
Imam al-Bukhari memuat satu bab khusus dalam Shahih al-Bukhari,
خي ص ص ن ص Kitab: al-Libas (pakaian), لءص ر ه جور إ لصزاصرهه ل ن ص م س م س صباب ص غي س ل
Bab: Orang Yang Memanjangkan/Menyeret Kainnya Tanpa Sifat Sombong. Ini membuktikan bahwa Imam al-Bukhari membedakan antara orang yang memanjangkan pakaian dengan sifat sombong dan tanpa sifat sombong. Dalam bab ini Imam al-Bukhari memuat hadits yang mencela orang yang memanjangkan kain dengan sifat sombong, Rasulullah Saw bersabda, قا ص ص ة ص سو ص ه ه ه م ال س ل ل الل و ل م ل ه إ لل صي س ل ن ص و ص ر صيا صر ه م س قصيا ص م ي صن سظهسر الل و ه خي صصلءص ل ص س وب ص ه ص ه يص س جور ث ص س ل أهبو ب صك س ك ص ص ص و و و ص ص ص و ص ص ه ل ال لى ص ي ب ن ال ل قا ف ه ن م ك ل ذ د ه عا ت أ ن أ ل إ خ ي ر ت س ي ري زا إ ي ق ش د ح أ ن ل ص ل و س ص ص إل و ص ص ل س ص ص ه ل ه ل ي ص ص س س ل س لص ل ه ه ص خي صصلءص ت ل عل صي س ل صن ص ه س ص م لص س و ص م س ع ه م و سل و ص ن يص س ه ص
“Siapa yang memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah Swt tidak akan memandangnya pada hari kiamat”.
Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu bagian kainku terujulur (panjang), melainkan bahwa aku tidak berniat sombong”. Rasulullah Saw berkata, “Engkau tidak termasuk melakukannya karena sifat sombong”. (HR. al-Bukhari).
orang
yang
ص م ص قا ص سو ص م ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي س ل ل الل و ل هصري سصر ةص أ و و ص و ص ن صر ه ع س ل صل ي صن سظههر الل و ه سل و ص صولى الل و ه ه ص ه يص س ه ص ص ص س جور إ لصزاصرهه ب صطدرا ال ل م ل ن ص م س ة إ للى ص قصيا ص Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt tidak memandang pada hari kiamat kepada orang yang memanjangkan kainnya karena angkuh/sombong”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). ه مصر ص سو ص قا ص ن ه ص عن اسبن ه ي ص عل صي س ل ل الل و ل س ل م س ع ه و ص ت صر ه ل ص سل و ص صولى الل و ه ع ص ه ص ه ص م ب لأذهن ص و هات صي س ل ريده ب لذصل ل ص ة ص يص ه قو ه م خيل ص ص م ل ه صل ي صن سظههر إ لل صي س ل فإ ل و ن ص و ص م س ن الل و ص ك إ لول ال س ص ل ص ه يص س جور إ لصزاصرهه صل ي ه ل ة ال س ل م ل قصيا ص Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah Saw dengan kedua telinga saya ini, beliau bersabda, ‘Siapa yang memanjangkan kainnya, tidak menginginkan dengan itu melainkan keangkuhan, maka sesungguhnya Allah Swt tidak akan melihatnya pada hari kiamat’.” (HR. Muslim). 119
Pendapat Imam an-Nawawi: وأما قوله صلى الله عليه و سللم المسلبل ازاره فمعنلاه المرخلى لله الجلار طرفه خيلء كما جاء مفسرا فى الحديث الخللر ل ينظللر الللله إلللى مللن يجللر ثوبه خيلء والخيلء الكبر وهذا التقييللد بللالجر خيلء يخصللص عمللو م المسللبل ازاره ويدل على أن المراد بالوعيد ملن جلره خيلء وقلد رخلص النلبى صللى الله عليه و سلم فى ذلك لبى بكر الصديق رضى الله عنه وقال لست منهم اذ كان جره لغير الخيلء Adapun makna sabda Rasulullah Saw: “ المسبل ازارهOrang yang memanjangkan kainnya”. Maknanya adalah: orang yang memanjangkan kainnya, menyeret ujungnya karena sombong, sebagaimana dijelaskan oleh hadits lain :
ل ينظر الله إلى من يجر ثوبه خيلء “Allah Swt tidak memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong”. Makna kata: الخيلءadalah sombong. Kata ‘memanjangkan’ yang bersifat umum diikat dengan kata ‘sombong’, untuk mengkhususkan orang yang memanjangkan kain yang bersifat umum. Ini menunjukkan bahwa yang diancam dengan ancaman yang keras adalah orang yang memanjangkan kainnya karena sombong. Rasulullah Saw memberikan keringanan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq dengan ucapan, “Engkau tidak termasuk bagian dari mereka”. Karena Abu Bakar memanjangkan pakaiannya bukan karena sombong143. Imam an-Nawawi membuat satu bab khusus dalam kitab Riyadh ashShalihin: باب صفة طول القميص وال ه كم والزار وطرف العمامة وتحريم إسبال شلل يء من ذلك على سبيل الخيلء وكراهته من غير خيلء Bab: Sifat panjangnya gamis, ujung gamis, kain dan ujung sorban. Haram memanjangkan semua itu untuk kesombongan, makruh jika tidak sombong144. Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani: 143 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz.II (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H), hal.116. 144 Imam an-Nawawi, Riyadh ash-Shalihin, juz.I, hal.425. 120
وف ي هذه الحاديث أن إسبال الزار للخيلء كبير ة وأما السبال لغيللر الخيلء فظللاهر الحللاديث تحريملله أيضللا لكللن اسللتدل بالتقييللد فلل ي هللذه الحللاديث بالخيلء على أن الطلق ف ي الزجللر الللوارد فلل ي ذ م السللبال محمللول علللى المقيد هنا فل يحر م الجر والسبال إذا سلم من الخيلء Dalam hadits-hadits ini disebutkan bahwa memanjangkan kain bagi orang-orang yang sombong adalah dosa besar. Adapun memanjangkan kain bagi yang tidak sombong, zhahir hadits ini mengandung makna haram juga, akan tetapi diikat dengan hadits-hadits lain yang mengandung makna sombong. Kalimat yang bersifat umum dalam kecaman tersebut mengandung makna ikatan: bagi orang yang sombong. Oleh sebab itu tidak haram menyeret dan memanjangkan kain jika selamat dari sifat sombong145. وهذا الطلق محمول على ما ورد من قيد الخيلء فهو الذي ورد فيه الوعيد بالتفاق Penggunaan kalimat yang bersifat umum ini mengandung makna ikatan, diikat dengan hadist-hadits yang mengikat dengan sifat sombong, maka orang yang memanjangkan kain/jubah/kaki celana dengan sifat sombong, itulah yang diancam dengan ancaman yang keras, disepakati ulama tentang ini146. Pendapat Imam as-Suyuthi: المسبل إزاره المرخ ي له الجار طرفيه خيلء فهو مخصص بالحديث الخللر ل ينظر الله إلى من جر ثوبه خيلء وقد رخص صلى الله عليه و سلم ف ي ذلللك لب ي بكر حيث كان جره لغير الخيلء Makna kata: المسبل إزارهadalah: Orang yang memanjangkan kainnya, orang yang menyeret ujung kainnya karena sombong. Hadits ini dikhususkan dengan hadits lain: ل ينظر الله إلى من جر ثوبه “ خيلءAllah Swt tidak memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong”. Rasulullah Saw memberikan keringanan kepada Abu Bakar, karena Abu Bakar memanjangkan kainnya bukan untuk sombong147.
145 Al-Haifzh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, op. cit., juz.X, hal.263. 146 Ibid., hal.257. 147 Imam as-Suyuthi, Syarh as-Suyuthi ‘ala Muslim, juz.I, hal.121. 121
Pendapat Imam asy-Syaukani: وظاهر التقييد بقوله ) خيلء ( يلدل بمفهللومه أن جلر الثلوب لغيلر الخيلء ل يكون داخل ف ي هذا الوعيد Zhahir ikatan dengan kata: ( خيلءsombong), ini menunjukkan pemahaman bahwa orang yang memanjangkan kain tetapi tidak sombong, maka tidak termasuk dalam ancaman hadits ini148. Pendapat Imam ash-Shan’ani: وتقييد الحديث بالخيلء دال بمفهومه أنه ل يكون مللن جللره غيللر خيلء داخل ف ي الوعيد Hadits ini diikat dengan kata: ( خيلءsombong), ini menunjukkan pemahaman bahwa orang yang memanjangkan kain tanpa sombong tidak termasuk dalam ancaman hadits ini149. Pendapat Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi: Salah satu metode memahami hadits dengan baik adalah: جمع الحاديث الوارد ة ف ي الموضوع الواحد Menggabungkan beberapa hadits dalam satu tema. Hadits tentang Isbal, banyak pemuda Islam yang bersemangat sangat mengingkari orang lain yang tidak memendekkan pakaiannya di atas mata kaki. Bahkan mereka terlalu berlebihan dalam bersikap sampai pada tingkat menjadikan perbuatan memendekkan kaki celana sebagai syi’ar Islam atau kewajiban yang besar dalam Islam. Jika mereka melihat seorang ulama atau da’i tidak memendekkan kaki celana seperti yang mereka lakukan, mereka menuduhnya -bahkan secara terang-terangan- tidak faham agama! Sesungguhnya hanya mencukupkan diri dengan makna zhahir satu hadits saja, tanpa melihat hadits-hadits lain yang terkait dengan 148 Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Nail al-Authar min Ahadits Sayyid al-Akhyar Syarh Muntaqa al-Akhbar, juz.II (Idarah athThiba’ah al-Muniriyah), hal.112. 149 Imam Muhammad bin Isma’il al-Amir al-Kahlani ash-Shan’ani, Subul asSalam Syarh Bulugh al-Maram, juz.IV (Maktabah al-Bab al-Halaby, 1379H), hal.158. 122
tema tertentu secara keseluruhan, itulah yang seringkali membuat orang terjerumus dalam kekeliruan, jauh dari kebenaran dan tujuan yang dimaksud hadits Rasulullah Saw150.
Hubungan Kesombongan dan Memanjangkan Pakaian/Jubah. Memanjangkan jubah merupakan tradisi kesombongan raja-raja Romawi dan Persia masa silam. Untuk menunjukkan keangkuhan dan kesombongan mereka, maka para penguasa itu memanjangkan jubah yang ujungnya dibawa oleh para pengawal dan dayang-dayang. Tradisi itu masuk juga ke dalam masyarakat Jahiliyah. Dalam satu bait sya’ir jahiliyah dikatakan,
ان ي امرؤ ف ي عند الجد تشمير... فل يغرنك جر الثوب معتجرا Janganlah engkau terpukau dengan panjangnya jubah dan sorban yang terurai Sesungguhnya aku juga orang yang memiliki pakaian yang panjang 151. Tradisi keangkuhan dan kesombongan itulah yang dibantah Rasulullah Saw.
MASALAH KE-ENAM: JENGGOT. Banyak hadits menyebutkan bahwa Rasulullah Saw memerintahkan agar membiarkan (tidak mencukur) jenggot. Diantaranya hadits: 150 Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a as-Sunnah anNabawiyyah, (Cairo; Dar asy-Syuruq, 1423H), hal.128 151 DR.Jawwad ‘Ali, al-Mufashshal fi Tarikh al-‘Arab Qabl al-Islam, Juz.XVIII (Dar as-Saqi, 1422H), hal.37. 123
ن د ص حدوث صصنا ه ن صزي س ك م ل ن ل م ص ع ص ل ص م ص ص من س ص ع س مهر ب س ه زيده ب س ه مده ب س ه ح و ن ه ع ص ح و حدوث صصنا ه ها ك حدوث صصنا ي ص ل د بس ل ن هزصري س ك خال ل ه ص- صلى الله عليه وسلم- ى قا ص فوا ب ن ال ن ع ر م ع ن ب ا ن ع ع ف نا ل» ص ص ه ص ل ص ص ص و ل ض ل ل س ل ك ذا حج أ ص وأ ص، فروا الل ضحى س ص ه ض و س ص و إ ر م ع ن ب ا ن كا و . « ب ر وا ش ال فوا ح و ، ن كي ر ش م ل ه ص ل ص ص س ص ص س ه ل ل ص ا ه ص ص ه ص و ل ص ص ل ص ما ص ص،ه مصر ص ض ص . خذصهه لأ ص ض ص ا س ف ص حي صت ل ل عصلى ل ل س ف ص عت ص ص قب ص ص Muhammad bin Minhal menceritakan kepada kami; Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami; Umar bin Muhammad bin Zaid menceritakan kepada kami, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Bedakanlah diri kamu dari orang-orang musyrik, biarkanlah jenggot dan rapikanlah kumis”. Apabila Ibnu Umar melaksanakan ibadah haji atau Umrah, beliau menggenggam jenggotnya, yang berlebih (dari genggaman itu) ia potong. Apakah perintah Rasulullah Saw “Biarkanlah jenggot!” diatas mengandung makna wajib? Atau hanya bersifat anjuran (an-Nadab)? Ulama Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa makna perintah di atas hanya bersifat anjuran, bukan wajib, oleh sebab itu mencukur jenggot hanya dikatakan makruh. Berikut ini beberapa teks dari kitab-kitab ulama kalangan mazhab Syafi’i:
فها ( أ صي الل ضحي ص و ص (و ل طههلو ل مهرودص ل س ص ل و ه ح س ع ص ي هك سصرهه ) ن صت س ه ص ها إيصثادرا ل لل س ه س ن) ص ة ص ةأ و س ل ة صوصر ل ال ي “Makruh hukumnya mencabut jenggot pada awal tumbuhnya untuk orang yang baru tumbuh jenggot dan untuk penampilan yang bagus”152.
Komentar Imam ar-Ramly terhadap teks ini: ص ف ص ها ص حل س ه وي هك سصرهه ن صت س ه ) ص و ه ة إل ص س ف ي ي ل حللي ل و ل حي ص ل ل ال س ص ه ص ي الل ض س ق ص ف ص مث سل ه ه ها ( أ س ول ه ه ق س خ ص ه ص ق س م ض ص ص ح ي ف عي ح ض ل ه صل ي ص ل ه ص جب صي س ل ح ك ج ل ل دأ س وصل ص ق لل س ن يص س ل لل ص من س ص حي صت ص ه حل ل ص حا ل ها ل ص،ه “Ucapan Syekh Zakariya al-Anshari, “Makruh mencabut jenggot” dan seterusnya. Demikian juga halnya dengan mencukur jenggot. Adapun pendapat al-Halimi dalam kitab al-Minhaj yang mengatakan bahwa 152 Syekh Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz. VII, hal. 58. 124
tidak halal bagi seseorang mencukur jenggot dan dua alis, pendapat ini adalah pendapat yang dha’if153. ويحر م حلق لحية( المعتمد عند الغزال ي وشيخ السل م وابن حجر:)قوله . الكراهة:ف ي التحفة والرمل ي والخطيب وغيرهم (Haram mencukur jenggot), pendapat yang kuat menurut Imam alGhazali, Syaikhul Islam, Ibnu Hajar dalam at-Tuhfah, ar-Ramly, alKhathib dan lainnya: makruh154. ما حوتى ل حي ص ل إ و س ص ن الور ه مك سهروهح ص ق الل ض س ن ص م س حصرا د ة ص حل س ص ول صي س ص ل ص ج ل “Sesungguhnya mencukur jenggot itu makruh, meskipun dilakukan oleh laki-laki dewasa. Bukan haram”155. ها ) ص حل س ه ها ن صت س ه (ع فسر ح ه د مك سهرو ص ها ل و ص هصنا ل ذصك صهروا ه ة ل حي ص ل و ص ون ص س ف ي الل ض س ق ص ف ص من س ص صادل ص خ ص ها ص ة ص ح ل (Masalah Cabang): disini mereka sebutkan tentang jenggot dan lainnya, ada beberapa perkara yang makruh, diantaranya adalah mencabut dan mencukur jenggot156. Bukan hanya dari kalangan ulama mazhab Syafi’i saja yang berpendapat demikian. Al-Qadhi ‘Iyadh dari Mazhab Maliki juga berpendapat demikian: ري ه و ص حل س ه ل ال س ص و ص قا ص ها ض ي ل قا ل وت ص س ي هك سصرهه ص: ض ق ص ص ص ق ص ق ي عصيا ح ها ص ها ص ص ح ل “al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Makruh hukumnya mencukur, memotong dan membakar jenggot”157.
153 Imam ar-Ramly, Hasyiyah Asna al-Mathalib, juz. VII, hal. 58. 154 Imam Abu Bakar bin as-Sayyid Muhammad Syatha a-Dimyathi, Hasyiyah I’anatu ath-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-Mu’in li Syarh Qurrat al-‘Ain bi Muhimmat ad-Din, juz. II (Beirut: Dar al-Fikr), hal. 386 155 Imam al-Bujairimi, Hasyiyah al-Bujairimi ‘ala al-Khathib, juz. XIII, hal. 273. 156 Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, juz. IV, hal. 202.
157 Imam Zainuddin al-‘Iraqi, Tharhu at-Tatsrib, juz. II, hal. 49. 125
Pendapat Syekh Jad al-Haq Ali Jad al-Haq, Grand Syaikh AlAzhar.
المر الوارد فى إعفاء اللحية مختلف فيه بين الوجوب والسنة والندب Perintah tentang membiarkan jenggot, ulama berbeda pendapat tentang ini antara: wajib, Sunnah dan nadab (anjuran). Syekh Jad al-Haq Ali Jad al-Haq melanjutkan, وقد وردت أحاديث نبويلة ش ريفة ترغلب فلى البقلاء عللى اللحيلة والعنايلة كالحاديث المرغبة فللى السللواك وقللص الظللافر والشللارب وقللد،بنظافتها وسماها كثير منهم سللنة يثللاب،حمل بعض الفقهاء هذه الحاديث على المر ول دليل لمن قال إن حلللق اللحيللة حللرا م أو،عليها فاعلها ول يعاقب تاركها منكلللر إل الحلللاديث الخاصلللة بلللالمر بإعفلللاء اللحيلللة مخالفلللة للمجلللوس والمر فى الحاديث الوارد ة عن الرسول صلى الله عليه وسلم،والمشركين كما يكون للوجوب يكون لمجرد الرشاد إلى الفضل Terdapat beberapa hadits yang menganjurkan membiarkan jenggot dan memperhatikan kebersihannya, seperti hadits-hadits yang menganjurkan menggosok gigi (bersiwak), memotong kuku dan kumis. Sebagian ahli Fiqh memahami hadits-hadits perintah membiarkan jenggot mengandung makna wajib, sebagian besar ahli Fiqh menyebutnya Sunnat; orang yang melakukannya mendapatkan pahala dan yang tidak melakukannya tidak dihukum. Tidak ada dalil bagi mereka yang mengatakan bahwa mencukur jenggot itu haram atau munkar selain hadits-hadits khusus yang terkait dengan perintah membiarkan jenggot untuk membedakan diri dengan orang-orang Majusi dan musyrik. Perintah dalam hadits-hadits dari Rasulullah Saw tersebut sebagaimana ada yang memahaminya mengandung makna wajib, juga mengandung makna sekedar anjuran kepada yang lebih utama. Syekh Jad al-Haq Ali Jad al-Haq melanjutkan, والحق الذى ترشد إليه السنة الشللريفة وآداب السللل م فللى الجملللة أن أمللر الملبس والمأكل وهيئة النسان الشخصية ل تدخل فى العبادات التى ينبغى على المسلم اللتزا م فيها بما ورد فلى شلأنها علن رسلول اللله صللى اللله بل للمسلم أن يتبع فيهللا مللا تستحسللنه بيئتلله ويللألفه،عليه وسلم وأصحابه وإعفاء اللحية- الناس ويعتادونه ما لم يخالف نصا أو حكما غير مختلف عليه
126
أو حلقها من المور المختلف على حكم المر الوارد فيها بالعفللاء علللى مللا تقد م Kebenaran yang dianjurkan Sunnah yang mulia dan adab Islamy dalam masalah ini, bahwa masalah pakaian, makanan dan bentuk fisik, tidak termasuk dalam ibadah (mahdhah) yang seorang muslim mesti mewajibkan diri mengikuti cara nabi dan para shahabat, akan tetapi dalam hal ini seorang muslim mengikuti apa yang baik menurut lingkungannya dan baik menurut kebiasaan orang banyak, selama tidak bertentangan dengan nash atau hukum yang tidak diperselisihkan. Membiarkan atau mencukur jenggot termasuk perkara yang diperselisihkan hukum perintahnya (apakah wajib atau anjuran), sebagaimana yang telah dijelaskan di atas158.
Pendapat Syekh Ali Jum’ah Mufti Mesir. Jika hal ini terkait dengan kebiasaan dan tradisi, maka itu menjadi indikasi yang mengalihkan makna perintah dari bermakna wajib kepada makna anjuran. Jenggot itu termasuk kebiasaan dan tradisi. Para Fuqaha’ menganjurkan banyak hal, padahal dalam nashnya secara jelas dalam bentuk perintah, karena berkaitan dengan kebiasaan dan tradisi. Misalnya sabda Rasulullah Saw:
ص ول ص ت ص ص غي ضهروا ال و هولد شي س ص هوا لبال سي ص ه شب و ه ب ص
“Rubahlah uban. Janganlah kamu menyamakan diri dengan orangorang Yahudi”. (HR. at-Tirmidzi). Bentuk kata perintah dalam hadits perintah merubah uban kejelasannya menyerupai hadits perintah memelihara jenggot. Akan tetapi karena merubah uban bukanlah suatu perbuatan yang diingkari di tengah-tengah masyarakat, maka tidak dilakukan. Para ahli Fiqh berpendapat bahwa merubah uban itu hukumnya dianjurkan, mereka tidak mengatakan diwajibkan. Para ulama berpendapat berdasarkan metode ini. Para ulama bersikap keras dalam hal pemakaian topi dan memakai dasi, mereka menyatakan bahwa siapa yang melakukan itu berarti kafir. Bukanlah karena perbuatan itu kafir pada zatnya. Akan tetapi karena perbuatan itu mengandung makna kekafiran pada masa itu. Ketika pemakaian dasi sudah menjadi tradisi, tidak seorang pun ulama mengkafirkan orang yang memakainya. 158 Fatawa al-Azhar, juz.II, hal.166. 127
Hukum jenggot pada masa Salaf, seluruh penduduk bumi, baik yang kafir maupun yang muslim, semuanya memanjangkan jenggot. Tidak ada alasan untuk mencukurnya. Oleh sebab itu ulama berbeda pendapat antara jumhur yang mewajibkan memelihara jenggot dan Mazhab Syafi’i yang menyatakan bahwa memelihara jenggot itu sunnat, tidak berdosa bagi orang yang mencukurnya. Oleh sebab itu menurut kami pada zaman ini perlu mengamalkan Mazhab Syafi’i, karena tradisi telah berubah. Mencukur jenggot itu hukumnya makruh. Memelihara jenggot hukumnya sunnat, mendapat pahala bagi yang menjaganya, dengan tetap memperhatikan tampilan yang bagus, menjaganya sesuai dengan wajah dan tampilan seorang muslim. Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam159.
MASALAH KE-TUJUH: KESAKSIAN UNTUK JENAZAH. Persaksian terhadap jenazah yang biasa kita lihat, dengan pertanyaan: “Apakah jenazah ini baik?”. Lalu dijawab: “Baik”. Apakah ada dalilnya? Jawaban: Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim: ل مروا بجصناز ة ص ص ص ف ص ص، خي سدرا ي ص ه- رضى الله عنه- ك قا ص ل ها ص وا ص ل ص ص ك مال ل ك عل صي س ص س بس ص ن ص أن ص ص فأث سن ص س قو ه ص ي خرى ص ص ه هللا وا ص و ص جب صلل س عل صي س ص م ص ث هلل و. « ت فللأث سن ص س ملليروا ب لللأ س ص » ص- صلى الله عليه وسلم- ى الن وب ل ي 159 Syekh DR. Ali Jum’ah, Al-Bayan li ma Yusyghil al-Adzhan, (Cet. I; Kairo: alMuqaththam, 1426H/2005M), hal. 330 – 333. 128
خ و ف ص ص.«ت ف ص شيرا ص قا ص قا ص ص ت ن ال س ص ل ه و ص و ص جب صلل س جب ص س مهر ب س ه ص- رضى الله عنلله- ب ع ص طا ل مللا ص ل» ص ص ص شيرا ص خي سدرا ص ص ه ص ه ص ه ص قا ص ت ه ص م ص م ص جن و ه و ص ل» ص عل صي س ل عل صي س ل و ص ه ال س ص و ص جب ص س جب ص س ذا أث سن صي ست ه س ت لص ه ذا أث سن صي ست ه س ف ص ص،ة ف ص ص ص م ه .«ض ه ل داءه الل و ل ه ص ش ص أن ست ه س، ه الوناهر لص ه فى السر ل Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Mereka melewati jenazah, lalu mereka memuji kebaikan jenazah itu. Rasulullah Saw bersabda: “Wajib”. Kemudian mereka melewati jenazah lain, mereka mencela, Rasulullah Saw bersabda: “Wajib”. Umar bin al-Khaththab berkata: “Apa yang wajib?”. Rasulullah Saw menjawab: “Jenazah yang kamu puji baik, ia wajib masuk surga. Jenazah yang kamu cela, ia wajib masuk neraka. Kamu adalah para saksi Allah di atas bumi”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Akan tetapi pujian dalam hadits ini murni dari orang yang ingin memberikan persaksian, bukan direkayasa dengan ditanya: “Apakah jenazah ini baik?”. Pertanyaan seperti ini akan membuat orang berbohong, karena tidak ada yang akan menjawab : “Tidak baik”. Bahkan jika kesaksian itu palsu, tergolong dalam dosa besar, yaitu dosa memberikan kesaksian palsu. Dalam hadits disebutkan:
ص ه ص قا ص ل ه ص ص س صر ل ع س عن س ه ي الل و ه ض ص ن أن ص ك شصرا ه ر ص ل اسل ل س قا ص سئ ل ص ه م ص ه ص ك لبالل و ل عل صي س ل و ص ه ع س سل و ص صولى الل و ه ي ص ه ص ل الن وب ل ي ن ال سك صصبائ ل ل ل الن و س و ص ع ه و ص قت س ه ر و ه ش ص س ص ن ص قوقه ال س ص ص هادص ةه اليزو ل ف ل وال لدصي س ل
Dari Anas ra, ia berkata, “Rasulullah Saw ditanya tentang dosa-dosa besar”. Rasulullah Saw menjawab, “Mempersekutukan Allah Swt, membunuh jiwa dan kesaksian palsu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
MASALAH KE-DELAPAN: MERUBAH DHAMIR (KATA GANTI) PADA KALIMAT: ALLAHUMMAGHFIR LAHU. Doa Dalam Shalat Jenazah. Rasulullah Saw mengajarkan doa dalam shalat jenazah, عن سه ص وا س ما س ه مللدس ص وا س و ص ع ه عا ل غ ل غ ل ف ل س س واسر ص ر س و ض الل و ه سللل س ه خل ص ه ع ه م ن ههزل ص ه م ه ح س فسر ل ص ه ه و ه ص و ص ه ص ف ص ه ص ه ص ه ص ه ص وأك س ل ص خ ص س ما ن ص و ون ص ض س ما ل ن ال س ص ض ل ه ل ق ل و ص قي س ص ملل س م س طاصيا ك ص ص لبال س ص ب اسلب سي صلل ص ت الث ولل س وال سب صصرلد ص ج ص ء ص ن الللدون ص ل والث ول ل 129
ص ه جا ص هدل ص دادرا ص وأ صدس ل ن أص س وأ ص س جلل ل خي سدرا ل هل ل ل خي سدرا ل ر ل خي سدرا ل وأب س ل و د ن ص ه ص م س م س م س خل سلل ه دل س ه و ل ه ص ن صز س وصز س ه ص ه ص ص دا ل ص ص س س ص ص ص س ر نا ال ب ذا ع ن م و أ ر ب ق ل ا ب ذا ع ن م ه ذ ع أ و ة ن ج ل ص ص ص ل س ل س ل س ه ل س ل ل ا ص و ص و ل “Ya Allah, ampunilah ia, rahmatilah ia, berikanlah kebaikan kepadanya, maafkanlah ia, muliakanlah tempat turunnya, lapangkanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, salju dan yang menyejukkan. Sucikanlah ia dari dosa-dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Gantilah negeri yang lebih baik dari negerinya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya, masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah ia dari azab kubur”, atau “dari azab neraka”. (HR. Muslim). Ada sebagian orang yang berpendapat, kata ganti dalam doa ini tidak boleh diganti. Berikut ini pendapat para ulama: Ulama Mazhab Syafi’i: ، اللهم اغفر لها وارحمها إلخ: ويؤنث الضمائر ف ي النثى( كأن يقول:)قوله . إلخ.اللهم اجعلها فرطا لبويها (Kalimat: di-mu’annats-kan [dalam bentuk kalimat feminin] jika mayat itu perempuan). Misalnya dengan mengucapkan: Allahummaghfir laha warhamha dan seterusnya. Allahummaj’alha farathan li abawaiha dan seterusnya160. Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: ، اللهللم اغفللر لهمللا:وإذا كان رجل وامرأ ة دعا لهمللا بصلليغة التثنيللة فيقللول : وكذلك إذا كانا انثيين يقللول، اللهم اغفر لهما:وكذلك إذا كانا رجلين يقول جماعللة، اللهم اغفر لهللن: أما إذا كانوا جماعة نساء يقول،اللهم اغفر لهما فيفصللل، اللهم اغفر لهللم: ذكور وإنا ث يقول، اللهم اغفر لهم:ذكور يقول ضمير الذكور على ضمير النا ث Jika laki-laki dan perempuan, didoakan dalam bentuk kalimat mutsanna: Allahummaghfir lahuma. Demikian juga jika dua orang lakilaki, diucapkan: Allahummaghfir lahuma. Demikian juga jika dua orang, diucapkan: Allahummaghfir lahuma. Adapun jika beberapa orang perempuan, maka diucapkan: Allahummaghfir lahunna. Beberapa orang laki-laki, diucapkan: Allahummaghfir lahum. Beberapa orang laki-laki dan perempuan: Allahummaghfir lahum. 160 Imam Abu Bakar bin as-Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anat ath-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-Mu’in li Syarh Qurrat al-‘Ain bi Muhimmat ad-Din, juz. II (Beirut: Dar al-Fikr), hal.146. 130
Dibedakan antara kata ganti untuk laki-laki dan untuk perempuan161. Pendapat Syekh Abdul Aziz bin Baz: إلخ " وإذا كانت الجنائز. . " اللهم اغفر لها: وإذا كان الميت امرأ ة يقال . " اللهم اغفر لهما " وبالجمع إن كانت أكثر: اثنتين يقال Jika mayat perempuan, maka diucapkan: Allahummaghfir laha dst. Jika dua mayat, maka diucapkan: allahummaghfir lahuma. Dalam bentuk jamak jika lebih banyak dari itu162. اللهم: أو ذكورا وإناثا بقوله، يدعى للموات جميعا ذكورا كانوا أ م إناثا اللهم اغفر لهما: وإن كانوا اثنين، إلى آخره...اغفر لهم وارحمهم . إلى آخر الدعاء...وارحمهما Semua mayat-mayat didoakan, apakah laki-laki saja atau perempuan saja atau laki-laki dan perempuan dengan ucapan: allahummaghfir lahum warhamhum ... dst. Jika dua mayat: allahummaghfir lahuma warhamhuma ... hingga akhir doa163.
161 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, juz.XXIV, hal.149. 162 Syekh Ibnu Baz, Majmu’ Fatawa Ibn Baz, juz.III, hal.298. 163 Ibid., juz.XIII, hal.145. 131
MASALAH KE-SEMBILAN: DUDUK DI ATAS KUBUR. Ketika pemakaman jenazah, banyak orang yang duduk bahkan menginjak kubur. Padahal Rasulullah Saw telah bersabda, ل ص هصري سصر ةص ص سو ه قا ص قا ص -صلى الله عليه وسلم- ه ص ن أ صلبى ه ل الل و ل ل صر ه ع س ص ص ه ص ة ص ن ه ص فت ص س م ص ه ل د ل جل س ل مصر ك نأ س لص س فت ه س عصلى ص سأ ص ن يص س م س خي سحر ل ص ه رقص ث لصياب ص ه ج س حدهك ه س خل ه ص جل ل ص ص إ لصلى ل ح ل عصلى ص .( )مسلم. ر س ص يص س جل ل ص قب س ك Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Salah seorang kamu duduk di atas batu api hingga pakaiannya terbakar hingga sampai ke kulitnya, itu lebih baik baginya daripada ia duduk di atas kubur”. (HR. Muslim).
132
MASALAH KE-SEPULUH: AZAB KUBUR Apakah ada dalil azab kubur dalam al-Qur’an? أن نعيم البرزخ وعذابه مذكور ف ي القرآن ف ي غير موضع Sesungguhnya kenikmatan dan azab kubur disebutkan dalam al-Quran di beberapa tempat164.
Ayat Pertama: ة باس ه ص و ت صصرى إ للذ ال و ف ي ص جوا م أص س ن ل طو أي س ل مصلئ لك ص ه ص ل و ل مصرا ل مو ص ر ه ه س وال س ص ت ال س ص غ ص ظال ل ه ت ص م س ول ص س ص خ ل دي ل س و ص ه س س ه ه ص م تص ه أ صن س ه ع ص ق ن ص ن ص على الل ل قولو ص و ص ه غي سصر ال ص ذا ص م ت ه س و ص ب ال ه ف ص ح ض ما كن ست ه س ن بل ص سك ه هو ل جصز س م الي ص س ن م ص ن آ صصيات ل ل ست صك سب لهرو ص ه تص س ع س وك هن ست ه س ص “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya”. (Qs. Al-An’am [6]: 93). وهذا خطاب لهم عند الموت وقد أخبرت الملئكة وهم الصادقون أنهم حينئذ يجزون عذاب الهون ولو تأخر عنهم ذلك إلى انقضاء الدنيا لما صح أن يقال لهم اليو م تجزون Kalimat ini ditujukan kepada mereka ketika mati. Malaikat memberitahukan, mereka sangat benar, bahwa ketika itu orang-orang zalim diazab dengan azab yang menghinakan. Andai azab itu ditunda 164 Ibnu Qayyim al-Jauziah, ar-Ruh fi al-Kalam ‘ala Arwah al-Amwat wa alAhya’ bi ad-Dala’il min al-Kitab wa as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1395H), hal.75. 133
hingga dunia kiamat, maka tidak mungkin dikatakan kepada mereka, “Di hari ini kamu dibalas”.
Ayat Kedua: ص و ص ص علل ص ( الن وللاهر45) ب فسر ص ل ل سللي ضصئا ل و ص سللوءه ال س ص و ص ن ه ه ص مللا ص ت ص قاهه الل و ه ذا ل علل س حللاقص ب لللآ ل مك صللهروا ص ف ص ص ص ص ه ص ها ه م ت ص ه نأ ص خلللوا آ ص فسر ص سللا ص و ص ن ص ع ه ل ل ة أد س ل عصر ه ع ل و ص ضو ص شللدو يه س قللو ه و ص م ال و علي س ص علل س وي صلل س شللييا ص وا ص غللده ي ع ص ب ال س ص ذا ل “Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab (Qs. Ghafir [40]: 45-46).
daya mereka, dan yang Amat buruk. dan petang[1324], kepada malaikat): yang sangat keras”.
[1324] Maksudnya: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit. فذكر عذاب الدارين ذكرا صريحا ل يحتمل غيره Disebutkan dua jenis azab secara jelas, tidak mengandung makna lain.
Ayat Ketiga: ع ه حت وللى ي هصل ه ص م م صل ي ه س غن للل ي ص ذي ل فذصسر ه فيلل ل م ال ولل ل قو ص صلل ص م ص و ص عن س ه م ه هلل س ه ه و ص ه س ه يه س ( ي صلل س45) ن قللوا ي صلل س ص ص ص و ص ص ص علل ص م ص ن مللوا ص ول ه كي سده ه ن ل لل ل دو ص وإ ل و صهرو ص ذادبا ه ولك للل و ذي ص ن ظل ه ه س ه س م ي هن س ص ن ذصل لللك ص ( ص46) ن شي سدئا ص ص ص (47) ن أ صك سث صصر ه مو ص م ل يص س عل ه ه س “45. Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, 46. (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. 47. Dan Sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui[1427]”. (Qs. Ath-Thur [52]: 45-47).
134
[1427] Yang dimaksud azab yang lain ialah adanya musim kemarau, kelaparan malapetaka yang menimpa mereka, azab kubur dan lainlain. وهذا يحتمل أن يراد به عذابهم بالقتل وغيره ف ي الدنيا وأن يراد به عللذابهم ف ي البرزخ وهو أظهر لن كثيرا منهم مات ولم يعذب ف ي الللدنيا وقللد يقللال وهو أظهر أن من مات منهم عذب ف ي الللبرزخ ومللن بقللى منهللم عللذب فلل ي الدنيا بالقتل وغيره فهو وعيد بعذابهم ف ي الدنيا وف ي البرزخ Ada kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan azab adalah azab bagi mereka dengan azab dalam bentuk pembunuhan di dunia dan azab lainnya, juga azab bagi mereka di alam barzakh, azab di alam barzakh lebih kuat, karena banyak diantara mereka yang mati tanpa azab di dunia. Pendapat yang kuat, siapa yang mati diantara mereka diazab di alam barzakh, ada diantara mereka yang diazab di dunia dengan azab pembunuhan dan jenis azab lainnya, ini adalah ancaman azab bagi mereka di dunia dan di alam barzakh.
Ayat Keempat: ص ذي ص ع ص ع ص ن م ل ول صن ه ل عو ص دو ص ج ه ر لص ص ن ال س ص ب اسل صدسصنى ه ن ال س ص عل و ه قن و ه م ص ه س ه س ذا ل ذا ل م ي صسر ل ص ب اسلك سب ص ل “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Qs. AsSajadah [32]: 21). فهم منها عذاب القبر فانه سبحانه أخللبر أن للله فيهللم عللذابين أدنللى وأكللبر فأخبر أنه يذيقهم بعض الدنى ليرجعوا فدل على أنه بقى لهللم مللن الدنللى بقية يعذبون بها بعد عذاب الدنيا ولهذا قللال مللن العللذاب الدنللى ولللم يقللل ولنذيقنهم العذاب الدنى فتأمله Abdullah bin Abbas memahami ayat ini bahwa maksudnya adalah azab kubur, karena Allah Swt meberitahukan bahwa bagi mereka dua azab; yang dekat (di dunia) dan yang besar (di akhirat). Allah Swt memberitahukan bahwa Ia merasakan bagi mereka sebagian dari azab yang dekat (di dunia) agar mereka kembali (ke jalan yang benar), ini menunjukkan bahwa masih tersisa azab lain dari azab yang dekat (di dunia) yang akan ditimpakan bagi mereka setelah azab di dunia. Oleh sebab itu disebutkan:
135
] “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada
من العذاب
الدنى[
mereka sebahagian dari azab yang dekat (di dunia)”. ] “Dan sesungguhnyaولنذيقنهم العذاب الدنى[ Tidak dikatakan: ! Kami merasakan kepada mereka azab yang dekat”. Fikirkanlah
Hadits-Hadits Azab Kubur. ف ص ن ص ى -صلى الله عليه وسلم -ب ل ص س ص قا ص قا ص ما ن ص ص ل » إ لن و ه ه ص ل ص مور الن وب ل ي قب سصري س ل عوبا ك ن اب س ل ع ل ص ص ص ف ص ما ص مللا حد ه ه ن ل سللت صت لهر ل كا ص ما أ ص ما ي ه ص ل صي ه ص ن ل ص يص س ملل ص وأ و ه ص رأ و و ص ل ،ص و ل ن ال سب صلل س عذوصبا ل ن ،ص عذوصبا ل فى ك صلبي ك ص ف ص ن ،ص ص ص ش و ة ،ص خهر ص ف ص غصرصز ف ص مأ ص ال ص ريدص ةد صرطسب ص د م ل شى لبالن و ل م ل كا ص خذص ص ق ص ة « .ثه و مي ص ن يص س ها ن ل س ج ل في س ل خ و ذا ص م ص حدص ةد .ص ل ص قللا ص ه ص سو ص فى ك ه ض ف ه يه ص فلل ه ت ص وا ل ل ل الل و ل ل » لص ص ف ص عل س ص قاهلوا صيا صر ه عل ولل ه ه ،لل ص ر ص قب س ك سا « . ص م ي صي سب ص ص عن س ه ما ل ص س ما ص ه ص Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata: Rasulullah Saw melewati dua kubur, beliau bersabda: “Kedua penghuni kubur ini diazab, mereka diazab bukan karena dosa besar, salah satu dari mereka tidak menutup ketika buang air kecil, salah satu dari mereka berjalan membawa ucapan orang lain (gosip)”. Kemudian Rasulullah Saw mengambil satu pelepah kurma yang basah, lalu membaginya menjadi dua bagian, kemudian menanamkan dua bagian tersebut ke kedua makam itu. Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini?”. Rasululullah Saw menjawab: “Semoga azab keduanya diringankan selama pelepah kurma ini basah”. (HR. alBukhari dan Muslim).
Hadits Kedua: ه عصلى ب ص س ر ص ى -صلى الله عليه وسلم -ل غل ص ك حائ ل ك ط ل لب صلنى الن و و فى ص ة لص ه ب صي سن ص ص ما الن وب ل ي جا ل ص ص ص ص ف ص ة -ص ذا أ س ه ص قا ص وإ ل ص ل و ص ع ح س ح ست و ح ت ت هل س ل قب هحر ل قي ل ت بل ل و أسرب ص ص ه إ لذس ص م ص ون ص س كادص س حادص س م ص ح ه خ س ع ه ن ص ةأ س ةأ س ه ص ص ص ص س ص ص ف ص ر « .ص س ص ص ه قا ص ص ه ص ل ب ق ل ا ه ذ ه ب حا ص أ ف ر ع ي ن م » ل قا ف ى ر ي ر ج ل ا ل قو ي ن كا ذا ك ص س ص س ل ه س ص ص ص ل ل ص ص ه ص س ل ي ه ل ج ح ل أ صصنا. صر ه ه ف ص ك .ص ء « .ص ل» ص ص ه ه قلا ص فى ال ل س قا ص قا ص ة ؤل ص ل مل ص ن ص ماهتوا ل ت ص ذ ل هل ل ل » إل و شلصرا ل ما ص ه ال و ل ص مصتى ص ف ص ص ص دا ص ها ص فى ه علل ص ب ن ص فهنوا ل صللدص ص ر ص ت هب ست صصلى ل م ل سلل ل هأ س ول ص أ س م ص ن ل ص ت صلل ص و ه ن يه س ملل س عك ه س ت الل ولل ص ذا ل ع س فل ص س قهبو ل ص ص ف ص ه ص مأ س ال س ص قلا ص قصبل ص و ه ن ل ص ه ل ذوا لبلالل و ل ه ل ع ل ر ال و ل ل » تص ص و س م ه ذى أ س مل س ه « .هثل و من س ه س ص عل و عل صي سصنلا لبل ص قب س ل ج ل ف ص ر ص ر « .ص ع ص قا ص ع ص ع ص و ه ب ن ص ن ص ص ه ل ذوا لبالل و ل ه ل عوذه لبالل و ل ل » تص ص قاهلوا ن ص ه م س م س ذا ل ذا ل ذا ل ع و ب الونا ل ب الونا ل س و س و ه س ص ص ص ص ص ص ه ه مللا ن ص ن ال ل ه ل وذوا لبالل ل ه ل عوذ لبالل ل ر .قال » ت ص ص ر « .قالوا ن ص ه ملل ص م س ن ص عذا ل ع و ب القب س ل القب س ل فت صلل ل ص ص س و ه ص ص ه ن ن ال ل هللصر ل ه ل عوذ لبالل ل هصر ل ن « .قالوا ن ص ه من س ص مللا ظ ص من س ص ظص ص مللا ب صطلل ص م ص ما ب صط ص و ص ن ص و ص هللا ص ها ص فت ص ل ل « .ص ص قا ص و ه ل. ن ل ن ل فت سن ص ل ه ل عوذه لبالل و ل فت سن ص ل ه ل ذوا لبالل و ل ة الدو و قاهلوا ن ص ه ة الدو و ل » تص ص م س م س جا ل جا ل ع و 136
Ketika Rasulullah Saw melewati kebun Bani Najjar, beliau menunggang Bighal (lebih besar dari keledai, lebih kecil dari kuda), kami (para shahabat) bersama beliau, tiba-tiba Bighal itu liar, nyaris membuat Rasulullah Saw jatuh, ada enam atau lima atau empat kubur -demikian dinyatakan al-Jurairi- Rasulullah Saw bertanya: “Siapakah yang mengenal kubur siapakah ini?”. Seorang laki-laki menjawab: “Saya”. Rasulullah Saw bertanya: “Bilakah mereka meninggal dunia?”. Laki-laki itu menjawab: “Mereka mati dalam keadaan musyrik”. Rasulullah Saw berkata: “Ummat ini disiksa di dalam kubur mereka, kalaulah bukan karena kamu akan takut dikubur, pastilah aku berdoa kepada Allah supaya memperdengarkan kepada kamu azab kubur yang aku dengar”. Kemudian Rasulullah Saw menghadap kami seraya berkata: “Mohonkanlah perlindungan kepada Allah dari azab neraka”. Kami ucapkan: “Kami berlindung kepada Allah dari azab neraka”. Rasulullah Saw berkata: “Mohonkanlah perlindungan kepada Allah dari azab kubur”. Kami ucapkan: “Kami berlindung kepada Allah dari azab kubur”. Rasulullah Saw berkata: “Mohonkanlah perlindungan kepada Allah dari azab yang tampak dan yang tak tampak”. Mereka mengucapkan: “Kami berlindung kepada Allah dari azab yang terlihat dan tidak terlihat”. Rasulullah Saw berkata: “Mohonkanlah perlindungan dari azab dajal”. Mereka mengucapkan: “Kami berlindung kepada Allah dari azab dajal”. (Hadits riwayat Muslim).
Hadits Ketiga: ص فر ص ص ر ص علل ص ن الت و ص إل ص م ن ص د ال ص ل ع ل ه ل وذس لبالل و ل ه ل م ل ب ص فل سي صت ص ص غأ ص ج ص ش ي ملل س ملل س م ص هن ولل ص حدهك ه س ذا ل ع و ذا ص ص خي ل ن أسرب صلل ك س س س س ب ال ص ع ص ل ن ص ن ل ن ل م ل فت سن ص ل و ل ما ل فت سن ص ل و ل و ل ح الدو و م س م س م س م س ة ال ص م ص وال ص ة ال ص ذا ل جا ل ت ص حصيا ص ر ص ص قب س ل سي ل “Apabila salah seorang kamu selesai dari tasyahud akhir, maka mohonkanlah perlindungan kepada Allah dari empat perkara: dari azab jahanam, dari azab kubur, dari azab hidup dan mati dan dari azab almasih dajal”. (Hadits riwayat Ibnu Majah).
Hadit Keempat: ص ص ص- رضى الله عنهم- ب قا ص - صلى الله عليلله وسلللم- ى ل ص ص خصر ص ن ألبى أييو ص ع س ج الن وب ل ي ص،س و ص ت ال و ودتا س ل جب ص ل م ص و ص ف ص ش س ع ص م ه ص س قدس ص ص
137
فى ه ف ص ص قا ص . « ها ر ص ب ل عذو ه هوده ت ه ص ل » يص ه قهبو ل Dari Abu Ayyub, ia berkata: “Rasulullah Saw keluar ketika matahari telah tenggelam, Rasulullah Saw mendengar suatu suara, beliau berkata: “Ada orang Yahudi yang disiksa di kuburnya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).
Hadits Kelima: ف ص ة ص ة ص عائ ل ص ن ت دص ص ن ه ى ص ت ص ن ص ص ش ص دين صلل ل م ل ن ل قال صت صللا ل لللى إ ل و ع ه ع ه خل ص س قال ص س ز يص ه م س ع س هللولد ال س ص جوصزا ل عل ص و ج ل ه ص ه ص س ص ص ص ه ه و و ص ، ما م أن س ل ن ل أص س ر ل مأ س عللذهبو ص ر يه ص صللدضق ه فكللذب ست ه ه، م ه ص علل س وللل س ه ص ه س نأ ص ص، ما فللى قب هللو ل هللل القب هللو ل ف ه ص- صلى الله عليه وسلم- ى ص سللو ص خ ص ه ودص ص ف ص ل ص ل الوللل ل خصر ص قل س ه ه صيا صر ه ت لص ه جصتا ص ى الن وب ل ي عل ص و صدص ص ف ص ص،ه ع ص قا ص م ن ص ن ص عذوهبو ص إل و م ه م يه ص ع ه وذصك صسر ه ه ال سب ص ص ذادبا ت ص س إ لن و ه، قصتا هللائ ل ه ع ه س ص ه س ت لص ه ل» ص ن ص جوصزي س ل ص س و ص ص ص ص ص .ر ن ص عده ل وذ ل صل ك ة إ لل ت ص ص ه بص س ك هل ي ص م س ما صرأي ست ه ه ف ص. « ها عذا ل فى ص ع و ب القب س ل Dari Aisyah, ia berkata: “Dua orang perempuan tua Yahudi kota Madinah menemui Aisyah seraya berkata: “Sesungguhnya penghuni kubur diazab di dalam kubur mereka”, maka saya mendustakan mereka, saya tidak nyaman untuk mempercayai mereka, lalu kedua orang itu pergi, kemudian Rasulullah Saw datang, lalu saya berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada dua orang perempuan Yahudi”, saya sebutkan hal itu kepada Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Kedua perempuan Yahudi itu benar, penghuni kubur diazab di dalam kubur, azab mereka dapat didengar semua hewan”. Saya tidak pernah melihat Rasulullah Saw selesai shalat melainkan memohon perlindungan dari azab kubur”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Setelah melihat dalil dari al-Qur’an, hadits dan pendapat para ulama di atas, maka tidak ada alasan untuk menolak azab kubur. Karena azab kubur adalah masalah yang disepakati para ulama Ahlussunnah waljama’ah.
138
MASALAH KE-11: TALQIN MAYAT. Talqin Mayat Ketika Sakaratul-Maut.
م لص ض ل ص هصري سصر ةص ص سو ه قا ص قا ص قهنوا ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي س ل ل الل و ل و ص ل صر ه ع س سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص ه ه إ لول الل و ه م صل إ لل ص ص وصتاك ه س ص م س
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Talqinkanlah orang yang sakaratul-maut diantara kamu dengan ucapan La ilaha illallah”. (HR. Muslim).
Komentar Imam an-Nawawi: معناه من حضره الموت والمراد ذكروه ل إله إل الله لتكللون آخللر كلملله كمللا ف ي الحديث من كان آخر كلمه ل إله إل الله دخل الجنة والمر بهذا التلقيللن أمر ندب وأجمع العلماء على هذا التلقين وكرهوا الكثار عليه والمللوال ة لئل يضجر بضيق حاله وشد ة كربه فيكره ذلك بقلبه ويتكلم بما ل يليق قالوا وإذا قاله مر ة ل يكرر عليه إل أن يتكلم بعده بكل م آخر فيعاد التعريض بلله ليكللون آخر كلمه ويتضمن الحديث الحضور عند المحتضر لتذكيره وتأنيسه واغمللاض عينيه والقيا م بحقوقه وهذا مجمع عليه Maknanya, siapa yang sedang mengalami sakratul-maut, maka ingatkanlah ia dengan ucapan ‘ ‘ ل إله إل اللهagar kalimat terakhirnya adalah ‘ ‘ ل إللله إل اللللهsebagaimana yang disebutkan dalam hadits, “Siapa yang akhir kalamnya adalah: ‘ ‘ ل إله إل الله, maka ia masuk surga”. Perintah talqin ini adalah perintah anjuran. Para ulama telah Ijma’ tentang talqin ini. Para ulama memakruhkan memperbanyak talqin dan terus menerus tanpa henti agar orang yang sedang sakaratul-mau itu tidak kacau karena kondisinya yang sedang sulit dan berat hingga menyebabkan tidak suka dalam hatinya dan ia mengatakan kata-kata yang tidak layak. Menurut para ulama, jika orang yang sakaratul-maut itu telah mengucapkan ‘ ‘ ل إله إل اللهsatu kali, maka tidak perlu lagi mengulangi talqin. Kecuali jika setelah mengucapkan itu ia mengucapkan kata-kata lain, maka talqin diulang lagi agar akhir kalamnya adalah ‘‘ ل إللله إل الللله. Hadits ini juga mengandung makna anjuran agar hadir di tempat orang yang sedang menjalani sakaratul-mau untuk mengingatkannya, berbuat baik 139
kepadanya, menutupkan kedua matanya dan melaksanakan hakhaknya. Semua perkara ini disepakati para ulama berdasarkan Ijma’165. Ulama ikhtilaf tentang talqin mayat setelah dikuburkan. Berikut ini pendapat para ulama: Dalil-Dalil Talqin Mayat Setelah Dikubur. ص }إ ص ص:ة ه ص ت ص سللو ه ه ي ص م ص ل الل ولل ل ذا أصنا ل صن ص ه م ي مصرن صللا صر ه ع س مللا أ ص عوا لب ي ك ص ص ما ص ن ألب ي أ ص فا س الطوب صصران ل ي ص ص سللو ه ه ه ص ه ص عل صي سلل ل ل الل ولل ل عل صي س ل مأ س صن ص ص مصرن صللا صر ه و ص صللولى الل ولل ه وصتان صللا أ ص ع بل ص سل و ص صولى الل و ه ه ص ن نص س ص م س ه ص ذا مات أ ص س ص و ه ه ص ص ص ص ص ص ص م لل ق ي ل ف ، ه ر لل ب ق لى ع ب را ت ال م ت ي و س ف م ك ن وا خ إ ن م د ح إ : ل قا ف م ل س و س ص ل ي ه ل ل ص س ص س ح ص ص ص ص س س و س س ص ص ص ص ص ل س أص ص ص ص س ص ه ص ه ه ه ص ه س ب ي ل و ه ع م س ي ه ن إ ف ، ة ن ل ف ن ب ن ل ف يا : ل ق ي ل م ث ، ه ر ب ق س أ ر لى ع م ك د ح ص ص و ص ل ه جي ه ه ه ص س ص ص س ه ص س ه ل ه و س ل ص ه ص ص ل ل صيلا ه: ل م يص ه وي ص ص،ة ن ه صيا ه: ل م يص ه قلو ه قو ه ن فصلن ص ص قا ل فصل ه فصل ه عل د ه يص س ن سبل ه ن بس ه دا هثل و فإ لن و ه ثه و، سلت ص ل ص ه س ص ص و م ص فلي ص ه ص.ن ه يص ه ة؛ ص ه ق س ن ل تص س قو ه مللا فصلن ص ص أسر ل: ل عهرو ص ش ه شدسصنا ي صسر ص ولك ل س اذسك هسر ص: ل ك الل ه ح س فإ لن و ه ه ص ص ص ه و و ص ص ص ص: ن الدين سصيا ،ه ص دا ص جت ص ه ل علي س ل وأ و هادص ةص أ س م د م ص خصر س وصر ه ش ص م س سللول ه ح و ن ه ه إل الل ه ن ل إل ص عب سللدههه ص ه ص ص س ص س و ص مللا ص وب لللال ه ن م ك ضيت ب لالل ل وأونك صر ل فللإ ل و م ص ولبال ل س ما د نإ ص ح و وب ل ه قسرآ ل ص، د ن صب لي يللا ص، سل م ل لديدنا ص، ه صريبا ص س ص ه ص ه ه ي ه مللا للا ن ب ق لل ل ط ن ا : ل للو ق ي و ه ب ح للا ص د لل ي ب للا م ه ن م د لل ح وا ل لل ك ذ خ أ ي را كي ن و را ك ن م ه ل ل ل ص س س ص س ل ل ل ك ل ص ص ص ص ه ص ه ص س ل ل ل ص ص د د ص ص و ه ص ص ص ص ض س ص ح ص ص ف عل ي م لل ن إ ف ه لل ال ل سو ر يا ل ج ر ل قا ف : ل قا . ه ت ج ح ن ق ل ن م د ن ع نا د ع ق ر س ل ل ه س ص ل س س ص ص ه و ه ص ه يه ص ه ص ص س س ه ص ل ل ه ه صيا ه، واءص ه؟ ص قا ص . { واءص م ل فصل ه ن ص ه ص ي صن س ه: ل ن بس ه ه إصلى أ ض سب ه ه م ه أ و ح و ح و Riwayat Imam ath-Thabrani dari Abu Umamah, ia berkata: “Apabila aku mati, maka lakukanlah terhadapku sebagaimana Rasulullah Saw memerintahkan kami melakukannya terhadap orang yang mati diantara kami. Rasulullah Saw memerintahkan kami seraya berkata: “Apabila salah seorang saudara kamu mati, lalu kamu ratakan tanah kuburannya, hendaklah seseorang berdiri di sisi kepala kuburnya seraya mengucapkan: “Wahai fulan bin fulanah”. Sesungguhnya ia mendengarnya, akan tetapi ia tidak menjawab. Kemudian katakana: “Wahai fulan bin fulanah”. Maka ia pun duduk. Kemudian orang yang membaca talqin itu mengatakan: “Wahai fulan bin fulanah”. Maka ia menjawab: “Bimbinglah kami, semoga Allah merahmatimu”. Akan tetapi kamu tidak dapat merasakannya. Hendaklah orang yang membacakan talqin itu mengucapkan: “Ingatlah apa yang engkau bawa ketika keluar dari dunia, syahadat kesaksian tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasul Allah. Sesungguhnya engkau ridha Allah sebagai Tuhan. Islam sebagai agama. Muhammad sebagai nabi. Qur’an sebagai imam”. Maka malaikat Munkar dan Nakir saling menarik tangan satu sama lain seraya berkata: “Marilah kita pergi. Untuk apa kita duduk di sisi orang 165 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, juz.VI (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H), hal.219. 140
yang jawabannya telah diajarkan”. Seorang laki-laki bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika tidak diketahui nama ibunya?”. Rasulullah Saw menjawab: “Dinisbatkan kepada Hawa. Wahai fulan anak Hawa”. Komentar Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani: ص ح ص قدس ص و ص ه ضصياءه ل واهه ال ض م ل كا ل ف ي أ س صال ل ح وإ ل س سصنادههه ص ق و ص.ح ص “Sanadnya shalih (baik). Dikuatkan Imam Dhiya’uddin dalam kitab Ahkam-nya”. Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan beberapa riwayat lain yang semakna dengan hadits ini dalam kitab Talkhish al-Habir. Riwayat Pertama: ،ب س ل و ص ع ك شلل ل ق صرا ل ر ل ن ص سلل س ن ص واهه ص م س عيده ب س ه ضلل س ن ص ص حب ليلل ك من س ه ص،د ما صر ص ن طص ل صو ك مصر ةص ب سلل ل د ب سلل ل ريلل ل س ص ه ص و ص ت ص ما ص } إ ص: قالوا كللاهنوا، ه س ص ي ص صللصر ص مي ض ل ر ل ذا ه عن سلل ه على ال ص و ص ه ص ف الن وللا ه وان س ص قب سهرهه ص س ض ص غي س ل ص و و ص ص ص س ه،ه ه ه ص ص قلل س س ص :ل لل ل ال ل إ ه لل ل إ ل : ل لل ق ن ل ف للا ي : ه ر لل ب ق د لل ن ع ت ي م ل ل ل قا ي ن أ ن بو ح ت س ل ل ل س ص ل ل ه س ص ص س ص ض ه ي يص س ه ص ص ل ص ص س و ص و و ص ص ه،ت ق س أص س ي ث صل ص، ه مورا ك هده أ س سل ه ولديلن ي ال ل س ش ص صرضب ي الل ه: ل ث ص ه إل الل ه ن ل إل ص ص، م ص،ه ون صب ل ض .{ف ر ه م ص ث ه و. مد ح ح و ه م ي صن س ص ص ل Diriwayatkan Sa’id bin Manshur, dari jalur Rasyid bin Sa’d, Dhamrah bin Habib dan lainnya, mereka berkata: “Apabila kubur mayat telah diratakan, orang banyak telah beranjak, mereka menganjurkan agar dikatakan kepada mayat di sisi kuburnya: “Wahai fulan, katakanlah tiada tuhan selain Allah. Katakanlah: aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Tiga kali. Katakanlah: Tuhanku Allah. Agamaku Islam. Nabiku Muhammad”. Kemudian beranjak. Riwayat Kedua: ص ه ص قا ص }إ ص:م ذا سل ص ل ر ل دي ل ح ل ن ال س ص ث ال س ص ص ل لص ه ث ال ي ه س ي أن و ه م ض حا ل حك صم ل ب س ل ص س ص ست ص س ص ه ص ص ة وا ري ب ق لى ع موا قو ف ، ء ما ل ا ري ب ق لى ع ص ص قب سل ص ص قب لهلوا ال س ل ص ص س ه ص س ل س ل
ن ي ل م س وصر ص ص وى الطوب صصران ل ي ص س ص م ت ش ش ر و ن ي مو ت ن ف ل ه ه س دص س ه ص ص . { عوا لل ي وادس ه ص Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari hadits al-Hakam bin al-Harits asSulami, ia berkata kepada mereka: “Apabila kamu telah menguburku dan kamu telah menyiramkan air di atas kuburku, maka berdirilah kamu di sisi kuburku, menghadaplah ke arah kiblat, dan berdoalah untukku”. Riwayat Ketiga: ق ن ه ص،ب مصر ل س ل ث ل دي ك ح ل عي ل ه ل ف ي ص ما ص م ص ق ص ع س م س وى اب س ه سي ص ع ص ن ال س ه ج س ن ص سي ض ل وصر ص ص ن طص ل ن اب س ل د بس ل ري ل س ص ص و ص ص ص ص ص ه ص : م قال ن ص و ل ع ه في ل م إلى ص بص س قا ص، ها علي س ص ما ص وى اللب ل ص ث و،ر } فل و: ه ض ه جان ل ل س و ص،ه ب القب س ل ص ص س و ض . { وادنا ض ص ر س ها ل عدس هرو ص ص ض ن ص جا ل م ص ولق ص ح ص جن سب صي س ص الل ه ع س ه و و ص ف السر ص ض ص ص، ها ص، ها مسنك ل 141
Diriwayatkan Ibnu Majah dari jalur riwayat Sa’id bin al-Musayyib, dari Ibnu Umar dalam hadits, diantara isinya: “Apabila salah seorang kamu telah meratakan labin (batu dari tanah liat dijemur) di atas kubur, maka ia berdiri di sisi kubur, kemudian berkata: “Ya Allah, keringkanlah tanah di kedua sisinya, naikkanlah ruhnya, berikanlah ridha kepadanya dari sisi-Mu”. Riwayat Keempat: ص ه ص قا ص ":ه ن ص سل لم ك ص ث ل م ل ص ل و ل وت ل ل دي ك ح ل ف ي ص ن ال س ص ل لص ه م س ع س عن سدص ص ه س ص أن و ه ع س ح ه ف ي ص م س ص م ل عا ل رو ب س ل حي ل ص ص ص ص ص ص ص ص حوتى مولن ي أ ل ها ص مل س حهر ص ما ي هن س ص موا ص م ص وي هق و ح ه س ه ري قدسصر ص قي ه إذا دصفن ست ه ه ر ص ح س جهزو ك و ل قب س ل ه ص س ص ص ه ص ص . " سل صرضب ي وأ س ج ه ع هر ه أ س م ص عل ص س ب لك س ست صأن ل ص ماذا أصرا ل ص،م Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya, bahwa sahabat nabi bernama ‘Amr bin al-‘Ash berkata kepada keluarganya: “Apabila kamu mengubur aku, maka tegaklah setelah itu di sekitar kuburku sekira-kira selama orang menyembelih hewan sembelihan dan membagi-bagi dagingnya, hingga aku merasa tenang dengan kamu dan aku dapat melihat apa yang ditanyakan malaikat utusan Tuhanku”. (Hadits riwayat Imam Muslim). Riwayat Kelima: ص س و ص و ص ص و ص ن دص س ذا ص نإ ص ف دي ه ه ص ق ص مي ض ل فصرغ ل علي س ل ح ل م كا ص ص و ص م س ن ال ص سل ص صولى الل ه } أن و ه: ث ه ص ت ص ه ص ف ل ص ص ص ص س ص ه ص ه ص،ت و ص سأ ه قا ص أهبو. { ل ست ص س ص فهروا لل ل غ ل علي س ل ه ال ص ه الت وث سلبي ص ن يه س وا س ا س:ل فإ لن و ه سألوا ل ه خيك س م ص ص،ه س س .ن ن ه والب صوزاهر ص ما ص وال ص ص ع س عث س ص حاك ل ه م ص ص، ود دا ه Hadits: sesungguhnya Rasulullah Saw, apabila telah selesai mengubur jenazah, beliau berdiri di sisi makam seraya berkata: “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kamu, mohonkanlah agar ia diberi ketetapan, karena ia sekarang sedang ditanya”. (Hadits riwayat Abu Daud, al-Hakim dan Al-Bazzar dari ‘Utsman)166. Hadits Lain: .« » لقنوا موتاكم ل إله إل الله:حديث قال المحب الطبري وابن الهما م والشوكان ي وغيرهم لفظ موتاكم نص ف ي الموات وتناوله للح ي المحتضر مجاز فل يصار إليه إل بقرينة وحيث ل توجد قرينة تصرفه عن حقيقته إلى مجازه فشموله للموات أولى إن لم يقتصر .عليهم فقط والله أعلم Hadits: “Talqinkanlah orang yang mati diantara kamu dengan ucapan: La ilaha illallah”. (Hadits riwayat Muslim, Abu Daud dan an-Nasa’i).
166 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Talkhish al-Habir, juz.II, hal.396-398 142
Komentar Ulama Tentang Makna Kata: [] موتاكم. Imam al-Muhibb ath-Thabari, Ibnu al-Hammam, Imam asy-Syaukani dan lainnya berpendapat: Kata [ ] موتاكمadalah teks untuk orang yang
sudah mati. Digunakan untuk orang yang masih hidup ketika sekarat sebagai bentuk Majaz, tidak digunakan untuk orang hidup kecuali dengan qarinah (indikasi), jika tidak ada qarinah yang mengalihkan maknanya dari makna sebenarnya kepada makna Majaz, maka lebih utama penggunaannya kepada makna untuk orang yang sudah mati, meskipun tidak terbatas hanya untuk orang yang sudah mati saja, wallahu a’lam. Pendapat Ulama Ahli Hadits. Imam Ibnu ash-Shalah: وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصل ح رحمه الله عنلله فقللال التلقيللن هللو الللذى نختاره ونعمل به قال وروينا فيه حديثا من حلديث أبلى اماملة ليلس إسلناده بالقائم لكن اعتضد بشواهد وبعمل أهل الشا م قديما Syekh Abu ‘Amr bin ash-Shalah ditanya tentang talqin, ia menjawab: “Talqin yang kami pilih dan yang kami amalkan, telah diriwayatkan kepada kami satu hadits dari hadits Abu Umamah, sanadnya tidak tegak/tidak kuat. Akan tetapi didukung hadits-hadits lain yang semakna dengannya dan dengan amalan penduduk negeri Syam sejak zaman dahulu167. Pendapat Ahli Hadits Syekh Abdullah bin Muhammad ashShiddiq al-Ghumari: إن التلقين جرى عليه العمل قديما فى الشا م زمللن أحمللد بللن حنبللل وقبللله وفى قرطبة ونواحيها حوالى المائللة الخامسللة فمللا بعللدها إلللى نكبللة،بكثير وذكر بعض العلماء من المالكية والشافعية والحنابلة الذين أجازوه، الندلس لكللن الحللافظ ابللن حجللر قللال فللى، وذكللر أن حللديث أبللى أمامللة ضللعيف، إسناده صالح لن له طرقا وشواهد، "التلخيص " إسناده صحيح Sesungguhnya talqin telah dilaksanakan di negeri Syam sejak zaman Imam Ahmad bin Hanbal dan lama sebelumnya, juga di Cordova (Spanyol) dan sekitarnya kira-kira abad ke lima dan setelahnya hingga sekitar Andalusia. Syekh Abdullah al-Ghumari menyebutkan beberapa ulama dari kalangan Mazhab Maliki, Syafi’I dan Hanbali yang membolehkannya. Ia juga menyebutkan bahwa hadits riwayat Abu 167 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V, hal.304. 143
Umamah adalah hadits dha’if, akan tetapi al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab Talkhish al-Habir: sanadnya shahih. Menurut Syekh Abdullah al-Ghumari sanadnya baik, karena memiliki beberapa jalur lain168. Pendapat Ahli Fiqh. Pendapat Ibnu al-‘Arabi: قال ابن العرب ي ف ي مسالكه إذا أدخل الميت قبره فإنه يستحب تلقينه ف ي تلك الساعة وهو فعل أهل المدينة والصالحين من الخيار لنه مطابق لقوله وأحوج ما يكون العبد إلى،﴾ تعالى ﴾ وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين .التذكير بالله عند سؤال الملئكة Ibnu al-‘Arabi berkata dalam kitab al-Masalik: “Apabila mayat dimasukkan ke dalam kubur, dianjurkan agar di-talqin-kan pada saat itu. Ini adalah perbuatan penduduk Madinah dan orang-orang shaleh pilihan, karena sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Qs. adz-Dzariyat [51]: 55). Seorang hamba sangat butuh untuk diingatkan kepada Allah ketika ditanya malaikat169.
Pendapat Ibnu Taimiah: أنهم أمروا بلله كللأب ي: هذا التلقين المذكور قد نقل عن طائفة من الصحابة أمامه الباهل ي وغيره وروي فيه حديث عن النب ي صلى الله عليه و سلم لكنه مما ل يحكم بصحته ولم يكن كثير من الصحابة يفعل ذلك فلهذا قللال المللا م أن هذا التلقين ل بأس به فرخصوا فيه ولم يأمروا: أحمد وغيره من العلماء به واستحبه طائفة من أصحاب الشافع ي وأحمد وكره طائفة من العلماء من أصحاب مالك وغيرهم Talqin yang disebutkan ini telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat bahwa mereka memerintahkannya, seperti Abu Umamah alBahili dan lainnya, diriwayatkan hadits dari Rasulullah Saw, akan tetapi tidak dapat dihukum shahih, tidak banyak shahabat yang melakukannya, oleh sebab itu Imam Ahmad dan ulama lainnya berkata, “Talqin ini boleh dilakukan, mereka memberikan rukhshah 168 Majallah al-Islam, jilid.3, edisi.10. 169 Hawamisy Mawahib al-Jalil, juz.II, hal. 238. 144
(dispensasi keringanan), mereka tidak memerintahkannya. Dianjurkan oleh sekelompok ulama mazhab Syafi’i dah Hanbali, dimakruhkan sekelompok ulama dari kalangan mazhab Maliki dan lainnya170.
Pendapat Imam an-Nawawi: قال جماعات من أصحابنا يسللتحب تلقيللن الميللت عقللب دفنلله فيجلللس عنللد رأسه انسان ويقول يا فلن ابن فلن ويا عبد الله ابن أمة الللله اذكللر العهللد الذى خرجت عليه من الدنيا شهاد ة أن ل اله وحللده ل شللريك للله وأن محمللدا عبده ورسوله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن السللاعة آتيللة لريب فيها وأن الله يبعث من ف ي القبور وأنك رضلليت بللالله ربللا وبالسللل م دينللا وبمحمللد صلللى الللله عليلله وسلللم نبيللا وبللالقرآن إمامللا وبالكعبللة قبلللة وبالمؤمنين إخوانا زاد الشيخ نصر رب ي الله ل إله ال هو عله توكلت وهو رب العرش العظيلم فهلذا التلقيلن عنللدهم مسللتحب مملن نللص علل ي اسللتحبابه القاض ي حسين والمتول ي والشيخ نصر المقدس ي والرافع ي وغيرهم Para ulama mazhab Syafii menganjurkan talqin mayat setelah dikuburkan, ada seseorang yang duduk di sisi kubur bagian kepala dan berkata: “Wahai fulan bin fulan, wahai hamba Allah anak dari hamba Allah, ingatlah perjanjian yang engkau keluar dari dunia dengannya, kesaksian tiada tuhan selain Allah, hanya Dia saja, tiada sekutu baginya, sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, sesungguhnya surga itu benar, sesungguhnya neraka itu benar, sesungguhnya hari berbangkit itu benar, sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, tiada keraguan baginya, sesungguhnya Allah membangkitkan orang yang di kubur, sesungguhnya engkau ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai nabi, al-Qur’an sebagai imam, Ka’bah sebagai kiblat, orang-orang beriman sebagai saudara”. Syekh Nashr menambahkan: “Tuhanku Allah, tiada tuhan selain Dia, kepada-Nya aku bertawakkal, Dialah Pemilik ‘Arsy yang agung”. Talqin ini dianjurkan menurut mereka, diantara yang menyebutkan secara nash bahwa talqin itu dianjurkan adalah al-Qadhi Husein, al-Mutawalli, Syekh Nashr al-Maqdisi, ar-Rafi’i dan selain mereka171.
170 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa, juz.XXIV (Dar al-Wafa, 1426H), hal.296. 171 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V, hal.304. 145
يستحب أن يمكث على القبر بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغفر له نللص عليه الشافع ي واتفق عليه الصحاب قالوا ويستحب أن يقرأ عنده شللئ مللن القرآن وإن ختموا القرآن كان أفضل وقال جماعات من أصحابنا يستحب أن يلقن Dianjurkan berdiam diri sejenak di sisi kubur setelah pemakaman, berdoa untuk mayat dan memohonkan ampunan untuknya, demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash, disepakati oleh para ulama mazhab Syafi’i, mereka berkata: dianjurkan membacakan beberapa bagian al-Qur’an, jika mengkhatamkan al-Qur’an, maka lebih afdhal. Sekelompok ulama mazhab Syafi’i berkata: dianjurkan supaya ditalqinkan172.
Pendapat Syekh ‘Athiyyah Shaqar Mufti Al-Azhar: ، بل ينتفع به الحياء تذكر ة وعبر ة، أن هذا العمل ل يضر الحياء ول الموات . فل مانع منه Talqin tidak memudharatkan orang yang masih hidup dan orang yang sudah wafat, bahkan memberikan manfaat bagi orang yang masih hidup, peringatan dan pelajaran, maka tidak ada larangan membacakan Talqin untuk mayat173.
MASALAH KE-12: AMAL ORANG HIDUP UNTUK ORANG YANG SUDAH WAFAT.
Ibadah Haji. روى البخارى عن ابن عباس رضى الله عنهما أن امرأ ة من جهينة جاءت إلى إن أمى نذرت أن تحللج ولللم تحللج حللتى: النبى صلى الله عليه وسلم فقالت 172 Ibid., hal.294. 173 Fatawa al-Azhar, juz.VIII, hal.303. 146
أرأيت لو كللان علللى أمللك ديللن، حجى عنها، أفأحج عنها؟ قال "نعم، ماتت . " أكنت قاضيته ؟ اقضوا فالله أحق بالوفاء Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, seorang perempuan dari Juhainah datang menghadap Rasulullah Saw seraya berkata, “Sesungguhnya ibu saya bernazar untuk melaksanakan ibadah haji. Ia belum melaksanakan ibadah haji. Kemudian ia meninggal dunia. Apakah saya boleh menghajikannya?”. Rasulullah Saw menjawab: “Ya, laksanakanlah haji untuknya. Menurut pendapatmu, jika ibumu punya hutang, apakah engkau akan membayarkannya? Laksanakanlah, karena hutang kepada Allah lebih layak untuk ditunaikan”. ص ل ل صب وي س ص جل د ي ص ه قو ه ن ك ص ن ص ص س ل سأ و ع صر ه م ص ص-صلى الله عليه وسلم- ى ع س ن الن وب ل و عوبا ك ن اب س ل ع ل ص ص ص ص ص ص ص ص ه ص ه قال أ ح.« ة ن ت ص م ص م ص ج س ح ص قال » ص.ب للى ري ح ج ص ع س م س ن شب سهر ص قال » ص.ة شب سهر ص خ للى أ س وق ل ص ص ص س ص ص نص س ه ن ه قا ص.ل ل قا ص.« سك .« ة ج ص ج ص م ص ن ن صف ل ف ل ح و م ه ح و ل» ه ع س ع س شب سهر ص سك ث و Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw mendengar seorang laki-laki mengucapkan: “Aku menyambut panggilan-Mu untuk Syubrumah”. Rasulullah Saw bertanya: “Siapakah Syubrumah?”. Ia menjawab: “Saudara saya”, atau: “Kerabat saya”. Rasulullah Saw bertanya: “Apakah engkau sudah melaksanakan haji untuk dirimu sendiri?”. Ia menjawab: “Belum”. Rasulullah Saw berkata: “Laksanakanlah haji untuk dirimu, kemudian hajikanlah Syubrumah”. (HR. Abu Daud).
Puasa.
ص سو ص عائ ل ص صلى الله عليه- ه ن ص ص ش ص ل الل و ل أ و- رضى الله عنها- ة ن صر ه ع س ص- وسلم قا ص ه م ص و ص ه ل عل صي س ل صا ص صصيا ح ما ص م س ول لي ي ه عن س ه ن ص ل ص م ص ه ص ت ص Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang mati, ia masih punya hutang puasa, maka walinya (ahli warisnya) melaksanakan puasa untuknya”. (Hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, bahkan Imam Muslim memuatnya dalam Bab: Qadha’ Puasa Untuk Mayat). 147
?Apa pendapat ulama tentang hadits ini خصل د و ص قا ص هل سأ صصلة صثاب لصتة صل أ ص س فا ب صسين أ ص س عصلم ل فويات " :ص خصل ل ف ي " ال س ل ي ل ه ل ذ ل ه ل م س ل ال سب صي س ص ه ال س ص ص ق ي ص س س ي ص ص ه قا ص و ل: ع ف شا ال لى إ ه د ن س ب ق سا م ث ، ها ب مل ع ل ا ب ج و ف ها حت ص ف ي ديث ح ل ا ل ل ص ل ص ل ل ل ل ص ص ص و ص ص ص ص ص و ص ل ل ص ر ل ولص س ص و ص و و س ه خلفه ص ما ه خ ه ك ر ف ه صلى الله ص ح ص م ل دي ل ح ل علي س ل ذوا لبال ص ص و و ص ع س سل ص ل ص ي ص و ص ث ص ه ص قلت ص ن الن وب ل ر ض ته ص دولن ي . قل ه Imam al-Baihaqi berkata dalam al-Khilafiyyat: “Masalah ini (masalah puasa untuk mayat) adalah kuat, saya tidak mengetahui ada perbedaan di kalangan ahli hadits tentang keshahihannya, oleh sebab itu wajib diamalkan”. Kemudian al-Baihaqi menyebutkan dengan sanadnya kepada Imam Syafi’i, Imam Syafi’i berkata: “Semua yang aku katakan, ternyata ada hadits shahih dari nabi yang berbeda dengan itu, maka ambillah hadits, jangan ikuti pendapatku”174.
Kurban. Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: الضحية عن الغير ،فقد ثبت ف ي الصحيحين عن أنللس بللن مالللك رضلل ي الللله عنه قال" :ضحى النللب ي صلللى الللله عليلله وسلللم بكبشللين أملحيللن أقرنيللن، ذبحهما بيده ،وسمى وكبر ،ووضع رجله على صفاحهما" .ولحمد ملن حلديث أب ي رافع رض ي الله عنه "أن النللب ي صلللى الللله عليلله وسلللم كللان إذا ضللحى اشترى كبشين سمينين ،أقرنين أملحين ،فيذبح أحدهما ويقللول :اللهللم هللذا عن أمت ي جميعدا ،من شهد لك بالتوحيللد وشللهد للل ي بللالبلغ ،ثللم يذبللح الخللر ويقول :هذا عن محمد وآل محمد" .قال ف ي مجمع الزوائللد :إسللناده حسللن، وسكت عنه ف ي التلخيص. والضحية عباد ة بدنية قوامها المال ،وقد ضحى النب ي صلى الله عليه وسلللم عن أهل بيته وعن أمته جميعللدا ،ومللا مللن شللك فلل ي أن ذلللك ينفللع المضللحى عنهم ،وينالهم ثوابه ولو لم يكن كذلك لم يكن للتضحية عنهم فائد ة. Kurban untuk orang lain. Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah Saw berkurban dua ekor kambing kibasy putih bersih dan bertanduk. Rasulullah Saw menyembelih keduanya dengan tangannya sendiri, beliau sebut nama Allah dan bertakbir. Beliau letakkan salah satu kakinya ke salah satu sisi kambing itu”.
174 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari, juz. VI, hal. 212 148
Juga hadits riwayat Imam Ahmad dari hadits Abu Rafi’, sesungguhnya Rasulullah Saw apabila berkurban, beliau beli dua ekor kambing kibasy yang gemuk, bertanduk dan putih bersih. Beliau sembelih salah satunya dengan mengatakan, “Ya Allah, ini untuk ummatku semuanya yang bersaksi kepada-Mu dengan tauhid dan bersaksi terhadapku telah menyampaikan (risalah Islam)”. Kemudian menyembelih kambing berikutnya dengan mengatakan, “Ini untuk Muhammad dan keluarga Muhammad”. Dalam kitab Majma’ az-Zawa’id disebutkan, “Sanadnya hasan. (Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani) tidak memberikan komentar dalam kitab at-Talkhish. Kurban adalah ibadah badan, dasarnya adalah harta. Rasululullah Saw berkurban untuk keluarganya dan untuk ummatnya, semuanya. Tidak diragukan lagi bahwa kurban itu mendatangkan manfaat bagi mereka, mereka mendapatkan balasan pahalanya. Andai pahalanya tidak sampai kepada mereka, maka tidak ada gunanya kurban itu dilaksanakan Rasulullah Saw untuk mereka175.
Sedekah. عن سعد بن عباد ة قال قلت يا رسول الله إن أم ي ماتت أفأتصدق عنها قال . نعم قلت فأي الصدقة أفضل قال سق ي الماء Dari Sa’ad bin ‘Ubadah, ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah, sesungguhnya ibu saya meninggal dunia, apakah saya bersedekah untuknya?”. Rasulullah Saw menjawab: “Ya”. Saya bertanya: “Apakah sedekah yang paling utama?”. Rasulullah Saw menjawab: “Memberi air minum”. (Hadits riwayat an-Nasa’i, status hadits ini: hadits hasan menurut alAlbani).
Bukan Tradisi Hindu. Ada yang menuduh bahwa bersedekah untuk orang yang sudah meninggal selama tujuh malam itu tradisi Hindu. Benarkah demikian? Mari kita lihat riwayat kalangan Salaf tentang masalah ini, 175 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, juz.XVII (Dar al-Wathan, 1413H), hal.164 149
قال الما م أحمد بن حنبل رض ي الله عنه ف ي كتاب الزهد له حدثنا هاشم بن القاسم قال ثنا الشجع ي عن سفيان قال قال طاووس إن الموتى يفتنون ف ي قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك اليا م. Imam Ahmad bin Hanbal berkata dalam kitab az-Zuhd, “Hasyim bin alQasim meriwayatkan kepada kami, al-Asyja’i meriwayatkan kepada kami, dari Sufyan. Thawus berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang sudah mati itu diazab di kubur mereka selama tujuh hari, maka dianjurkan agar bersedekah makanan untuk mereka pada hari-hari itu”.
Komentar Imam as-Suyuthi: مسألة -فتنة الموتى ف ي قبورهم سبعة أيا م أوردها غير واحد من الئمة ف ي كتبهم فأخرجها الما م أحمد بن حنبل ف ي كتاب الزهد والحافظ أبو نعيم الصبهان ي ف ي كتاب الحلية بالسناد إلى طاووس أحد أئمة التابعين. وأخرجها ابن جريج ف ي مصنفه بالسناد إلى عبيد بن عمير وهو أكبر من طاووس ف ي التابعين بل قيل أنه صحاب ي وعزاها الحافظ زين الدين بن رجب ف ي كتاب أهوال القبور إلى مجاهد وعبيد بن عمير فحكم هذه الروايات الثل ث حكم المراسيل المرفوعة على ما يأت ي تقريره وف ي رواية عبيد بن عمير زياد ة أن المنافق يفتن أربعين صباحا .وهذه الرواية بهذه الزياد ة أوردها الحافظ أبو عمر بن عبد البر ف ي التمهيد والما م أبو عل ي الحسين بن رشيق المالك ي ف ي شر ح الموطأ وحكاه الما م أبو زيد عبد الرحمن الجزول ي من المالكية ف ي الشر ح الكبير على رسالة الما م أب ي محمد بن أب ي زيد والما م أبو القاسم بن عيسى بن ناج ي من المالكية ف ي شر ح الرسالة أيضا وأورد الرواية الولى والشيخ كمال الدين الدميري من الشافعية ف ي حيا ة الحيوان وحافظ العصر أبو الفضل بن حجر ف ي المطالب العالية .ذكر الرواية المسند ة عن طاووس قال الما م أحمد بن حنبل رض ي الله عنه ف ي كتاب الزهد له حدثنا هاشم بن القاسم قال ثنا الشجع ي عن سفيان قال قال طاووس إن الموتى يفتنون ف ي قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك اليا م .قال الحافظ أبو نعيم ف ي الحلية حدثنا أبو بكر بن مالك ثنا عبد الله بن أحمد ابن حنبل ثنا أب ي ثنا هاشم بن القاسم ثنا الشجع ي عن سفيان قال قال طاووس إن الموتى يفتنون ف ي قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعم عنهم تلك اليا م) .ذكر الرواية المسند ة عن عبيد بن عمير( :قال ابن جريج ف ي مصنفه عن الحار ث ابن أب ي الحار ث عن عبيد بن عمير قال يفتن رجلن مؤمن ومنافق فأما المؤمن فيفتن سبعا.
150
Permasalahan: azab terhadap orang-orang yang sudah wafat di kubur mereka selama tujuh hari, disebutkan oleh banyak imam dalam kitab mereka:
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab az-Zuhd. Al-Hafizh Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam kitab al-Hulyah dengan sanadnya kepada Imam Thawus, salah seorang imam dari kalangan Tabi’in (kalangan Salaf). Disebutkan Imam Ibnu Juraij dalam kitab al-Mushannaf karyanya dengan sanadnya kepada Imam ‘Ubaid bin ‘Umair dan ia lebih besar daripada Imam Thawus di kalangan Tabi’in, bahkan ada yang mengatakan ia seorang shahabat Nabi Muhammad Saw. Disebutkan al-Hafizh Zainuddin bin Rajab dalam kitab Ahwal alQubur, ia riwayatkan dari Imam Mujahid dan Imam ‘Ubaid bin ‘Umair.
Tiga riwayat ini dihukum sebagai riwayat Mursal Marfu’, sebagaimana akan disebutkan penjelasannya. Dalam riwayat Imam ‘Ubaid bin ‘Umair terdapat tambahan, “Sesungguhnya orang munafiq diazab empat pulu shubuh”. Dengan tambahan seperti inidisebutkan oleh:
Al-Hafizh Abu ‘Amr bin Abdilbarr dalam kitab at-Tamhid. Imam Abu Ali al-Husain bin Rasyiq al-Maliki dalam Syarh alMuwaththa’. Imam Abu Zaid Abdurrahman al-Jazuli dari kalangan Mazhab Maliki dalam kitab asy-Syarh al-Kabir ‘ala Risalah al-Imam Abi Muhammad bin Abi Zaid. Imam Abu al-Qasim bin Isa bin Naji dari kalangan Mazhab Maliki, juga dalam kitab asy-Syarh al-Kabir ‘ala Risalah al-Imam Abi Muhammad bin Abi Zaid. Beliau juga menyebutkan riwayat yang pertama (tanpa tambahan). Syekh Kamaluddin ad-Dumairi dari kalangan Mazhab Syafi’i dalam kitab Hayat al-Hayawan. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab al-Mathalib al-‘Aliyyah.
Riwayat dengan sanad yang lengkap dari Imam Thawus disebutkan oleh:
151
Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab az-Zuhd, “Hasyim bin alQasim meriwayatkan kepada kami, al-Asyja’i meriwayatkan kepada kami, dari Sufyan. Thawus berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang sudah mati itu diazab di kubur mereka selama tujuh hari, maka dianjurkan agar bersedekah makanan untuk mereka pada hari-hari itu”. Al-Hafizh Abu Nu’aim dalam al-Hulyah, “Abu Bakr bin Malik meriwayatkan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal meriwayatkan kepada kami, Bapak saya meriwayatkan kepada kami, Hasyim bin al-Qasim meriwayatkan kepada kami, al-Asyja’i meriwayatkan kepada kami, dari Sufyan, ia berkata, ‘Thawus berkata, ‘Sesungguhnya orang-orang yang sudah mati itu diazab di kubur mereka selama tujuh hari, maka dianjurkan agar bersedekah makanan untuk mereka pada hari-hari itu”.
Riwayat dengan sanad bersambung dari Imam ‘Ubaid bin ‘Umair: Imam Ibnu Juraij berkata dalam kitab al-Mushannaf karyanya, “Dari al-Harits bin Abi al-Harits, dari ‘Ubaid bin ‘Umair, ia berkata, ‘Dua orang diazab; orang beriman dan orang munafiq. Adapun orang yang beriman diazab selama tujuh hari176. Dari penjelasan Imam as-Suyuthi di atas jelaslah bahwa bersedekah untuk orang mati selama tujuh hari itu bukan tradisi agama Hindu, tapi tradisi kalangan Tabi’in dan Salafushshalih. Terlalu cepat menarik kesimpulan dengan teori pengaruh hanya karena ada suatu indikasi kesamaan adalah tindakan tidak ilmiah.
Bagaimana dengan hadits, “Jika manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya”? Jawaban Syekh Ibnu ‘Utsaimin: "إذا مات النسللان انقطللع:وهذا ل يعارض قول النب ي صلى الله عليه وسلم أو ولد صللالح يللدعو، أو علم ينتفع به، إل من صدقة جارية:عمله إل من ثل ث وإنمللا، لن المراد به عمل النسان نفسه ل عمل غيللره للله، رواه مسلم،"له جعل دعاء الولد الصالح من عمله؛ لن الولد من كسبه حيلث أنله هلو السللبب بخلف دعاء غير الولللد. فكأن دعاءه لوالده دعاء من الوالد نفسه،ف ي إيجاده فالسللتثناء الللذي فلل ي الحللديث،لخيه فإنه ليس من عمله وإن كان ينتفع به 176 Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.III, hal.266. 152
"انقطللع: ولهللذا لللم يقللل،من انقطاع عمل الميت نفسه ل عمللل غيللره للله . وبينهما فرق برين." "انقطع عمله:العمل له" بل قال Ini tidak bertentangan dengan hadits, “Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim). Karena maksudnya adalah, “Amal mayat itu terputus”. Bukan berarti amal orang lain terputus kepada dirinya. Doa anak yang shaleh dijadikan sebagai amal orang yang sudah meninggal, karena anak itu bagian dari amalnya ketika ia masih hidup, karena dia menjadi penyebab keberadaan anak tersebut. Seakan-akan doa anak untuk orang tuanya seperti doa orang tua itu terhadap dirinya sendiri. Berbeda dengan doa selain anak, misalnya doa saudara untuk saudaranya, itu bukan amal orang yang sudah wafat, tapi tetap mendatangkan manfaat baginya. Pengecualian yang terdapat dalam hadits ini, amal si mayat terputus, bukan amal orang lain terputus untuk mayat. Oleh sebab itu Rasulullah Saw tidak mengatakan, “Amal terputus untuk mayat”. Tapi Rasulullah Saw mengatakan, “Amal mayat itu terputus”. Perbedaan yang jelas antara dua kalimat ini177.
MASALAH KE-13: BACAAN AL-QUR’AN UNTUK MAYAT. الميت يصل إليه كل شئ من، قال أحمد بن حنبل:وف ي المغن ي لبن قدامة ولن المسلمين يجتمعون ف ي كل مصر، للنصوص الوارد ة فيه،الخير . فكان إجماعا،ويقرءون ويهدون لموتاهم من غير نكير Dalam kitab al-Mughni karya Ibnu Qudamah: Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Mayat, semua kebaikan sampai kepadanya, berdasarkan nash-nash yang ada tentang itu, karena kaum muslimin berkumpul di setiap tempat, membaca (al-Qur’an) dan menghadiahkan bacaannya 177 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, op. cit., hal.162. 153
kepada orang yang sudah meninggal tanpa ada yang mengingkari, maka ini sudah menjadi Ijma’178.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah. فصل :وأما القراء ة والصدقة وغيرهما من أعمال البر فل نللزاع بيللن علمللاء السنة والجماعة ف ي وصللول ثللواب العبللادات الماليللة كالصللدقة والعتللق كمللا يصل إليه أيضا الدعاء والستغفار والصل ة عليه صللل ة الجنللاز ة والللدعاء عنللد قبره. وتنازعوا ف ي وصول العمال البدنية :كالصو م والصل ة والقللراء ة والصللواب أن الجميع يصل إليه ،فقد ثبت ف ي الصحيحين عن النللب ي صلللى الللله عليلله و سلم أنه قال ] :من مات وعليه صيا م صا م عنه وليه [ وثبت أيضا ] :أنه أمر أمرأ ة ماتت أمها وعليها صو م أن تصو م عن أمها [ وف ي المسللند عللن النللب ي صلللى الللله عليلله و سلللم أنلله قللال لعمللر بللن العللاص ] :لللو أن أبللاك أسلللم فتصدقت عنه أو صمت أو اعتقت عنه نفعه ذلك [ وهللذا مللذهب أحمللد وأبلل ي حنيفة وطائفة من أصحاب مالك والشافع ي. وأما احتجاج بعضهم بقوله تعالى } وأن ليس للنسان إل ما سعى{ فيقال له قد ثبت بالسنة المتواتر ة وإجماع المة :أنه يصلى عليه ويدعى له ويستغفر للله وهذا من سع ي غيره ،وكذلك قد ثبت ما سلف من أنلله ينتفللع بالصللدقة عنلله والعتق وهو من سعى غيره وما كان من جللوابهم فلل ي مللوارد الجمللاع فهللو جواب الباقين ف ي مواقع النزاع وللناس ف ي ذلك أجوبة متعدد ة لكن الجواب المحقق ف ي ذلك أن الله تعالى لم يقل :إن النسللان ل ينتفللع إل بسعى نفسه وإنما قال } :ليس للنسان إل ما سللعى { فهللو ل يملللك إل سعيه ول يستحق غير ذلك وأما ما سللعى غيللره فهللو للله كمللا أن النسللان ل يملك إل مال نفسه ونفع نفسه فمال غيره ونفع غيره وهو كذلك للغير لكن إذا تبرع له الغير بذلك جاز. وهكذا هذا إذا تبرع له الغير بسعيه نفعه الله بذلك كما ينفعه بدعائه له والصدقة عنه وهو ينتفع بكل ما يصل إليه من كل مسلم سواء كان من أقاربه أو غيرهم كما ينتفع بصل ة المصلين عليه ودعائهم له عند قبره Pasal: adapun bacaan (al-Qur’an), sedekah dan amal kebaikan lainnya, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah tentang sampainya pahala ibadah bersifat harta seperti sedekah dan membebaskan (memerdekakan) hamba sahaya, sebagaimana sampainya doa, istighfar, shalat, shalat jenazah dan doa di kubur. 178 Syekh Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, juz: I, (Lebanon: Dar al-Kitab al-‘Araby, Lebanon), juz.I, hal.569.
154
Para ulama berbeda pendapat tentang sampainya pahala amal yang bersifat badani (fisik) seperti puasa, shalat dan bacaan al-Qur’an. Menurut pendapat yang benar, semua itu sampai kepada orang yang telah meninggal dunia. Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Siapa yang meninggal dunia, sedangkan ia masih memiliki kewajiban puasa, maka walinya melaksanakan puasa untuknya”. Dalam hadits lain, “Rasulullah Saw memerintahkan seorang perempuan yang ibunya telah meninggal dunia, sementara ibunya itu masih ada kewajiban puasa, agar anaknya itu berpuasa untuk ibunya”. Disebutkan dalam al-Musnad, dari Rasulullah Saw, beliau berkata kepada ‘Amr bin al-‘Ash, “Andai bapakmu masuk Islam, kemudian engkau bersedekah untuknya atau berpuasa untuknya atau memerdekakan hamba sahaya untuknya, maka semua itu bermanfaat baginya”. Ini menurut mazhab Imam Ahmad, Abu Hanifah, sekelompok ulama dari kalangan mazhab Maliki dan Syafi’i. Adapun sebagian mereka yang berdalil dengan ayat, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (Qs. an-Najm [53]: 39). Jawaban terhadap mereka, disebutkan dalam hadits Mutawatir dan Ijma’ kaum muslimin: bahwa orang yang telah meninggal dunia itu dishalatkan, didoakan dan dimohonkan ampunan dosa. Semua itu adalah perbuatan orang lain untuk dirinya. Demikian juga menurut riwayat yang terpercaya dari kalangan Salaf bahwa sedekah dan memerdekakan hamba sahaya bermanfaat bagi orang yang telah meninggal dunia, dan itu adalah perbuatan orang lain. Jawaban terhadap mereka yang berasal dari Ijma’ merupakan jawaban terhadap permasalahan-permasalahan lain yang diperdebatkan. Banyak jawaban dalam masalah ini, akan tetapi jawaban yang benar adalah bahwa Allah Swt tidak mengatakan, “Sesungguhnya manusia tidak mendapatkan manfaat kecuali dari usaha dirinya sendiri”. akan tetapi Allah Swt mengatakan, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (Qs. an-Najm [53]: 39). Manusia tidak memiliki melainkan apa yang telah diusahakannya, ia tidak memiliki selain daripada itu. Adapun apa yang diusahakan orang lain, maka itu milik orang lain, sebagaimana manusia tidak memiliki melainkan harta miliknya sendiri dan manfaat yang diusahakannya sendiri. Maka harta orang lain dan manfaat yang diusahakan orang lain juga adalah milik orang lain. Akan tetapi, jika seseorang menyumbangkan (harta/manfaat) tersebut kepada orang lain, itu bisa saja terjadi. 155
Demikian juga halnya jika seseorang menyumbangkan hasil usahanya kepada orang lain, maka Allah Swt menjadikannya bermanfaat bagi orang lain tersebut, sebagaimana doa dan sedekah seseorang bermanfaat bagi orang lain. Maka orang yang telah meninggal dunia memperoleh manfaat dari semua yang sampai kepadanya yang berasal dari semua muslim, apakah itu kerabatnya ataupun orang lain, sebagaimana ia mendapatkan manfaat dari shalat orang-orang yang melaksanakan shalat untuknya dan berdoa untuknya di kuburnya179. Pendapat Imam Ibnu Qayyim al-Jauziah Murid Imam Ibnu Taimiah: وأما قراء ة القرآن وإهداؤها له تطوعا بغير أجر ة فهذا يصل إليه كما يصل ثواب الصو م والحج Adapun bacaan al-Qur’an dan menghadiahkan bacaannya secara sukarela tanpa upah, maka pahalanya sampai sebagaimana sampainya pahala puasa dan haji180.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin. وإن أهدى النسان إلى الميت عمل د صالحا د كأن يتصدق بش يء ينويه للميت أو يصلى ركعتين ينويها للميت أو يقرأ قرآن ينوينه للميللت فل حللرج فلل ي ذلللك ولكن الدعاء أفضل من هذا كله لنه هلو اللذي أرشلد إليله النلب ي صللى اللله .عليه وسلم Jika seseorang menghadiahkan amal shaleh untuk mayat, misalnya ia bersedekah dengan sesuatu, ia niatkan untuk mayat, atau shalat dua rakaat ia niatkan untuk mayat, atau ia membaca al-Qur’an ia niatkan untuk mayat, maka tidak mengapa (boleh), tapi doa lebih afdhal dari semua itu, karena itulah yang ditunjukkan Rasulullah Saw181. 179 Imam Ibnu Taimiah, al-Fatawa al-Kubra, juz.III (Beirut: Dar al-Ma’rifah, Beirut), hal.63-64.
180 Ibnu Qayyim al-Jauziah, ar-Ruh fi al-Kalam ‘ala Arwah al-Amwat wa al-Ahya’ bi ad-Dala’il min al-Kitab wa as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1395H), hal. 142.
181 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, juz.XVI, hal.228 156
Bagaimana Hadits Yang Menyatakan Yang Mengalir Hanya Tiga Perkara? Yang lain terputus?
إه س م ي ين نت س س ن ان ن س ة وس ه جارهي س د صد سقس د ن ث سل س ث ه إ هل و ه فعي ب ههه وسوسل سد د ة س سا ي ت ال هن ن س عل ن د مل ي ي قط سعس ع س س ما س ذا س ث س م ن ه ح ي سد ن ي صال ه د عو ل س ي س “Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya”. (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i). Yang dimaksud
] ان س صputuslah amalnya. Maksudnya adalah: dengan kalimat: [ه ع ص قطص ص مل ه ه ع ص amal mayat tersebut terputus, terhenti, ia tidak dapat beramal lagi. Bukan amal orang lain kepadanya terputus, karena amal orang lain tetap mengalir kepadanya, seperti badal haji, shalat jenazah, doa dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan di atas berdasarkan hadits-hadits shahih. MASALAH KE-14: MEMBACA AL-QUR’AN DI SISI KUBUR. Rasulullah Saw bersabda, ) إذا مللات: يقول سمعت النب ي صلى الله عليه و سلم يقللول: عن ابن عمر أحدكم قل تحبسوه وأسرعوا به إلى قبره وليقرأ عند رأسلله بفاتحللة الكتللاب وعند رجليه بخاتمة البقر ة ف ي قبره Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Apabila salah seorang kamu meninggal dunia, maka janganlah kamu menahannya, segerakanlah ia ke kuburnya, bacakanlah di sisi al-Fatihah dan di sisi kedua kakinya akhir surat alBaqarah di kuburnya”.
Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani: أخرجه الطبران ي بإسناد حسن
157
Diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani dengan sanad Hasan182.
Pendapat Ulama Mazhab Syafi’i: Pendapat Imam Syafi’i: ، يستحب أن يقرؤوا عنده شيئا من القرآن: قال الشافع ي والصحاب . فإن ختموا القرآن كله كان حسنا: قالوا Imam Syafi’i dan para ulama Mazhab Syafi’i berkata, “Dianjurkan membaca sebagian al-Qur’an di sisi kubur. Mereka berkata, jika mereka mampu mengkhatamkan al-Qur’an secara keseluruhan, maka itu baik183.
Pendapat Imam an-Nawawi: واستحب العلماء قراء ة القرآن عند القبر لهللذا الحللديث لنلله إذا كللان يرجللى التخفيف بتسبيح الجريد فتلو ة القرآن أولى والله أعلم Para ulama menganjurkan membaca al-Qur’an di sisi kubur berdasarkan hadits ini (hadits tentang Rasulullah Saw menancapkan pelepah kurma). Karena, jika tasbih pelepah kurma saja diharapkan meringankan azab kubur, maka bacaan al-Qur’an lebih utama. Wallahu a’lam184. يستحب أن يمكث على القبر بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغفر له نللص عليه الشافع ي واتفق عليه الصحاب قالوا ويستحب أن يقرأ عنده شللئ مللن القرآن وإن ختموا القرآن كان أفضل وقال جماعات من أصحابنا يستحب أن يلقن Dianjurkan berdiam diri sejenak di sisi kubur setelah pemakaman, berdoa untuk mayat dan memohonkan ampunan untuknya, demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash, disepakati oleh para ulama 182 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz.III (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.184. 183 Imam an-Nawawi, al-Adzkar, hal.162. 184 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, Juz.III (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi, 1392H), hal.202. 158
mazhab Syafi’i, mereka berkata: dianjurkan membacakan beberapa bagian al-Qur’an, jika mengkhatamkan al-Qur’an, maka lebih afdhal. Sekelompok ulama mazhab Syafi’i berkata: dianjurkan supaya ditalqinkan185.
Dari Kalangan Ulama Mazhab Hanbali: Pendapat Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah: قال الخلل وأخبرن ي الحسن بن أحمد الوراق حدثنى على بن موسى الحللداد وكان صدوقا قال كنت مع أحمد بن حنبل ومحمد بللن قدامللة الجللوهرى فلل ي جناز ة فلما دفن الميت جلس رجل ضرير يقرأ عند القبر فقللال للله أحمللد يللا هذا إن القراء ة عند القبر بدعة فلما خرجنا من المقابر قال محمد بن قدامة لحمد بن حنبل يا أبا عبد الله مللا تقلول فل ي مبشللر الحللب ي قلال ثقلة قلال كتبت عنه شيئا قال نعم فأخبرن ي مبشر عن عبد الرحمللن بللن العلء اللجلج عن أبيه أنه أوصى إذا دفن أن يقرأ عند رأسه بفاتحة البقر ة وخاتمتها وقال سمعت ابن عمر يوص ي بذلك فقال له أحمد فارجع وقل للرجل يقرأ Al-Khallal berkata, “Al-Hasan bin Ahmad al-Warraq memberitahukan kepada saya, Ali bin Musa al-Haddad menceritakan kepada saya, ia seorang periwayat yang shaduq (benar), ia berkata, ‘Saya bersama Imam Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Qudamah al-Jauhari pada suatu pemakaman jenazah, ketika mayat itu telah dimakamkan, ada seorang laki-laki buta membaca al-Qur’an di sisi kepala jenazah. Lalu Imam Ahmad berkata kepadanya, “Wahai kamu, sesungguhnya membaca al-Qur’an di sisi kubur itu bid’ah”. Ketika kami keluar dari pekuburan, Muhammad bin Qudamah berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal, ‘Wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), apa pendapatmu tentang Mubasysyir al-Halabi?”. Imam Ahmad bin Hanbal menjawab, “Tsiqah (terpercaya). Muhammad bin Qudamah bertanya, “Apakah engkau ada menulis riwayat darinya?”. Imam Ahmad menjawab, “Ya”. Muhammad bin Qudamah berkata, “Mubasysyir telah memberitakan kepadaku dari Abdullah bin al-‘Ala’ al-Lajlaj, dari Bapaknya, sesungguhnya ia berpesan, apabila ia dikuburkan, agar dibacakan di sisi kepalanya awal surat al-Baqarah dan penutupnya. Ia berkata, ‘Aku telah mendengar Abdullah bin Umar berpesan seperti itu’. Imam Ahmad berkata, “Kembalilah, katakanlah kepada laki-laki itu agar terus membaca”. وقال الحسن بن الصبا ح الزعفران ي سألت الشافع ي عن القراء ة عند القبر فقال ل بأس بها 185 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V, hal.294. 159
Al-Hasan bin ash-Shabah az-Za’farani berkata, “Saya bertanya kepada Imam Syafi’i tentang membaca al-Qur’an di sisi kubur”. Imam Syafi’i menjawab, “Boleh”. وذكر الخلل عن الشعب ي قال كانت النصار إذا مات لهم الميت اختلفوا إلى قبره يقرءون عنده القرآن Al-Khallal menyebutkan riwayat dari asy-Sya’bi, ia berkata, “Orang-orang Anshar itu, apabila ada yang meninggal dunia diantara mereka, maka mereka datang ke kuburnya, mereka membacakan al-Qur’an di sisi kuburnya”. قال وأخبرن ي أبو يحيى الناقد قال سمعت الحسن بن الجروى يقول مررت على قبر أخت ل ي فقرأت عندها تبارك لما يذكر فيهللا فجللاءن ي رجللل فقللال إنى رأيت أختك ف ي المنا م تقول جزى الله أبا على خيللرا فقللد انتفعللت بمللا قرأ Al-Khallal berkata, “Abu Yahya an-Naqid memberitakan kepada saya, ia berkata, ‘Saya mendengar al-Hasan bin al-Jarawi berkata, ‘Saya melewati kubur saudari saya, lalu saya bacakan surat al-Mulk karena riwayat tentang surat al-Mulk. Lalu datang seorang lakilaki kepada saya dan berkata, ‘Sesungguhnya aku melihat saudarimu dalam mimpi, ia berkata, ‘Semoga Allah Swt memberikan balasan kebaikan kepada Abu Ali, aku mendapatkan manfaat dari apa yang telah ia baca”. أخبرن ي الحسن بن الهيثم قال سمعت أبا بكر بللن الطللروش ابللن بنللت أبلل ي نصر بن التمار يقول كان رجل يج يء إلى قبر أمه يو م الجمعة فيقللرأ سللور ة يس فجاء ف ي بعض أيامه فقرأ سور ة يس ثللم قللال اللهللم إن كنللت قسللمت لهذه السور ة ثوابا فاجعله ف ي أهل هذه المقابر فلما كان يو م الجمعة الللت ي تليها جاءت امرأ ة فقالت أنت فلن ابللن فلنللة قللال نعللم قللالت إن بنتللا للل ي ماتت فرأيتها ف ي النو م جالسة على شفير قبرها فقلت ما أجلسللك هللا هنللا فقالت إن فلن ابن فلنة جاء إلى قبر أمه فقللرأ سللور ة يلس وجعللل ثوابهللا لهل المقابر فأصابنا من رو ح ذلك أو غفر لنا أو نحو ذلك Al-Khallal berkata, “Al-Hasan bin al-Haitsam memberitakan kepada saya, ia berkata, ‘Saya telah mendengar Abu Bakar bin al-Athrasy bin Binti Abi Nadhr bin at-Tamar berkata, ‘Ada seorang laki-laki datang ke kubur ibunya pada hari Jum’at, lalu ia membacakan surat Yasin. Kemudian pada hari lain ia membacakan surat Yasin. Kemudian ia mengatakan, ‘Ya Allah, jika Engkau memberikan balasan pahala untuk bacaan surat Yasin ini, maka jadikanlah ia untuk para penghuni pekuburan ini’. Pada hari Jum’at berikutnya, ada seorang perempuan datang, ia berkata, ‘Apakah engkau fulan anak si fulanah?’. Laki-laki itu menjawab, ‘Ya’. Perempuan itu berkata, ‘Sesungguhnya anak perempuan saya telah meninggal dunia, saya melihatnya dalam mimpi, ia duduk di tepi kuburnya’. Lalu saya bertanya, ‘Apa yang membuatmu duduk di sini?’. Ia menjawab, ‘Sesungguhnya si fulan anak fulanah datang ke kubur ibunya, ia telah membaca surat
160
Yasin dan ia jadikan balasan pahalanya untuk para penghuni pekuburan ini, maka kami mendapatkannya’, atau, ‘Allah memberikan ampunan untuk kami’, atau seperti itu186. Pendapat Imam al-Buhuti: خ ض ب ال س ص علل ه ع ص و مللا ي ه ص ف ص فلل ه ت ل مي ض ك ما ه ف س ن بل ص ج ه و ه س و عن سلل ه ل) ص ر ص لي ص ذا ل وي ص ل ول صلل س ه ص ر) ص ص ن ( ل لصزائ ل ل قب س ل با سل ص س س س س ص ص ص .ي ر للا خ ب ل ا ه ر لل ك ذ ة د لل ي ر ب ه لل ب للى ص و أ و ، ر لل ب خ ل ل ( ر لل ب ق ل ا ف ي ة ب ط ر ة د ري ج ل ع ج ص ص ص ل ل ل ك ك ه ص س ه ص س ص ص ص س ص ل ي ص ه ص س ص ل بل ص ص ل ل ل ل ص ص ي ال س ص هإ ص ف ي الت و س ر لل ص فيلل ه خ ل ة ل و ل ريدص ل قصراءص ك و ) بل ل ر ال س ص ة للن و ه عن سدصهه ( أ س ذا هر ل ر ص و ( لص س ) ص ج ص ج ل خب ص ل قب س ل ذك س ك ص ص ص ه ص ها ص بإ ص ن ن ص و ص ذا ده ل فال س ل سلبي ل تأ س كا ص ح ي ست ص ص مي ضلل ه ن يه س ح ص ب لت ص س ف ص ع س ن ال س ص رو أن و ه ع س وصلى ص قصراءص ةه أ س م ك ن اب س ل س ص واهه الولل ص ص ة ال سب ص ص ه بل ص يص س ي و ص قصرأ ل قصر ل سوصر ل ح ل س ل عن سدص صرأ ل فات ل ص مت ل ص ة ه خات ل ص صر ص، ها ة ص كائ ل ي Wajib beriman kepada azab kubur. Dianjurkan bagi orang yang berziarah ke kubur agar melakukan perbuatan yang dapat meringankan azab kubur, walaupun hanya sekedar meletakkan pelepah kurma basah di kubur berdasarkan khabar. Diwasiatkan oleh alBuraidah agar melakukan itu. Disebutkan oleh Imam al-Bukhari. Meskipun hanya sekedar zikir dan membaca al-Qur’an di sisi kubur berdasarkan khabar tentang pelepah kurma. Jika dengan tasbih pelepah kurma diharapkan meringankan azab kubur, tentulah bacaan al-Qur’an lebih utama. Diriwayatkan dari Ibnu Umar, sesungguhnya ia menganjurkan apabila ia dikuburkan agar dibacakan di sisi kepalanya awal surat alBaqarah dan penutup surat al-Baqarah, diriwayatkan oleh al-Alka’i187. Pendapat Syekh Sayyid Sabiq Dalam Fiqh Sunnah: فذهب إلى استحبابها،اختلف الفقهاء ف ي حكم قراء ة القرآن عند القبر ووافقهما،الشافع ي ومحمد بن الحسن لتحصيل للميت بركة المجاور ة . أنه ل بأس بها: ويرى أحمد،القاض ي عياض والقراف ي من المالكية .وكرهها مالك وأبو حنيفة لنها لم ترد بها السنة Para ahli fiqh berbeda pendapat tentang hukum membaca Qur’an di sisi kubur. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Muhammad bin al-Hasan hukumnya dianjurkan, karena berkah dekatnya pembacaan al-Qur’an dengan kubur. Pendapat ini disetujui oleh al-Qadhi ‘Iyadh dan al-Qurafi dari kalangan mazhab Maliki. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal: boleh. Menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah (Hanafi): Makruh, karena tidak terdapat dalam sunnah188.
186 Ibnu Qayyim al-Jauziah, ar-Ruh fi al-Kalam ‘ala Arwah al-Amwat wa al-Ahya’ bi ad-Dala’il min al-Kitab wa as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1395H), hal.11.
187 Imam al-Buhuti, Syarh Muntaha al-Iradat, juz.III, hal.16. 188 Syekh Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, juz: I, (Lebanon: Dar al-Kitab al-‘Araby, Lebanon), hal.559. 161
MASALAH KE-15: KEUTAMAAN SURAT YASIN. Hadits Pertama: حللدثنا حجللاج بللن، حدثنا إسللحاق بللن أبلل ي إسللرائيل:وقال الحافظ أبو يعلى قللال: سمعت أبللا هريللر ة يقللول: عن الحسن قال، عن هشا م بن زياد،محمد . "من قرأ يس ف ي ليلة أصللبح مغفللودرا للله:رسول الله صلى الله عليه وسلم ." "حم" الت ي فيها الدخان أصبح مغفودرا له:ومن قرأ Al-Hafizh Abu Ya’la berkata, “Ishaq bin Abi Isra’il meriwayatkan kepada kami, Hajjaj bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, dari Hisyam bin Ziyad, dari al-Hasan, ia berkata, ‘Saya mendengar Abu Hurairah berkata, ‘Rasulullah Saw bersabda, ‘Siapa yang membaca surat Yasin pada suatu malam, maka pada pagi harinya ia diampuni. Dan siapa yang membaca surat Ha Mim yang di dalamnya ada ad-Dukhan, maka pada pagi harinya ia diampuni”. Imam Ibnu Katsir memberikan komentar: [ إسناد جيد. ] Sanad Jayyid (baik)189. Hadits Kedua: Selanjutnya Imam Ibnu Katsir menyebutkan hadits, ، حدثنا سليمان التيم ي، حدثنا ابن المبارك، حدثنا عار م:ثم قال الما م أحمد قال:سار قال ع ل م س قل بن ي ص ص عن ص،عن أبيه-وليس بالنهدي- عن أب ي عثمان . يس:يعن ي- " "اقرؤوها على موتاكم:رسول الله صلى الله عليه وسلم والنسائ ي ف ي "اليو م والليلة" وابن ماجه من حديث عبد الله،ورواه أبو داود عن معقل بن، عن أب ي عثمان: به إل أن ف ي رواية النسائ ي،بن المبارك .يسار Kemudian Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “’Arim meriwayatkan kepada kami, Ibnu al-Mubarak meriwayatkan kepada kami, Sulaiman at-Taimi meriwayatkan kepada kami, dari Abu ‘Utsman –bukan anNahdi-, dari Bapaknya, dari Ma’qil bin Yasar. Ia berkata, ‘Rasulullah Saw bersabda, ‘Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sudah mati diantara kamu’. Maksudnya adalah bacakanlah surat Yasin. Diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasa’i dalam al-Yaum wa al-Lailah, 189 Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, juz.VI (Dar Thibah li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1420H), hal.561. 162
Ibnu Majah dari Abdullah bin al-Mubarak, hanya saja dalam riwayat anNasa’i disebutkan: dari Abu ‘Utsman, dari Ma’qil bin Yasar. Komentar Imam Ibnu Katsir: أنها ل تقرأ عند أمر: من خصائص هذه السور ة:ولهذا قال بعض العلماء ، وكأن قراءتها عند الميت لتنزل الرحمة والبركة.عسير إل يسره الله . والله أعلم،وليسهل عليه خروج الرو ح Oleh sebab itu sebagian ulama berkata: “Diantara keistimewaan surat ini (surat Yasin), sesungguhnya tidaklah surat Yasin dibacakan pada suatu perkara suit, malainkan Allah Swt memudahkannya. Seakanakan dibacakannya surat Yasin di sisi mayat agar turun rahmat dan berkah dan memudahkan baginya keluarnya ruh”, wallahu a’lam190.
Hadits Keempat:
حديث من قرأ يس ابتغاء وجه الله غفر له Hadits: “Siapa yang membaca surat Yasin karena mengharapkan keagungan Allah Swt, maka Allah Swt mengampuninya”.
Komentar Imam asy-Syaukani: رواه البيهق ي عن أب ي هرير ة مرفوعا وإسناده على شرط الصحيح وأخرجه أبو نعيم وأخرجه الخطيب فل وجه لذكره ف ي كتب الموضوعات Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Abu Hurairah, hadits Marfu’, sanadnya menurut syarat shahih. Disebutkan Imam Abu Nu’aim, juga disebutkan Imam al-Khathib al-Baghdadi, tidak perlu disebutkan dalam kitab-kitab hadits palsu191. Andai hadits-hadits ini dha’if, tetap bisa diamalkan sebagai fadha’il amal. Tentang beramal dengan hadits dha’if, lihat masalah keempat. 190 Ibid., juz.VI, hal.562.
191 Imam asy-Syaukani, al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1407H), hal.303. 163
Membaca Surat al-Kahfi Hari/Malam Jum’at. Tidak hanya membaca surat Yasin, tapi hadits lain menyebutkan keutamaan membaca surat al-Kahfi malam Jum’at. Dalam hadits disebutkan,
من قرأ سور ة الكهف ف ي يو م الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين “Siapa yang membaca surat al-Kahfi pada hari Jum’at, ia diterangi cahaya antara dua Jum’at”. (HR. an-Nasa’i dan al-Baihaqi) Dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa atTarhib.
MASALAH KE-16: MEMBACA AL-QUR’AN BERSAMA. Pendapat Imam an-Nawawi : ل كراهة ف ي قراء ة الجماعة مجتمعين بل ه ي مستحبة Tidak makruh membaca (al-Qur’an) berjama’ah bersama-sama, bahkan dianjurkan192.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah: ص ن ما ل سن ص ح م ل ة ل ن ل ة ل و ل داصر ل قصراءص ل و ل داصر ل م س ة اسل ل ص ر ال س ه ة ص قصراءص ةه اسل ل ص قصراءصت ه ه ح ص عي ص م س جت ص ص م ه ه س عل ص ص ء ص ص عن سدص أك سث ص ل د ت و ص ب وا ل ح ك ك ص ل ص س Qira’at al-Idarah itu baik menurut mayoritas ulama. Diantara bentuk Qira’at al-Idarah adalah mereka membaca (al-Qur’an) bersama-sama dengan satu suara193. 192 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.II, hal.166. 193 Imam Ibnu Taimiah, al-Fatawa al-Kubra, juz.V (Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1408H), hal.344. 164
Pendapat Imam al-Buhuti al-Hanbali: د ما ص وا ل وصل ت هك سصرهه ل ح ك و ك ع ك قصراءص ةه ص ج ص ة بل ص ت ص ص س ص Tidak makruh membaca (al-Qur’an) berjamaah dengan satu suara194.
MASALAH KE-17: TAWASSUL. Makna Tawassul menurut Bahasa: Mendekatkan diri. تقوربت إليه: بمعنى،توسلت إلى فلن بكذا “Saya bertawassul kepada si fulan dengan anu”. Maknanya: “Saya mendekatkan diri kepadanya”195. Makna Wasilah: ه ي الت ي يتوصل بها إلى تحصيل المقصود:والوسيلة Wasilah adalah: sesuatu yang dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan196. 194 Imam al-Buhuti al-Hanbali, Syarh Muntaha al-Iradat, juz.II, hal.97. 195 Tafsir ath-Thabari, juz.X, hal.290 165
Ber-tawassul Dengan Amal Shaleh. ص سلو ص قا ص ه -ص لى اللله مصر -رضى الله عنهما - ن ه ل ص ل الولل ل س ل عسبد الل و ل م س ع ه ت صر ه ص ه بس ص ع ص ص ن ص ن ص عليه وسلم -ي ص ه قو ه ت ق ث صل صث ص ه ة صر س ط ل ه ك كا ص م ص مب ليلل ص م س وا ال س ص قب سل صك هلل س م و ل » ان سطصل ص ص و ه حت وللى أ ص ت ص ص إ لصلى ص ف ص غاصر ص ل ص خهلوهه ،ص ر ص ه م ال س ص ص س فدص ص خصر ةح ل ن ال س ص فان س ص سدو س حدصصر س ف ص م ص قاهلوا إ لن و ه ه ه ت ص جب ص ل غا ك علي س ل ص ص ف ص م .ص جلل ح قللا ص ل ص س حأ س ن ت صدس ه ن ص خصر ل ذ ل ه ل م ل ة إ لل و أ س ل صر ه م س مللال لك ه س ع ص عوا الل ولل ص جيك ه س ه بل ص ه ال و ل ص ي هن س ل صللال ل ل ص ص ص م ص ول ص ت لص أ س ق ص ن ص شي س ص مللا أ س ل كا ص وك هن سلل ه قب سل ص ه م الل و ه من س ه ه ص غب للل ه ه و ه ه هل د ص ن ،ص ن ك صب ليللصرا ل خا ل وا ل ن للى أب ص ص ه ص ص ص ص ص ص د ص ص ص ص ت لل ب ل ح ف ، للا م نا للى ت ح للا م ه ي ل ع ح ر أ م لل ل ف ، ما و ي ك ء ى ش ب ل ط فى بى أى ن ف ، ل ما ل ص و ص ص س ه ص ص س ل س ص س ل ص س ص س د ص ل ل ص ص ص ص ص ص د د س ص ص ص ص مللال ، مللا أ س ر س تأ س و ص هلل ه ق قب سل ه جللدست ه ه مللا غهبوق ه لص ه و ص ه ص ن أغب للل ص ما ن صللائ ل ص ه ص ه ص ه ص هل أ س ن ص مللا ف ص وك ل مي س ل ص ق ص سللت صي س ص جللهر ،ص حت وللى ب صللصرقص ال س ص سلتي ص وال س ص ص ظا ح ص ف س ما ص قدص ه فل صب لث س ه فا س قاظص ه ى أن ست صظلهر ا س ه ص عصلى ي صدص و ت ص ه ص ت ذصل ل ص رصبا ص ف ص ك ص ت ص غهبو ص ص ف ص ن ك اب ست ل ص ج ص م إل س مللا ن ص س فضر س و س ف ص عل س ه ن ك هن س ه ما ،الل و ه ق ه حلل ه عونا ص ه و ه ص غاءص ص ش ل ج ل ج« .ص فان س ص ة ،ص قا ص ت ص ى- ن ال س ه ص س ن ص ل ست ص ل خصر ل ذ ل ه ل ه ل في ل عو ص خهرو ص طي ه فصر ص ج س شي سدئا ل ص ي ص س م س ه ال و ل الن وب ل ي ص و ص ص ص ص ب وقال ال ص ت ص حلل و تأ ص م كللان ص س ت ل لللى ب لن سلل ه م كان ص س خهر الل ه علل ي ه و صلى الله عليه وسلم » -ص ص الوناس إل صى ،ص ص ص ص س ن ها ص سللن ص ح ة ل ت ل ن ن صف ل من ضللى ص مت صن ص ص ملل س ع س هللا ص ت بل ص س ص فأصردست ه ص ملل ص ع س حت وللى أل و ها ،فا س ل ل و ص ص ض ص ص ص ص ص ع س ن ن ته ص ر ص جاءصت سلنى فأ س مائ ص ها ل و ل على أ س ن،ف ص عطي ست ه ص ال ض وب صسيلل ص ري ص سلني ص ى ب صي سلنللى ص ن ص خل ص ة لديصنا ك ش ل ص ه س ص ص ص ص م إ لل و ص ص ه ص ص ص ص نص س ح ي حوتى إ ل ص ض ال ص ت ص تلأ ل ف ل ل لللك أ س ت ص ها ،فف ص ذا قدصسر ه ها قال س عل س علي س ص س ص خللات ص ص ن ت صفلل و ص صصر س ها ،ص و ه ه .ص ح ض ى ت ص ع ص و س ت ل ق ل حلل ي ىأ ص حور س فت ص ص بل ص ف ه ج ه عن س ص عل صي س ص م ص فان س ص ها ص ن ال س ه س إ لل صلل و ه ص ب الن وللا ل قو ل ص س و ص و ه س ص ص س ص ص ج ت ذصل لك اب ست ل ص ذى أ س ت الذو ص ب ال ل م إل س هك فافهر س و س تف ص ه ص عل ه ن كن س ه وت صصرك ه ها ،الل ه عطي ست ه ص ه و غاءص ص ص ج ل ص س ص ص ص ص هللا . ن ال ه ص س ص ن ل ج ل ست ص ل ج ل في ل عو ص خهرو ص طي ه ه .فان سفصر ص ما ن ص س من س ص م ل يص س خصر ةه ،غي سصر أن و ه ح ه ه س عونا ص ت ال و ه س و و ص ص قا ص قا ص ل الوثال ل ه جللصراءص تأ ص ست صأ ص جسر ه م إ لضنى ا س ث الل ه ه و ى -صلى الله عليه وسلم -ص ل الن وب ل ي ص ص ص ص و ص ص ص ب ص ص حت وللى فأ س وذص ص وا ل جصر ه د ت صصرك ال ل ح ك جلصرهه ص تأ س هل ص م ،غي سصر صر ه مأ س ملسر ه عطي ست ه ه فث ص و ذى ل ه ه س ه س ه ص ل ص ج ك ص ص ص س ص و ص ف ه رى .ص ف ص ن ص ل ،ص قا ص وا ه ت ل صيا ص عدص ل عب سدص الل ل ت ل ىأ س جاءصلنى ب ص س ف ص كث هصر س قل ه ه ال س من س ه م ص ه أدض إ لل و ج ل حي ك ص و س س ص ف ص ق .ص والب ص ص قا ص ه كه ي ه وال ص ل صيا ص والور ل عب سدص الل ل رك ل ما ت صصرى ل نأ س م ص م س ل ص لص ه غن صم ل ص ر ص ل ص ن ال لب ل ل ق ل ج ل قي ل ص م ي صت سللهر س ئ بل ص ه ص سصتا ص ه ص ك .ص ف ه ئ لبى .ص ز ه ز س ك فأ ص ص قل س ه فا س ست ص س ت إ لضنى ل ص أ س ست ص س ل ص تص س فل صلل س ق ه خذصهه ك هل و ه ه ل ه ل ه ص ت ذصل ل ص فا س ك ص ت ص م ص ه ص ه. ك اب ست ل ص ج ص ن ل فيلل ل ل فإ ل س ما ن ص س فهر س و س ف ص عل س ه ن ك هن س ه شي سدئا ،الل و ه ح ه عونا ص ه و من س ه غاءص ص ج ل خصر ةه ص فان س ص ص م ه ن. ف ص ص س ج ل شو ص خصر ه فصر ص جوا ي ص س ت ال و Abdullah bin Umar berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga orang sebelum kamu melakukan perjalanan, lalu mereka bernaung di sebuah gua, mereka masuk ke dalamnya, lalu ada satu buah batu besar jatuh dari atas bukit dan menutup pintu gua itu. Mereka berkata: “Tidak ada yang dapat menyelamatkan kamu dari batu besar ini kecuali kamu berdoa kepada Allah dengan amal shaleh kamu. Salah satu dari mereka bertiga berkata: “Ya Allah, saya mempunyai dua orang tua yang sudah tua renta, tidak seorang pun yang lebih saya dahulukan daripada mereka berdua, baik dalam 196 Tafsir Ibn Katsir, juz.III, hal.103 166
urusan keluarga maupun harta. Suatu hari mereka meminta sesuatu kepada saya. Saya belum menyenangkan mereka hingga mereka tertidur. Maka saya siapkan susu untuk mereka berdua, saya dapati mereka berdua sudah tertidur, saya tidak ingin lebih mendahulukan yang lain; keluarga dan harta daripada mereka berdua. Maka saya terdiam, cangkir berada di tangan saya, saya menunggu mereka berdua terjaga, hingga terbit fajar. Mereka berdua pun terjaga, lalu mereka minum. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu untuk mengharapkan kemuliaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari dalam gua ini dan dari batu besar ini”. Maka gua itu terbuka sedikit, mereka belum bisa keluar. Orang kedua berkata: “Ya Allah, saya mempunyai sepupu perempuan, dia orang yang paling saya cintai, saya menginginkan dirinya. Ia menahan dirinya hingga berlalu beberapa tahun lamanya. Ia datang kepada saya, lalu saya beritakan seratus dua puluh Dinar kepadanya agar ia mau berdua-duaan dengan saya. Ia pun melakukannya, sampai saya mampu untuk melakukan sesuatu terhadapnya. Ia berkata: “Aku tidak halalkan bagimu untuk melepas cincin kecuali dengan kebenaran”. Saya merasa berat untuk melakukan sesuatu terhadapnya. Maka saya pun pergi meninggalkannya, padahal ia orang yang paling saya cintai, saya pun meninggalkan uang emas yang telah saya berikan. Ya Allah, jika yang saya lakukan itu untuk mengharapkan kemuliaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari dalam gua ini”. Maka pintu gua itu pun terbuka sedikit, hanya saja mereka masih belum mampu keluar. Orang yang ketiga berkata: “Ya Allah, saya mempekerjakan para pekerja, saya memberikan gaji kepada mereka. Hanya saja ada seorang laki-laki yang tidak mengambil gajinya, ia pergi. Maka saya mengembangkan gajinya hingga menjadi harta yang banyak. Lalu setelah berapa lama ia datang lagi dan berkata: “Wahai hamba Allah, bayarkanlah gaji saya”. Saya katakana kepadanya: “Semua yang engkau lihat ini adalah dari gajimu; ada unta, lembu, kambing dan hamba sahaya”. Pekerja itu berkata: “Wahai hamba Allah, janganlah engkau mengejek”. Saya jawab: “Saya tidak mengejekmu”. Maka pekerja itu pun mengambil semuanya, ia membawanya, tidak meninggalkan walau sedikit pun. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu untuk mengharapkan kemuliaan-Mu, maka lepaskanlah kami dari gua ini”. Maka batu besar itu pun bergeser (gua terbuka), lalu mereka pun pergi keluar melanjutkan perjalanan”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). 167
Ber-tawassul Dengan Nabi Muhammad Saw. Riwayat Tentang Ber-tawassul Sebelum Nabi Muhammad Saw Lahir ke Dunia. قال رسول الله صلى الله عليله و: عن عمر بن الخطاب رض ي الله عنه قال لما اقترف آد م الخطيئة قال يا رب أسألك بحق محمد لما غفللرت للل ي: سلم يا رب لنك لمللا: يا آد م و كيف عرفت محمدا و لم أخلقه ؟ قال: فقال الله خلقتن ي بيدك و نفخت ف ي من روحك و رفعللت رأسلل ي فرأيللت علللى قللوائم العرش مكتوبا ل إله إل الله محمد رسللول الللله فعلمللت أنللك لللم تضللف إلللى صللدقت يللا آد م إنلله لحللب الخلللق إللل ي: اسمك إلى أحب الخلللق فقللال الللله ادعن ي بحقه فقد غفرت لك و لول محمد ما خلقتك Dari Umar bin al-Khattab, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Ketika Adam melakukan kesalahan, ia berkata: “Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu berkat kebenaran Muhammad, ketika Engkau mengampuni aku”. Allah berkata: “Wahai Adam, bagaimana engkau mengenal Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?”. Nabi Adam as menjawab: “Ya Allah, karena ketika Engkau menciptakan aku dengan tangan-Mu dan Engkau tiupkan ke dalam diriku dari ruh-Mu dan aku engkat kepalaku, aku lihat di tiang ‘Arsy tertulis: ‘Tiada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah’. Maka aku pun mengetahui bahwa Engkau tidak akan menambahkan sesuatu kepada nama-Mu melainkan nama orang yang paling Engkau cintai”. Allah berfirman: “Engkau benar wahai Adam, sesungguhnya Muhammad itu makhluk yang paling aku cintai. Berdoalah berkat dirinya, Aku telah mengampuni engkau. Kalaulah bukan karena Muhammad, maka Aku tidak akan menciptakan engkau”. Ulama berbeda pendapat tentang hadits ini. Adz-Dzahabi menyatakan ini hadits palsu. Akan tetapi Imam al-Hakim menyebutkan hadits ini dalam al-Mustadrak, ia nyatakan shahih. Disebutkan al-Hafizh as-Suyuthi dalam al-Khasha’ish an-Nabawiyyah, ia nyatakan shahih. Disebutkan al-Baihaqi dalam Dala’il an-Nubuwwah, padahal Imam alBaihaqi tidak meriwayatkan hadits palsu, begitu ia nyatakan dalam muqaddimah kitabnya. Juga dinyatakan shahih oleh Imam alQasthallani dan az-Zarqani dalam al-Mawahib al-Ladunniyyah, as-Subki dalam Syifa’ as-Saqam.
168
Imam Ibnu Taimiah Berdalil Dengan Hadits Yang Semakna Dengan Hadits Ini: وقد روى أن الله كتب اسمه على العرش وعلى مللا فلى الجنللة ملن البللواب والقباب والوراق وروى فى ذلك عد ة آثار توافق هذه الحاديث الثابتة الللتى تبين التنويه باسمه وإعلء ذكره حينئللذ وقلد تقللد م لفلظ الحللديث اللذى فللى المسند عن ميسر ة الفجر لما قيل له متى كنللت نبيللا قللال وآد م بيللن الللرو ح والجسد وقد رواه أبو الحسين بن بشران من طريق الشلليخ أبللى الفللرج بللن الجوزى فى الوفا بفضائل المصطفى حدثنا أبو جعفر محمد بن عمرو حللدثنا احمد بن اسحاق بن صالح ثنا محمد ابن صالح ثنا محمد بن سنان العوفى ثنا ابراهيم بن طهمان عن يزيد بن ميسر ة عن عبد الله بن سفيان عن ميسللر ة قال قلت يا رسول الله متى كنت نبيا قال لما خلق الله الرض واستوى إلى السماء فسواهن سبع سموات وخلق العرش كتب على سللاق العللرش محمللد رسول الله خاتم النبياء وخلللق الللله الجنللة الللتى أسللكنها آد م وحللواء فكتللب اسمى على البواب والوراق والقباب والخيا م وآد م بين الرو ح والجسد فلما أحياه الله تعالى نظر الى العرش فرأى اسمى فأخبره الللله انلله سلليد ولللدك فلما غرهما الشيطان تابا واستشفعنا باسمى إليه وروى أبو نعيم الحافظ فى كتاب دلئل النبو ة ومن طريق الشيخ أبى الفرج حدثنا سليمان بن أحمد ثنا أحمد بن رشدين ثنا أحمد بللن سللعيد الفهللرى ثنللا عبد الله بن اسماعيل المدنى عن عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن أبيه عللن عمر بن الخطاب قال قال رسول الللله لمللا أصللاب آد م الخطيئللة رفللع رأسلله فقال يا رب بحق محمد إل غفرت لى فللأوحى اليلله ومللا محمللد ومللن محمللد فقال يا رب إنك لملا أتممللت خلقللى رفعلت رأسللى الللى عرشلك فلإذا عليله مكتوب ل إله ال الله محمللد رسللول الللله فعلمللت أنلله أكللر م خلقللك عليللك إذ قرنت اسمه مع اسمك فقال نعم قد غفرت لك وهو آخر النبياء مللن ذريتللك ولوله ما خلقتك فهذا الحللديث يؤيلد اللذى قبل ه وهملا كالتفسلير للحلاديث الصحيحة Diriwayatkan bahwa Allah telah menuliskan nama Muhammad di ‘Arsy, di surga, di pintu-pintunya, di kubah-kubahnya dan di dedaunannya. Diriwayatkan beberapa riwayat yang sesuai dengan hadits-hadits shahih yang menjelaskan agar mengagungkan nama Muhammad dan memuliakan sebutannya pada saat itu. Telah disebutkan sebelumnya lafaz hadits yang terdapat dalam al-Musnad, dari Maisarah al-Fajr, ketika dikatakan kepada Rasulullah Saw: “Sejak bilakah engkau menjadi nabi?”. Rasulullah Saw menjawab: “Sejak Adam antara ruh dan jasad”. Diriwayatkan oleh Abu al-Husein bin Basyran dari jalur rirwayat Syekh Abu al-Faraj bin al-Jauzi dalam al-Wafa bi Fadha’il al-Musthafa: Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Ishaq bin Shalih meriwayatkan kepada kami, Muhammad bin Shalih 169
meriwayatkan kepada kami, Muhammad bin Sinan al-‘Aufi meriwayatkan kepada kami, Ibrahim bin Thahman meriwayatkan kepada kami, dari Yazid bin Maisarah, dari Abdullah bin Sufyan bin Maisarah, ia berkata: saya berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, sejak bilakah engkau menjadi nabi?”. Rasulullah Saw menjawab: “Ketika Allah menciptakan bumi, kemudian Allah bersemayam di langit, lalu Allah ciptakan tujuh langit, Allah menciptakan ‘Arsy dan menuliskan di atas kaki ‘Arsy: Muhammad utusan Allah, penutup para nabi. Allah menciptakan surga yang didiami Adam dan Hawa, dituliskan namaku di atas pintu-pintunya, dedaunannya, kubah-kubahnya dan kemahnya. Adam antara ruh dan jasad. Ketika Allah menghidupkannya, ia melihat kepada ‘Arsy, ia lihat namaku, maka Allah memberitahukan kepada Adam, dia (Muhammad) adalah pemimpin anak cucumu. Ketika setan menggoda Adam dan Hawa, maka Adam dan Hawa memohon pertolongan kepada Allah dengan menyebut namaku (Muhammad)”. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim al-Hafizh dalam kitab Dala’il anNubuwwah dan dari jalur riwayat Syekh Abu al-Faraj, Sulaiman bin Ahmad meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Rasydin meriwayatkan kepada kami, Ahmad bin Sa’id al-Fihri meriwayatkan kepada kami, Abdullah bin Isma’il al-Madani meriwayatkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari Bapaknya, dari Umar bin alKhattab, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Ketika Adam melakukan dosa, ia mengangkat kepalanya seraya berkata: “Wahai Tuhanku, berkat kebenaran Muhammad Engkau mengampuni aku”. Diwahyukan kepada Adam: “Siapa Muhammad?”. Adam menjawab: “Wahai Tuhanku, ketika Engkau menyempurnakan penciptaanku, aku angkat kepalaku ke ‘Arsy-Mu, tiba-tiba tertulis di atasnya: Tiada tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah. Maka aku pun mengetahui bahwa dia (Muhammad) makhluk-Mu yang paling mulia bagi-Mu, karena Engkau mendekatkan namanya bersama nama-Mu”. Allah menjawab: “Ya, Aku telah mengampunimu, dialah nabi terakhir dari keturunanmu. Kalaulah bukan karena dia, maka Aku tidak akan menciptakan engkau”. (Ibnu Taimiah melanjutkan komentarnya): “Hadits ini mendukung hadits sebelumnya. Kedua hadits ini sebagai penjelasan hadits-hadits shahih”197.
197 Majmu’ Fatawa Imam Ibn Taimiah, Juz.II, hal.150-151. 170
Orang-Orang Yahudi Ber-tawassul Dengan Nabi Muhammad Saw Sebelum Beliau Lahir: ، كانت يهود خيبر تقاتل غطفان فلما التقوا هزمت يهود:قال ابن عباس إنا نسألك بحق النب ي الم ي الذي وعدتنا أن:فعادت يهود بهذا الدعاء وقالوا .تخرجه لنا ف ي آخر الزمان إل تنصرنا عليهم فلما بعث النب ي، فكانوا إذا التقوا دعوا بهذا الدعاء فهزموا غطفان:قال فأنزل،صلى الله عليه وسلم كفروا " وكللانوا مللن قبللل يسللتفتحون علللى الللذين كفللروا " أي بللك يللا:الله تعالى ." " فلعنة الله على الكافرين: إلى قوله،محمد Dari Ibnu ‘Abbas: “Yahudi Khaibar berperang dengan Ghathafan, ketika mereka bertempur, orang-orang Yahudi mengalami kekalahan. Maka orang-orang Yahudi berdoa: “Kami memohon kepada-Mu berkat nabi yang tidak dapat membaca yang telah Engkau janjikan kepada kami yang Engkau keluarkan di akhir zaman, tolonglah kami melawan Ghathafan”. Apabila mereka menghadapi Ghathafan, maka mereka berdoa dengan doa ini, lalu mereka pun dapat mengalahkan Ghathafan. Akan tetapi ketika Rasulullah Saw tiba, mereka kafir kepada Rasulullah Saw, maka Allah turunkan ayat: “Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu”. (Qs. al-Baqarah [2]: 89)198.
Ber-tawassul Ketika Rasulullah Saw Masih Hidup. سللمعت: عن أب ي أمامة بن سهل بن حنيف عن عمه عثمان بن حنيللف قللال رسول الله صلى الله عليه و سلم و جاءه رجل ضرير فشكا إليه ذهاب بصره يا رسول الله ليس ل ي قائد و قد شق عل ي فقال رسلول اللله صللى: فقال اللهللم إنلل ي: ائت الميضا ة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قللل: الله عليه و سلم أسألك و أتوجه إليك بنبيك محمد صلى الله عليه و سلم نب ي الرحمة يا محمد إن ي أتوجه بك إلى ربك فيجل ي ل ي عن بصري اللهللم شللفعه فلل ي و شللفعن ي ف ي نفس ي قال عثمان فو الله ما تفرقنا و ل طللال بنللا الحللديث حللتى دخللل الرجل و كأنه لم يكن به ضر قط 198 Tafsir al-Qurthubi, juz.II, hal.27. 171
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dari pamannya bernama Utsman bin Hunaif, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw, datang seorang laki-laki buta mengadu tentang matanya, ia berkata: “Wahai Rasulullah, tidak ada orang yang membimbing saya, ini berat bagi saya”. Maka Rasulullah Saw berkata: “Pergilah ke tempat berwudhu’, maka berwudhu’lah, kemudian shalatlah dua rakaat. Kemudian ucapkan: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu berkat nabi-Mu Muhammad Saw nabi pembawa rahmat, wahai Muhammad aku menghadap denganmu kepada Tuhanmu, maka tampakkanlah pandanganku, ya Allah jadikanlah ia penolong bagiku dan jadikan aku dapat menolong diriku sendiri”. Utsman berkata: “Demi Allah, belum lama kami berpisah, belum lama kami bercerita, lalu laki-laki itu masuk, seakan-akan ia tidak pernah buta sama sekali”.
Komentar al-Hafizh al-Mundziri: رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح غريللب والنسللائ ي واللفللظ للله وابللن ماجه وابن خزيمة ف ي صحيحه والحللاكم وقللال صللحيح علللى شللرط البخللاري ومسلم وليلس عنلد الترملذي ثلم صلل ركعلتين إنملا ق ال فلأمره أن يتوضلأ فيحسن وضوءه ثم يدعو بهذا الدعاء فذكره بنحوه قللال الطللبران ي بعللد ذكللر طرقه والحديث صحيح Diriwayatkan at-Tirmidzi, ia berkata: Hadits hasan shahih gharib. Diriwayatkan an-Nasa’i dengan lafaznya. Diriwayatkan Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. Diriwayatkan al-Hakim, ia berkata: “Shahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim”. Imam ath-Thabrani berkata setelah menyebutkan beberapa jalur periwayatannya: “Hadits Shahih”199.
Ber-tawassul Ketika Rasulullah Saw Sudah Wafat. عن أبى أمامة بن سهل بن حنيف عن عملله عثمللان بللن حنيللف أن رجل كللان يختلف إلى عثمان بن عفان فى حاجة له فلقى عثمان بن حنيف فشكا اليلله ذلك فقال له عثمان بن حنيف ائت الميضأ ة فتوضأ ثللم ائللت المسللجد فصللل فيه ركعتين ثم قل اللهم إنى أسألك وأتللوجه إليللك بنبينللا محمللد صلللى الللله عليه و سلم نبى الرحمة يامحمد إنى أتوجه بك إلى ربك عللز و جللل فيقضللى 199 Al-Hafizh al-Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib, juz.I, hal.272-273 172
لى حاجتى وتذكر حاجتك ور ح حتى أرو ح معك فإنطلق الرجل فصنع ما قللال له ثم أتى باب عثمان بن عفان فأجلسه معه علللى الطنفسللة وقللال حاجتللك فذكر حاجته فقضاها له ثم قال له ما ذكرت حاجتك حتى كانت هللذه السللاعة وقال ما كانت لك من حاجة فائتنا ثم إن الرجل خرج من عنده فلقى عثمان بن حنيف فقال له جزاك الله خيرا ما كان ينظر فى حاجتى ول يلتفللت الللى حتى كلمته فى فقال له عثمللان بللن حنيللف والللله مللا كلمتلله ولكللن شللهدت رسول الله وأتاه ضرير فشكا اليه ذهاب بصره فقال له النبى أفتصبر فقللال يا رسول الله إنه ليس لى قائد وقد شللق علللى فقللال للله رسللول الللله ائللت الميضأ ة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم ادع بهذه الدعوات فقال عثمان بن حنيف فوالله ما تفرقنا ول طال بنا الحديث حتى دخل علينا الرجل كأنه لم يكن بلله ضر قط Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dari pamannya bernama Utsman bin Hunaif, bahwa ada seorang laki-laki akan menghadap Khalifah Utsman bin ‘Affan untuk suatu urusan, maka ia pun menemui Utsman bin Hunaif, ia mengadu kepada Utsman bin Hunaif, Utsman bin Hunaif berkata kepadanya: “Pergilah ke tempat wudhu’, kemudian berwudhu’lah, kemudian pergilah ke masjid, shalatlah dua rakaat, kemudian ucapkanlah: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu berkat nabi-Mu Muhammad Saw nabi pembawa rahmat, ya Muhammad aku menghadap denganmu kepada Tuhanmu, agar Ia menunaikan hajatku”, kemudian ucapkanlah hajatmu. Pergilah, agar aku dapat pergi bersamamu”. Maka laki-laki itu pun pergi, ia melakukan apa yang dikatakan Utsman bin Hunaif. Kemudian ia datang ke pintu Utsman bin ‘Affan, lalu Utsman mendudukkannya bersamanya di atas karpet alas duduk, Utsman bin ‘Affan bertanya: “Apakah keperluanmu?”. Laki-laki itu pun menyebutkan keperluannya, lalu Utsman bin ‘Affan menunaikannya. Kemudian Utsman bin ‘Affan berkata kepadanya: “Engkau tidak menyebutkan keperluanmu hingga saat ini. Jika engkau ada keperluan, maka datanglah kepada kami”. Kemudian laki-laki itu pergi. Lalu ia menemui Utsman bin Hunaif dan berkata: “Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepadamu, sebelumnya Khalifah Utsman bin ‘Affan tidak mau melihat keperluan saya dan tidak menoleh kepada saya hingga engkau menceritakan tentang saya kepadanya”. Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, saya tidak pernah menceritakan tentangmu kepada Khalifah Utsman bin ‘Affan, akan tetapi saya menyaksikan Rasulullah Saw, seorang yang buta datang kepadanya mengadu kepadanya tentang penglihatannya yang hilang, maka Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Apakah engkau bersabar?”. Lakilaki buta itu menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada yang 173
membimbing saya, berat bagi saya”. Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Pergilah engkau ke tempat wudhu’, berwudhu’lah, kemudian shalatlah dua rakaat, kemudian berdoalah dengan doa ini”. Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, tidak berapa lama kami berpisah, tidak berapa lama kami bercerita, hingga laki-laki buta itu datang kepada kami, seakan-akan ia tidak buta sama sekali”.
Pendapat Ibnu Taimiah Terhadap Hadits ini: قال الطبرانى روى هذا الحديث شعبة عن أبى جعفر واسلمه عملر بلن يزيلد وهو ثقة تفرد به عثمان بن عمللر عللن شللعبة قللال أبللو عبللد الللله المقدسللى والحديث صحيح قلت والطبرانى ذكر تفرده بمبلغ علمه ولم تبلغه رواية رو ح بللن عبللاد ة عللن شعبة وذلك إسناد صحيح يبين أنه لم ينفرد به عثمان بن عمر Ath-Thabrani berkata: “Yang meriwayatkan hadits ini adalah Syu’bah dari Abu Ja’far, namanya Umar bin Yazid, ia seorang periwayat yang Tsiqah (terpercaya), hanya Utsman bin Umar yang meriwayatkan dari Syu’bah. Abu Abdillah al-Maqdisi berkata: “Ini hadits shahih”. Saya (Ibnu Taimiah) katakan: ath-Thabrani menyebutkan hanya Utsman bin Umar yang meriwayatkan, itu pengetahuan ath-Thabrani, karena riwayat Rauh bin ‘Ubadah dari Syu’bah tidak sampai kepada athThabrani. Itu sanad yang shahih yang menjelaskan bahwa Utsman bin Umar tidak meriwayatkan sendirian200. ابن أبى الدنيا فى كتاب مجابى الدعاء قال حدثنا أبو هاشم سمعت كثير بللن محمد ابن كثير بن رفاعة يقول جاء رجل الى عبد الملك بن سللعيد بللن أبجللر فجس بطنه فقال بك داء ل يبرأ قال ما هو قال الدبيلة قال فتحللول الرجللل فقال الله الله الله ربى ل أشرك به شيئا اللهم إنى أتوجه اليك بنبيك محمللد نبى الرحمة تسليما يا محمد إنى أتوجه بك الى ربك وربى يرحمنى ممللا بللى قال فجس بطنه فقال قد برئت ما بك علة قلت فهذا الدعاء ونحوه قد روى أنه دعا به السلف Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunia dalam kitab Mujabi ad-Du’a’, ia berkata: Abu Hasyim meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Saya mendengar Katsir bin Muhammad bin Katsir bin Rifa’ah berkata: Seorang laki-laki datang kepada Abdul Malik bin Sa’id bin Abjar, ia meraba perut laki-laki itu. Abdul Malik bin Sa’id bin Abjar berkata: 200 Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah, at-Tawassul wa al-Wasilah, juz.I, hal.273 174
“Engkau mengalami penyakit yang tidak dapat disembuhkan”. Orang itu bertanya: “Apakah namanya?”. Ia menjawab: “Dubailah (Bisul besar yang ada di dalam perut, biasanya orang yang terkena penyakit ini berakhir dengan kematian)”. Lalu laki-laki itu berpaling seraya mengucapkan: “Allah Allah Allah Tuhanku, aku tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun. Ya Allah, aku menghadap kepada-Mu berkat nabi-Mu Muhammad nabi pembawa rahmat dan keselamatan, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap denganmu kepada Tuhanmu dan Tuhanku agar ia merahmati aku dan apa yang menimpaku”. Abdul Malik bin Sa’id bin Abjar kembali meraba perut laki-laki itu, ia berkata: “Engkau telah sembuh, tidak ada penyakit pada dirimu”.
Komentar Ibnu Taimiah: Doa seperti ini dan sejenisnya adalah doa yang biasa diucapkan kalangan Salaf201.
Imam Ahmad bin Hanbal Membolehkan Ber-tawassul Dengan Nabi Muhammad Saw: قال أحمد ف ي منسكه الذي كتبه للمروزي صاحبه إنلله يتوسللل بللالنب ي صلللى إن هذا إقسا م على الله به: الله عليه و سلم ف ي دعائه ولكن غير أحمد قال ول يقسم على الله بمخلوق وأحمد ف ي إحدى الروايتين قد جللوز القسللم بلله فلذلك جوز التوسل به Imam Ahmad bin Hanbal berkata dalam al-Mansak yang ia tulis untuk al-Marwazi sahabatnya, bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bertawassul dengan Nabi Muhammad Saw dalam doanya, akan tetapi selain Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Sesungguhnya ini bersumpah kepada Allah demi nabi Muhammad Saw, tidak boleh bersumpah kepada Allah demi makhluk”. Dalam salah satu riwayat dari Imam Ahmad disebutkan bahwa Imam Ahmad membolehkan sumpah demi Nabi Muhammad Saw, dengan demikian berarti Imam Ahmad membolehkan tawassul dengan Nabi Muhammad Saw202. 201 Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah, juz.I, hal.264 202 Imam Ibnu Taimiah, al-Fatawa al-Kubra, juz.II, hal.422. 175
MASALAH KE-18: KHUTBAH IDUL FITHRI DAN IDUL ADHA. Hadits: ه ص ل ص قا ص م ه ص ن ص ص عل صي سلل ل ل الل ولل ل د الل و ل عب س ل ملل ص ن ص هدس ه و ص ع صر ه ع س سللل و ص صللولى الل ولل ه ت ص ه ص ه ص سللو ل جاب ل ل شلل ل ر بس ل ص ص ص س س ص س ص م ص ول إ ل ص ة ص د ص قب سلل ص رأ ص م ة بل ص ل ال ه م ال ل ملل ك خطب صلل ل صللل ل عي ل قللا ص و ص ة ث هلل و قا ص فب صللدصأ لبال و ال و ن ص ذا ك صل ةص ي ص س غي سلل ل ص ص ص ص و ص ص و ض مصر ب لت ص س ل ص م ح و و ص على طا ص ث ص وكدئا ص وذصكصر ه عت ل ل وى الل ل و ص هلل س فأ ص ه عظ الن وللا ص س ص و ص ه ص ه ص ق ص على ب لل ك مت ص ص ص ص ص ه س و ن ص صللدو س ف ص ن ص ساءص ص قللا ص ن و ص وذصكصر ه م ص فللإ ل و ضى ص عظ ه حوتى أصتى الن ض ص ن أكث صصركلل و ق ص هلل و ه و م ص ثه و ل تص ص ن ص ف ص ص ص س ص ص ف ص ن ص سلل س ف ص م ص م ي صللا سللا ل عاءه ال ص سط ل ن ل مصرأ ةح ل ف ص ب ص حط ه ص قللال س م س ء ص ة الن ض ص ج ص م س ت ل للل ص تا س قا ص هن و ص خللدوي س ل ص س س و س ص س ه صللدو س ل ص شيصر ص وت صك ه ه ص قا ص ن ال و قا ص سو ص ن ع ل ل الل ل فسر ص ن ت هكث لسر ص ج ص ف ص ن ال ص صر ه ق ص عللل ص ل للن وك و ن ي صت ص ص شكا ةص ص ص ص ص س نأ س ن و ص ن ل ن ي هل ل وات ل ل ل ل ل ن ه ه و ه و م س قي ص ه و م س و ل خ ص ن ص ب ب لل ك ف ي ث ص س ق ل م ل ر طت ل ل حل لي ض ل Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Saya ikut shalat ‘Ied bersama Rasulullah Saw. Beliau memulai dengan shalat sebelum khutbah. Tanpa ada azan dan iqamat. Kemudian Rasulullah Saw tegak bertumpu kepada Bilal. Rasulullah Saw memerintahkan agar bertakwa kepada 176
Allah Swt, memberikan motifasi agar taat kepada-Nya, memberikan nasihat kepada orang banyak dan mengingatkan mereka. Kemudian Rasulullah Saw pergi kepada kaum perempuan. Rasulullah Saw memberikan nasihat kepada mereka dan mengingatkan mereka. Rasulullah Saw berkata, “Bersedakahlah kalian, sesungguhnya banyak diantara kalian menjadi kayu bakar neraka Jahannam”. Ada seorang perempuan yang berada di tengah barisan kaum perempuan, kedua pipinya memiliki tanda hitam, ia berkata, “Mengapa wahai Rasulullah?”. Rasulullah Saw menjawab, “Karena kalian banyak membuat pengaduan dan melawan suami (dalam pergaulan)”. Lalu para perempuan itu bersedekah dengan perhiasan yang ada pada mereka, mereka memasukkannya ke kain Bilal, mereka berikan sebagian dari anting-anting dan cincin mereka”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Mereka yang berpendapat bahwa khutbah shalat ‘Ied itu hanya satu saja, mereka berpegang dengan hadits ini, menurut mereka Rasulullah Saw hanya satu kali menyampaikan khutbah. Sedangkan yang mengatakan ada dua khutbah, mereka juga berpegang dengan hadits ini, karena dalam hadits ini memang Rasulullah Saw khutbah dua kali, satu kali khutbah kepada kaum laki-laki dan satu kali kepada kaum perempuan. Mereka yang mengatakan khutbah ‘Ied dua kali juga mengqiyaskan khutbah ‘Ied dengan khutbah Jum’at yang terdiri dari dua khutbah; khutbah pertama dan kedua. Untuk lebih jelasnya kita lihat pendapat para ulama:
Pendapat Imam Syafi’i: قال ال و د ف ل شا ل ملل ل م ك ي أخبرنا إب سصرا ل م ص م ص ح و د قال حدثن ي عبللد الرحمللن بللن ه ح و م بن ه هي ه ع ي و و و و ة قللال ه بن ه ه عن ه عت سب ص ص ه بن عبد الل ل د الل ل عب صي س ل هيم ل بن عبد الل ل ه عن إب سصرا ل بن عبد الل ل السن و ه ص ه س س س ه ن يص س ص ه س ن ه ن يص س م ف ي ال ل ف ل ةأ س ما ب ل ه خط ص ما ه ل ب صي سن ص ه ي ه ص ب ال ل ص جلو ك خطب صت صي س ل عيدصي س ل وك صذصل ل ص س ص ) قال ال و ج قا ل و ه و ه ك ه خطسب صلل ه خطسب ص ه خطسب ص ه ف ل شا ل حلل ض ة ال س ص سللو ل ة ال سك ه ه ست ل س ة الل س ف ص ء ص ي ( ص ع ي وك ه ي ة ل ه ما ص ع ك خطسب ص ل ة ص ج ص ص Imam Syafi’i berkta, “Ibrahim bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrahman bin Muhammad bin Abdillah meriwayatkan kepada saya, dari Ibrahim bin Abdillah bin ‘Ubaidillah bin Abdillah bin ‘Utbah, ia berkata, “Sunnah seorang khatib berkhutbah 177
dua khutbah pada shalat ‘Ied (Idul Fitri atau Idul Adha). Dua khutbah itu dipisah dengan duduk. Imam Syafi’i berkata, “Demikian juga dengan khutbah shalat Istisqa’, khutbah shalat Kusuf (gerhana matahari), khutbah haji dan semua khutbah jamaah”203.
Pendapat Empat Mazhab: تسن عند الجمهور وتندب عند المالكية خطبتان للعيد كخطبت ي الجمعة ف ي بل، بعد صل ة العيد خلفا د للجمعة،الركان والشروط والسنن والمكروهات خلف بين المسلمين Disunnatkan menurut jumhur (mayoritas ulama), dianjurkan menurut Mazhab Maliki, dua khutbah pada shalat ‘Ied, seperti khutbah Jum’at dalam hal rukun, syarat, sunnat-sunnat dan hal-hal makruhnya. Dilaksanakan setelah shalat ‘Ied, berbeda dengan shalat Jum’at (khutbah sebelum shalat Jum’at). Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama kaum muslimin dalam masalah ini204.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: نرجللو،السؤال ما ه ي السنة ف ي خطبللة العيللد هللل هلل ي خطبتللان أ م واحللد ة التفصيل ف ي ذلك؟ الجواب ، أنها خطبتان خطبللة العيللد أولللى وثانيللة:المشهور عند العلماء من الحنابلة فللإن خللاف مللن،ولو اقتصر النسان على واحد ة بدون إحدا ث فتنة فل بللأس فتنة بأن يتفلت الناس ويصير كل واحد يعرف حكم مسألة يذهب إليهللا فهنللا .يقتصر على ما كان الناس يعتادونه؛ لئل يفتتح الباب على الناس
203 Imam Syafi’i, al-Umm, juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1393H), Hal.238.
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, juz.II (Damascus: Dar 204 ص:ح: مراقي الفل،119-118/1 : اللباب:al-Fikr), hal.528. Sumber Syekh Wahbah az-Zuhaili -782/1: الدر المختار، ومابعدها428/1 : فتح القدير،141/1 : الفتاوى الهندية،226/1 : تبيين الحقائق،91 311/1 : مغني المحتاج،86 ص: القوانين الفقهية،400/1 :ح الكبير: الشر،530/1 :ح الصغير: الشر،784 .62-61/2 : كشاف القناع،387-384/2: المغني،36/5 : المجموع،120/1 : المهذب،ومابعدها
178
Pertanyaan: mana yang sesuai menurut Sunnah dalam khutbah ‘Ied. Dua khutbah atau satu khutbah? Kami mohon jawaban detail tentang itu. Jawaban: Yang masyhur menurut sebagian ulama Mazhab Hanbali bahwa khutbah ‘Ied itu dua khutbah; khutbah pertama dan khutbah kedua. Jika seseorang berkhutbah hanya satu khutbah saja, tanpa ada unsur ingin menimbulkan fitnah (di tengan masyarakat), maka boleh. Jika khawatir menimbulkan fitnah, orang banyak menjadi sibuk, setiap orang berpegang pada pendapat mazhabnya, maka dalam kasus seperti ini cukuplah mengikuti kebiasaan yang sudah dilakukan orang banyak, agar tidak membuka pintu (konflik) di tengah-tengah masyarakat205.
Takbir Dalam Khutbah ‘Ied: Pendapat Imam Syafi’i: قال ال و د بللن ف ل شا ل ملل ل م ك ي قال أخبرنا إب سصرا ل م ص م ص ح و د عن عبد الرحمللن بللن ه ح و م بن ه هي ه ع ي و و و ة قللال ه بللن ه ه عن ه عت سب صلل ص ه بللن عبللد الللل ل د الل ل عب صي س ل هيم ل بن عبد الل ل ه عن إب سصرا ل عبد الل و ل ص د ص ئ ر قبللل ال س ه سن و ه وال س ل ر يو م اسل ص س ن ي صب ست صلل ل خطسب صلل ل ر على ال س ل ةأ س ض ص ال ي حى ص من سب ص ل فط س ل ة ف ي الت وك سلبي ل ص ص س ه س ت ت صت سللصرى ل ي ص س ب وهو ص صلل ه ل ن يص س ف ل ع ت صكلبيلصرا ك م على ال ل م قبل أ س خط ص ما ه ر ب لت ل س قائ ل ح اسل ل ص من سب ص ل سلل ل في ص س ة ص م يص ه ها م ف ي ال س ه م يص س س د ة الوثان لي ص ل خطسب ص ل فت صت ل ه م يص س خط ه ه قو ه ح ص جل س ص ب صي سن ص ص ة ثه و ب ثه و ها ب لك صصل م ك ث ه و جل ل ه س ل ه ص ص ص س ت ت صت سصرى ل ي ص س ص ه ب م يص س ف ل ع ت صكلبيصرا ك خط ه ل ب صي سن ص ص بل ص ها ب لكل م ك ث ه و سب س ل Imam Syafi’i berkata, “Ibrahim bin Muhammad meriwayatkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Muhammad bin Abdillah, dari Ibrahim bin Abdillah dari ‘Ubaidillah bin Abdillah bin ‘Utbah, ia berkata, “Sunnah hukumnya bertakbir pada hari raya Idul Adha dan Idul Fithri di atas mimbar sebelum khatib memulai khutbah, khatib tegak di atas mimbar berkhutbah sembilan takbir berturut-turut tanpa dipisah kalimat diantaranya, kemudian menyampaikan khutbah. Kemudian duduk (istirahat antara dua khutbah). Kemudian khatib tegak berdiri pada khutbah kedua, mengawali khutbahnya dengan tujuh kali takbir berturut-turut tanpa dipisah kalimat diantaranya. Kemudian 206 menyampaikan khutbah (kedua) . 205 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa al-Bab al-Maftuh, Juz.XXIII, hal.153. 179
Pendapat Ulama Mazhab: : وف ي الثانيللة، يكبر ف ي الخطبة الولى تسع تكبيرات متوالية:وعند الجمهور لما روى سعيد بن منصور عن عبيد الللله،يكبر ف ي الثانية بسبع متوالية أيضدا ، »كان يكبر الما م يوم ي العيد قبل أن يخطللب تسللع تكللبيرات: قال،بن عتبة « سبع تكبيرات:وف ي الثانية Menurut Jumhur (mayoritas) ulama: khatib bertakbir sembilan takbir berturut-turut pada khutbah pertama. Tujuh takbir berturut-turut pada khutbah kedua. Berdasarkan riwayat Sa’id bin Manshur dari ‘Ubaidullah bin ‘Utbah, ia berkata, “Imam bertakbir shalat Idul Fithri dan Idul Adha sebelum berkhutbah, Sembilan takbir pada khutbah pertama dan tujuh takbir pada khutbah kedua”207.
206 Imam Syafi’i, al-Umm, juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1393H), Hal.238. 207 Syekh Wahbah az-Zuhaili, op. cit., hal.239. 180
MASALAH KE-19: SHALAT DI MASJID ADA KUBUR. Perlu dibedakan antara:
Menjadikan kubur sebagai masjid. Shalat ke arah kubur. Shalat di masjid yang ada kubur di sekitarnya.
Ketiga pembahasan ini tidak sama, tidak dapat disatukan, karena akan mengacaukan hukum yang dihasilkan.
Hadits: Larangan Menjadikan Kubur Sebagai Masjid. ص ذوا ه خ ه صاصرى ات و ص جد ص لص ص م ص ه ال سي ص ه ع ص م ص ه س ن الل و ه والن و ص سا ل هودص ص قهبوصر أن سب لصيائ ل ل “Allah Swt melaknat orang Yahudi dan Nashrani karena telah menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah”. (HR. alBukhari dan Muslim). Apakah makna hadits ini: tidak boleh shalat di masjid yang ada kubur?
Pendapat Imam Abu al-Hasan as-Sindi: ومراده بذلك أن يحذر أمته أن يصنعوا بقبره ما صنع اليهود والنصارى بقبور أنبيائهم من اتخاذهم تلك القبور مساجد أما بالسجود إليها تعظيما لها أو 181
بجعلها قبلة يتوجهون ف ي الصل ة نحوها قيل ومجرد اتخاذ مسجد ف ي جوار صالح تبركا غير ممنوع Yang dimaksudkan Rasulullah Saw dengan itu, ia memperingatkan ummatnya agar tidak melakukan terhadap kuburnya seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap kubur para nabi mereka, mereka telah menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat sujud, apakah dengan bersujud ke kubur karena mengagungkan kubur atau menjadikan kubur sebagai arah dalam ibadah, atau sejenisnya. Ada pendapat yang mengatakan: hanya sekedar membangun masjid di samping kubur orang shalih untuk mengambil berkah tidak dilarang208.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani Menukil Pendapat Imam alBaidhawi: وقال البيضاوي لما كانت اليهود والنصارى يسجدون لقبللور النبيللاء تعظيمللا لشأنهم ويجعلونها قبلة يتوجهون ف ي الصل ة نحوها واتخللذوها أوثانللا لعنهللم ومنع المسلمين عن مثل ذلك فأما من أتخذ مسجدا ف ي جللوار صللالح وقصللد التبرك بالقرب منه ل التعظيم له ول التوجه نحوه فل يدخل ف ي ذلك الوعيد Imam al-Baidhawi berkata, “Ketika orang-orang Yahudi dan Nasrani sujud ke kubur para nabi karena mengagungkan mereka dan menjadikan kubur-kubur itu sebagai arah kiblat, mereka beribadah menghadap ke kubur-kubur itu dalam ibadah dan sejenisnya, mereka jadikan kubur-kubur itu sebagai berhala-berhala, maka Rasulullah Saw melaknat mereka dan melarang kaum muslimin untuk melakukan seperti itu. Adapun orang yang membuat masjid di samping makam orang shalih untuk berkah kedekatan, bukan untuk pengagungan, bukan pula sebagai arah ibadah atau sejenisnya, maka tidak termasuk dalam ancaman tersebut209.
Imam al-Mubarakfury menukil pendapat Imam at-Turbasyti: 208 Imam Abu al-Hasan as-Sindi, Syarh as-Sindi ‘Ala an-Nasa’i, juz.II (Heleb: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah), hal.41. 209 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.525. 182
قال التوربشلت ي هلو مخلرج عللى الللوجهين أحللدهما كلانوا يسللجدون لقبلور النبياء تعظيما لهم وقصلد العبلاد ة فل ي ذللك وثانيهملا أنهلم كلانوا يتحلرون الصل ة ف ي مدافن النبياء والتوجه إلى قبورهم ف ي حالة الصل ة والعباد ة لله نظرا منهم أن ذلك الصنيع أعظم موقعللا عنللد الللله لشللتماله علللى المريللن عباد ة والمبالغة ف ي تعظيم النبياء وكل الطريقيللن غيللر مرضللية وأمللا الول فشرك جل ي وأما الثانية فلما فيها من معنى الشللراك بللالله عللز و جللل وإن كان خفيا والدليل على ذ م الوجهين قوله صلى الللله عليلله و سلللم اللهللم ل تجعل قبري وثنا اشتد غضب الله على قو م اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد Imam at-Turbasyti berkata, “Ini adalah solusi terhadap dua perkara; pertama, orang-orang Yahudi dan Nasrani sujud ke kubur nabi-nabi mereka karena pengagungan dan niat ibadah. Kedua, mereka mencari kesempatan beribadah di kubur para nabi dan menghadap ke kuburkubur itu dalam ritual ibadah, menurut mereka perbuatan itu agung di sisi Allah karena mengandung dua perkara: ibadah dan sikap berlebihan dalam mengagungkan para nabi. Kedua cara ini tidak diridhai Allah Swt. Cara pertama itu syirik jaly (yang jelas), sedangkan cara yang kedua itu mengandung makna mempersekutukan Allah Swt, meskipun khafy (tersembunyi). Dalil celaan terhadap dua perkara ini adalah sabda Rasulullah Saw, “Janganlah kalian jadikan kuburku sebagai berjala. Murka Allah Swt amat sangat besar terhadap orangorang yang menjadikan kubur para nabi mereka sebagai tempat ibadah”210.
Hadits: Larangan Shalat ke Kubur: ص م يص ه ي ص قو ه سو ص قا ص ل صل د ال س ص ه ص ص عل صي س ل ل الل و ل س ل مسرث ص ك م س ع ه و ص ت صر ه ل ص ع س سل و ص صولى الل و ه و ض ن ألب ي ص ه ص ه ص غن ص ل صيلوا إ لصلى ال س ه ها سوا ص وصل ت ص س عل صي س ص جل ل ه ته ص ر ص قهبو ل Dari Abu Martsad al-Ghanawi, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Janganlah kamu shalat ke kubur dan janganlah kamu duduk di atas kubur”. (HR. Muslim).
Pendapat Imam Syafi’i: 210 Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdirrahim al-Mubarakfury, Tuhfat al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ at-Tirmidzi, juz.II (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah), hal.226. 183
قال الشافع ي والصحاب وتكره الصل ة ال ي القبور سواء كان الميللت صللالحا أو غيره Imam Syafi’i dan para ulama Mazhab Syafi’i berpendapat: makruh hukumnya shalat ke (arah) kubur, apakah mayat itu shalih atau tidak211.
Atsar dari Umar: Shalat Menghadap Kubur Tidak Batal. قوله وما يكره من الصل ة ف ي القبور يتناول ما إذا وقعت الصل ة على القللبر أو إلى القبر أو بين القبرين وف ي ذلك حللديث رواه مسلللم مللن طريللق أبلل ي مرثد الغنوي مرفوعا ل تجلسوا على القبور ول تصلللوا إليهللا أو عليهللا قلللت وليس هو على شرط البخاري فأشار إليه ف ي الترجمة وأورد معلله اثللر عمللر الدال على أن النه ي عن ذلك ل يقتض ي فسللاد الصللل ة والثللر المللذكور عللن عمر رويناه موصول ف ي كتاب الصل ة لب ي نعيم شيخ البخاري ولفظلله بينمللا أنس يصل ي إلى قبر ناداه عمر القبر القبر فظن أنه يعنلل ي القمللر فلمللا رأى أنه يعن ي القبر جاز القبر وصلى وله طرق أخرى بينتهللا فلل ي تعليللق التعليللق منها من طريق حميد عن أنس نحوه وزاد فيله فقللال بعلض مللن يلينلل ي إنمللا يعن ي القبر فتنحيت عنه وقوله القبر القبر بالنصب فيهما على التحذير وقوله ولم يأمره بالعاد ة استنبطه من تمادي أنللس علللى الصللل ة ولللو كللان ذلك يقتض ي فسادها لقطعها واستأنف Makna kalimat: makruh shalat di kubur. Mengandung makna: jika shalat di atas kubur, atau ke (arah) kubur, atau di antara dua kubur. Dalam hal ini ada hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari jalur riwayat Abu Martsad al-Ghanawi, hadits Marfu’, “Janganlah kamu duduk di atas kubur dan janganlah shalat ke (arah) kubur atau di atas kubur”. Hadits ini bukan menurut syarat Imam al-Bukhari, ia sebutkan di awal bab. Disebutkan bersamanya satu Atsar dari Umar yang menunjukkan bahwa Umar melarang melakukan itu, namun tidak mengandung makna bahwa shalat tersebut batal. Atsar tersebut dari Umar, kami riwayatkan secara bersambung dalam kitab shalat, riwayat Abu Nu’aim guru Imam al-Bukhari, lafaznya: “Ketika Anas shalat ke arah kubur. Umar memanggilnya dengan mengatakan, ‘(Awas) Kubur, kubur!’. Anas menyangka Umar mengatakan, ‘Bulan’. (karena kemiripan bunyi kalimat. Kubur: qabr. Bulan: qamar). Ketika Anas melihat bahwa yang dimaksud Umar adalah kubur, maka ia pun melewati kubur itu dan melanjutkan shalatnya. Ada beberapa jalur riwayat lain yang telah saya (Al-Hafizh Ibnu Hajar) jelaskan dalam 211 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V, hal.316. 184
Ta’liq at-Ta’liq, diantaranya jalur riwayat Humaid dari Anas, riwayat yang sama, dengan tambahan kalimat: “Sebagian orang yang berada di sekitarku (Anas) mengatakan bahwa yang dimaksud Umar adalah kubur. Maka aku pun bergeser dari tempat itu”. Ucapan Umar: [ ]القبر القبرdengan huruf Ra’ berbaris fathah, karena sebagai peringatan. Kalimat: Umar tidak memerintahkan Anas mengulangi shalatnya. Ia ambil kesimpulan dari perbuatan Anas melanjutkan shalatnya. Andai shalat Anas batal, pastilah Anas menghentikan shalatnya dan memulai shalat baru212. Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa shalat di masjid yang ada kubur di sekitarnya tidak dilarang. Apalagi ada dinding dan jarak antara kubur dan masjid. Yang dilarang adalah menjadikan kubur sebagai masjid, shalat menghadap kubur, karena mengandung unsur syirik mempersekutukan Allah Swt.
212 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.525.
185
MASALAH KE-20: DOA QUNUT PADA SHALAT SHUBUH. Rasulullah Saw Membaca Doa Qunut Shubuh Hingga Meninggal Dunia. حديث انس رضى الله عنه " أن النب ي صل ي الله تعال ي عليه وسلم قنت شهرا يدعوا عليهم ثم ترك فأما ف ي الصبح فلم يزل يقنت حتى فارق الدنيا " Hadits Anas ra, “Sesungguhnya Rasulullah Saw membaca Qunut selama satu bulan, beliau melaknat mereka, kemudian meninggalkannya. Adapun doa Qunut pada shalat Shubuh, Rasulullah Saw terus membaca doa Qunut pada shalat Shubuh hingga beliau meninggal dunia”. Pendapat Ulama Tentang Hadits ini: حديث صحيح رواه جماعة من الحفاظ وصححوه وممن نص عل ي صحته الحافظ أبو عبد الله محمد بن عل ي البلخى والحاكم أبو عبد الله ف ي مواضع من كتبه والبيهق ي ورواه الدار قطن ي Hadits shahih, diriwayatkan sekelompok para al-Hafizh dan mereka nyatakan shahih. Diantara ulama yang menyatakannya shahih secara teks adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi Imam al-Hakim Abu Abdillah di beberapa tempat dalam kitabnya dan Imam al-Baihaqi. Diriwayatkan juga oleh Imam ad-Daraquthni213.
Abu Bakar, Umar dan Utsman Membaca Doa Qunut Shubuh. وعن العوا م بن حمز ة قال " سألت أبا عثمان عن القنللوت فلل ي الصللبح قللال بعد الركوع قلت عمن قال عن أبللى بكللر وعمللر وعثمللان رضلل ي الللله تعللال ي " عنهم Dari al-‘Awwam bin Hamzah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Abu ‘Utsman tentang doa Qunut pada shalat Shubuh. Ia menjawab, “Setelah ruku’.” Saya katakan, “Dari siapa?”. Ia menjawab, “Dari Abu Bakar, Umar dan Utsman”. (HR. al-Baihaqi). 213 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.III, hal.505. 186
Imam al-Baihaqi berkata: “ هذا إسناد حسنSanad ini hasan”.
Imam Ali Membaca Doa Qunut Shubuh. - بفتح الميم وإسكان العين المهملة وكسر القاف- وعن عبد الله بن معقل التابع ي قال " قنت عل ي رضى الله عنلله فلل ي الفجللر " رواه الللبيهقى وقللال هذا عن عل ي صحيح مشهور Dari Abdullah bin Ma’qil, seorang tabi’in, ia berkata, “Ali ra membaca Qunut pada shalat Shuhub”. (HR. al-Baihaqi). Imam al-Baihaqi berkata, “Ini dari Imam Ali, shahih masyhur”.
Hadits-Hadits Menolak Doa Qunut Shubuh: Hadits Pertama:
ص ص م ص ت ص سو ص عو هدرا ي صدس ه ه ص ص عل صي س ل ل الل و ل سأ و قن ص ص ش س و ص ن صر ه ع س سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص ن أن ص ك ص ص ه حصيا ل حصيا ك ص ء ل ء ال س ص نأ س عصلى أ س م س م ت صصرك ص ه ب ثه و عصر ل
Dari Anas bin Malik, “Sesungguhnya Rasulullah Saw membaca doa Qunut selama satu bulan, berdoa terhadap daerah-daerah Arab, kemudian meninggalkannya”. (HR. Muslim).
Hadits riwayat Anas bin Malik ini menyatakan bahwa Rasulullah Saw membaca Qunut shubuh selama satu bulan, kemudian setelah itu Rasulullah Saw meninggalkannya. Berarti dua riwayat ini kontradiktif? Padahal periwatnya sama-sama Anas bin Malik. Satu menyatakan nabi membaca qunut hanya satu bulan. Sementara riwayat yang lain menyatakan nabi membaca Qunut Shubuh hingga meninggal dunia. Berarti ada kontradiktif? Tidak ada kontradiktif, karena yang dimaksud dengan meninggalkannya, bukan meninggalkan Qunut, akan tetapi meninggalkan laknat dalam Qunut. Laknatnya ditinggalkan, Qunutnya tetap dilaksanakan. Demikian riwayat al-Baihaqi: عن عبد الرحمن بن مهدى ف ي حديث انس قنت شهرا ثم تركه قال عبد الرحمن رحمه الله انما ترك اللعن Dari Abdurrahman bin Mahdi, tentang hadits Anas bin Malik: Rasulullah Saw membaca Qunut selama satu bulan, kemudian beliau 187
meninggalkannya. Imam Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Yang ditinggalkan hanya laknat”214. Yang dimaksud dengan laknat dalam Qunut adalah: ص ص عل د ص-صلى الله عليه وسلم- ى ت ص ر س ص كأ و هدرا ي صل س ص مال ل ك قن ص ص ش س ع ه ع س ن ص ن الن وب ل و ن ل س بس ل ن أن ص ل .ه ة ص و ه صي و ص وا ص وصر ه سول ص ه وا الل و ص ع ص ع ص ه ص ص ه ن ص وذصك س ص ص Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw membaca Qunut selama satu bulan beliau melaknat (Bani) Ri’lan, Dzakwan dan ‘Ushayyah yang telah berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
وأما الحواب عن حديث أنس وأبى هرير ة رض ي الله عنهما ف ي قوله ثم تركه فالمراد ترك الدعاء على أولئك الكفار ولعنتهم فقط ل تللرك جميللع القنللوت أو ترك القنوت ف ي غير الصللبح وهللذا التأويللل متعيللن لن حللديث أنللس فلل ي قوله " لم يزل يقنت ف ي الصبح حتى فارق الدنيا " صللحيح صللريح فيجللب الجمللع بينهمللا وهللذا الللذى ذكرنللاه متعين للجمع وقد روى البيهق ي باسناده عن عبد الرحمن بللن مهللدي المللا م انه قال انما ترك اللعن ويوضح هذا التأويل رواية أب ي هرير ة السللابقة وهلل ي " قوله " ثم ترك الدعاء لهم Adapun jawaban terhadap hadits Anas dan Abu Hurairah, tentang kalimat, “Kemudian ia meninggalkannya”. Maksudnya adalah: meninggalkan doa terhadap mereka, yaitu orang-orang kafir. Meninggalkan laknat terhadap mereka. Hanya meninggalkan laknat dalam doa saja, bukan meninggalkan doa Qunut secara keseluruhan. Atau artinya: meninggalkan doa Qunut dalam semua shalat selain shalat Shubuh. Penakwilan ini menetapkan sesuatu, karena hadits riwayat Anas menyatakan, “Rasulullah Saw terus membaca doa Qunut pada shalat Shubuh hingga meninggal dunia”. Hadits ini shahih dan jelas, maka wajib mengkombinasikan antara kedua riwayat tersebut. Imam al-Baihaqi telah meriwayatkan dengan sanadnya dari Imam Abdurrahman bin Mahdi, ia berkata, “Yang ditinggalkan hanya laknatnya saja”. Penakwilan ini dijelaskan riwayat Abu Hurairah di atas, yaitu kalimat, [ ]ثللم تللرك الللدعاء لهللم. Kemudian Rasulullah Saw meninggalkan doa (laknat) terhadap mereka”215. 214 Imam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, juz.II (Haidarabad: Majlis Da’irat alMa’arif an-Nizhamiyyah, 1344H), hal. 201. 215 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.III, hal.505. 188
Hadits Kedua Menolak Qunut: ص ص ة إ لن و ص ك ص ل ه ي ص قا ص ك اسل ص س ه ت ص ص خل س ص ج ل ل الل و ل ت لل صلب ي صيا أب ص ل ش ص مال ل ك صل وي س ص قل س ه ف صر ه ع س ن ألب ي ص قدس ص سو ل ع ض ص ص ي ب سن ألب ي ص هصنا و ص و ه و ه ه ص ها ه ب ص عل صي س ل ما ص و ص عث س ص ع ص سل و ص صولى الل و ه طال ل ك ص ن ص مصر ص ر ص م ص ه ص عل ل ض وألب ي ب صك س ك ل ص ص س ص ه ص س ص ص ث حدص ح م ي ن ب ي أ ل قا ن تو ن ق ي نوا كا أ ن ني س س م خ ن م وا ح ن ة ف كو ل لبا ص ه ص ه ه ص س ه ص و ه س س ل ل ل ص ل ص س د ل س Dari Abu Malik al-Asyja’i, ia berakata, “Saya bertanya kepada Bapak saya, ‘Wahai bapakku, sesungguhnya engkau shalat di belakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib di sini, di Kufah lebih kurang lima tahun. Apakah mereka membaca doa Qunut?”. Bapaknya menjawab, “Wahai anakku, itu perbuatan yang dibuat-buat”. (HR. at-Tirmidzi). Pendapat Ulama: والجواب عن حديث سلعد بلن طلارق أن روايلة اللذين اثبتلوا القنلوت معهلم زياد ة علم وهم أكثر فوجب تقديمهم Jawaban terhadap hadits Sa’ad bin Thariq (nama asli Abu Malik alAsyja’i), bahwa riwayat yang menetapkan adanya Qunut, bersama mereka itu ada tambahan pengetahuan, yang menyatakan ada Qunut Shubuh lebih banyak, maka riwayat mereka lebih dikedepankan216. Hadits Ketiga Menolak Qunut: ما ص ه ص سو ه قا ص صلى الللله- ه ه ص ن ص ص ل الل و ل عوكد صر ل د الل و ل عب س ل س ه قن ص ص ت صر ه م س ع س ص:ل عن س ه ى الل و ه ن ص ض ص ه بس ل ص فى ص .ه ى ك ل-عليه وسلم وات ل ل ء ل م س ن ص صل ص ش س Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah Saw tidak pernah membaca doa Qunut dalam shalat-shalatnya”. Pendapat Ulama: مت سهرو ح ك ص .ك ص و ه حي س ل س ص ن ص م ص ر ال ي مده ب س ه و ص ح و واهه ه ه ص }ج{ ص.ى ذا صر ص م ي جاب ل ك Demikian diriwayatkan oleh Muhammad bin Jabir as-Suhaimi, statusnya: Matruk.217 وعن حديث ابلن مسلعود أنله ضلعيف جللدا لنله ملن روايلة محمللد بلن جلابر السحمى وهو شديد الضعف متروك ولنلله نفلل ي وحللديث أنللس إثبللات فقللد م لزياد ة العلم Hadits riwayat Ibnu Mas’ud dha’if jiddan (lemah sekali). Karena diriwayatkan oleh Muhammad bin Jabir as-Suhaimi, statusnya: Syadid 216 Ibid. 217 Imam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, juz.II (Haidarabad: Majlis Da’irat alMa’arif an-Nizhamiyyah, 1344H), hal.213. 189
adh-Dha’f, matruk. Karena hadits ini menafikan, sedangkan hadits Anas menetapkan. Maka yang menetapkan lebih dikedepankan daripada yang menafikan, karena sebagai tambahan pengetahuan218. Hadits Keempat Menolak Qunut: ص م يص س ح ص ز ص ن ص قا ص ،ت ن ه قصتادص ةص ص ص ن ألبى ل م ص م س قن ه س صل وي س ه ع س ع س فل ص س ع ص ت ص صل ص ةص ال ي مصر ص ص:ل جل ص ك صب س ل ع اب س ل ص ص ص ص س س ص ص ص ص ص س ه ص ص .حاب لصنا ص أ ن م د ح أ ن ع ه ظ ف ح أ ل : ل قا .ت ن ق ت ك را أ ل : ر م ع ن ب ل ت ل ق ف س ص س ص ه ه ه ص س ص ك ل س ص ه لس ل ه ص ص Dari Abu Qatadah, dari Abu Mijlaz, ia berkata, “Saya shalat bersama Ibnu Umar pada shalat Shubuh, ia tidak membaca doa Qunut. Saya katakan kepada Ibnu Umar, “Saya tidak melihat engkau membaca doa Qunut”. Ibnu Umar menjawab, “Saya tidak menghafalnya dari seorang pun dari para sahabat kami”. :Pendapat Ulama ن لسيان بعض الصحاب ص و ص ن ل ص يص س غ س ن ه ص ح ل واي ص ل و ص ص ل قد ص ه ن بص س ض ال ي م س ع س ة ص فل صت ه ه ر ص ةأ س فى ل سن ص ل ع ل س ص ه ص س ل فظصه ص .ه ح ل ص وأث سب صت ص ه ه ص Sebagian shahabat terlupa atau lalai tentang sebagian Sunnah, itu tidak dapat merusak riwayat shahabat lain yang ingat dan menetapkannya219. وحديث ابن عمر أنه لم يحفظه أو نسيه وقد حفظه أنس والللبراء بللن عللازب وغيرهما فقد م من حفظ Hadits Ibnu Umar yang menyatakan bahwa ia tidak menghafalnya atau terlupa. Ada shahabat lain yang menghafalnya, yaitu Anas, al-Barra’ bin ‘Azib dan shahabat lain. Maka yang hafal lebih diutamakan. Hadits Kelima Menolak Qunut:
ص ن ال س ه ة ح ب لدس ص ن ص ص ع ح ت ل صل ص ل أ و:س قهنو ص ة ال ي فى ص صب س ل عوبا ك ن اب س ل ع ل
Dari Ibnu Abbas, “Sesunguhnya doa Qunut pada shalat Shubuh itu bid’ah”. Pendapat Ulama: وعن حديث ابن عباس أنه ضعيف جدا وقد رواه البيهقى من رواية أبى ليل ي " الكوفى وقال هذا ل يصح وابو ليلى متروك وقد روينا عن ابللن عبللاس انلله " قنت ف ي الصبح Hadits dari Ibnu Abbas adalah dha’if jiddan (lemah sekali). Disebutkan al-Baihaqi dari riwayat Abu Laila al-Kufi. Imam al-Baihaqi berkata, “Ini 218 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.III, hal.505. 219 Imam al-Baihaqi, loc. cit. 190
tidak shahih. Status Abu Laila: matruk”. Telah kami riwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Ibnu Abbas membaca doa Qunut pada shalat Shubuh220. Hadits Keenam Menolak Qunut:
ص ه ن ال س ه ت هى ص ص م ص قهنو ل أ و:ة نأ ض ن ص ص-صلى الله عليه وسلم- ى م ص ع س سل ص ص ن الن وب ل و ع ل ح ل صل ص ل ة ال ي فى ص صب س ل
Dari Ummu Salamah, “Sesungguhnya Rasulullah Saw melarang membaca doa Qunut pada shalat Shubuh”. Pendapat Ulama: وعن حديث أ م سلمة انه ضعيف لنه من رواية محمد بن يعل ي عن عنبسة بن عبد الرحمن عن عبد الله بن نافع عن ابيه عن ا م سلللمة قللال الللدار قطنلل ي هؤلء الثلثة ضعفاء ول يصح لنافع سماع من ا م سلمة والله اعلم Hadits Ummu Salamah adalah hadits dha’if, karena diriwayatkan oleh Muhammad bin Ya’la dari ‘Anbasah bin Abdirrahman dari Abdullah bin Nafi’ dari Bapaknya dari Ummu Salamah. Ad-Daraquthni berkata, “Ketiga orang ini, semuanya dha’if. Tidak benar bahwa Nafi’ mendengar dari Ummu Salamah”. Wallahu a’lam221.
Pernyataan Imam Syafi’i (w.150-204H) Tentang Qunut Shubuh. Doa Qunut Hanya ada Pada Shalat Shubuh. ص في ه س ة ص وصل ه ز ص ت ف ي ص ت فلل ي ي ك زل صلل ح وا ل ح إول أ س صللب س ص قهنو ص قن صلل ص ت إول ال ي ء من ال و صل ص ص ص ش س ن ت صن سلل ل ل صنا ل س ض ص ه ص م ما ل ا ء شا ن إ ن ه ل ك ت وا ل ص ال ص ل س ل ص ه ل و و ص Tidak ada doa Qunut dalam shalat-shalat, kecuali pada shalat Shubuh. Kecuali jika terjadi bencana, maka membaca doa Qunut dalam semua shalat, jika imam berkehendak222. Jika Terlupa, Maka Sujud Sahwi.
220 Ibid. 221 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.III, hal.505. 222 Imam Syafi’i, al-Umm, juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1393H), hal.205. 191
Menurut Imam Syafi’i, Qunut shubuh itu bagian dari amal shalat Shubuh, jika terlupa, maka mesti sujud Sahwi. Imam Syafi’i berkata dalam kitab al-Umm: ص ن ت صصر ص ت ف ي ال س ص ك ال س ه ه ه من ص صصل ل وإ ل س س ص ف س قهنو ص س س جدص للل و ر ص ة وقد ت صصرك ص ه ع ص و للن و ه ل ال و م ل ص ه ل ج ل Jika seseorang meninggalkan doa Qunut pada shalat Shubuh, maka ia sujud Sahwi. Karena doa Qunut itu bagian dari amal shalat, dan ia telah meninggalkannya223.
Qunut Shubuh Lebih Dahulu Daripada Qunut Nazilah. ة ص وي ص س ه عليلله ت رسول الل و ل ة الوثان لي ص ل ع ل صصل ل عدص الورك س ص ح بص س قن ص ص قن ه ه ه صلللى الل ولل ه ة ال ي ت ف ي ص ص صب س ل و ي س س ص ص ه ه لل ل ال لللى ص النب ي ت ن ق ما ن إ و ط ق ح ب ص ال ف ي ت نو ق ل ا ه نا م ل ع ك ر ت ي ولم وسلم ص ل ص و ه ص س س ص ص ص ه ص ل ص س ه ه ي ل ل أص ص ص ص ص س ص ه م و لل ق للى ل ع عو د ي ة ل ي ل ر ش ع س م خ ة ن عو م ر ئ ب ل ه ت ق ه ء جا حين عليه وسلم ص ه ص د ص س ص ص س س ص س ه ص ل ل ل ص ه س ص ص س ك ص ض ص س ض ص م ت صصر ص هللا ص ك ال ه م س مللا وا ل وا ل ر ل قهنو ص ت ك هل ص ت ك هل ص كي ص فأ و ها ث ه و من ال س ه ت فلل ي ال و ن ف ي ال و صللل ص صل ص ش ل ص ص ح قبللل ص ه ص ح ص ه بص س ل فصل أ ص س صصل ل ل نص س قن صلل ص م أن و ه عل ص ه ه ت صصرك ص ه م أن و ه عل ص ه ت فلل ي ال ي ة ال ي ف ي ص قت سلل ل صللب س ل صب س ل ه عليه وسلم أبو ب ص س عده وقد ص ر عون ص ص أص س عدص رسول الل و ل ت بص س وب ص س م ه قن ص ص ه صلى الل و ه ر ص ة ص ه ل كلل ك ل ب لئ س ل ي بن أب ي ص عدص الير ه ن رضلل ي و ه ه ص و ص و ه ما ه م كلهم ب ص س عن س ه عث س ص ه س ب رض ي الل و ه ع ص طال ل ك ع ص مهر ص ص عل ل ي كو ل و ه إ ض ع ب ف ي عنه ه ل ال ماصرت ل ل ص س ل ص ه Membaca Qunut pada shalat Shubuh setelah rakaat kedua. Rasulullah Saw membaca Qunut, menurut pengetahuan kami Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan Qunut Shubuh sama sekali. Rasul membaca Qunut ketika datang berita pembunuhan di sumur Ma’unah selama lima belas malam, beliau berdoa (laknat) untuk orang-orang musyrik dalam semua shalat, kemudian setelah itu Rasulullah Saw meninggalkan doa Qunut dalam semua shalat. Adapun pada shalat Shubuh, saya (Imam Syafi’i) tidak mengetahui bahwa Rasulullah Saw meninggalkan Qunut Shubuh. Bahkan sepengetahuan kami bahwa Rasulullah Saw sudah membaca doa Qunut Shubuh sebelum peristiwa pembunuhan di sumur Ma’unah, kemudian dilanjutkan setelah peristiwa itu. Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi Thalib, dan pada sebagian masa pemerintahan Utsman, semuanya membaca Qunut Shubuh setelah Rasulullah Saw224.
223 Imam Syafi’i, al-Umm, juz.I (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1393H), hal.132. 224 Ibid., juz.VII, hal.141. 192
Qunut Shubuh Menurut Mazhab Syafi’i: وأما القنوت فيستحب ف ي اعتدال الثانية فلل ي الصللبح لمللا رواه أنللس رضلل ي }ما زال رسول الله صلى الله عليه وسلللم يقنللت فلل ي الصللبح:الله عنه قال قد حكم بصحته:حتى فارق الدنيا{ رواه الما م أحمد وغيره قال ابن الصل ح : منهلم الحلاكم واللبيهق ي والبلخلل ي قلال اللبيهق ي:غير واحلد ملن الحفلاظ ،العمل بمقتضاه عن الخلفاء الربعة Adapun Qunut, maka dianjurkan pada I’tidal kedua dalam shalat Shubuh berdasarkan riwayat Anas, ia berkata: “Rasulullah Saw terus menerus membaca doa Qunut pada shalat Shubuh hingga beliau meninggal dunia”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam lainnya. Imam Ibnu ash-Shalah berkata, “Banyak para al-Hafizh (ahli hadits) yang menyatakan hadits ini adalah hadits shahih. Diantara mereka adalah Imam al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Balkhi”. Al-Baihaqi berkata, “Membaca doa Qunut pada shalat Shubuh ini berdasarkan tuntunan dari empat Khulafa’ Rasyidin”.
وكون القنوت ف ي الثانية رواه البخاري ف ي صحيحه وكونه بعللد رفللع الللرأس من الركوع فلما رواه الشيخان عن أب ي هرير ة رض ي الله عنه أن رسول الله }لما قنت ف ي قصة قتلى بئر معونة قنت بعد الركوع:صلى الله عليه وسلم فقسنا عليه قنوت الصبح{ نعم ف ي الصحيحين عن أنس رضلل ي الللله عنلله أن رسول الله صلى الله عليه وسلم }كان يقنت قبل الرفع من الركللوع{ قللال لكن روا ة القنوت بعد الرفع أكثر وأحفظ فهذا أولى فلو قنت قبل:البيهق ي . لم يجزئه على الصحيح ويسجد للسهو على الصح:الركوع قال ف ي الروضة Bahwa Qunut Shubuh itu pada rakaat kedua berdasarkan riwayat Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya. Bahwa doa Qunut itu setelah ruku’, menurut riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa ketika Rasulullah Saw membaca doa Qunut pada kisah korban pembunuhan peristiwa sumur Ma’unah, beliau membaca Qunut setelah ruku’. Maka kami Qiyaskan Qunut Shubuh kepada riwayat ini. Benar bahwa dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Saw membaca doa Qunut sebelum ruku’. Al-Baihaqi berkata: “Akan tetapi para periwayat hadits tentang Qunut setelah ruku’ lebih banyak dan lebih hafizh, maka riwayat ini lebih utama”. Jika seseorang membaca Qunut sebelum ruku’, Imam Nawawi berkata dalam kitab ar-Raudhah, “Tidak sah menurut pendapat yang shahih, ia mesti sujud sahwi menurut pendapat al-Ashahh”. 193
Lafaz Qunut: ولفظ القنوت }اللهم اهدن ي فيمن هديت وعللافن ي فيمللن عللافيت وتللولن ي فيمن توليت وبارك ل ي فيما أعطيت وقن ي شر ما قضلليت فإنللك تقضلل ي ول {يقضى عليك وإنه ل يذل من واليت تباركت ربنا وتعاليت هكذا رواه أبو داود والترمذي والنسائ ي وغيرهم بإسناد صحيح أعن ي بإثبللات وزاد العلماء }ول يعز: قال الرافع ي.الفاء ف ي فإنك وبالواو ف ي وإنه ل يذل ، وقد جللاءت فلل ي روايللة الللبيهق ي،{من عاديت{ قبل }تباركت ربنا وتعاليت واعللم أن.{وبعللده }فللك الحمللد علللى مللا قضليت أسلتغفرك وأتلوب إليلك وقصللد،الصحيح أن هللذا الللدعاء ل يتعيللن حللتى لللو قنللت بآيللة تتضللمن دعللاء ،القنوت تأدت السنة بذلك “Ya Allah, berilah hidayah kepadaku seperti orang-orang yang telah Engkau beri hidayah. Berikanlah kebaikan kepadaku seperti orangorang yang telah Engkau beri kebaikan. Berikan aku kekuatan seperti orang-orang yang telah Engkau beri kekuatan. Berkahilah bagiku terhadap apa yang telah Engkau berikan. Peliharalah aku dari kejelekan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau menetapkan dan tidak ada sesuatu yang ditetapkan bagi-Mu. Tidak ada yang merendahkan orang yang telah Engkau beri kuasa. Maka Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Agung”. Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan lainnya dengan sanad sahih. Maksud saya, dengan huruf Fa’ pada kata: فإنكdan huruf Waw pada kata: وإنه ل يذل. Imam ar-Rafi’i berkata: “Para ulama menambahkan kalimat: ول يعز
( من عللاديتTidak ada yang dapat memuliakan orang yang telah Engkau hinakan). Sebelum kalimat: ( تباركت ربنا وتعللاليتMaka Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Agung). Dalam riwayat Imam al-Baihaqi disebutkan, setelah doa ini membaca doa:
فلك الحمد على ما قضيت أستغفرك وأتوب إليك 194
(Segala puji bagi-Mu atas semua yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu). Ketahuilah bahwa sebenarnya doa ini tidak tertentu. Bahkan jika seseorang membaca Qunut dengan ayat yang mengandung doa dan ia meniatkannya sebagai doa Qunut, maka sunnah telah dilaksanakan dengan itu. ويقنت الما م بلفظ الجمع بل يكره تخصيص نفسه بالدعاء لقوله صلى الللله عليه وسلم }ل يؤ م عبد قوما د فيخص نفسله بلدعو ة دونهلم فلإن فعلل فقلد ثللم سللائر الدعيللة فلل ي، حديث حسن:خانهم{ رواه أبو داود والترمذي وقال حق الما م كذلك أي يكره له إفراد نفسه صر ح به الغزال ي فلل ي الحيللاء وهللو .مقتضى كل م الذكار للنووي Imam membaca Qunut dengan lafaz jama’, bahkan makruh bagi imam mengkhususkan dirinya dalam berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Janganlah seorang hamba mengimami sekelompok orang, lalu ia mengkhususkan dirinya dengan suatu doa tanpa mengikutsertakan mereka. Jika ia melakukan itu, maka sungguh ia telah mengkhianati mereka”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan at-Tirmidzi. Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan”. Kemudian demikian juga halnya dengan semua doa-doa, makruh bagi imam mengkhususkan dirinya saja. Demikian dinyatakan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin. Demikian juga makna pendapat Imam Nawawi dalam alAdzkar.
Mengangkat Kedua Tangan: والسنة أن يرفع يللديه ول يمسللح وجهلله لنلله لللم يثبللت قللاله الللبيهق ي ول .يستحب مسح الصدر بل خلف بل نص جماعة على كراهته قاله ف ي الروضة ويستحب القنوت ف ي آخر وتره وف ي النصللف الثللان ي مللن رمضللان كللذا رواه وقيللل يقنللت،الترمذي عن عل ي رض ي الله عنه وأبو داود عن أب ي بللن كعللب إنه مستحب ف ي جميللع:كل السنة ف ي الوتر قاله النووي ف ي التحقيق فقال ويستحب فيلله قنللوت عملر رضلل ي الللله، قيل يقنت ف ي جميع رمضان،السنة الصللح بعللده لن:عنه ويكون قبل قنوت الصبح قاله الرافع ي وقال النللووي قنوت الصبح ثابت عن النب ي صلى الله عليه وسلم ف ي الللوتر فكللان تقللديمه . والله أعلم،أولى Sunnah mengangkat kedua tangan dan tidak mengusap wajah, karena tidak ada riwayat tentang itu. Demikian dinyatakan oleh al-Baihaqi. Tidak dianjurkan mengusap dada, tidak ada perbedaan pendapat 195
dalam masalah ini. Bahkan sekelompok ulama menyebutkan secara nash bahwa hukum melakukan itu makruh, demikian disebutkan Imam Nawawi dalam ar-Raudhah. Dianjurkan membaca Qunut di akhir Witir dan pada paruh kedua bulan Ramadhan. Demikian diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Imam Ali dan Abu Daud dari Ubai bin Ka’ab. Ada pendapat yang mengatakan dianjurkan membaca Qunut pada shalat Witir sepanjang tahun, demikian dinyatakan Imam Nawawi dalam atTahqiq, ia berkata: “Doa Qunut dianjurkan dibaca (dalam shalat Witir) sepanjang tahun”. Ada pendapat yang mengatakan bahwa doa Qunut dibaca di sepanjang Ramadhan. Dianjurkan agar membaca doa Qunut riwayat Umar, sebelum Qunut Shubuh, demikian dinyatakan oleh Imam ar-Rafi’i. Imam Nawawi berkata, “Menurut pendapat al-Ashahh, doa Qunut rirwayat Umar dibaca setelah doa Qunut Shubuh. Karena riwayat Qunut Shubuh kuat dari Rasulullah Saw pada shalat Witir. Maka lebih utama untuk diamalkan. Wallahu a’lam225.
Ikhtilaf Ulama Tentang Mengangkat Tangan Ketika Qunut: اختلف أصحابنا ف ي رفع اليدين ف ي دعاء القنوت ومسح الوجه بهما على يرفع: والثان ي. ب رفعهما ول يمسح الوجه حها أنه يستح ر أص ر: ثلثة أوجه واتفقوا على أنه ل يمسح غير. ح ول يرفع ل يمس ه: والثالث. ويمسحه ذلك مكروه: الوجه من الصدر ونحوه بل قالوا Ulama Mazhab Syafi’I berbeda pendapat tentang mengangkat tangan dan mengusap wajah dalam doa Qunut, terbagi kepada tiga pendapat: Pertama, yang paling shahih, dianjurkan mengangkat tangan tanpa mengusap wajah. Kedua, mengangkat tangan dan mengusapkannya ke wajah. Ketiga, tidak mengusap dan tidak mengangkat tangan. Para ulama sepakat untuk tidak mengusap selain wajah, seperti dada dan lainnya. Bahkan mereka mengatakan perbuatan itu makruh226.
225 Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi asySyafi’i, Kifâyat al-Akhyâr fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr, juz.I, hal.114-115.
226 Imam an-Nawawi, al-Adzkar, hal. 146. 196
Ma’Mum Mengikuti Imam. Pendapat Imam Ibnu Taimiah: ل بها أ صرجلل ص ف ي دين ل ص ف ي مسأ صل صة يرا ص ص ذا ص و ال س ص قل ضده ي ه ص م ص ص فإ ل ص و ح ل قل ضده ل ل ل كا ص س ص ه صل ص ص و ه ل ص ن ال س ه ها أ س حأ س ق س هأ س ص س ك ص ص ص م ذصل ل ص و ذصل ل ص حلني ص ذا لبات ض ص ه ص ة ما ل ر ه ف ص جاصز ص سل ل ل ما ل ك صل أهبو ص م يه ص ق ص ك ص نص س حضر س م س مي ص ن لص س ء ال س ه عل ص ص ج ص هي ل فا ل ح ل ص س ص وك صللذصل ل ص مال ل ح و ص وصل ال و ن غي سللهرهه ي صن سب ص ل ف ل شا ل مو م ل أ س وصل أ س مللأ ه غلل ي ل لل س ص ح ص وصل ص وت سهر ص ص. مللد ي ص ك ص ص ع ي ك ال سلل ل ص و ص ص س س ص ص ص ص ث ل ث ب لى لل ص ن إ و ت لل ن ق ي م لل ل ت ن ق ي م ل ن إ و ه ع م ت ن ق ت ن ق ن إ ف ه م ما إ ه في ع ب ت ل يص س ص ص ل ل ص ص ه ل س ص ص ص ص ه ص ل س س ص ه س ص ص س ص ه س ص ل س ص ل ص ل ذصل ل ص ل ص ن ص ة ص صلل ص صلل ص ع ص خت صللاهر ن يص س ل أي س د و ل صول ص ك عا ك وإ ل س ف ص صرك ص ص ملل س ملل س س ص ت ص ف ص ف ص و ه ص. ضللا ك ص م س ن الن وللا ل ص ص ص س ص ذا ص و ه ص ص ص ص لإ ص .م هأ س ن يص ل مو م ل أ س ص ي عل ص ه وصالل و ه م ه ما ه لإ ص مأ ه ل لل س ص لأ ص ف ص ح ص واسل و ه ص Jika seorang yang bertaklid itu bertaklid dalam suatu masalah yang menurutnya baik menurut agamanya atau pendapat itu kuat atau seperti itu, maka boleh berdasarkan kesepakatan jumhur ulama muslimin, tidak diharamkan oleh Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Demikian juga pada shalat witir dan shalat lain, selayaknya bagi makmum mengikuti imamnya. Jika imamnya membaca qunut, maka ia ikut membaca qunut bersamanya. Jika imamnya tidak berqunut, maka ia tidak berqunut. Jika imamnya shalat 3 rakaat bersambung, maka ia melakukan itu juga. Jika dipisahkan, maka ia laksanakan terpisah. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa makmum tetap menyambung jika imamnya melaksanakannya terpisah. Pendapat pertama lebih shahih. Wallahu a’lam227.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: عن حكم القنوت ف ي صل ة الفريضة؛ والصل ة خلف:وسئل فضيلة الشيخ إما م يقنت ف ي الفريضة؟ الللذي نللرى أن ل قنللوت فلل ي الفرائللض إل فلل ي: فأجللاب فضلليلته بقللوله... وتأليفللا د، لكللن مللن صلللى خلللف إمللا م يقنللت فليتللابعه درءا د للفتنللة،النللوازل .للقلوب Syekh Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang hukum Qunut pada shalat Fardhu di belakang imam yang membaca Qunut pada shalat Fardhu? Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab: “Menurut kami, tidak ada Qunut pada shalat Fardhu, kecuali Qunut Nawazil. Akan tetapi, jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, maka 227 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah, juz.V, hal.360. 197
hendaklah ia mengikuti imamnya, untuk menolak fitnah dan mempertautkan hati”228.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin Lagi: عن حكم القنوت ف ي الفرائض؟ وما الحكم إذا نزل:وسئل فضيلة الشيخ بالمسلمين نازلة؟ القنوت ف ي الفرائض ليس بمشروع ول ينبغ ي: فأجاب فضيلته بقوله... . لكن إن قنت الما م فتابعه لن الخلف شر،فعله وإن نزل بالمسلمين نازلة فل بللأس بللالقنوت حينئللذ لسللؤال الللله تعللالى... .رفعها Syekh Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang hukum Qunut pada shalat Fardhu? Apa hukumnya apabila terjadi musibah menimpa kaum muslimin? Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab: “Qunut pada shalat Fardhu tidak disyariatkan, tidak layak dilaksanakan, akan tetapi jika imam membaca Qunut, maka ikutilah imam, karena berbeda dengan imam itu jelek. Jika terjadi musibah menimpa kaum muslimin, boleh berqunut untuk memohon kepada Allah Swt agar Allah mengangkatnya”229.
Pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dan Syekh Ibnu ‘Utsaimin: Ma’mum Tetap Ikut Mengangkat Tangan dan Mengucapkan, “Amin”. أ م،ثم إذا كان النسان مأموما د هل يتابع هذا الما م فيرفع يديه ويللؤمن معلله يرسل يديه على جنبيه؟ بل يؤمن علللى دعللاء المللا م ويرفللع يللديه تبعللا د:والجواب على ذلك أن نقول علللى أن- رحملله الللله- وقللد نللص المللا م أحمللد.للما م خوف ا د من المخالفللة ، فإنه يتابعه ويؤمن على دعللائه،الرجل إذا ائتم برجل يقنت ف ي صل ة الفجر ل يرى مشروعية القنوت ف ي صللل ة الفجللر- رحمه الله- مع أن الما م أحمد رخص ف ي ذلك؛ أي ف ي متابعللة المللا م- رحمه الله- لكنه،ف ي المشهور عنه 228 Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, juz.XIV, hal.113. 229 Ibid. 198
الذي يقنت ف ي صل ة الفجر خوفا د ملن الخلف اللذي قلد يحللد ث مع ه اختلف .القلوب Jika seseorang menjadi ma’mum, apakah ia mengikuti imamnya yang membaca doa Qunut Shubuh dengang mengangkat kedua tangan dan mengucapkan amin bersama imam? Atau cukup meluruskan kedua tangan di kedua sisi tubuh? Menjawab masalah ini kami katakan: Ma’mum ikut mengucapkan ‘Amin’ terhadap doa Qunut Shubuh yang dibaca imam dan ma’mum mengangkat kedua tangannya mengikuti imam, karena khawati berbeda dengan imam. Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan secara nash (teks) bahwa apabila seseorang menjadi ma’mum mengikuti imam yang membaca doa Qunut pada shalat Shubuh, maka ma’mum itu mesti mengikuti imamnya dan mengucapkan ‘Amin’ terhadap doa Qunut yang dibaca imam. Walaupun menurut pendapat Imam Ahmad bin Hanbal bahwa doa Qunut Shubuh itu tidak disyariatkan menurut pendapat yang masyhur dari beliau, tapi Imam Ahmad bin Hanbal tetap memberikan keringanan dalam masalah itu, artinya: keringanan untuk mengikuti imam yang membaca doa Qunut pada shalat Shubuh, karena khawatir menimbulkan khilaf yang terkadang menimbulkan perselisihan hati230.
230 Ibid., hal.78. 199
MASALAH KE-21: SHALAT QABLIYAH JUM’AT. Dalil Pertama, ما من صل ة مفروضة إل وبين يديها ركعتان “Setiap shalat fardhu diawali dua rakaat (shalat sunnat)”. (Hadits riwayat Ibnu Hibban dari Abdullah bin az-Zubair. Dinyatakan shahih oleh Syekh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah). Komentar Syekh ‘Athiyyah Shaqar. فالحديث يدل بعمومه على مشروعية صل ة ركعتين سنة قبل صل ة فريضة ول يقال إنه مخصص بغير، وليس هناك مخصص لهذا العمو م. الجمعة لن العا م، الجمعة لن النبى كان إذا خرج لم يصلهما قبل أن يرقى المنبر ل يخصصه إل منع خاص من صل ة ركعتين أو أربع بعد الزوال قبل الذان . ولم يوجد ذلك، للخطبة Hadits ini secara umum menunjukkan disyariatkannya shalat dua rakaat sebelum shalat fardhu Jum’at. Tidak ada dalil lain yang mengkhususkan hadits ini, tidak dapat dikatakan bahwa hadits ini khusus untuk shalat fardhu selain shalat Jum’at karena ketika Rasulullah Saw keluar rumah akan melaksanakan shalat Jum’at beliau tidak shalat dua rakaat sebelum naik mimbar, karena hadits yang bersifat umum tidak dapat dikhususkan kecuali ada larangan khusus; larangan melaksanakan shalat dua rakaat atau empat rakaat setelah
200
Zawal (tergelincir matahari) sebelum azan untuk khutbah, tidak ada larangan seperti itu231.
Dalil Kedua, ص م ص غ و قا ص سو ص ن م ص ه ص ن ص ص عل صي س ل ل الل و ل د الل و ل عب س ل ي أ و و ص ن صر ه ل ب صي س ص ع س سل و ص صولى الل و ه ل ال س ه ن ه ه ص ه ص ف ك مصزن ل ض ه بس ل ص ص ص ن ص كه ض لأ ص شاءص م س صل ةح ث صلدثا ل ل ص ن ص ذان صي س ل Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzani, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Antara dua seruan ada shalat”, beliau ucapkan tiga kali. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Komentar Imam an-Nawawi. وأما السنة قبلها فالعمد ة فيها حديث عبد الله بن مغفل المذكور ف ي الفرع قبله " بين كل أذانين صل ة " والقياس عل ي الظهر Adapun shalat sunnat sebelum Jum’at, yang menjadi dasar adalah ’hadits Abdullah bin Mughaffal yang telah disebutkan dalam far (masalah cabang) sebelumnya, “Antara dua seruan ada shalat (sunnat)”. Dan diqiyaskan kepada shalat Zhuhur232.
Dalil Ketiga: Perbuatan Rasulullah Saw. عن على رضى الله عنه قللال :كللان رسللول الللله صلللى الللله عليلله وسلللم " يصلى قبل الجمعة أربعا وبعدها أربعا ،يجعللل التسللليم فللى آخرهللن ركعلله . رواه الطبرانى فى الوسط وهو حديث حسن وإن كان فيلله محمللد بللن عبللد الرحمن السهمى وهو مختلف فيه .على أن علصيا القارى قال فى المرقللا ة : وقد جاء فى إسناد جيد-كمللا قللال الحللافظ العراقللى -أنلله صلللى الللله عليلله وسلم كان يصلى قبلها أربعا . وفى الوسط للطبرانى عن أبى هرير ة :كان النبى ) صلى الله عليه وسلم ( يصلى قبل الجمعة ركعللتين وبعللدها ركعللتين .وقللد سللاقه ابللن حجللر فللى التلخيص وسكت عنه ،فهو حديث صحيح أو حسن على قاعدته المشهور ة . Dari Ali ra, ia berkata, “Rasulullah Saw melaksanakan shalat empat rakaat sebelum Jum’at dan empat rakaat setelah Jum’at, ia jadikan 231 Fatawa al-Azhar, IX, hal.11. 232 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.IV, hal.10 201
salam pada rakaat terakhir. Diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, ini hadits hasan, meskipun di dalamnya ada Muhammad bin Abdirrahman as-Sahmi, statusnya diperselisihkan. Imam Ali al-Qari berkata dalam al-Mirqat, “Diriwayatkan dengan Sanad Jayyid, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hafizh al-‘Iraqi bahwa Rasulullah Saw shalat empat rakaat sebelum Jum’at. Dalam al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw melaksanakan shalat dua rakaat sebelum Jum’at dan dua rakaat setelahnya. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyebutkan hadits ini dalam kitab at-Talkhish tanpa komentar, maka ini hadits shahih atau hadits hasan menurut kaedah al-Hafizh yang masyhur.
Dalil Keempat: Perbuatan Abdullah bin Mas’ud. فقد جاء فى الثر عن ابن مسعود بسند صحيح أنه كان يصلى قبل الجمعة وكان يأمر الناس ويعضلمهم: قاله الترمذى فى جامعه، أربعا وبعدها أربعا ذلك كما جاء فى "إطفاء الفتن على إعلء السنن " لحكيم الهند " أشرف " على التهانوى ر كان عبد الله يأمرنا أن نصلى قبل الجمعة أربعا: وجاء فى نصب الراية . رواه عبد الرزاق فى مصنفه اهل. وبعدها أربعا . إسناده صحيح: " وفى " آثار السنن. رجاله ثقات: " وفى "الدراية فالنفل المطلق يرغب، إن هذا نفل مطلق ل سنة راتبة للجمعة: ل يقال فيه ترغيبا عاما ول يعصتم ول يؤمر به أمر إرشاد بهذه العناية وهذا التأكيد . من ابن مسعود وهذا الثر الموقوف له حكم المرفوع لن الظاهر أنه قد ثبت عنده من . وإل لما أمر به، النبى صلى الله عليه وسلم فيه شىء Dalam atsar dari Ibnu Mas’ud dengan Sanad shahih disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud shalat empat rakaat sebelum Jum’at dan empat rakaat setelah Jum’at. at-Tirmidzi menyebutkan dalam kitab Jami’nya, “Abdullah bin Mas’ud memerintahkan orang banyak melaksanakannya dan mengajarkannya kepada mereka”. Disebutkan juga dalam Ithfa’ alFitan ‘ala I’la’ as-Sunan karya Hakim al-Hindi Asyraf Ali at-Tahanawi. Dalam Nashb ar-Rayah disebutkan, “Abdullah bin Mas’ud memerintahkan kami melaksanakan shalat empat rakaat sebelum Jum’at dan empat rakaat setelah Jum’at”. Diriwayatkan Abdurrazzaq dalam Mushannafnya. Dalam ad-Dirayah disebutkan, “Para periwayatnya adalah orang-orang terpercaya (Tsiqah)”. Dalam Atsar as-Sunan, “Sanadnya shahih”. 202
Tidak dapat dikatakan bahwa ini adalah shalat sunnat muthlaq bukan shalat Qabliyah Jum’at, karena shalat sunnat muthlaq dianjurkan dengan anjuran yang bersifat umum, tidak diperintahkan secara khusus dengan perintah ajaran dan perhatian seperti ini serta penekanan dari Abdullah bin Mas’ud. Atsar Mauquf ini dihukum Marfu’ karena zhahirnya berasal dari Rasulullah Saw, andai tidak demikian tidak mungkin Abdullah bin Mas’ud memerintahkannya233.
Dalil Kelima, Qiyas. Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bab,
باب الصل ة بعد الجمعة وقبلها Bab: Shalat Setelah Shalat Jum’at dan Sebelumnya. Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, ولم يذكر شيئا ف ي الصل ة قبلها قللال بللن المنيللر فلل ي الحاشللية كللأنه يقللول الصل استواء الظهر والجمعة حتى يدل دليل علللى خلفلله لن الجمعللة بللدل الظهر Imam al-Bukhari tidak menyebutkan sedikit pun tentang shalat sebelum shalat Jum’at. Ibnu al-Munir berkata dalam al-Hasyiyah, “Seakan-akan Imam al-Bukhari menyatakan: pada dasarnya asal shalat Zhuhur dan shalat Jum’at itu sama, hingga ada dalil lain yang membedakannya, karena shalat Jum’at itu pengganti shalat Zhuhur. Al-Hafizh melanjutkan, وقال بن التين لم يقللع ذكللر الصللل ة قبللل الجمعللة فلل ي هللذا الحللديث فلعللل البخاري أراد إثباتها قياسا على الظهر انتهى وقواه الزين بن المنير بأنه قصد التسللوية بيللن الجمعللة والظهللر فلل ي حكللم التنفل كما قصد التسوية بين الما م والمأمو م ف ي الحكم وذلللك يقتضللى أن النافلة لهما سواء انتهى Ibnu at-Tin berkata, “Tidak disebutkan shalat sebelum Jum’at dalam hadits ini, mungkin Imam al-Bukhari menetapkan shalat qabliyah 233 Fatawa al-Azhar, juz.IX, hal.17. 203
Jum’at berdasarkan Qiyas, shalat Jum’at diqiyaskan ke shalat Zhuhur. Selesai. Dikuatkan az-Zain al-Munir, Imam al-Bukhari menyamakan antara shalat Jum’at dan shalat Zhuhur dalam hal shalat sunnatnya, sebagaimana Imam al-Bukhari menyamakan antara imam dan ma’mum dalam hukumnya. Dengan demikian maka hukum shalat sunnat pada shalat Zhuhur dan shalat Jum’at itu sama. Selesai234.
MASALAH KE-22: BERSALAMAN SETELAH SHALAT. Hadits Pertama: 234 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.II (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.426. 204
ل ص ب ص سو ه قا ص قا ص ن ن ال سب صصرا ل ه ص ن ص ص ما ل عل صي س ل ل الل و ل و ص ل صر ه م س ع س م ص سل و ص صولى الل و ه ز ك ه ص ه ص ء بس ل عا ل ص ن إ لول ه ر ص ن يص س ما ص صا ص ن ص قب س ص قا غ ل ن ي صل ست ص ل لأ س ف ص فصر ل ص ه م س ه ص سل ل ص ه في صت ص ص حا ل قصيا ل فت ص ل مي س ل Dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Dua orang muslim yang bertemu, lalu bersalaman, maka Allah mengampuni mereka berdua sebelum mereka berpisah”. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan at-Tirmidzi). Hadits Kedua dan Ketiga: 440 - باب المصافحة-391 د لما جاء أهل: )صحيح السناد موقوفا( عن أنس بن مالك قال748/967 وهم أرق، قد أقبل أهل اليمن: قال النب ي صلى الله عليه وسلم،اليمن . فهم أول من جاء بالمصافحة."قلوبا د منكم "من تما م: )صحيح السناد موقوفدا( عن البراء بن عازب قال749/968 ."التحية أن تصافح أخاك 391- Bab: Bersalaman. 967/748 (sanadnya shahih, hadits Mauquf). Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Ketika orang-orang Yaman datang, Rasulullah Saw berkata, ‘Orang Yaman telah datang, mereka adalah orang-orang yang lebih lembut hatinya daripada kalian. Mereka adalah orang pertama yang bersalaman”. 968/749 (sanadnya shahih, hadits Mauquf). Dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata, “Diantara kesempurnaan penghormatan adalah engkau bersalaman dengan saudaramu”. Disebutkan Imam al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad. Dinyatakan Syekh al-Albani sebagai hadit shahih dalam Shahih Adab al-Mufrad. Hadit Keempat: ص ص ص و و س سأ ص صا ص ل ه قصتادص ةص ص ن ص قا ص ه ص ح ه ة ل ص ص ف ص كان ص س قل س ه ع س صلى الل ه ت ال ه حا ل ي ص ف ي أ س م ص ب الن وب ل ض ت للن ص ك و ص م ص قا ص م ص علي س ل ل نص ص و ص ع س سل ص ه ص Dari Qatadah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Anas bin Malik, ‘Apakah para shahabat nabi Muhammad Saw bersalaman?”. Anas bin Malik menjawab, “Ya”. (HR. al-Bukhari). Keempat hadits di atas jelas menyatakan bahwa bersalaman adalah perbuatan yang baik, bahkan dianjurkan Rasulullah Saw. Hadits-hadits diatas tidak menyebutkan waktu bersalaman, mengandung makna umum, apakah ketika datang dari perjalanan atau pun ketika kembali dari suatu perjalanan. Sebelum shalat atau pun setelah shalat. Tidak boleh mengkhususkan sesuatu tanpa ada dalil yang mengkhususkan. 205
Maka hadits-hadits ini bersifat umum, mengandung makna boleh bersalaman kapan saja. Jika ada yang melarang bersalaman setelah shalat. Tidak ada hadits yang melarang. Yang ada justru hadits menyebutkan Rasulullah Saw bersalaman setelah shalat: ص ة ص حي س ص حك صم ل ص سو ه قا ص قا ص ه ل ص ه ص ص ف ص عل صي س ل ل الل و ل س ل خصر ص ج ص ت أصبا ه م س ن ال س ص ع ه ج صر ه ل ص ع س صولى الل و ه ه ص ص س ي و س س ص س و س س ص ه ن ي ت ع ك ر ر ص ع ل وا ن ي ت ع ك ر ر ه ظ ال لى ص م ث أ ض و ت ف ل ء حا ط ب ل ا لى إ ة ر ج ها ل با م ل س ص ص و ص ص و ص ص و ص ص ل ص ل ص ل ل س ص ص ص ص س ل ص ص س ص ص ص ص س ل ص ص ة ص ص ص قا ص ه ص ل ف ي ح ج ب ي أ ه بي أ ن ع ن و ع ه في د زا و ة ب ع ش ل قا ة ز ن ع ه ي د ي ن ي ب و ص ص س ص ص ص س ل ص ص ص ح ه ص س ص س ص ه ص ص ص ل ل ص س ح ص س ل ل ل س ص ه س ص ص ص ص ه ن علوا ي صأ ه ن ي صدصي س ل مير ل حو ص خذو ص كا ص س ه ج ص سف ص وقا ص م ص وصرائ ل ص م س ه في ص س ها ال ص ن يص ه م الونا ه مسرأ ةه ص ن ص ص ص ه ي ص ه ص ل ص م ص قا ص فإ ل ص ن فأ ص ها ص جو ص و ص ي أب سصرده ل ذا ل د ل ت ب لي ص ل و س ض س و ه خذس ه عت ه ص ه ه بل ص م س ه س عصلى ص ف ص ها ه ه ص ج ل ص س س س و ك ح د ن ال ل ة ل س ل ب صرائ ل ص وأطي ص ه م س م س ج ص الثل ل Dari al-Hakam, ia berkata, “Saya mendengar Abu Juhaifah berkata, ‘Rasulullah Saw keluar pada saat panas terik ke al-Bath-ha’ (antara Mekah dan Mina). Lalu Rasulullah Saw berwudhu’, kemudian shalat Zhuhur dua rakaat dan shalat ‘Ashar dua rakaat, di hadapannya ada tongkat pendek”. ‘Aun menambahkan, dari Abu Juhfah Bapaknya, ia berkata, ‘Perempuan lewat di belakang tongkat pendek itu’. Lalu orang banyak pun berdiri, mereka menarik kedua tangan Rasulullah Saw, lalu mereka mengusapkannya ke wajah mereka. Lalu saya pun menarik tangan Rasulullah Saw, lalu saya letakkan di wajah saya, lebih sejuk daripada salju dan lebi wangi daripada semerbak kasturi”. (HR. al-Bukhari). Andai bersalaman setelah shalat itu dilarang, tentulah Rasulullah Saw melarang mereka. Pendapat Ulama. Pendapat Syekh Abdul Aziz bin Baz: حكم المصافحة بعد الصل ة المفروضة- 56 بعض المصلين وبعد أداء تحية المسجد يلتفت ويصافح من على يمينه:س . فما حكم ذلك؟ وهل ه ي سنة؟ جزاكم الله خيرا،ومن على شماله السنة أن يصافح من عن يمينه وعن شماله. . بسم الله والحمد لله:ج فقد كان النب ي صلى الله عليه وسلم إذا التقى،إذا فرغ من صلته ، وكان الصحابة رضوان الله عليهم إذا التقوا تصافحوا،بصحابته صافحهم ،فإذا جاء المصل ي إلى المسجد ووصل إلى الصف فليسلم قبل الصل ة ثم بعد الصل ة يصافح من على يمينه وشماله إذا كان لم يصافحهم قبل الصل ة لما ف ي ذلك من التأس ي بالنب ي 56- Hukum Bersalaman Setelah Shalat Wajib. Pertanyaan: ada sebagian orang yang shalat, setelah menunaikan shalat Tahyatal-masjid, ia menoleh ke kanan lalu bersalaman kepada orang yang ada di sebelah kanannya, ia menoleh ke kiri dan 206
bersalaman dengan orang yang berada di sebelah kirinya, apa hukumnya? Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Anda. Jawaban: Bismillah, walhamdulillah. Sunnah hukumnya bersalaman dengan orang yang berada di sebelah kanan dan kiri setelah selesai shalat. Rasulullah Saw ketika bertemu dengan para shahabatnya, ia bersalaman dengan mereka. Ketika para shahabat bertemu, mereka juga bersalaman. Apabila orang yang shalat datang ke masjid, ia sampai di dalam shaf, maka hendaklah ia mengucapkan salam sebelum shalat. Setelah shalat, ia bersalaman dengan orang yang berada di sebelah kanan dan kirinya jika ia belum bersalaman dengan mereka sebelum shalat karena itu mengikuti perbuatan Rasulullah Saw235. Pendapat Imam an-Nawawi: ان صافح من كان معه قبل الصل ة فمباحة كما ذكرنا وان صافح من لم يكن معه قبل الصل ة عند اللقاء فسنة بالجماع للحاديث الصحيحة ف ي ذلك Jika ia sudah bersalaman sebelum shalat, )kemudian ia ulang lagi setelah shalat(, maka itu mubah (boleh), sebagaimana yang telah kami sebutkan. Jika ia bersalaman dengan seseorang setelah shalat, orang tersebut belum bersalaman dengannya saat bertemu sebelum shalat, maka bersalaman itu sunnah menurut ijma’ berdasarkan hadits-hadits shahih tentang itu. وأصل المصافحة سنة وكونهم حافظوا عليها ف ي بعض الحوال ل يخرج ذلك عن أصل السنة Asal bersalaman itu sunnah. Bahwa ada orang-orang yang bersalaman pada waktu-waktu tertentu (misalnya setelah selesai shalat), maka itu tidak mengeluarkannya dari asal Sunnah236. Pendapat Imam ath-Thahawi: المصافحة فه ي سنة عقب الصل ة كلها وعند كل لق ي Bersalaman itu sunnah dilakukan setelah selesai semua shalat dan di setiap pertemuan237.
235 Syekh Ibnu Baz, Majmu’ Fatawa Ibn Baz, Juz.XXX, hal.68. 236 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz.XI (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.55. 207
MASALAH KE-23: ZIKIR JAHR SETELAH SHALAT. ف انقضاء صل ة رسول الرله ت أعر ه كن ه: عن ابن عباس رض ي الرله عنهما قال . صلى الرله عليه وسلم بالتكبير وف ي رواية مسلم " كرنا " وف ي رواية ف ي صحيحيهما عن ابن عباس رض ي ن ع الصوت بالذكر حين ينصر ه س من المكتوبة كا ص أن رف ص: الرله عنهما ف الونا ه . د رسول الرله صلى الرله عليه وسلم على عه ل م إذا انصرفوا بذلك إذا سمعهته كن ه: وقال ابن عباس ت أعل ه Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Ibnu Abbas, beliau berkata: “Aku mengetahui bahwa shalat Rasulullah Saw telah selesai ketika terdengar suara takbir”. Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Kami mengetahui”. Dalam riwayat lain dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir selesai shalat wajib telah dilakukan sejak masa Rasulullah Saw”.
237 Imam Ahmad bin Muhammad bin Ismail ath-Thahawi, Hasyiyah ‘ala Maraqi al-Falah Syarh Nur al-Idhah, (Mesir: al-Mathba’ah al-Kubra alAmiriyyah, 1318H), hal.345. 208
Ibnu Abbas berkata, “Saya mengetahui bahwa mereka telah selesai melaksanakan shalat ketika saya mendengarnya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: ما حكم رفع الصوت بالذكر عقب الصل ة المكتوبة؟: فضيلة الشيخ:السؤال إل إذا كان إلى جنبك رجل يتم وتخشى إن رفعت الصوت أن، سنة:الشيخ .تشوش عليه فل ترفع صوتك الدليل حديث عبد الله بن عباس رض ي: والدليل يا شيخ؟ الشيخ:السائل )كان رفع الصوت بالذكر حين ينصرف:الله عنهما ف ي صحيح البخاري قال وكنت أعرف،الناس من المكتوبة على عهد النب ي صلى الله عليه وسلم .(انقضاء صلت ي بذلك Penanya: Syekh yang mulia, apa hukum mengangkat suara berzikir setelah shalat wajib? Syekh Ibnu ‘Utsaimin: Sunnah, kecuali jika di samping anda ada seseorang yang menyempurnakan shalat dan anda khawatir jika anda mengangkat suara anda akan mengganggunya, maka jangan keraskan suara anda. Penanya: Dalilnya syekh? Syekh Ibnu ‘Utsaimin: Hadits Abdullah bin Abbas dalam Shahih al-Bukhari: “Mengangkat suara berzikir ketika setelah selesai shalat wajib telah ada pada masa Rasulullah Saw, saya mengetahui shalat telah selesai dengan itu”238.
KEUTAMAAN ZIKIR JAHR BERAMAI-RAMAI. Banyak ayat-ayat al-Qur’an menyebut kata zikir dalam bentuk jamak. 238 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Juz.XIX, hal.134. 209
Firman Allah Swt:
و ه م و ص ه ل ن ي صذسك ههرو ص ال و ل عصلى ه عو د ق ه ذي ص ه س قصيا د ن الل و ص دا ص ما ص جهنوب ل ل “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 191). Firman Allah Swt:
فر ةد ص وال و وال و ما م س جدرا ص ت أص ص ع ل ذاك لصرا ل وأ س ه لص ه ري ص ظي د م ص ه س عدو الل و ه ن الل و ص ص غ ل ص ه ك صلثيدرا ص ص ذاك ل ل “Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Qs. AlAhzab [33]: 35). Firman Allah Swt:
ص ص حوهه ب هك سصر ةد ها ال و ل سب ض ه و ص صيا أي ي ص ذي ص مهنوا اذسك ههروا الل و ص نآ ص ه لذك سدرا ك صلثيدرا ) (41ص ص صيدل )(42 وأ ل ص )“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 41-42).
Hadits-Hadits Tentang Zikir Beramai-ramai. Hadits Pertama: عن أب ي هرير ة رض ي الله عنه قال :قال رسللول الللله صلللى الللله عليلله وآللله وسلم »إن لله ملئكة يطوفون ف ي الطرق يتلمسون أهل الذكر فإذا وجللدوا قوما يذكرون الله تنادوا هلموا إلى حاجتكم قال :فيحفونهم بللأجنحتهم إلللى السماء الدنيا قال :فيسألهم ربهم وهو أعلم منهم :ما يقللول عبللادي؟ قللال: يقولون يسبحونك ويكبرونك ويحمدونك ويمجدونك قال فيقول :هل رأون ي؟ قال فيقولون ل والله ما رأوك قال :فيقول :كيف لو رأون ي؟ قللال يقولللون لو رأوك كانوا أشد لك عباد ة وأشد لك تمجيدا وأكثر لك تسللبيحا قللال يقللول فما يسألون ي؟ قال :يسألونك الجنة قال :يقول :وهل رأوها؟قال يقولللون ل والله يا رب ما رأوها قال يقول فكيف لو أنهم رأوها؟ قال فيقلون لو أنهللم راوها كانوا أشد عليها حرصا وأشد لها طلبا وأعظللم فيهللا رغبللة قللال فمللم يتعوذون ؟ قال :يقولون من النار قال يقول وهل رأوهللا ؟ قللال يقولللون ل والله ما رأوها قال يقول فكيف لو رأوها؟ قال يقولون لو رأوها كللانوا أشللد منها فرارا وأشد لها مخافة قال فيقول :فأشهدكم أن ي قد غفرت لهم قال 210
هللم:يقول ملك من الملئكة فيهم فلن ليللس منهللم إنمللا جللاء لحاجللة قللال الجلساء ل يشقى بهم جليسهم Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir, apabila para malaikat itu menemukan sekelompok orang berzikir, maka para malaikat itu saling memanggil: “Marilah kamu datang kepada apa yang kamu cari”. Para malaikat itu menutupi majlis zikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia. Tuhan mereka bertanya kepada mereka, Allah Maha Mengetahui daripada mereka: “Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka bertasbih mensucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, memuliakan-Mu”. Allah bertanya: “Apakah mereka pernah melihat Aku?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihat Engkau”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka melihat Aku?”. Para malaikat menjawab: “Andai mereka melihat-Mu, tentulah ibadah mereka lebih kuat, pengagungan mereka lebih hebat, tasbih mereka lebih banyak”. Allah berkata: “Apa yang mereka mohon kepada-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka memohon surga-Mu”. Allah berkata: “Apakah mereka pernah melihat surga?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Andai mereka pernah melihat surga, pastilah mereka lebih bersemangat untuk mendapatkannya, lebih berusaha mencarinya dan lebih hebat keinginannya”. Allah berkata: “Apa yang mereka mohonkan supaya dijauhkan?”. Malaikat menjawab: “Mereka mohon dijauhkan dari neraka”. Allah berkata: “Apakah mereka pernah melihat neraka?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka pernah melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Pastilah mereka lebih kuat melarikan diri dari nereka dan lebih takut”. Allah berkata: “Aku persaksikan kepada kamu bahwa Aku telah mengampuni orang-orang yang berzikir itu”. Ada satu malaikat berkata: “Ada satu diantara mereka yang bukan golongan orang berzikir, mereka datang karena ada suatu keperluan saja”. Allah berkata: “Mereka adalah teman duduk yang tidak menyusahkan teman duduknya”. (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan Ahmad bin Hanbal).
Hadits Kedua: 211
خرج علينا النب ي صلى الله عليه وآله وسلم:عن جابر رض ي الله عنه قال يا أيها الناس إن لله سرايا من الملئكة تحل وتقف على مجالس:فقال :الذكر ف ي الرض فارتعوا ف ي رياض الجنة قالوا وأين رياض الجنة؟ قال مجالس الذكر فاغدوا وروحوا ف ي ذكر الله وذكروا أنفسكم من كان يحب أن يعلم منزلته عند الله فلينظر كيف منزلة الله عنده فإن الله ينزل .العبد منه حيث أنزله من نفسه Dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah Saw keluar menemui kami, ia berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya Allah Swt memiliki sekelompok pasukan malaikat yang menempati dan berhenti di majlismajlis zikir di atas bumi, maka nikmatilah taman-taman surga”. Para shahabat bertanya: “Di manakah taman-taman surga itu?”. Rasulullah Saw menjawab: “Majlis-majlis zikir. Maka pergilah, bertenanglah dalam zikir kepada Allah dan jadikanlah diri kamu berzikir mengingat Allah. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaklah ia melihat bagaimana kedudukan Allah bagi dirinya. sesungguhnya Allah menempatkan seorang hamba di sisi-Nya sebagaimana hamba itu menempatkan Allah bagi dirinya”. (Hadits riwayat Al-Hakim dalam al-Mustadrak). Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini: هذا حديث صحيح السناد و لم يخرجاه Hadits ini sanadnya shahih, tapi tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka. Hadits Ketiga: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم:وعن أنس رض ي الله عنه قال : »إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا قالوا يا رسول الله وما رياض الجنة؟ قال .حلق الذكر Dari Anas, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kamu melewati taman surga, maka nikmatilah”, para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah taman surga itu?”. Rasulullah Saw menjawab: Halaqah-halaqah (lingkaran-lingkaran) majlis zikir”. (HR. AtTirmidzi). Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Hasan. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi). Hadits Keempat: عن أب ي سعيد الخدري قال خرج معاوية إلى المسجد فقال ما يجلسكم قالوا جلسنا نذكر الله قال آلله ما أجلسكم إل ذاك قالوا والله ما أجلسنا إل ذاك قال أما إن ي لم أستحلفكم تهمة لكم وما كان أحد بمنزلت ي من رسول الله صلى الله عليه وسلم أقل حديثا عنه من ي إن رسول الله صلى الله عليه 212
وسلم خرج على حلقة من أصحابه فقال ما يجلسكم قالوا جلسنا نذكر الله ونحمده لما هدانا للسل م ومن علينا به فقال آلله ما أجلسكم إل ذاك قالوا آلله ما أجلسنا إل ذاك قال أما إن ي لم أستحلفكم لتهمة لكم إنه أتان ي جبريل فأخبرن ي أن الله يباه ي بكم الملئكة Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: Mu’awiyah pergi ke masjid, ia berkata: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Mereka menjawab: “Kami duduk berzikir mengingat Allah”. Ia bertanya: “Demi Allah, apakah kamu duduk hanya karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, hanya itu yang membuat kami duduk”. Mu’awiyah berkata: “Aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, tidak seorang pun yang kedudukannya seperti aku bagi Rasulullah Saw yang hadits riwayatnya lebih sedikit daripada aku, sesungguhnya Rasulullah Saw keluar menemui halaqah (lingkaran) majlis zikir para shahabatnnya, Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Para shahabat menjawab: “Kami duduk berzikir dan memuji Allah karena telah memberikan hidayah Islam dan nikmat yang telah Ia berikan kepada kami”. Rasulullah Saw berkata: “Demi Allah, kamu hanya duduk karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, kami duduk hanya karena itu”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, sesungguhnya malaikat Jibril telah datang kepadaku, ia memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kamu kepada para malaikat”. (HR. at-Tirmidzi). Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Shahih. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi).
Hadits Kelima: كان سلمان ف ي عصابة يذكرون الله فمر بهم رسول الله صلى الله عليه و سلم فجاءهم قاصدا حتى دنا منهم فكفوا عن الحديث إعظاما لرسول الله ما كنتم تقولون فإن ي رأيت الرحمة تنزل: صلى الله عليه و سلم فقال عليكم فأحببت أن أشارككم فيها و قد احتجا بجعفر بن سليمان فأما أبو سلمة سيار بن حاتم الزاهد فإنه عابد عصره و قد أكثر أحمد بن حنبل الرواية عنه Salman al-Farisi bersama sekelompok shahabat berzikir, lalu Rasulullah Saw melewati mereka, Rasulullah Saw datang kepada mereka dan mendekat. Lalu mereka berhenti karena memuliakan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang kamu ucapkan? Aku melihat rahmat turun kepada kamu, aku ingin ikut serta dengan kamu”. (Hadits riwayat Imam al-Hakim). 213
Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini: هذا حديث صحيح و لم يخرجاه Ini hadits shahih, tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka. Komentar Imam adz-Dzahabi: صحيح: تعليق الذهب ي ق ي التلخيص Komentar Imam adz-Dzahabi dalam kitab at-Talkhish: Hadits Shahih. Hadits Keenam: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا: وعن عبد الله بن الزبير قال " ل إله إل الله وحده ل شريك له له: سلم من صلته يقول بصوته العلى الملك وله الحمد وهو على كل ش يء قدير ل حول ول قو ة إل بالله ل إله إل الله ل إله إل الله ول نعبد إل إياه له النعمة وله الفضل وله الثناء الحسن ل رواه مسلم. " إله إل الله مخلصين له الدين ولو كره الكافرون Dari Abdullah bin az-Zubair, ia berkata: Rasulullah Saw apabila telah salam dari shalat, ia mengucapkan dengan suara yang tinggi: ل إله إل الله وحده ل شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل ش يء قدير ل حول ول قو ة إل بالله ل إله إل الله ل إله إل الله ول نعبد إل إياه له النعمة وله الفضل وله الثناء الحسن ل إله إل الله مخلصين له الدين ولو كره الكافرون Komentar Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: Hadits Shahih.
Hadits Ketujuh: و و ه ص هصري سصر ةص ص ه ه ص ص عوز ه ص ص ن أ صلبى ه سول الل ل قال قال صر ه ع س » ي صقول الل ه-صلى الله عليه وسلم- ه ص ص ص ص ه س س و ه ن ص ن ذصكصرلنى ل ه ل جل أصنا ل س ل فى ن صف ل عب س ل ن ي صذكهرلنى إ ل س م ص و ص حي ص عن سدص ظ ض ع ه وأصنا ص دى لبى ص ص ص ص ص س ن م ص مل ك ه ه ل ن ذصكصرلنى ل ه ل خي سحر ل فى ن صف ل وإ ل س وإ ل س من س ه ه س ه س فى ص مل ك ذصكسرت ه ه فى ص ذصكسرت ه ه م ص سى ص ص ص ص ص ص تص ص عا ه صبا د ى لذصرا د ه لذصرا د ت ل ت إ للي س ل مضنى ل ب ل وإ ل س ن ت صقور ص قور ص عا ت صقورب س ه شب سدرا ت صقورب س ه من س ه عا ص ب إ لل و ص ص .« ة ول ص د ه ص م ل وإ ل س شى أت صي ست ه ه ن أصتالنى ي ص س هسر ص ص Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt berfirman: “Aku menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia berzikir mengingat Aku. Jika ia berzikir sendirian, maka Aku menyebutnya di dalam diriku. Jika ia berzikir bersama kelompok orang banyak, maka aku menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat satu jengkal kepadaku, maka Aku mendekat satu hasta kepdanya. Jika ia mendekat satu hasta, maka Aku mendekat satu lengan kepadanya. Jika ia datang berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari”. (HR. alBukhari dan Muslim). 214
Hadits Kedelapan: ص ة ص ن صر س ى عصلى ص ن ص ر ه ر ل ه ل مك سهتوب ص ل س ل و ل كا ص أ و ف ص ع س م ص حي ص ن ال س ص ف الونا ه ن ي صن س ص ع ال و ص س د الن وب ل ض ص ل ت لبالذضك س ل ص.-صلى الله عليه وسلمصصر ه ل ص ه ص قا ص قا ص م إل ص فوا ت أص س ن ص س ك هن س ه ل اب س ه عل ص ه وأن و ه ذا ان س ص ص عوبا ك ب لذصل ل ص ك إل ص .ه س ل م س ذا ص عت ه ه Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir setelah selesai shalat wajib sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku tahu bahwa mereka telah selesai shalat ketika aku mendengarnya (zikir dengan suara jahr)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Hadits Kesembilan: ما من قو م يذكرون الله إل حفت بهم الملئكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده Tidaklah sekelompok orang berzikir mengingat Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, mereka diliputi rahmat Allah, turun ketenangan kepada mereka dan mereka dibanggakan Allah kepada para malaikat yang ada di sisi-Nya. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi). Komentar Syekh al-Albani dalam shahih wa dha’if Sunan at-Tirmidzi: Hadits Shahih. Hadits Kesepuluh: ما من قو م: عن أنس بن مالك عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال اجتمعوا يذكرون الله ل يريدون بذلك ال وجهه ال ناداهم مناد من السماء ان قوموا مغفورا لكم قد بدلت سيئاتكم حسنات Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Sekelompok orang berkumpul berzikir mengingat Allah, tidak mengharapkan kecuali keagungan Allah, maka ada malaikat dari langit yang memanggil mereka: “Berdirilah kamu, dosa-dosa kamu telah diganti dengan kebaikan”. Hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab al-Musnad. Komentar Syekh Syu’aib al-Arna’uth tentang hadits ini: وهذا إسناد حسن،صحيح لغيره Shahih li ghairihi, sanad ini sanad hasan. Hadits Kesebelas: عن أنس رض ي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم قال لن أذكر الله تعالى مع قو م بعد صل ة الفجر إلى طلوع الشمس أحب ال ي مما طلعت عليه الشمس ولن أذكر الله مع قو م بعد صل ة العصر إلى أن تغيب .الشمس أحب إل ي من الدنيا وما فيها 215
Dari Anas, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Aku berzikir mengingat Allah bersama orang banyak setelah shalat shubuh hingga terbit matahari lebih aku sukai daripada terbitnya matahari. Aku berzikir bersama orang banyak setelah shalat ashar hingga tenggelam matahari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya”. (Hadits riwayat Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir dengan tanda: Hadits Hasan). Pendapat Ulama Tentang Zikir Jahr. Pendapat Imam as-Suyuthi: سألت أكرمك الله عما اعتاده الساد ة الصوفية من عقد حلق الذكر والجهر .به ف ي المساجد ورفع الصوت بالتهليل وهل ذلك مكروه أو ل إنه ل كراهة ف ي ش يء من ذلك وقد وردت أحاديث تقتض ي- الجواب استحباب الجهر بالذكر وأحاديث تقتض ي استحباب السرار به والجمع بينهما أن ذلك يختلف باختلف الحوال والشخاص كما جمع النووي بمثل ذلك بين الحاديث الوارد ة باستحباب الجهر بقراء ة القرآن والوارد ة باستحباب السرار بها Pertanyaan ditujukan kepada Imam as-Suyuthi tentang kebiasaan kalangan Tasauf membuat lingkaran zikir dan berzikir jahr di masjidmasjid serta mengeraskan suara ketika ber-tahlil, apakah itu makruh atau tidak? Jawaban: Perbuatan itu tidak makruh, terdapat beberapa hadits yang menganjurkan zikir jahr dan hadits-hadits yang menganjurkan zikir sirr. Kombinasi antara keduanya bahwa jahr dan sirr berbeda sesuai perbedaan kondisi dan orang yang berzikir, sebagaimana yang digabungkan Imam an-Nawawi tentang hadits-hadits berkaitan dengan anjuran membaca al-Qur’an dengan cara jahr dan sirr239.
Pendapat Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani: وقال الشيخ عبدالوهاب الشعران ي رحمه الله تعالى )وأجمعوا على انه يجب على المريد الجهر بالذكر بقو ة تامة بحيث ل يبقى منه متسع إل ويهتز من .(فوق رأسه إلى إصبع قدميه Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani berkata: “Para ulama sepakat bahwa wajib bagi seorang murid men-jahr-kan zikir dengan kekuatan yang 239 Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.II, hal.81. lihat selengkapnya, Imam as-Suyuthi memuat 25 hadits tentang zikir jahr. 216
sempurna hingga tidak ada yang luang melainkan bergetar dari atas kepala hingga jari-jari kedua kaki”240. Bagaimana Dengan Ayat Yang Memerintahkan zikir Sirr?
﴾﴿واذكر ربك ف ي نفسك تضرعا وخفية ودون الجهر من القول “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara”.
(Qs. al-A’raf [7]: 205).
Imam as-Suyuthi memberikan jawaban dalam kitab Natijat al-Fikr fi alJahr bi adz-Dzikr: إنها مكية لنها من العراف وه ي مكية كآية السراء﴾ول تجهر بصلتك:الول ول تخافت بها﴾ وقد نزلت حين كان النب ي صلى الله عليه وآله وسلم يجهر بالقرآن فيسمعه المشركون فيسبون القرآن ومن أنزله فامره الله بترك ﴾ول تسبوا الذين:الجهر سدا للذريعة كما نهى عن سب الصنا م ف ي قوله .يدعون من دون الله فيسبوا الله عدوا بغير علم﴾ وقد زال هذا المعنى Pertama, ayat ini turun di Mekah, karena bagian dari surat al-A’raf, surat ini turun di Mekah, seperti ayat dalam surat al-Isra’: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Qs. al-Isra’ [17 ]: 110), ayat ini turun ketika Rasulullah Saw membaca al-Qur’an secara jahr lalu didengar orang-orang musyrik, lalu mereka mencaci maki al-Qur’an dan Allah yang menurunkannya, maka Allah memerintahkan agar jangan membaca jahr untuk menutup pintu terhadap perbuatan tersebut, sebagaimana dilarang mencaci-maki berhala dalam ayat: “Dan janganlah kamu memaki sembahansembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”. (Qs. al-An’am [6 ]: 108). أن جماعة من المفسرين منهم عبدالرحمن بن يزيد بن أسلم شيخ:والثان ي مالك وابن جرير حملوا الية على الذكرحال قراء ة القرآن وأنه أمره بالذكر على هذه الصفة تعظيما للقرآن الكريم أن ترفع الصوات عنده ويقويه ﴾اتصاله بقوله تعالى ﴾وإذا قرئ القرآن فاستمعوا له وانصتوا لعلكم ترحمون Kedua, sekelompok ahli Tafsir, diantara mereka Abdurrahman bin Yazid bin Aslam guru Imam Malik dan Ibnu Jarir memaknai perintah zikir sirr ini ketika ada bacaan al-Qur’an. Diperintahkan zikir sirr ketika 240 Al-Anwar al-Qudsiyyah, juz.I, hal, 38 217
ada bacaan al-Qur’an untuk mengagungkan al-Qur’an. Ini kuat hubungannya dengan ayat: “Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Qs. al-A’raf [7 ]: 204). ما ذكره علماء الصوفية من أن المر ف ي الية خاص بالنب ي صلى:الثالث الله عليه وآله وسلم واما غيره فمن هو محل الوساوس والخواطر فمأمور بالجهر لنه أشد تأثيرا ف ي دفعها Ketiga, Sebagaimana yang disebutkan para ulama Tasauf bahwa perintah dalam ayat ini khusus kepada Rasulullah Saw, adapun kepada selain Rasulullah Saw maka mereka adalah tempatnya was-was dan lintasan hati, maka diperintahkan zikir jahr karena zikir jahr itu lebih kuat pengaruhnya dalam menolak was-was.
Bagaimana Dengan Ayat Yang Memerintahkan Sirr?
﴾﴿ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه ل يحب المعتدين “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf [8 ]: 55). Jawaban: أن الراجح ف ي تفسيره أنه تجاوز المأمور أو اختراع دعو ة ل أصل:احدهما :لها ف ي الشرع فعن عبدالله بن مغفل رض ي الله عنه أنه سمع ابنه يقول )اللهم إن ي أسألك القصر البيض عن يمين الجنة فقال إن ي سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول»يكون ف ي المة قو م يعتدون ف ي .(الدعاء والطهور« وقرأ هذه الية فهذا تفسير صحاب ي وهو أعلم بالمراد Pertama: Pendapat yang kuat tentang makna melampaui batas dalam ayat ini adalah melampaui batas yang diperintahkan, atau membuatbuat doa yang tidak ada dasarnya dalam syariat Islam, diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal, ia mendengar anaknya berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu istana yang putih di sebelah kanan surga”, maka Abdullah bin Mughaffal berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Ada di antara ummatku suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa dan bersuci. Kemudian ia membaca ayat ini: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf [ 7]: 55). Ini penafsiran seorang shahabat nabi tentang ayat ini, ia lebih mengetahui maksud ayat ini. 218
على تقدير التسليم فالية ف ي الدعاء ل ف ي الذكر والدعاء بخصوصه:الثان ي الفضل فيه السرار لنه أقرب إلى الجابة ولذا قال تعالى ﴾إذ نادى ربه نداء .﴾خفيا Kedua: ayat ini tentang doa, bukan tentang zikir. Doa secara khusus lebih utama dengan sirr, karena lebih dekat kepada dikabulkan, sebagaimana firman Allah: “Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut”. (Qs. Maryam [19]: 3).
219
MASALAH KE-24: BERDOA SETELAH SHALAT. Riwayat Pertama: ص ص ه ص ة ص سو ص قي ص قا ص ع ي الدي ص ه ص ص م ص ل ل عل صي س ل ل الل و ل م ه عاءل أ س و ص ل صيا صر ه ع س س ص مأ ي سل و ص صولى الل و ه ما ص ن ألب ي أ ص ه ص ه ص س ص س و س ص قا ص ت ل ال ل و ص مكهتوصبا ل وا ل ل ص ت ال ص ودهب هصر ال و صل ص ر ص ف اللي س ل ج س خ ل ص ص ه ص قا ص ن دي ح سى ص ل أهبو ل ح ل ث ص ذا ص ح ص عي ص س ح Dari Abu Umamah, ia berkata, “Ditanyakan kepada Rasulullah Saw, ‘Doa apakah yang paling didengar?’. Rasulullah Saw menjawab, “Doa di penghujung malam dan doa setelah shalat fardhu”. Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, beliau berkata, “Ini hadits hasan”.
Riwayat Kedua: ص و ص قا ص سو ص ل :صيا ه -صلى الله عليه وسلم -أ ص ص ص د ل خذص ب لي ص ل ل الل و ل لأ و ن ص م ص ن صر ه ع س ن ه ه ص جب ص ك عالذ ب س ل ه ه و و ص ص حب يك. ه إ لضنى ل ل ه إ لضنى ل ل والل ل والل ل م ص ه حب يك ص عاذه ص قا ص ه صي ص ة ت ص ه ف ص ص قو ه ر كه ض ل: عاذه ل ص ت صدص ص ن ل صل ص ك ل :أو ل م ص ع و ك صيا ه ل ص فى دهب ه ل
الل وهم أ س س ن ن عسباد ست ه س س س ي ك س ح و ك ر ك ش و ك ر ك ذ لى ع نى ع س ن ه ه ه و ي ن ي و س س ه ه ه
.
Dari Mu’adz bin Jabal, sesungguhnya Rasulullah Saw menarik tangan Muadz seraya berkata: “Wahai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku sangat menyayangimu, demi Allah sungguh aku sangat menyayangimu. Aku pesankan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalatmu engkau ucapkan: “Ya Allah, tolonglah aku agar mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan ibadah yang baik kepada-Mu”. (HR. Abu Daud).
Riwayat Ketiga: ن ص ه -صلى الله عليه وسلم -ي ص ه و ص قو ه سو ه قا ص ه ل ل صل صت ل ل ل الل و ل كا ص ما ه ن صر ه ل ه سل صي س ص ر ص ص فى دهب ه ل
شهيد أ صن و ص ص شى ك ص حللدص ص ب كه ض ك و س ت الور ي ء أصنا ص ل ح وصر و ك أن س ص الل و ه ه و ب ص م صرب وصنا ص ل ص س ص ك ل صلل ص ري ص ء أ صن صللا ص ل ص ب ك هلل ض لص ص ن ى ك هيدح أ و وصر و ك الل و ه هلل و م صرب ون صللا ص شلل س شلل ل شلل ل 220
سول ه ص عب سده ص ء أ صصنا ص ل ص ب كه ض ى ك دا ص هيدح وصر و م د م ص ك الل و ه وصر ه ه و ح و ه م صرب وصنا ص ك ص ش س ش ل ص ل ص ب ك هلل ض عل سن لللى ى ك م إل س ن ال س ل أ و ج ص ءا س وصر و و ةح الل و ه عصبادص ك هل و ه ه و ه س م صرب ون صللا ص خ ص شلل س صا ل ص ص فى ك ه ض ة ي صللا ص ذا م س سا ص وال ل ة ل هللى ل وأ ص س خللصر ل ع ك ل ص ه خل ل د فى الدين سصيا ص ك ص ص ص و و س م م س ال ص ه أك سب صللهر الك سب صللهر الل ه وا س وال لك سصرا م ل ا س هلل و ب اللل ه س ص ج ل سللت ص ل ع ص ل ص جل ص ل ص .ض وا ل هنوصر ال و س ص ت ص م ص والسر ل Sulaiman berkata: “Setelah selesai shalat Rasulullah Saw berdoa dengan doa ini “Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, aku saksi bahwa sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, Engkau Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu. Ya Allah, Engkau Tuhan segala sesuatu. Aku saksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu dan rasul-Mu. Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, aku saksi bahwa hamba-hamba-Mu semuanya adalah bersaudara. Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, jadikanlah aku ikhlas kepada-Mu, juga keluargaku, dalam setiap saat di dunia dan akhirat, wahai Yang Memiliki Kemuliaan dan keagungan. Dengarkan dan perkenankanlah wahai Tuhan Yang Maha Besar. Ya Allah, Engkaulah cahaya langit dan bumi”. (HR. Abu Daud).
Riwayat Keempat:
ة ص ص ح للى ه للى ل ديلنى ال و ل ح للى ل صل ل س ج ص ذى ص صل ل س الل و ه ص ص عل ست ص ه ه و وأ س ع س مأ س م د ص شى ت ل عا ل م ص ج ص ى ال ولتى ص عل س ص في ص ها ص دهن سصيا ص و ص خط ل ص ضا ص ع س ن س ص وأ ص ه م إ لضنى أ ص ه ر ص ك ل ك ل عوذه ب ل ص ن ص الل و ه م س م س ه و ك ص ف ل عوذه ب ل ل من س ص عوذه ب ل ص مت ل ص نل س ك وأ ص ه ك ل ق ص ك ص ول ص ي صن س ص ع ص ما أ ص س جدض ذا ال س ص ف ه من ص س م س مان ل ص ع ص عطصي س ص ما ص ى لل ص ول ص ه ع لل ص لص ص ت ص ت ص عط ل ص من س ص .د ل ج ي ك ال س ص ل وحدث صلنى ك صعب أ صن صهيبا حدث ص ص ص-صلى الله عليه وسلم- دا ص ن كا ص هأ و م د م ص س ح قا ص ص ص و ح و ن ه و ه ص س د ص و ه يص ه .ه صصرا ل ن ل صل صت ل ل ه ل ف ل عن سدص ان س ل قول ه ه م س ه و ن ص “Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang telah Engkau jadikan sebagai penjaga bagiku. Perbaikilah untukku duniaku yang telah Engkau jadikan kehidupanku di dalamnya. Ya Allah aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, aku berlindung dengan ampunan-Mu 221
dari azab-Mu. Aku berlindung dengan-Mu. Tidak ada yang mencegah atas apa yang Engkau beri. Tidak ada yang memberi atas apa yang Engkau cegah. Yang memiliki kemuliaan tidak ada yang dapat memberikan manfaat, karena kemuliaan itu dari-Mu”. Shuhaib menyatakan bahwa Rasulullah Saw mengucapkan kalimat ini ketika selesai shalat. (HR. an-Nasa’i). Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah membuat satu pasal dalam kitab Zad al-Ma’ad fi Hady Khair al-‘Ibad241: فيما كان رسو ه:فصل م يقوله بعد انصرافه من ه ص عل صي س ل و ص سل و ص صولى الل و ه ل الله ص ه ص وما شرعه لمته من الذكار،ة النتقال منها وسرع ل،دها وجلو ل،الصل ة سه بع ص والقراء ة بعدها Pasal: Ucapan Rasulullah Saw setelah selesai shalat, duduknya Rasulullah Saw setelah shalat, cepat beralih tempat, apa yang disyariatkan untuk ummatnya dari zikir-zikir dan bacaan setelah shalat. Dalam pasal ini Imam Ibnu Qayyim memuat beberapa doa setelah shalat: صولى أن رسول الله ص،وذكر أبو داود عن عل ي بن أب ي طالب رض ي الله عنه :م كان إذا سولم من الصل ة قال ه ص عل صي س ل و ص سل و ص الل و ه ه ص Disebutkan Imam Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib, sesungguhnya Rasulullah Saw itu apabila beliau telah salam (selesai shalat), beliau mengucapkan:
ما س ما ص ،ت ما أ و ما أ س عل صن س ه سصرسر ه م ه ما أ س الل ه و ص و ص و ص قدي س غفسر ل ي ص ه و ص،ت ص،خسرت ص،ت ص م ص م ص ،خهر ؤ ض تأ س وأن س ص قد ض ه أن س ص،م به مضن ي ما أن س ص سصرف ه ما أ س ت ال ه ت ال ه عل ص ه و ص و ص ص، م ص،ت ص ت ه لإل ا سن س ص ل ص إل ص
Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang sudah dan akan aku lakukan. Apa yang aku rahasiakan dan apa yang aku tampakkan. Sikap berlebihanku. Apa yang yang Engkau ketahui dariku. Engkau yang mengawalkan dan Engkau yang mengakhirkan. Tiada tuhan selain Engkau.
كان رسو ه:وذكر الما م أحمد عن زيد بن أرقم قال ه ه ص عل صي س ل صولى الل و ه ل الله ص ل كه ض م يقو ه :ل صل ة و ص سل و ص ص Disebutkan oleh Imam Ahmad dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Saw mengucapkan doa ini setiap selesai shalat: 241 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, juz.I (Kuwait: Maktabah al-Manar al-Islamiyyah, 1415H), hal.297. 222
شهيدح أ صن ر ص صأنا ص،ه ل ص ب كه ض ب وحدك ل ش ي ك ك الور ي وصر و الل ي ه ملليك ص ه و ص ه و ء ص م صرب رصنا ص ص عب سده ص ك لص ص ري ص أ صصنا ص،ء ل ص بك ض ص ك ش ي ك مدا د ص هيدح أ و م ص وصر و الل ه،ك ح ص ن ه ه و م صرب وصنا ص ش ل ش ل ص أ صصنا ص،ء ل ص ب كه ض هم ش ي ك ن ال ل هيدح أ و وصر و عصبادص ك هل و ه ورسولك الل ه ه و م صرب وصنا ص ص ش ل ص ص د س ص ورب كل ص هلل ي ف ي ش ي ك علن ي م س إل س و ح وأ س ج ص ا س،ء الل ه، ة ه و خللصا لك ص م صرب وصنا ص خ ص ك ض ة صيا ص ع ل سا ص وال ل خصر ل عة ل م س ا س، م م ص س ص ذا الجلل ص ن الدرن سصيا ص وا ل لكصرا ل ت وا ص ص الله أ صك سب صهر.لرض ج س ه هنور ال و وا س س ص ه أك سب صهر الكب سهر الل ه الل ه،ب ست ص ل ماوا ل ص ص ص ص ص س س س س كي ه .ر ورواه أبو داود و ل ون ل س ص،الكب صهر ح س الل ه،ل ع ص ي الل ه ه أكب صهر اللكب ص ه م ال ص ه ص سب ل ص
“Ya Allah, Rabb kami, Rabb segala sesuatu dan Pemiliknya. Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Rabb, hanya Engkau saja. Tiada sekutu bagi-Mu. Ya Allah Rabb kami dan Rabb segala sesuatu. Aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Mu dan rasul-Mu. Ya Allah Rabb kami dan Rabb segala sesuatu. Aku bersaksi sesungguhnya semua hamba-hamba itu bersaudara. Ya Allah Rabb kami dan Rabb segala sesuatu. Jadikanlah aku ikhlas untuk-Mu dan keluargaku dalam setiap waktu di dunia dan akhirat wahai yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Dengarkanlah dan kabulkanlah. Allah Maha Besar diantara yang besar. Cahaya langit dan bumi. Allah Maha Besar diantara yang besar. Cukuplah Allah sebagai sebaik-baik Penolong. Allah Maha Besar diantara yang besar”. Juga diriwayatkan Abu Daud.
223
MASALAH KE-25: DOA BERSAMA. Doa bersama bukanlah tradisi buatan Tuk Lebai Kampong yang mudah dibid’ahkan. Yang mengamalkan doa bersama pula merasa ragu-ragu, karena beramal ikut-ikutan saja. Berdoa bersama telah dilaksanakan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. Nabi Musa Berdoa, Nabi Harun Mengucapkan, “Amin”.
ة ص نو ص ص ل موسى رب وصنا إن و ص ص و ص ة فسر ص وادل ل ت ل حصيا ل ف ي ال س ص ك آت صي س ص ص وأ س و ص ص ص قا ص ه م ص زين ص د ص ع س ص ص ل ملهه ل ص ص س ي ص س د د لل ش وا م ه ل وا لل م أ للى ل ع س لل م ط ا نا ب ر ك ل بي س ن ع لوا ض ي ل نا ب ر يا ن د ال س ص ص س ص ل ل ص و ص ل ي س ص ص و ص ل ه ل ه س س ص ل ل س ص ص س س ص عصلى ه ه م ص فل ي ه س ع ص م ص ؤ ل ذا ص وا ال ص مهنوا ص ب الللي ص ه س حوتى ي صصر ه قلوب ل ل
“Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami - akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih”. (Qs. Yunus [10]: 88). Allah Swt Mengabulkan Doa Nabi Musa dan Nabi Harun. 224
ل ص ه ما ص ص قا ص ما ت دص س ست ص ل جيب ص س فا س قي ص وت هك ه ص قدس أ ل ع ص
“AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus”. (Qs. Yunus [10]: 89). Komentar Imam Ibnu Katsir: الللت ي، فيهللم هللذه الللدعو ة، عليه السللل م،ولهذا استجاب الله تعالى لموسى ن عليها أخوه هارون م ص أ و Oleh sebab itu Allah Swt mengabulkan doa Nabi Musa as terhadap Fir’aun dan para pengikutnya, doa itu diaminkan oleh Nabi Harun as saudara Nabi Musa as242. Selanjutkan Imam Ibnu Katsir menyebutkan beberapa riwayat, والربيع بن، ومحمد بن كعب القرظ ي، وعكرمة، وأبو صالح،قال أبو العالية قد أجبناكما فيما سألتما من تدمير آل: أي،ن هارون م ص دعا موسى وأ و:أنس .فرعون Abu al-‘Aliyah, Abu Shalih, ‘Ikrimah, Muhammad bin Ka’ab al-Qarzhi dan ar-Rabi’ bin Anas berkata, “Nabi Musa berdoa dan yang mengaminkan adalah Nabi Harum”. Artinya, “Kami telah mengabulkan doa kamu berdua tentang permohonan kamu berdua untuk menghancurkan pasukan Fir’aun”243. Hadits:
م ص ن فى الجر شريكان م ه ؤ ض الداعى وال ه “Orang yang berdoa dan yang mengaminkan berkongsi dalam pahala”. Disebutkan Imam ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus. Dari Abdullah bin Abbas. Hadits ini dha’if, tapi dikuatkan firman Allah Swt di atas, demikian disebutkan Syekh Ahmad bin ash-Shiddiq al-Ghumari dalam al-Mudawi fi ‘Ilal al-Jami’ ash-Shaghir wa Syarh al-Munawi, juz.IV, hal.43. Satu Orang Berdoa, Yang Lain Mengaminkan. ص مل ح ص وي ه ص ه في صدس ه سائ لهر ه ع ه جت ص ل م لإل أ ص عو ب ص س م ه ل يص س جاب ص ه ن ص ض ه م ه م الل و ه ه ه ه س ؤ ض ه س ع ص م ص المعجم الكبير للطبران ي ودلئل النبو ة للبيهق ي والمستدرك للحاكم سكت عنه الذهب ي ف ي التلخيص: تعليق الحافظ الذهب ي ف ي التلخيص 242 Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Juz.IV (Dar Thibah, 1320H), hal.291. 243 Ibid. 225
“Tidaklah sekelompok orang berkumpul, lalu sebagian mereka berdoa, semua mereka mengaminkan, melainkan Allah Swt mengabulkan doa mereka”. Disebutkan dalam al-Mu’jam al-Kabir karya ath-Thabrani, Dala’il anNubuwwah karya al-Baihaqi dan al-Mustadrak karya al-Hakim. Imam adz-Dzahabi tidak memberikan komentar terhadap hadits ini. Komentar Imam Ibnu Hajar al-Haitsami: رجاله رجال الصحيح غير ابن لهيعة وهو حسن: (10/170) قال الهيثمى الحديث Para perawinya adalah periwayat ash-shahih, kecuali Ibnu Lahi’ah, statusnya: Hasan al-Hadits. Shahabat Berdoa, Nabi Muhammad Saw Mengaminkan. عن إسماعيل بن أمية أن محمد بن قيس بن مخرمة حللدثه أن رجل جللاء زيللد عليك بأب ي هرير ة فإنه بينا أنا و أبو: بن ثابت فسأله عن ش يء فقال له زيد هرير ة و فلن ف ي المسجد ذات يو م ندعو الله تعالى و نذكر ربنا خللرج علينللا فجلللس و سللكتنا: رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى جلللس إلينللا قللال فقال عودوا للذي كنتم فيه قال زيد فدعوت أنا و صاحب ي قبل أب ي هرير ة و ثللم دعللا أبللو: جعل رسول الله صلى الله عليه و سلم يؤمن على دعائنا قال هرير ة فقال اللهم إن ي أسألك مثل الذي سألك صاحباي هذان و أسألك علما آمين فقلنا يا رسول الله: ل ينسى فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم سبقكما بها الدوس ي: و نحن نسأل الله علما ل ينسى فقال Dari Ismail bin Umayyah, sesungguhnya Muhammad bin Qais bin Makhramah meriwayatkan kepadanya, ada seorang laki-laki datang kepada Zaid bin Tsabit, ia bertanya tentang sesuatu. Maka Zaid berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menemui Abu Hurairah, karena sesungguhnya ketika saya, Abu Hurairah dan fulan berada di masjid pada suatu hari, kami berdoa kepada Allah dan berzikir menyebut-Nya, Rasulullah Saw keluar menemui kami hingga ia duduk bersama kami, lalu kami pun diam. Rasulullah Saw berkata, “Lakukanlah kembali apa yang telah kalian lakukan”. Zaid berkata, “Lalu saya dan sahabat saya berdoa sebelum Abu Hurairah. Rasulullah Saw mengaminkan doa kami. Kemudian Abu Hurairah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu seperti yang dimohonkan kedua sahabatku ini. Dan aku memohon kepada-Mu ilmu yang tidak akan terlupakan”. Rasulullah Saw mengatakan, “Amin”. Kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami juga meminta kepada Allah ilmu yang tidak akan terlupakan”. Rasulullah Saw menjawab, “Abu Hurairah telah mendahului kalian berdua”. 226
Hadits ini disebutkan Imam an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, disebutkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath dan disebutkan juga oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak. Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini dalam al-Mustadrak: صحيح السناد و لم يخرجاه Sanad hadits ini shahih, tapi tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka. Jibril Berdoa, Nabi Muhammad Saw Mengaminkan. احضروا: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: عن كعب بن عجر ة قال آمين: المنبر فحضرنا فلما ارتقى درجة قال : آمين فلما ارتقى الدرجة الثالثة قال: فلما ارتقى الدرجة الثانية قال آمين فلما نزل قلنا يا رسول الله لقد سمعنا منك اليو م شيئا ما كنا نسمعه بعدا لمن أدرك: إن جبريل عليه الصل ة و السل م عرض ل ي فقال: قال رمضان فلم يغفر له قلت آمين فلما رقيت الثانية قال بعدا لمن ذكرت عنده فلم يصل ي عليك قلت آمين فلما رقيت الثالثة قال بعدا لمن أدرك أبواه الكبر عنده فلم يدخله الجنة قلت آمين Dari Ka’ab bin ‘Ajrah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Datanglah kalian ke mimbar”. Lalu kami pun datang ke mimbar. Ketika Rasulullah Saw naik ke anak tangga pertama mimbar, ia katakan, “Amin”. Ketika Rasulullah Saw naik ke anak tangga kedua, ia katakan, “Amin”. Ketika Rasulullah Saw naik ke anak tangga kedua, ia katakan, “Amin”. Ketika Rasulullah Saw turun, kami katakan, “Wahai Rasulullah, kami telah mendengar darimu sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya”. Rasulullah Saw menjawab, “Sesungguhnya malaikat Jibril as menawarkan kepadaku, ia berkata, “Celakalah orang yang mendapati Ramadhan, tapi ia tidak diampuni”. Aku katakan, “Amin”. Ketika aku naik ke anak tangga kedua, Jibril berkata, “Celakalah orang yang ketika namamu disebut, ia tidak bershalawat kepadaku”. Aku katakan, “Amin”. Ketika aku naik ke anak tangga ketiga, Jibril berkata, “Celakalah orang yang kedua orang tuanya sampai usia tua bersamanya, tapi tidak membuatnya masuk surga”. Aku katakan, “Amin”. (HR. al-Hakim). Komentar Imam al-Hakim: هذا حديث صحيح السناد و لم يخرجاه Sanad hadits ini shahih, tetapi tidak disebutkan al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka.
227
Komentar Imam adz-Dzahabi: صحيح: تعليق الذهب ي ق ي التلخيص 244 Hadits shahih .
MASALAH KE-26: BERZIKIR MENGGUNAKAN TASBIH. ص ص ص و و خ ص عائ ل ص صللولى ه دص ص ص ص ن ص ص ش ص ل الل ولل ل ع ل ة ب لن س ل م ص س س ع صر ه ن ألبي ص ت ص ع س ع س ل ص ها أن و ه ه ص سو ل ن ألب ي ص قا ك د بس ل ه ص ص ص و ص و ص ص ص ك ه فقللال أ س م ص ه ص ح بل ل مصرأ ك علي س ل خب لللهر ل سب ض ه و ص صى ت ه ص ن ي صدصي س ص و ص وب صي س ص على ا س سل ص الل ه ح د وى أ س ها ن ص د ة ص ه ص ص ص ص ص و ص ص ص س ص ه ص فلل ي مللا ص ه ص سهر ص ق ل ن ص ما ه و أف ص ن الللل ل ك ل حا ص سللب س ص علي س ل ضل فقللال ه و أي س ص م س خللل ص عللدصدص ص بل ص هذا أ س ه ص ص ص و س ص و ن ما ل ما ص ما ص ه ص ه ص ق ل ن الل ل ن الل ل حا ص حا ص سب س ص سب س ص و ه و ه ال و ق ب صي سلل ص خللل ص عدصدص ص خل ص عدصدص ص س ص ض ص ء ص ف ي السر ل ص و س و و س ل ذصللللكص ص ص س مث س ه ه و ص ه ص ما ه ه ل مده ل لل ل ه أكب صهر ل ن الل ل حا ص وال ص سب س ص و ه ح س والل ه خال ل ح عدصدص ص مثل ذصل لك ص ق ص ه ص ذصل لك ص و و ص ص و و ل ذصل لكص ص ه س س مث ه و ص مث ه ه ل و ةص إ لل لبالل ل ه ل ول ص ه إ لل الل ه وصل إ لل ص ص ول ق و ل ص ح س ل ذصل لك ص ص Dari Aisyah binti Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Bapaknya, sesungguhnya ia masuk bersama Rasulullah Saw, ada seorang perempuan, di depannya ada biji-bijian atau batu, ia bertasbih menggunakan bijibijian dan batu itu. Maka Rasulullah Saw berkata, “Aku beritahukan kepada engkau dengan yang lebih mudah bagimu daripada ini atau lebih utama”. Kemudian Rasulullah Saw mengucapkan, “Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan di langit. Maha Sui Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan di bumi. Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan diantara itu. Maha Suci Allah sejumlah apa yang telah Ia ciptakan. Allah Maha Besar seperti itu. Segala puji bagi Allah, seperti itu. Tidak ada tuhan selain Allah, seperti itu. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allah, seperti itu”. (HR. Abu Daud). Rasulullah Saw tidak melarang berzikir menggunakan biji-bijian atau batu sebagai alat hitung, hanya saja Rasulullah Saw menunjukkan cara yang lebih mudah. Oleh sebab itu para shahabat tetap menggunakan alat untuk menghitung zikir. عن القاسم بن عبد الرحمن قال كلان لبل ي اللدرداء نلوى مللن نلوى العجللو ة حسبت عشرا او نحوها ف ي كيس وكان اذا صلى الغللدا ة اقعللى علللى فراشلله فاخذ الكيس فاخرجهن واحد ة واحد ة يسبح بهن فللاذا نقللدن اعللادهن واحللد ة واحد ة كل ذلك يسبح بهن قال حتى تأتيه ا م الدرداء فتقول يا ابا الللدرداء ان غدائك قد حضر فربما قال ارفعوه فان ي صائم
244 Imam al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihaih, Juz.IV (Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyyah, 1411H), hal.170. 228
Dari al-Qasim bin Abdurrahman, ia berkata, “Abu ad-Darda’ memiliki biji-biji dari biji-biji kurma ‘Ajwah, menurut saya ada sepuluh atau seperti itu, berada dalam satu kantong. Apabila ia telah melaksanakan shalat Shubuh, beliau mendekat ke kasurnya lalu mengambil kantong tersebut dan mengeluarkan biji-biji itu satu per-satu, ia bertasbih menggunakannya. Apabila telah habis, ia ulangi lagi satu per-satu. Ia bertasbih menggunakannya hingga Ummu ad-Darda’ datang seraya berkata, “Wahai Abu ad-Darda’, sesungguhnya makananmu telah tiba”. Abu ad-Darda’ menjawab, “Angkatlah, sesungguhnya aku puasa”245. ص ص وى و ص س ل و ه ما أ صصنا ل فيل ل ه ل ه ص م ص عصللى ص عل ه و ص ر ل صلل ه و د فب صي سن ص ص ح د كيل ح و ن صلل د صللى أ س ه ص هلل ص ملا ص عن سدصهه ي ص س ري ك سل ل ص ص س ذا أن س ص س ص ف ص حت وللى إ ل ص س ري ص ح مللا ل و ه ل ل هللا ص سللب ض ه و ص ه ص ح بل ص و يه ص ه ص وأ س فللدص ص ة لص ه من س ه ه ص داءه ص س س ص جا ل فلل ي الك ليلل ل ص ص ص س ص س ص ص ص ص ص ه ه فأ ص ه ل ه إ للي س ل ف ي ال ل س فدصف ص م ص ها ف ص ألقاهه إ للي س ص عت س ه عادصت س ه عت س ه ج ص كي ل “Ketika saya berada di sisi Abu Hurairah suatu hari, ia berada di atas kasur, bersamanya ada satu kantong, di dalamnya ada batu-batu atau biji-biji, di bawahnya ada hamba sahaya berkulit hitam. Abu Hurairah bertasbih menggunakan batu-batu dan biji-biji itu. Ketika batu-batu yang ada di dalam kantong itu habis, Abu Hurairah melemparkan kantong itu kepada hamba sahaya itu, lalu ia mengumpulkannya dan mengembalikannya ke dalam kantong dan menyerahkannya kepada Abu Hurairah”. (HR. Abu Daud). وعن نعيم بن المحرر بن أب ي هرير ة عن جده أب ي هرير ة رض ي الله عنلله أنلله خي س ح ص، ة ع س فيه أ صل س ص ه كان له ص فا ه ط ل ح بل ل قدص ك سب ض ص م ص فل ص ي صصنا ه حوتى ي ه ص Dari Nu’aim bin al-Muharrar bin Abi Hurairah, dari Abu Hurairah Kakeknya, sesungguhnya Abu Hurairah memiliki benang, pada benang itu ada seribu simpul, Abu Hurairah tidak tidur hingga ia bertasbih menggunakan (seribu simpul itu)246. Imam asy-Syaukani berkata, وقد ساق السيوط ي آثارا ف ي الجزء الذي سماه المنحة ف ي السبحة وهو من ولم ينقل عن أحد من: جملة كتابه المجموع ف ي الفتاوى وقال ف ي آخره السلف ول من الخلف المنع من جواز عد الذكر بالسبحة بل كان أكثرهم يعدونه بها ول يرون ف ي ذلك مكروها انتهى 245 Imam Ahmad bin Hanbal, az-Zuhd, hal.141. 246 Abu Nu’aim al-Ishfahani, Hulyat al-Auliya’, juz.I, hal.383. 229
Imam as-Suyuthi telah menyebutkan beberapa atsar dalam satu juz yang beliau beri judul al-Min-hah fi as-Sab-hah, kitab yang tergaung dalam al-Fatawa (kumpulan fatwa), di akhirnya beliau katakana, “Tidak ada riwayat dari seorang pun, baik dari kalangan Salaf maupun Khalaf tentang larangan berzikir menggunakan tasbih, bahkan sebagian besar mereka menganggapnya dipakai saat berzikir, mereka tidak memakruhkannya. Selesai247. Pendapat Imam Ibnu Taimiah: ص ما ص قا ص ء: سللا ل ه ص و ص سن و ح عل صي سلل ل م لللن ض ص و ص ع ه عدي الت و س سللل و ص صللولى الل ولل ه ة كص ص ي ص ح لباسل ص ه ص ص ل الن وب ل ي صاب ل ل سلبي ل ص ص ص ص س ص ص ه مللا ص وا س ع ل قللدس ص سللب ض س سللت صن سطقا ح سللئول ح م س م س ع فللإ لن و ه } ص ه و ح ص عللديهه وأ و ت ه ن ص ن لبال ص ت{ .ص ن ص صللاب ل ل و س ص ص ص ص ن ه ص ة صر ل حاب ص ل ن ل وكا ص ص ص و ذل لك ف ص ون ص س وال ص عن س ه ح ص ملل س م س س ح م ص هلل س ي الللل ه ن ال و ح ص ن ص ح ه صى ص وى ص لبالن و ص ضلل ص ه ص س س و ص و و ص ص يص س س ه صللى ه ص مؤ ل علي س ل ح لبال ص سب ض ه ف ص مأ و ن ته ص و ص ملني ص م ال ه سل ص صلى الل ه ح ص ي ص ه ص عل ذصل لك ص وقدس صرأى الن وب ل ي ص ص ص هصري سصر ةص ص عصلى ذصل ل ص وأ ص ه. ها ص ن أصبا ه قور ص ح بل ل كا ص يأ و سب ض ه ن يه ص و ص ك ص ص وهر ل ص س ص ص ص ع ه ه ن ال ص ر ص ل ل هف ل و ل ف ي ن لظا م ك ل ون ص س ج ص ما ي ه س سلبي ه ما الت و س ملل س ملل س م س هلل ه س ص ح بل ص وأ و ز ص ص نك ل حلل ل ن الن وللا ل خصر ل ص ه ص س س ص ص وإ ل ص مللا ه الن ضي ولل ه ت ل م ي صكصر س مكللهرو ك فيلل ل ح ل و ل و ص ذا أ س سن ص س ح ص ةف ه من س ه سلل ح م س وأ و ن غي سللهر ص ه ه نل س م ص ه س ه ص هلل ص ه ص ص ص ص س س ص مث سلل ه ه ات ض ص ه ل عللي ل عل للل ل قلل ل س ل جلل ك خاذههه ل ج س و ص فلل ي ال ه ل تص س حا ص ر ص و إظ ص م س قأ س ةأ س ن غي سلل ل عن هلل ل هللاهرهه لللن وللا ل ص ص س س ص ص ص هلل ص ة مظلن ولل ه مللصرا ص ر ل ءا ل فلل ي الي صلل ل و نص س و ذصل لللك ف ص كال ي ة ال ه و ص ذا إ و سأ س دأ س سلل ص مللا ل حلل ل وا ل ري صللاءح لللن وللا ل ص ص ص ن ص والوثالن ي أ ص ق ي و ه م ص ة هلل ه ه ال سك صصرا ص وال ل ل ج ك ن ل ه ل لأ س م ص حا ص ر ص حور ح شاب ص ص م س مصرالئي ص ل ه ة ال س ه و ه ح ص م ص ة :اسل و ص غي س ل ص س س س ص ص ة م س و ل ف ي ال ل س ل مصرا ص قلصراءص ل صللل ل ص ل دا ل فإ ل و عصبا ص ت ال ه ن ه وال ض ة كال و خت ص و ر ص صللصيا م ل ص ة ص واللذضك ل ءا ةص الونا ل ص ص س ال ه ب نأ س ن ل م س عظم ل الذيهنو ل قسرآ ل Menghitung tasbih dengan jari jemari adalah sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw kepada wanita, “Bertasbihlah, hitunglah dengan jari jemari, sesungguhnya jari jemari itu adalah ditanya dan akan dibuat berbicara”. Adapun menghitung zikir dengan biji-bijian atau batu-batu kecil dan seperti itu, maka baik. Sebagian shahabat melakukan itu. Rasulullah Saw melihat Ummul Mu’minin bertasbih menggunakan batu-batu kecil dan Rasulullah Saw mengakuinya. Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah bertasbih menggunakannya248. Pendapat Syekh Ibn ‘Utsaimin: فإن التسبيح بالمسبحة ل يعد بدعة ف ي الدين؛ لن المراد بالبدعة المنه ي عنها ه ي البدع ف ي الدين ،والتسبيح بالمسبحة إنما هو وسيلة لضبط العدد، وه ي وسيلة مرجوحة مفضولة ،والفضل منها أن يكون عد التسبيح بالصابع. 247 Imam asy-Syaukani, Nail al-Authar, juz.II, (Idarah ath-Thiba’ah alMuniriyyah), hal.358. 248 Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah, juz.XXII (Dar al-Wafa’, 1426H), hal.506. 230
Sesungguhnya bertasbih menggunakan Tasbih tidak dianggap berbuat bid’ah dalam agama, karena maksud bid’ah yang dilarang adalah bid’ah dalam agama. Sedangkan bertasbih menggunakan Tasbih adalah cara untuk menghitung jumlah bilangan (zikir). Tasbih adalah sarana yang marjuhah (lawan rajih/kuat) dan mafdhulah (lawan afdhal). Afdhalnya menghitung tasbih itu dengan jari jemari249.
MASALAH KE-27: MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA. Kita diperintahkan berdoa kepada Allah Swt dengan merendahkan diri dan hati kepada Allah Swt. Perintah Allah Swt:
sikap
خ س ن و ه ضير د اد س ه في ص د ه صل ي ه ل م تص ص عت ص ل م س ح ي دي ص ب ال س ه ة إ لن و ه عوا صرب وك ه س عا ص
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang 249 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, Juz.XIII (Dar al-Wathan, 1413H), hal.174. 231
melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf [7]: 55). Bentuk merendahkan diri kepada Allah Swt adalah dengan cara mengangkat tangan seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Hadits Pertama, خ و ما ص ب ص سللو ه قا ص ه ن ال س ص ه ص ه عل صي سلل ل ل الل ولل ل كا ص و ه ر ن صظصللصر صر ه مهر ب س ه صللولى الل ولل ه ل لص و ع ص طا ل ه ص ن ي صلل س م ب صللدس ك ص ص ص س س ص و ص ص ص س جدل ر ر لل ش ع ة ع لل س ت و ة لل ئ ما ث ه ل ث ه ب حا لل ص أ و ف لل ل أ م لل ه و ن كي ر لل ش م ل ا للى ل إ م ل لل س ك ص ل س ص ص ص ل ص ص ه و ص ح ص س ص ه ه ل ل ص ص ه س ه ص ص ل ص س و ص و و و ص س ص ه ص ص ف لل ت ه ي ل لل ع ج ف ه ي د لل ي د لل م م لل ث ة لل ل ب ق ل ا م ل س و ه ي ل ع ه ل ال لى ص ه ل ال ي ب ن ل ب ق ت س فا ل س ص ص س ل ه و ص و ص ص س ل ص ص س ص ص ه ص س ل ص ص ص ل ص ص ل ي ص و و س ه و ص و ص هل لللك ص ذ ل هلل ل مآ ل ب لصرب ض ل م إل س ن ته س عللدست صلن ي الل ه عدست صلن ي الل ه ه الل و ه هلل و ت ص هلل و جسز لل ي ص ه و م أن س ل مللا ص ما ص ص ص س ص ص س ص ص ه صاب ص ص هت للل ه عب صدس ل نأ س ال س ل دا ي صللدصي س ل ف ب لصرب ضلل ل ة ل مللا ي سل م ل ل ت ه س ما صزال ي ص س ل ال ل س م س ه ص ضف ص ع ص ه ل ف ي السر ل ص ص ص ق ص ر ص ه ص سلل ص ست ص س دا ه قب ل ص فأ ص ؤه ه ص ل ال س ل من سك لب صي سلل ل قب سل ص ل ر ص ر ص ة ص حت وللى ص م س علل س داءصهه ن ص ه خللذص ل فأت صللاهه أب هللو ب صك سلل ك ط ل ص و س ص س ص شللدصت هكص ص ص ص ص ص ه مصنا ص ص فألقاهه ص ي الللل ل وصرائ ل ل ه ل من سك لب صي س ل م س ه كفللاك ه م ه م الت صصز ص هث و على ص ه ص ن ص وقال ي صللا ن صب للل و ص و ص ه ص ص صرب و ص ص ك ص ه و ص م ه ص و ص سللت ص ل غيثو ص و ص جللل } إ لذس ت ص س ه ص ن صرب وكلل س عللدصك فللأن سصزل الللل ه جهز لك ص فإ لن و ه سي هن س ل عللوز ص ما ص ص ص ص {ن مسرلد ل مصلئ لك ص ل ف ل م ل م ب لأل س ك جا ص ست ص ص فا س في ص م س ة ه ن ال س ص مديك ه س م أضن ي ه ب ل صك ه س Umar bin al-Khaththab berkata, “Ketika perang Badar, Rasulullah Saw melihat kepada orang-orang musyrik, jumlah mereka seribu orang, sedangkan shahabat berjumlah tiga ratus Sembilan belas orang. Rasulullah Saw menghadap kiblat, kemudian menengadahkan kedua tangannya, ia berbisik menyeru Tuhannya, ‘Ya Allah, tunaikanlah janjiMu kepadaku. Ya Allah, datangkanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika golongan dari kaum muslimin ini binasa, Engkau tidak disembah di bumi’. Rasulullah Saw terus berbisik kepada Tuhannya dengan menengadahkan kedua tangan menghadap kiblat, hingga selendangnya terjatuh dari kedua bahunya. Lalu Abu Bakar datang mengambil selendang itu dan meletakkannya kembali ke bahu Rasulullah Saw dan terus mengikuti Rasulullah Saw di belakang. Abu Bakar berkata, “Wahai nabi utusan Allah, cukuplah permohonanmu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Ia akan menunaikan janji-Nya kepadamu”. Maka Allah menurunkan ayat: “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (Qs. Al-Anfal [8]: 9). (Hadits riwayat Imam Muslim). Hadits Kedua, ب ما ل ي صدصي س ل ب ي صللا صر ض ء ي صللا صر ض ه إ لصلى ال و سلل ص ص و ه حصرا م ل ص ب غ ل جا ه سللت ص ص ي ب لللال س ص فللأونى ي ه س ذ ص ص
ث أص س س ص فصر أ ص س طي ه ج ص ع ص ل يه ل مدي ش ص م ذصك صصر الور ه ل ال و غب صصر ي ص ه ثه و م س م ه ص ه ص ه ص مط س ص حصرا ح حصرا ح حصرا ح مل سب ص ه س ه و ص شصرب ه ه و ص م ه ع ه و ص م ص م ص ص ل لذصل ل ص ك Kemudian Rasulullah Saw menyebutkan seorang laki-laki dalam perjalanan panjang, rambutnya kusut dan berdebu, ia menengadahkan 232
kedua tangannya ke langit seraya menyeru, “Ya Rabb, ya Rabb”. Tapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makanan haram, apakah mungkin doanya dikabulkan?! (HR. Muslim). Hadits Ketiga,
:م ه ص عل صي س ل و ص سل و ص صولى الل و ه قال رسول الله ص:عن سلمان قال ه ص ح ي من عبده إذا رفع ست ص ل " إن ربكم تبارك وتعالى ص ي ص س،حلي ي كربم ." صفرا د دهما ل يديه إليه أن ي صهر و
Dari Salman, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kamu yang Maha Mulia dan Agung adalah Maha Hidup dan Maha Pemberi, Ia malu kepada hamba-Nya jika hamba itu mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu ia tolak kedua tangan itu dalam keadaan kosong”.
Komentar Syekh al-Albani: وصححه ابن حبان والحاكم والذهب ي، وحسنه الترمذي،حديث صحيح Hadits shahih, dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Imam at-Tirmidzi. Dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim dan adz-Dzahabi250. Pendapat Ibnu Taimiah.
وأما رفع اليدين ف ي الدعاء فقد جاء فيه أحاديث كثير ة صحيحة Adapun mengangkat kedua tangan ketika berdoa, maka banyak hadits shahih tentang itu251.
250 Syekh al-Albani, Shahih Abi Daud, juz.V (Kuwait: Mu’assasah Gharras li an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1423H), hal.226 251 Imam Ibnu Taimiah, Mukhtashar al-Fatawa al-Mishriyyah, juz.I, hal.80. 233
MASALAH KE-28: MENGUSAP WAJAH SETELAH BERDOA. Pendapat Imam ash-Shan’ani. "كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا مد:وعن عمر رض ي الله عنه قال يديه ف ي الدعاء لم يردهما حللتى يمسللح بهمللا وجهلله" أخرجلله الترمللذي وللله شواهد منها حديث ابن عباس عند أب ي داود وغيللره ومجموعهللا يقضلل ي بللأنه حديث حسن وفيه دليل على مشروعية مسح الوجه باليدين بعللد الفللراغ مللن الدعاء قيل وكأن المناسبة أنه تعالى لما كان ل يردهما صفرا فكللأن الرحمللة أصابتهما فناسب إفاضة ذلك على الوجه الذي هللو أشللرف العضللاء وأحقهللا بالتكريم Dari Umar ra., ia berkata, “Apabila Rasulullah Saw menengadahkan kedua tangannya ketika berdoa, beliau tidak menurunkannya hingga mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya”. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, ada beberapa hadits lain yang semakna dengannya (Syawahid), diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dalam Sunan Abi Daud dan hadits lainnya, yang secara keseluruhannya menyebabkan hadits ini menjadi hadits hasan. Di dalamnya dalil disyariatkannya mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdoa. Ada pendapat yang mengatakan, seakan-akan kesesuaian (antara berdoa dan mengusap wajah), bahwa ketika Allah Swt tidak membiarkan kedua tangan yang berdoa itu dalam keadaan kosong dan hampa, seakan-akan rahmat mengenainya, maka sesuai jika diusapkan ke wajah yang merupakan anggota tubuh yang paling mulia dan paling berhak memperoleh kemuliaan252.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin. ومن لم يمسح ل ينكر، أن من مسح ل ينكر عليه:والذي أرى ف ي المسألة . وهو أقرب إلى السنة ممن مسح،عليه Menurut pendapat saya dalam masalah ini, siapa yang mengusap (wajah setelah berdoa), ia tidak diingkari. Siapa yang tidak mengusap
252 Imam ash-Shan’ani, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram, juz.IV (Maktabah Mushthafa al-Bab al-Halaby, 1379H), hal. 219. 234
juga tidak diingkari, ia lebih mendekati Sunnah daripada yang mengusap253.
MASALAH KE-29: MALAM NISHFU SYA’BAN. Hadits-hadits tentang keutamaan malam Nisfhu Sya’ban disebutkan dalam Musnad Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Imam ath-Thabrani dan Musnad al-Bazzar.
ن ص ج و ن عصلى ص ل ص ه ص ه ل صي سل ص ص خل س ل ف ل ق ل عصبا ص ش س ص ل و ص ي صطول ل ه م س ع الل و ه ة الن ض س عوز ص ص ص م ص م س ن ع ص في ص س شا ل خل س ل غ ل ق ل ج ل ر ك فهر ل ل ص و ه ه لإل ل ل ه كأ س ش ل ح ك مي ل
“Allah Swt memperhatikan para makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban. Ia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali musyrik dan orang yang bertengkar (belum berdamai)”. Dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam as-Silsilah ashShahihah, no. 1144. Tabi’in Negeri Syam Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban.
أن259 ص2 يذكر القسطلنى فللى كتللابه "المللواهب اللدنيللة"ج التابعين من أهل الشا م كخالد بن معدان ومكحول كانوا يجتهدون وعنهم أخذ الناس تعظيمها، ليلة النصف من شعبان فى العباد ة Imam al-Qasthallani menyebutkan dalam kitab al-Mawahib alLadunniyyah, juz.II, hal.259, “Sesungguhnya kalangan Tabi’in negeri Syam seperti Khalid bin Ma’dan dan Mak-hul bersungguh-sungguh menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan ibadah. Dari merekalah orang banyak mengambil pengagungan malam Nishfu Sya’ban. Tabi’in itu termasuk kalangan Salaf, artinya sejak zaman Salaf telah ada pengagungan malam Nisfu Sya’ban. 253 Syekh Ibn ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, juz.XXVII, hal.197. 235
Adapun tentang cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, Imam al-Qasthallani melanjutkan, أحدهما أنه يسللتحب، اختلف علماء أهل الشا م فى صفة إحيائها على قولين وكللان خالللد بللن معللدان ولقمللان ابللن عللامر،إحياؤهللا جماعللة فللى المسللجد وغيرهما يلبسون فيها أحسلن ثيلابهم ويتبخلرون ويكتحللون ويقوملون فلى ووافقهللم إسللحاق بللن راهللويه علللى ذلللك وقللال فللى، المسجد ليلتهم تلك نقله عنه حرب الكرمانى فللى، ليس ذلك ببدعة: قيامها فى المساجد جماعة ، والثانى أنه يكره الجتماع فى المساجد للصل ة والقصص والدعاء. مسائله وهذا قول الوزاعى إما م أهل، ول يكره أن يصلى الرجل فيها لخاصة نفسه
. الشا م وفقيههم وعالمهم Ulama negeri Syam berbeda pendapat tentang cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, ada dua pendapat:
Pertama, dianjurkan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban berjamaah di masjid. Khalid bin Ma’dan, Luqman bin ‘Amir dan tabi’in lain pada malam Nisfu Sya’ban itu memakai pakaian terbaik, memakai harumharuman, memakai celak, mereka menghidupkan malam Nishfu Sya’ban di masjid. Imam Ishaq bin Rahawaih setuju dengan mereka dalam hal itu dan ia berkata tentang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban di masid: tidak bid’ah. Demikian diriwayatkan oleh al-Kirmani dalam al-Masa’il. Kedua, makruh berkumpul di masjid-masjid untuk shalat, kisah-kisah dan doa. Tidak makruh jika seseorang melaksanakan shalat secara khusus untuk dirinya sendiri. Ini pendapat Imam al-Auza’i imam, faqih dan ulama negeri Syam254. Pendapat Imam Ibnu Taimiah. ص ما ص ن يص س ع ه إ ص ن ة ص ما ص ن ل صي سل ص ص وائ ل ه و ل ف ل كا ص ص ك ع ك سا ه ف ص ف ي ص و س ص ل م س صولى اسل لن س ص ة كص ص ج ص خا و ة الن ض س ذا ص ل طص ص حدصهه أ س ف ص ص ص ص ص س ص ص ص ص ع ما ت ج ل كا . ة ر د ق م ة ل ص لى ع د ج سا م ل ا ف ي ع ما ت ج ل ا ما أ و . ن س ح أ و ه ف ف ل س ص ص ل ل ص ل س ل ص ه ل ص ك ه و ص ك ل ه ص س ص ه ال و ص و ل س ل ص ل ص ص ص. ما } ه:ف ق س ه ص ها ذا ب لدس ص ص ع ح ست ص ل ل ه ة بل ل قصراءص ل ع ك مائ ص ل عصلى ل حد ح { ص هأ ص ة أل س ك ة صرك س ص حب و ص م يص س ف ص ة لص س دائ ل د و الل و ه ه ص ص ص ص ص و ص س م هأ س م ل حد ح ل أ ص م س عل ه والل ه ن الئ ل و ص.ة
Apabila seseorang melaksanakan shalat pada malam Nishfu Sya’ban sendirian atau berjamaah secara khusus seperti yang dilakukan beberapa kelompok Salaf, maka itu baik. Adapun berkumpul di masjidmasjid dengan shalat tertentu seperti berkumpul melaksanakan shalat seratus raka’at dengan membaca seribu kali surat al-Ikhlas secara 254 Fatawa al-Azhar, juz.X, hal.131. 236
terus menerus, maka itu bid’ah, tidak seorang pun dari para imam menganjurkannya. Wallahu a’lam255.
MASALAH KE-30: ‘AQIQAH SETELAH DEWASA.
Pendapat Imam an-Nawawi. ول تفوت بتأخيرها عن السبعة لكن الختيار أن ل تؤخر إلى البلوغ قللال أبللو عبد الله البوشنج ي من أصحابنا إن لم تذبللح فلل ي السللابع ذبحللت فلل ي الرابللع عشر وإل فف ي الحادي والعشرين وقيل إذا تكررت السبعة ثل ث مرات فللات وقت الختيار فإن أخرت حتى بلغ سقط حكمها ف ي حللق غيللر المولللود وهللو مخيللر فلل ي العقيقللة عللن نفسلله واستحسللن القفللال والشاشلل ي أن يفعلهللا ويروى عن النب ي صلى الله عليه وسلم أنه عق عن نفسه بعد النبو ة ونقلللوا عن نصه ف ي البويط ي أنه ل يفعل ذلك واستغربوه. 255 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ al-Fatawa, juz.XXIII (Dar al-Wafa, 1426H), hal. 131. 237
قد رأيت نصه ف ي نفس كتللاب البلويط ي قلال ول يعلق عللن كللبير هلذا:قلت لفظه وليس مخالفا لما سبق لن معناه ل يعق عللن غيللره وليللس فيلله نفلل ي .عقه عن نفسه والله أعلم ‘Aqiqah tidak luput jika lewat dari tujuh hari, tapi sebaiknya tidak ditunda hingga baligh. Abu Abdillah al-Busyanji dari kalangan ulama mazhab Syafi’i berkata, “Jika tidak disembelihkan pada hari ketujuh, maka disembelihkan pada hari ke-empat belas, jika tidak, maka disembelihkan pada hari ke-dua puluh satu”. Ada pendapat yang menyebutkan bahwa jika tujuh hari itu telah berulang tiga kali, maka habislah waktu pilihan. Jika tidak dilaksanakan hingga baligh, maka hukumnya gugur. Anak tersebut memilih untuk mengaqiqahkan dirinya sendiri. Imam al-Qaffal dan Imam asy-Syasyi menganggapnya baik. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau mengaqiqahkan dirinya sendiri setelah menjadi nabi. Mereka riwayatkan nashnya dalam kitab al-Buwaithi bahwa Rasulullah Saw tidak melakukan itu, mereka menganggapnya aneh. Saya (Imam an-Nawawi) katakan, “Saya telah melihat nashnya dalam kitab al-Buwaithi yang sama, ia berkata, ‘Orang yang telah dewasa tidak aqiqah’, seperti ini bunyi teksnya, tidak bertentangan dengan keterangan di atas, karena maknanya: orang yang telah dewasa tidak mengaqiqahkan orang lain. Dalam teks ini tidak terdapat penafian bahwa seseorang boleh mengaqiqahkan dirinya sendiri”. Wallahu a’lam256. Pendapat Syekh Ibnu Baz. . أنه يستحب أن يعق عن نفسه؛ لن العقيقة مؤكد ة وهو مرتهن بها: أحدها ل عقيقة عليه ول يشرع له العق عن نفسه ؛ لنها سنة ف ي حق أبيه: الثان ي .فقط ل حرج عليه أن يعق عن نفسه وليس ذلك بمستحب ؛ لن الحللاديث: الثالث ولكن ل مانع مللن أن يعللق عللن نفسلله ؛ أخللذا، إنما جاءت موجهة إلى الوالد وفللك لرهللانه, ولنها قربة إلى الله سبحانه وإحسان إلى المولللود، بالحيطة والللله وللل ي. فكانت مشروعة ف ي حقه وحق أمه عنلله وغيرهمللا مللن أقللاربه .التوفيق Pertama, dianjurkan mengaqiqahkan diri sendiri, karena aqiqah itu sunnah mu’akkadah dan seorang anak tergadai dengan aqiqahnya. Kedua, tidak ada aqiqah baginya, tidak disyariatkan baginya aqiqah, karena aqiqah itu sunnah pada tanggung jawab bapaknya. Ketiga, ia boleh mengaqiqahkan dirinya sendiri, tapi tidak dianjurkan. Karena haditshadits yang ada tentang aqiqah ditujukan kepada orang tua. Tapi seseorang boleh mengaqiqahkan dirinya sendiri, untuk lebih berhati-hati, juga karena aqiqah itu ibadah mendekatkan diri kepada Allah Swt, berbuat baik untuk anak dan melepaskan ikatan gadai anak, maka disyariatkan bagi seorang bapak mengaqiqahkan anak, seorang ibu 256 Imam an-Nawawi, Raudhat ath-Thalibin wa ‘Umdat al-Muftin, juz.III (alMaktab al-Islamy, 1405H), hal.229. 238
mengaqiqahkan anaknya, juga kerabat selain kedua orang tua. Allah Penolong (memberikan) taufiq257. Berdasarkan pendapat di atas maka boleh hukumnya seseorang meng-aqiqah-kan dirinya sendiri setelah dewasa. Terlebih lagi ada hadits yang mengatakan,
عق عن نفسه بعد ما بعث نبيا Rasulullah Saw meng-aqiqah-kan dirinya setelah ia diutus menjadi nabi. Hadits ini diyatakan shahih oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah258.
MASALAH KE-31: MEMAKAI EMAS BAGI LAKI-LAKI. Hadits Pertama: ص ن هى ص ه ص ه ص ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي س ل هصري سصر ةص صر ل ه نص ص و ص ع س ع س ع س م أن و ه سل و ص صولى الل و ه عن س ه ي الل و ه ي ص ه ص ن الن وب ل ض ض ص و ب ص خات صم ل الذ ص ه ل Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, sesungguhnya Rasulullah Saw melarang cincin emas. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Hadits Kedua: 257 Majmu’ Fatawa Ibn Baz, juz.XXVI, hal.267. 258 Syekh al-Albani, as-Silsilah ash-Shahihah, Juz.VI (Riyadh: Maktabah alMa’arif), hal.229. 239
ص سو ص ن م صرصأى ص ه ص ن ص ن ص ص مللا ل عل صي س ل ل الل و ل د الل و ل عب س ل سأ و و ص ن صر ه ملل س ع س خات ص د سللل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص عوبا ك ه بس ل ص و ص ه ص ل ص قللا ص ر فن صصز ص ب ل ذص ص ة ل مللصر ك ع ل ف ي ي ص ل م إ لل صللى ص مللده أ ص ل يص س فطصصر ص د صر ه ملل س ج س حللدهك ه س حلل ه علل ه ه ك ه ص ج ك ن ن صللا ك ه ص ص سو ه قي ص م ه ص ما ذص ص ف ل ها ل عل صي س ل ل الل و ل د ل ف ي ي ص ل ه ص ل بص س ل لللور ه ج ص في ص س و ص ب صر ه عل ه ص سل و ص صولى الل و ه عدص ص ه ص ه ص ج ل ص م ص و ص ه ص سلو ه قا ص صلولى ه صل آ ه خذس ص ه ك ان ست ص ل ل الولل ل والل و ل ع بل ل قلدس طصصر ص خذههه أب ص د ف س ه صر ه حل ه خات ل ص ه ص دا ص ل صل ص م ه ص عل صي س ل و ص سل و ص الل و ه ه ص Dari Abdullah bin Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw melihat cincin terbuat dari ema di tangan seorang laki-laki, maka Rasulullah Saw mencabut dan membuangnya seraya berkata, “Salah seorang kamu sengaja mengambil batu api dari neraka dan meletakkannya di tangannya”. Lalu dikatakan kepada laki-laki itu setelah Rasulullah Saw pergi, “Ambillah cincinmu, manfaatkanlah”. Ia menjawab, “Tidak, demi Allah saya tidak akan mengambilnya untuk selamanya, Rasulullah Saw telah membuangnya”. (HR. Muslim). Hadits Ketiga: ص ن أ صلب ي ص ه علن ي ال س ص ع ص ن ص ص ف ل غا ل ب صر ل س ل د الل و ل عب س ل م ص ر يص س ه ص ي ب س ص ع س ي الل و ه ي أن و ه طال ل ك ض ص عل ل و ق و ن هزصري س ك ه بس ل ه يص ه قو ه ل ص عن س ه ص ص ريدرا ص هدبا وأ ص مأ ص ه ص خذص ذص ص ه ل مين ل ل ف ي ي ص ل عل صي س ل ي الل و ل إل و ج ص ف ص خذص ص و ص عل ص ه سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص ه ص ن ن صب ل و ح ل ه عصلى ذه ه م ص ص قا ص ملت ي م ص ن ص ه ل مال ل ل ف ي ل ل إل و ن ص ج ص ف ص حصرا ح رأ و ه ثه و ش ص عل ص ه كو ل هذصي س ل Dari Abdullah bin Zurair al-Ghafiqi, sesungguhnya ia telah mendengar Imam Ali bin Abi Thali berkata, sesungguhnya Nabi (utusan) Allah Swt mengambil sutera, ia letakkan di sebelah kanannya, ia mengambil emas lalu ia letakkan di sebelah kirinya, ia berkata, “Sesungguhnya dua ini haram bagi laki-laki ummatku”. (HR. Abu Daud).
Pendapat Imam an-Nawawi. وأما خاتم الذهب فهو حرا م على الرجل بالجماع وكلذا لللو كلان بعضلله ذهبللا وبعضه فضة حتى قال أصللحابنا لللو كللانت سللن الخللاتم ذهبللا أو كللان مموهللا بذهب يسير فهو حرا م لعمو م الحديث الخر فللى الحريللر والللذهب ان هللذين حرا م على ذكور أمتى حل لناثها Adapun cincin emas, maka haram bagi laki-laki berdasarkan Ijma’. Demikian juga jika sebagiannya emas dan sebagiannya perak. Bahkan ulama Mazhab Syafi’i berpendapat, jika gigi cincin itu emas atau bercampur dengan sedikit emas, maka ia tetap haram berdasarkan hadits yang bersifat umum tentang larangan sutera dan emas,
240
sesungguhnya keduanya ini haram bagi laki-laki dari ummatku dan halal bagi perempuan259.
259 Imam an-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, juz.XIV, (Beirut: Dar Ihya’ atTurats al-‘Araby, 1392H), hal.32. 241
MASALAH KE-32: POTO.
ع ص ن أص ص ن س ص م ال س ل ذادبا ل م ل عن سدص الل و ل وهرو ص إل و و ص ة ال س ه قصيا ص م ص ص ض ه يص س شدو الونا ل “Manusia yang paling keras azabnya pada hari kiamat adalah orang yang menggambar”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Apakah yang dimaksud dengan gambar dalam hadits di atas? Apakah poto termasuk gambar yang dimaksud dalam hadits di atas? Berikut penjelasan para ulama: Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin: أما التصوير الحديث الن الللذي يسلللط فيلله النسللان آلللة علللى جسللم معيللن لن،فينطبللع هللذا الجسللم فلل ي الورقللة فهللذا فلل ي الحقيقللة ليللس تصللويردا وهذا اللذي التقطله، جعل الش يء على صور ة معينة:التصوير مصدر صور أي ، الصور ة المعينلة هلو بنفسله يخطلط،بهذه اللة لم يجعله على صور ة معينة . وما أشبه ذلك،يخطط العينين والنف والشفتين Adapun gambar moderen zaman sekarang; seseorang menggunakan alat untuk mengambil gambar objek tertentu, lalu kemudian gambar tersebut terbentuk di kertas, maka itu sebenarnya bukanlah makna tashwir, karena kata tashwir adalah bentuk mashdar dari kata shawwara, artinya: menjadikan sesuatu dalam bentuk tertentu. Sedangkan gambar yang diambil dengan alat tidak menjadikannya dalam bentuk sesuatu. Gambar berbentuk adalah gambar yang dibentuk, bentuk kedua mata, hidung, dua bibir dan sejenisnya260.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin lagi: هللذا ليللس بتصللوير فلل ي،إنسان مثل د يلق ي اللللة يوجههللا إلللى شلل يء تصللور الواقع؛ لن النسان ما خطط؛ ل خطط العيون ول النف ول الفم ول شلليئا د )أشللد النللاس: والحللديث، هذه اللة وجههللا إلللى أي شلل يء تلتقطلله،من هذا عذابا د يو م القيامة المصورون الذين يضاهئون بخلق الللله( ولهللذا ذهللب كللثيحر من السلف إلى أن المحر م هللو الصللور ة المجسللمة والللت ي يصللنعها النسللان 260 Syekh Ibnu Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, juz.XIX, hal.72. 242
أمللا هللذا، بأن هذا هو الذي يكللون فيلله المضللاها ة:بيده وتكون جسما د وقالوا .( )إل رقمللا د فلل ي ثللوب: ولهذا جاء ف ي حديث زيللد بللن خالللد،فهو مجرد لون أو بعجينللة تصللنعها علللى، أن التصوير باليد سواء رقما د فلل ي ثللوب:لكن ي أرى ، أمللا التقللاط الصللور ة باللللة الفوتوغرافيللة فل، نرى أنه حرا م،شكل حيوان ليست تصلويرا د أصلل د اكتللب لل ي كتابللا د بقلملك ثللم أدخلله أنللا بالللة: الللدليل.ل هل أكون أنا الذي كتبت الحروف هللذه أ م ل؟ تنسللب الكتابللة إليللك،المصور ة وكللذلك، ولذلك تجد النسان العمى يسللتطيع أن يصللور، وليس ل ي،ول شك مللا هللذا الغلرض؟ إذا كلان غرضلا د، لكن يبقى النظر إذا صللور لغلرض،الكتاب ، فهللذا ل بللأس بلله، أو إثبات شلل يء، أو جواز، أو تابعية، الرخصة:صحيح ا د مثل ن إلللى صللديقه ذهللب أما إذا كان لمجرد الذكرى وأن يكون النسللان كلمللا حلل و ينظر إلى هذه الصور ة فهذا ل يجوز؛ لن هذا مما يجدد تعلق القلب بغير الله ولسيما إذا مات وصار يرجع إلى هذه الصور يتلذكرها فلإنه سلوف،عز وجل .يزداد حزنا د إلى حزنه Misalnya seseorang memakai suatu alat (kamera) yang ia arahkan ke suatu objek, lalu ia ambil gambar, sebenarnya ini bukanlah makna tashwir, karena manusia adalah sesuatu yang bergaris/berbentuk, sedangkan pada gambar itu tidak ada garis/bentuk mata, tidak ada garis hidung, tidak ada garis mulut, tidak satu garis pun. Alat (kamera) tersebut diarahkan pada suatu objek, lalu alat tersebut menangkap gambar objek tersebut. Dalam hadits disebutkan, “Manusia yang paling keras azabnya pada hari kiamat adalah orang yang menggambar; orang-orang yang menandingi penciptaan dengan penciptaan Allah Swt”. Berdasarkan ini mayoritas kalangan Salaf mengharamkan gambar yang berbentuk, yang dibuat manusia dengan tangan, memiliki tubuh. Mereka berkata, “Sesungguhnya di dalam bentuk itu terdapat sikap menandingi penciptaan”. Sedangkan gambar poto hanya sekedar warna. Oleh sebab itu dalam hadits riwayat Zaid bin Khalid disebutkan, “Kecuali goresan pada kain”. Tetapi manurut saya bahwa gambar yang dibentuk dengan tangan, apakah goresan pada kain atau adonan yang dibentuk berbentuk makhluk hidup, itu haram. Adapun mengambil gambar dengan alat potografi, maka tidak haram. Karena pada dasarnya itu bukan gambar berbentuk. Bukti: tulislah satu tulisan dengan pena Anda, kemudian saya masukkan tulisan itu dengan kamera, apakah saya yang menulis tulisan itu? Tulisan itu tetaplah tulisan Anda, tidak diragukan lagi. Itu bukan tulisan saya. Oleh sebab itu orang buta pun bisa menggambar, demikian juga menulis. Namun demikian tetap dilihat tujuan dari poto itu, apa tujuannya? Jika tujuannya benar, misalnya untuk surat izin kenderaan atau salah satu kelengkapan persyaratan atau paspor atau untuk 243
menetapkan sesuatu, maka itu boleh. Adapun jika hanya untuk mengenang sesuatu, misalnya jika seseorang merasa rindu kepada temannya, lalu ia melihat gambar tersebut, maka itu tidak boleh, karena itu hanya untuk memperbaharui keterikatan hati dengan selain Allah Swt, terlebih lagi jika orang tersebut telah meninggal dunia, lalu ia terus melihat poto tersebut untuk mengenangnya, maka semakin menambah kesedihan261.
Pendapat DR.Abdul Wahab bin Nashir ath-Thariri (Dosen Universitas Imam Muhammad Ibnu Sa’ud – Riyadh, Saudi Arabia). ،أما التصوير الفوتوغراف ي فقد اختلف فيه فقهاء العصللر بيللن مجيللز ومللانع ولعل القرب أنه غير داخل ف ي التصوير المنهلل ي عنلله؛ لنلله ل ينطبللق عليلله ولذا فالراجللح جللوازه ؛، وبينهما من الفروق ما ل يخفى على متأمل،وصفه وإنما هو حبس للظل كانعكاس الصور ة،لن معنى المضاها ة فيه غير موجود . ( ومثللل ذلللك أيضللا د التصللوير بآلللة التصللوير الفلملل ي )الفيللديو. على المرآ ة محمللد: ويراجع لبسط أكثر كتاب ) أحكا م التصوير ف ي الفقه السلم ي ( لللل . والله أعلم. بن أحمد عل ي واصل Adapun gambar poto, para ahli Fiqh kontemporer berbeda pendapat dalam masalah ini antara yang membolehkan dan yang melarang. Pendapat yang lebih mendekati kebenaran bahwa poto tidak termasuk dalam gambar yang dilarang, karena tidak sesuai dengan sifat gambar yang dilarang menurut Islam. Ada perbedaan antara poto dengan apa yang dilarang dalam Islam, perbedaan itu tidak tersembunyi bagi orang yang berfikir. Oleh sebab itu, pendapat yang kuat adalah: boleh. Karena makna menandingi penciptaan Allah Swt tidak terdapat dalam poto. Poto itu hanya sekedar cahaya yang tertahan, seperti pantulan gambar pada cermin. Sama juga halnya seperti gambar dengan alat perekam video. Untuk lebih lengkapnya lihat kitab Ahkam at-Tashwir fi al-Fiqh al-Islami karya Muhammad bin Ahmad Ali Washil, wallahu a’lam262. 261 Syekh Ibn ‘Utsaimin, Durus wa Fatawa al-Haram al-Madani (Pelajaran dan Fatwa yang disampaikan Syekh Muhammad bin Shalih bin ‘Utsaimin di Madinah pada tahun 1416H), juz.I, hal.33. 262 Fatawa wa Istisyarat Islam al-Yaum, juz.XIII, hal.376. 244
Pendapat Lembaga Fatwa Kuwait: إما بحبس الظل كمللا فلل ي، أو حيوان فهو،أما تصوير كل ذي رو ح من إنسان والتلفزيون ي فهو جائز على الرجح من آراء الفقهاء،التصوير الفوتوغراف ي المعاصرين لنه كالصور الت ي تعكسها المرآه ونحوها Adapun gambar semua yang bernyawa; manusia atau hewan, dengan cara menahan cahaya, seperti pada poto dan video, maka itu boleh, menurut pendapat yang paling kuat diantara pendapat para ahli Fiqh kontemporer, karena semua itu sama seperti gambar yang dipantulkan kaca cermin dan sejenisnya263.
Pendapat Al-‘Allamah Syekh Muhammad Bakhyat Al-Muthi’i (w.1354H) (Mantan Mufti Mesir) dan Syekh DR.Yusuf alQaradhawi (Ketua Ikatan Ulama Dunia): Kata [
( ]التصويرtashwir) dan kata [ ( ]النحتnaht).
Siapa yang tidak memperhatikan dua istilah ini secara tepat, maka akan terjerumus dalam banyak kekeliruan, seperti yang kita lihat pada zaman kita sekarang ini. Misalnya kata [( ]التصويرtashwir) yang terdapat dalam banyak hadits shahih yang disepakati keshahihannya, apakah yang dimaksud dengan makna kata [( ]التصويرtashwir) tersebut? yang mereka itu diancam dengan ancaman yang sangat keras. Banyak diantara mereka yang menyibukkan diri dengan hadits dan fiqh memasukkan ke dalam ancaman ini orang-orang yang pada zaman ini disebut sebagai photographer; orang yang menggunakan alat yang disebut dengan kamera, kemudian mengambil gambar dengan alat tersebut, dan alat tersebut disebut [( ] صور ةshurah). Apakah penamaan ini; orang yang mengambil gambar disebut [] مصور (mushawwir) dan perbuatannya disebut [( ]التصويرtashwir) apakah ini hanya sekedar penggunaan bahasa saja?
263 Fatawa Qitha’ al-Ifta’ Kuwait, juz.IV, hal.256. 245
Tidak seorang pun dari bangsa Arab ketika membuat kata tashwir terlintas di hati mereka tentang ini. Oleh sebab itu, penamaan ini hanyalah penamaan secara bahasa semata. Tidak seorang pun menyatakan bahwa penamaan ini penamaan syar’i, Karena seni potografi belum dikenal pada masa turunnya syariat Islam, tidak tergambar bagaimana digunakan kata mushawwir untuk orang yang mengambil gambar, karena potografi masih belum ada wujudnya. Lantas siapa yang menyebut potografer itu mushawwir [ ?]مصورDan siapa yang pula yang menyebut perbuatannya mengambil poto itu disebut tashwir [?] التصوير Itu adalah ‘urf (tradisi) moderen. Kita, atau kakek kita yang pada masa mereka poto ini muncul, lalu mereka menggunakan istilah tashwir untuk poto. Padahal bisa saja jika mereka menyebutnya dengan nama lain, bisa saja disebut ‘( عكللسaks), dan orang yang melakukannya disebut ‘عكاسukkas, sebagaimana yang dipakai orang-orang Qathar dan Teluk Arab. Jika salah seorang mereka pergi ke tukang poto, ia akan mengatakan, “ [“ ] اريد أن تعكسني متى آخذ منك العكوس؟Saya ingin Anda mengambil poto saya, kapan saya bisa mengambil hasil poto saya?”. Bahasa yang mereka gunakan ini lebih mendekati kebenaran. Karena poto itu tidak lebih dari pantulan gambar dengan alat tertentu, sebagaimana pantulan gambar pada cermin. Itu yang disebutkan al-‘Allamah Syekh Muhammad Bakhyat al-Muthi’i Mufti Mesir pada zamannya dalam kitabnya berjudul al-Kafi fi Ibahat at-Tashwir alFutughrafi. Poto di zaman kita sekarang ini disebut tashwir. Sedangkan tashwir almujassam (gambar berbentuk/tiga dimensi) disebut naht. Ini yang disebut ulama Salaf dengan istilah: ( ملا لله ظ لyang memiliki bayang-bayang). Jenis inilah yang mereka sepakati haramnya, kecuali permainan anak-anak. Apakah penamaan naht ini mengeluarkannya dari apa yang disebutkan dalam nash-nash dengan ancaman untuk tashwir dan mushawwirin? Jawabannya, tentu tidak. Karena gambar berbentuk seperti inilah yang sesuai disebut dengan tashwir secara bahasa dan istilah syar’i. karena gambar berbentuklah yang menandingi penciptaan seperti penciptaan 246
yang dilakukan Allah Swt. Karena penciptaan yang dilakukan Allah Swt adalah pembentukan makhluk yang berbentuk, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Qudsi,
ص ق ي ق كص ص ب يص س خل س ل ن ذص ص م ل ه ص م س م س خل ه ه م و ن أظسل ص ه و ص ص “Siapa yang lebih zhalim daripada orang yang menciptakan (sesuatu) seperti penciptaan yang Aku lakukan?!”. (HR. al-Bukhari)264.
MASALAH KE-33: PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN HARI-HARI BESAR ISLAM. Dalam Fatâwa al-Azhar dinyatakan oleh Syekh ‘Athiyyah Shaqar bahwa menurut Imam al-Suyuthi, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan Ibnu Hajar al-Haitsami memperingati maulid nabi itu baik, meskipun demikian mereka mengingkari perkara-perkara bid’ah yang menyertai 264 Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a as-Sunnah, (Dar asySyuruf, 1423H), hal.198-199. 247
peringatan maulid. Pendapat mereka ini berdasarkan kepada firman Allah Swt:
وذ ض كرهم بأيا م الله “Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. (Qs. Ibrahim [14]: 5). Imam an-Nasa’i, Abdullah bin Ahmad dalam Zawâ’id al-Musnad, alBaihaqi dalam Syu’ab al-Îmân dari Ubai bin Ka’ab meriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa Rasulullah Saw menafsirkan kalimat Ayyâmillah sebagai nikmat-nikmat dan karunia Allah Swt. Dengan demikian maka makna ayat ini: “Dan ingatkanlah mereka kepada nikmat-nikmat dan karunia Allah”. Dan kelahiran nabi Muhammad Saw adalah nikmat dan karunia terbesar yang mesti diingat dan disyukuri. Rasulullah Saw memperingati hari kelahirannya dengan melaksanakan puasa pada hari itu. Ini terlihat dari jawaban beliau ketika beliau ditanya mengapa beliau melaksanakan puasa pada hari Senin. وسئل عن صو م الثنين ؟ قال ذاك يو م ولدت فيه ويو م بعثت ) أو أنزل عل ي (فيه Rasulullah Saw ditanya tentang puasa hari senin. Beliau menjawab, “Pada hari itu aku dilahirkan dan hari aku dibangkitkan (atau hari itu diturunkan [al-Qur’an] kepadaku)”. (HR. Muslim).
Kisah Pembebasan Tsuwaibah. Para ulama menyebutkan dalam kitab-kitab hadits dan Sirah tentang pembebasan Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah hamba sahaya milik Abu Lahab. Ketika Rasulullah Saw lahir, maka Tsuwaibah kembali ke rumah tuannya menyampaikan berita kelahiran nabi. Karena senang menyambut kelahiran nabi, maka Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah dari status hamba sahaya. Al-‘Abbas bin Abdul Muththalib bermimpi bertemu dengan Abu Lahab, ia menanyakan keadaan Abu Lahab. Abu Lahab menjawab, “Saya tidak mendapatkan kebaikan setelah kamu, hanya saja saya diberi minum di sini, karena saya membebaskan Tsuwaibah dan azab saya diringankan setiap hari Senin”. Kisah ini disebutkan para ulama hadits dan Sirah. Disebutkan oleh Imam Abdurrazzaq al-Shan’ani dalam kitab al-Mushannaf, Imam 248
al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari (Kitab: al-Nikah, Bab: wa Ummahatukum allati Ardha’nakum). Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari, Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa al-Nihâyah: لنه لما بشرته ثويبة بميلد ابن أخيه محمد بن عبد الله أعتقها من ساعته .فجوزي بذلك لذلك “Karena ketika Tsuwaibah menyampaikan berita gembira kelahiran Muhammad bin Abdillah putra saudara laki-lakinya, maka Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah (dari hamba sahaya). Maka Abu Lahab diberi balasan atas perbuatannya itu”265. Komentar Imam para ahli Qira’at al-Hafizh Syamsuddin bin al-Jazari seperti yang dinukil oleh al-Hafizh al-Suyuthi dalam kitab al-Hâwi li alFatâwa: فإذا كان أبو لهب الكافر الذي نزل القرآن بذمه جوزي ف ي النار بفرحه ليلللة مولد النب ي صلى اله عليه وسلم به فما حال المسلم الموحد من أمللة النللب ي صلى اله عليه وسلم يسر بمولده ويبذل ما تصل إليه قدرته ف ي محبته صلى الله عليه وسلم لعمري إنما يكون جزاؤه من الللله الكريللم أن يللدخله بفضللله جنات النعيم “Jika Abu Lahab kafir yang disebutkan celanya dalam al-Qur’an, ia tetap diberi balasan meskipun ia di dalam neraka, karena rasa senangnya pada malam maulid nabi. Maka bagaimanakah keadaan seorang muslim yang bertauhid dari umat nabi Muhammad Saw yang senang dengan kelahirannya dan mengerahkan segenap kemampuannya dalam mencintai Rasulullah Saw. Sungguh, pastilah balasannya dari Allah Swt ia akan dimasukkan ke dalam surga karena karunia-Nya”266. Al-Hafizh Abdurrahman bin al-Daiba’ al-Syaibani pengarang Jâmi’ alUshûl meriwayatkan kisah ini dalam kitab Sirah karya beliau. Komentar beliau: فتخفيف العذاب عنه إنما هو كرامة للنب ي صلى الله عليه وسلللم كمللا خفللف حب ل ص وصباطل ح ما عوا ل صن ص ه و ص في ص ل ص ط ص ما ص ها ص ) ص: لقوله تعالى،عن أب ي طالب ل لجل العتق ص (ن مهلو ص كاهنوا ي ص س ع ص 265 Ibnu Katsir, al-Bidâyah wa an-Nihâyah, juz.II (Beirut: Maktabah alMa’arif), hal. 273. 266 Imam al-Suyuthi, al-Hâwi li al-Fatâwa, juz. VIII, hal. 255 249
“Keringanan azab bagi Abu Lahab hanya karena kemuliaan untuk Rasulullah Saw, sebagaimana azab Abu Thalib diringankan, bukan karena Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Berdasarkan firman Allah Swt: “Dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (Qs. Hud [11]: 16)267. Komentar Syekh Syamsuddin bin Nashiruddin al-Dimasyqi dalam kitab Maurid al-Shâdi fî Maulid al-Hâdi tentang kisah diringankan azab Abu Lahab karena membebaskan Tsuwaibah saat ia gembira mendengar berita kelahiran Rasulullah Saw: إذا كان هذا كافرا جاء ذمه * وتبت يداه ف ي الجحيم مخلدا أتى أنه ف ي يو م الثنين دائما * يخفف عنه للسرور بأحمدا فما الظن بالعبد الذي طول عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا Jika orang kafir ini (Abu Lahab) yang telah dikecam Celaka kedua tangannya di dalam neraka kekal abadi Diriwayatkan bahwa setiap hari Senin selamanya Azabnya diringankan karena merasa senang dengan Muhammad Maka bagaimana dengan seorang hamba yang sepanjang umurnya Gembira dengan kelahiran Muhammad dan mati dalam keadaan bertauhid268
Pendapat Ulama Tentang Peringatan Maulid Nabi. Pendapat Ibnu Taimiah: فتعظيم المولد واتخاذه موسما قد يفعله بعض الناس ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده وتعيظمه لرسول الله صلى الله عليه وآله وسلم “Mengagungkan hari kelahiran nabi Muhammad Saw dan menjadikannya sebagai perayaan terkadang dilakukan sebagian orang, 267 Al-Hafizh Abdurrahman bin al-Daiba’ asy-Syaibani, Hadâ’iq al-Anwâr, juz. I, hal. 134. 268 Imam al-Suyuthi, al-Hâwi li al-Fatâwa, juz. I, hal. 283. 250
maka ia mendapat balasan pahala yang besar karena kebaikan niatnya dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw”269.
Pendapat Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani pernah ditanya tentang peringatan maulid nabi, beliau menjawab: ص ص ن ال س ه م ي هن س ص ق س ص ه ن ل ص د ب لدس ص ل ص ع ح ح ل د ل حلل ك ول ل ل سللل ص ل نأ ص ن ال و ملل س ملل س ع س ة لص س ل ال س ص ع ص ف ال و أ س قللهرو ل م س م ل صللال ل ل ع ذصل ل ص ها ص ك ص قدس ا س فلل ي ت ص حللورى ل ضللدض ص و ل حا ل الث وصلث ص ل ن تص ص م ص م ص مل ص س ول صك لن و ص ملل س سلل ص ف ص عل صللى ص شللت ص ص ها ص ن ص ة ص ها ص ن صل ص فصل ن ب لدس ص ص سن ص د ع د ضدو ص ب ل حا ل كا ص ة ص جن و ص وت ص ص م ص ح ص مل ل ص م س س ص و ص ها ال س ص ع ص ة ص ن ص Hukum asal melaksanakan maulid adalah bid’ah, tidak terdapat riwayat dari seorang pun dari kalangan Salafushshalih dari tiga abad (pertama). Akan tetapi maulid itu juga mengandung banyak kebaikan dan sebaliknya. Siapa yang dalam melaksanakannya mencari kebaikan-kebaikan dan menghindari hal-hal yang tidak baik, maka maulid itu adalah bid’ah hasanah. Dan siapa yang tidak menghindari hal-hal yang tidak baik, berarti bukan bid’ah hasanah270.
Syekh ‘Athiyyah Shaqar mantan ketua Komisi Fatwa Al-Azhar Mesir: ورأيى أنه ل بأس بذلك فى هذا العصر الللذى كللاد الشللباب ينسللى فيلله دينلله فى غمر ة الحتفالت الخرى التى كادت تطغللى علللى المناسللبات، وأمجاده وعمللل آثللار تخلللد ذكللرى، على أن يكون ذلك بالتفقه فللى السللير ة، الدينية كبناء مسجد أو معهد أو أى عمل خيرى يربللط مللن يشللاهده برسللول،المولد . الرله وسيرته Menurut pendapat saya, boleh memperingati maulid nabi pada saat ini ketika para pemuda nyaris melupakan agama dan keagungannya, pada saat ramainya perayaan-perayaan lain yang hampir mengalahkan hari-hari besar agama Islam. Peringatan maulid tersebut diperingati dengan memperdalam sirah (sejarah nabi), membuat 269 Ibnu Taimiah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm Mukhâlafat Ahl al-Jahîm (Cet. II; Cairo: Mathba’ah al-Sunnah al-Muhammadiyyah, 1369H), hal. 297. 270 Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, Tuhfat al-Muhtâj fî Syarh al-Minhâj, juz. XXXI, hal. 377. 251
peninggalan-peninggalan yang dapat mengabadikan peringatan maulid seperti membangun masjid atau lembaga pendidikan atau amal baik lainnya yang dapat mengaitkan antara orang yang melihatnya dengan Rasulullah Saw dan sejarah hidupnya271.
Pendapat Syekh Yusuf al-Qaradhawi. Syekh Yusuf al-Qaradhawi ketua al-Ittihâd al-‘Âlami li ‘Ulamâ’ alMuslimîn ditanya tentang hukum memperingati maulid nabi. Beliau memberikan jawaban: “Bismillah, Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke hadirat Rasulullah Saw, amma ba’du: Ada bentuk perayaan yang dapat kita anggap dan kita akui memberikan manfaat bagi kaum muslimin. Kita mengetahui bahwa para shahabat –semoga Allah Swt meridhai mereka- tidak pernah merayakan maulid nabi, peristiwa hijrah dan perang Badar, mengapa? Karena semua peristiwa ini mereka alami secara langsung. Mereka hidup bersama Rasulullah Saw. Nabi Muhammad Saw hidup di hati mereka, tidak pernah hilang dari fikiran mereka. Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Kami bercerita kepada anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw sebagaimana kami menghafalkan satu surah al-Qur’an kepada mereka”. Mereka menceritakan kepada anakanak mereka tentang apa yang terjadi pada perang Badar, Uhud, Khandaq dan Khaibar. Mereka menceritakan kepada anak-anak mereka tentang berbagai peristiwa dalam kehidupan Rasulullah Saw. Oleh sebab itu mereka tidak perlu diingatkan tentang berbagai peristiwa tersebut. Kemudian tiba suatu masa, kaum muslimin melupakan berbagai peristiwa tersebut, semua peristiwa itu tidak lagi ada di benak mereka. Tidak ada dalam akal dan hati mereka. Oleh sebab itu kaum muslimin perlu menghidupkan kembali makna-makna yang telah mati, mengingatkan kembali berbagai peristiwa yang terlupakan. Memang benar bahwa ada beberapa bentuk bid’ah terjadi, akan tetapi saya nyatakan bahwa kita merayakan maulid nabi untuk mengingatkan 271 Fatâwa al-Azhar, (Cairo: Wizârat al-Auqâf al-Mishriyyah), juz. VIII, hal. 255. 252
kaum muslimin tentang kebenaran hakikat sejarah Rasulullah Saw, kebenaran risalah Muhammad Saw. Ketika saya merayakan maulid nabi, maka saya sedang merayakan lahirnya risalah Islam. Saya mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah Rasulullah Saw. Pada kesempatan ini saya mengingatkan umat manusia tentang sebuah peristiwa agung dan banyak pelajaran yang bisa diambil, agar saya dapat mengeratkan kembali antara manusia dengan sejarah nabi. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 21). Agar kita bisa berkorban sebagaimana para shahabat berkorban. Sebagaimana Ali mengorbankan dirinya dengan menempatkan dirinya di tempat tidur nabi. Sebagaimana Asma’ berkorban dengan naik ke atas bukit Tsur setiap hari, sebuah bukit terjal. Agar kita dapat membuat strategi sebagaimana Rasulullah Saw membuat strategi hijrah. Agar kita mampu bertawakkal kepada Allah Swt sebagaimana Rasulullah Saw bertawakkal ketika Abu Bakar berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, jika salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya, pastilah ia melihat kita”. Rasulullah Saw menjawab, “Wahai Abu Bakar, tidaklah menurut prasangkamu tentang dua orang, maka Allah adalah yang ketiga. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”. Kita membutuhkan pelajaran-pelajaran ini. Peringatan maulid nabi merupakan sarana untuk mengingatkan kembali umat manusia akan makna-makna yang mulia ini. Saya yakin bahwa hasil positif di balik peringatan maulid adalah mengikat kembali kaum muslimin dengan Islam dan mengeratkan mereka kembali dengan sejarah nabi Muhammad Saw agar mereka bisa menjadikan Rasulullah Saw sebagai suri tauladan. Adapun hal-hal yang keluar dari semua ini, maka semua itu bukanlah perayaan maulid nabi dan kami tidak membenarkan seorang pun untuk melakukannya272. Peringatan maulid nabi tidak lebih dari sekedar ekspresi kegembiraan seorang hamba atas nikmat dan karunia besar yaitu kelahiran Muhammad Saw. Dari beberapa pendapat ulama diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dipermasalahkan itu bukanlah peringatannya, akan tetapi cara memperingatinya. Ketika dengan peringatan maulid 272 www.qaradawi.net, 19 Maret 2008M. 253
kesadaran umat semakin bertambah, membangkitkan semangat menjalankan agama, menyadarkan generasi muda akan nabi dan keagungan agamanya, maka maulid menjadi sesuatu yang baik. Akan tetapi perlu inovasi dalam peringatan maulid nabi, tidak hanya sekedar seremonial tanpa makna yang membuat umat terjebak pada rutinitas. Perlu menjadikan momen maulid nabi sebagai wasilah, sebagaimana yang dinyatakan Syekh al-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki: وإن هذه الجتماعات ه ي وسيلة كبرى للدعو ة إلى اللله وهل ي فرصلة ذهبيلة بل يجب علللى اللدعا ة والعلمللاء أن يللذكروا الملة بللالنب ي،ينبغ ي أن ل تفوت ،صلى الله عليه وسلم بأخلقه وآدابلله وأحللواله وسلليرته ومعللاملته وعبللاداته وأن ينصحوهم ويرشللدهم إلللى الخيللر والفل ح ويحللذروهم مللن البلء والبللدع والشر والفتن Perkumpulan-perkumpulan (maulid) ini adalah wasilah/sarana terbesar untuk berdakwah kepada Allah dan merupakan kesempatan emas yang semestinya tidak terlewatkan. Bahkan para da’i dan ulama mesti mengingatkan umat tentang nabi Muhammad Saw, tentang akhlaknya, adab sopan santunnya, keadaannya, sejarah hidupnya, mu’amalah dan ibadahnya. Memberikan nasihat kepada kaum muslimin dan menunjukkan jalan kebaikan dan kemenangan, memperingatkan umat akan musibah, bid’ah, kejelekan dan fitnah273.
Peringatan Hari-Hari Besar Islam. Adapun peringatan hari-hari besar Islam seperti tahun baru Hijrah, Isra’ Mi’raj, Nuzul al-Qur’an dan peristiwa-peristiwa penting lainnya, maka sebenarnya tidak lebih dari sekedar mengisi taushiyah atau kajian dengan tema-tema tersebut untuk mengingatkan ummat Islam tentang peristiwa yang pernah terjadi di masa silam. Misalnya, pengajian pada bulan Rajab diisi dengan tema kajian tentang Isra’ Mi’raj, untuk kembali menyegarkan ingatan ummat Islam tentang peristiwa tersebut. Berikut pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin tentang khatib yang memilih tema tertentu pada momen tertentu: استحباب اختيار الموضوعات المناسبة للواقع ف ي خطبة الجمعة فمثل د، بالنسبة لبعض الخطباء إذا خطبوا يجعلون للخطب مناسبات: السؤال إذا جاء موسم السراء والمعراج يخطبون فيه ويبينون بعض الفوائد 273 Syekh al-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki, Mafâhîm Yajib an Tushahhah (Cairo: Dar Jawami’ al-Kalim, 1993M), hal. 254. 254
فما،ويعرجون على بيان بعض البدع والخطاء الت ي تقع ف ي هذا اليو م حكمه؟ هذا، كون النسان يجعل الخطبة مناسبة لما حد ث: هذا جيد يعن ي:الجواب ولهذا إذا، وهذا هو الغالب على خطب النب ي صلى الله عليه وسلم،طيب .وقعت حادثة تحتاج إلى خطبة قا م وخطب حتى يبلغ الجمهور د مثل فلل ي،كون النسان يراع ي الحوال ويخطب فلل ي المناسللبات هللذا طيللب وفلل ي ربيللع الول، وف ي الحج يتحللد ث عللن الحللج،رمضان يتحد ث عن الصيا م وهللو دليللل علللى أن، هللذا ل بللأس بله، ينظللر المناسللبات: يعن ي،عن الهجر ة الخطيب فقيه وحكيم Anjuran memilih judul-judul yang sesuai dengan momentum pada khutbah Jum’at. Pertanyaan: ada sebagian khatib, ketika mereka menyampaikan khutbah, mereka buat judul sesuai momentum. Misalnya, pada momen Isra’ Mi’raj, mereka sampaikan khutbah tentang Isra’ Mi’raj, mereka jelaskan tentang manfaat-manfaat Isra’ Mi’raj, kemudian mereka jelaskan tentang perbuatan bid’ah dan kekeliruan yang terjadi saat ini, apa hukumnya? Jawaban: Ini baik. Maksudnya, seorang khatib menyampaikan khutbah berdasarkan momentum, ini bagus. Demikianlah khutbah Rasulullah Saw pada umumnya. Oleh sebab itu, jika terjadi suatu peristiwa yang membutuhkan khutbah, maka Rasulullah Saw tegak berdiri dan menyampaikan khutbah hingga beliau menyampaikannya kepada orang banyak. Bahwa seseorang memperhatikan momentum tertentu, kemudian menyampaikan judul khutbah sesuai momentum tersebut, maka itu baik. Misalnya, ketika bulan Ramadhan ia sampaikan tentang puasa. Pada momen haji ia sampaikan khutbah tentang ibadah haji. Pada bulan Rabi’ al-Awal ia sampaikan tentang Hijrah. Maksudnya, memperhatikan momen-momen tertentu, ini boleh. Dan ini menunjukkan bahwa khatib tersebut seorang yang mengerti dan bijaksana274. Jika dalam khutbah Jum’at saja boleh memasukkan judul tertentu, apalagi dalam ceramah, maka tentulah lebih boleh lagi.
274 Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh, Juz.XVIII, hal.155. 255
MASALAH KE-34: BENARKAH AYAH DAN IBU NABI KAFIR?
Allah Swt berfirman, سودل ع ص حوتى ن صب س ص ن ص م ص ث صر ه عذضلبي ص ما ك هونا ه و ص ص “Dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (Qs. Al-Isra’ [17]: 15). Sebagaimana kita ketahui bahwa Abdullah dan Aminah hidup sebelum Nabi Muhammad Saw diutus, maka mereka berdua termasuk ahlul fatrah yang tidak diazab sebelum rasul diutus. Demikian keyakinan Ahlussunnah waljama’ah. Demikian juga pendapat Imam Ibnu Taimiah, ص ص ص ة ص ص قدس دص و ة ل ص سن و ص سال ص ل عصلى أ و فإ ل و دا إول ب ص س ح د بأ ص عذض ه ه صل ي ه ص ن ال سك لصتا ص غ الضر ص وال ي ن الل و ص ب ص عدص إب سل ل س ض الت و س ص م ن ب صل ص ص م ت صب سل ه س مل ص د مل ص د ف ل دو ص ن بص س ة ه ه ه م يه ص ه ه ه صرأ د م س م س ل لص س ج س غت س ه و ص عذضب س ه ة لص س ج س غ ه ن لص س ف ص صي ل سا ص ع ل عصلى إن س ص ما ص ة الرسالية ت ص ه إول ص ج ه عل صي س ل ح و ه ال س ه يه ص م س قا ص ر ص عذضب س ه كا ل Sesungguhnya al-Qur’an dan Sunnah menunjukkan bahwa Allah tidak mengazab seorang pun kecuali setelah sampainya risalah kepada mereka. Siapa yang tidak sampai risalah kepadanya secara keseluruhan, maka ia tidak diazab sama sekali. Siapa yang risalah sampai kepadanya secara keseluruhan tapi tidak terperinci, maka ia diazab hanya pada perkara yang ia ingkari saja275. Adapun hadits, ل الل و ص ص ص ق و ما ص ر ص ن أ صلب ي ص جدل ص قا ص سو ص قا ص فى دص ص ص ل ل ل سأ و ن صر ه ل صيا صر ه ه أي س ص ع س عاهه فل ص و ف ي الونا ل ن أن ص ك ص ص وأصبا ص ف ص ص قا ص ر ك ل ل إل و ن ألب ي ص ف ي الونا ل
275 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ al-Fatawa, Juz.XII (Dar al-Wafa’, 1426H), hal.493. 256
Dari Anas, sesungguhnya seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, di manakah bapakku?”. Rasulullah Saw menjawab, “Di neraka”. Ketika laki-laki itu pergi, Rasulullah Saw memanggilnya, “Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka”. (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan bapak dalam hadits ini adalah paman Rasulullah Saw, yaitu Abu Thalib. Bukan Abdullah. Karena orang Arab biasa menyebut paman dengan sebutan ()أ صب للل ي. Abu Thalib masuk neraka karena tidak beriman setelah rasul diutus. Sedangkan Abdullah meninggal sebelum rasul diutus, maka ia termasuk ahlulfatrah; orang yang hidup sebelum rasul diutus. Adapun hadits, ص س ل ص هصري سصر ةص ص سو ه قا ص قا ص ن ه ص ص ن أ صلب ي ه عل صي س ل ل الل و ل ت صرضب ي أ س ست صأذصن س ه ما س و ص ل صر ه ع س سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص ص ص ص س س ص ه ص ها ص ن أهزوصر ص م ي ص ن لل ي ست ص س قب سصر ص غ ل فألذ ص هأ س م ي صأذص س وا س أ س ست صأذصن ست ه ه فل س فصر لل ض ن لل ي ص Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku memohon izin kepada Allah Swt akan mengizinkanku memohonkan ampun untuk ibuku. Tapi Ia tidak memberikan izin kepadaku. Aku meminta izin agar aku ziarah ke kuburnya. Ia mengizinkanku”. (HR. Muslim). Hadits ini tidak menyatakan bahwa Aminah masuk neraka. Hadits ini hanya menyatakan bahwa Rasulullah Saw tidak diberi izin memohonkan ampunan. Tidak berarti kafir. Karena Allah Swt tetap mengizinkan ziarah ke kuburnya. Seandainya ia kafir, pastilah dilarang ziarah ke kuburnya. Rasulullah Saw juga pernah dilarang mendoakan seorang shahabat, bukan karena ia kafir, tapi karena ia mati berhutang. Hadits di atas mesti dita’wilkan, jika tetap bertahan dengan makna tekstual, maka bertentangan dengan nash al-Qur’an. al-Khathib al-Baghdadi menyebutkan satu kaedah dalam menerima hadits, أن يخللالف نللص... إذا روى الثقللة المللأمون خللبرا متصللل السللناد رد بللأمور فيعلم أنه ل أصل له أو منسوخ, الكتاب أو السنة المتواتر ة Apabila seorang periwayat yang tsiqah (terpercaya) dan aman dari dusta, ia meriwayatkan hadits, sanadnya bersambung, riwayatnya ditolak disebabkan beberapa perkara… (diantaranya): jika riwayat itu bertentangan dengan nash al-Qur’an dan Sunnah Mutawatirah, maka
257
diketahui bahwa riwayat itu tidak ada dasarnya atau mansukh276. Oleh sebab itu Imam al-Bukhari menolak hadits berikut ini, : أخذ رسول الللله صلللى الللله عليلله وسلللم بيللدي فقللال:عن أب ي هرير ة قال وخلللق الشللجر، وخلق فيها الجبال يللو م الحللد، "خلق الله التربة يو م السبت وبث فيهللا، وخلق النور يو م الربعاء، وخلق المكروه يو م الثلثاء،يو م الثنين وخلق آد م بعد العصر يو م الجمعة آخر الخلللق فلل ي آخللر،الدواب يو م الخميس فيما بين العصر إلى الليل،ساعة من ساعات الجمعة Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw menarik tangan saya, beliau bersabda, ‘Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan bukit-bukit pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan sesuatu yang tidak menyenangkan hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan binatang pada hari Kamis, menciptakan Adam setelah ‘Ashar pada hari Jum’at, ciptaan terakhir pada waktu terakhir hari Jum’at, antara Ashar ke malam”. Hadits ini disebutkan Imam Muslim dalam Shahihnya, ditolak Imam al-Bukhari karena bertentangan dengan ayat, ف ي ست و ص ص ذي ص ض ل ل ل وا ل ه ال و ل إل و ق ال و س ص خل ص ص م الل و ه ن صرب وك ه ه واسلسر ص ت ص ما ص ة أويا م ك “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa”. (Qs. Al-A’raf [7]: 54). Demikian disebutkan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya277. Maka pilihannya hanya ada dua, menerima nash hadits di atas, tapi dita’wil. Atau digugurkan sama sekali, karena bertentangan dengan nash yang mutawatir. Kaedah mengatakan, ومتى خالف خبر الحاد نص القرآن أو اجماعا وجب ترك ظاهره Apabila khabar Ahad bertentangan dengan nash al-Qur’an atau Ijma’, maka wajib meninggalkan makna zhahirnya278. Allah Swt berfirman, 276 Al-Khathib al-Baghdadi, al-Faqih wa al-Mutafaqqih, (Dar Ibn al-Jauzi, 1417H), hal.194. 277 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Juz.VII (Dar Thibah, 1420H), hal.168. 278 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Juz.IV, hal.432. 258
قل يب ص ص وت ص ص ن ك ل ج ل ف ي ال و دي ص سا ل ص “dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud”. (Qs. Asy-Syu’ara’ [26]: 219). Makna ayat ini menurut Ibnu Abbas, آد م ونو ح وإبراهيم حتى أخرجه نبيا،أي ف ي أصلب الباء Artinya, Allah melihat perubahan gerak kejadian Nabi Muhammad Saw di tulang sulbi Adam, kemudian Nuh, kemudian Ibrahim, hingga Ia mengeluarkan Muhammad (Saw) sebagai seorang nabi279. Maknanya, Rasulullah Saw dikeluarkan dari tulang sulbi orang-orang yang sujud, orang-orang yang shaleh dan baik, bukan dari tulang sulbi orang kafir. Dalam hadits dinyatakan, ان الله: عن واثلة بن السقع قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم اصطفى كنانة من بن ي إسماعيل واصطفى من بن ي كنانة قريشا واصطفى من قريش بن ي هاشم واصطفان ي من بن ي هاشم Dari Watsilah bin al-Asqa’, ia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari Bani Isma’il. Ia pilih Quraisy dari Bani Kinanah. Ia pilih Bani Hasyim dari Quraisy. Dan Ia pilih aku dari Bani Hasyim”. (HR. Ahmad). Komentar Syekh Syu’aib al-Arna’uth tentang kualitas hadits ini, إسناده صحيح على شرط مسلم رجاله ثقات رجال الشيخين غير أب ي عمار " فقد أخرج له مسلم والبخاري ف ي- وهو ابن عبد الله القرش ي- شداد الدب المفرد " وهو ثقة Sanadnya shahih menurut syarat Muslim. Para periwayatnya adalah para periwayat Tsiqah (terpercaya), para periwayat Shahih al-Bukhari dan Muslim, selain Abu ‘Ammar Syaddad –bin Abdillah al-Qurasyi-. Imam Muslim dan al-Bukhari menyebutkan riwayatnya dalam al-Adab al-Mufrad, ia tsiqah (terpercaya). Hadits ini jelas menyebutkan bahwa Rasulullah Saw berasal dari orangorang pilihan, bukan kafir. Rasulullah Saw mengaku tentang nasab dirinya,
279 Imam al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Juz.XIII (Dar ‘Alam alKutub, 1423H), hal.144. 259
ري ص ر ال س ص م و ص ص فصر ل ر ل ن ث هلل و ه س م ص ف ل خي س ل خي س ل قي سلل ل ق ل ت ص ر ن ص تص ص عل صن للل ي ل ج ص ف ص خي وللصر ال سب هي هللو ص ملل س خي سلل ل
ن ل م س م لل ثه و
ق ص م ن ص ق ال س ص ه ص ر ل عل صلن ي ل إل و ج ص ف ص م س ه س خل س ص خل ص ص ن الل و ص خي س ل ر ص ل ص خي وصر ال س ص قصبائ ل ص ة ن ص تص ص قلبيل صلل ك عل صن للل ي ل ج ص ف ص ملل س خي سلل ل ص م نص س م ص م ب صي سدتا و ص فأصنا ص خي سهر ه خي سهر ه ف د ه س ه س ه س سا ص ب ههيوت ل ل
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, Ia jadikan aku dari yang terbaik diantara mereka, dari yang terbaik dari kelompok mereka, dari yang terbaik diantara dua kelompok, kemudian Ia pilih diantara kabilah-kabilah, Ia jadikan aku dari kabilah terbaik, kemudian Ia pilih rumah-rumah, Ia jadikan aku dari rumah terbaik diantara mereka. Aku jiwa terbaik dan rumah terbaik diantara mereka”. (HR. at-Tirmidzi, beliau nyatakan sebagai hadits hasan). Rasulullah Saw berasal dari nasab terbaik, bukan dari orang kafir. Oleh sebab itu hati-hati ketika membahas orang tua Nabi Muhammad Saw. Karena iman tidak diakui tanpa cinta kepada Rasulullah Saw. Dalam hadits dinyatakan, ص ص ص حوتى أ ص ه صل ي ه س ن م ل د ل وال ل ل د ل ول ص ل ه ل ب إ لل صي س ل ؤ ل كو ص سأ س ح و نأ ص م ص نأ ص عي ص م س م ه ج ص حدهك ه س ه ص و ص ه ص ن ص والونا ل “Tidak beriman salah seorang kamu, hingga aku lebih ia cintai daripada anak kandungnya, daripada ayah ibunya kandungnya dan semua manusia”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Menyinggung orang tua Rasulullah Saw berarti menyakiti Rasulullah Saw. Orang yang menyakiti Rasulullah Saw diancam dengan ancaman keras, ص ن يه س ع ص سو ص ؤ ه م م ص ل الل و ل وال و ل ذو ص ذا ح ه لص ه ن صر ه ذي ص ب أللي ح ه س ص “Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih”. (Qs. At-Taubah [9]: 61). Tidak jelas, entah apa motifasi orang-orang yang terus menerus membahas orang tua nabi dalam neraka, mungkin Allah ingin menunjukkan kemunafikannya. Karena hanya orang munafik dan kafir yang menyakiti Rasulullah Saw.
MASALAH KE-35: AS-SIYADAH (Menyebut Sayyidina Muhammad Saw).
260
Ada orang-orang yang sangat anti dengan kata Sayyidina. Sampaisampai seorang jamaah mengadu, “Ustadz, ketika saya memutar CD ceramah Ustadz, saudara saya yang mendengarnya langsung menyuruh saya agar mematikannya, karena Ustadz menyebut, ‘Sayyidina Muhammad (Saw)’ di awal ceramah”. Tentulah ini berangkat dari fanatisme dan kejahilan. Kata Sayyid yang berarti tuan atau pemimpin bukanlah kata yang dibuat-buat generasi belakangan. Rasulullah Saw sendiri menggunakan kata Sayyid dalam ucapannya, عصلى حك سم سعد ص ص عي ص ص ل ه س ص ه ص ه ة ن صصزهلوا ص ص قصري سظص ص ن أص س ل ص س ك س ل ك دأ و ه فأسر ص ن ألب ي ص ع س صولى الل و ه ي ص ل الن وب ل ي ص ص و ص ل ه ف ص جاءص ص ه ص قا ص م ص سي ض ل م إ للي س ل علي س ل ف ص موا إ للى ص و ص دك ه س قو ه سل ص ه ص Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Penduduk Quraizhah berada di bawah kepemimpinan Sa’ad bin Mu’adz. Rasulullah Saw mengutus utusan agar membawa Sa’ad (ke Madinah). Maka Sa’ad bin Mu’adz pun datang. Ketika ia datang, Rasulullah Saw berkata kepada orang-orang Anshar, “Berdirilah kalian untuk pemimpin kalian”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dalam pembahasan ini saya bagi pembahasan penggunaan kata Sayyidina menjadi dua: menggunakan kata Sayyidina di luar shalat dan kata Sayyidina di dalam shalat.
Menyebut “Sayyidina Muhammad Saw” di Luar Shalat. Allah SWT berfirman : ص شهر ص صدض د ص ه ي هب ص ض قا صضل ي ل ف ي ال س ل بأ و ك ب لي ص س م س حصيى ه ن الل و ص قائ ل ح حصرا ل م ص م يه ص و (39) ن صال ل ل ون صب لييا ل الل ل و ص سي ض د و ص حي ص م ص ن ال و ح ه صودرا ص دا ص ه ص
ص و مصلئ لك ص ه و ه ه ال س ص فصنادصت س ه ه ص ة ص ن ة ل م ك م ص ب لك صل ل ص
“Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu)”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 39). Jika untuk nabi Yahya as digunakan kata [ دا سي ض د و ص ] ص, mengapa kata Sayyid tidak boleh digunakan untuk Nabi Muhammad Saw yang Ulul’Azmi dan memiliki keutamaan lainnya.
261
Memanggil nabi tidaklah sama seperti menyebut nama orang biasa, demikian disebutkan Allah Swt:
ضا عا ل م ك صده ص عهلوا ده ص ع د ع ل م بص س ء بص س ج ص صل ت ص س عاءص الور ه ضك ه س ل ب صي سن صك ه س سو ل “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)”. (Qs. AnNur [24]: 63). Ini adalah perintah dari Allah Saw, meskipun perintah ini bukan perintah yang mengandung makna wajib, akan tetapi minimal tidak kurang dari sebuah anjuran, dan mengucapkan Sayyidina Muhammad adalah salah satu bentuk penghormatan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Adh-Dhahhak berkata dari Ibnu Abbas, “Mereka mengatakan, ‘Wahai Muhammad’, dan ‘Wahai Abu al-Qasim’. Maka Allah melarang mereka mengatakan itu untuk mengagungkan nabi-Nya”. Demikian juga yang dikatakan oleh Mujahid dan Sa’id bin Jubair. Qatadah berkata, “Allah memerintahkan agar menghormati nabi-Nya, agar memuliakan dan mengagungkannya serta menggunakan kata Sayyidina”. Muqatil mengucapkan kalimat yang sama. Imam Malik berkata dari Zaid bin Aslam, “Allah memerintahkan mereka agar memuliakan Nabi Muhammad Saw”280. Adapun beberapa dalil dari hadits, dalam hadits berikut ini Rasulullah SAW menyebut dirinya dengan lafaz Sayyid di dunia, beliau juga mengingatkan akan kepemimpinannya di akhirat kelak dengan keterangan yang jelas sehingga tidak perlu penakwilan, berikut ini kutipannya: Riwayat Pertama: Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
ص ة م ال س ل م ل ول ص ل و ص د آد ص ص أصنا ص قصيا ص م ي ص س سي ضده ص “Aku adalah Sayyid (pemimpin) anak cucu (keturunan) Adam pada hari kiamat”281. Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id Al Khudri dengan
280 Tafsir Ibnu Katsir, op. cit. juz.III, hal.306. 281 HR. Muslim (5899), Abu Daud (4673) dan Ahmad (2/540). 262
وصل ص tambahan, ر ف س خ ص ص Abu Hurairah,
“Bukan keangkukan”282. Dalam riwayat lain dari
ص ة م ال س ل م ل و ص أصنا ص قصيا ص س يص س سي ضده الونا ل
“Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat”. (HR. al-Bukhari, Muslim at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, asy-Syama’il, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid, hal.242-244, Ibnu Hibban, al-Baghawi (4332), an-Nasa’i dalam al-Kubra). Riwayat Kedua: Dari Sahl bin Hunaif, ia berkata, “Kami melewati aliran air, kami masuk dan mandi di dalamnya, aku keluar dalam keadaan demam, hal itu disampaikan kepada Rasulullah SAW, beliau berkata, ‘Perintahkanlah Abu Tsabit agar memohon perlindungan’. Maka aku katakan, دي سي ض ل صيا ص والير ص ة ح ح صال ل ص قى ص ‘ صWahai tuanku, ruqyah itu baik’. Beliau menjawab,
ص ص و ل صدس ص ف ي ن ص س ‘ صل هر سTidak ada ruqyah kecuali ة قي ص ص ة إ لول ل غ ك م ك و ه ح ص ة أ س س أ س ف ك
pada jiwa atau demam panas atau sengatan (binatang berbisa)’.”283
Perhatikan, dalam hadits ini Sahl bin Hunaif memanggil Rasulullah SAW dengan sebutan Sayyidi dan Rasulullah Saw tidak mengingkarinya. Ini adalah dalil pengakuan dari Rasulullah Saw. Tidak mungkin Rasulullah SAW mengakui suatu perbuatan shahabat yang bertentangan dengan syariat Islam.
Riwayat Ketiga: Terdapat banyak riwayat yang shahih yang menyebutkan lafaz Sayyidi yang diucapkan para shahabat. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan Aisyah dalam kisah kedatangan Sa’ad bin Mu’adz. Rasulullah Saw berkata:
282 HR. Ahmad (3/6), secara panjang lebar. At-Tirmidzi (3148), secara ringkas. Ibnu Majah (4308). 283 HR. Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah, alHakim, ia berkata, “Hadits shahih”, disetujui oleh Adz-Dzahabi. 263
قوموا إصلى سيدكم ص ص ص ض ل وهه “ ه هBerdirilah kamu untuk (menyambut) فأن سصزل ه س ل
pemimpin kamu”284.
Al-Khaththabi berkata dalam penjelasan hadits ini, “Dari hadits ini dapat diketahui bahwa ucapan seseorang kepada sahabatnya, “Ya sayyidi (wahai tuanku)” bukanlah larangan, jika ia memang baik dan utama. Tidak boleh mengucapkan itu kepada seseorang yang jahat”.
Riwayat Keempat: Diriwayatkan dari Abu Bakarah, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah Saw, al-Hasan bin Ali berada di sampingnya, saat itu ia menyambut beberapa orang, beliau berkata,
ل الل و ص ع و ه ص ن ن ص ن ل ن اب سلن ي ص ن ل ع ل ح بل ل هأ س إل و صل ل ص ول ص ص ذا ص م س ه ب صي س ص ظي ص ص ن يه س سي ضدح ص مت صي س ل فئ صت صي س ل ن سل ل ل م س مي ص ال س ه “Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga dengannya Allah mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin”. (HR. al-Bukhari). Riwayat Kelima:
ص
ص
Umar bin al-Khaththab ra berkata, ن ي وأ س ع ل سي ضدصصنا ي ص س ق ص ر ص عت ص ص سي ضدهصنا ص أهبو ب صك س ك
ب لصلدل
“Abu Bakar adalah pemimpin kami, ia telah membebaskan pemimpin kami”, yang ia maksudkan adalah Bilal. (HR. al-Bukhari).
Riwayat Keenam: Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan bahwa Ummu Ad-Darda’ berkata,
ص دا ل ء سي ض ل دي أهبو الدوسر ص ص حدوث صلن ي ص
284 HR. Ahmad dengan sanad yang shahih, al-Bukhari dalam al-Adab alMufrad, Muslim dan Abu Daud. 264
“Tuanku
Abu
Ad-Darda’
memberitahukan
kepadaku,
ia
berkata,
ص “Rasulullah SAW bersabda, ب ر ال س ص ده ص خ لص ل خي س ل جا ح ست ص ص م س ه ب لظص س ب ه غي س ل ه ل عاءه ال ل
“Doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya itu adalah doa yang dikabulkan”.
Riwayat Ketujuh: Rasulullah Saw bersabda,
ة جن و ل ال س ص
دا ص ل ب أص س سللي ض ص وال س ه ال س ص ن ص ح ص ح ص سللي س ه س ه شلصبا ل هلل ل ن ص
“Al-Hasan dan al-Husein adalah dua pemimpin pemuda penghuni surga”. (HR. at-Tirmidzi, hadits hasan shahih).
Riwayat Kedelapan:
Rasulullah Saw bersabda,
ص ص خصل ما ص و ه واسل ل ل أص س ة ل جن و ل ل ال س ص سي ض ص دا ك ه ه مهر ص ري ص وللي ص م س ن ص ع ص ن ص ن اسل و ه ل هو ل ر ص خ ل أهبو ب صك س ك ن مسر ص سللي ص الن وب لضيي ص وال س ه ن ص “Abu Bakar dan Umar adalah dua pemimpin orang-orang tua penghuni surga dari sejak manusia generasi awal hingga terakhir, kecuali para nabi dan rasul”. (HR. at-Tirmidzi).
Riwayat Kesembilan: Rasulullah Saw bersabda,
ة ف ي ال ل سي ضدح ل سي ضدح ل خصر ل ا صل س ص و ص م ص حل لي س ه ف ي الدين سصيا ص “Orang yang sabar itu menjadi pemimpin di dunia dan akhirat”. (HR. as-Suyuthi dalam al-Jami’ ash-Shaghir).
Riwayat Kesepuluh: Rasulullah Saw berkata kepada Fathimah az-Zahra’ ra,
265
ص ص ة سا ل جن و ل نأ س ما ت صسر ل ء ال س ص سي ضدص ةص ن ل ص ي ص ضي س ص أ ص ن ت صك ه س ون ل س “Apakah engkau tidak mau menjadi pemimpin wanita penduduk surga”. (HR. at-Tirmidzi).
Riwayat Kesebelas: Al-Maqburi berkata, “Kami bersama Abu Hurairah, kemudian al-Hasan datang, ia mengucapkan salam, orang banyak membalasnya, ia pun pergi, Abu Hurairah bersama kami, ia tidak menyadari bahwa al-Hasan bin Ali datang, lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah al-Hasan bin Ali
عل صي سلل ص mengucapkan salam”, maka Abu Hurairah menjawab, ك ي صللا و ص ص دي سي ض ل “ صKeselamatan juga bagimu wahai tuanku”. Mereka berkata
kepada Abu Hurairah, “Engkau katakan ‘Wahai tuanku’?”. Abu Hurairah menjawab,
ص م قا ص ص سو ص أص س ل ه ص عل صي س ل ل الل و ل هد ه أ ر و ص ن صر ه ش ص سل و ص صولى الل و ه ه ص ه ص “Aku bersaksi bahwa Rasulullah Saw bersabda , bin Ali- adalah seorang pemimpin”285.
سي ضدح ه ص “إ لن و هIa –Al Hasan
Kata Sayyid dan Sayyidah digunakan pada Fathimah, Sa’ad, al-Hasan, al-Husein, Abu Bakar, Umar dan orang-orang yang sabar secara mutlak, dengan demikian maka kita lebih utama untuk menggunakannya. Dari dalil-dalil diatas, maka jumhur ulama muta’akhkhirin dari kalangan Ahlussunnah waljama’ah berpendapat bahwa boleh hukumnya menggunakan lafaz Sayyid kepada Nabi Muhammad Saw, bahkan sebagian ulama berpendapat hukumnya dianjurkan, karena tidak ada dalil yang mengkhususkan dalil-dalil dan nash-nash yang bersifat umum ini, oleh sebab itu maka dalil-dalil ini tetap bersifat umum dan lafaz Sayyid digunakan di setiap waktu, apakah di dalam shalat maupun di luar shalat.
285 HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir. Imam Ibnu Hajar al-Haitsami berkata, “Para periwayatnya adalah para periwayat yang tsiqah”, Majma’ AzZawa’id (15049). 266
Ibnu Umar menyebut: وصلى الله على سيدنا محمد الحمد لله وصلى الله على: " أنه كان إذا دع ي ليزوج قال: حديث ابن عمر سيدنا محمد إن فلنا يخطب إليكم فإن انكحتموه فالحمد لله وإن رددتموه فسبحان الله Kisah tentang Ibnu Umar, jika Ibnu Umar diundang untuk menikahkan, ia berkata, “Segala puji bagi Allah, shalawat untuk Sayyidina Muhammad, sesungguhnya si fulan meminang kepada kamu. Jika kamu nikahkan ia, maka Alhamdulillah. Jika kamu menolaknya, maka subhanallah”. Syekh al-Albani menyatakan riwayat ini shahih286.
Rasulullah Sayyidina:
Saw
Mengajarkan
Shalawat
Dengan
Lafaz
أتانا رسول الله صلى الله عليه وسلللم فلل ي: عن أب ي مسعود النصاري قال مجلس سعد بن عباد ة فقال بشير بللن سللعد أمرنللا الللله أن نصللل ي عليللك يللا رسول الله فكيف نصلل ي عليلك قلال فسللكت رسللول الللله صلللى اللله عليله ) : وسلم حتى تمنينا أنه لم يسأله ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قولوا Dari Abu Mas’ud al-Anshari, ia berkata, “Rasulullah Saw datang di masjid Sa’ad bin ‘Ubadah. Basyir bin Sa’ad berkata, “Allah memerintahkan kami agar bershalawat kepadamu wahai Rasulullah. Bagaimanakah kami bershalawat kepadamu?”. Rasulullah Saw diam hingga kami berangan-angan andai ia tidak menanyakan itu. Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Ucapkanlah: اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل محمد كما صللليت علللى آل إبراهيللم: وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم ف ي العللالمين إنك حميد مجيد والسل م كما علمتم Riwayat ini dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam Fadhl ashShalat ‘ala an-Nabi287. 286 Syekh al-Albani, Irwa’ al-Ghalil fi Takhrij Ahadits Manar as-Sabil, Juz.VI (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1405H), hal.221. 287 Syekh al-Albani, Fadhl ash-Shalat ‘ala an-Nabi, (Beirut: al-Maktab alIslamy, 1977M), Hal.59. 267
Syekh al-Albani sendiri ketika mengakhiri kitab tahqiqnya, ia tutup dengan kalimat, وتم بحمد الله وكرمه وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه أجمعين والحمد لله رب العالمين Dan telah sempurna dengan pujian kepada Allah Swt dan kemuliaanNya. Dan shalawat kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan semua shahabatnya, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam288.
Ucapan Sayyidina Dalam Shalat. Bagi orang yang sedang melaksanakan shalat, pada saat tasyahhud dan pada saat membaca shalawat al-Ibrahimiah, dianjurkan agar mengucapkan Sayyidina sebelum menyebut nama Nabi Muhammad Saw. Maka dalam shalawat Al Ibrahimiah itu kita ucapan lafaz Sayyidina. Karena sunnah tidak hanya diambil dari perbuatan Rasulullah Saw, akan tetapi juga diambil dari ucapan beliau. Penggunaan kata Sayyidina ditemukan dalam banyak hadits Nabi Muhammad Saw. Ibnu Mas’ud memanggil beliau dalam bentuk shalawat, ia berkata, “Jika kamu bershalawat kepada Rasulullah Saw, maka bershalawatlah dengan baik, karena kamu tidak mengetahui mungkin shalawat itu diperlihatkan kepadanya”. Mereka berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Ajarkanlah kepada kami”. Ibnu Mas’ud berkata, “Ucapkanlah:
وب صصر ص كات ل ص مت ص ص صصلت ص ص ع س ك ص سي ض ل وصر س ج ص ما س مسر ص عصلى ص الل و ه سللي ص وإ ل ص د ال س ه ح ص ه و ل ص ن ص ك ص ك ص ما م ل سول ل ص د ص ك و ص د ص مت و ل عب س ل م ك م ص وصر ه خات صم ل الن وب لضيي ص قي ص ح و ن ه ال س ه ك ص ن ص “Ya Allah, jadikanlah shalawat, rahmat dan berkah-Mu untuk pemimpin para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, penutup para nabi, Nabi Muhammad SAW hamba dan rasul-Mu …”. (HR. Ibnu Majah). Dalam kitab Ad-Durr al-Mukhtar disebutkan, ringkasannya, “Dianjurkan mengucapkan lafaz Sayyidina, karena tambahan terhadap pemberitahuan yang sebenarnya adalah inti dari adab dan sopan santun. Dengan demikian maka menggunakan Sayyidina lebih afdhal 288 Syekh al-Albani, Zhilal al-Jannah fi Takhrij as-Sunnah li Ibn Abi ‘Ashim, Juz.II (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1413H), hal.480. 268
daripada tidak menggunakannya. Disebutkan juga oleh Imam ar-Ramli asy-Syafi’i dalam kitab Syarhnya terhadap kitab al-Minhaj karya Imam Nawawi, demikian juga disebutkan oleh para ulama lainnya. Memberikan tambahan kata Sayyidina adalah sopan santun dan tata krama kepada Rasulullah SAW. Allah berfirman, “Maka orangorang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Qs. al-A’raf [7]: 157). Makna kata at-Ta’zir adalah memuliakan dan mengagungkan289. Dengan demikian maka penetapannya berdasarkan Sunnah dan sesuai dengan isi kandungan al-Qur’an. Sebagian ulama berpendapat bahwa adab dan sopan santun kepada Rasulullah Saw itu lebih baik daripada melakukan suruhannya. Itu adalah argumentasi yang baik, dalil-dalilnya berdasarkan hadits-hadits shahih yang terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim, diantaranya adalah ucapan Rasulullah Saw kepada Imam Ali,
صل والل وه صل أ صمحو ص ص:ل ص.ه قا ص سو ص دا ل ل الل و ل ك أب ص د س ه م ه ح صر ه ا س ص “Hapuslah kalimat, ‘Rasulul (utusan) Allah’.” Imam Ali menjawab, “Tidak, demi Allah aku tidak akan menghapus engkau untuk selama-lamanya”290. Ini makna “Adab lebih utama dari mengikuti perintah”. Ucapan Rasulullah SAW kepada Abu Bakar,
كان هلبققن أ سبققي قيحافسقق س س قا س س س ما منع س س منرت ي س ي ك فس س ةأ ن س كأ ن س س سس ما س س ن ه ه ل أيبو ب سك نرث س ت إ هذ ن أ س ن ت سث نب ي س ن يي س صققل و س و س و و و م ه ع سلي نهه وس س ن ي سد سين سر ي سل س صلى الل ي ل اللهه س سو ه ب سي ن س “Apa yang mencegahmu memerintahkanmu?”.
untuk
menetap
289 Mukhtar ash-Shahhah, pembahasan kata: ع ز ر. 290 HR. al-Bukhari dan Muslim. 269
ketika
aku
Abu Bakar menjawab, “Ibnu Abi Quhafah tidak layak melaksanakan shalat di depan Rasulullah Saw”291. Abu Bakar lebih mengutamakan adab daripada mengikuti perintah. Adapun hadits yang sering disebutkan banyak orang yang berbunyi,
ة ي ل صل ص ل صل ت ه ص ف ي ال و سي ضده س ون ل س “Janganlah kamu menggunakan kata Sayyidina pada namaku dalam shalat”. ini adalah hadits maudhu’ dan dusta, tidak boleh dianggap sebagai hadits. Al-Hafizh as-Sakhawi berkata dalam kitab al-Maqashid al-Hasanah, “Hadits ini tidak ada dasarnya”. Juga terdapat kesalahan bahasa dalam hadits ini, karena asal kata ini adalah وده jadi سادص ي ص ه ص س س kalimat yang benar adalah ي ت ص ه.292 ود ه س س س ون ل س
Pendapat Mazhab: تندب السياد ة لمحمد ف ي الصلوات البراهيمة؛ لن: قال الحنفية والشافعية وأمللا خللبر »ل. فهو أفضل من تركه،زياد ة الخبار بالواقع عين سلوك الدب أكمللل الصللل ة علللى النللب ي: وعليلله. تسودون ي ف ي الصل ة« فكللذب موضللوع كما صللليت علللى، »اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد:وآله وبارك على سلليدنا محمللد وعلللى آل،سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وعلى آل سلليدنا إبراهيللم فلل ي، كما باركت على سيدنا إبراهيم،سيدنا محمد . « إنك حميد مجيد،العالمين Mazhab Hanafi dan Syafi’i: Dianjurkan mengucapkan Sayyidina pada Shalawat Ibrahimiyah, karena memberikan tambahan pada riwayat adalah salah satu bentuk adab, maka lebih utama dilakukan daripada ditinggalkan. Adapun hadits yang mengatakan: “Janganlah kamu menyebut Sayyidina untukku”. Ini adalah hadits palsu. Maka shalawat yang sempurna untuk nabi dan keluarganya adalah: كما صللليت علللى سلليدنا،اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد وبارك على سيدنا محمللد وعلللى آل سلليدنا،إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وعلللى آل سلليدنا إبراهيللم فلل ي، كمللا بللاركت علللى سلليدنا إبراهيللم،محمللد 293 إنك حميد مجيد،العالمين 291 HR. al-Bukhari (2/167), Fath al-Bari, Muslim (1/316). 292 As-Sakhawi, al-Maqashid al-Hasanah, hal.463, no.1292. 293 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu,juz.II, hal.94. 270
Pendapat Imam Ibnu Hajar al-Haitsami: ه اب سلل ه ص مللا ص ن ب لل ص س واسل ص س ) ص ض ه هيللصر ةص ه ص ف ص سصيادص ل ف ل م ك ل اسل لت سصيا ه م ص ظ ال ض قللال ص ه ة ك ص ص ح و عصلى ه ول ه ه د( ص ق س نظ ل ه ص ص س س هأ س فصتى ال و ر زي صللادص ةه ال ل س ن ل مسرصنا ب ل ل ما أ ل في ل وب ل ل ح ب ل ل ه ال لت سصيا ص ح لل و ر ه م ح ه ص صور ص ن بل ص ج س و ص ه ص ع ص ص خب صللا ل شا ل و ل ص ص ص س و س س س ص ه ،ي ن لل س ل ا ه ت ي ل ض ف أ ف ي د د ر ت ن إ و ه ك ر ت ن م ل ض ف أ و ه ف ب د أ و ه ذي ل ا ع ق وا ل با ل ل ل ه ل ص ص ص ص ص ل ل ل ل ل س و ص و ح ص س ه س و ي ص س ص ص ل ص ل ل ص ل ل ل صل أ ص ص ص ص ص ص ص ص ص ص ح ض لل ع ب ه ل للا ق للا م ك ه لل ل ل لل ص ط با ف { ة ل ص ال ف ي ن ي دو ي س ت ل } ث ه دي ح ما ل ل ه ل ل ل س ص ص ه ض ص ص ه ص ه وأ و ه س و ص مت صأ ص ح و ظ خ ض فا ل ري ال س ه ه ل Ucapan Muhammad, afdhal menambahkan lafaz as-Siyadah (Sayyidina), sebagaimana dikatakan Ibnu Zhahirah, dinyatakan secara jelas oleh sekelompok ulama. Demikian juga difatwakan asy-Syarih (yang mensyarah kitab ini), karena di dalam as-Siyadah itu terkandung makna melakukan apa yang diperintahkan (memuliakan Rasulullah Saw) dan menambah pemberitaan dengan fakta kenyataan yang merupakan adab, maka lebih utama memakai Sayyidina daripada meninggalkannya, meskipun al-Isnawi bimbang tentang afdhalnya. Adapun hadits, “Janganlah kamu menyebut Sayyidina terhadapku dalam shalat”, ini adalah hadits batil, tidak ada dasarnya, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian al-Hafizh generasi belakangan294.
Imam al-Hashfaki dari kalangan Mazhab Hanafi: وندب السياد ة لن زياد ة الخبار بالواقع عين سلللوك الدب فهللو أفضللل مللن تركه ذكره الرمل ي الشافع ي وغيره Dianjurkan as-Siyadah, karena tambahan pemberitaan terhadap kenyataan adalah inti adab kesopanan, maka menggunakan Sayyidina lebih afdhal daripada tanpa Sayyidina. Demikian juga disebutkan Imam ar-Ramli asy-Syafi’i dan lainnya295.
Pendapat Imam asy-Syaukani: 294 Imam Ibnu Hajar al-Haitsami, Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, juz.VI, hal.126 295 Imam al-Hashfaki, ad-Durr al-Mukhtar, Juz.I (Beirut: Dar al-Fikr, 1386H), hal.513. 271
وقد روي عن ابن عبد السل م أنه جعله من باب سلوك الدب وهو مبن ي على ويؤيده حديث أب ي بكر حيللن أمللره. أن سلوك طريق الدب أحب من المتثال صلى الله عليه وآله وسلم أن يثبت مكانه فلم يمتثل وقال ما كان لبن أبلل ي قحافة أن يتقد م بين يدي رسول اللله صللى اللله علي ه وآلله وسللم وكلذلك امتناع عل ي عن محو اسم النب ي صلى الله عليه وآله وسلم من الصحيفة ف ي صلح الحديبية بعد أن أمره بذلك وقال ل أمحو اسمك أبدا وكل الحديثين فلل ي الصحيح فتقريره صلى الله عليه وآله وسلم لهما على المتنللاع مللن امتثللال المر تأدبا مشعر بأولويته Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abdissalam, ia menjadikan (Sayyidina) bagian dari menjalankan adab. Ini berdasarkan kaedah, menjalankan adab lebih disukai daripada melakukan perintah; ini didukung hadits Abu Bakar ketika ia diperintahkan Rasulullah Saw agar tegak di tempat posisi Rasulullah Saw, Abu Bakar tidak melaksanakannya. Abu Bakar berkata, “Tidak layak anak Abu Quhafah maju di hadapan Rasulullah”. Demikian juga dengan Imam Ali, beliau tidak mau menghapus nama nabi dari lembaran Shulh al-Hudaibiyyah setelah Rasulullah Saw memerintahkannya. Imam Ali berkata, “Saya tidak mau menghapus namamu untuk selamanya”. Kedua hadits ini shahih. Taqrir (pengakuan) Rasulullah Saw terhadap mereka berdua tentang tidak mau melakukan perintah karena adab menunjukkan keutamaannya296.
Andai Dianggap Tambahan, Apakah Membatalkan Shalat? Jika menambahkan Sayyidina itu dianggap menambah bacaan shalat, apakah menambah bacaan selain yang ma’tsur (dari al-Qur’an dan Hadits secara teks) itu membatalkan shalat? Pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:
جواز إحدا ث ذكر ف ي الصل ة غير ماثور إذا كان غير مخالف للمأثور Boleh membuat bacaan yang tidak ma’tsur dalam shalat, jika tidak bertentangan dengan yang ma’tsur297.
296 Imam asy-Syaukani, Nail al-Authar min Ahadits Sayyid al-Akhyar Syarh Muntaqa al-Akhbar, Juz.II (Idarat ath-Thiba’ah al-Muniriyyah), hal.329. 272
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
غير ال س س ص مد ص ق ص م ي هب سطل س ه ص ر عا ل صصل ةص لبالدي ص ح ل و ص لأ س ذا ت ص س ص ه لص س فإ لن و ه ح ص قي ه ل ال و و ل ق س ص مأهثو ل ء ص س ل ص ص ه ست ص ل م يص س حب و ه هل س ؛ لك لن و ه Ini adalah tahqiq terhadap ucapan Imam Ahmad bin Hanbal, sesungguhnya shalat tidak batal dengan doa yang tidak ma’tsur, akan tetapi Imam Ahmad bin Hanbal tidak menganjurkannya298.
MASALAH KE-36: SALAF DAN SALAFI. Salaf secara bahasa adalah orang-orang terdahulu, sebagai lawan kata khalaf atau orang-orang yang datang belakangan. Adapun batasan Salaf, sebagaimana pendapat al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama Hijrah, berdasarkan hadits, م ص م ن ص م ال و ل م ال و ل م ال و ل إل و ن ي صهلون ص ه ن ي صهلون ص ه ن ي صهلون ص ه ذي ص ذي ص ذي ص ه س م ثه و ه س م ثه و ه س قسرلن ي ث ه و خي سصرك ه س “Sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah abadku. Kemudian orangorang setelah mereka. Kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian orang-orang setelah mereka”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
297 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, juz. II (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H), hal.286. 298 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah, juz.V, hal.215. 273
Sedangkan para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab (11151206H / 1703-1792M) yang disebut Wahhabi menisbatkan diri kepada Salaf. Demikian menurut Syekh ‘Athiyyah Shaqar mantan mufti alAzhar, وظهر أخيرا من يطلقون علللى أنفسللهم "السلللفية" نسللبة إلللى السلللف أى القدامى وحددهم ابن حجر حين سئل عن عمللل المولللد النبللوى بللأنهم أهللل القرون الثلثة وشاعت هذه التسمية عند الوهللابيين الللذين يأخللذون بمللذهب وذلللك، الذى انتشر فى السعودية وصار مللذهبا لهللم، محمد بن عبد الوهاب الللذى اهتمللوا فيلله بللآراء ابللن،لتبرمهم بأن منبعهم هو هذا المللذهب الجديللد . وعملوا على نشرها فى العالم السلمى كله، تيمية Akhir-akhir ini muncul mereka yang menyebut diri mereka kelompok Salafi, dinisbatkan kepada Salaf, artinya: orang-orang di masa lalu. AlHafizh Ibnu Hajar memberikan batasan -ketika ditanya tentang Maulid Nabi- bahwa Salaf adalah orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama (Hijrah). Kemudian nama ini populer digunakan orang-orang Wahabi yang mengikuti mazhab Muhammad bin Abdul Wahhab (11151206H / 1703-1792M) yang tersebar di Saudi Arabia, kemudian menjadi mazhab bagi mereka, karena mereka sudah menetapkan diri bahwa mereka berasal dari mazhab baru tersebut. Mereka sangat perhatian dengan pendapat-pendapat Ibnu Taimiah dan 299 menyebarkannya di seluruh dunia Islam . Untuk membedakan antara Salaf asli dengan orang yang men-salafsalaf-kan diri, maka istilah yang populer untuk orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama Hijrah adalah kalangan Salaf atau Shalafushshaleh, sedangkan orang yang mengaku-ngaku salaf adalah istilah Salafi-Wahhabi.
Pro - Kontra Tentang Salafi-Wahhabi: Pendapat Syekh Abdul ‘Aziz Ibnu Baz: هم صحابة رسول الله صلى الله عليه: والسلف، نسبة إلى السلف:السلفية وسلم وأئمة الهدى من أهل القرون الثلثة الولى رضلل ي الللله عنهللم الللذين » خيللر النللاس:شهد لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم بالخير ف ي قللوله 299 Fatawa Dar al-Ifta’ al-Mishriyyah, juz.X, hal.295. 274
ثللم يج يللء أقللوا م تسللبق شللهاد ة، ثم الللذين يلللونهم،قرن ي ثم الذين يلونهم ( المللا م1) ( رواه الما م أحمد ف ي مسللنده1) « أحدهم يمينه ويمينه شهادته ،3650 ،2651 ) والبخاري ]فتح الباري[ برقم،(479 ،427 ،426 / 4) أحمد والترمللذي،(4657) وأبو داود برقللم،(2535) ومسلم برقم،(6695 ،6428 .(2223 ،2222) برقم وقللد تقللد م، جمع سلف ي نسبة إلللى السلللف: والبخاري ومسلم والسلفيون وهللم الللذين سللاروا علللى منهللاج السلللف مللن اتبللاع الكتللاب والسللنة،معناه . فكانوا بذلك أهل السنة والجماعة،والدعو ة إليهما والعمل بهما Salafi dinisbatkan ke Salaf. Salaf adalah: para shahabat Rasulullah Saw dan para imam dari tiga abad awal Hijrah. Allah Swt meridhai mereka dan Rasulullah Saw telah mempersaksikan kebaikan mereka dalam sabdanya, “Sebaik-baik manusia adalah abadku, kemudian orangorang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian datang beberapa kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan at-Tirmidzi). Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan orang-orang Salafiyyun, bentuk jamak dari kata Salafi, dinisbatkan kepada Salaf, telah dijelaskan maknanya, mereka adalah orang-orang yang berjalan di atas manhaj kalangan Salaf; mengikuti al-Qur’an dan Sunnah, mengajak kepada alQur’an dan Sunnah dan mengamalkannya. Dengan demikian mereka adalah Ahlussunnah waljama’ah300.
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin301: أو د كللل مللن، يجب أن نعلللم أن السلللف ي ليللس محصللورا د علللى فئللة معينللة:ل . هذا السلف ي سواءد تقد م زمنه أو تأخر،تمسك بمذهب السلف فهو سلف ي هؤلء سلفيون وهؤلء عقلنيللون فهللذا:وأما أن نجعله ف ي فئة معينة نقول ولكن ليعلم أن من العلماء من يغلب جللانب العقللل ومنهللم مللن يغلللب،غلط ولهذا تجد ف ي كتب الخلف الفقهية إذا أرادوا أن يتكلموا عللن،جانب الشرع أصحاب أب ي حنيفة رحمهم الله يصفونهم بأنهم أصللحاب الللرأي؛ لن عنللدهم .أصحاب الدليل وأصحاب الرأي 300 Al-Lajnaj ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’, juz.II, hal.242. 301 Nama lengkap beliau adalah Syekh Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-‘Utsaimin, ulama besar Saudi Arabia, wafat pada tahun 1421H. 275
السلف ي من تمسللك بمللذهب السلللف ول يختللص بطائفللة:فخذ هذه القاعد ة ، هؤلء سلفيون وهؤلء عقلنيللون: ول يجوز أن نصنف الناس ونقول،معينة .أو ما أشبه ذلك ، السلف ي من أخذ بمذهب السلف عقيللد ة وقللول د وعمل د فلل ي أي مكللان:أقول وهلذا سللف ي وملا أشلبه، هذا عقلن ي:ول يصح أن نقسم المسلمين ونقول ، ل على أنها مسللألة حزبيللة ل، بل يجب على الجميع أن يكونوا سلفيين،ذلك ص سللاب ل ه ن ن ل ول هللو ص قو ص وال و ملل ص ن اسل و } ص: قللال الللله عللز وجللل،علللى أنهللا هلل ي الحللق ص {ه ضوا ص ه ص عو ه وصر ه ن صر ل وال و ل م ب لإ ل س ن ات وب ص ه عن س ه ح ص م ص ذي ص ري ص عن سلل ه ه س ي الل و ه ه س ال س ه واسلن س ص ها ل م ص سا ك ر ص ن ص ض ص صا ل ج ل .[100:]التوبة Pertama, kita wajib mengetahui bahwa Salafi tidak hanya terbatas ada kelompok tertentu. Semua yang berpegang dengan mazhab Salaf adalah Salafi. Inilah Salafi, apakah zaman terdahulu ataupun zaman belakangan. Adapun kita jadikan Salaf pada kelompok tertentu dengan mengatakan, “Mereka adalah orang-orang Salafi dan mereka adalah orang-orang rasionalis”. Itu keliru. Perlu diketahui bahwa ada diantara ulama yang lebih mengedepankan aspek akal dan ada pula yang lebih mengedepankan aspek syar’i. Oleh sebab itu Anda temukan di dalam kitab-kitab perbedaan fiqh. Apabila mereka ingin bicara tentang mazhab Hanafi, mereka sebut orang-orang Mazhab Hanafi itu adalah ahli ra’yi (pendapat), karena diantara diantara para ahli Fiqh itu ada yang ahli dalil da nada pula ahli ra’yi (pendapat). Ambillah kaedah ini, “Salafi adalah orang yang berpegang pada mazhab Salaf, bukan khusus untuk kelompok tertentu”. Kita tidak boleh mengelompokkan orang, lalu mengatakan, “Mereka Salafi dan mereka orang-orang Rasionalis”, atau kalimat seperti itu. Saya katakakan, “Salafi adalah orang yang berpegang kepada mazhab Salaf dalam aqidah, ucapan dan perbuatan, di setiap tempat. Tidak benar jika kita membagi kaum muslimin dengan mengatakan, “Ini orang rasionalis”, dan, “Ini Salafi”, atau seperti itu. Akan tetapi semuanya wajib Salafi, bukan masalah kelompok, akan tetapi masalah kebenaran. Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
276
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah”. (Qs. At-Taubah [9]: 100)302.
Pendapat-Pendapat Kontra: Pendapat Syekh Ahmad bin Muhammad ash-Shawi al-Maliki (w.1241H)303: سدنا ص ه ص أص ص ن يص ص ض ي ن سوءه ص ه ل ه يه ل مل ل ل فإ ل و فصرآ صهه ص وي ص س ح ص ه ه م س م س ن هزي ض ص م س دي ص ل ص ن الل و ص ع ص ن لص ه ف ص شاءه ص ك ص ص س ص ب نص س شاءه ص يص ص هذه الية.ن ه ص فصل ت صذس ص سصرا ك عو ص ت إل و صن ص ه م ص ه س ح ص ف ه م بل ص عللي ح ن الل و ص ه س ما ي ص س علي س ل نزلت ف ي الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب والسنة ويستحلون بذلك دماء المسلمين وأموالهم كما هو مشاهد الن ف ي نظائرهم وهم فرقة بأرض الحجاز يقال لهم الوهابية يحسبون أنهم على ش يء أل إنهم هم الكاذبون “Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Qs. Fathir [35]: 8). Ayat ini turun pada orang-orang Khawarij yang menyelewengkan penakwilan al-Qur’an dan Sunnah, dengan itu mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin, sebagaimana yang dapat disaksikan saat sekarang ini pada kelompok yang sama dengan mereka yaitu satu kelompok di bumi Hijaz, mereka disebut al-Wahhabiyyah, mereka menyangka bahwa mereka di atas sesuatu, padahal mereka adalah para pendusta304.
302 Syekh Muhammad bin Shalih bin Muhammad al-‘Utsaimin, Liqa’at al-Bab al-Maftuh, juz.XXI, hal.220. 303 Syekh Ahmad bin ash-Shawi al-Mishri al-Maliki al-Khalwati, wafat tahun 1241H. Beberapa diantara kitab karya beliau: Hasyiyah ash-Shawi ‘ala alJalalain, al-Asrar ar-Rabbaniyyyah wa al-Fuyudhat ar-Rahmaniyyah ‘ala ashShalawat ad-Dardiriyyah, Bulghat as-Salik li Aqrab al-Masalik, Hasyiyah ‘ala Anwar at-Tanzil li al-Baidhawi, Hasyiyah ‘ala al-Jaridah al-Bahiyyah li adDardir, Hasyiyah ‘ala Syarh ad-Dardir dan Syarh Manzhumah Asma’ Allah alHusna li ad-Dardir. 277
Pendapat Syekh Ibnu ‘Abidin (1198-1252H)305: كمللا وقللع فلل ي:مطلب ف ي أتباع محمد بن عبد الوهللاب الخللوارج فلل ي زمننللا زمننا ف ي أتباع ابن عبد الوهاب الذين خرجوا من نجد وتغلبوا على الحرميللن وكانوا ينتحلون مذهب الحنابلة لكنهم اعتقدوا أنهم هم المسلللمون وأن مللن خالف اعتقادهم مشركون واستباحوا بذلك قتل أهل السللنة وقتللل علمللائهم حتى كسر الله شوكتهم وخرب بلدهم وظفر بهللم عسللاكر المسلللمين عللا م ثل ث وثلثين ومائتين وألف Sub Pembahasan: Tentang para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab seorang Khawarij di zaman kita. Sebagaimana telah terjadi di zaman kita tentang para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab yang telah keluar dari Nejed, mereka menguasai Mekah dan Madinah. Mereka mengikut mazhab Hanbali. Menurut mereka hanya mereka sajalah yang disebut kaum muslimin, siapa saja yang berbeda dengan keyakinan mereka maka mereka adalah orang-orang musyrik. Dengan itu mereka menghalalkan pembunuhan terhadap Ahlussunnah, membunuh para ulama Ahlussunnah, hingga Allah Swt menghancurkan kekuatan mereka dan menghancurkan negeri mereka. Pasukan kaum muslimin berhasil menumpas mereka pada tahun 1233H306. 304 Syekh Ahmad bin ash-Shawi al-Maliki, Hasyiyah ash-Shawi ‘ala Tafsir alJalalain, juz.III, hal.307 305 Nama asli beliau adalah as-Sayyid Muhammad Amin ‘Abidin bin as-Sayyid Umar ‘Abidin bin Abdul Aziz bin Ahmad bin Abdurrahim ad-Dimasyqi al-Hanafi. Seorang mufti dalam Mazhab Hanafi, terkenal dengan nama Ibnu ‘Abidin. Lahir pada tahun 1198H dan wafat pada tahun 1252H. diantara karya beliau adalah: Radd al-Muhtar Syarh ad-Durr al-Mukhtar. 2. Al-Ibanah ‘an Akhdz al-Ujrah ‘ala al-Hidhanah. 3. Ittihaf adz-Dzaki an-Nabih bi Jawab ma Yaqulu al-Faqih. 4. Ijabat al-Ghauts bi Bayan Hal an-Nuqaba’ wa an-Nujaba’ wa al-Abdal wa alAutad wa al-Ghauts. 5. Ajwibat Muhaqqaqah ‘an As’ilat Mufarraqah. 6. A’lam al-A’lam bi Ahkam Iqrar al-‘Am. 7. Al-Aqwal al-Wadhihah al-Jaliyyah fi Tahrir Mas’alah an-Naqsh al-Qismah wa Mas’alat Darajah al-Ja’liyyah. 8. Tahbir at-Tahrir fi Ibthal al-Qadhaya li Fath bi al-Ghabn al-Fahisy bi la Taghrir. 9. Tahrir al-‘Ibarah fi man Ahaqq bi al-Ijabah. 10. Tahrir al-Qaul fi Nafaqat al-Furu’ wa al-Ushul. 11. Tuhfat an-Nasik fi Ad’iyat al-Manasik.
306Tanbih Dzawi al-Ifham ‘ala Buthlan al-Hukm bi Naqdh ad-Da’wa Ba’da Ibram al-‘Am.Tanbih Dzawi al-Ifham ‘ala Hukm at-Tabligh Khalf al-Imam.
278
Pendapat Syekh Ibnu Humaid an-Najdi (1236-1295H)307: عبد الوهاب بن سللليمان التميملل ي النجللدي وهللو والللد صللاحب الللدعو ة الللت ي انتشر شررها ف ي الفاق لكن بينهما تباين مع أن محمدا لم يتظاهر بالدعو ة إل بعد موت والده وأخبرن ي بعض من لقيته عن بعض أهل العلم عمن عاصر الشيخ عبد الوهاب هذا أنه كان غاضبا على ولللده محمللد لكللونه لللم يللرض أن فكللان.يشتغل بالفقه كأسلفه وأهل جهته ويتفرس فيه أنه يحد ث منه أمللر يا ما ترون من محمد مللن الشللر فقللدر الللله أن صللار مللا صللار:يقول للناس وكذلك ابنه سليمان أخو محمد كان منافيا له ف ي دعللوته ورد عليلله ردا جيللدا باليات والثار وسمى الشيخ سليمان رده عليه فصل الخطاب ف ي الرد على محمد بن عبد الوهاب وسلمه الله من شره ومكره مللع تلللك الصللولة الهائلللة الت ي أرعبت الباعد فإنه كان إذا باينه أحللد ورد عليلله ولللم يقللدر علللى قتللله 13. Tanbih ar-Ruqud ‘ala Masa’il an-Nuqud. 14. Tanbih al-Ghafil al-Wisnan fi Ahkam Hilal Ramadhan. 15. Ad-Durar al-Madhiyyah fi Syarh Nuzhum al-Abhur asy-Syi’riyyah. 16. Ar-Rahiq al-Makhtum Syarh Qala’id al-Manzhum li Ibn ‘Abdirrazzaq. 17. Raf’ al-Isytibah ‘an ‘Ibarah al-Asybah. 18. Raf’ al-Intiqadh wa Daf’ al-I’tiradh fi Qaulihim al-Iman Mubayyinah ‘ala alAlfazh la ‘ala al-A’radh. 19. Raf’ al-Anzhar ‘amma Auradahu al-Halaby ‘ala ad-Durr al-Mukhtar. 20. Raf’ at-Taraddud fi ‘Aqd al-Ashabi’ ‘Inda at-Tasyahhud. 21. Sall al-Hisam al-Hindi li Nushrat Maulana Khalid an-Naqsyabandi. 22. Syarh al-Kafi fi al-‘Arudh wa al-Qawafi. 23. Syifa’ al-‘Alil wa Ball al-Ghalil fi Hukm al-Washiyyah bi al-Khatamat wa atTahlil. 24. Al-‘Uqud ad-Durriyyah fi Qaul al-Waqif ‘ala Faridhah asy-Syar’iyyah. 25. Al-‘Uqud ad-Durriyyah fi Tanqih Fatawa al-Hamidiyyah. 26. Al-‘Uqud al-Laly fi Asanid al-‘Awaly. 27. ‘Uqud Rasm al-Mufti. 28. Al-‘Ilm azh-Zhahir fi an-Nasab ath-Thahir. 29. Ghayat al-Bayan fi an Waqf al-Itsnain waqf la Waqfan. 30. Ghayat al-Mathlab fi Isytirath al-Waqif ‘Aud an-Nashab ila Darajat al-Qurb fa al-Aqrab. 31. Fath Rabb al-Arbab ‘ala Lubb al-Albab Syarh Nadzat al-A’rab. 32. Al-Fawa’id al-‘Ajibah fi I’rab al-Kalimat al-Gharibah. 33. Al-Fawa’id al-Mukhashshishah fi Ahkam al-Himshah. 34. Manahil as-Surur li Mubtaghi al-Hisab bi al-Kusur. 35. Minhat al-Khaliq ‘ala al-Bahr ar-Ra’iq. 36. Minnat al-Jalil li Bayan Isqath ma ‘ala adz-Dzimmah min Katsir wa Qalil. 37. Manhal al-Waridin min Bihar al-Faidh ‘ala Dzakhr al-Muta’ahhilin. 38. Nasamat al-Ashar ‘ala Ifazhah al-Anwar Syarh al-Manar. 39. Nasyr al-‘Urf fi Bina’ Ba’dhi al-Ahkam ‘ala al-‘Urf. (al-Babani, Hadiyyat al-‘Arifin, juz.II, hal.140). Syekh Ibnu ‘Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar, juz.IV, hal.262.
279
مجاهر ة يرسل إليه من يغتاله ف ي فراشه أو ف ي السللوق ليل لقللوله بتكفيللر من خالفه استحلل قتله Abdul Wahhab bin Sulaiman at-Tamimi an-Najdi. Beliau adalah ayah dari pendiri kelompok yang kejahatannya telah menyebar di seluruh penjuru. Akan tetapi antara ayah dan anak ada perbedaan. Muhammad bin Abdul Wahhab tidak memperlihatkan seruannya melainkan setelah ayahnya wafat. Sebagian orang yang saya temui memberitahukan kepada saya, diriwayatkan dari sebagian ulama yang sezaman dengan Syekh Abdul Wahhab. Bahwa ia marah kepada anaknya yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab, karena ia tidak mau menekuni fiqh seperti para pendahulunya dan penduduk negerinya. Syekh Abdul Wahhab telah memiliki firasat bahwa akan terjadi sesuatu pada anaknya itu. Syekh Abdul Wahhab berkata kepada orang banyak: “Jika kalian akan melihat kejahatan pada diri Muhammad bin Abdul Wahab, itu adalah takdir Allah, ia akan menjadi seperti itu”. Demikian juga dengan anaknya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahab, saudara kandung Muhammad bin Abdul Wahhab, ia menafikan seruan saudaranya itu dan menolaknya dengan penolakan yang sangat baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan Atsar. Syekh Sulaiman bin Abdul Wahhab memberi judul penolakannya itu dengan judul Fashl al-Khithab fi ar-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah Swt telah menyelamatkan Syekh Sulaiman dari kejahatan dan makar saudara kandungnya itu, meskipun Muhammad bin Abdul Wahhab melakukan serangan besar dan mengerikan yang menakutkan orang-orang yang jauh darinya. Jika ada orang yang menentang dan menolaknya, jika ia tidak mampu membunuh orang itu terangterangan, maka ia akan mengirim seseorang untuk menculik orang tersebut dari atas tempat tidurnya atau di pasar. Itu semua karena ia mengkafirkan siapa saja yang berbeda pendapat dengannya, ia menghalalkan darahnya308.
307 Syekh Muhammad bin Abdullah bin Humaid an-Najdi al-Makki al-Hanbali. Lahir di ‘Unaizah (daerah al-Qashim, Saudi-Arabia) pada tahun 1236H. wafat di Tha’if pada tahun 1295H. pernah menjadi imam dan khatib di Masjidilharam Makkah alMukarramah. Memiliki halaqah ilmu di Masjidilharam. Juga sebagai seorang ahli fatwa di Makkah al-Mukarramah. (Lihat: Syekh Muhammad bin Abdullah bin Humaid anNajdi al-Makki (1236-1295H), as-Suhub al-Wabilah ‘ala Dhara’ih al-Hanabilah, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, hal.5).
280
Pernyataan Syekh Zaini Dahlan (1231-1304H)309 Mufti Mazhab Syafi’i di Hijaz: هذا حاصل ما كان ف ي قصة الوهاب ي بغاية الختصلار ولللو بسلط الكل م فل ي وكانت فتنتهم من المصائب الت ي أصيب بهللا أهللل السللل م،كل قضية لطال ، وعللم ضللررهم،فإنهم سفكوا كثيرا من الدماء وانتهبوا كثيرا مللن المللوال وكللثير مللن أحللاديث النللب ي صلللى،وتطاير شررهم فل حول ول قو ة إل بالله : الله عليه وسلم فيها التصريح بهذه الفتنة كقوله صلى الللله عليلله وسلللم يخرج أناس من قبل المشرق يقرأون القرآن ل يجاوز تراقيهم يمرقو م مللن وهللذا الحللديث جللاء.الدين كما يمرق السللهم مللن الرميللة سلليماهم التحليللق بروايات كثير ة بعضها ف ي صحيح البخاري وبعضها ف ي غيره ل حاجة لنللا إلللى فف ي.الطالة بنقل تلك الروايات ول لذكر من خرجها لنها صحيحة مشهور ة تصريح بهذه الطائفة لنهللم كللانوا يللأمرون كللل مللن،قوله سيماهم التحليق اتبعهم أن يحللق رأسله وللم يكلن هلذا الوصلف لحللد ملن طوائلف الخللوارج .والمبتدعة الذين كانوا قبل زمن هؤلء Inilah kesimpulan tentang kisah Wahhabi dengan sangat ringkas. Andai pembahasan dibuat panjang lebar, pastilah sangat panjang. Musibah Wahhabi adalah satu diantara musibah-musibah yang menimpa ummat Islam. Salafi-Wahhabi telah menumpahkan banyak darah, telah merampas banyak harta, mudharat mereka telah menyebar, kejahatan mereka telah meluas, tiada daya dan upaya kecuali hanya dengan Allah Swt. Banyak hadits-hadits Rasulullah Saw yang di dalamnya jelas menyeutkan musibah Wahhabi ini, seperti sabda Rasulullah Saw, “Akan datang orang-orang dari arah timur, mereka membaca alQur’an, tidak melewati tenggorokan mereka, mereka telah keluar dari agama Islam seperti keluarnya anak panah dari busurnya. Ciri tanda mereka adalah mencukur rambut”. Hadits ini disebutkan dalam banyak riwayat, sebagiannya dalam Shahih al-Bukhari, sebagian yang lain di lain kitab, tidak perlu kita sebutkan riwayat-riwayat tersebut panjang lebar, juga tidak perlu menyebutkan para ulama yang meriwayatkannya, karena hadits ini shahih masyhur. Dalam hadits tersebut disebutkan, “Ciri tanda mereka adalah mencukur rambut”. Ini jelas menunjukkan kelompok Salafi Wahhabi, karena mereka (dulu) 308 Syekh Muhammad bin Abdullah bin Humaid an-Najdi al-Makki, as-Suhub al-Wabilah ‘ala Dhara’ih al-Hanabilah, hal.275. 309 Syekh Ahmad bin Zain bin Ahmad Dahlan al-Makki asy-Syafi’i. Lahir di Mekah tahun 1231H dan wafat di Madinah tahun 1304H. Mufti Mazhab Syafi’i di Hijaz (Mekah-Madinah). 281
memerintahkan semua pengikut mereka agar mencukur rambut. Ciri ini tidak ada pada seorang pun dari kelompok Khawarij dan pelaku Bid’ah yang ada sebelum zaman Salafi-Wahhabi310. Syekh Zaini Dahlan melanjutkan, وكانوا يمنعون من قراء ة دلئل الخيرات المشتملة على الصللل ة علللى النللب ي صلى الله عليه وسلم وعلى ذكرها كللثير مللن أوصللافه الكاملللة ويقولللون إن ويمنعون من الصل ة عليه صلى الله عليه وسلم على المنابر بعللد.ذلك شرك الذان حتى أن رجل صالحا كان أعمى وكان مؤذنا وصلى علللى النللب ي صلللى فللأتوا بلله إلللى ابللن عبللد،الله عليه وسلم بعد الذان بعد أن كان المنع منهم الوهاب فأمر به أن يقتل فقتل ولو تتبعت لك ما كللانوا يفعلللونه مللن أمثللال ذلك لملت الدفاتر والوراق وف ي هللذا القللدر كفايللة والللله سللبحانه وتعللالى .أعلم Mereka (Salafi-Wahhabi) melarang membaca Dala’il al-Khairat yang berisi shalat kepada Rasulullah Saw dan banyak menyebut tentang sifat-sifat Rasulullah Saw yang sempurna, mereka mengatakan bahwa itu syirik. Mereka melarang bershalawat di atas mimbar setelah adzan. Bahkan seorang laki-laki shaleh yang buta, ia seorang muadzin, ia bershalawat setelah adzan, setelah dilarang Salafi-Wahhabi, lalu SalafiWahhabi membawa muadzin buta itu kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Kemudian Muhammad bin Abdul Wahhab memerintahkan supaya muadzin buta itu dibunuh, lalu ia pun dibunuh. Jika saya sebutkan kepada Anda semua contoh-contoh yang telah mereka lakukan, pastilah catatan dan kertas akan penuh. Cukuplah sekadar ini saja, Allah Swt yang lebih mengetahui311. Masa lalu Salafi-Wahhabi yang keras dan penuh dengan sikap ekstrim itu terus berlanjut hingga ke zaman moderen ini. Seperti pengakuan para ulama moderen: Pengakuan Syekh DR.Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi (1929-2013M)312: 310 Syekh Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyyah, hal.21. 311 Syekh Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyyah, hal.22. 312 Lahir pada tahun 1929M. Menyelesaikan pendidikan S1, S2 dan S3 di
Universitas al-Azhar, Kairo. Karyanya mencapai 60 kitab, diantaranya: Fiqh as-Sirah, 282
هل واحدا ممن استضافتهم رابطة العللالم1406 كنت ف ي هذا العا م المنصر م وأتيللح للل ي بهللذه المناسللبة أن،السلم ي للشللتراك فلل ي الموسللم الثقللاف ي أتعرف على كثير من ضيوف الرابطة الذين جاؤوا من أوربللا وأمريكللا وآسلليا وأكثرهم يشرفون ف ي الصقاع الت ي أتوا منها على مراكز الللدعو ة،وإفريقيا والعجيب الذي ل بد أ يهيج آلما ممزقة ف ي نفس.السلمية أو يعملون فيها أننلل ي عنللد ملا كنللت أسللأل كل منهلم علن،كل مسلم أخلص لله ف ي إسلللمه أسمع جوابا واحدا يطلقه كل مللن،سير ة الدعو ة السلمية ف ي تلك الجهات المشللكلة الوحيللد ة عنللدنا: خلصللته، بمرار ة وأسى،هؤلء الخو ة على انفراد ...ه ي الخلفات والخصومات الطاحنة الت ي تثيرها بيننا جماعة السلفية Pada tahun 1406H ini saya menjadi salah satu tamu Rabithah al-‘Alam al-Islamy (Ikatan Dunia Islam) untuk ikut serta pada Agenda Tahunan Keilmuan. Dengan momen ini saya diberi kesempatan untuk berkenalan dengan para tamu Rabithah al-‘Alam al-Islamy yang datang dari Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Sebagian besar mereka adalah ketua atau pengurus pusat da’wah Islam di tempat tinggal mereka. Keanehan yang pasti membangkitkan rasa sakit yang merobek-robek 2. al-Lamadzhabiyyah Akhthar Bid’ah Tuhaddid asy-Syari’ah alIslamiyyah, 3. as-SalafiyyahMarhalah Zamaniyyah Mubarakah la Madzhab Islamy, 4. al-Mar‘ah Bayn Thughyan an-Nizham al-Gharbiyy wa Latha‘if at-Tasyri’ ar-Rabbaniyy, 5. al-Islam wa al-‘Ashr, 6. Awrubah min at-Tiqniyyah ila ar-Ruhaniyyah: Musykilah al-Jisr alMaqthu’, 7. Barnamij Dirasah Qur‘aniyyah, 8. Syakhshiyyat Istawqafatni, 9. Syarh wa Tahlil Al-Hikam Al-‘Atha‘iyah, 10.Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah, 11.Hadzihi Musykilatuhum, Wa Hadzihi Musykilatuna, 12.Kalimat fi Munasabat, 13.Musyawarat Ijtima’iyyah min Hishad al-Internet, 14.Ma’a an-Nas Musyawarat wa Fatawa, 15.Manhaj al-Hadharah al-Insaniyyah fi Al-Qur‘an, 16.Hadza Ma Qultuhu Amama Ba’dh ar-Ru‘asa‘ wa al-Muluk, 17.Yughalithunaka Idz Yaqulun, 18.Min al-Fikr wa al-Qalb, 19.al-Insan Baina al-Musayyar wa al-Mukhayyar, 20.La Ya‘tihi al-Bathil, 21.Al-Hubb fi al-Qur‘an wa Dawr al-Hubb fi Hayah al-Insan, 22.al-Islam Maladz Kull al-Mujtama’at al-Insaniyyah, 23.azh-Zhullamiyyun wa an-Nuraniyyun. Wafat sebagai syahid di Masjid Jami’ al-Iman, kota Damascus, Suriah. Pada hari Kamis, 21 Maret 2013M.
283
pada diri setiap muslim yang ikhlas karena Allah dan Islam. Ketika saya bertanya pada setiap mereka tentang perjalanan Da’wah Islam di tempat mereka masing-masing, saya mendapatkan jawaban yang sama, meskipun dialog itu dilakukan terpisah, rasa sakit dan putus asa. Kesimpulannya, satu-satunya masalah yang ada pada kami adalah ikhtilaf dan permusuhan keras diantara kami yang dibangkitkan oleh jamaah Salafi313. إلللى، ف ي مسللجد واشللنطون،ولقد اشتدت هذه الخصومات منذ بضع سنوات ثم إلى إغلق المسجد لبضللعة،درجة ألجأت السلطات المريكية إلى التدخل شهور Permusuhan semakin keras sejak beberapa tahun belakangan di masjid Washington, hingga Pemerintah Amerika terpaksa menginterfensi konflik tersebut, kemudian masjid ditutup untuk beberapa bulan. فلل ي أحللد مسللاجد بللاريس منللذ،ولقد اشتدت هذه الخصومات ذاتها واهتاجت . حللتى اضللطرت الشللرطة الفرنسللية إلللى اقتحللا م المسللجد،ثلثللة أعللوا م أن أحد أطللراف تلللك الخصللومة أخللذته الغيللر ة،والمضحك والمبك ي بآن واحد لمللا رأى أحللد الشللرطة داخل المسللجد،الحمقاء لدين الله ولحرمة المسللاجد وهل: ولكن الشرط ي صفعه قائل.بحذائه فصا ح فيه أن يخرج أو يخلع حذاءه !ألجأنا إلى إقتحا م المسجد على هذه الحال غيركم أيها السخفاء؟ Permusuhan semakin keras dan sengit, terjadi di salah satu masjid di kota Paris sejak tiga tahun belakangan, hingga Kepolisian Perancis terpaksa mengambil tindakan dengan menerobos masuk masjid. Lucu sekaligus menangis pada waktu yang sama, salah satu pihak dari yang berkonflik itu dikuasai semangat dungu untuk agama Allah dan kemuliaan masjid, ketika ia melihat seorang polisi masuk ke dalam masjid mengenakan sepatu, ia pun berteriak supaya polisi itu keluar masjid atau melepas sepatunya. Tapi polisi itu menepisnya seraya berkata, “Bukankah kalian yang membuat kami menerobos masjid dengan cara seperti ini wahai orang-orang dungu?!”314.
313 Syekh DR.Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, as-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah la Madzhab Islamy, (Damascus: Dar al-Fikr, 1990M), hal.245. 314 Ibid. 284
Meskipun Salafi-Wahhabi moderen tidak lagi menggunakan pedang untuk menghabisi orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka, tapi lidah mereka tidak kalah tajam daripada pedang yang pernah mereka hunuskan.
Kecaman Ulama Salafi-Wahhabi Terhadap Ulama Lain: 30 Caci Maki al-Albani Terhadap Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah. Berikut ini pengakuan Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah: وتعمد، صاحب ثلثين وصفا من )التعصب:وصرت أنا عنده ف ي تلك المقدمة إلى المخبر،....... ،..... والضلل، والجور، والفتراء، والتزوير،الكذب والجاسوس “Saya (Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah) baginya (bagi al-Albani) dalam Muqaddimah itu (Muqaddimah kitab Syarh al-‘Aqidah athThahawiyyah) pemilik tiga puluh sifat (caci maki dan sumpah serapah), diantaranya: fanatik, sengaja berdusta, pemalsu, pendusta, sesat,…., ….. hingga spionase dan mata-mata”. Selanjutnya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah mengatakan, ولم يكن،أن اللبان ي ف ي نزاعه لم يسلك خطة ادب الخلف عند العلماء وأن، ول خلقه بالرادع له عن القذاع والشتم لمخالفيه،لسانه بالعف النزيه نقاشه لهل العلم يقو م على تجهيل غيره وتضليله “Sesungguhnya al-Albani dalam kecenderungannya tidak melewati langkah adab etika khilaf pada ulama. Lidah al-Albani bukanlah lidah yang terjaga dan tidak bersih. Akhlaknya tidak dapat mencegahnya untuk tidak bersikap kasar dan menahan caci maki terhadap orangorang yang berbeda pendapat dengannya. Debatnya dengan para ulama berdasarkan sikap membodohkan orang lain dan menyesatkan orang lain”315.
315 Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah, Kalimat fi Kasyfi Abathil wa Iftira’at, Muqaddimah Jawab al-Hafizh Abi Muhammad ‘Abdil ‘Azhim al-Mundziri alMishri ‘an As’ilah fi al-Jarh wa at-Ta’dil, , (Halab: Maktabah an-Nahdhah, 1411H), hal. 15. 285
Bahkan Syekh Hasan as-Saqqaf menulis kitab khusus berjudul Qamus Syata’im al-Albani (Kamus Caci-maki al-Albani), buku setebal 206 halaman ini berisi caci-maki al-Albani terhadap para ulama.
Syekh Muqbil Menyebut Syekh Yusuf al-Qaradhawi Sebagai Anjing. Syekh Muqbil al-Wadi’i menulis kitab berjudul:
إسكات الكلب العاوي يوسف بن عبد الله القرضاوي (Iskat al-Kalb al-‘Awy Yusuf Ibni ‘Abdillah al-Qaradhawi) Membungkam Anjing Menggonggong Yusuf bin Abdillah al-Qaradhawi. Sungguh kata yang sangat tidak layak digunakan terhadap ulama. Buku ini 80 halaman, diterbitkan oleh Dar al-Atsar tahun 2005M.
Sesama Salafi-Wahhabi Saling Menyerang. Syekh Hamud at-Tuwijri Menyebut Syekh al-Albani Pelaku Ilhad (Sesat): Syekh al-Albani mengaku bahwa Syekh Hamud at-Tuwijri Ulama Salafi Riyadh menuduhnya telah melakukan Ilhad:
ونسبن ي بسبب مخالفت ي إياه لللحاد Dia (Syekh Hamud at-Tuwijri) menisbatkan saya (Syekh al-Albani) kepada Ilhad karena saya berbeda pendapat dengannya316.
Syekh DR.Safar Murji’ah317:
al-Hawaly
Menyebut
al-Albani
Golongan
316 Syekh Nashiruddin al-Albani, ar-Radd al-Mufhim, hal.48. 317 Imam Syafi’i mendefinisikan Golongan Murji’ah sebagai: [ :من قال فهو مرجئ،“ ] اليمان قولSiapa yang mengatakan bahwa iman hanya cukup dengan ucapan saja, maka dia adalah golongan Murji’ah” (Imam adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, juz.X, hal.13).
286
والمؤسللف للغايللة أن بعللض علمللاء الحللديث المعاصللرين الملللتزمين بمنهللج السلف الصالح قد تبعوا هؤلء المرجئة فى القول بأن العمال شللرط كمللال كما فعل أولئك الللذين ذكرنللا، ونسبوا ذلك إلى أهل السنة والجماعة، فقط ول أدرى كيف يوافقون هؤلء فى هذه المسألة العظيمة من، بعضهم أعله مسائل العقيد ة الت ي جاء بيانها ف ي الكتللاب والسللنة وإجمللاع السلللف – كمللا تقد م – وتظافرت عبارات السلف على ذ م من خالف فيهللا ووصللفه بالبدعللة بللل ربمللا، والضلل – كما أسلفنا – وهم من ذلك ينفرون منلله أشللد النفللور بللل ليسللت مللن، حرصوا على مخللالفتهم فللى أمللور أهللون مللن هللذه بكللثير وإذا كان مثل هذا يغتفر للعالم المجتهد الكبير ويضيع، مسائل العتقاد أصل فإن ل يغتفر للذين يقلدونه ف ي ذلك طلبه العلم، فى بحر حسناته وفضائله رسللالة حكللم تللارك الصللل ة المنسللوبة: أنظر. هدان ي الله وإياهم للصواب، .(42 للشيخ اللبان ي )ص Sangat disayangkan bahwa sebagian ulama hadits kontemporer yang berpegang teguh dengan manhaj Salafushshalih telah mengikuti orang-orang Murji’ah dalam berpendapat bahwa amal hanyalah syarat sempurna saja (bagi keimanan). Mereka menisbatkan itu kepada Ahlussunnah waljama’ah sebagaimana yang dilakukan sebagian mereka yang telah kami sebutkan di atas. Saya tidak mengerti, mengapa mereka setuju dengan orang-orang Murji’ah dalam masalah yang besar dari masalah ‘Aqidah yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma’ Salaf. Telah banyak ungkapan kalangan Salaf tentang kecaman terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dalam masalah ini, mereka disebut sebagai pelaku bid’ah dan sesat -sebagaimana yang telah kami sebutkan-. Padahal mereka itu sangat menjauhkan diri dari orang-orang Murji’ah, bahkan mereka sangat menentang Murji’ah dalam perkara yang lebih ringan daripada masalah ini, bahkan dalam masalah-masalah yang bukan masalah akidah sama sekali. Jika masalah seperti ini terampuni bagi seorang ulama besar ahli ijtihad namun dapat menyebabkan lautan kebaikan dan keutamannya menjadi sia-sia. Maka tidak terampuni bagi para penuntut ilmu yang mengikutinya dalam masalah tersebut. Semoga Allah Swt memberikan hidayah kepada saya dan mereka ke jalan kebenaran. Lihat Risalah Hukm Tarik ash-Shalat karya Syekh al-Albani, halaman 42318.
318 Syekh DR.Safar al-Hawaly, Zhahirat al-Irja’, hal.350. 287
Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’. Lembaga resmi pemerintah Saudi Arabia ini mengeluarkan fatwa: Bahwa Syekh Ali Hasan al-Halabi seorang berfaham Murji’ah dan batil319. Akan tetapi Syekh Ali Hasan al-Halabi tidak dapat menerima tuduhan itu, maka ia menulis buku membantah fatwa al-Lajnah ad-Da’imah berjudul al-Ajwibah al-Mutala’imah ‘ala Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah (jawaban-jawaban yang layak terhadap fatwa al-Lajnah ad-Da’imah). Seorang dosen Universitas Umm al-Qura bernama DR.Ahmad Umar Bazamul pula mengkritik Syekh Ali Hasan al-Halabi dengan buku berjudul Shiyanah as-Salafi min Was-wasah wa Talbisat Ali al-Halaby (pemeliharaan seorang Salafi dari keraguan dan kepalsuan Ali alHalabi). Anehnya, buku Syekh Ali Hasan al-Halabi berjudul at-Tahdzir min Fitnah at-Takfir yang dilarang al-Lajnah ad-Da’imah itu diberi kata pengantar dan komentar oleh Syekh Ibnu Baz dan Syekh Ibnu ‘Utsaimin. Intinya, ketika tidak ada lagi yang perlu dibid’ahkan, maka mereka pun saling membid’ahkan satu sama lain, dan saling membela terhadap fahamnya masing-masing, sudah semacam hoby yang mesti disalurkan. Padahal kaum muslimin di Palestina membutuhkan pertolongan, mereka tetap saja sibuk dengan bid’ah membid’ahkan, sesat menyesatkan sesama mereka. Syekh ‘Abd al-Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr seorang ulama Salafi-Wahhabi moderat merasa resah melihat pertikaian diantara mereka, maka ia menulis satu kitab berjudul Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah (Sikap Lembut Ahlussunnah Terhadap Ahlussunnah), kitab ini mengajak para Salafi-Wahhabi yang bertikai agar kembali ke jalan yang benar. Dalam buku ini beliau ada menulis satu sub judul: [ ( ] حفظ اللسان من الكل م إل ف ي خيرmenjaga lidah agar tidak berbicara melainkan pada kebaikan). Ini respon terhadap Salafi-Wahhabi yang kasar. Semoga mereka kembali ke jalan yang benar, amin ya Robbal’alamin.
319 Lihat fatwa al- al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’, tentang kitab Syekh Ali Hasan al-Halabi, seorang Salafi-Wahhabi Yordania, murid Syekh al-Albani, berjudul at-Tahdzir min Fitnah at-Takfir dan kitab Shaihat an-Nadzir, juz.II, hal.137-139. 288
Jika ada jamaah yang bertanya, “Mengapa ustadz-ustadz SalafiWahhabi itu mudah sekali menghina dan membodoh-bodohkan orang lain yang tidak sefaham dengan mereka?”. Setelah membaca teks di atas, dapatlah kita fahami, bak kata pepatah, “Bila guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari”. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
MASALAH KE-37 SYI’AH. Makna kata Syi’ah menurut bahasa adalah: golongan. Allah Swt berfirman, ها صر ه ص ن ص ن يص س ها ص غ س ه ص خ ص ن ودص ص ة ص دين ص ص ن ص جدص ل ن أص س عصلى ل ذا ل ة ل فل ص ك م ل و ص في ص هل ل ص م س م س ل ال س ص قت صت لصل ل ف ص ص جلي س ل حي ل ص ه و د ع ن م ذا ه و ه ت ع شي ص ل ص ل ل ص ص ه ض ل ل س ص ه ست ص ص ن ص ه ص و ل ذي ل عصلى ال و ل عت ل ل ن ل ذي ل ه ال و ل شي ص فا س م س م س غاث ص ه عده ض “Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari 289
golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya”. (Qs. Al-Qashash [28]: 15). Ketika terjadi konflik antara golongan Ali dengan golongan Mu’awiyah, konflik itu berakhir dengan at-Tahkim (arbitrasi), namum gagal. Sejumlah pasukan Ali keluar, mereka disebut dengan Khawarij. Sedangkan yang bertahan disebut dengan Syi’ah Ali (golongan Ali)320. Namun hanya sekedar dukungan politik, tidak ada perbedaan dalam masalah ‘Aqidah, karena Imam Ali menyatakan sendiri keutamaan Abu Bakar dan Umar ketika ia ditanya tentang itu, ص ص ل ه ة ص قا ص صولى س ص ص حن ص ل ل الل و ل في و ل م ل خي سحر ب ص س ن ال س ص م ص قل س ه عدص صر ه ع س ت لللب ي أ ي ح و ن ه ه ص سو ل ي الونا ل د بس ل ص ص س و ص و س ن يص ه ص ه ص ه ه قولص ص ص و ص م ه ه ص خ ل علي س ل تأ س شي ه ر قل ه و ص م س ع ص ن قال ث و م ص تث و سل ص الل ه مهر ص ه ص م قال أهبو ب صك ك ص ص س و س ص ه ه ح ص ن ه سل ل ل جل ل ما ه ما أصنا إ لل صر ه م أن س ص ن قل ه م س مي ص م س ن ال ه ت قال ص تث و عث س ص Dari Muhammad bin al-Hanafiyyah, ia berkata, “Saya katakan kepada Bapak saya, ‘Siapakah manusia yang lebih baik setelah Rasulullah?’. Ali menjawab, ‘Abu Bakar’. Saya katakan, ‘Kemudian siapa?’. Ali menjawab, ‘Umar’. Saya khawatir ia menyebut Utsman. Saya katakan, ‘Lalu engkau?’. Ali menjawab, ‘Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin’. (HR. al-Bukhari).
Perkembangan Syi’ah Setelah Ali Wafat. Setelah Imam Ali meninggal dunia, Syi’ah terpecah menjadi beberapa kelompok: Pertama, kelompok yang berkeyakinan bahwa Imam Ali tidak mati, Imam Ali tetap hidup untuk menegakkan keadilan di dunia. Embrio kelompok ini telah ada ketika Imam Ali masih hidup, berkembang setelah kematian Imam Ali. Seorang ulama Syi’ah bernama al-Hasan bin Musa an-Naubakhti menyebutkan dalam Firaq asy-Syi’ah, أن عبلدالله:- عليله السلل م- وحكى جماعة من أهل العلم من أصحاب علل ي وكللان يقللول وهللو.- عليله السللل م- ووالى عليا د،بن سبأ كان يهوديا د فأسلم ، بهلذه المقاللة- عليله السلل م- على يهوديته ف ي يوشع بن نون بعد موسى وهو أول،فقال ف ي إسلمه بعد وفا ة النب ي صلى الله عليه وسلم بمثل ذلك وأظهللر الللبراء ة مللن- عليلله السللل م- من أظهر القول بفللرض إمامللة عللل ي 320 Lihat Syekh Abu Zahrah, Tarikh Madzahib al-Islamiyyah fi as-Siyasah wa al-‘Aqa’id. 290
إن أصل الرفض: وكاشف مخالفيه فمن هناك قال من خالف الشيعة،أعدائه مأخوذ من اليهودية Diriwayatkan oleh sekelompok ulama dari para sahabat Imam Ali –‘Alaihissalam-, sesungguhnya Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi, lalu masuk Islam dan berkomitmen mendukung Imam Ali. Ketika masih Yahudi, ia mengatakan bahwa Yusya’ bin Nun pelanjut Nabi Musa as. Setelah masuk Islam, ia menyatakan kalimat yang sama, Ali pelanjut nabi Muhammad Saw. Abdullah bin Saba’ orang pertama yang mewajibkan keimaman Ali. Abdullah bin Saba’ juga yang menyatakan Imam Ali telah berlepas diri dan menyingkap musuh-musuhnya, berdasarkan itu maka orang-orang yang menentang Syi’ah menyatakan bahwa asal Syi’ah Rafidhah diambil dari Yahudi321. Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa setelah Imam Ali wafat, penggantinya adalah Muhammad bin Al-Hanafiyyah, karena ia yang dipercaya membawa panji Imam Ali dalam peperangan di Bashrah. Mereka mengkafirkan semua yang menolak keimaman Ali. Mereka juga mengkafirkan orang-orang yang ikut perang Shiffin dan perang Jamal melawan Ali. Mereka disebut al-Kaisaniyyah322. Ketiga, kelompok ini meyakini bahwa setelah Imam Ali wafat, keimaman berpindah ke al-Hasan. Setelah al-Hasan menyerahkan khilafah kepada Mu’awiyah, maka keimaman berpindah ke al-Husain. Namun mereka juga tidak sependapat, sebagian mereka berpendapat bahwa setelah al-Hasan, keimaman berpindah ke al-Hasan bin alHasan yang bergelar ar-Ridha. Perselisihan internal di kalangan Syi’ah ini membuktikan bahwa keimaman itu tidak seperti yang mereka nyatakan bahwa nabi Muhammad Saw sudah menuliskan secara teks.
Syi’ah Rafidhah. Kata rafidhah الرافضةdiambil dari kata rafadha. dari ucapan Imam Zaid bin Ali,
Rafidhah diambil
321 Al-Hasan bin Musa an-Naubakhti dan Sa’ad bin Abdullah al-Qummi, Firaq asy-Syi’ah, (Dar ar-Rasyad), hal.32. 322 Ibid. 291
وكان زيد بن على يفضل على بن ابى طالب على سائر اصحاب رسول الللله ويتولى ابا بكر وعمر ويرى الخروج على أيمة الجور فلما ظهر بالكوفللة فلل ي اصحابه الذين بايعوه سمع من بعضهم الطعن على ابى بكر وعمر فأنكر ذلك على من سمعه منه فتفرق عنه الذين بايعوه فقال لهم رفضللتمون ي فيقللال انهم سموا الرافضة لقول زيد لهم رفضتمون ي Imam Zaid bin Ali lebih mengutamakan Imam Ali daripada para shahabat Rasulullah Saw yang lain, tapi beliau tetap berkomitmen kepada Abu Bakar dan Umar, ia juga berpendapat wajib melawan pemimpin yang jahat. Ketika di Kufah muncul para sahabat yang membai’atnya, ia mendengar sebagian dari mereka mencela Abu Bakar dan Umar. Imam Zaid mengingkari perbuatan mereka itu. Maka orang-orang yang membai’atnya pun terpecah. Imam Zaid berkata kepada mereka, “Rafadhtumuni (kalian menolak aku)”. Maka dikatakan, mereka disebut Syi’ah Rafidhah, karena ucapan Imam Zaid kepada mereka, ‘Rafadhtumuni (kalian menolak aku)’323. Imam Syafi’i mendefinisikan Rafidhah sebagai, فهو رافض ي، إن أبا بكر وعمر ليسا بإمامين:ومن قال Siapa yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan imam (khalifah), maka dia adalah Syi’ah Rafidhah324.
323 Abu al-Hasan al-Asy’ari, Maqalat al-Islamiyyin, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby), hal.65. 324 Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, Juz.X, hal.31. 292
Syi’ah Rafidhah disebut juga Syi’ah Imamiyah Itsna’asyriyyah (Syi’ah dua belas Imam)325, karena mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw telah menuliskan keimaman secara teks. Perbedaan pada Ushul (prinsip utama). Perbedaan dalam masalah furu’ (cabang) adalah suatu kewajaran. Tapi perbedaan dengan Syi’ah adalah perbedaan pada masalah-masalah ushul (dasar). Ini dapat dilihat dalam teks-teks klasik Syi’ah:
Tentang Allah Swt: وذلك أنهللم،وحاصله أنا لم نجتمع معهم على إله ول على نب ي ول على إما م يقولوا إن ربهم هو الذي كان محمد صلى الله عليه وسلم نبيه وخليفته بعده ،أبو بكر ونحن ل نقول بهذا الرب ول بذالك النب ي بل نقول أن الرب الذي خليفة نبيه أبو بكر ليس ربنا ول ذلك النب ي نبينا Kesimpulannya bahwa kami (Syi’ah) tidak mungkin bersama dengan mereka (Sunni) dalam satu tuhan, satu nabi dan satu imam. Karena mereka (Sunni) mengatakan bahwa tuhan mereka adalah Muhammad nabi-Nya dan Abu Bakar khalifah setelahnya. Sedangkan kami tidak mengakui tuhan itu dan nabi itu. Bahkan kami katakan bahwa tuhan yang khalifah nabi-Nya adalah Abu Bakar bukanlah tuhan kami dan nabi itu juga bukan nabi kami326. 325 Yang dimaksud para imam adalah 12 imam yang diklaim Syi’ah telah disebutkan Rasulullah Saw sesuai urutannya, seperti yang dinyatakan alQunduzi (w.1294H) dalam kitab Yanabi’ al-Mawaddah, hal.440:Imam Ali bin Abi Thalib (w.41H/661M). 2. Imam al-Hasan bin Ali (w.49H/669M). 3. Imam al-Husain (61H/680M). 4. Imam Ali bin al-Husain Zainal Abidin (w.94H/712M). 5. Imam Muhammad bin Ali al-Baqir (w.113H/731M). 6. Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq (w.146H/765M). 7. Imam Musa bin Ja’far al-Kazhim (128-203H). 8. Imam Ali bin Musa ar-Ridha (w.203H/818M). 9. Imam Muhammad bin Ali al-Jawwad (w.221H/835M). 10. Imam Ali bin Muhammad al-Hadi (w.254H/868M). 11. Imam al-Hasan bin Ali al-‘Askari (w.261H/874M). 12. Imam Muhammad bin al-Hasan al-Mahdi al-Munthazhar (w.265H/878M).
326 As-Sayyid Ni’matullah al-Jaza’iri, al-Anwar an-Nu’maniyyah, juz.II (Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at), hal.378.
293
Al-Qur’an Menurut Syi’ah. ص ص ع ص ع مللا ادو ص حللدح ل ملل ص ه ص عللى أ ص ج س عن أب ي ص ملل ص ج ص س أن ولل ه ) ص:ر ) عليه السل م ( قللال ف ك ن الن وللا ل ه عللاصلى إ للو و ص ص و و ص ص ص ال س ه ل إ لل ك و ز ص ح ل قسرآ ص ه تص ص و ص م ص ما ص ذا ح ه الللل ه مللا ن صوزللل ه هك ص فظ ه ع ه ج ص و ص هك ص ن ك هل ه ه ص ب ص ما أن س ل ص ن أ صلب ي ص ه عليهم السل م ص م ه د ل ع ل ة ل ن بص س م س ي ب س ه و اسلئ ل و طال ل ك ب ) عليه السل م ( ص عل ل ي Dari Abu Ja’far ‘Alaihissalam, ia berkata, “Siapa yang menyatakan bahwa seorang dari manusia mengumpulkan seluruh al-Qur’an sebagaimana yang telah diturunkan, maka ia adalah pendusta. Tidak ada yang mengumpulkan al-Qur’an dan menjaga/menghafalnya sebagaimana yang telah diturunkan Allah Swt kecuali Ali bin Abi Thalib ‘Alaihissalam dan para imam setelahnya”327. Dalam riwayat lain disebutkan, ف ص مللا ملل ص ح ص ن ل و إل و ص ص و ص فاطل ص عن سدصصنا ل ص ه م س ة ) عليهللا السللل م ( ص ) ص:عن أب ي عبدالله قال س ف ص ل ه ة ) عليها السل م ( ص ف ص قا ص ة ملل ص م ص ح ه ح ه صلل ص ص ص قل ه فاطل ص مللا ه و ص فاطل ص ما ه م ص ه س م س م س ت ص ي هدس ل ري ل ل ه ) عليها السل م ( ص ه ص مث س ه قا ص ه ذا ث صصل ص ما ل م ص ف ل ح ح فيلل ل و الل و ل مورا ك ه ل في ل ص ص ه ص ث ص قسرآن لك ه س ل ه م س ت ص ن ه وا ل حسر ح ل حدح م ص م س قسرآن لك ه س ف ص Dari Abu Abdillah, ia berkata, “Sesungguhnya kami (Syi’ah) memiliki mush-haf Fatimah ‘Alaihassalam. Tahukah mereka apa itu mush-haf Fatimah? Saya bertanya, “Apakah mush-haf Fatimah itu?”. Ia menjawab, “Mush-haf yang di dalamnya seperti al-Qur’an kamu ini tiga kali lipat, demi Allah tidak ada di dalamnya al-Qur’an kamu walaupun satu huruf”328. Bahkan al-Kulaini menulis satu bab berjudul, باب لم يجمع القرآن كله إل الئمة عليهم السل م Bab: Tidak ada yang mengumpulkan al-Qur’an secara keseluruhan kecuali para imam ‘Alaihimussalam. Dari kutipan di atas terlihat jelas perbedaan antara Sunni dan Syi’ah dalam hal yang sangat prinsip, yaitu al-Qur’an. Bahkan ini tertulis dalam kitab induk Syi’ah yang diyakini keshahihannya. Ayat Sempurna Menurut al-Kaf. Allah Swt berfirman dalam surat al-Ahzab, ayat: 71, فاصز ص قدس ص ف ص ه ص ما ودزا ص ع ل وصر ه م س ظي د سول ص ه ع الل و ص و ص ف س ه ص ص ن ي هطل ل
327 Al-Kulaini, Ushul al-Kafi, juz.I (Beirut: Mu’assasah al-A’lami, 2005), hal.228. 328 Ibid., hal.239. 294
“Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh ia telah menang dengan kemenangan yang besar”. Namun ayat yang sempurna menurut kitab al-Kafi adalah, ف ي ص ج و و ه ص ن أ صلب ي ص ص ه ) عليه السل م ( ل ل الل و ل د الل و ل عب س ل و ص ملل س ع س ع الل ولل ص و ص ه ص ل ص عوز ص و ل ق س ن ي هطللل ل ص قللدس فللاصز ص ف ص ه ص هك صلل ص ذا وزا د ص ة ص ظيمللا د ص ه ل ع ل د ل ع ل ة ل م ل وصلي ص ل وصلي ص ل ن بص س صر ه م س ة اسلئ ل و سول ص ه فلل س و ص ي ص ف ي ص عل ل ي ت ن صصزل ص س Dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam, tentang firman Allah Swt, “Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam hal kekuasaan Ali dan kekuasaan para imam setelahnya, sungguh ia telah menang dengan kemenangan yang besar”, demikian ayat ini diturunkan329. Tentang ayat 115, surat Thaha, ص ل ص ن ص ول ص ص قب س ه ي قدس ص فن ص ل م ل هدسصنا إ لصلى آدص ص م س ص س ص ع ل “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu)”. Dalam al-Kafi disebutkan, ص و لص ص ف ي ص ن قب سلل ه ل قللدس ص ن أ صلب ي ص ص ه ) عليه السل م ( ل م ل ول ل ل د الل و ل عب س ل هلل س دنا إ للللى آدص ص ملل س ع س ه ص ق س ع ل ص س س س ص ة )عليهللم و ص ملل ص ت ل ملل ل ملل ك ما ك و ال ه و ال ص م ص ح ص ح ص و الئ ل و و فاطل ص ح و ف ي ه ك صل ل ص ن ص ن ص ة ص ي ص د ص عل للل ي سللي س ل سلل ل م ص هك ص ص د ) صلللى الللله عليلله ت ص ي ص م ك و الل و ل فن ص ل السل م ( ل م ص ه ن صصزل ص س م س ح و عصلى ه ه س ذا ص س ص ن ذهضري وت ل ل ( وآله Dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam, tentang ayat, “Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu beberapa kata tentang Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan para imam ‘Alaihissalam dari keturunan mereka, maka ia lupa akan perintah itu”. Demi Allah, demikian ayat ini turun kepada nabi Muhammad Saw330.
Para Imam Ma’shum Menurut Syi’ah. Dalam kitab al-Kafi ada satu bab berjudul, وأنه ل يخفى، وما يكون، باب أن الئمة عليهم السل م يعلمون علم ما كان عليهم ش يء Bab: Para imam ‘Alahimussalam mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang dan akan terjadi, tidak ada yang tersembunyi bagi para imam walau sedikitpun. Kemudian Imam al-Kulaini memuat satu riwayat dari Imam al-Husain, ومللا فلل ي، إن ي أعلم مللا فلل ي السللموات: عن أب ي عبد الله عليه السل م قال وما يكون، وأعلم ما كان، وأعلم ما ف ي الجنة والنار، الرض 329 Ibid. 330 Ibid., hal.416. 295
Dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam, ia berkata, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, aku mengetahui apa yang ada di dalam surga dan neraka. Aku mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang dan akan terjadi”331. Dalam Ushul al-Kafi juga al-Kulaini ada memuat satu bab, باب أن الرض كلها للما م Bab: Sesungguhnya Seluruh Bumi Milik Imam. Dalam bab ini al-Kulaini memuat beberapa riwayat, diantaranya, ت أن الدنيا " أما علم ص: عن أب ي بصير عن أب ي عبد الله عليه السل م قال . " والخر ة للما م يضعها حيث يشاء ويدفعها إلى من يشاء Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah (Al-Husein) ‘Alaihissalam, ia berkata, “Apakah engkau tidak mengetahui bahwa dunia dan akhirat milik imam, ia meletakkan kepada siapa yang ia kehendaki dan menyerahkannya kepada siapa yang ia kehendaki”332. Melihat kedudukan kitab al-Kafi yang begitu tinggi dalam Syi’ah, tidak mengherankan jika riwayat-riwayat ini memberikan fanatisme yang luar biasa terhadap para imam, karena para imam memiliki kuasa tanpa batas. Imam Ali Naik ke Langit. أخللبرن ي حمللاد بللن: قللال، عن عبد الله بن محمد العبسلل ي،أحمد بن عبد الله أتيللت:سلمة عن العمش عن زياد بن وهب عن عبللد الللله بللن مسللعود قللال عللرج بلله جبرئيللل: أين بعلللك؟ فقللالت: فقلت لها.فاطمة صلوات الله عليها إن نفللرا مللن الملئكللة: فيمللا ذا؟ فقللالت: فقلللت.عليه السل م إلى السللماء تشاجروا ف ي ش يء فسألوا حكما من الدميين فأوحى الللله تعللالى إليهللم أن فاختاروا على بن أب ي طالب عليه السل م،تخيروا Ahmad bin Abdillah, dari Abdullah bin Muhammad al-‘Abasi, ia berkata, “Hammad bin Salamah meriwayatkan kepada saya dari al-A’masy, dari Ziyad bin Wahab, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, ‘Saya datang menemui Fatimah –shalawatullah ‘alaiha-. Saya bertanya, ‘Di manakah suamimu?’. Fatimah menjawab, ‘Malaikat Jibril membawanya naik ke langit’. Saya bertanya, ‘Untuk urusan apa?’. Fatimah menjawab, ‘Sesungguhnya beberapa malaikat bertengkar, mereka menanyakan hukum dari para manusia. Maka Allah mewahyukan kepada para malaikat agar para malaikat menetapkan pilihan. Lalu mereka memilih Ali bin Abi Thalib –‘Alaihissalam- 333.
331 Al-Kulaini, op. cit., juz.I, hal.260. 332 Ibid., hal.147. 296
Meskipun semua data tersebut di atas dari kitab-kitab terpercaya dalam golongan Syi’ah, mungkin ada yang mengatakan bahwa itu hanya ada pada Syi’ah masa silam. Namun teks berikut ini membuktikan bahwa sikap fanatik terhadap imam itu teru berlanjut sampai saat ini, berikut petikan dari pendapat pemimpin reolusi Iran, Imam al-Khumaini: Para Imam Menurut al-Khumaini. وأن من ضروريات مذهبنا أن لئمتنا مقاما ل يبلغه ملك مقرب ول نب ي مرسل Sesungguhnya diantara perkara penting mazhab kami, bahwa para imam memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai malaikat yang mendekatkan diri (kepada Allah Swt) dan tidak pula dapat dicapai oleh seorang Nabi yang diutus334. إن لنا مع الله حالت ل يسعها ملك مقرب ول نب ي مرسل ومثل هذه المنزلة موجود ة لفاطمة الزهراء عليه السل م Sesungguhnya kami (Syi’ah) memiliki beberapa kondisi bersama Allah Swt, yang kondisi itu tidak dapat dialami oleh malaikat yang mendekatkan diri (kepada Allah Swt) dan tidak pula dapat dicapai oleh nabi yang diutus, kedudukan ini ada pada Fatimah az-Zahra’ ‘Alaihissalam335. Riwayat Aneh. Gempat Menurut Syi’ah. ) أن الحوت الذي يحمل الرض أسللر فلل ي نفسلله أنلله إنمللا:عن أب ي عبد الله فأرسل الله إليه حوتا د أصللغر مللن شللبر وأكللبر مللن فللتر,يحمل الرض بقوته فلل ي خياشلليمه فصللعق فمكللث- أي السللمكة الصللغير ة- فدخلت هذه الحوت أربعيللن يومللا د ثللم إن الللله عللز- أي الحوت الكبير الللذي يحمللل الرض- بذلك فلإذا أراد الللله عللز وجللل,وجل ر هأف به ورحمه وأخللرج ذللك الحللوت الصللغير ,بأرض زلزلة بعث ذلك الحوت الصغير إلى الحوت الكبير الللذي يحمللل الرض فإذا رآه أضطرب فتزلزلت الرض Dari Abu Abdillah, sesungguhnya ikan yang memikul bumi merasa bahwa ia telah memikul bumi dengan kekuatannya. Maka Allah 333 Syekh al-Mufid, al-Ikhtishash, (Beirut: al-A’lamy li al-Mathbu’at, 1402H), hal.213. 334 Imam al-Khumaini, al-Hukumah al-Islamiyyah, hal.52. 335 Ibid. 297
mengutus seekor ikan kecil kepadanya, lebih kecil dari sejengkal dan lebih besar dari sejari. Lalu ikan kecil itu masuk ke saluran pernafasan ikan yang memikul bumi, maka ikan yang memikul bumi itu pun pingsan selama empat puluh hari. Kemudian Allah kasihan dan sayang, lalu ia mengeluarkan ikan kecil itu. Apabila Allah ingin membuat bumi bergoncang (gempa), maka ia mengutus ikan kecil itu kepada ikan besar yang memikul bumi. Ketika ikan besar melihat ikan kecil, maka ikan besar itu pun bergoncang, maka bumi pun gempa336. Nabi Muhammad Saw Menyusu Kepada Abu Thalib. لمللا ولللد النللب ي صلللى: قللال- عليه السل م- عن أب ي بصير عن أب ي عبد الله ، فألقاه أبو طالب على ثللدي نفسلله،الله عليه وسلم مكث أياما ليس له لبن فأنزل الله لبنا فرضع منه أياما حتى وقع أبللو طللالب علللى حليمللة السللعدية فدفعه إليها Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam, ia berkata, “Ketika Nabi Muhammad Saw dilahirkan, beberapa hari tidak ada susu, lalu Abu Thalib meletakkan nabi Muhammad Saw ke payudaranya, maka Allah Swt menurunkan susu, lalu nabi Muhammad Saw menyusu beberapa hari, hingga Abu Thalib bertemu dengan Halimah asSa’diyyah lalu menyerahkan nabi kepada Halimah”337. Tentu riwayat ini tidak rasional dan menimbulkan kelucuan, tetapi tidak boleh menolaknya, karena kitab ini terpercaya dan diriwayatkan dari para imam yang terpercaya, maka mesti diimani dengan penuh keyakinan. Memusuhi Para Shahabat Nabi. Kebencian Kepada Khalifah Abu Bakar. Kebencian terhadap Khalifah Abu Bakar juga sangat terlihat dalam alKafi, hal ini dapat dilihat dalam riwayat, بعد وفا ة رسول الله صلى الله عليه وسلم وحيللن تقللررت البيعللة لبلل ي بكللر ف ي سقيفة بن ي ساعد ة وبعد وصول أب ي بكر إلللى المسللجد النبللوي واعتلللى ورأى سلللمان،منبر رسول الله صلى الله عليه وسلم وبللدأ النللاس يبللايعونه الفارس ي هذا المنظر ذهب إلى عل ي رضلل ي الللله عنلله وأبلغلله بللالمر فسللأل أتعرف من أول من بايع أبا بكر ووضع يده ف ي يللده؟:عل ي سلمان الفارس ي ل أعرف ذلك الرجل لكن ي رأيت شلليخا عجللوزا يتوكللأ علللى، ل:فقال سلمان كان ذلك هو الشيخ الذي تقللد م أول إلللى، وعلى جبينه علمة السجود،عصاه الحمد لله الذي لم يمتن ي حللتى رأيتللك فلل ي هللذا: وأخذ يبك ي ويقول،أب ي بكر 336 Al-Kulaini, op. cit., juz.VIII, hal.212. 337 Ibid., juz.I, hal.448. 298
هللل: فسمع عل ي كل م سلمان وقللال، ابسط يدك فبسط يده فبايعه،المكان ذاك إبليس لعنه الله: فقال عل ي، ل أدري:تدري من هذا ؟ فقال سلمان Setelah Rasulullah Saw wafat, ketika terjadi bai’at terhadap Abu Bakar di Saqifah Bani Sa’idah, setelah Abu Bakar sampai ke Masjid Nabawi, ia naik ke mimbar Rasulullah Saw, orang banyak mulai membai’atnya, Salman al-Farisi melihat pemandangan itu, lalu ia pergi kepada Ali, ia menyampaikan berita itu, ali bertanya kepada Salman, “Tahukah engkau siapa yang pertama kali membai’at Abu Bakar dan meletakkan tangannya ke tangan Abu Bakar?”. Salman menjawab: “Tidak, saya tidak kenal laki-laki itu. Akan tetapi saya melihat ada lelaki tua bertongkat, di keningnya ada bekas sujud, dialah orang tua yang pertama kali maju kepada Abu Bakar, ia menangis dan berkata: “Alhamdulillah yang tidak mematikan aku hingga aku bisa melihatmu di tempat ini. Ulurkanlah tanganmu”. Lalu Abu Bakar mengulurkan tangannya. Lalu orang tua itu membai’atnya. Ali bertanya: “Apakah engkau tau siapa orang itu?”. Salman menjawab: “Saya tidak tahu”. Ali berkata: “Itu Iblis la’natullah”338. Rasulullah Saw Wafat Karena Diracun Aisyah dan Hafshah. أ: قللال، – عن عبد الصمد بن بشير عن أب ي عبد الله عليلله السللل م791/152 ص ) ص: إن الله يقول،تدرون مات النب ي صلى الله عليه وسلم أو قتل و فإ ل س ما ص ن ص تأ س ع ص ل ان س ص ه قت ل ص فقلنللا إنهمللا، إنهمللا سللقتاه،م) فسم قبل الموت عصلى أ ص س م ص قاب لك ه س قل صب ست ه س وأبوهما شر من خلق الله
791/152 – Dari Abdusshamad bin Basyir, dari Abu Abdillah –‘Alaihissalam-, ia berkata, “Apakah kamu mengetahui, Nabi Muhammad Saw wafat atau dibunuh? Sesungguhnya Allah Swt berfirman, “Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang”. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 144). Nabi Muhammad Saw telah diracun sebelum wafat. Mereka berdua (Aisyah dan Hafshah) telah meracunnya. Kami katakan bahwa mereka berdua (Aisyah dan Hashah) dan Bapak keduanya (Abu Bakar dan Umar) seburuk-buruk makhluk ciptaan Allah Swt 339.
338 Ibid., juz.VIII, hal.159. 339 Abu an-Nashr al-‘Ayyasyi, Tafsir al-‘Ayyasyi, juz.I (Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at), hal.342.
299
Orang Mekah dan Madinah Kafir. – عد ة من أصحابنا عن أحمد بن محمد بن خالد عن عثمان بن عيسى عن4 إن أهل مكة:سماعة عن أب ي بصير عن أحدهما عليهما السل م قال ليكفرون بالله جهر ة وإن أهل المدينة أخبث من أهل مكة أخبث منهم سبعين ضعفا 4- Dari beberapa orang periwayat para sahabat kami, dari Ahmad bin Muhammad bin Khalid dari Utsman bin Isa dari Sima’ah dari Abu Bashir dari salah seorang dari mereka berdua –‘Alaihimassalam-, ia berkata, “Sesungguhnya penduduk Mekah itu kafir kepada Allah secara nyata. Sesungguhnya penduduk Madinah lebih kotor daripada penduduk Mekah, mereka lebih kotor tujuh puluh kali lipat”340.
Semua Shahabat Setelah Nabi Muhammad Saw Adalah Kafir, Kecuali Tiga Orang. كان الناس أهل: عن أب ي جعفر عليه السل م قال، عن أبيه، حنان- 241 : ومن الثلثة؟ فقال: فقلت.رد ة بعد النب ي صلى الله عليه وسلم إل ثلثة المقداد بن السود وأبو ذر الغفاري وسلمان الفارس ي رحمة الله وبركاته عليهم 241 – Hannan, dari Bapaknya, dari Abu Ja’far –‘Alaihissalam-, ia berkata, “Manusia semuanya murtad setelah Nabi Muhammad Saw, kecuali tiga orang”. Saya bertanya, “Siapakah tiga orang itu?”. Ia menjawab, “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi –rahmat dan berkah dari Allah untuk mereka-341.
Nikah Mut’ah Dalam al-Kaf. ص ن ن ه سل لم ك ص حاقص ص مد ص عب صی س ل دا ص ع ص س س س ص نأ س م ص ال س ه م س ن ص ن إل س ح ص ع س ع س ع س ن بس ه سی س ه ن ه ح ص ح ي ن ه د بس ل ن بس ل مدص ب س ل ص ص ه علیه السل م ص قا ص ن ن ألب ي ص ه ص زرصار ةص ص ع ص ي ل ةأ ل عب س ل ن ألبی ل مت س ص ل ذصك صسر ه م ص ع س ع س ه ال س ه ت لص ه د اضلل ص ه ص س ص ص ن أسلفا د ص ف ص ع ص قا ص ت ج ل ست صأ ص و س جصرا ح م س من س ه فإ لينه و ه و ن ه ل ت صصز و السرب ص ل Dari al-Husain bin Muhammad, dari Ahmad bin Ishaq, dari Sa’dan bin Muslim, dari ‘Ubaid bin Zurarah, dari Bapaknya, dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam. Zurarah berkata, “Saya sebutkan tentang nikah mut’ah kepadanya, apakah nikah mut’ah itu empat orang saja?”. Abu Abdillah 340 Al-Kulaini, al-Kafi (al-Ushul), juz.II (Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1375H), hal.410.
341 Al-Kulaini, al-Kafi (ar-Raudhah), juz.VIII (Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, 1375H), hal.245.
300
‘Alaihissalam menjawab, “Menikah mut’ah-lah walaupun seribu orang, karena sesungguhnya mereka itu para wanita yang telah diberi upah”342. Fatwa Tidak Layak. Imam al-Khumaini berkata, ل يجوز وطأ الزوجة قبل إكمال تسع سنين دواما كللان النكللا ح أو:12 مسألة وأما سائر الستمتاعات كاللمس بشهو ة والضم والتفخيذ فل بللأس،منقطعا بها حتى ف ي الرضيعة Masalah ke-12: tidak boleh hubungan kelamin dengan istri yang belum berumur Sembilan tahun, apakah nikah abadi atau nikah temporer (Mut’ah). Adapun semua kenikmatan seperti sentuhan dengan birahi, pelukan dan tafkhidz (meletakkan kemaluan di celah paha), maka boleh, meskipun dilakukan terhadap bayi yang masih menyusui343.
Fanatisme Syi’ah. سصل م ل ص غي سهرصنا وغير س ص عن الضر ص مل و ل عصلى ل ة اسل ل س ) ل صي س ص:ضا ) عليه السل م ( قال ( شيعتنا Dari Imam ar-Ridha ‘Alaihissalam, ia berkata, “Tidak termasuk dalam agama Islam, yaitu orang-orang selain kita dan selain Syi’ah kita”344. ذا أ صت صللى ص عن أب ي عبد الله ) عليه السل م ( ص ملل س قللا ص ن إل ص قب سللصر ؤ ل ) ي صللا ب ص ل:ل شلليهر إ ل و م ص ن ال س ه وا س ن ال س ه عصر ص س ص ب م ص ف ص ه إ لل صي س ل فصرا ل ل ل ه ك صصتلل ص و و ال س ه و ص غت ص ص ح ص م ص ج ص ت ثه و م تص ص ة ص ن ) عليه السل م ( ي ص س سي س ل ص و ص ه إ لول ص قا ص ه ب لك ه ض ل ه و ةد و صل أ س ج د مصنا ل و ك ح و ة ص سك ل ص م ه عل ص ه ة بل ص ه لص ه الل و ه غسز ص ل ص ها ص خط س ص Dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam, ia berkata, “Wahai Basyir, sesungguhnya seorang mukmin, apabila ia datang ke makam Husain ‘Alaihissalam pada hari ‘Arafah, ia mandi dari Sungai Eufrat, kemudian menuju makam Husain, maka Allah tuliskan baginya setiap langkahnya satu kali haji dengan manasiknya (aku tidak mengetahui melainkan ucapannya) dan satu kali perang jihad”345.
342 Ibid., juz.III, hal.458. 343 Imam al-Khumaini, Tahrir al-Wasilah, juz.II, hal.216, masalah no.12. 344 Al-Kulaini, op. cit., juz.I, hal.223. 301
ه ) عليه السل م ( ص شا م ل ص ل ال و ه ه قا ص و ن أ صلب ي ص ص ن أص س ) أ ص س:ل شللير ل د الل و ل عب س ل ملل س ع س ل اللليرو م ل ص هلل ل ص ص ة ي صك س ه ه ه ة ص ه ه ( هصر ةد مك و ص مك و ص وأ س نأ س أص س ن لبالل و ل شير ل دين ص ل م ل فهرو ص ه ص ج س م س ل ص ل ص ل ال س ص ة ص ه ل Dari Abu Abdillah ‘Alaihissalam, ia berkata, “Penduduk Syam lebih jahat daripada penduduk Romawi. Penduduk Madinah lebih jahat daripada penduduk Mekah. Penduduk Mekah telah kafir kepada Allah secara nyata”346. Semua Manusia Anak Zina, Kecuali Syi’ah. إن الناس كلهم أولد بغايا ما خل شيعتنا Sesungguhnya semua manusia itu anak-anak zina, kecuali Syi’ah kita347. Anak Orang Syi’ah Tidak Diganggu Setan. ما مللن: – عن إبراهيم بن أب ي يح ي عن جعفر بن محمد عليه السل م قال73 فإن علم الله أنه ملن شلليعتنا حجبله،مولود إل وإبليس من البالسة بحضرته وإن لم يكن من شيعتنا أثبللت الشلليطان إصللبعه السللبابة،عن ذلك الشيطان ف ي دبره فكان مأبونا )وذلك أن الذكر يخرج للوجه( فللإن كللانت إمللرأ ة أثبللت فعند ذلك يبك ي الصب ي بكللاءا شللديدا إذا هللو خللرج،ف ي فرجها فكانت فاجر ة والله بعد ذلك يمحو ما يشاء ويثبت وعنده أ م الكتاب،من بطن أمه 73 – Dari Ibrahim bin Abi Yahya, dari Ja’far bin Muhammad –‘Alaihissalam-, ia berkata, “Tidak ada anak yang lahir melainkan Iblis dari Iblis-Iblis hadir. Jika Allah mengetahui bahwa anak itu dari golongan Syi’ah kita, maka Allah menghalangi anak tersebut dari setan. Jika anak itu bukan dari golongan Syi’ah kita, maka setan menusukkan jari telunjuknya di dubur anak tersebut, tempat itu akan menjadi tempat zina [karena zakar dikeluarkan untuk suatu tujuan]. Jika anak itu perempuan, maka setan menusukkan jari telunjuknya ke kemaluan anak perempuan itu dan anak perempuan itu adalah anak perempuan nakal. Maka ketika itu anak itu akan menangis sangat keras ketika ia keluar dari rahim ibunya. Setelah itu Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki karena di sisi-Nya ada Umm al-Kitab (induk kitab)348.
345 Ibid., juz.IV, hal.580. 346 Ibid., juz.II, hal.409. 347 Ibid., juz.VIII, hal.885. 302
Analisa Sanad. محمد بن يح ي عن أحمد بن محمد بللن عيسللى عللن الحسللين بللن سللعيد عللن قلت لب ي:فضالة بن أيوب عن سيف بن عمير ة عن أب ي بكر الحضرم ي قال إن الرو م كفروا:عبد الله عليه السل م أهل الشا م شر ا م أهل الرو م؟ فقال ولم يعادونا وإن أهل الشا م كفروا وعادونا Muhammad bin Yahya, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari alHusain bin Sa’id, dari Fadhalah bin Ayyub, dari Saif bin ‘Umairah, dari Abu Bakr al-Hadhrami, ia berkata, “Saya bertanya kepada Abu Abdillah ‘Alaihissalah, apakah penduduk negeri Syam lebih jahat atau penduduk Romawi?”. Ia menjawab, “Sesungguhnya Romawi kafir tapi tidak memusuhi kita. Sesungguhnya penduduk negeri Syam kafir dan memusuhi kita”349. Al-Mushthafawi dalam Syarh Hal al-Kulaini menyatakan bahwa alKulaini bertemu langsung dengan Imam al-Mahdi dan empat utusan Imam al-Mahdi yang jika dilihat dari masa hidup mereka sezaman: 1. Abu Umar ‘Utsman bin Sa’id al-‘Umari (w.tidak diketahui). 2. Abu Ja’far Muhammad bin Utsman bin Sa’id al-‘Umari (w.304H). 3. Abu al-Qasim al-Husain bin Ali an-Naubakhti (w.326H). 4. Abu al-Hasan Ali bin Muhammad as-Samarri (w.329H). Bahkan Abdul Husain al-Muzhaffar dengan jelas menyatakan, :ويعتقد بعض العلماء أنه عرض على القائم عليه السل م فاستحسنه وقال كاف لشيعتنا Sebagian ulama (Syi’ah) meyakini bahwa kitab al-Kafi telah dipresentasikan kepada al-Qa’im ‘Alaihissalam, beliau menganggap baik kitab al-Kafi dan berkata, “Cukup bagi Syi’ah kita” 350. Namun entah mengapa al-Kulaini membuat Sanad yang amat sangat panjang. Analisa Matn. Teks-teks yang terdapat dalam referensi Syi’ah sangat propokatif, dari masalah al-Qur’an, status para imam, menanamkan fanatisme dan 348 Abu an-Nashr al-‘Ayyasyi, Tafsir al-‘Ayyasyi, juz.II (Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at), hal.234.
349 Al-Kulaini, op. cit., juz.II, hal.410. 350 Abdul Husain al-Muzhaffar, Muqaddimah Ushul al-Kafi, juz.I (Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah), hal.19. 303
permusuhan, sampai riwayat-riwayat aneh yang tidak rasional. Namun karena al-Kafi sudah dianggap sebagai kitab suci, maka sangat berpengaruh terhadap Syi’ah kontemporer. Imam Abu al-Qasim al-Khu’i merupakan salah satu Imam Marja’ di kalangan Syi’ah kontemporer, guru dari Ayatullah al-‘Uzhma Ali as-Sistani ulama terbesar Syi’ah Irak zaman ini, ketika beliau membahas hadits-hadits Syi’ah tentang kekurangan al-Qur’an, al-Khu’i sampai pada kesimpulan, كثر ة الروايات تور ث القطع بصدور بعضها عن المعصومين عليهم السل م ول أقل من الطمئنان بذلك وفيها ما روي بطريق معتبر فل حاجة بنا إلى التكلم ف ي سند كل رواية بخصوصها Banyaknya riwayat-riwayat memberikan keyakinan yang kuat, terlebih lagi sebagiannya diriwayatkan dari para imam yang ma’shum ‘Alaihissalam, tidak ada yang lebih menenangkan daripada itu, di dalamnya juga terdapat riwayat dari jalur yang mu’tabar, kita tidak perlu membahas sanad-sanadnya secara khusus351. Menentukan Sikap. Setelah membaca kutipan dari beberaa kitab Syi’ah diatas, bahkan kitab al-Kafi yang dianggap sebagai kitab tershahih diantara referensi Syi’ah, rasanya sulit untuk memenuhi undangan Ayatullah Ali Taskhiri dalam Mu’tamar at-Taqrib Baina al-Madzahib (Konferensi Pendekatan Sunni-Syi’ah), dengan bahasa Quraish Shihab; Sunni-Syi’ah bergandeng tangan. Orang-orang yang terjebak dalam taqrib mesti segera bertaubat, seperti yang dilakukan Syekh Yusuf al-Qaradhawi yang pernah ikut at-Taqrib Baina al-Madzahib, akhirnya sadar, ia nyatakan dalam Fatawa Mu’ashirah. Syekh DR.Yusuf al-Qaradhawi. “Sesungguhnya sejak saya ikut serta dalam konferensi at-Taqrib Baina al-Madzahib, saya telah menemukan beberapa poin penting yang membuat pendekatan ini tidak akan terjadi jika poin-poin ini diabaikan atau tidak diberikan hak-haknya. Semua ini telah saya jelaskan dengan sejelas-jelasnya pada saat kunjungan saya ke Iran sepuluh tahun silam. Disini saya hanya mengacu pada tiga perkara: Pertama, kesepakatan untuk tidak mencerca para shahabat. Karena kita tidak bisa dipertemukan atau didekatkan jika masih seperti itu. Karena saya mengatakan, ‘Semoga Allah meridhai mereka’. Sedangkan 351 Abu al-Qasim al-Khu’i, al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an (Qom: Mu’assasah Ihya’ Turats al-Khu’i), hal.225. 304
kalian (Syi’ah) mengatakan, ‘Semoga Allah melaknat mereka’. Sedangkan antara kata ridha dan laknat memiliki perbedaan yang sangat besar. Kedua, dilarang menyebarkan satu mazhab di daerah yang dikuasai mazhab tertentu. Atau seperti yang dinyatakan Syekh Muhammad Mahdi Syamsuddin dengan istilah Syi’ahisasi (ekspor mazhab Syi’ah ke negara lain). Ketiga, memperhatikan hak-hak minoritas, terutama jika minoritas tersebut adalah mazhab yang sah. Inilah sikap saya. Saya tidak akan menjadi penyeru kepada ‘peleburan prinsip’ atau menjadi orang-orang yang berhamburan kepada usaha taqrib (pendekatan Sunni-Syi’ah) tanpa syarat dan ketentuan”352. Pernyataan Ulama Indonesia. Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari (1875-1947H)353. Diantara mereka juga ada golongan Rafidhah yang suka mencaci Sayyidina Abu Bakar dan Umar. Membenci para shahabat nabi dan berlebihan dalam mencintai Sayyidina Ali dan anggota keliarganya, semoga Allah meridhoi mereka semua. Sayyid Muhammad berkata dalam Syarh Qamus, “Sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan ummat Islam dari aliran ini. Al-Qadhi ‘Iyadh berkata dalam kitab asy-Syifa bi Ta’rif Huquq al-Musthafa, “Dari Abdullah bin Mughaffal, Rasulullah Saw bersabda, ‘Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai para shahabatku. Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran caci maki sesudah aku tiada. Siapa yang mencintai mereka, maka dengan cinta kepadaku aku mencintai mereka. Siapa yang membenci mereka, maka dengan kebencianku aku membenci mereka. Siapa yang menyakiti aku, berarti telah menyakiti Allah. Siapa yang telah menyakiti Allah, dikhawatirkan Allah akan menghukumnya”. (HR. atTirmidzi). Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kamu mencela para shahabatku, siapa yang mencela mereka, maka baginya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah tidak akan menerima 352 Syekh Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, juz.IV (Kuwait: Dar alQalam, 2009M), hal.230. 353 Ra’is Akbar Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional. 305
amal darinya di hari kiamat, yang wajib maupun yang sunnat”. (HR. Abu Nu’aim, ath-Thabrani dan al-Hakim). Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kalian mencaci maki shahabatku, sebab di akhir zaman nanti akan datang suatu kaum yang mencela para shahabatku. Maka janganlah kalian laksanakan shalat jenazah untuk mereka dan janganlah shalat bersama mereka. Janganlah kamu menikahi mereka dan janganlah duduk-duduk bersama mereka. Jika sakit, janganlah kalian menjenguk mereka”. Rasulullah Saw telah memberitahukan bahwa mencela dan menyakiti shahabat berarti telah menyakiti Rasulullah Saw, sedangkan menyakiti Rasulullah Saw itu haram hukumnya. Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kalian menyakiti aku dalam perkara shahabatku. Siapa yang menyakiti mereka berarti telah menyakitiku”. Rasulullah Saw bersabda, “Janganlah kalian menyakitiku dengan cara menyakiti Fatimah, sebab Fatimah adalah darang dagingku. Apa saja yang menyakitinya, berarti telah menyakitiku”354. Syekh Hasyim Asy’ari menukil pendapat al-Qadhi ‘Iyadh dalam asySyifa tentang penjelasan kelompok-kelompok yang dipastikan kekafirannya diantara ummat Islam. Dalam al-Anwar disebutkan, “Dipastikan kekafirannya; semua orang yang mengatakan suatu kalimat yang menyesatkan ummat, mengkairkan shahabat dan setiap orang yang melakukan suatu perbuatan yang hanya dilakukan oleh orang kafir seperti sujud ke salib atau menyembah api”355.
Prof.DR.HAMKA (1908-1981M)356. Kita di Indonesia adalah golongan Sunni. Jelasnya ialah bahwa dalam menegakkan ‘aqidah, kita menganut faham Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi. Di dalam amalan syariat Islam kita 354 Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari, Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah, hal.9-10. 355 Ibid., hal.41. 356 Pahlawan Nasional, tokoh Muhammadiyyah, Ketua Umum MUI Pusat periode: 1975-1980. 306
pengikut mazhab Syafi’i terutama dan menghargai juga ajaran-ajaran dari ketiga imam yang lain (Hanafi, Maliki dan Hanbali). Menilik kesemuanya ini dapatlah saya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, atau sebagai pribadi menjelaskan pendirian saya sehubungan dengan revolusi Iran: 1) Sesuai dengan preambul dari UUD RI, saya simpati atas revolusi yang telah berlaku di Iran. Saya simpati karena mereka telah menentang feodalisme Kerajaan Syah yang tidak adil. 2) Karena ternyata bahwa revolusi Islam-nya ialah berdasar mazhab Syi’ah, maka kita tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri orang lain, dan saya tetap seorang Sunni yang tak perlu berpegang pada pendapat orang Syi’ah dan ajaran-ajaran Ayatullah. Ketika saya di Iran, datang empat orang pemuda ke kamar hotel saya dan dengan bersemangat mereka mengajari saya tentang revolusi dan menyatakan keinginannya untuk datang ke Indonesia guna mengajarkan revolusi Islam Syi’ah itu di Indonesia. Kami menerimanya dengan senyum simpul, “Boleh datang sebagai tamu, tapi ingat, kami adalah bangsa yang merdeka dan tidak menganut Syi’ah!”, ujar saya357.
BIOGRAFI PENYUSUN. H.Abdul Somad, Lc., MA. Lahir pada hari Rabu, 30 Jumada al-Ula 1397 Hijrah, bertepatan dengan 18 Mei 1977M, menyelesaikan pendidikan atas di Madrasah Aliyah Nurul Falah Air Molek Indragiri-Hulu Riau pada tahun 1996. Memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada tahun 1998, mendapat gelar Licence (S1) pada tahun 2002. Pada tahun 2004 memperoleh beasiswa dari AMCI (Agence Marocaine Cooperation Internationale), mendapat gelar Diplôme d'Etudes Supérieure Approfondi (S2) di Dar al-Hadith al-Hassania Institute, sebuah insitut pendidikan Islam khusus Hadits yang didirikan oleh Raja Hasan II Raja Maroko di Rabat pada tahun 1964. Anggota Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau. Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Kotamadya Pekanbaru periode 2012 – 357 Artikel Buya Hamka, “Majelis Ulama Indonesia, Bicaralah!”, Harian Umum Kompas, tanggal 11 Desember 1980M. 307
2017. Anggota Komisi Pengembangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau. Dosen Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau sejak 2008 sampai sekarang. Mengasuh tanya jawab Islam di blog: www.somorocco.blogspot.com, kajian keislaman dalam bentuk mp3, mp4 dan buku dalam bentuk PDF dapat diakses di www.tafaqquhstreaming.com
DAFTAR ISI: Muqaddimah ………………………………………………………………………… Masalah Pertama: Ikhtilaf dan Mazhab …………………………………………….. Masalah Ke-Dua: Bid’ah ………………………………………………………….. Masalah Ke-Tiga: Memahami Ayat dan Hadits Mutasyabihat …………………….. Masalah Ke-Empat: Beramal Dengan Hadits Dha’if ………………………………. Masalah Ke-Lima: Isbal …………………………………………………………… Masalah Ke-Enam: Jenggot ………………………………………………………… Masalah Ke-Tujuh: Kesaksian Untuk Jenazah ……………………………………… Masalah Ke-Delapan: Merubah Dhamir (Kata Ganti) Pada Kalimat “Allahummaghfir lahu” ……………… Masalah Ke-Sembilan: Duduk di Atas Kubur ………………………………………… 308
Masalah Ke-Sepuluh: Azab Kubur …………………………………………………….. Masalah Ke-11 : Talqin Mayat ………………………………………………………….. Masalah Ke-12 : Amal Orang Hidup Untuk Orang Yang Sudah Wafat ………………… Masalah Ke-13 : Bacaan al-Qur’an Untuk Mayat ……………………………………… Masalah Ke-14 : Membaca al-Qur’an di Sisi Kubur ………………………………… Masalah Ke-15 : Keutamaan Surat Yasin …………………………………………… Masalah Ke-16 : Membaca al-Qur’an Bersama ……………………………………….. Masalah Ke-17 : Tawassul …………………………………………………………….. Masalah Ke-18 : Khutbah Idul Fithri dan Idul Adha ……………………………….. Masalah Ke-19 : Shalat di Masjid Ada Kubur ………………………………….. Masalah Ke-20 : Doa Qunut Pada Shalat Shubuh …………………………………….. Masalah Ke-21 : Shalat Qabliyah Jum’at …………………………………………… Masalah Ke-22 : Bersalaman Setelah Shalat …………………………………….. Masalah Ke-23 : Zikir Jahr Setelah Shalat ……………………………………. Masalah Ke-24 : Berdoa Setelah Shalat ………………………………………………. Masalah Ke-25 : Doa Bersama ……………………………………………………….. 309
Masalah Ke-26 : Berzikir Menggunakan Tasbih ……………………………………….. Masalah Ke-27 : Mengangkat Tangan Ketika Berdoa ………………………………….. Masalah Ke-28 : Mengusap Wajah Setelah Berdoa …………………………………… Masalah Ke-29 : Malam Nishfu Sya’ban ……………………………………………… Masalah Ke-30 : ‘Aqiqah Setelah Dewasa ……………………………………………. Masalah Ke-31 : Memakai Emas Bagi Laki-Laki ………………………………… Masalah Ke-32 : Poto …………………………………………………………….. Masalah Ke-33 : Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw ……………………… Masalah Ke-34 : Benarkah Ayah dan Ibu Nabi Kafir? ……………………………. Masalah Ke-35 : as-Siyadah (Mengucapkan “Sayyidina Muhammad Saw”) ……… Masalah Ke-36 : Salaf dan Salafi ………………………………………………….. Masalah Ke-37 : Syi’ah …………………………………………………………..
310
Senarai Bacaan. 1. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, (Cairo: Mu’assasah Qurthubah). 2. -----------------------, az-Zuhd. 3. Al-‘Aini, Imam Badruddin, ‘Umdat al-Qari Syarh Shahih alBukhari. 4. Al-Albani, Syekh Nashiruddin, as-Silsilah ash-Shahihah, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif). 5. ------------------------------------, Irwa’ al-Ghalil fi Takhrij Ahadits Manar as-Sabil, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1405H) 6. ------------------------------------, Tamam al-Minnah. 7. ------------------------------------, Shalat at-Tarawih, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1421H) 8. ------------------------------------, Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud 9. ------------------------------------, Fadhl ash-Shalat ‘ala an-Nabi, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1977M). 10. ------------------------------------, Zhilal al-Jannah fi Takhrij asSunnah li Ibn Abi ‘Ashim, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1413H). 11. Al-Anshari, Syekh Zakariya, Asna al-Mathalib. 12. Al-‘Arfaj, DR.Abdul Ilah bin Husain al-‘Arfaj, Mafhum alBid’ah wa Atsaruhu fi Idhthirab al-Fatawa al-Mu’ashirah Dirasah Ta’shiliyyah Tathbiqiyyah, (Dar al-Fath, 2013M). 13. Al-Ashbahani, Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan bin Faurak, Musykil al-Hadits wa Bayanuhu, (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985H). 14. Al-Ashbahani, Imam Abu Nu’aim al-Ashbahani, Hulyat alAuliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby). 15. Al-‘Asqalani, al-Hafizh Ibnu Hajar, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379H). 16. -----------------------------------------, Talkhish al-Habir fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir, (Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1419H). 17. Al-‘Ayyasyi, Abu an-Nashr, Tafsir al-‘Ayyasyi, (Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at). 18. Al-Baji, al-Muntaqa Syarh al-Muwaththa’. 19. Al-Asy’ari, Abu al-Hasan, Maqalat al-Islamiyyin, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby). 311
20. Al-Asy’ari, Hadhratu Syaikh Hasyim, Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah. 21. Al-Baghdadi, Al-Khathib, al-Faqih wa al-Mutafaqqih, (Dar Ibn al-Jauzi, 1417H). 22. Al-Baghdadi, Imam Abdul Qahir, al-Farq Baina al-Firaq, juz.I (Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1977M). 23. Al-Baihaqi, al-Asma’ wa ash-Shifat, (Jedah: Maktabah asSawadi) 24. -------------, as-Sunan al-Kubra, (Haidarabad: Majlis Da’irat al-Ma’arif an-Nizhamiyyah, 1344H). 25. Al-Bazzar, Umar bin Ali bin Musa, al-A’lam al-‘Aliyyah fi Manaqib Ibni Taimiyyah, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1400H) 26. Al-Buhuti, Syarh Muntaha al-Iradat. 27. Al-Bukhari, ash-Shahih, (Beirut: Dar al-Yamamah, 1407H) 28. Al-Buthi, Syekh DR.Muhammad Sa’id Ramadhan, asSalafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah la Madzhab Islamy, (Damascus: Dar al-Fikr, 1990M). 29. Al-Ghumari, Syekh Abdullah bin ash-Shiddiq, Itqan ashShun’ah fi Tahqiq Ma’na al-Bid’ah. 30. Al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihaih, (Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyyah, 1411H). 31. Al-Hamawi, Imam Ahmad bin Muhammad (w.1098H), Ghamz ‘Uyun al-Basha’ir fi Syarh al-Asybah wa an-Nazha’ir. 32. Al-Hanbali, Ibnu Rajab, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, (Beirut: Dar al-Ma’rifah). 33. Al-Haitsami, Imam Ibnu Hajar, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id, (Beirut:Dar al-Fikr, 1412H). 34. ------------------------------------, Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh alMinhaj. 35. Al-Hashfaki, ad-Durr al-Mukhtar. 36. Al-Mubarakfury, Imam Muhammad Abdurrahman bin Abdirrahim, Tuhfat al-Ahwadzi bi Syarh Jami’ at-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah). 37. ‘Ali, DR.Jawwad, al-Mufashshal fi Tarikh al-‘Arab Qabl alIslam, (Dar as-Saqi, 1422H). 38. Al-‘Iraqi, Imam Zainuddin, Tharhu at-Tatsrib. 39. Al-‘Izz, Ibnu Abi, Syarh ath-Thahawiyyah fi al-‘Aqidah asSalafiyyah, (Wakalah ath-Thiba’ah wa at-Tarjamah fi ar-Ri’asah al-‘Ammah li Idarat al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’ wa adDa’wah wa al-Irsyad).
312
40. Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Madarij as-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Araby, 1393H) 41. --------------------------------, Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khar al-‘Ibad, Juz.IV (Kuwait: Maktabah al-Manar al-Islamiyyah, 1415H). 42. --------------------------------, ar-Ruh fi al-Kalam ‘ala Arwah alAmwat wa al-Ahya’ bi ad-Dala’il min al-Kitab wa as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1395H). 43. Al-Jaza’iri, as-Sayyid Ni’matullah, al-Anwar anNu’maniyyah, juz.II (Beirut: Mu’assasah al-A’lami li al-Mathbu’at) 44. Al-Khu’i, Abu al-Qasim, al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an (Qom: Mu’assasah Ihya’ Turats al-Khu’i). 45. Al-Khumaini, al-Hukumah al-Islamiyyah. 46. ----------------, Tahrir al-Wasilah. 47. Al-Kulaini, Ushul al-Kafi, (Beirut: Mu’assasah al-A’lami, 2005). 48. Al-Maliki, as-Sayyid Muhammad ‘Alawi, Mafâhîm Yajib an Tushahhah (Cairo: Dar Jawami’ al-Kalim, 1993M). 49. Al-Maqdisi, Ibnu Qudamah, al-Mughni. 50. Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal, (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1400). 51. Al-Mufid, al-Ikhtishash, (Beirut: al-A’lamy li al-Mathbu’at, 1402H). 52. Al-Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib. 53. Al-Muzhaffar, Abdul Husain, Muqaddimah Ushul al-Kafi, (Teheran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah). 54. Al-Qadhi ‘Iyadh, Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik. 55. Al-Qaradhawi, Syekh DR. Yusuf, Fatawa Mu’ashirah, (Kuwait: Dar al-Qalam, 2009M) 56. ----------------------------------------, Kaifa Nata’amal Ma’a asSunnah an-Nabawiyyah, (Cairo; Dar asy-Syuruq, 1423H). 57. Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Dar ‘Alam alKutub, 1423H). 58. ---------------, al-Intiqa’ fi Fadha’il ats-Tsalatsah al-A’immah al-Fuqaha’; Malik wa asy-Syafi’i wa Abi Hanifah, (Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyyah). 59. Ad-Dimyathi, Imam Abu Bakar bin as-Sayyid Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anatu ath-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath alMu’in li Syarh Qurrat al-‘Ain bi Muhimmat ad-Din, juz. II (Beirut: Dar al-Fikr), hal. 386 60. Ad-Dimasyqi, Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni, Kifâyat al-Akhyâr fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr. 61. Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’. 313
62. An-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, (Beirut: Dar al-Fikr). 63. ---------------, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H). 64. ---------------, Raudhat ath-Thalibin wa ‘Umdat al-Muftin, (alMaktab al-Islamy, 1405H). 65. An-Najdi, Syekh Muhammad bin Abdullah bin Humaid, asSuhub al-Wabilah ‘ala Dhara’ih al-Hanabilah, 66. An-Naubakhti, al-Hasan bin Musa an-Naubakhti dan Sa’ad bin Abdullah al-Qummi, Firaq asy-Syi’ah, (Dar ar-Rasyad). 67. Ar-Ramly, Hasyiyah Asna al-Mathalib. 68. As-Sakhawi, al-Maqashid al-Hasanah. 69. As-Sindi, Imam Abu al-Hasan, Syarh as-Sindi ‘Ala an-Nasa’i, (Halab: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah). 70. As-Subki, Tajuddin, Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra, (Hajar li ath-Thiba’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1413H). 71. As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib an-Nawawi, (Riyadh: Maktabah ar-Riyadh al-Haditsah), 72. -------------, ad-Dibaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, 73. -------------, al-Hawi li al-Fatawa. 74. Ash-Shan’ani, Imam Muhammad bin Isma’il al-Amir alKahlani, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram, (Maktabah alBab al-Halaby, 1379H). 75. Ash-Shawi, Ahmad, Hasyiyah ash-Shawi ‘ala Tafsir alJalalain. 76. Asy-Syathibi, al-I’tisham. 77. Asy-Syaukani, Nail al-Authar min Ahadits Sayyid al-Akhyar Syarh Muntaqa al-Akhbar, (Idarah ath-Thiba’ah al-Muniriyah) 78. -----------------, al-Fawa’id al-Majmu’ah fi al-Ahadits alMaudhu’ah, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1407H) 79. Asy-Syafi’i, al-Umm, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1393H). 80. Asy-Syaibani, al-Hafizh Abdurrahman bin al-Daiba’, Hadâ’iq al-Anwâr. 81. At-Tirmidzi, as-Sunan. Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, (Mu’assasah ar-Risalah, 1420H). 82. Ath-Thahawi, Imam Abu Ja’far, al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah. 83. Ath-Thahawi, Imam Ahmad bin Muhammad bin Ismail, Hasyiyah ‘ala Maraqi al-Falah Syarh Nur al-Idhah, (Mesir: alMathba’ah al-Kubra al-Amiriyyah, 1318H). 84. Az-Zarqani, Syekh Muhammad Abdul’Azhim, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1416H).
314
85. Az-Zuhaili, Syekh Wahbah, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Damascus: Dar al-Fikr). 86. Ibnu ‘Abdilbarr, at-Tamhid li ma fi al-Muwaththa’ min alMa’ani wa al-Asanid, (Mu’assasah al-Qurthubah). 87. Ibnu ‘Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala ad-Durr alMukhtar Syarh Tanwir al-Abshar, (Beirut: Dar al-Fikr, 1421H). 88. Ibnu Baz, Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz. 89. Ibnu Hisyam (w.213H), Sirah Ibn Hisyam. 90. Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, (Dar Thibah li anNasyr wa at-Tauzi’, 1420H). 91. -------------, al-Bidayah wa an-Nihayah. 92. Ibnu Taimiah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm Mukhâlafat Ahl al-Jahîm (Cet. II; Cairo: Mathba’ah al-Sunnah alMuhammadiyyah, 1369H), 93. ----------------, Majmu’ Fatawa, (Dar al-Wafa, 1426H). 94. ----------------, Mukhtashar al-Fatawa al-Mishriyyah. 95. ----------------, al-Jawab ash-Shahih li man Baddala Din alMasih, (Riyadh: Dar al-‘Ashimah, 1414H), 96. ----------------, Minhaj as-Sunnah, (Mu’assasah Qurtubah). 97. Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, (Dar al-Wathan, 1413H) 98. ------------------, Silsilah Liqa’at al-Bab al-Maftuh, 99. ------------------, Durus wa Fatawa al-Haram al-Madani (Pelajaran dan Fatwa yang disampaikan Syekh Muhammad bin Shalih bin ‘Utsaimin di Madinah pada tahun 1416H). 100. ‘Izzuddin bin Abdissalam, Qawa’id al-Ahkam fi Mashalih alAnam, (Beirut: Dar al-Ma’arif). 101. Dahlan, Syekh Zaini, Fitnah al-Wahhabiyyah. 102. Jum’ah, Syekh DR. Ali, Al-Bayan li ma Yusyghil al-Adzhan, (Cet. I; Kairo: al-Muqaththam, 1426H/2005M). 103. Sabiq, Syekh Sayyid, Fiqh as-Sunnah, (Lebanon: Dar al-Kitab al-‘Araby, Lebanon). 104. Zahrah, Syekh Abu, Tarikh Madzahib al-Islamiyyah fi asSiyasah wa al-‘Aqa’id. Lembaga Fatwa: 105.
Fatawa al-Azhar (Mesir). 315
106. 107. 108.
Fatawa Qitha’ al-Ifta’ (Kuwait). Fatawa wa Istisyarat Islam al-Yaum Al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’ (Saudi Arabia).
BIOGRAFI PENYUSUN. H.Abdul Somad, Lc., MA. Lahir pada hari Rabu, 30 Jumada al-Ula 1397 Hijrah, bertepatan dengan 18 Mei 1977M, menyelesaikan pendidikan atas di Madrasah Aliyah Nurul Falah Air Molek Indragiri Hulu Riau pada tahun 1996. Memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada tahun 1998, mendapat gelar Licence (S1) pada tahun 2002. Pada tahun 2004 memperoleh beasiswa dari AMCI (Agence Marocaine Cooperation Internationale), mendapat gelar Diplôme d'Etudes Supérieure Approfondi (S2) di Dar al-Hadith al-Hassania Institute, sebuah insitut pendidikan Islam khusus Hadits yang didirikan oleh Raja Hasan II Raja Maroko di Rabat pada tahun 1964. Anggota Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia Provinsi Riau. Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Kotamadya Pekanbaru periode 2012 – 2017. Anggota Komisi Pengembangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau periode 2009 – 2013. Dosen Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau sejak 2008 sampai sekarang. Mengasuh tanya jawab Islam di blog: www.somorocco.blogspot.com, kajian keislaman dalam bentuk mp4 dan mp3 dapat diakses di www.tafaqquhstreaming.com Karya Ilmiah : Buku. 1. Bunga Rampai: 30 Fatwa Seputar Ramadhan, Tafaqquh, 2012. 2. 77 Tanya Jawab Shalat, Zanafa, 2013. 3. Metode Takhrij Hadits, Suska Press, 2013. 4. 37 Masalah Populer, (Tafaqquh, 2014H). Thesis: 5. [رجللال الموطللأ والصللحيحين الللذين ضللعفهم النسللائ ي فلل ي كتللاب جمعللا ودراسللة: ] الضللعفاء والمللتروكينKajian terhadap para periwayat dalam kitab Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim dan al-Muwaththa’ yang dinyatakan dha’if oleh Imam an-Nasa’i dalam kitab adh-Dhu’afa’ wa al-Matrukin. Terjemah: 6. 55 Nasihat Untuk Wanita Sebelum Nikah (55 Nashihat li albanat qabla az-zawaj), DR. Akram Thal’at, Dar at-Ta’if, Cairo. 316
Diterbitkan oleh Penerbit Cendikia Sentra Muslim-Jakarta, April-2004. 7. 30 Orang Dijamin Masuk Surga (30 al-mubasysyarun bi aljannah), DR.Mustafa Murad, Dar al-Fajr li at-Turats,Cairo. Diterbitkan oleh Cendikia Sentra Muslim-Jakarta, Juli-2004. 8. 15 Sebab Dicabutnya Berkah (15 sabab min asbab naz’ albarakah), Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, Dar ar-Raudhah-Cairo. Diterbitkan oleh Cendikia Sentra Muslim-Jakarta, Agustus2004. 9. Nikah, Siapa Takut, (Akhta’ fi mafhum az-zawaj), Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Progresif- Jakarta, September 2004. 10. Indahnya Seks Setelah Nikah (Syahr al-‘asal bi la khajal), DR. Aiman Al-Husaini, diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Progresif, Jakarta, September 2004. 11. Derajat Hadits-Hadits Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Tahqiq: Syekh Nashiruddin Al Albani, diterbitkan oleh Penerbit Azzam, Jakarta, 2007 12. Perbuatan Maksiat Merusak Rumah Tangga (al-Ma’ashi Tu’addi ila al-Faqri wa Kharab al-Buyut), Majdi Fathi As-Sayyid. Diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Maret 2008. 13. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam an-Nawawi. Diterbitkan oleh Pustaka Azzam, Jakarta, Agustus 2010. 14. Sejarah Agama Yahudi (Tarikh ad-Diyanah al-Yahudiyyah). Diterbitkan oleh Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2010. 15. Metodologi Ahli Hadits, Pustaka Riau, 2010. 16. Semua Ada Saatnya (Sa’ah wa Sa’ah), Syaikh Mahmud alMishri. Diterbitkan oleh Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2011.
317