3 Indikator Kualitas Hidup Manusia Posted by Sir Agnas Setiawan on Sunday, November 27
Dalam hidup ini tentu manusia ingin punya segala hal mulai dari uang, rumah, pendidikan dan lainnya. Indikator yang digunkan untuk mengukur kualitas hidup manusia minimal ada 3 yaitu: 1. Kesehatan Kesehatan merupakan aset manusia yang paling berharga dan merupakan kebutuhan dasar yang paling penting. Tingkat kesehatan manusia dipengaruhi oleh faktor berikut: a. Fasilitas kesehatan termasuk tenaga medis dan fasilitas sosial lainnya. b. Tingkat kesadaran penduduknya akan pentingnya kesehatan seperti lingkungan yang sehat dan makanan yang bergizi. Indikator tingkat kesehatan penduduk di suatu negara dapat dilihat dari angka kematian kasar, angka kematian bayi dan anak-anak, serta rasio/usia harapan hidup. Penduduk yang sejahtera rata-rata memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi dibanding yang tidak sejahtera. Tingkat kesehatan di negara berkembang masih belum sebaik di negara maju. 2. Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat berdampak pada kualitas atau kesejahteraan hidupnya. Penduduk yang berpendidikan tingi memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan profesi dengan penghasilan lebih layak, lebih memahami arti
kesehatan dan lebih matang dalam kesehatan mental psikologi. Dengan demikian pendidikan merupakan aset hidup manusia dan penting untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 3. Profesi dan Pendapatan Tingkat pendidikan sangat berkorelasi dengan kualitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang berpendidikan dan memiliki skill mumpuni akan mendapatkan posisi yang bagus di lingkungan kerjanya. Penduduk yang memiliki jenjang pendidikan tinggi lebih berkesempatan lebih besar untuk memilih pekerjaan yang baik dibanding penduduk yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Memang ada para pengusaha yang berhasil hanya dengan bermodal ijash SMA/SMP bahkan SD sekalipun. Namun tentunya di era globalisasi saat ini, pendidikan yang baik menjadi modal utama dalam berbisnis, tidak seperti zaman dahulu. Pendidikan tinggi identik dengan penghasilan yang tinggi pula.
Indonesia merupakan negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara. Dari setiap 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, terdapat 359 ibu yang meninggal dunia demi melahirkan bayi yang dikandungnya. Angka tersebut merupakan kondisi terkini Indonesia yang tercermin dari Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyoga mengatakan penyebab angka kematian ibu melahirkan adalah karena faktor '4 Terlalu dan 3 Terlambat'. Berikut ini adalah penjelasan Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto saat konferensi pers kegiatan Fun Walk Ibu Sehat, Indonesia Sehat 2016 di FX Sudirman, Jakarta, Minggu (18/12). BACA JUGA
Begini Tanggapan Mendagri soal Nasib PNS yang Ikut HTI PNS yang Masuk ke Dalam HTI Akan Diberi Sanksi
Atraksi Sulap Presiden Jokowi di Hari Anak Nasional
1. Terlalu Tua : Di atas usia 35 tahun masih banyak yang melahirkan. Bukan hanya terjadi di daerah tertinggal, terluar, dan terpencil tapi juga terjadi di kota-kota besar, salah satunya Jakarta. 2. Terlalu Muda : Belum usia produktif yang baik dan usia sehat sudah dipaksa menikah dan kemudian melahirkan. 3. Terlalu Banyak : Terlalu banyak anak, padahal dua saja sudah cukup. 4. Terlalu Sering : Sudah banyak anak dan sering melahirkan. Misalnya dalam dua tahun, sudah punya dua anak. Sementara '3 Terlambat' yang dimaksudkan oleh Giwo, pertama adalah terlambat untuk mengetahui bahaya-bahaya kehamilan. "Kedua, terlambat memutuskan yakni membawa ke fasilitas untuk melahirkan. Di daerah terpencil masih sering terjadi.Sragen misalnya salah satu daerah penyumbang AKI melahirkan karena faktor geografis. Dan ketiga, terlambat mendapatkan fasilitas untuk melahirkan," kata Giwo.
"Hal-hal itu faktor yang secara langsung maupun tidak langsung akhirnya ibu hamil meninggal karena melahirkan," tambah Giwo. Sementara itu, dr. Grace Valentine, Sp.Og menuturkan terdapat empat pilar yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI melahiran. "Pertama, melakukan perencanaan kehamilan. Kedua, melakukan asuhan yang baik dan berkualitas. Ketiga, melakukan persalinan yang bersih dan aman. Dan keempat, sistem rujukan dan akses yang baik," ujar dr. Grace yang juga perwakilan dari KlikDokter.com
dr. Grace juga menuturkan bahwa angka kematian ibu melahirkan masih tinggi karena adanya pilar yang belum berjalan dengan baik. "Misalnya, kesadaran dari masyarakat dan wanita untuk melakukan perencanaan kehamilan dan menjalani asuhan yang teratur dan berkualitas," tutur dr. Grace. Lebih lanjut dr. Grace mengatakan angka kematian ibu melahirkan paling banyak disebabkan pendarahan, hipertensi, dan infeksi. "Bila ada ibu yang memiliki resiko tinggi, dokter juga akan lebih aware dan memilih persiapan lebih lengkap sehingga dapat meminimalisasi terjadinya komplikasi selama kehamilan," jelas dr. Grace. Senior Product Manager PRENAGEN, Sianne Permadi menambahkan bahwa 4 pilar untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan perlu dilengkapi 1 N yakni Kebutuhan Nutrisi. "Banyak sekali nutrisi dimana para ibu yang di daerah masih belum aware bahwa apa yang dimakan ibu hamil akan masuk juga dalam janinnya. Oleh karena itu, penting sekali memberikan gizi yang baik untuk ibu hamil," ujar Sianne. Untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan, Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Wahyu Hartomo mengharapkan agar ibu-ibu Indonesia merawat diri mulai dari kandungan sampai melahirkan disertai dengan pemeriksaan rutin.
"Suami juga harus mendukung istri dalam rangka proses melahirkan. Kedua, pengambilan keputusan harus cepat apakah harus lahir normal atau caesar. Ini sangat memengaruhi sekali. Kalau keputusan lama, nanti bisa fatal," jelas Wahyu. Dalam rangka peringatan Hari Ibu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) didukung oleh Kowani, APPI, KlikDokter.com, PRENAGEN menggelar Fun Walk Ibu Sehat, Indonesia Sehat 2016 pada Minggu (18/12) di VIP Carpark FX Sudirman, Jakarta.