STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN Strategi pemberdayaan kader dan dukun Strategi pemberdayaan kader dan dukun. Dikaitkan dengan kontek pekerjaan sosial, bahwa pemberdayaan dapat dilakukan melalui aras atau mata pemberdayaan (empowerment setting): a. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling stres manajemen, kritis intervensi. b. Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategis dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. c. Aras Makro Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian masyarakat dan menejemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Materi pembinaan kader dan dukun a. Survey kebutuhan kader dan dukun : Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa yang telah ditetapkan. b. Penyusunan materi pelatihan pemberdayaan kader dan dukun Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, PKK dan sector lain.
c. Pendampingan sosial kader dan dukun Pengembangan Masyarakat adalah proses membantu orang-orang biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakantindakan kolektif (Twelvetrees, 1991:1). Secara akademis, pengembangan masyarakat dikenal sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki
kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial (Suharto, 1997:292).
d. Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah program pembangunan. Bidang tugas pendampingan Peran sebagai pendamping a. Fasilitator Bidan Sebagai Fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan Fasilitas juga diartikan sebagai proses sadar, sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu kelompok sukses meraih tujuan terbaiknya dengan taat pada nilai-nilai dasar partisipasi (PNPM Mandiri,2008). Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah program pembangunan.
b. Mediator Mediasi yaitu Sengketa dalam masyarakat desa sering kali ditemui dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlukan proses mediasi. Proses mediasi menurut Lewis dan Singer (2005) adalah sebuah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang independen yaitu, mediator yang membantu para pihak yang sedang bersengketa untuk mencapai suatu penyelesaian dalam bentuk suatu kesepakatan secara sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang dipersengketakan. c. Bloker d. Pembela Pembela klien ( advokat ). Peran bidan sebagai penasehat telah didefinisikan oleh Kohnke ( 1980 ) adalah kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada seseorang
sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya. Sokongan dapat berupa dorongan secara verbal atau keterlibatan diskusi dengan petugas kesehata lain, instansi atau anggota keluarga dalam melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kebidanan komunitas e. Pelindung