B. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
2. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA Berdasarkan pengetahuan tentang kondisi proyek dan pemahaman terhadap tujuan utama pekerjaan yang akan dilakukan, maka Konsultan akan mengembangkan suatu pendekatan masalah dan metodologi dalam melaksanakan pekerjaan ini secara sistematis dan tepat waktu sesuai ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja. 2.1.
PELAKSANAAN PENGAWASAN MUTU Tujuan adanya pengawasan mutu seperti disinggung terdahulu bahwa harus ada jaminan seluruh persyaratan teknis dalam spesifikasi dapat terlaksana dengan baik. Seluruh persyaratan teknis maupun norma dan peraturan-peraturan lainnya dapat terlaksana
apabila
adanya
suatu
tim
pengendalian
yang
terorganisir dengan baik serta mempunyai pengalaman dan keahlian yang memadai atau professional, secara individu maupun secara tim. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka diperlukan konsep dasar pengawasan. Konsep dasar pengawasan sekurang-kurangnya ada tiga hal yaitu :
Pekerjaan harus tepat mutu
Pekerjaan harus tepat waktu dan
Pekerjaan harus tepat biaya
Ketiga hal tersebut, secara integrasi akan menjadi konsep dasar di dalam
pelayanan
jasa
konsultan
supervisi,
sehingga
akan
mendukung suksesnya proyek. 2.1.1 Pengendalian Mutu Untuk setiap jenis pekerjaan yang menyangkut mutu, Konsultan
akan
selalu
mengawasi
sehingga
seluruh
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
teknik yang tercantum dalam dokumen kontrak. Untuk itu Konsultan akan menerapkan pola manajemen pengendalian mutu sebagaimana dikenal di lingkungan Bina Marga dengan istilah ”Pola 3-2-5”, yang artinya bertahap 3 (tiga), berlingkup 2 (dua) dan berstruktur 5 (lima). Pola tersebut dapat diuraikan lebih jauh sebagai berikut : 1. Tahapan Pengujian : a. Pengujian bahan baku b. Pengujian bahan olahan c. Pengujian bahan jadi 2. Lingkup Pengujian : a. Dimensi b. Kualitas 3. Struktur Pengujian : a. Jenis pemeriksaan b. Metode pemeriksaan c. Frekwensi pemeriksaan d. Spesifikasi e. Toletransi hasil pekerjaan Bagan alir pengendalian mutu seperti terlihat pada Gambar 2.1
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.1 BAGAN ALIR PENGENDALIAN MUTU √ √ √
DESAIN SPESIFIKASI UMUM SPESIFIKASI KHUSUS
REVISI DISAIN GAMBAR KERJA MANUAL PEMERIKSAAN PRA PELAKSANAAN √ √ √ √
REQUEST PELAKSANAAN REQUEST PENGETESAN REQUEST PENGUKURAN VOLUME METODE KONSTRUKSI
PELAKSANAAN KONSTRUKSI/PENGUJIAN/ PENGUKURAN VOLUME PELAKSANAAN
√
EVALUASI PELAKSANAAN KONSTRUKSI WORK ABILITY
√ √
DATA TEST LABORATORIUM SURVEY HASIL PELAKSANAAN
√
PASCA PELAKSANAAN √ √ √
INSPECTION SHEET LAMPIRAN-LAMPIRAN REKOMENDASI-REKOMENDASI
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.1.2 Pengendalian Waktu Seluruh pekerjaan berjalan di dalam sekuen dan mengikuti jadwal waktu yang ditetapkan di dalam program kerja Kontrak. Konsultan akan mengendalikan waktu dengan metode tertentu, sehingga proyek dapat diselesaikan sesuai periode kontrak. Metode pengendalian waktu yang lazim dijalankan yaitu dengan revisi kurva ”S” setelah dilakukan langka-langkah istratif yaitu rapat-rapat pembuktian (Show Couse Meeting). Rapat pembuktian biasanya diikuti dengan crash program yaitu menambahkan jam kerja dan peralatan Penyedia jasa Konstruksi. Hal ini harus ditempuh dengan langkah-langkah yang terencana baik dan efektif serta dapat dipahami dan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi. Bagan Alir pengendalian waktu yang diusulkan Konsultan seperti pada Gambar 2.2.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.2 BAGAN ALIR PENGENDALIAN WAKTU
KONTRAK ASLI
REKAYASA LAPANGAN
METODE : - KUANTITAS/PENGUKURAN - KONSTRUKSI
ANALISA SUMBER DAYA
NETWORK ANALISIS SYSTEM
VALUE ENGINEERING (OPTIMASI)
GAMBAR KERJA
SITE INSTRUCTION / RAPAT HARIAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
EVALUASI PELAKSANAAN
2.1.3 Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dengan cara mengarahkan Penyedia jasa Konstruksi dalam mengoptimalkan hasil kerja dari tenaga kerjanya dan pendayagunaan peralatannya sehingga
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
diperoleh hasil yang optimal dan tepat waktu dengan biaya konstruksi seefesien mungkin atau tidak melebihi dari perkiraan biaya yang tercantum dalam kontrak. Bagan
alir
pengendalian
biaya
yang
diusulkan
yang
dikaitkan dengan progress fisik dan kualitasnya dapat dlihat pada Gambar 2.3. Pengendalian yang biasa dijalankan yaitu dengan seminimal mungkin adanya pekerjaan tambah dan disiplin dalam pelaksanaan metode kerja.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.3 BAGAN ALIR PENGENDALIAN BIAYA
KONTRAK ASLI REKAYASA LAPANGAN
REVIEW & VALUE (OPTIMASI)
METODE : - KUANTITAS / PENGUKURAN - KONSTRUKSI
ANALISA SUMBER DAYA
BIAYA
GAMBAR KERJA
SITE INSTRUCTION RAPAT HARIAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
EVALUASI PELAKSANAAN KONSTRUKSI LAMPIRAN INSPECTION SHEET
INSPECTION SHEET
MONTHLY CERTIFICATE (MC)
EVALUASI BIAYA
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.2
KERANGKA KERJA PEKERJAAN SUPERVISI Kerangka kerja pekerjaan supervisi akan meliputi pengawasan pelaksanaan pekerjaan fisik dalam 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
Tahap persiapan / mobilisasi
Tahap konstruksi
Tahap pemeliharaan / serah terima.
Setiap tahapan dalam konstruksi akan selalu mengacu kepada aspek pengendalian waktu, biaya dan mutu serta evaluasi untuk mendapatkan hasil yang memenuhi persyaratan tepat waktu, tetapi biaya dan tepat mutu. Bagan alir kerangka kerja pekerjaan supervisi secara terperinci dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.4 BAGAN ALIR KERANGKA KERJA KONSULTAN SUPERVISI
EVALUASI - Jadwal Pelaksanaan - Jadwal Alat, Personil, Material - Review Kurva “S”
Ya
Harian, Mingguan, Bulanan Tidak Review Volume Pelaksanaan
– Kajian ulang data teknis & istrasi yang ada – Pemahaman & penyamanan persepsi atas dokumen kontrak – Penjelasan manual sistem dan prosedur kerja pengendalian – Evaluasi rencana kerja kontraktor & metode kerja – Evaluasi rencana mobilisasi alat & Base Camp – Evaluasi rencana mobilisasi personil kontraktor dan Konsultan – Evaluasi rencana pengaturan lalu lintas (traffic manajemen) – Quarry material – Lokasi AMP/Batch Plant – Ijin-ijin dan hubungan dengan Pemda & Masyarakat setempat – Asuransi -
MONITORING VOLUME PEKERJAAN
PENGENDALIAN WAKTU
PRE-CONSTRUCTION MEETING -
Volume Pelaksanaan/Shop Drawing Field Engineer Kuantitas Sistem Pengukuran
Ya
Revisi volume pekerjaan
Tidak - Penolakan Bahan - Perbaikan
PENGENDALIAN WAKTU – – – – –
Tahapan Pengujian Lingkup Pengujian Struktur Pengujian Daftar Material Daftar Pengujian (Pola 3-2-5)
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
MONITORING VOLUME PEKERJAAN
– Pengujian bahan – Metode pelaksanaan – Test hasil pekerjaan
Ya
HASIL PEKERJAAN : - TEPAT WAKTU - TEPAT BIAYA - TEPAT MUTU
2.3
KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT Agar pelayanan jasa konsultan supervisi menghasilkan kinerja yang baik dan dapat berjalan dengan lancar, maka diperlukan adanya koordinasi yang baik dengan instansi terkait khususnya di Bidang Cipta Karya Provinsi, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi, Puslitbang Jalan, Perguruan Tinggi dan Instansi terkait lainnya. Kantor konsultan supervisi akan berkedudukan disekitar proyek, sehingga dalam pelayanan jasa konsultan supervisi secara efektif melaksanakan tugas pengawasan dan konsultasi serta asistensi dengan Pemimpin Kegiatan.
2.4
KESELAMATAN KERJA Pengendalian keselamatan kerja yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan kerja baik terhadap publik (umum) merupakan salah satu sasaran dari Manajemen Konstruksi. Untuk mencapai sasaran, prosedur yang dipakai oleh manajemen konstruksi dari pra pelaksanan sampai akhir pelaksanaan, diperlihatkan
bagan alir pengendalian
keselamatan kerja seperti pada Gambar 2.5. Pada tahap pelaksanaan pekerjaan, diperkirakan akan ada beberapa aktivitas antara lain :
Pemasangan pagar untuk pengaman dan kerapian pekerjaan pada kedua sisi jalan.
Pekerjaan perkerasan jalan
Pembongkaran beton
Pemasangan form work
Pengecoran beton
Pekerjaan tanah, menggali dan mengangkut keluar lokasi pekerjaan lainnya.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.5 BAGAN ALIR PENGENDALIAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
METODE KERJA PELAKSANAAN
GAMBAR KERJA
- REQUEST PELAKSANAAN - REQUEST PENGETESAN - REQUEST PENGUKURAN VOLUME
PEMERIKSAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
EVALUASI PELAKSANAAN
BAHAYA
STOP
PENGAMANAN PASCA PELAKSANAAN
Semua
kegiatan
tersebut
diatas
jelas
menjadi
kendala
bagi
kelancaran dan keselamatan kerja bagi pemakai jalan maupun bagi pekerjaan proyek. Oleh sebab itu penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan sesedikit mungkin akibat buruk yang ditimbulkannya. Untuk mengantisipasi pengurangan lebar jalur efektif, bahu jalan di Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
bagian luar yang sudah diperkeras bisa dipakai sebagai jalur lalu lintas khusus untuk kendaraan penumpang sedan dan jeep atau sejenisnya dan alternatif lain dengan membuat jalur baru dengan memanfaatkan areal yang kosong disekitar lokasi pekerjaan tersebut. Demikian pula mengenai penanganan pembuangan tanah hasil gantian haruslah dengan penanganan yang baik, misalnya Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi proyek. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut diatas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan wawasan lingkungan. Tanah yang dimuat diatas dump truck harus diberi penutup agar tercecer diatas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Didalam pelaksanaan traffic management untuk proyek ini kriteria penangannan dibagi menjadi 2 bagian :
Pelayanan Umum
Keselamatan kerja
2.4.1 Pelayanan Umum Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut : 1. Efektivitas Sistem Informasi Sistem informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai
jalan
memberikan
selama
informasi
pelaksanaan bahwa
yang
akan
tujuannya
ada
proyek
pembangunan Sistem ini dapat diwujudkan dalam 2 media, yaitu : a. Melalui media cetak yang bersifat pengumuman b. Pembagian ”Pamflet” 2. Mengurangi Kemacetan Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan
dengan
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
perambuan
sementara
selama
pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan. 2.4.2 Keselamatan Kerja 1. Disiplin Kerja a. Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus
menerus
dimonitor
dengan
perlengkapan
komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan cepat. b. Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaiaan proyek sesuai jadwal yang telah ditetapkan. 2. Peniadaan Kecelakaan Fatal a. Pembuatan sesuai dengan standar perambuan b. Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sabagai penciptaan kerapian kerja sepanjang daerah (kiri dan kanan) dan diberi lampu-lampu agar mudah terlihatpada malam hari. Kecelakaan lalu lintas adalah aspek negatif dari meningkatnya mobilitas transportasi. Keseimbangan antara mentalitas pengemudi, kemajuan teknologi kendaraan dan penyediaan prasarana lalu lintas merupakan unsur–unsur yang menentukan mobilitas transportasi yang semakin dinamis, cepat dan semakin nyaman sesuai dengan tuntutan keadaan. Ketidakseimbangan dari salah satu unsur tersebut diatas dalam beradaptasi akan menyebabkan kesenjangan yang cenderung kepada terjadinya kecelakaan. Bekerja pada sebuah proyek jalan yang sedang beroperasi pada tahapan perencanaan maupun tahap pelaksanaan menanggung resiko tinggi pada terjadinya kecelakaan yang setiap saat bisa terjadi. Untuk itulah maka diperlukan persyaratan keselamatan kerja pada pelaksanaan proyek yang berbeda pada ruas jalan yang sedang beroperasi.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Dalam pelaksanaan proyek ada beberapa faktor keselamatan yang terkait antara lain : 1. Perambuan Darurat Seperti pada tahap perencanaan, maka perambuan pada tahap pelaksanaan pun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambuan. Rambu-rambu
darurat
yang
diperlukan
pada
tahap
pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya seperti ditunjukkan pada keperluan ”rambu darurat”. Disamping itu diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna crossing ”kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda ”Spot Light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light. 2. Sitem Transportasi Pada Lokasi Proyek
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut : a. Pintu keluar/masuk kendaraan proyek pada dearah kerja ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah crossing sehingga tidak ada konflik. Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan. b. Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi
dengan
penutup
bak
belakang.
Ini
dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
dimuka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal. c. Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian. 3. Atribut pada Tenaga Kerja Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini
bisa
terpenuhi
dengan
pemakaian
baju
rompi
refleksionis warna orange mencolok yang harus selalu dikenakan pada saat melaksanakan tugas. Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi dijalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi kerja. 4. Astek (Asuransi Tenaga kerja) Jaminan perlindungan keselamatan tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan astek. 2.5
PENGENDALIAN LALU LINTAS Berikut ini akan diuraikan beberapa pertimbangan umum dan aktivitas serta upaya yang dilakukan terkait dengan pengendalian lalulintas selama konstruksi. 2.5.1 Umum 1. Pertimbangan Lalu Lintas Data lalulintas adalah informasi utama dalam perencanaan pengaturan lalulintas untuk setiap tahap pelaksanaan
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
konstruksi. Data lal lintas yang dibutuhkan meliputi (paling sedikit) : a. Karateristik lalulintas (arah arus lalulintas) b. Volume lalulintas untuk setiap jenis kendaraan c. Volume lalulintas dipersimpangan (disetiap jalannya) d. Tipe kendaraan yang melewati proyek e. Rute dan jadwal bus kota dan f. Rambu dan marka jalan yang ada 2. Pertimbangan Kondisi jalan yang ada Survei dan studi yang harus dilakukan untuk mengetahui kondisi jalan yang ada secara lebih detail meliputi : a. Lebar tiap lajur b. Klasifikasi dari lajur jalan c. Jumlah lajur d. Lokasi dan ukuran medan 3. Pertimbangan Kondisi Utilitas Umum Jaringan listrik, pipa air bersih dan telepon yang ada saat ini harus terlihat/tercantum dalam gambar rencana baik pada gambar denah maupun profil bangunan. Hal lain yang penting adalah data yang lebih detail tentang tipe, ukuran, jumlah dan elevasi dari jaringan atau kabel harus diteliti bersamasama
dengan
instansi
yang
Berikutnya, selain tentang
terkait
secepat
mungkin.
jaringan listrik, air bersih dan
telepon, informasi tentang sistem air buangan (kotor/limbah) saluran drainase dan fasilitas lain disepanjang jalan yang akan mempengaruhi pelaksanaan konstruksi harus dipelajari dengan seksama. Semua penelitian dan survei tentang utilitas umum termasuk sistem
drainase
dan
fasilitas
lain
yang
mempengaruhi
konstruksi harus dilaksanakan sebelum konstruksi dimulai. 2.5.2 Kriteria Pengaturan Lalu Lintas 1. Tujuan Pengaturan Lalu Lintas Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Adalah tidak mungkin untuk menghilangkan gangguan pelaksanaan konstruksi terhadap pemanfaatan jalan dan penduduk yang tinggi disekitar proyek, untuk pekerjaan yang terletak di daerah lalulintasnya. Oleh karenanya segala usaha harus dilakukan untuk mengurangi
gangguan
terhadap
lalulintas
di
lokasi
pekerjaan. Semua kegiatan konstruksi harus direncanakan dan dijadwalkan secara baik dengan bekerjasama dengan instansi yang berwenang dan instansi lain yang terkait. Semua bangunan sementara, pengaturan lalu lintas dan perlengkapannnya (rambu lalulintas) serta fasilitas untuk keamanan pemakai jalan, termasuk staff dan pekerja Penyedia Jasa Konstruksi didalam areal proyek, harus ada dan peraturan dari Departemen Kimpraswil. 2. Fasilitas untuk Pengaturan Lalu Lintas Dalam
mengadakan
fasilitas
konstruksi/pembangunan,
dengan kata lain, untuk mengatur lalulintas berikut ini peralatan keselamatan dan fasilitas/rambu-rambu yang akan digunakan dan dipasang di lokasi selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung. a. Klasifikasi Peralatan Pengaturan Lalulintas Peralatan berikut, tetapi tidak terbatas hanya ini, yang akan dipergunakan. o Penghubung tetap o Penghubung yang dapat dipindah o Traffic Cones o Rambu-rambu konstruksi (yang bersifat tetap) o Rambu konstruksi yang dapat berpindah-pindah o Rambu-rambu peringatan & marka reflektor o Lampu kedip (flasing light) o Pagar (Fence) o Orang pemegang bendera (pengatur) dan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
o Papan (rambu) petunjuk b. Pemasangan Peralatan Item berikut ini akan diatur berdasarkan peraturan lalulintas yang berlaku : o Lokasi dan batas pemasangan peralatan dan rambu-rambu o Batas transisi untuk pengaturan lalulintas o Jarak antara cones dengan penghalang o Pengaturan/pemasangan pagar. c. Pemasangan Rambu-rambu Darurat Pekerjaan Agar lalulintas lebih teratur, maka perlu dipasang rambu-rambu darurat
pekerjaan dengan jarak-jarak
yang sudah ditetapkan. 3. Penanganan dan Pengaturan Terhadap Jaringan Utilitas yang ada Tiga langkah utama yang akan dilakukan dalam menangani jaringan utilitas yang berada di lokasi proyek adalah : a. Pemindahan Permanen (Tetap) Pemindahan permanen dari jaringan utilitas akan dilakukan
oleh
instansi
yang
bersangkutan
(atau
perumahan seperti PLN, PDAM dan lain-lain) yang memiliki utilitas tersebut. b. Pemindahan Sementara Selama Masa Konstruksi Pemindahan sementara selama masa konstruksi dan dikembalikan ke tempat semula atau ke tempat yang baru setelah konstruksi selesai akan dilakukan oleh instansi (perusahaan) yang memiliki utilitas tersebut. c. Peralatan Pengaman Khusus akan diberikan kepada Jaringan Utilitas Selama Masa Konstruksi Untuk hal ini tidak diperlukan lahan atau tempat khusus untuk relokasi baik untuk sementara maupun menetap, pengaman khusus untuk menghindari kerusakan dari Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
utilitas tesebut akan dilakukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi. Disamping itu, jika sistem drainase yang ada, saluran disisi jalan dan fasilitas drainase lainnya terganggu atau rusak selama masa konstruksi, semua sistem dan fasilitas ini harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa Konstruksi sesuai dengan standard dan kebutuhan pemerintah yang berwenang. 2.5.3 Urutan Pelaksanaan Pengaturan Lalu Lintas Rencana pengaturan lalulintas harus dibuat sesuai dengan tahapan dan program pelaksanaan pembangunan. Pengaturan lalulintas akan meliputi, walaupun tidak terbatas pada hal-hal berikut :
Untuk pelaksanaan pembangunan, lokasi dan areal yang dibutuhkan
seminimum
mungkin
dengan
cara
pemasangan peralatan dan rambu-rambu lalu lintas.
Rencana penempatan peralatan dan rambu lalulintas untuk setiap tahapan konstruksi
Pengalihan lalulintas
Ringkasan tentang rencana pengaturan lalu lintas untuk setiap tahapan konstruksi termasuk klasifikasi (tipe), jumlah dan dimensi dari penghalang, traffic, cones, rambu konstruksi, lampu kedip, marka dan lain-lain.
2.5.4 Penerapan (Pelaksanaan) 1. Rencana Pengaturan Lalulintas Pelaksanaan konstruksi dalam sub koridor ruas jalan yang akan dibangun harus diteliti secara menyeluruh untuk kemudian menyusun rencana pengaturan lalulintas yang dibutuhkan. Rencana pengaturan lalu lintas harus sedemikian rupa sehingga masih layak untuk dilaksanakan dan memberi dampak
yang
baik
terhadap
pengembangan ruas jalan yang ada. Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
lalulintas,
selama
2. Pemberitahuan tentang Rencana Pengaturan Lalulintas Bila rencana pengaturan lalulintas yang meliputi komponen proyek, pembatasan areal untuk setiap tahapan, jalan sementara, alternatif pengalihan, batasan kecepatan dan peralatan pemberitahuan dan peringatan lainnya telah dibuat dan disetujui oleh instansi pemerintah yang berwenang maka rencana tersebut harus diumumkan baik melalui radio, atau media komunikasi lain yang dapat diketahui oleh pemanfaat jalan, penduduk setempat dan pekerja Penyedia jasa Konstruksi. Dengan pengumuman ini, setiap pengendara mobil, pejalan kaki, penduduk disekitarnya dan juga pekerja Penyedia Jasa Konstruksi akan mengetahui dan mengerti tentang rencana
pengaturan
lalu
lintas
ini,
sehingga
akan
(GKPL)
harus
mengurangi gangguan terhadap lalu lintas. 3. Pembentukan Grup Koordinasi Lalulintas Grup
Koordinasi
Pengaturan
lalulintas
memperhatikan tentang strategi
Rencana
Pengaturan
Lalulintas untuk mengurangi gangguan akibat pelaksanaan konstruksi paket dalam proyek ini. GKPL harus dibentuk dari perwakilan instansi-instansi berikut ini : a. DLLAJR b. PEMDA setempat c. Staf SKS Pelaksanaan Fisik Dinas Pekerjaan Umum Provinsi d. Kepolisian e. Konsultan Supervisi dan f. Penyedia Jasa Konstruksi Sebelum pelaksanaan konstruksi, rencana dan faktor utama dalam pengaturan lalu lintas harus didiskusikan dan disetujui oleh GKPL. Selama masa konstruksi GKPL harus mengadakan pertemuan secara berkala atau saat lain yang Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
dianggap penting untuk mendiskusikan dan kesepakatan untuk setiap masalah pengaturan lalu lintas. Jika
GKPL
tidak
dapat
mengambil
keputusan
(kesepakatan), masalah ini harus dibawa ke forum yang lebih tinggi agar pelaksanaan konstruksi dapat berjalan dengan lancar. 4. Pembentukan Grup Koordinasi Utilitas Grup koordinasi utilitas (GKU) harus memperhatikan masalah relokasi yang merupakan hal penting dalam pelaksanaan konstruksi paket proyek ini. GKU harus terdiri dari
wakil-wakil
pemerintah,
wakil
dari
perusahaan
pengelola utilitas (PLN, PDAM, dll) Konsultan Supervisi dan Penyedia Jasa Kosntruksi. Setiap persoalan utilitas harus didiskusikan, disetujui dan diputuskan oleh semua anggota GKU. 5. Kerjasama yang baik antar Bagian yang Terlihat Hal yang harus diperhatikan, berhasil atau tidaknya pengaturan lalu lintas ini tergantung pada kerjasama yang baik antara pengendara, pejalan kaki, penghuni setempat dan pekerja Penyedia Jasa Konstruksi yang akan terkena langsung oleh rencana pengaturan lalu lintas. Rencana pengaturan lalu lintas harus disesuaikan dengan situasi lapangan dari waktu ke waktu pada setiap tahap pelaksanaan
konstruksi.
Perbaikan
dari
Rencana
Pengaturan Lalu Lintas harus disetujui dan disepakati oleh Konsultan dan GKPL. Konsultan Supervisi harus memonitor dan mengontrol secara rutin apakah peralatan pengatur lalu lintas beserta rambu-rambunya benar-benar dilakukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi. 2.6
PENGUASAAN DAERAH KERJA Agar pengendalian proyek menjadi efektif dan efisien, maka team
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
konsultan supervisi harus mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi dalam hal penguasaan daerah kerja dalam berbagai aspek antara lain:
Wilayah istrasi pemerintahan dimana lokasi proyek berada.
Kondisi medan/topografi.
Lokasi quarry, jenis , kualitas an jumlah deposit material yang ada.
Lokasi stone crusher, concrete batching plant, asphalt mixing plant dan pabrikasi material.
Penguasaan
data-data
tersebut
akan
sangat
membantu
dan
memudahkan dalam pengawasan. 2.7
DUKUNGAN KANTOR PUSAT KONSULTAN SUPERVISI Untuk mencapai produk layanan jasa pengawasan teknik yang maksimal, maka konsultan supervisi akan membentuk tim yang solid dan terintegrasi serta didukung oleh team tenaga ahli dari berbagai disiplin keahlian. Kantor pusat konsultan secara terus menerus akan mengawasi tim yang ditugaskan di lapangan dengan menugaskan secara khusus seorang penghubung ( person) yang dapat dihubungi oleh Pemberi Tugas atau pihak terkait lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
penanganan
masalah
khusus,
baik
teknis
maupun
istrasi yang tidak termasuk dalam Kerangka Acuan Kerja, namun hal-hal tersebut perlu ditangani dengan tujuan untuk mensukseskan proyek ini khususnya pada Pekerjaan Pengawasan Teknis Pembangunan Jalan Gorontalo Outer Ring Road (GORR) III. 2.8
PEMAHAMAN DASAR KONSTRUKSI 2.8.1 Staking Out Tujuan Staking Out adalah pengembalian titik-titik (koordinat) dari desain/drawing pada posisi yang sebenarnya di lapangan. Untuk pekerjaan Staking Out alinyemen horizontal jalan, yang perlu diperhatikan dan penting harus dilaksanakan di lapangan
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
adalah :
Pemasangan patok center line dengan interval jarak tertentu (misal 10 m).
Pemasangan patok P I(tiap titik lengkungan).
Pemasangan patok TC, CT (pengembangan dari patok PI).
Pemasangan
patok-patok
yang
berkaitan
dengan
kelengkungan jalan. Kunci
untuk
pematokan
diatas
harus
tersedianya
titik
referenci (bench mark) yang baik dan akurat serta berada pada tempat yang aman. Penentuan titik referensi (bench mark) ialah dengan cara pengikatan (pengukuran polygon) dengan titik referensi yang sudah ada, dengan hasil akhir merupakan angka koordinat. Penempatan titik referensi (bench mark) biasanya di luar ROW atau dekat ROW, untuk menjaga keamanan pada saat dilaksanakan pekerjaan phisik. 1. Staking Out Alinyemen Horizontal a. Peralatan yang digunakan : o Theodolit/Total station o Roll meter o Patok o Alat bantu lainnya b. Alinyemen horizontal lurus Untuk alinyemen horizontal lurus biasanya interval patok center line adalah 20 m. c. Alinyemen horizontal belok / lengkung Untuk alinyemen horizontal belok/lengkung interval patok center line adalah 10 m. 2. Staking Out PI Peralatan yang digunakan seperti staking out alinyemen horizontal. Hasil dari staking out adalah titik PI, ditanam patok permanen, yang nantinya digunakan untuk setting ulang bila titik center yang sudah dipasang hilang, atau Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
pematokan ulang. 3. Staking Out CT, SC dan SS Peralatan yang digunakan seperti staking out alinyemen horizontal. Titik tersebut diatas merupakan titik temu antara garis lurus dengan garis lengkung atau garis lengkung dengan garis lengkung. Untuk titik-titik diatas biasanya juga dikontrol dari titik PI. Hasil survey line dari profil akan diberikan pada gambar rencana. Terutama akan disajikan traverse point dan reference point, informasi pematokan centerline dan informasi elemen lengkungan. 2.8.2 Pemasangan rambu-rambu lalu lintas Dalam rangka traffic manajemen, kegiatan pemasangan rambu-rambu yang dilaksanakan Penyedia Jasa Konstruksi, harus diperiksa dan dipasang sesuai dengan peraturan dan metode yang telah disepakati. Dalam pemasangan rambu dan tanda-tanda lalu lintas ini yang harus diperhatikan adalah :
Jenis dan material termasuk konstruksi rambu harus baik, awet dan lengkap sesuai gambar standar.
Titik lokasi rambu harus sesuai rencana dan petunjuk Konsultan dan tidak boleh dipindahkan atau dirubah tanpa ijin Konsultan, termasuk lampu-lampu putar (rotary lamp).
Seluruh rambu harus terpasang dengan baik selama 24 jam terus menerus (Konsultan harus cepat memberi instruksi, jika ada rambu hilang, dll).
Penempatan dan keberadaan flagmen (orang pemegang bendera
peringatan)
harus
tetap
ada
setiap
saat
terutama pada saat kegiatan berlangsung dan keluar masuk peralatan (Dump Truck, alat berat, dll)
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.8.3 Pekerjaan Perkerasan Jalan Type perkerasan jalan yang digunakan untuk konstruksi pelebaran diasumsikan adalah type perkerasan lentur (flexible pavement) sama dengan konstruksi existing, dengan susunan baku sebagai berikut (dari bawah) :
Subgrade
Sub base course (Agg. B)
Asphalt Treated Base (ATB) atau Base Course dengan Agg. A.
Binder Course.
Wearing Course.
1. Subgrade Preparation: Pekerjaan ini di dahului dengan pembongkaran bahu jalan serta badan jalan yang dibutuhkan untuk pelebaran. Dilanjutkan dengan perataan dan pemadatan subgrade sesuai dengan kepadatan yang disyaratkan. Alat yang digunakan adalah bulldozer, loader, dump truck, motor grader serta compactor. jenis Compactor atau peumatic tyre roller disesuaikan dengan jenis tanahnya. 2. Subbase Course Sehubungan dengan terbatasnya ruang kerja serta untuk lebih homogennya lagi sifat campuran aggregat yang dihasilkan,
pencampuran
aggregat
subbase
dilakukan
sebelum bahan diangkut ke lokasi pekerjaan. Pencampuran aggregat ini dimaksudkan untuk mendapatkan gradasi sesuai yang disyaratkan. Pengangkutan, penghamparan dan pemadatan subbase ini memerlukan peralatan-peralatan : loader, dump truck, motor grader dan vibro compactor. 3. Pekerjaan Aspal Lapisan Asphalt Treated Base, Binder Course dan Wearing Course adalah pekerjaan pengaspalan yang artinya bahan yang digunakan semuanya merupakan aggregat batu pecah Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
yang dicampur aspal dalam keadaan panas (hot mix), dimana pelaksanaan pencampurannya dilakukan di base camp dan bahan diangkut ke lokasi pekerjaan tidak boleh terlalu
jauh
sehingga
penurunan
temperatur
bahan
sebelum dipadatkan masih dalam batas yang diijinkan. jumlah dump truck untuk pengangkutan bahan harus cukup sehingga tidak perlu ada alat yang berhenti saling menunggu antara AMP dengan peralatan penghampar di lokasi pekerjaan. Jumlah dump truck yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus : (WT Tt ) JumlahDumpTruck x 1 60 CT
Dimana : C
= Kapasitas Plant, ton per jam
CT
= Kapasitas Truck, Ton
WT
= Cycle time loading, waiting & dumping (= 25 menit)
Tt
= Waktu tempuh = jarak (km/kecepatan (km/jam) x 1,5
Peralatan penghampar dan pemadatan adalah asphalt finisher, steel tandem roller dan pneumatic tyre roller. Selain itu perlu disediakan power broom dan blower untuk ihkan permukaan yang akan diaspal. Pelaksanaan lapisan
prime/tack
coat
dilakukan
dengan
asphalt
sprayer/distributor. Palaksanaan prime coat dilakukan sebelum
dilaksanakan
pekerjaan
pengaspalan
diatas
subbase (granular subbase) untuk memberikan ikatan denagn lapisan aspal dalam hal ini efek penetrasi sangat diperlukan, sedangkan tack coat disebarkan diatas lapisan aspal sebelum penghamparan aspal diatasnya atau diantara lapisan aspal. Perlu
diperhatikan
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
di
dalam
pekerjaan
pengaspalan
terutama pada lapisan wearing course adalah kerataan permukaan serta kemiringan melintang yang harus sama dengan permukaan aspal lama (lajur yang ada). Pengecekan dengan menggunakan template atau stright edge pada interval tertentu. 4. Pekerjaan Beton Pekerjaan beton adalah pekerjaan yang meliputi :
Seluruh pembuatan struktur beton termasuk tulangan dan struktur komposit.
Penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan dilaksanakan seperti bekisting termasuk juga galian pondasi.
Penyiapan dan pemeliharaan pondasi pemompaan air untuk galian pondasi, pengukuran dan pembersihan lokasi bekas pekerjaan.
Agar diperoleh mutu beton yang seragam untuk suatu elemen konstruksi maka perlu diupayakan sebagai berikut :
Menyamakan masing-masing jenis bahan-bahan yang dipakai.
System dan prosedur dibuat sama.
Menyamakan
campuran
dengan
menggunakan
rancangan campuran (job mix formula) yang sama pula. Pada pelaksanaan pekerjaan beton perlu diperhatikan antara lain : a. Kegiatan awal : o Penelitian Konstruksi,
rencana
kerja
spesifikasi
Penyedia
teknik
yang
Jasa
dipakai,
rancangan campuran (job mix formula) dan gambar kerja. o Toleransi disesuaikan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
yang
diijinkan
dengan
berita
untuk acara
pengukuran rapat
pra
pelaksanaan (pre Construction Meeting). o Cek kalibrasi alat, kesiapan dan bahan. b. Persiapan Pengecoran : o Pengecekan kelurusan dan kerataan permukaan. o Penggalian pada pekerjaan pondasi atau drainase, lokasi, ukuran bentuk dan persiapan permukaan. o Bekisting, perancah (scaffolding), disesuaikan dengan
rencana
pekerjaan
beton
mengenai
kekuatannya. o Pemasangan tulangan, seperti ukuran diameter, panjang ujung,
pembengkakan, jumlah
angkur
batang,
pinggir
tulangan
dan
minimum,
pemotongan serta cara pengikatan dengan kawat, dudukan atau pengatur jarak maupun kebersihan (tidak ada kawat lepas). o Pengecekan kesiapan. o Peralatan tetap di lapangan atau batching plant mengenai
siap
pakai,
kebersihan,
kalibrasi,
kondisi dan kecepatan operasi. o Peralatan bergerak seperti truck mixer, dan dump truck mengenai jumlah dan siap pakai. o Tenaga Kerja. o Perlindungan lokasi terhadap hujan, cuaca panas atau dingin. c. Saat Pengecoran beton : o Kondisi kerja cuaca yaitu siang atau malam, penerangan untuk kerja malam, penutup dan perlindungan apabila hujan. o Alat pengaduk
dimonitor terus hasil produksi
beton dihasilkan. o Mobilitas mengenai: Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
pengiriman
perlu
diperhatikan
-
Waktu minimum, disebabkan truck mixer terlambat di batching plant.
-
Waktu maksimum, mengakibatkan truck mixer antri di lokasi pengecoran.
o Lalu lintas di lokasi pengecoran sendiri harus diatur
sedemikian
rupa,
sehingga
pekerjaan
pengecoran tidak mengalami hambatan. o Pengendalian pengecoran
konsistensi, dengan
pengamatan
pengujian
waktu
slump,
dan
penyesuaian air atau bahan. o Pengecoran beton harus seragam, pengecoran terus menerus, perhatikan jarak ketinggian jatuh jangan sampai terjadi segregasi, tidak ada aliran pasta semen setelah pengecoran. o Pemadatan, harus merata dan menyeluruh. o Penyelesaian pekerjaan, pekerjaan atau
meratakan
permukaan
perapihan
beton
setelah
kerusakan,
seperti
pengecoran. o Jadwal pengujian beton. d. Pemeliharaan beton : o Perlindungan benturan,
terhadap beban
berlebihan
dan
cacat
permukaan. o Pengembalian atau pelepasan bekisting atau scaffolding setelah beton cukup umur (28 hari) dan kuat tekan karateristik beton sudah tercapi, kecuali untuk beton yang menggunakan additive, pelepasan bekisting bisa lebih cepat sesuai spesifikasi bahan additive yang ditambahkan pada adukan beton, pelepasan bekisting atau, o Perawatan
beton,
sampai
umur
28
hari
permukaan beton diusahakan senantiasa basah Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
atau lembab. e. Pengujian beton : o Pengujian kekuatan tekan beton. o Pengujian beton setelah jadi konstruksi misal pengeboran (core drill). o Hammer Test (penekanan dengan palu/rebound deflection). f. Catatan dan Pelaporan : o Catatan mengenai bahan, perhitungan campuran, pengadukan pengecoran dan perawatan. o Laporan, mengenai laporan harian, buku harian, didokumentasikan. Sama seperti pekerjaan yang lain pekerjaan beton juga mengikuti prosedur yang sudah ditentukan, yaitu :
Penyedia
Jasa
konstruksi
mengajukan
request
pekerjaan 24 jam sebelum pekerjaan dimulai.
Selama waktu tersebut konsultan pengawas teknik mengevaluasi semua kesiapan istrasi teknik. Konsultan kepada
pengawas
pemberi
tugas
teknik untuk
merekomendasikan dapat
dimulainya
pelaksanaan pekerjaan atau belum bisa dilaksanakan pekerjaan tersebut.
Setelah pekerjaan selesai request pekerjaan ditutup dengan verifikasi pekerjaan beton.
Bagan Alir pelaksanaan pekerjaan beton diperlihatkan pada Gambar 2.8.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.8 BAGAN ALIR PEKERJAAN BETON
START
RANCANGAN CAMPURAN (JOB MIX FORMULA)
SIAPKAN GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING) RANCANGAN CAMPURAN (JOB MIX FORMULA) SIAPKAN PERALATAN DAN ALAT-ALAT BANTU
KONTRAKTOR MENGAJUKAN (REQUEST)UNTUK PEKERJAAN BETON (PENGECORAN)
BANDINGKAN
KONTRAKTOR PENGAWAS TEKNIK MEMERIKSA KESIAPAN KONTRAKTOR & KESIAPAN LAPANGAN
TIDAK OK ? YA
DICATAT DAN DISIMPAN MASUKKAN KESISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE) UNTUK DATA PENDUKUNG (BACKUP) MC
PERBAIKI
LAKUKAN PEKERJAAN DILAPANGAN DENGAN DIAWASI KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK
LAKUKAN PROSES PENGUJIAN BAHAN JADI DAN BAHAN OLAHAN
TIDAK DITERIMA ? YA MASUKKAN KE SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE)
VERIFIKASI
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
5. Kontrol Kualitas (Quality Control) Semua material bahan konstruksi harus dilakukan kontrol kualitas. Kontrol kualitas dilaksanakan sebagai berikut : a. Uji raw material alam, yaitu material bahan yang dipakai sebagai bahan konstruksi seperti : batu, aggregat halus, aggregat kasar dan lain-lain. b. Terdiri dari : o Uji Bahan campuran, yaitu material kontruksi yang berupa campuran dua atau lebih material sehingga
dalam campuran
itu
didapat sifat
karateristik yang disyaratkan spesifikasi seperti hot mix, beton dan lain-lain. o Uji
material/bahan
campuran
yang
terpasang/dihamparkan, seperti uji kepadatan pada tanah, hot mix (density) dan beton (kuat tekan). o Uji material/bahan produk jadi buatan pabrik. Kontrol
kualitas
bahan/material
secara
rinci
dan
komprehensif diajukan dalam bentuk matriks, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1. Pengujian untuk material/bahan utama idealnya harus ada fasilitas laboratorium di proyek yang memadai, sedangkan untuk menjadi/bahan yang sifatnya minor atau khusus dapat diujikan di laboratorium independent yang ada
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Tabel 2.1. Kontrol
Kualitas
Bahan/Material
Utama
dilaksanakan sbb :
No. 1.
Kelompok Material Raw Material
Jenis Bahan yang Diuji Tanah
Aggregate Halus/kasar
Macam Pengujian Index Properties : – Analisa butir – Plastisitas index – Sp. Gravity – Kepadatan Lab. – CBR Lab. – – –
2.
Bahan Campuran
Hot Mix
– – – – – –
Beton
3.
Material/bahan campuran terpasang
Timbunan tanah, sub grade, sub base
– – – –
Material dari cutting/borrow area dan subgrade
Abrasi (Los Angeles) Keawetan (terhadap Na2SO4) Lain-lain s.d.a (Vide : uji tanah) Marshall test Ekstraksi aspal Gradasi ekstraksi Suhu Bulk density
Material dari Quarry
Dilaksanakan pada pembuatan job mix. design dan Rutine Control. aggregat
Kuat tekan Kuat lentur Slump Poriudara (apabila perlu)
Kepadatan dibandingkan (kepadatan sand cone
Catatan
lapangan dengan laboratorium);
Dilaksanakan pada pembuatan job mix. Design dan Rutine Control.
Perlu dilakukan proof rolling
Beton
4.
Material/bahan produk jadi buatan pabrik
Tiang pancang beton
– – –
Kuat tekan Kuat lentur Hammer test
Perlu dicheck print out campuran dari batching plant sudah sesuaikan dengan job mix formula
– –
Kuat tekan (beton) Bending moment (contoh acak)
Untuk produk pabrik dapat dilakukan beberapa kendali mutu yaitu : 1. Uji material bahan menyusun (bila mungkin) 2. Uji produk jadi. 3. Mill certificate/inpection sertificate.
– –
Kuat tekan (beton) Uji pembebanan (contoh acak)
Disertai Mill sertificate
– –
Tarik Bending
Disertai Mill sertificate
Pipa Beton
Baja Tulangan
Aspal
Wire Strand Portland Cement
Ductility, solubility CC14, flash point, penetrasi, kadar lilin dan lain-lain
Catat pabrik pembuat dan suplier bahan.
- Tarik
Disertai Mill sertificate
- Kehalusan (F.M)
Disertai Mill sertificate
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
- Berat Jenis
Frekuensi/kuantitas pengujian (routine control) bahan utama
dilaksanakan
sesuai
spesifikasi
atau
setidak-
tidaknya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini : Tabel 2.2. Frekuensi/Kuantitas Pengujian
Kelompok Material
No. 1.
Beton
Jenis Bahan yang Diuji Uji kuat tekan/uji lentur, slump
Macam Pengujian
kuat
Setiap 100 m3, 8 pasang contoh pengujian untuk 7 dan 28 hari atau ± truck mixer 1 contoh. Slump setiap truck mixer Tambahan pengujian dilaksanakan sesuai keperluan
– – –
2
Hot Mix - Wearing Course - Binder Course - ATB
2.9
1 set pengujian - Kepadatan lab. - Ekstraksi - Gradasi - Marshall
–
Setiap produksi harian, sesuai jenis bahan, dan atau setiap 250 ton produksi 1 set pengujian
Pengujian - Kepadatan dan ketebalan - Ekstraksi, gradasi
– –
Setiap jarak 200 m Bila perlu (dari test pit)
PENGAWASAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI 2.9.1 Tahap Persiapan 1. Rapat Pra Pelaksanaan Rapat pra pelaksanaan (Pre Construction Meeting) adalah rapat/pertemuan
awal
yang
diadakan
oleh
prakarsa/undangan dari Pemberi Tugas yang dihadiri oleh Konsultan Pengawas Teknik dan Penyedia Jasa Konstruksi. Hal ini diperlukan untuk menyamakan pengertian/bahasa atau
pemahaman
spesifikasi
teknik
mengenai yang
dokumen
dipakai
dalam
kontrak
dan
pelaksanaan
pekerjaan. Konsultan supervisi akan memberikan masukan-masukan di dalam pemahaman isi dari seluruh Dokumen Kontrak, dan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
merumuskan pokok-pokok bahasan dalam rapat tersebut. Pokok-pokok penting yang perlu dibahas :
Pemahaman
dan
Penyamanan
interprestasi
atas
dokumen kontrak
Jadwal pelaksanaan
Mobilisasi
Pemasangan Peralatan konstruksi (installation)
Tata cara pengukuran volume pekerjaan (opname)
Lintas koordinasi dan komunikasi.
a. Pemahaman
dan
Penyamanan
Interprestasi
atas
dokumen kontrak Dalam hal ini harus disamakan interprestasi terhadap dokumen kontrak antara Pemberi Tugas, Konsultan dan Penyedia Jasa Konstruksi menyangkut : o Pekerjaan tambah/kurang o Terminasi/for defeiture o Asuransi, dll b. Jadwal pelaksanaan Pada waktu pembahasan jadwal pelaksanaan sebagai Pemberi Tugas beserta Konsultan pengawas teknik haruslah betul-betul memahami jadwal kerja Penyedia Jasa Konstruksi, dengan titik berat masalah pada: o Skala
prioritas
yang
ada
pada
schedule
pelaksanaan. -
Pekerjaan major (utama)
-
Sumber
daya
(manusia,
peralatan
dan
material) o Detour untuk pekerjaan : -
Jalan
o Waktu pelaksanaan dibuat seefisien mungkin mengikuti jaringan rencana kerja (net work planning). Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
o rencana dan metode kerja. c. Mobilisasi Untuk pekerjaan mobilisasi titik berat masalah pada o Survai sumber material (quarry), meliputi : -
Banyaknya material, yaitu mengenai jumlah dan jarak ke lokasi.
-
Kualitas material, yaitu mengenai pengujian atau pengetesan material yang akan dipakai.
o Penetapan base camp untuk lokasi : -
AMP (Asphalt Mixing Plant)
-
Stone Crusher
-
Batching Plant
-
Laboratorium kantor (office) Penyedia Jasa Konstruksi, konsultan pengawas teknik dan pemberi tugas.
o Pengukuran ulang (field engineering/rekayasa lapangan). o Pematokan lapangan (setting cut), pekerjaan ini perlu dibahas dan ditetapkan bersama karena hasil dari penentuan profil-profil melintang yang didapat merupakan/dasar perhitungan kuantitas selanjutnya. d. Pemasangan Peralatan Konstruksi (installation) Pemasangan alat atau peralatan konstruksi sangat mempengaruhi keberhasilan pekerjaan, pada proyek. sehingga perlu pembahasan pada rapat awal, dimana Peyedia Jasa Konstruksi akan mengajukan peralatan konstruksi (sesuai dalam penawaran), selama masa konstruksi selalu siap/tersedia di lapangan dan tidak boleh
dipindah
ke
tempat/proyek
lain.
Apabila
mendapat penggantian peralatan konstruksi harus ada persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas. Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
e. Tata cara pengukuran volume pekerjaan (opname) Tata
cara
pengukuran
volume
pekerjaan,
perlu
disepakati terlebih dahulu antara, Pemberi Tugas, Konsultan
pengawas
teknik
Konstruksi
sehingga
dalam
dan
Penyedia
penentuan
Jasa
kemajuan
pekerjaan tidak terjadi salah pengertian meliputi antara lain : o Cara atau metoda perhitungan volume. o Batasan daerah pekerjaan (Construksi limit). o Dasar pembayaran termasuk satuan pembayaran. Hasil kesepakatan rapat dicatat serta dibuatkan Berita Acara serta ditanda tangani bersama ketiga unsur : pemberi
tugas,
konsultan
pengawas
teknik
dan
Penyedia Jasa Konstruksi. f. Lintas koordinasi dan komunikasi. Pemberi tugas, konsultan dan Penyedia Jasa Konstruksi bersama-sama menetapkan perangkat komunikasi yang digunakan, pusat informasi/komunikasi, operator yang bertanggung jawab ada perintahnya. 2. Mobilisasi Konsultan Konsultan akan segera melakukan mobilisasi personilnya sesuai dengan jadwal segera setelah menerima Surat Perintah Kerja dari Pemberi Tugas. Semua tenaga inti yang dimobilisasi akan dibekali bahan rujukan berupa formulirformulir pengawasan beserta manual pengawasan yang umum digunakan di lingkungan proyek termasuk disini adalah penetapan struktur organisasi konsultan. 3. Mobilisasi Penyedia Jasa Konstruksi Pekerjaan mobilisasi Penyedia Jasa Konstruksi dapat dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu mobilisasi awal dan mobilisasi personil, alat dan material secara keseluruhan, termasuk penetapan struktur organisasi Penyedia Jasa Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Konstruksi. Mobilisasi awal adalah suatu tahap dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi yang paling awal untuk mempersiapkan semua sumber daya baik manusia, peralatan maupun bahan. Dalam tahap pelaksanaan kegiatan selanjutnya semua sumber daya tersebut harus siap dioperasikan untuk memperlancar tahapan konstruksi selanjutnya, sehingga tercapai suatu mutu, waktu dan kuantitas sesuai yang diharapkan. Proses kegiatan mobilisasi dalam suatu proyek dapat diuraikan dalam 2 bagian , yaitu :
Mobilisasi awal untuk pelayanan pengendalian mutu proyek.
Mobilisasi
keseluruhan
(personil,
peralatan
dan
bahan). a. Mobilisasi Awal Mobilisasi awal adalah mobilisasi personil inti untuk mempersiapkan : o Pengkajian ulang terhadap desain. o Pengukuran awal. o Mempersiapkan program detail dan gambar kerja yang akan dilaksanakan pada masa konstruksi. o Mempersiapkan peralatan konstruksi untuk siap menjalani uji coba dan running well. b. Mobilisasi Keseluruhan Pada periode mobilisasi ini personil, alat dan material, semua pekerjaan yang berhubungan dengan cakupan pekerjaan mobilisasi telah selesai semuanya. Dalam kaitan ini, Konsultan akan memeriksa dan menyetujui daftar material, peralatan yang akan didatangkan,
fasilitas
base
camp
dan
lokasi
penempatan peralatan, menyiapkan titik data survei, Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
mengecek pemasangan patok center line dan review design. 4. Program Kerja Penyusunan program kerja adalah suatu proses dimana Penyedia Jasa
Konstruksi
harus menguraikan jadwal
(schedule) kerja menjadi bagian-bagian, antara lain : Jaringan rencana kerja (net work planning), menjadi :
Jadwal tenaga kerja (Man Power Schedule).
Jadwal peralatan (Equipment Schedule).
Jadwal material (material Schedule)
Pengalokasian dana (Cash Flow).
Jadwal pelaksanaan kerja.
Kesemuanya itu dilengkapi dengan uraian dan penjelasan metoda kerja, atau prosentasi kemajuan pekerjaan. Penyusunan program kerja dibuat untuk mempermudah pengelolaan proyek dengan suatu system yang teratur dan memberikan system informasi manajemen ( Manajemen Informasi Sistem/MIS), secara jelas dan tepat guna.
Untuk
setiap
Konstruksi
minggu,
dapat
sehingga
menyiapkan
Penyedia
dana,
Jasa
kebutuhan
material, kebutuhan peralatan dan kebutuhan tenaga setiap minggu.
Program ini harus diperbaharui (up date) setiap minggu sesuai kenyataan lapangan.
Program ini berkaitan erat dengan metode lintasan kritis ( Critical Path Method/M ).
Jenis pekerjaan/kegiatan apa saja yang berada pada garis lintas kritis diprioritas untuk dikerjakan, karena ketinggalan 1 hari saja, secara keseluruhan proyek ketinggalan 1 hari.
Penanganan/jalan
keluar
yang
dilakukan
melaksanakan kerja ekstra atau lembur pada lintasan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
kritis. Dalam
kaitan
ini,
Konsultan
akan
memeriksa
program/jadwal kerja yang diajukan oleh Penyedia jasa Konstruksi. Dan akan meninjau program kerja ini dari berbagai aspek, seperti misalnya apakah pekerjaan dapat atau
tidak
dilaksanakan
secara
efektif dan
apakah
pekerjaan ini dapat dilaksanakan dalam waktu dan biaya seperti tercantum dalam kontrak, dan lain-lain. Jadwal kerja ini akan disesuaikan dengan ketersediaan alat, sumber daya manusia/tenaga dan material yang dapat dimobilisasikan oleh Penyedia Jasa Konstruksi. Bagan Alir penyusunan program kerja dapat dilihat pada Gambar 2.9
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.9 BAGAN ALIR PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
START
UP DATING
KONTRAKTOR MENGAJUKAN RENCANA KERJANYA KEPADA KONSULTAN PENGAWAS DAN PIMPRO
BUAT JARINGAN RENCANA KERJA (NET WORK PLANNING)
METODE KERJA
CATAT SEMUA PERUBAHAN DAN AKIBATNYA TERHADAP PERUBAHAN BIAYA
DIAGRAM BATANG (BAR CHART)
JADWAL KERJA (WORK SCHEDULE)
MATERIAL SCHEDULE
MANNING SCHEDULE
EQUIPMENT SCHEDULE
STORE DATA
PRGRESS REPORT
YA ADA PERUBAHAN ? TIDAK LANJUTKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
PROGRESS REPORT
DATA PROGRAM LAPANGAN – SCHEDULE MAT. – SCHEDULE MANNING – SCHEDULE EQUIPMENT – SCHEDULE CASH FLOW
LAKSANAKAN PEKERJAAN LAPANGAN
REVISI PROGRAM
A PENGALOKASIAN DANA (CASH FLOW)
SIMPAN DATA DI SISTEM DOKUMEN ARSIP (FILE)
TAGIHAN MONTHLY CERTIFICATE
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
PROGRESS REPORT
A
5. Sumber Material (Quarry) dan Pengujian Awal a. Sumber Material (Quarry) Sumber material (Quarry) adalah suatu lokasi bahan mentah
di
lapangan
yang
dipergunakan
sebagai
material pembangunan suatu proyek. Bahan mentah dapat berupa : o Batu, batu kali atau gunung. o Tanah o Air o Pasir Dengan ditentukannya sumber material (Quarry) pada suatu lokasi tertentu, mempermudah : o Dalam pelaksanaan pekerjaan, efesien waktu dan biaya. o Mempermudah pemeriksaan material harian atau periodik. o Perkiraan volume material. Yang
perlu
diperhatikan
dalam
penentuan
lokasi
sumber material (quarry), antara lain : o Bahan mentah cukup banyak. o Jauh dari pemukiman, untuk menghindari polusi udara dan suara. o Jarak angkut dekat dengan base camp. o Ada jalan atau jalan sementara yang cukup baik. o Sosialisasi ijin penambangan. o Ijin penambangan dan pemakaian bahan peledak. b. Pengujian Awal Pengujian awal adalah suatu kegiatan pengujian awal bahan mentah hasil alam sebelum dipergunakan sebagai material untuk pembangunan suatu proyek. Hal ini diperlukan agar supaya material yang akan diperguanakan nanti dapat dipertanggung jawabkan, Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
mengenai : kekerasan, keawetan, kebersihan dan lainlain
sesuai
syarat-syarat
yang
tercantum
dalam
spesifikasi teknik. Pengetesan atau pengujian awal yang dilakukan pada lokasi sumber material (quarry), yaitu antara lain : o Batuan
atau
aggregat;
pengetesan
atau
kekuatan/keausan dengan mesin Los Angeles. o Tanah, pengetesan untuk mengetahui klasifikasi tanah
sehingga
diketahui
sepintas
sifat-sifat
tanah. o Air
adalah
air
yang
bersih
dari
kotoran
organik/kandungan lumpur dan sebagainya. o Pasir, bersih dari kotoran lempung bahan organik dan pemeriksaan gradasi. Konsultan
akan
mengevaluasi
alternatif
sumber
material yang diajukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dengan
mengestimasi
pengambilan
sample
kuantitas untuk
yang
dilakukan
ada
dan
pengujian-
pengujian. Dari hasil-hasil pengujian tersebut Konsultan akan
memberikan
rekomendasi
untuk
pemakaian
material atau tidak dari sumber material tersebut. Bagan alir pengajuan sumber material dan pengujian awal diperlihatkan pada Gambar 2.10.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.10 BAGAN ALIR PENGAJUAN SUMBER MATERIAL (QUARRY)DAN PENGUJIAN AWAL START
\
KONTRAKTOR SIAPKAN GAMBAR MENGAJUKAN KERJA (SHOP BEBERAPA DRAWING) CALON RANCANGAN SUMBER MATERIAL CAMPURAN (QUARRY) (JOB YANG MIX SIAP FORMULA) DIUJI SIAPKAN BAGI MATERIAL PERALATAN TERTENTU DAN ALAT-ALAT BANTU
DILAKUKAN PENGAMBILAN MATERIAL SESUAI DENGAN TATA CARA PENGAMBILAN SAMPLING (LIHAT MANUAL PEMERIKSAAN BAHAN JALAN NO. 01/MN/BM/1976)
CARI CALON SUMBER MATERIAL (QUARRY) LAIN
TIAP MATERIAL DITEST DISAKSIKAN OLEH KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK SESUAI PROSEDUR DAN HASILNYA DILAPORKAN KEPADA PIMPRO
TIDAK
SESUAI SPESIFIKASI TEKNIS YA KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK MEMBERIKAN REKOMENDASI UNTUK REKAMAN MATERIAL DARI QUARRY YANG TERPILIH SUMBER MATERIAL (QUARRY) TIDAK HARUS SEBUAH SAJA
DATA MATERIAL YANG TERPILIH DISIMPAN DALAM SISTEM ARSIP (FILE) DAN MENJADI ACUAN BAGI TESTING BAHAN OLAHAN
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
SERTIFIKASI PEMAKAIAN MATERIAL YANG BOLEH DIPAKAI PADA PROYEK
6. Base Camp dan Fasilitasnya Base Camp, adalah suatu lokasi tertentu di lapangan yang merupakan
tempat
semua
kegiatan,
penunjang
pelaksanaan proyek lapangan, sedangkan fasilitas base camp, adalah semua fasilitas yang menunjang pelaksanaan pekerjaan fisik dan istrasi sesuai dengan syaratsyarat dan spesifikasi teknik yang berlaku. Base Camp dan fasilitasnya, bertujuan untuk :
Untuk memudahkan koordinasi antara semua instansi terkait di lapangan.
Untuk
mempermudah
monitoring
kemajuan
pelaksanaan suatu proyek.
Sebagai tempat tinggal kantor, laboratorium lapangan dan lain-lain.
Supaya maksud dan tujuan dari base camp dan fasilitasnya dapat optimal menunjang pelaksanaan proyek, maka : Pada saat Penyedia Jasa Konstruksi, mengajukan gambar denah base camp Penyedia Jasa Konstruksi diminta, supaya:
Lokasi dekat dengan proyek.
Kegiatan istrasi instansi terkait di lapangan berada dalam satu lokasi base camp.
Jalan keluar base camp cukup baik.
Keamanan lingkungan terjamin.
Agak jauh permukiman polusi udara dan suara.
Memiliki
tingkat
kesejukan
ruang
kerja
yang
memadai. Konsultan akan memeriksa gambar denah base camp yang diajukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan mengecek langsung ke lokasi, kemudian dievaluasi sesuai yang diminta dalam Dokumen Kontrak. Dari
hasil
evaluasi,
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Konsultan
akan
memberikan
rekomendasi terhadap pemakaian base camp tersebut. Bagan Alir mengenai penyiapan base camp dan fasilitasnya diperlihatkan pada Gambar 2.11.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.11 BAGAN ALIR PENYIAPAN BASE CAMP DAN FASILITASNYA
START
KONTRAKTOR SIAPKAN GAMBAR MENGAJUKAN KERJA (SHOP BEBERAPA DRAWING) CALON RANCANGAN SUMBER MATERIAL CAMPURAN (QUARRY) (JOB YANG MIX SIAP FORMULA) DIUJI SIAPKAN BAGI MATERIAL PERALATAN TERTENTU DAN ALAT-ALAT BANTU
DILAKUKAN PENGAMBILAN MATERIAL SESUAI DENGAN TATA CARA PENGAMBILAN SAMPLING (LIHAT MANUAL PEMERIKSAAN BAHAN JALAN NO. 01/MN/BM/1976)
CARI CALON SUMBER MATERIAL (QUARRY) LAIN
TIDAK DISETUJUI
YA DIRENCANAKAN GAMBAR DENAH KANTOR PROYEK YANG BERISI RUANG KERJA KONTRAKTOR & STAFNYA, RUANG RAPAT LAPANGAN, LABORATORIUM, MATERIAL ON SITE, STONE CRUSHER, ASPHALT & CONCRETE MIXING PLANT, TRUCK SCALE, SATPAM, RUANG PIMPRO & STAFNYA, RUANG KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK DAN STAFNYA
REKOMENDASI KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK
KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK MEMBERIKAN REKOMENDASI TERHADAP BASE CAMP
DIPAKAI UNTUK BASE CAMP RESMI KONTRAKTOR
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.9.2 Tahap Konstruksi 1. Pemeriksaan Gambar Kerja (Shop Drawing) Gambar kerja (Shop Drawing) adalah yang dibuat oleh Penyedia
Jasa
Konstruksi
diperiksa
oleh
Konsultan
Pengawas Teknik, persetujuan oleh Pemberi Tugas untuk dilaksanakan di lapangan pembuatannya merujuk kepada gambar perencanaan. Dalam pembuatan gambar kerja (shop drawing) Penyedia Jasa Konstruksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Ukuran dan standar kertas yang dipakai harus sama. b. Ukuran ketebalan garis alat gambar disesuaikan dengan gambar yang dibuat. c. Penomoran gambar kerja (Shop Drawing harus teratur dan berurutan). d. Tampilan gambar kerja (Shop Drawing) antara lain : o Lokasi dan jenis pekerjaan harus jelas tercantum. o Ukuran konstruksi harus jelas dan ternotasi baik. o Material, jenis dan mutu bahan yang dipakai dicantumkan sedetail mungkin. Konsultan akan memeriksa secara cermat dan teliti terhadap semua gambar kerja (Shop Drawing) yang diajukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan memberikan koreksi-koreksi seperlunya sampai dapat diterima dan disetujui baik oleh Konsultan maupun Pemberi Tugas. 2. Pengecekan Data Survey Perlu diadakannya pengecekan ulang titik survey yang berupa Bench Marks dan titik kontrol yang dibuat pada waktu perencanaan teknik yang dilakukan konsultan bersama-sama
Penyedia
Jasa
Konstruksi`
untuk
mendapatkan
ketepatan
dan
kebenaran
dalam
pelaksanaan. Apabila ada data yang tidak sesuai dengan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
keadaan
lapangan
yang
sebenarnya
konsultan
bisa
membantu Penyedia Jasa Konstruksi untuk menyelesaikan setiap
perubahan
dari
perencanaan
secara
tuntas,
termasuk gambar-gambar rencana dan spesifikasinya. 3. Pengujian Bahan Pengujian bahan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) macam yaitu pengujian bahan olahan dan bahan jadi. Yang dimaksud pengujian bahan olahan dan bahan jadi adalah pengujian terhadap : a. Bahan olahan, yaitu bahan campuran dari beberapa bahan hasil alam dengan hasil produksi pabrik untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan konstruksi jalan. o Bahan Olahan untuk pekerjaan beton antara lain : -
-
Berasal dari hasil alam
Pasir
Batu pecah atau aggregat dan
Air
Produksi pabrik
Semen
o Bahan olahan untuk pekerjaan aspal antara lain : -
-
Berasal dari hasil alam
Batu pecah atau aggregat
Abu batu
Pasir
Produksi pabrik
Aspal
b. Bahan jadi yaitu bahan hasil olahan tersebut setelah jadi suatu konstruksi dilapangan. Bahan jadi tersebut di lapangan dapat berupa: o Beton untuk konstruksi jembatan atau perkerasan kaku (rigid pavement). o Hot mix sebagai konstruksi jalan atau perkerasan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
elastis (flexible pavement). Maksud dilakukannya pengujian bahan adalah :
Untuk mencapai keseragaman mutu hasil pekerjaan di proyek.
Hasil pekerjaan tepat mutu sesuai dengan yang disyaratkan atau yang dikehendaki spesifikasi.
Mengefisiensikan waktu pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena kesalahan-kesalahan akibat mutu bahan yang tidak sesuai dapat dihindari.
Semua material yang dipakai harus memenuhi spesifikasi teknik yang berlaku seperti : a. Bahan asal alam : o Pasir, bersih dan bebas kotoran organic (AASHTO T-21-74) (ASTMC40-66T). o Batu pecah/aggregat : -
Bergradasi baik.
-
Mempunyai sudut pecah permukaan.
-
Bersih
-
Keras, dengan pengujian mesin Los Angeles (AASHTO T-96-74)(ASTM C131-55).
o Air tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. PH antara (4,5 – 8,5) (AASHTO T-26-70). b. Bahan hasil produksi pabrik : o Semen -
Type yang dipakai sesuai jenis pekerjaan.
-
Cara penyimpanan.
-
Bebas
dari
pengaruh
udara,
hujan
dan
sebagainya. o Aspal -
Penetrasi yang benar (AASHTO T-49-68)
-
Titik nyala yang benar (AASHTO T-48-74) (ASTM D-92-52).
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
-
Dutulity yang baik (AASHTO T-53-74) (ASTM D36-70).
-
Tidak berair
-
Tidak mengalami kontaminasi.
c. Pencampuran atau pengolahan : o Perbandingan
yang
benar,
sesuai
rancangan
campuran (job mix formula) yang sudah disetujui bersama. o Temperatur yang tepat untuk pekerjaan aspal. o Peralatan pencampuran (AMP/batching plant) berjalan baik. o Pengujian/pemeriksaan slump beton di lapangan dan batching plant untuk pekerjaan beton. o Pengujian extraksi dan marshall test untuk pekerjaan aspal. d. Bahan jadi : o Pemeliharaan : -
Pada masa pemeliharaan (curring time).
-
Sampai umur rencana
o Pengujian kuat tekan beton, sesuai syarat-syarat dan spesifikasi teknik (ASTM C-39-72). o Pemeriksaan
kepadatan
lapangan
dan
laboratorium dengan melakukan core drill setelah 12 jam penghamparan, sesuai syarat-syarat dan spesifikasi teknik untuk pekerjaan aspal. Konsultan Pengawas akan mengecek kesiapan Penyedia jasa Konstruksi mengenai : peralatan test, material baik jumlahnya dan jenisnya serta sumbernya, kemudian Konsultan pengujian,
Pengawas tergantung
akan dari
menyetujui
atau
kelengkapan
menolak
yang
sudah
dipenuhi oleh Penyedia jasa Konstruksi. bagan alir mengenai pengujian bahan dapat dilihat pada Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.12. Gambar 2.12 BAGAN ALIR PENGUJIAN BAHAN OLAHAN DAN BAHAN JADI
START
CONTOH MATERIAL DARI SUMBER MATERIAL (QUARRY)
DESAIN CAMPURAN (JOB MIX DESIGN) DAN HASIL PENGUJIAN UNTUK DIJADIKAN ACUAN
PENGUJIAN MATERIAL DARI STOCK MATERIAL
PENGAMBILAN CONTOH & PENGUJIAN MATERIAL BAHAN OLAHAN DAN BAHAN JADI
TIDAK
TIDAK TIDAK ?
YA DISIMPAN DI SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE)
DITOLAK/REJECTED/ DIBONGKAR
DIPERBAIKI
REQUEST DAN PELAKSANAAN SESUATU PEKERJAAN SESUAI DESAIN CAMPURAN (JOB MIX DESIGN)
DICATAT DAN DISIMPAN DIARSIP (FILE) UNTUK DATA PENDUKUNG (BACK-UP) DATA MC
VERIFIKASI
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
4. Material di Lapangan (Material On Site) Material di lapangan (material on site) adalah material atau bahan yang akan dipergunakan sebagai bahan konstruksi yang ada di lapangan dan sudah disetujui pemberi tugas untuk dipakai sebagai bahan konstruksi, contohnya :
Semen
Besi Tulangan
Baja bangunan(profit)
Aspal
Aggregat/batu pecah
Maksud penyiapan material di lapangan adalah :
Mempercepat pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi atau efisien waktu.
Mempermudah pengawasan kendali mutu bahan.
Persiapan stok material bahan mentah Penyedia Jasa Konstruksi untuk jangka panjang.
Semua bahan yang digolongkan sebagai material di lapangan (material on site) dapat ditagihkan dalam sertifikat bulanan, maka penyimpanan material tersebut akan dicek oleh Konsultan Pengawas Teknik dan disetujui oleh Pemberi Tugas mengenai :
Keamanannya material di lapangan (material on site), lokasi diberi pagar keliling dekat pos keamanan (satpam).
Rapih, material disusun menurut ukurannya seperti beton, semen diberi sekat-sekat dan disusun menurut tanggal kedatangan.
Terjaga mutunya, mutu material tidak terpengaruh dengan kelembaban udara seperti semen tidak boleh langsung diatas lantai diberi matras yang berongga
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
sehingga memudahkan fork lift masuk.
Tempat
penyimpanan
harus
tertutup
untuk
menghindari pengaruh cuaca, seperti hujan dan panas matahari terutama untuk material semen dan besi beton.
Penumpukan pembatas
material
sesuai
seperti
ukuran
aggregat
material
supaya
diberi tidak
tercampur satu sama lain.
Perhitungan dan pencacatan volume saat kedatangan yang ditolak atau yang tidak bisa dipakai lagi ditempatkan terpisah.
Penumpukan besi tulangan harus dihindari dari tergenang air, oksidasi, minyak dan kotoran lainnya.
Konsultan Pengawas akan mengecek kesiapan Penyedia Jasa Konstruksi mengenai : kebenaran dari material yang dikirim, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi teknik. Kalau tidak maka material tersebut akan ditolak dan sebaliknya apabila sudah sesuai maka Konsultan Pengawas akan merekomendasikan untuk diterima. 5. Pemeriksaan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Metode
pelaksanaan
pekerjaan
yang
dilakukan
oleh
Penyedia Jasa Konstruksi akan diperiksa dan diawasi serta diberi perhatian khusus oleh Konsultan Pengawas untuk menghindari kesalahan yang bisa mengakibatkan berbagai hal baik mutu, biaya dan waktu dari pelaksanaan pekerjaan. 6. Pemeriksaan Peralatan yang Dipakai Peralatan
yang
akan
dipakai,
terutama
alat
untuk
pekerjaan perkerasan/aspal dan alat pemancangan, harus dalam keadaan baik menurut standar yang disyahkan oleh badan tertentu. Oleh karena itu, setiap akan mulai suatu pekerjaan Konsultan Pengawas akan memeriksa kondisi dan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
kesiapan dari peralatan yang akan dipakai, 7. Kesiapan dalam Pelaksanaan Pekerjaan Sebelum memulai Konsultan Pengawas akan memeriksa kesiapan dari seluruh unsur pelaksanaan, antara lain : material, buruh dan peralatan. setelah semuanya siap, maka pekerjaan bisa dimulai. 8. Pemeriksaan Mutu Pelaksanaan Pemerikasaan ini meliputi : pemeriksaan dimensi (tebal, lebar, panjang, kedalaman, kemiringan, elevasi, jari-jari dan lain sebagainya). Pemeriksaan mutu pelaksanaan untuk pekerjaan proyek ini secara umum adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan terhadap batu pecah meliputi : berat jenis, kekerasan, kepipihan, penyerapan, keausan, daya lekat, gradasinya, CBR dan lain sebagainya harus diperiksa di laboratorium sesuai dengan spesofokasi teknik dan dokumen kontrak.
Untuk pekerjaan campuran asphalt perlu diperiksa terhadap temperaturnya, kerataannya, kadar aspal, stabilitas ketebalannya dan lain sebagainya sesuai dengan spesifikasi teknik dan gambar kerja (shop drawing).
Untuk pekerjaan struktur beton perlu diperiksa terhadap dimensi, penulangan, kuat tekan, slump dan sebagainya sesuai spesifikasi teknik dan gambar kerja (shop drawing).
Berdasarkan permohonan untuk inspeksi dari Penyedia Jasa Konstruksi, Konsultan akan mengadakan pemeriksaanpemeriksaan terhadap konstruksi yang sudah selesai dilaksanakan. 9. Gambar Terlaksana( As Built Drawing) Yang dimaksud gambar terlaksana ( As built Drawing ) adalah
gambar
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
terlaksana
di
lapangan
yang
menggambarkan seluruh pekerjaan di lapangan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah dibayar setiap bulan sesuai dengan tagihan Penyedia Jasa Konstruksi dalam sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC). Gambar ini memuat juga perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh perubahan pekerjaan (Contract Change Order/CCO) dan modifikasi lapangan karena adanya hal-hal yang tidak terdapat pada gambar rencana, misalnya : kabel PLN, kabel Telkom dan utilitas lainnya). Dalam pembuatan gambar terlaksana (As Built Drawing) Penyedia jasa Konstruksi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Ukuran dan standar kertas yang dipakai harus sama.
Ukuran ketebalan garis lat gambar yang dipakai disesuaikan dengan gambar yang dibuat.
Pada gambar terlaksana (As Bulit Drawing) disebutkan tanggal, bulan dan tahun revisi gambar dari gambar kerja
(Shop
perubahan
Drawing)
kontrak
yang
pekerjaan
disesuaikan
dengan
(Contract
Change
Order/CCO), Addendum (kalau ada).
Lokasi dan jenis pekerjaan harus jelas dicantumkan.
Ukuran konstruksi harus jelas.
Material, jenis dan mutu bahan yang dipakai
Dalam kaitan ini Konsultan Pengawas akan memeriksa (As Built Drawing) dan mengevaluasi gambar terlaksana dan memberikan rekomendasi untuk persetujuan dari Pemberi Tugas. 2.9.3 Tahap Serah Terima 1. Serah Terima Awal (Provisional Hand Over /PHO) Serah terima awal (Provisional Hand Over/PHO) adalah suatu kegiatan serah terima awal dari seluruh pekerjaan yang telah dikerjakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
kepada Pemberi Tugas, dimana pekerjaan utama (major works) sudah mencapai 100%. Maksud pelaksanaan PHO adalah untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan yang telah dikerjakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi dalam arti : sesuai kualitas, sesuai kuantitas dan tepat waktu dengan segala konsekwensi yang tercantum dalam kontrak. Dengan
adanya
penyerahan
awal
ini
maka
tahap
pemeliharaan dimulai. Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PHO adalah sebagai berikut : a. Rekomendasi Penyedia
konsultan
Jasa
pengawas
Konstruksi
telah
teknik
bahwa
menyelesaikan
pekerjaan utama (major works) 100 % dan minimal telah menyelesaikan 97% pekerjaan dari seluruh nilia kontrak. b. Perkiraan tanggal selesai seluruh pekerjaan sesuai dengan bunyi kontrak. c. Pembentukan Panitia Serah Terima yang anggotanya ditunjuk Pemberi Tugas. d. Penyerahan jaminan pemeliharaan (Bank Guarantee) dari pihak Penyedia Jasa Konstruksi kepda pemberi tugas. e. Seluruh data yang ada (misalnya : seluruh hasil testing material/hasil pekerjaan, surat-menyurat/istrasi, formulir-formulir, data disket, photo dokumentasi pelaksanaan pekerjaan, dll) sudah harus terarsip dengan baik. f. Yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur : o Kelengkapan istrasi proyek. o Kondisi fisik pekerjaan yang baik dan benar sesuai spesifikasi teknik. Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
o Sesuai dengan perencanaan. o Pendataan/pencatatan data dan kurang (detect and deficiencies list). Penyedia Jasa Konstruksi mengajukan request untuk PHO, kemudian Konsultan Pengawas akan mengecek apakah persyaratan untuk PHO sudah dipenuhi atau belum antara lain pengecekan progress pekerjaan. Kemudian Konsultan akan memberikan rekomendasi kepada pemberi Tugas yang selanjutnya akan dibentuk Panitia PHO. Bagan alir mengenai serah terima awal (PHO) dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.13 BAGAN ALIR SERAH TERIMA AWAL (PROVISIONAL HAND OVER/FHO)
START
REQUEST KONTRAKTOR UNTUK SERAH TERIMA TUNDA
TIDAK
100% PEKERJAAN MAJOR SELESAI
YA
KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA PEMBERI TUGAS
SIAPKAN DATA PENDUKUNG YANG TERSIMPAN DI SISTEM DOKUMENTASI BERKAS (FILE) LAKUKAN PEMBERSIHAN DISELURUH LAPANGAN PEKERJAAN YANG TELAH SELESAI SIMPAN UNTUK VISUAL MONITORING DIPERBAHARUI PERHITUNGAN BOBOT PRESTASI KERJA DIPERBAIKI PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN SECARA KESELURUHAN PERSIAPKAN PEMBUATAN JAMINAN PEMELIHARAAN TERHADAP KERUSAKAN
DIBENTUK PANITIA PENILAI SERAH TERIMA
PEMERIKSAAN BERSAMA ANTARA KONTRAKTOR PANITIA PHO KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK
A
PERBAIKI
YA
SEJAK TANGGAL YANG DIREKOMENDASIKAN KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK, MASA JAMINAN TERHADAP KERUSAKAN
PEMBERI TUGAS MELAPORKAN KEPADA DIREKSI/PUSAT AKAN DILAKUKAN PROSES SERAH TERIMA
ADA KETIDAK SESUAIAN /KEKURANGAN ?
YA
A
DAFTAR CACAT & KEKURANGAN
TIDAK JAMINAN PEMELIHARAAN DISERAHKAN KEPADA PEMBERI TUGAS
PEMERIKSAAN KEBENARAN (VERIFIKASI)
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
DI CATAT DISIMPAN DI SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE)
2. Masa jaminan Terhadap Kerusakan Masa
jaminan
terhadap
kerusakan
adalah
mulainya
pemeliharaan hasil pekerjaan yang dihitung dari mulai tanggal
perkiraan
pekerjaan
100%
berdasarkan
rekomendasi konsultan pengawas teknik sampai dengan berakhirnya kontrak yang sudah disetujui. Tujuan masa jaminan terhadap kerusakan adalah :
Memberikan waktu kepada Penyedia Jasa Konstruksi untuk memperbaiki, menyempurnakan hasil pekerjaan yang belum dapat diterima atau memuaskan tim panitia penilai serah terima pada waktu kunjungan ke lapangan mengenai kualitas dan kuantitas pekerjaan.
Memberikan waktu kepada Penyedia Jasa Konstruksi untuk menyelesaikan pekerjaan minor yang belum terselesaikan dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masa jaminan terhadap kerusakan adalah sebagai berikut : a. Penyedia Jasa Konstruksi harus melaksanakan perbaikan pekerjaan yang telah disepakati/disetujui. b. Pekerjaan perbaikan atau penyempurnaan harus sesuai dengan : o Syarat-syarat kontrak dan spesifikasi teknik. o Catatan dari tim panitia serah terima. -
Lokasi
-
Kerusakan, ketidak sempurnaan
-
Cara perbaikan dan penyempurnaan dan lainlain
o Lama perbaikan tidak boleh lebih dari masa pemeliharaan. Panitia
Penilai
pemeriksaan
Serah
ulang
ke
Terima lapangan,
akan apakah
mengadakan perbaikan-
perbaikan yang sudah didaftar itu sudah dilaksanakan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
semua atau belum. Apakah bila dianggap sudah selesai maka dibuat Berita Acara pemeriksaan hasil pekerjaan yang disampaikan kepada Pemberi Tugas. 3. Serah Terima Akhir (Final Hand Over / FHO) Serah terima akhir (Final Hand Over/FHO) adalah suatu kegiatan serah terima akhir lapangan dari Penyedia Jasa Konstruksi kepada Pemberi Tugas, setelah Penyedia Jasa Konstruksi menyelesaikan seluruh perbaikan terhadap kekurangan yang ada pada daftar perbaikan yang dibuat oleh panitia penilai serah terima setelah kunjungan kedua di lapangan. Maksud pelaksanaan FHO adalah sebagai berikut :
Pernyataan berakhirnya masa kontrak pekerjaan antara Penyedia Jasa Konstruksi dengan Pemberi Tugas.
Pernyataan bahwa tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi dengan Pemberi Tugas secara keseluruhan sudah selesai.
Hasil pekerjaan Penyedia jasa Konstruksi berupa fisik maupun
istrasi
secara
keseluruhan
dapat
diterima oleh Pemberi Tugas dan hasil pekerjaan tersebut sudah bisa dipakai untuk umum. Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan FHO adalah sebagai berikut :
Rekomendasi dari Konsultan Pengawas teknik bahwa Penyedia Jasa Konstruksi telah menyelesaikan seluruh pekerjaan yang tercantum dalam dokumen kontrak dan
telah
memperbaiki/menyempurnakan
semua
kekurangan yang diminta dalam daftar perbaikan serah terima awal waktu kegiatan serah terima awal.
Perkiraan tanggal selesai seluruh pekerjaan sesuai dengan bunyi kontrak.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Pengembalian jaminan pelaksanaan (Bank Guarantee) kepada pihak Penyedia Jasa Konstruksi.
Seluruh data yang ada (misalnya, seluruh hasil testing,
surat-menyurat/istrasi,
formulir-
formulir, data disket, photo pelaksanaan pekerjaan, dll) sudah terdokumentasikan dengan baik. Yang perlu ditekankan adalah unsur-unsur :
Kelengkapan istrasi.
Kondisi fisik pekerjaan yang baik dan benar sesuai spesifikasi teknik.
Kesesuaian dengan perencanaan.
Sehubungan
dengan
pelaksanaan
FHO,
sebelumnya
Konsultan Pengawas akan mengevaluasi dan memeriksa persyaratan kelengkapan yang harus dipenuhi yaitu pekerjaan seluruh selesai setelah masa pemeliharaan berakhir. Kemudian Konsultan Pengawas memberikan rekomendasi kepada Pemberi Tugas untuk selanjutnya Panitia Serah Terima akan diundang kembali untuk proses Serah Terima Akhir (FHO). Bagan alir mengenai serah terima akhir (FHO) dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.14 BAGAN ALIR SERAH TERIMA AKHIR (FINAL HAND OVER/FHO)
START
PROSES SERAH TERIMA SELESAI PROSES MASA PEMELIHARAAN SELESAI
KONTRAKTOR MENGAJUKAN REQUEST TERIMA PEKERJAAN KEPADA PEMBERI TUGAS TUNDA PEKERJAAN SELURUHNYA SELESAI? PEKERJAAN MAJOR SELESAI YA
TIDAK
KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA PEMBERI TUGAS
SIAPKAN DATA PENDUKUNG YANG TERSIMPAN DI ARSIP (FILE) LAKUKAN PEMBERSIHAN DISELURUH LAPANGAN PEKERJAAN YANG TELAH SELESAI SIM UNTUK VISUAL MONITORING DIPERBAHARUI PERHITUNGAN BOBOT PRESTASI KERJA DIPERBAIKI PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN SECARA KESELURUHAN PERBAIKAN SEUDAH DISELESAIKAN
PEMBERI TUGAS MELAPORKAN KEPADA DIREKSI/PUSAT AKAN DILAKUKAN PROSES SERAH TERIMA PANITIA SERAH TERIMA DIUNDANG KEMBALI UNTUK SERAH TERIMA
PEMERIKSAAN BERSAMA ANTARA KONTRAKTOR PANITIA SERAH TERIMA DAN KONSULTAN PENGAWAS TEKNIK
A
PERBAIKI
YA
ADA KETIDAK SESUAIAN /KEKURANGAN ?
YA
A
DAFTAR CACAT & KEKURANGAN
TIDAK JAMINAN PEMELIHARAAN DISERAHKAN KEPADA KONTRAKTOR OLEH PEMBERI TUGAS
PEMERIKSAAN KEBENARAN (VERIFIKASI)
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
DI CATAT DISIMPAN DI SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE)
2.10 PENGAWASAN STRASI Pengawasan istrasi yang merupakan bagian integral dari keseluruhan layanan Konsultan Supervisi memuat mengenai prosesproses pekerjaan seperti : tindakan yang berkaitan dengan kontrak antara Pemberi Tugas dengan Konsultan, hubungan antara Pemberi Tugas,
Penyedia
Jasa
Konstruksi
dan
Konsultan,
Kewenangan
Engineer, Asuransi dan Garansi, Perubahan Kontrak Pekerjaan (CCO), Sertifikat Bulanan (MC), Request, Verifikasi dan lain sebagainya. 2.10.1 Penyerahan Lapangan Setelah penandatanganan kontrak yang dilanjutkan dengan penerbitan Surat Perintah Kerja Penyedia Jasa Konstruksi akan segera
menerima
penyerahan
area
lapangan
secara
keseluruhan dari Pemberi Tugas untuk memulai melakukan pekerjaannya.
Apabila
bahwa
sebagian
pekerjaan
yang
diserahkan kepada Penyedia Jasa Konstruksi perlu diyakinkan bahwa area tersebut sudah memadai untuk dikerjakan dengan mempertimbangkan ”cost effective” terhadap pelaksanaan pekerjaan. Agenda pertemuan mengenai penyerahan lapangan ini harus secara jelas menyatakan tanggal terakhir penyerahan area
berikutnya
untuk
dikerjakan
oleh
Penyedia
Jasa
Konstruksi. 2.10.2 Kewenangan Engineer Kewenangan yang didelegasikan oleh Pemberi Tugas kepada Team
Leader/Strukture
didefinisikan
Engineer
secara jelas di
secara
umum
dalam Dokumen
telah
Kontrak.
Penunjukan dan kewenangan Team Leader/Strukture Engineer akan dinyatakan secara tertulis oleh Pemimpin Proyek agar supaya pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek memahami dan saling mengetahui hal-hal yang harus menjadi tanggung jawab/kewenangan Team Leader/Structure Engineer.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.10.3 Asuransi dan Garansi Asuransi adalah jaminan yang diberikan, disebabkan oleh : 1. Orang atau manusia, apabila mendapat kecelakaan, cacat tubuh atau kematian pada saat bekerja. 2. Kerusakan meliputi, kerusakan pada konstruksi pekerjaan, peralatan konstruksi di luar kesalahan Penyedia Jasa Konstruksi. 3. Kehilangan yang mungkin terjadi untuk setiap harta benda, pada masa kontrak berlangsung. Garansi adalah jaminan Bank atau Garansi Bank diberikan guna mencakup beberapa masalah, antara lain Jaminan uang muka, jaminan yang mencakup keperluan untuk uang muka. Tujuan diadakannya Asuransi dan Garansi pada suatu proyek adalah untuk memberikan rasa aman dan tentram pada semua pihak yang terlibat, antara lain Penyedia Jasa Konstruksi, Konsultan Pengawas Teknik maupu Pemberi Tugas beserta staff pemberi tugas dalam melaksanakan atau pengawasan pekerjaan di lapangan. Konsultan Pengawas akan mengecek dan merekomendasikan kepada Pemberi Tugas mengenai Polis dan batas lingkup asuransi dan garansi dari Penyedia Jasa Konstruksi. 2.10.4 Perubahan Kontrak Pekerjaan (CCO) Yang dimaksud perubahan kontrak kerja (Contract Change Order/CCO) adalah perubahan volume atau jenis pekerjaan dari
suatu
berlangsung
dokumen antara
kontrak
pemberi
pekerjaan
tugas
dan
yang
sedang
Penyedia
Jasa
Konstruksi setelah direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas Teknik. Maksud penerbitan perubahan kontrak pekerjaan (CCO) adalah: 1. Sebagai
data
pendukung
kelengkapan
istrasi
perubahan dokumen kontrak apabila ada pemeriksaan. Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2. Memberikan kepastian kepada Penyedia Jasa Konstruksi bahwa perubahan pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dibayar. 3. Sebagai data pendukung
sertifikat bulanan (Monthly
Certificate/MC) Penyedia Jasa Konsturksi. Hal-hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan CCO adalah : 1. Perubahan volume atau perubahan jenis pekerjaan tidak merubah nilai kontrak secara keseluruhan atau dari 5% terhadap total kontrak. 2. Perubahan jenis pekerjaan tersebut tidak mengurangi maksud dari tujuan dari proyek tersebut. 3. Pengajuan permohonan perubahan kontrak pekerjaan (Contract
Change
Order/CCO)
masih
dalam
waktu
pelaksanaan (Time Schedule). 4. Dengan
terbitnya
berita
acara
perubahan
kontrak
pekerjaan (Contract Change Order/CCO) maka kontrak awal maupun Change Order lama tidak berlaku lagi. Dalam kaitan ini Konsultan Pengawas akan mengevaluasi Penyedia Jasa Konstruksi mengenai CCO dan akan membuat Technical Justification sebagai dasar bahwa perubahan dapat dilaksanakan. Bagan alir prosedur perubahan kontrak (CCO) dapat dilihat pada Gambar 2.15
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.15 BAGAN ALIR PERUBAHAN KONTRAK PEKERJAAN (CC0)
START
KONTRAKTOR MENGAJUKAN REQUEST UNTUK SESUATU PEKERJAAN
ADA KETIDAK SESUAIAN & BERUBAH BIAYA LEBIH KECIL DARI 5 %
PROSES REQUEST BIASA
YA YA
A
SUDAH LEBIH BESAR DARI 5% TOTAL KONTRAK? TIDAK
DITOLAK
KONTRAKTOR MENGAJUKAN REQUEST PERUBAHAN BIAYA/CCO DAN COA
PEMBERI TUGAS MENGAJUKAN KE DIREKSINYA UNTUK MENDAPAT PERSETUJUAN
LAKUKAN PROSES COA
DISETUJUI ?
A
CARI ALTERNATIVE DESIGN
BUAT SURAT KEPUTUSAN (CCO)
A
DISIMPAN DI SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE) UNTUK BACK UP DATA MC
PEKERJAAN SELESAI
PROSES VERIFIKASI
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.10.5 Sertifikat Bulanan (Monthly Certificate/MC) Yang dimaksud sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC) adalah sertifikat pembayaran bulanan yang diajukan Penyedia Jasa Konstruksi kepada Pemberi Tugas untuk dibayar sesuai pekerjaan di lapangan setelah diperiksa dan direkomendasikan oleh Konsultan Pengawas Teknik untuk dapat dibayar. Tujuan sertifikat bulanan (Monthly Certificate) adalah : 1. Hasil pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi dapat dibayar sesuai kemajuan pekerjaan yang telah dikerjakan di lapangan. 2. Pemberi Tugas dapat memonitor hasil pekerjaan fisik atau cash flow setiap bulan. 3. Merupakan tambahan modal Penyedia Jasa Konstruksi untuk melanjutkan pekerjaan. Dalam penyiapan sertifikat bulanan perlu diperhatikan sebagai berikut : 1. Pengukuran Lapangan (Opname) Guna menghindari kesalahpahaman mengenai kemajuan pekerjaan yang akan disertifikasikan menjadi sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC), maka perlu diadakan pengukuran bersama di lapangan antara Penyedia Jasa Konstruksi, Konsultan Pengawas Teknik dan Staff Pemberi Tugas mengenai :
Kuantitas pekerjaan
Kualitas pekerjaan
Penampilan (performance) hasil pekerjaan.
Hasil
pengukuran
dibuat
dalam
berita
acara
pekerjaan. 2. Data
pendukung
sertifikat
bulanan
(Monthly
Certificate/MC): Data pendukung (Back up) kelengkapan sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC) antara lain : Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Data pendukung kuantitas pekerjaan bulanan.
Data pendukung kualitas pekerjaan bulanan (hasil test laboratorium)
Data pendukung perubahan kontrak (kalau ada)
Gambar-gambar atau sket hasil pekerjaan yang merupakan pendukung pembuatan gambar terlaksana (As built Drawing) nantinya.
Data pendukung harus diserahkan setiap tanggal 25 setiap akhir bulan.
3. Cara
pembuatan
sertifikat
bulanan
(Monthly
Certificate/MC) Sertificate
bulanan
(Monthly
Certificate/MC)
bersifat
kumulatif dan pembayaran bulanan berikutnya diberikan sebesar jumlah kumulatif dikurangi jumlah pembayaran sebelumnya.
Dikurangi
advance
payment
ditambah
pembayaran material on site kalau ada. Cara ini untuk menghindari kesalahan perhitungan yang mungkin terjadi pada bulan sebelumnya. Atas pengajuan tagihan dari Penyedia Jasa Konstruksi, Konsultan Pengawas akan memeriksa semua perhitungan beserta back up data kualitas dan kuantitas, setelah lengkap dan benar diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk mendapatkan persetujuan. Bagan alir pengajuan sertifikat bulanan dapat dilihat pada Gambar 2.16.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Gambar 2.16 BAGAN ALIR PENGAJUAN SERTIFIKASI BULANAN MONTHLY CERTIFICATE/MC) START
KONTRAKTOR MENGAJUKAN REQUEST
PERSETUJUAN (APPROVAL
PERBAIKI DAN LENGKAPI
TIDAK
DISETUJUI ? YA PELAKSANAAN PEKERJAAN
PERBAIKI
PENGUJIAN
DISIMPAN DI SISTEM ARSIP (FILE) UNTUK DATA PENDUKUNG (BACK UP) SERTIFIKAT BULANAN (MONTHLY CERTIFICATE/MC)
TIDAK
OK ? YA VERIFIKASI
BELUM
SUDAH WAKTUNYA BUAT MC YA
DATA PENDUKUNG (BACK UP) UNTUK MC
KONTRAKTOR MENGAJUKAN REQUEST (BACK UP) MC (DRAFT MC)
SIAPKAN & PERIKSA DATA PENDUKUNG (BACK UP) MC
OK ?
TIDAK
DIAJUKAN KE PIMPRO
VERIFIKASI
FINISH
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
DISIMPAN DI SISTEM ARSIP (FILE)
2.10.6 Request Request adalah salah satu dokumen pembuka arsip (folder) suatu kegiatan yang diajukan Penyedia Jasa Konstruksi kepada Konsultan Pengawas Teknik untuk diperiksa dan disetujui oleh Pemberi Tugas sebagai permohonan sebelum melaksanakan pekerjaan di lapangan. Maksud pengajuan request adalah : 1. Supaya setiap pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi dapat diawasi dan dimonitor oleh Konsultan Pengawas Teknik. 2. Supaya hasil pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi dapat dipertanggung jawabkan dan tepat, mutu kuantitas dan sesuai rencana. 3. Penyedia Jasa Konstruksi bekerja harus mengikuti prosedur yang sudah ditentukan sesuai dokumen kontrak dan spesifikasi teknik. 4. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Format request terdiri dari : 1. Unsur-unsur yang harus diisi :
Tanggal pengajuan
No. Request dan No. jenis pekerjaan
Lokasi pekerjaan/stationing
Volume pekerjaan
Material yang dipakai
Peralatan yang dipakai
Tenaga Kerja
Sket gambar kerja
Dan pekerjaan pelengkap lain kalau ada
2. Yang bertanggung jawab menandatangani pada kolom pengajuan permohonan pekerjaan adalah Penyedia Jasa Konstruksi pelaksana 3. Yang bertanggung jawab memeriksa/cek dan menyetujui Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
permohonan
pekerjaan
adalah
Konsultan
Pengawas
(sertifikasi). 4. Disetujui oleh staff pemberi tugas/pemberi tugas. Konsultan Pengawas akan memeriksa kelengkapan data sesuai dengan request yang diajukan dan akan memeriksa lapangan. Apabila
semuanya
sudah
benar
maka
pekerjaan
bisa
dilaksanakan dan untuk selanjutnya akan diawasi oleh Konsultan Pengawas. 2.10.7 Verifikasi Verifikasi (penutup request) adalah data dokumen sebagai penutup
request
Konstruksi
pelaksanaan
setelah
pekerjaan
pekerjaan
dapat
Penyedia
Jasa
diterima
dan
dipertanggung jawabkan baik mutu maupun kuantitasnya. Maksud penerbitan verifikasi adalah : 1. Dengan adanya verifikasi (penutup request), maka request yang dinyatakan sebelumnya telah selesai dikerjakan dan dapat ditagihkan oleh Penyedia Jasa Konstruksi. 2. Untuk menjadi pendukung data sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC) yang diajukan Penyedia Jasa Konstruksi setiap mengajukan penagihan. Yang perlu diperhatikan dalam persetujuan verifikasi (penutup request): 1. Tanggal persetujuan. 2. Penomoran pada request dan mata pembayaran harus sama dengan yang tercantum pada verifikasi (penutup request). 3. Lokasi pekerjaan (stationing/Sta) sama. 4. Volume pekerjaan setelah diopname bersama. 5. Hasil pengujian pekerjaan. 6. Sket gambar terlaksana, menjadi dasar gambar terlaksana (As Built Drawing). 7. Lama waktu pelaksanaan. Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
8. Catatan tidak sempurna masih dalam toleransi. Konsultan Pengawas akan mengevaluasi semua hasil pekerjaan di lapangan dan merekomendasikan atau memberi cacatan ketidaksesuaian untuk diperbaiki Penyedia Jasa Konstruksi kalau ada sampai dianggap sempurna. 2.10.8 Visual Monitoring Visual monitoring adalah system monitoring dimana prestasi kerja Penyerdia Jasa Konstruksi terpresentasi dalam bentuk gambar dan grafik berwarna atau narasi secara akurat terinci dan selalu diperbaharui. Untuk memperlihatkan prestasi kerja Penyedia Jasa Konstruksi dalam bentuk grafik, gambar atau narasi yang mudah dicerna dengan jelas, sehingga memudahkan monitoring kegiatan Penyedia Jasa Konstruksi serta keperluan presentasi pada saat kunjungan
pihak
Pemberi
Tugas
ke
lapangan
maupun
keperluan sehari-hari. Dalam menyiapkan visual monitoring ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Pemberian warna-warna pada pekerjaan yang sudah diverifikasi. 2. Perbedaan pewarnaan tergantung status pekerjaan, apa sudah selesai diverifikasi, belum diadakan pengujian atau sudah ditagihkan (Invoice). 3. Pembaharuan (up date) data dilakukan setiap hari. 4. Diperlukan orang yang trampil untuk penggambaran dan pewarnaan ini. 5. Kerjasama yang baik antara petugas lapangan dengan pembaharuan (up date) data di kantor. 6. Hasil direkam dan diarsipkan (file) secara rapi dan teratur. Konsultan Pengawas akan selalu memonitor setiap progress suatu pekerjaan secara actual di lapangan sebagai input penyajian bentuk visual monitoring. Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
2.11 PENGENDALIAN VOLUME PEKERJAAN Pengendalian volume pekerjaan adalah pengukuran volume secara teratur untuk setiap operasi pelaksanaan berdasarkan gambar-gambar kerja dan daftar perkiraan volume pekerjaan. Pengukuran pekerjaan adalah suatu tugas yang penting dalam pengawasan, karena akan dipakai sebagai dasar dalam menentukan serifikast pembayaran bulanan. Disamping itu pekerjaan harian yang dilaporkan oleh Quantity Surveyor termasuk dalam tugas pengawasan rutinnya. Volume pekerjaan biasanya digolongkan atas volume pekerjaan sementara dan volume pekerjaan akhir. 2.11.1 Volume Pekerjaan Sementara 1. Untuk pekerjaan dimensional : Perhitungan volume pekerjaan yang akan dibayarkan pada sertifikat pembayaran akan didasarkan pada tanda-tanda survei dari potongan melintang yang ada dan perkiraan untuk volume pekerjaan total. Untuk mengatur anggaran biaya pada bulan berikutnya didasarkan pada data-data survei selanjutnya. 2. Untuk Pekerjaan bersatuan berat : Volume pekerjaan akan dihitung berdasarkan berat bahan oleh Surveyor dan disetujui oleh Quality Engineer/Chief Inspector di lapangan. 3. Untuk pekerjaan lumpsum : Volume pekerjaan akan dihitung berdasarkan hasil akhir pekerjaan yang telah selesai dan disetujui oleh Quality Engineer/Chief Inspector di lapangan 2.11.2 Volume Pekerjaan Akhir 1. Untuk pekerjaan persatuan panjang : Ketika pekerjaan telah selesai volume pekerjaan akan dihitung berdasarkan data survei atau as built drawing. Volume pekerjaan akhir untuk setiap mata pembiayaan Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
akan dihitung juga oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan akan disetujui sebelum menentukan sertifikat pembayaran akhir. 2. Untuk pekerjaan persatuan berat : Pada
umunya
untuk
lapisan
permukaan,
akan
dipertimbangkan melalui hasil test setiap harinya dan untuk menghitung berat masing-masing baja tulangan, aspal dan aggregatnya dengan toleransi-toleransi yang telah ditentukan. Untuk bahan-bahan, jika lapisan permukaan diolah pada pusat pengolahan aspal (AMP), akan ditugaskan pada pusat pengolahan aspal itu untuk mengawasi dan memeriksa pengukuran dari tiap-tiap bahan, temperatur, proses pengolahan
dan
dipekerjakan
untuk
lain-lain.
Plant
memeriksa
berat
Inspector campuran
akan dan
temperatu ditruk. Laboran juga memeriksa test slump dan test kekuatan silinder beton pada campuran beton yang akan digunakan untuk bangunan-bangunan beton. Demikian pula
pengawasan
penggunaan
bahan
untuk
bangunan/fasilitas lainnya. 2.12 SISTEM DOKUMENTASI ARSIP (FILE) Adalah suatu system pendokumentasian secara teratur dan rapi, sehingga memudahkan semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Adapun jenis system dokumentasi antara lain : Dokumentasi terhadap kegiatan di lapangan/fisik (surat-surat & Site Instruction). Dokumentasi terhadap testing material yang dipakai. Dokumen terhadap bahan olahan dan jadi. Dokumentasi terhadap photo-photo dan gambar-gambar seperti gambar kerja (shop drawing) dan gambar terlaksana (as built drawing). Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Dokumentasi data pendukung (back up) sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC). Dokumentasi perubahan kontrak (Contract Change Order/CCO), Addendum, penyesuaian harga (eskalasi) apabila ada. Dokumentasi surat menyurat memo dinas antar instansi terkait dan lain-lain. Dokumentasi Laporan Proyek. Dokumentasi pengisian formulir-formulir kegiatan supervisi. Formulir-formulir supervisi akan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian pokok kegiatan yaitu : Pengendalian Kuantitas, Pengendalian Mutu dan Survey Jalan seperti terlihat pada Tabel 2.3. Untuk keperluan pengendalian dalam proyek ini, maka tidak semua jenis formulir yang ada akan dipakai, tetapi disesuaikan dengan keperluan.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Tabel 2.3. Jenis Formulir Pengendalian
No.
Jenis Kegiatan
Jenis Formulir
1.
Pengendalian Kuantitas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Field Measuremen Request Verifikasi Site Instruction Calculation Sheet Volume Calculation Laporan Kemajuan Mingguan
2.
Pengendalian Mutu
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
28. 29. 30.
Asphalt Concrete (Pek. Pengaspalan) CBR Test Crushing Ration Test Record Extraction Test Report Summary of Field Density Summary of Density Test Field Density Test (Sand Cone) Marshall Test Data Calculation Sheet of Asphalt Absorption, Air Void & Vol. A Curve of Mix Properties of JMF Grading Chast for Aggregate and Bituminous Mixtures Compaction Material and JMF Calculation Sheet of Specific Gravity of Aggregate Sieve Analysis Test Record SG and absortion of Fine Aggregate Concrete Mix Design Job Mix Formula (JMF) for Asphalt Concrete Soundness Test of Aggregate Los Angeles test Atterberg Limit Test Moisture Contents Test Standard/Modified Compaction Test Hydrometer Analysis Mix Design Fraction Asphalt Properties Test/Record Trial, Asphalt Mixes Concrete Strength Test (Daily & Summary) Extraction Test Field Monitoring Test Pile Driving Record
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Stake Inspection Record Azimuth Calculation Coordinate Calculation Longitudinal Watter Cross Section Calculation Polygon Calculation Superelevation Highway Field Notes Culvert Inventory Bridge Inventory Retaining Wall Inventory Street Lighting Inventory
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
3.
Survey Jalan dan jembatan
2.13 DOKUMEN PRA – RK3K Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Keterangan
2.12.1 Pendahuluan Sebagai
bentuk
proaktif
dalam
mencegah
terjadinya
kecelakaan maka dipandang perlu untuk menelaah lebih dalam tentang sumber bahaya dan kandungan resiko pada setiap aktifitas yang selanjutnya mengambil suatu langkah tapat yang dibutuhkan guna pengontrolanya. Hal tersebut diatas adalah sebagai definisi dari Identifikasi sumber bahaya dan risk assessment yang dikenal dengan istilah HIRA – Hazard Identification and Risk Assessment Prosedur
ini
diaplikasikan
untuk
melakukan
assessment
terhadap: 1. Aktifitas rutin maupun tidak rutin 2. Setiap aktifitas / orang yang memiliki akses ke lokasi kerja termasuk subkontraktor dan visior 3. Sikap , prilaku, kemampuan dan factor lain dari pekerja. 4. Bahaya yang ditimbulkan dari luar/ daerah sekeliling lokasi kerja (vicinity). 5. Bahaya yang ada disekitar tempat kerja yang berhubungan dengan aktifitas proyek. 6. Penggunaan sarana, equipment atau bahan berbahaya dan beracun (B3) 7. Pekerjaan modifikasi 8. Kegiatan yang berhubungan dengan perundang – undangan atau peraturan terkait tertentu. 2.12.2 Dokumen Terkait 1. K3-HKM-F-02 Formulir Job Safety Analysis 2. K3-HKM-F-01 Formulir Risk Assessment 2.12.3 Tujuan Prosedur ini dibentuk sebagai suatu acuan untuk melakukan mengidentifikasi sumber – sumber bahaya yang terkandung didalam setiap aktifitas dan melakukan risk assessment (HIRA:
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Hazard Identification and Risk Assessment) guna menentukan pilahan langkah yang tepat dalam menghadapi resiko. 2.12.4 Prosedur Porses identifikasi sumber bahaya (Hazard) dan risk assessment dilakukan dalam 2(dua) tahap yaitu: 1. Tahap pra-exekusi (pre-award)
Tender
Manajer
bertanggung
jawab
melakukan
koordinasi guna mempelajari seluruh aspek safety pada aktifitas potensial proyek, termasuk konsekuensi biaya yang akan dimasukan dalam nilai tender. Team tender juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasikan kondisi yang tidak aman yang mungkin telah ada dan akan
ditimbulkan.
Selain
itu
pendataan
dan
pengdokumentasian juga merupakan tugas dari team tender.
Manajer K3 (Safety Manager) bertanggung jawab untuk memastikan tersedianya standard dan peraturan yang diperlukan
team
tender
untuk
dijadikan
bahan
perbandingan dan referensi.
Manajer K3 (Safety Manager) juga mendukung untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan memberi masukan serte saran untuk pembentukan sistem kontrol.
2. Tahap exekusi (post-award)
Manajer Tender dan Manajer K3 (Safety Manager) bertanggung jawab untuk mentransfer seluruh data pada masa pra-exekusi kepada Project Manager.
Project Manager harus mempelajari seluruh hasil kajian pada masa pra-exekusi dan menjadikan dasar dalam pengembangan Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja proyek.
Project Manager berkewajiban untuk memaparkan seluruh sumber bahaya dan kemngkinan resiko yang
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh staff yang terlibat dalam aktifitas proyek.
Selama masa persiapan pekerjaan (work preparation), Engineering Manager dan Site Manager dibantu oleh safety officer untuk mengembangkan identifikasi bahaya dan risk assessment lebih lanjut. 3. Langkah Langkah Risk Assessment Terdapat 7(tujuh) langkah dalam melakukan risk assessment (Pengukuran Resiko) yaitu:
Identifikasi bahaya
Identifikasi jenis-jenis bahaya
Identifikasi siapa yang bisa terluka dan bagaimana mereka terluka
Beri penilaian setiap risiko yang ada
Gunakan pengukuran pengendalian bahaya
untuk
mengurangi risiko
Catat, periksa ulang dan perbaiki bila diperlukan.
Komunikasi
4. Identifikasi Sumber Bahaya Tahap
awal
dalam
mendata
risikio
adalah
mengidentifikasikan sumber bahaya (hazard), informasi yang relevan untuk mendapatkan sumber bahaya dapat ditemukan melalui:
Ketentuan lokal dan dokumen penunjang (seperti petunjuk pelaksanaan, petunjuk baku dsb.) akan memberikan petunjuk dalam
pekerjaan dan dasar-
dasar minimum
Pedoman atau petunjuk dari Perindustrian atau perdagangan
Saran dari tenaga akhli dan penelitian yang relevan.
Informasi proses termasuk peralatan (mesin)
Informasi produksi, seperti MSDS, instruksi atau manual
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
dari pabrik dsb.
Lingkungan
kerja,
termasuk
suhu,
kebisingan,
penerangan, sirkulasi udara terbatas, getaran, ruang terbatas, kebersihan & Kerapihan dsb.
Pengetahuan dan pengalaman dari manajer dan karyawan.
Data-data kecelakaan, sakit akibat kerja dan cedera dari lingkup site dan berbagai site proyek lainnya dalam lingkup perusahaan, dari group HSE dan dari pihak luar.
Dalam mengidentifikasi sumber bahaya gunakan cara yang umum dilakukan. Ini cukup penting bagi karyawan untuk selalu berkonsultasi karena dalam aktifitas kerjanya seharihari, mereka mungkin menemukan sesuatu yang belum dapat dipahami. Dalam kasus yang sederhana, sumber bahaya dapat diidentifikasi
melalui
pengamatan
dan
penggunaan
pengetahuan yang umum. Dalam
kasus
yang
komplek,
sumber
bahaya
dapat
diidentifikasi hanya melalui pengukuran, contoh, udara yang tercemar oleh bahan kimia. Untuk bahaya-bahaya mekanis dan listrik yang berkaitan dengan pengoperasian mesin, tenaga ahli yang berkaitan harus terlibat secara langsung 5. Identifikasi Jenis – Jenis Bahaya Bahaya fisik (Physical hazards): ini berupa kebisingan, radiasi (ionisasi, elektromagnetik atau non ionisasi), panas, dingin, getaran dan tekanan. Bahaya kimia (Chemical hazard): melalui beberapa macammacam
tindakan,
bahaya
kimia
dapat
menyebabkan
gangguan kesehatan dan kerusakan property. Bahaya kimia dapat terjadi dalam bentuk ledakan, kebakaran, korosif, Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
racun,
bahan
beracun,
menyebabkan
kanker.(
explosiveness, flammability, corrosion, poisoning, toxicity, Bahaya biologi (Biological hazards) : terutama berasal dari infeksi atau reaksi alergi. Bahaya biologi mencakup virus, bakteri, jamur dan organisme lain. Beberapa bahaya biologi yang dapat mengancam kehidupan diantaranya adalah AID dan Hepatitis B. Bahaya ergonomic (Ergonomic hazards) : bahaya ini berasal dari pola kerja, tata ruang atau aktivitas yang buruk. Contoh dari masalah ergonomi adalah penanganan manual, tata ruang tempat kerja dan desain pekerjaan Bahaya psikologi (Psychological hazards) : stress akibat beban pekerjaan, waktu kerja terlalu panjang, tidak ada pengendalian terhadap keputusan yang diambil yang dapat berpengaruh kepada seluruh kinerja pekerjaan yang buruk 6. Siapa yang bisa terluka dan bagaimana mereka terluka Orang yang akan terpapar dengan sumber bahaya tidak terbatas
pada
pekerja
saja,
namun
karyawan
lain,
subkontraktor dan tamu perusahaan, pengguna produk dan pelayanan
dan
lingkungan
umum
(sebagai
contoh
tercemarnya udara) 7. Pedataan Resiko (Assess the risks) Ketahui jenis – jenis cedar, yaitu luka, sakit akibat pekerjaan, kebakaran, dan kerusakan asset atau harta benda milik Perusahaan. Dalam melakukan asesmen (assessing the risk) terdapat 2 dimensi pertimbangan: Seberapa sering hal tersebut akan terjadi/ probabilitas (likelihood)
dan
seberapa besar
keparahan/ konsekuensinya (severity). Tabel berikut menunjukan urutan seberapa mungkin dan sering suatu resiko dapat terjadi.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Likelihood / Probabilitas
Deskripsi
Rating
Deskripsi
Frequent
3
Sering terjadi
Probable
2
Kadang – kadang terjadi
Occasional
1
Jarang terjadi
Konsekuensi dari tingkat keparahan (Severity) dapat dilakukan penilaian dengan cara berikut: Index Severitas
Deskripsi
Rating
Description
Severity index Luka
Meninggal dunia, cacat permanent /
berat/cacat/
3
serius. Biaya pengobatan untuk penyakit akibat kerja = lebih dari 50 juta
Kematian
Membutuhkan Luka sedang
2
terganggunya
perawatan pekerjaan,
medis, .
Biaya
pengobatan untuk penyakit akibat kerja = kurang dari Rp. 10 juta Penanganan
Luka Ringan
1
P3K,
tidak
terlalu
memerlukan bantuan dari luar, Biaya pengobatan untuk penyakit akibat kerja = kurang dari Rp. 1 juta
Secara sederhana, risiko dapat diartikan sebagai kombinasi antara tingkat keparahan akibat terjadinya suatu kecelakaan / nyaris celaka dengan kemungkinan peluang terjadinya kecelakaan / nyaris celaka tersebut. Nilai Risiko = tingkat keparahan x kemungkinan terjadi (Risk rate = severity of harm x likelihood of occurrence) Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Ranking Resiko.
Deskripsi
Risk Rank
Description
7–9
High Risk – Risiko Tinggi Diperlukan
tindakan
serius
dari
Manager
Konstruksi melalui konsultasi dengan personil khusus dan dilakukan penilaian dari seluruh Tim
4–6
Medium Risk – Risiko Sedang Pekerjaan dapat dilanjutkan, namun dengan pengawasan dan pengendalian secara ketat
1–3
Low Risk – Risiko Sedang Tingkat risiko masih dapat diterima, namun masih
diperlukan
pengawasan
dan
pengendalian lebih lanjut.
8. Herarki Pengendalian Resiko Herarki Kontrol (Hierarchy of Control) :
Elimination – Eliminasi (dihilangkan)
Substitution – Penggantian
Isolation – Isolasi lokasi
Engineering Control –Rekayasa Teknik
istrative Control – Pengendalian istrasi
Personnel Protective Equipment – Alat Pelindung Diri (APD)
Elimination risks - Eliminasi (dihilangkan):
Mengeliminasi risiko dengan cara menghilangkan sebagian atau seluruh proses. Tindakan ini merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan apabila memungkinkan, contoh : Karena risiko penyimpanan material B3 (Bahan Beracun Berbahaya) sangat tinggi maka proses / Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
kegiatan penyimpanan material B3 dihilangkan, artinya
kegiatan
penyimpanan
sudah
tidak
diperlukan lagi karena material B3 akan diantar oleh vendor pada saat diperlukan. Substitution risks - Penggantian Mengganti
risiko
dengan
cara
menggantinya
dengan
alternatif lain yang lebih rendah risikonya, Contoh : Pada sistem pemasangan perancah , mengganti perancah dari bambu / kayu dengan perancah dari besi dengan sistem knock down Isolation – Isolasi Lokasi/ Area Isolasi lokasi/ area adalah suatu cara penanganan resiko dengan menutup sementara lokasi tertentu sehingga tidak beresiko terhadap suatu tindakan atau kondisi. Engineering Control – Rekayasa Teknik. Rekayasa Teknik, meminimkan sumber bahaya dengan cara mendesain fasilitas, peralatan, proses, peralatan, material atau faktor lain untuk mengurangi bahaya Contoh : Menutup sumber bahaya dengan menggunakan penutup cabs, menutup tingkat kebisingan suatu peralatan (mesin) atau dengan cara lain. Isolasi sumber bahaya dengan sistem interlocks, alat pengaman mesin, pelindung atau tirai blast, tirai pengelasan istrative Control - Pengendalian istrasi Menanggulangi Risiko bahaya melalui itrasi control, contoh: Membuat prosedur operasi, ijin kerja, cara kerja yang
aman
dsb
Batasi
waktu
pemaparan
Memonitor dalam penggunaan bahan bahaya tingkat tinggi. Alarm, poster peringatan, poster pemberitahuan dsb.Pelatihan. Personal Protective Equipment – Alat Pelindung Diri Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
Mengurangi
Risiko
bahaya
melalui
penggunaan
alat
pelindung diri dan merupakan pilihan terakhir, seperti pelindung pernafasan, pelindung pendengaran, sepatu keselamatan, alat pelindung mata, dsb. Dalam menentukan rekomendasi tindakan pengendalian berdasar Tingkat Risiko dan Tingkatan Pengendalian dapat mengikuti rumusan sebagai berikut :
Risk Ranking (RR)
Recommended Action
Tingkat Risiko
Tindakan Pengendalian Tingkat
Hierarchy of Control
Score
Level
Pengendalian
7-9
High
H=1+2+3+4
1 = Eliminasi
+ 5+6 4-5
Medium
M=3+4+5+6
2 = Substutusi 3 = Rekayasa Teknik 4 = Pengendalian
1-3
Low
L=5+6
. 5 = APD
9. Pengawasan, Periksa ulang, pencatatan dan perbaikan bila diperlukan Identifikasi bahaya yang telah dilakukan harus dipastikan selalu diawasi penerapannya di lapangan baik di HO maupun Project,
hal
ini
untuk
mengetahui
apakah
tindakan
pengendalian yang telah dilakukan dapat menurunkan SR (severity) maupun PR (probability)? sehingga berdampak Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis
pula pada penurunan tingkat risikonya (RR). Setiap terjadi suatu perubahan kerja baik menyangkut sistem atau sumber daya (resources) akan diikuti oleh perubahan HIRA. dan seluruh perubahan akan memenuhi ketentuan pada prosedur ini.
Dokumen Penawaran nistrasi & Teknis