TUGAS M4 KB 1. 1. Ambillah satu kelas tertentu, coba lakukan identifikasi karakteristiktik umum pesertadidik yang ada di kelas tersebut dari aspek gender, etnik, usia, kultural, status sosial, danminat! Berikan contoh bagaimana data tersebut Anda gunakan dalam proses pembelajaran! A. Pengertian Karakteristik Peserta Didik Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satu nya terdapatpendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses pembelajarantertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal pendidik harus menganalisispeserta didiknya terlebih dahulu yang meliputi karakteristik umum, karakteristik akademik,maupun karakteristik uniknya yang dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, danproses belajarnya. Dengan memahami karakteristik umum peserta didik, pendidik akandapat merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancanganpembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehinggamampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam pembahasanini kita membahas tentang karakteristik umum peserta didik yang mencakup usia, genderdan latar belakang peserta didik. Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakterdengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatiftetap.Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakterdan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkahlaku menjadi lebih konsisten dan mudah diperhatikan.Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dankemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnyasehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih citacitanya.Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek ataukualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajarkemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorangatau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur pentingdalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitaspembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000).Menurut saya karakteristik umum peserta didik ialah karakter/gaya hidup individusecara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender, latar belakang) yang telah dibawa sejaklahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya. B. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Usia Menurut Kurnia (2007), karakteristik atau kepribadian seseorang dapatberkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masaanak sampai masa puber.
Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anakmeninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanandan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahanperilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam prosespengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anaksulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua.Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guruPlaygroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaranatau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak
dapatmulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruhterhadap perkembangan anak. Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yangdigunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagaimasa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi olehteman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian danbenda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar,karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Disekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan danketerampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi danpenyesuaian diri dalam kehidupannya kelak. Krakteristik perkembangan masa puber (11/12- 14/15 tahun) Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir danmasa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber,dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhirmasa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja,di mana ciri kematangan seksual semakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahappascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yangsangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkankeraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikappuber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yangterkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungandengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahamisikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negativedan lain-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalamkehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar (SD) Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahuipara guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat SekolahDasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuaidengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidikmengetahui karakteristik siswanya. Adapun karakeristik peserta didik dibahas sebagaiberikut: A. Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntutguru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainanlebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD diharap merancang model pembelajaranyang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. B. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat dudukberjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yangmemungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapiuntuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. C. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalamkelompok. Guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anakuntuk bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang modelpembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalamkelompok. D. Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan ataumelakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Bagi anak SD, penjelasanguru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri,Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yangmemungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentanganusia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapimerupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akanberkembang secara optimal. Perkembangan IntelektualPada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsanganintelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuanintelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, danmenghitung).Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak,maka sekolah dalam halini guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untukmengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapat tentang materipelajaran yang dibacanya atau dijelaskan oleh guru, membuat karangan,menyusun laporan. Perkembangan BahasaBahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertianini tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikirandan perasaan dinyatakandalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semuamanusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmupengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasayaitu : 1) Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata 2) Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicaralalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniruucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejakmasa bayi dan kanak-kanak. Dengan dibekali pelajaran bahasa di sekolah, diharapkan peserta didik dapatmenguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk : 1. 2. 3. 4.
Berkomunikasi dengan orang lain Menyatakan isi hatinya Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat)
5. Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan sikap dankeyakinannya. Perkembangan SosialPada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (maumemperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengankelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosila ini dapatdimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baikyang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal inidilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerjasama, saling menghormati dan betanggung jawab. Perkembangan Emosi Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan(pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalammengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak.Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Memgingat hal tersebut, maka guruhendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yangmenyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yangefektif. Upaya yang dilakukan antara lain : − Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan −Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri − Memberikan nilai secara objektif −Menghargai hasil karya peserta didik Perkembangan Emosional Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga.Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi lambat launanak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikutiperaturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usiaini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengankonsep benar-salah atau baik-buruk. Perkembangan Penghayatan Keagamaan Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai denganciri-ciri sebagai berikut : − Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkankaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagaimanifestasi dari keagungan-Nya. −Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatanritual diterima sebagai keharusan moral. −Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agamasebagai kelanjutan periode sebelumnya.
Perkembangan Motorik Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang makaperkembangan motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik.Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaansangat tepat diajarkan :a. Dasardasar keterampilan untuk menulis dan menggambarb. Keterampilan dalam mempergunakan alatalat olahraga. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.d. Barisberbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertibandan kedisiplinan. C. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Gender Beberapa para ahli mengatakan bahwa perbedaan gender dalam kaitannya dengankognisi dan prestasi mungkin bersifat situasional. Perbedaan itu bervariasi menurut waktudan tempat (Biklen &Pollard, 2001) dan mungkin berinteraksi dengan ras dan kelas sosial(Pollard, 1998). Penulis Boys and Girls Learn Differently mengatakan bahwa perbedaanantara anak laki-laki dan anak perempuan memang ada akibat perbedaan dalam otakmereka. Perbedaan Anak Perempuan dengan Anak Laki-LakiMenurut Diane (1995, 1996), ada beberapa perbedaan anak perempuan dananak laki-laki, anak perempuan menunjukkan kinerja yang lebih baik di bidang senibahasa, pemahaman bacaan, dan komunikasi tertulis dan lisan. Sedangkan anak laki-laki terlihat sedikit unggul di bidang matematika dan penalaran matematis.
Menurut Ormrod (2000) : FITUR Kemampuan kognitif
ANAK PEREMPUAN Lebih baik tugas-tugas verbal Sebelum pubertas kapabilitasnya sama
ANAK LAKI-LAKI
IMPLIKASI UNTUK PENDIDIKAN Berharap anak laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan kognitif yang sama Mengasusmsikan keduagender memiliki potensiuntuk mengembangkanberbagai keterampilanfisikdan motorik
Menunjukkan kepadasemua siswa bahwamereka bisa berhasil dibidang-bidang
Motivasi
Peduli padapresta si sekolah,tetapi kurangberani mengambilresiko
Lebih baik dalam ketrampilan visual spasial Setelah pubertas,lebih unggul dalamhal tinggi badandan kekuatan otot Usaha yang besardi subjek-subjek “stereotipikal lakilaki”
Self-esteem
Cenderungmelih at dirinysendiri lebihkompeten
Lebih memilikirasa percaya diriuntukmengendalika
Fisik
Mendorong keduagenderunggul disemua subjek.Menghindari stereotip
dibidang hubunganinterpe rsonal Aspirasi karir
Hubungan interpersonal
n dan mengatasimasalah.Le bih menilaikinerjanya sendirisecara positif Memilikiekspektasi ja ngka panjangyang lebih tinggiuntuk dirinyasendiri
Cenderungmelihat dirinyalebih collagebound.Cenderun gmelihat karieryang tidak akanmengganggu peran mereka dimasa depan. Cenderung Cenderungmenunjukka lebihafiliatif dan nagresi fisik yanglebih lebihbanyak tinggi membentukhub ungan dekat.Nyaman berada disituasi yangkompetitif danmenyukailing kungan yangkooperatif
yangkontrastereotip
Menunjukkan otang-orang yang suksesdalam karier di semuabidang sekaligus dalamkeluarga
Mengajari kedua gendercaracara berinteraksidengan baik danmemberikan lingkunganyang kooperatif untukmengakomodasikecenderu ngan afiliatifanak perempuan.
Selama masa SD, anak menjadi lebih fleksibel mengenai sikap gender mereka. Anak-anak memperluas jangkauan dan cakupan pembentukan stereotip gender mereka diberbagai bidang, seperti pekerjaan, olahraga, dan tugas sekolah. Namun demikian, anaklaki-laki cenderung untuk membangun maskulinitas setidaknya dalam hal ketahananterhadap sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Legewiea & DiPretea (2012, p.467) yangmenyatakan “young boys tend to construct masculinity at least partly in of resistance to school.” Ini berarti bahwa siswa laki-laki cenderung dominan ketika berada di sekolahterutama dalam mata pelajaran yang dianggap maskulin, seperti olahraga dan matematika,sehingga terciptalah perbedaan prestasi belajar matematika.Namun kenyataannya, penelitian yang dilakukan oleh Martinot, Bages, & Desert(2011, p.216) membuktikan bahwa “this stereotype favorable to both genders shows animprovement of the girls’ reputation in mathematics.”
Maksudnya bahwa stereotip gendermenguntungkan untuk siswa maskulin dan feminin, yang menunjukkan peningkatan reputasi siswa perempuan dalam matematika. Hal ini menunjukkan reputasi anak laki-laki Perancis didomain ini tidak sebagus seperti yang dilaporkan dalam penelitian Perancis sebelumnya,yaitu mempunyai kemampuan stereotip gender pada matematika. Artinya, siswa perempuanyang feminin mempunyai kemampuan matematika yang lebih tinggi dari siswa laki-laki yangmaskulin, sehingga tampak jelaslah adanya perbedaan prestasi matematika antara siswafeminin dan maskulin.Faktor sosial dan kultural merupakan penyebab adanya perbedaan gender dalamprestasi belajar matematika. Faktor-faktor tersebut meliputi familiaritas terhadap matapelajaran, persepsi terhadap mata pelajaran khusus, gaya penampilan laki-laki danperempuan serta perlakuan guru. Perbedaan perlakuan guru terhadap siswa laki-laki danperempuan di kelas dapat menimbulkan bias gender. Menurut Slavin (2006, p.120), “gender bias is stereotypical views and differential treatment of males and females, often favoringone gender over the other.” Maksudnya bahwa bias gender adalah pandangan stererotipdan perbedaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan, yang memperlakukan salahsatu gender lebih inferior dari yang satunya. Jadi, guru yang memperlakukan siswaperempuan lebih inferior dari siswa laki-laki berarti telah menciptakan bias gender dikelasnya. D. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Latar Belakang • Budaya, Etnis, Ras Budaya mengacu pada bagaimana anggota-anggota suatu kelompokmemikirkan tentang tidakan sosial dan resolusi masalah. Sedangkan etnis mengacupada kelompok-kelompok yang memiliki warisan budaya yang sama. Ras mengacupada kelompok-kelompok yang memiliki ciri-ciri sifat biologis yang sama.Budaya menggambarkan istilah way of life kelompok secara keseluruhantermasuk sejarah, tradisi, sikap dan nilai-nilai. Budaya adalah bagiamana anggota-anggota suatu kelompok berpikir dan cara yang mereka lakukan untuk mengatasimasalah dalam kehidupan kolektif. Budaya adalah sesuatu yang dipelajari dan selaluberubah, tidak pernah statis.Etnis mengacu pada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas yang sama.Misalnya orang-orang yang memiliki suku yang sama, keturunan jawa, padang, melayu,batak, dll meskipun dalam satu kebangsaan Indonesia. Ras adalah istilah yangdiberikan kepada kelompok-kelompok yang memilki ciri-ciri biologis yang sama.Dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang beragam budaya, etnis danras, dengan demikian terjadilah proses akulturasi antar siswa. Untuk menangani siswayang beragam guru harus mengembangkan kondisi kelas dengan strategi pembelajaranyang dapat merespon beragam kebutuhan siswa, terlepas dari latar belakang rasial atau etniknya dan memastikan bahwa kurikulumnya adil dan relean secara kultural.Guru harus peka terhadap dasar perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi siswa dikelas.
•Perbedaan Kelas Sosial Beberapa karakteristik yang menentukan identifikasi kelas sosial seseorangadalah: pekerjaan, penghasilan, kekuasaan politis, dll. Hal ini mempengaruhi prosesbelajar siswa. Ada beberapa contoh efek dari perbedaan kelas sosial yaitu,pengelompokkan berdasarkan kelas sosial, ini cenderung akan mempengaruhi psikissiswa yang kelas sosialnya rendah. Sehingga dapat terjadi perbedaan prestasi antarakelas sosial tingga
dengan kelas sosial rendah. Namun The Culture of Education (1996)menunjukkan bagaimana belajar bersifat sosial dan bagaimana intelegensi tumbuhselama orang saling berinteraksi di masyarakat. E. Implikasi Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan •Faktor Fisik Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan prasaranayang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya: tempatdidik yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapatmenimbulkan gangguan kesehatan. Di samping itu juga perlu diperhatikan waktuistirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam- jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok olah raga, bela diri, dan sejenisnya. •Faktor Psikososial Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor:perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahandalam hubungannya dalam teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) danperubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan individualdalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pastidapat terjadi. Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengansikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang,bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkintidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalammenghadapi emosi remaja. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi pesertadidik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dantututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknyamemberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yangtidak mungkin di lakukan. •Faktor Sosial-Kulture Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secarakuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinyabukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa.Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya merekamele paskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luarkeluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya.Lingkungan teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugasuntuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungansosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektualdan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh seperti ketika anak-anak belummenginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untukdikembangkan. Kesimpulan Dalam pengelolaan proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuanmendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yangkondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metodeyang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik anak.Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa memahamikarakteristik umum peserta didik khususnya dari segi usia, gender dan latar belakangsangatlah penting bagi pendidik yang mengajar
dengan beragam karakateristik siswa. Guruakan dapat mengetahui bagaimana mengatasi karakteristik siswa pada usianya, menanganiadanya perbedaan gender pada siswa serta perbedaan latar belakang siswa (budaya, etnik,ras, kelas sosial) sehingga guru dapat menyelenggarakan pendidikan secara optimal.