Page |0
Ringkasan Buku
TEMA-TEMA DALAM TEOLOGI PERJANJIAN LAMA William Dryness Terbitan Tahun 1979
Mahasiswa Melvyn C. Kippuw Nim S.1/T/150823 Semester V Dosen Pengampu Dr. E. Willy rumpia, D.Th.
Page |1
“ Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama ” William Dryness Terbitan Tahun 1979 BAB I PENDAHULUAN Penulis, William A. Dyrness adalah seorang teolog Amerika dan profesor teologi dan budaya di Fuller Theological Seminary. Dia mengajar mata kuliah dalam teologi, budaya, dan seni, dan merupakan anggota pendiri dari Brehm Center. Beliau sungguh memahami betapa pentingnya dalam memahami Perjanjian Lama harus secara komprehensif, memahami bahasa asli PL, sangat esensial. Buku ini membawa kita untuk memahami secara benar Alkitab khususnya pada Perjanjian Lama yang akan juga menentukan pemahaman kita di PB. BAB II I. PENYINGKAPAN DIRI ALLAH Penyingkapan diri: Dasar penyingkapan dalam PL. 1. Titik pusat penyingkapan Allah dalam PL adalah penyingkapan diri Allah sendiri pada umat-Nya. 2. Penyingkapan pribadi dan sifat Allah mendahului pengungkapan maksud-maksud-Nya. 3. Penyingkapan Allah dalam pekerjaan-Nya memberi kita pandangan tentang sifat sebenarnya dari penyingkapan PL. 4. Dasar penyingkapan diri Allah kepada para leluhur itulah yang memungkinkan Israel mengerti perbuatan-perbuatan besar Allah sebagai penyingkapan. 5. Keluarnya Israel dari Mesir dimengerti berdasarkan penampakan diri Allah pada waktu silam. 6. Penciptaan adalah perwujudan dari sifat Allah (Kej 1:31). 7. Ketika keselarasan terganggu, baru penyingkapan diri Allah dinyatkan sama sekali baru. 8. Sejak itu penyingkapan bersifat memulihkan dan menebus. 9. Dalam Kej 3:9 jelas bahwa pertanyaan Allah bukanlah suatu permintaan akan informasi, melainkan suatu usaha membawa Adam & Hawa kembali kepada-Nya. 10.Contoh-contoh utama penyingkapan: 1) Kej 12: Ketika Abraham dipanggil Allah untuk meninggalkan negerinya dan pergi ke tanah Kanaan untuk meninggal segala keterikatan alamiah (ay 1) dan ay 2 disusul dg janji. Bagaimana Abraham tahu bahwa Dia adalah Allah? 2) Kej 15 & 17: Dalam 15:1 Allah adalah perisai Abraham. Dalam 17:1 Allah mengidentifikasikan diri-Nya dengan nama El Shaddai (Allah Maha Kuasa). Nama mengungkapkan sifat orang yang menyandang nama tersebut. Nama merupakan bukti hubungannya dengan yang dinamai. Oleh karena itu nama harus disesuaikan dg keadaan orang.
Page |2
3) Kej 28:13: Allah memperkenalkan diri dengan cantumkan hubungan Nama-Nya dg Abraham pada Yakub. Allah kaum penyembah berhala seringkali diidentifikasikan dengan suatu tempat tertentu, tetapi Allah Israel mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang-orang dan kejadian-kejadian (Kel 20:1-2). Iman tidak dimulai dari tingkatan yang primitif dan sederhana lalu meningkat terus kepada tingkat yang lebih tinggi, lebih canggih (Ibr 11:8-12). 4) Keluaran 3: Allah memperkenalkan nama-Nya pada Musa ay 14 "AKU ADALAH AKU....". Karl Bart: Ekspresi kebebasan Allah untuk menghindar? LXX: Allah adalah keberadaan itu sendiri. W.F. Albright: "Ia yang menyebabkan ada". Tetapi Vriezen paling sesuai: "ini bukan suatu penghindaran diri, melainkan suatu jaminan akan keberadaan-Nya (yang terus menerus)." Dari konteks ayat Kel 3 menegaskan kehadiran Allah senantiasa yang menjadi jaminan bagi janji-janjiNya. a. Keluaran 6:1-2 b. Keluaran 19:3 dan 20:1-2. c. Kel 33:18-23. d. Kelurahan 34:5-10 e. Penyingkapan-diri selanjutnya. II. SIFAT DASAR ALLAH Allah adalah Allah yang transenden, bebas menggunakan suatu objek yang terlihat sebagai sarana kehadiran-Nya. Sarana Penyingkapan: 1. Malaikat Tuhan (2 Samuel 24:16). Bila Malaikat Tuhan hadir, maka terasa pula kehadiran Allah yang bersifat melindungi atau menakutkan, sementara sifat-Nya yang transenden tidak diragukan lagi. 2.
Wajah Allah (Kel 33:20). Manusia tidak dapat melihat wajah Allah dan tetap hidup (meskipun Yakub mengaku telah melihat wajah Allah, dalam Kej 32:20). Yang jauh lebih umum ialah pemakaian istilah "wajah Allah" dalam arti kiasan bagi kehadiran-Nya. Bila wajah Tuhan menyinari seseorang berarti dia diberkati (Bil 6:25). Bila Tuhan menyembunyikan wajah-Nya berarti mengalamii penderitaan/ kesusahan (Maz 13:2).
3.
Kemuliaan Allah (Kej 31:1). Kemuliaan dalam PL berkenaan dg bobot dan hakikat yg terlihat. Kej 31:1, "kekayaan" adalah kata Ibrani untuk "Kemuliaan". Pemahaman kemuliaan punya arti ganda yaitu menunjukkan hormat (memuliakan) dan yang membangkitkan rasa hormat.
4.
Antropomorfisme. Sering Allah disebutkan dengan istilah-istilah manusiawi. (Kej 1:3, Im 4:1, Kel 16:12, Kej 1:4, 1 Sam 26:19, Bil 6:25, Kel 33:23, Yes 14:27) dsb. Dengan menyebut diri-Nya dg istilah-istilah manusiawi, Ia mengambil bagian dalam dunia kita. Antropomorfisme berbicara mengenai penciptaan manusia menurut gambar Allah dan keinginan Allah untuk bersekutu dengan kita.
Watak Allah Ateisme teoritis (penolakan aktual adanya Allah) tidak dikenal dalam PL. Orang bebal berkata: "Tidak ada Allah" (Maz 14:1) adalah seorang ateis
Page |3
praktis, seorang yang menolak relevansi Allah dalam kehidupannya (Yer 5:12). PL tidak berusaha membuktikan adanya Allah. PL lebih memperhatikan kenyataan kongkret Alllah dalam aktifitas-Nya, ketimbang menyajikan doktrin mengenai Allah. 1. Allah adalah Pribadi. Allah memberi nama pada diri-Nya sendiri. Allah membuka diri-Nya. Tetapi jangan disebut sembarangan (Kel 20:7). Dengan memberi Nama, Allah menekankan tiga hal: 1) Menitik beratkan kehadiran-Nya. 2) Pemakaian berbagai nama mencerminkan campurtangan Allah. a. El : Arti dasarnya ialah seorang pemimpin besar dan menekankan jarak antara Allah dan manusia. El Shaddai: Mahakuasa (Kej 17:1 dan 40), El Alion (Kej 14:18-19): Allah Mahatinggi, El Olam: tiada berkesudahan (Kej 21:33), El Roeh: Allah yang melihat (Kej 16:13), Elohim: Kedaulatan tertinggi, jamak (Kej 1:1). b. Yahweh: c. Tuhan Sabaoth d. Melek (Raja). 2. Allah Adalah Roh 3. Allah Itu Esa Karakter Kegiatan Allah 1. Kekuasaan Allah 2. Kekudusan Allah 3. Kebenaran Allah 4. Kemurahan dan Kasih Allah III. PENCIPTAAN DAN PEMELIHARAAN Penciptaan 1. Dengan Firman dan perbuatan 2. Ex Nihilio (Latin) Berdasarkan perkataan Latin ini, para bapa-bapa gereja dan teolog percaya atau mengimani bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu dengan menggunakan materi yang sudah ada. Allah Sang Pencipta mencipta ciptaan-Nya dari sama sekali tidak ada. Itu keluar dari perkataan-Nya (Firman-Nya) sendiri. 3. Catatan Mengenai Dua Kisah Penciptaan Pandangan mengenai Penciptaan: a. Tradisi Imam (I), Firman yang kreatif sebagai alat penciptaan, Transedensi Allah atas penciptaan yang bersifat progresif yang menuju kepada penciptaan manusia sebagai puncaknya. Pandangan ini tentu bertentangan dengan pandangan ilmiah (sebenarnya pandangan Alkitabiah dangat erat dengan pengetahuan yang ada bilamana kita mau telusuri dengan sungguh dan terbuka). b. Tradisi Yahwist (Y), melihat semua dari sisi ke-Allahan, bahwa Allahlah yang memulai segalanya, Ia yang memperakarsa kehidupan, sebgitu juga Ia yang mencipta benda-benda mati atau partikel tanah air dan udara, Ia yang "membentuk manusia dan karakternya, Ia sebagai yang “membentuk”, sebagai seorang Penjunan (Ibrani 2:7). Calvin mengatakan bahwa seluruh yang hidup adalah panggung kemuliaan Tuhan. 4. Ringkasan: Sifat Penciptaan
Page |4
Mitos dan Sejarah Dalam Perjanjian Lama Pemeliharaan: Hubungan Allah yang berkesinambungan dengan Ciptaan 1. Penyelesaian Ciptaan 2. Pemeliharaan yang berkesinambungan 3. Tingkat-Tingkat Pemeliharaan Allah. IV. LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Penciptaan Laki-Laki dan Perempuan 1. Hubungan Khusus Dengan Ciptaan 2. Hubungan Khusus antara Orang-orang 3. Hubungan khusus dengan Allah Watak Manusia 1. Jiwa 2. Roh 3. Daging 4. Jantung atau hati 5. Darah 6. Anggota-anggota Tubuh. V. DOSA Asal Mula Dosa: Kejahatan 1. Batas Persekutuan 2. Terputusnya Persekutuan 3. Perlindungan Persekutuan Kosakata dan Definisi Dosa 1. Penyimpangan 2. Kesalahan 3. Pembrontakan 4. Sifat dosa Dalam Perjanjian Lama Sifat Dosa dalam Perjanjian Lama. 1. Sifat Teologianya 2. Sifat Objektifnya 3. Sifat yang Pribadi dan Sadar. 4. Sifat Universitasnya 5. Sifat dosa yang sudah tetap Akibat-Akibat Dosa 1. Bersalah. 2. Hukuman. VI. PERJANJIAN Latar Belakang Gagasan Perjanjian
Perkembangan Perjanjian Dalam Perjanjian Lama 1. Perjanjian dengan Nuh 2. Perjanjian Dengan Abraham 3. Perjanjian Dengan Musa 4. Perjanjian Dengan Daud Implikasi-Implikasi Teologis dari Perjanjian VII. HUKUM Latar Belakang dan Perkembangan Konsepsi 1. Perkembangan Hukum Taurat 2. Beberapa Bagian Utama Mengenai Hukum 3. Hukum Perjanjian Lama dan Hukum Bangsa-Bangsa Tetangga.
Page |5
Hukum Dalam Masyarakat 1. Keutamaan Perjanjian 2. Hukum Dalam Kitab Nabi-Nabi 3. Perkembangan Setelah Masa Pembuangan Sifat Hukum Taurat 1. Jangkauan Yang Luas 2. Imbauan yang Bersifat Pribadi 3. Kekuatan Mutlak 4. Penerapan Universal VIII. IBADAH Perlunya Bentuk 1. Bentuk dan Ibadah 2. Tempat Bagi Upacara Dalam Agama Perjanjian Lama. Tempat-Tempat Kudus Hari-Hari Kudus 1. Hari Raya Roti Tidak Beragi. 2. Hari Raya Tujuh Minggu. 3. Hari Raya Pondok Daun 4. Hari Raya Pendamaian 5. Hari Sabat 6. Upacara Pembaharuan Perjanjian Perbuatan-Perbuatan Kudus 1. Upacara-Upacara Pengudusan 2. Ibadah Upacara Pengorbanan a. Korban Bakaran b. Korban Sajian c. Korban Keselamatan d. Korban Penebus Salah atau Penghapus Dosa Teologi Upacara Ibadah IX. KESALEHAN Sifat Teologis Dari Kesalehan 1. Takut Akan Tuhan 2. Iman Kepada Allah 3. Mengasihi Allah Ungkapan-Ungkapan Khas Dari Kesalehan. 1. Memuji Allah 2. Doa 3. Memuliakan Allah X. ETIKA Dasar Etika Perjanjian Lama 1. Watak Allah 2. Ciptaan Menurut Gambar Allah Perkembangan Prinsip-Prinsip Etika Perjanjian Lama 1. Perintah-Perintah dan Peraturan-peraturan yang Berkaitan Dengan Ciptaan 2. Berbagai Ketetapan, Lembaga, dan Adat Bagi Umat Perjanjian Allah. a. Sepuluh hukum b. Bidang-bidang problematik Ajaran Para Nabi XI. HIKMAT
Page |6
Perkembangan Gagasan Tentang Hikmat 1. Gagasan Hikmat 2. Bagaimana Supaya Menjadi Bijak Sifat Teologis Hikmat 1. Hikmat Berasal Dari Allah 2. Agama Bagi Orang Biasa 3. Dua Jalan: Hikmat dan Kebodohan Masa Depan Hikmat 1. Keterbatasan Hikmat 2. Janji Hilkmat XII. ROH ALLAH Kosa Kata Dan Arti Dasar Perkembangan Teologis 1. Periode Awal 2. Hakim-hakim Dan Kerajaan 3. Periode Nabi-Nabi a. Makna etis dari Roh b. Kehadiran Roh secara pribadi c. Pekerjaan Roh yang universal XIII. NUBUAT Asal Mula Nubuat Perjanjian Lama 1. Musa Sebagai Nabi Pertama 2. Tradisi Kenabian 3. Kerajaan Nabi-Nabi Klasik 1. Watak Mereka 2. Peaan Mereka dan Filsafat Sejarah XIV. PENGHARAPAN Harapan Mengenai Kerajaan 1. Gambaran Nubuat Mengenai Kerajaan Allah. a. Mutlak berdasarkan keputusan Allah b. Ciptaan Baru c. Seorang Perantara d. Tujuan Penyelamatan dari Allah. 2. Gagasan Mengenai Pengadilan. Kematian dan Akhirat 1. Maut dan Sheol (dunia orang mati) 2. Kebangkitan Tubuh dan Pengharapan Akan Hidup Kekal a. Dasar teologis b. Dasar etis c. Dasar Historis / Eskatologis BAB III KESIMPULAN Secara umum buku ini memaparkan secara sistematis dan teologis tentang pemahaman-pemahaman penting yang mendasar yang harus kita pahami secara benar. Hal ini sangat penting melihat apa yang menjadi pergumulan dalam dunia pelayanan Pekabaran injil, bahwa tidak jarang dalam pemnyampaian berita baik yang Tuhan sampaikan melalui Alkitab,
Page |7
tidak dikuasai dengan benar, sehingga tidak jarang pula jemaat mendapat paham-paham miring yang tidak Alkitabiah. Buku ini sangat menolong bagi kita yang sungguh rindu melayani Tuhan khususnya dalam pelayanan firman. IMPLIKASI Pahami Alkitab dengan Sistematis Teologis dan tentunya dalam terang Roh Kudus, maka kita akan mengenal siapa Allah sesungguhnya dengan benar. Tuhan kita membaca Alkitab dengan benar. Soli Deo Gloria!