Senin, 05 April 2010 TAROMBO BATAK Tarombo Batak ialah silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku bangsa Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu.
Daftar isi •
•
•
1 Raja Batak dan keturunannya o 1.1 Guru Tatea Bulan 1.1.1 Raja Biakbiak 1.1.2 Saribu Raja 1.1.2.1 Raja Lontung 1.1.2.2 Raja Borbor 1.1.3 Limbong Mulana 1.1.4 Sagala Raja 1.1.5 Silau Raja o 1.2 Raja Isumbaon 1.2.1 Tuan Sorimangaraja 1.2.1.1 Raja Naiambaton 1.2.1.2 Raja Nairasaon 1.2.1.3 Tuan Sorbadibanua 1.2.1.3.1 Sibagotnipohan 1.2.1.3.2 Sipaettua 1.2.1.3.3 Silahisabungan 1.2.1.3.4 Raja Oloan 1.2.1.3.5 Raja Hutalima 1.2.1.3.6 Raja Sumba 1.2.1.3.7 Raja Sobu 1.2.1.3.8 Raja Naipospos 2 Padan atau janji antar marga o 2.1 Sihotang dengan Naipospos (Marbun) 3 Sumber dan rujukan
Raja Batak dan keturunannya Dalam tarombo Batak (silsilah garis keturunan suku bangsa Batak) dimulai dari seorang individu bernama Raja Batak.
Raja Batak berdiam diri di Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula. Sehingga Pusuk Buhit dapat dikatakan sebagai daerah induk asal-mula suku bangsa Batak yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru. Raja Batak mempunyai 2 (dua) orang putera, yaitu: 1. Guru Tatea Bulan (Naimarata) 2. Raja Isumbaon
Guru Tatea Bulan Guru Tatea Bulan mempunyai 5 (lima) orang putera, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Raja Biakbiak Saribu Raja Limbong Mulana Sagala Raja Silau Raja
Raja Biakbiak Raja Biakbiak adalah putera sulung Guru Tatea Bulan. Raja Biakbiak atau juga disebut dengan Raja Uti tidaklah mempunyai keturunan.
Saribu Raja Saribu Raja adalah putera kedua Guru Tatea Bulan. Saribu Raja mempunyai 2 (dua) orang putera yang dilahirkan oleh 2 (dua) isteri. Isteri pertama Saribu Raja adalah Siboru Pareme yang melahirkan Raja Lontung dan isteri kedua Saribu Raja adalah Nai Mangiring Laut yang melahirkan Raja Borbor. Raja Lontung Raja Lontung mempunyai 7 (tujuh) orang putera, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Sinaga, menurunkan marga Sinaga dan cabang-cabangnya Situmorang, menurunkan marga Situmorang dan cabang-cabangnya Pandiangan, menurunkan marga Pandiangan, Samosir, dan cabang-cabangnya Nainggolan, menurunkan marga Nainggolan dan cabang-cabangnya Simatupang, menurunkan marga Simatupang Togatorop, Simatupang Sianturi, dan Simatupang Siburian 6. Aritonang, menurunkan marga Aritonang Ompu Sunggu, Aritonang Rajagukguk, dan Aritonang Simaremare 7. Siregar, menurunkan marga Siregar dan cabang-cabangnya
Raja Borbor Keturunan Raja Borbor membentuk rumpun persatuan yang disebut dengan Borbor Marsada yang terdiri dari marga Pasaribu, Batubara, dan lain sebagainya.
Limbong Mulana Keturunan Limbong Mulana sebagai putera ketiga Guru Tatea Bulan memakai marga Limbong
Sagala Raja Keturunan Sagala Raja sebagai putera keempat Guru Tatea Bulan memakai marga Sagala.
Silau Raja Silau Raja sebagai putera bungsu Guru Tatea Bulan menurunkan marga Malau dan cabangcabangnya.
Raja Isumbaon Raja Isumbaon adalah putera bungsu Raja Batak. Raja Isumbaon mempunyai 3 (tiga) orang putera, yaitu: 1. Tuan Sorimangaraja 2. Raja Asiasi 3. Sangkar Somalidang Khusus keturunan Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang hingga saat ini belum diketahui pasti siapa keturunan mereka.
Tuan Sorimangaraja Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 (tiga) orang putera, yaitu: 1. Raja Naiambaton 2. Raja Nairasaon 3. Tuan Sorbadibanua Raja Naiambaton Keturunan Raja Naiambaton dikenal sebagai keturunan yang terdiri dari berpuluh-puluh marga yang tidak boleh saling kawin (ndang boi masiolian). Kumpulan persatuan rumpun keturunan Raja Naiambaton disebut dengan PARNA (Parsadaan Pomparan ni Raja Naiambaton).
Marga-marga keturunan Raja Naiambaton, antara lain: Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan cabang-cabangnya. Raja Nairasaon Marga-marga keturunan Raja Nairasaon, anatara lain: Manurung, Sitorus, Sirait, Butarbutar, dan cabang-cabangnya. Tuan Sorbadibanua Tuan Sorbadibanua mempunyai 8 (delapan) putera, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Sibagotnipohan Sipaettua Silahisabungan Raja Oloan Raja Hutalima Raja Sumba Raja Sobu Raja Naipospos
Sibagotnipohan
Sibagotnipohan sebagai cikal-bakal marga Pohan mempunyai 4 (empat) putera, yaitu: 1. Tuan Sihubil, sebagai cikal-bakal marga Tampubolon dan cabang-cabangnya 2. Tuan Somanimbil, sebagai cikal-bakal marga Siahaan, Simanjuntak, dan Hutagaol 3. Tuan Dibangarna, sebagai cikal-bakal marga Panjaitan, Silitonga, Siagian, Sianipar, dan cabang-cabangnya 4. Sonak Malela, menurunkan marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede Sipaettua
Marga-marga keturunan Sipaettua, antara lain: Hutahaean, Hutajulu, Aruan, Sibarani, Sibuea, Sarumpaet, Pangaribuan, dan Hutapea. Silahisabungan
Keturunan Silahisabungan yaitu marga Silalahi dan cabang-cabangnya Raja Oloan
Raja Oloan mempunyai 6 (enam) orang putera, yaitu: 1. Naibaho, yang merupakan cikal-bakal marga Naibaho dan cabang-cabangnya 2. Sigodang Ulu, yang merupakan cikal-bakal marga Sihotang dan cabang-cabangnya 3. Bakara, yang merupakan cikal-bakal marga Bakara
4. Sinambela, yang merupakan cikal-bakal marga Sinambela 5. Sihite, yang merupakan cikal-bakl marga Sihite 6. Manullang, yang merupakan cikal-bakal marga Manullang Raja Hutalima
Raja Hutalima tidak mempunyai keturunan Raja Sumba
Raja Sumba mempunyai 2 (dua) orang putera, yaitu: 1. Simamora, yang merupakan cikal-bakal marga Purba, Manalu, Simamora Debata Raja, dan Rambe 2. Sihombing, yang merupakan cikal-akal marga Silaban, Sihombing Lumban Toruan, Nababan, dan Hutasoit Raja Sobu
Marga-marga keturunan Raja Sobu, antara lain: Sitompul, Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, dan Lumban Tobing. Raja Naipospos
Raja Naipospos mempunyai 5 (lima) orang putera yang secara berurutan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Donda Hopol, yang merupakan cikal-bakal marga Sibagariang Donda Ujung, yang merupakan cikal-bakal marga Hutauruk Ujung Tinumpak, yang merupakan cikal-bakal marga Simanungkalit Jamita Mangaraja, yang merupakan cikal-bakal marga Situmeang Marbun, yang merupakan cikal-bakal marga Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, Marbun Lumban Gaol
Padan atau janji antar marga Dalam suku bangsa Batak, selain marga yang satu nenek moyang (satu marga) ditabukan untuk saling kawin, dikenal juga padan (janji atau ikrar) antar marga yang berbeda untuk tidak saling kawin. Marga-marga tersebut sebenarnya bukanlah satu nenek moyang lagi dalam rumpun persatuan atau pun paradaton, tetapi marga-marga tersebut telah diikat padan (janji atau ikrar) agar keturunan mereka tidak saling kawin oleh para nenek moyang pada zaman dahulu. Antar marga yang diikat padan itu disebut dongan padan. Marga-marga yang mempunyai padan khusus untuk tidak saling kawin, anatara lain: 1. Sihotang dengan Naipospos (Marbun) 2. Naibaho dengan Sihombing Lumban Toruan
3. Nainggolan dengan Siregar 4. dan lain sebagainya
Sihotang dengan Naipospos (Marbun) Seluruh keturunan Raja Naipospos diikat janji (padan) untuk tidak saling kawin dengan keturunan Raja Oloan yang bermarga Sihotang. Sehingga Sihotang disebut sebagai dongan padan. Memang pada awalnya pembentuk janji ini adalah Marbun. Namun ditarik suatu kesepakatan bersama bahwa keturunan Raja Naipospos bersaudara (na marhahamaranggi) dengan keturunan Sihotang. Hal ini dapat dilihat bersama bahwa hingga saat ini seluruh marga NAIPOSPOS SILIMA SAAMA (Sibagariang-Hutauruk-Simanungkalit-Situmeang-Marbun) tidak ada yang kawin dengan marga Sihotang. Pengalaman di lapangan bahwa memang ada-ada saja orang yang mempersoalkan padan ini. Mereka mengatakan bahwa hanya Marbun sajalah yang marpadan dengan Sihotang tanpa mengikutsertakan Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang. Perlu diketahui bersama bahwa telah ada ikrar (padan) para nenek moyang (ompu) bahwa padan ni hahana, padan ni angina; jala padan ni angina, padan ni hahana (ikrar kakanda juga ikrar adinda dan ikrar adinda juga ikrar kakanda). Benar Marbunlah pembentuk padan pertama terhadap Sihotang. Tetapi oleh karena Marbun sebagai anggi doli Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang, maka turut juga serta dalam padan dengan Sihotang. Contoh lain dapat pula dilihat bersama bahwa sesungguhnya Sibagariang tidaklah ada ikrar (padan) sama sekali untuk tidak saling kawin (masiolian) dengan Marbun. Tetapi oleh karena Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang marpadan dengan Marbun untuk tidak saling kawin maka Sibagariang pun turut serta dengan sendirinya oleh karena ikrar (padan) para nenek moyang (ompu) yang telah disebutkan di atas. Sehingga suatu padan yang umum bahwa keturunan Raja Naipospos dari isteri I (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang) tidak boleh saling kawin dengan keturunan Raja Naipospos dari isteri II (Marbun). Demikian pula halnya seluruh marga-marga keturunan Raja Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumban Batu, Marbun Banjar Nahor, dan Marbun Lumban Gaol) tidak boleh saling kawin dengan keturunan Sihotang.
Sumber dan rujukan • •
• • •
Ricardo Parulian Sibagariang dalam BLOG: Tarombo Batak Haran Sibagariang (Gelar: Ompu Basar Solonggaron), mantan Kepala Negeri Huta Raja sebagai sumber tertulis dalam buku sederhana susunannya sendiri tentang Raja Naipospos dan Keturunannya. Laris Kaladius Sibagariang, seorang yang dituakan dan kepala adat di Huta Raja, Sipoholon sebagai sumber lisan. W. M. Hutagalung, sebagai sumber pembanding dalam bukunya yang bejudul PUSTAHA BATAK Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak D. J. Gultom Raja Marpodang, sebagai sumber pembanding dalam bukunya yang berjudul Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak tentang marga keturunan Raja Batak
Diposkan oleh Ricardo Parulian Sibagariang di 4/05/2010 11:27:00 AM 0 komentar
Jumat, 13 Maret 2009 Tarombo Batak Batak adalah nama sebuah sukubangsa di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatra Utara.
Nama kumpulan Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang berdiam di wilayah Sumatera Utara, khususnya Tapanuli. Sub suku Batak adalah: • • • •
Suku Batak Silindung Suku Batak Samosir Suku Batak Humbang Suku Batak Toba
Tarombo Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum Adam diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.