SEJARAH BAHASA LATIN Albertus Erwin Susanto/XII-IA/SMA Seminari Mertoyudan, Magelang Pengertian Bahasa Latin adalah bahasa asli kota Roma dan dataran Latian (Latium). Latin termasuk salah satu cabang bahasa Italis dari bahasa Indo-European, sehingga berhubungan erat dengan bahasa Yunani, Etruria dan Celtic. Bahasa ini berawal dari dialek bahasa masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Tiber sejak sekitar 600 SM. Kata Latin itu sendiri berasal dari nama seorang raja bernama Latinus. Raja legendaris itu memimpin sebuah kota bernama Latina (diambil dari namanya) yang berpusat di Lazio (Latinum), Italia tengah dengan luas 2248 km2. Raja itulah yang menerima Aeneas masuk ke Latina dan menikahkan Aeneas dengan putrinya, Lavinia. Dari keturunan merekalah bangsa Romawi, yang menghidupi bahasa Latin awal, dilahirkan. Jadi, ketika bangsa Romawi muncul, bahasa Latin telah mendapatkan bentuknya terlebih dahulu. Bahasa Latin mendapat pengaruh besar dari bahasa Etruria (Etruscan) dan Yunani. Alfabet Latin atau Romawi diciptakan pada abad ke-7 SM dengan didasarkan pada bahasa tersebut1. Dari 26 Alfabet bahasa Etruria (yang juga sudah dipengaruhi bahasa Yunani), bahasa Latin mengambil 21 huruf. Alfabet Latin awal ialah A, B, C (digunakan untuk menggantikan huruf g dan k), D, E, F, ! (huruf Yunani zeta), H, I (digunakan untuk i dan j), K, L, M, N, O, P, Q, R (selama beberapa waktu huruf R ditulis P), S, T, V (untuk menuliskan u, v, w) dan X. Setelah penaklukan bangsa Yunani pada abad ke-1 SM, alfabet Latin mendapatkan tambahan huruf Y dan Z yang diambil dari alfabet Yunani kontemporer dan diletakkan pada urutan terakhir sehingga bahasa laint memiliki 23 huruf. Pada abad pertengahan alfabet Latin mendapat tambahan huruf J (untuk membedakannya dengan i), huruf U dan W (untuk membedakannya dengan v). Dialek bahasa Latin juga mendapat pengaruh dari dialek Faliscan, Oscan, Umbrian. Selanjutnya bahasa Latin dipergunakan secara luas di Jazirah Italia, namun kapan hal itu terjadi, para ilmuwan tidak dapat memastikannya.
1
Sejak 2000 SM orang-orang Latium mengadakan hubungan dengan orang-orang Yunani dalam hal perdangangan dan pencarian Aegean obsidian. Setelah 1200 SM bangsa Indo-European mengadakan invasi dan hubungan mereka dengan orang Yunani terputus. Baru dikemudian hari ketika Alexander Agung mengadakan ekspansi, Latium mengalami hubungan kembali dengan Yunani secara intens. Budaya Yunani diserap. 650 SM bangsa Etruscan (sekarang dikenal dengan Tuscany) mengadakan ekspansi ke Latium (para sejarawan, termasuk Herodotus memperdebatkan apakah bangsa Etruscan memang merupakan bangsa asli jazirah Italia atau bukan). Prasasti di Praeneste adalah bukti dari ekspansi Etruscan ini (bdk. M. Cary. A History of Rome. London: 1949, Macmillan, hlm. 17-31).
1
Bahasa Latin sama dengan bahasa percakapan lainnya yang hidupnya tidaklah statis. Bahasa Latin berkembang secara dinamis mengikuti praktek kehidupan masyarakat (popular) dan keputusan penyistematisan oleh pemerintah, dalam hal ini ialah pemerintah Romawi. Pembabagan Sejarah Bahasa Latin2 Preliterary Latin ( ? (600) - 250 SM) Sebuah artifak ditemukan, bukan di Roma, melainkan di Praeneste. Dari keterangan prasasti tersebutlah pembabagan masa ini dibuat. Di sana tertulis “Manios med fhefhaked Numasioi” (Manius made me for Numerius) (600 SM). Dari tulisan itu terlihat jelas perbedaan bahasa Latin kuno pada masa awal ini dengan latin klasik (Manius me fecit Numerio). Ditemukan suatu prasasti dari Forum Romawi dan Tivoli (Tibur) dari tahun 5 masehi, secara berkala, pada 1926. Keduanya tidak terlalu dipahami karena sudah banyak bagian yang hilang dan akhirnya menyulitkan untuk diinterpretasikan dan direstorisasi. Contoh bentuk kata-kata yang muncul dari era ini ialah: Recei – Regi – for of burden, sakros – sacer – holy, iouxmenta (iumenta) –beasts of burden, diouestod – iusto –lawfully. Pengejaan-pengejaan yang ada, sejauh diketahui, berasal dari Quirinal, suatu bukit di Roma tempat tinggal suatu suku Romawi. Nisan-nisan di Scipio, hukum dari 12 tablet, the Saliar dan Arval himne dan prasasti peringatan Gaius Duilius ditemukan dan diperkirakan berasal dari masa ini. Archaic Latin/Latin Kuno ( 250 B.C. – 90 BC) Dari beberapa prasasti dan sastra2 (Livius Andronicus, Naevius, Plautus, Ennius, the elder Cato, Terence, Pacuvius, Accius dan Lucilius) ditandailah masa ini. Para penulis masa ini secara umum masih menggambarkan tulisannya dalam pengaruh kepercayaankepercayaan (mitologis). Inilah hal yang menyebabkan beberapa idiom dari Latin Kuno bila dilihat dan dinilai dari standar bahasa Latin Klasik (secara makna maupun struktur kata) akan nampak salah. Bahasa Latin pada era ini mempunyai kedekatan dengan bahasa Oscan dan Venetik. Dalam if-clause, kalimat present digunakan sebagai ganti kalimat future. Si venis, te videbo, “if you come, I shall see you”. Namun dalam Latin Klasik nantinya menjadi si venies “if you (shall) come” – (Fr.) si tu viens, je te verrai. Namun dalam bahasa Italia (yang lazim sebagai idiom sastra) akan ditulis “se tu verrai (future), io te vedro”.
2
Berdasarkan Encyclopedia Britannica. William Benton: 1965, Chicago, hlm. 777.
2
Pada masa ini ortografi (aturan mengenai bahasa dan pelafalannya) belum distandarisasi, sehingga ada konsonan yang dilafalkan dua, diperpanjang (habuise, atau habuisse). Kata-kata dari bahasa Yunani diimpor, sebagai hukum, dan dilatinkan dalam bentuk dan suara. Sedapat mungkin hal-hal yang diimpor itu diubah dari bentuk asli. Latin Klasik (90 SM – 14 M) Ini merupakan masa keemasan dari bahasa dan sastra. Beberapa puisi tertulis yang jejaknya ditemukan saat ini ialah Lucretius (menyajikan gaya lama dalam bahasa), Catullus (yang merepresentasikan sebuah sekolah baru), Virgil dan Horace (bahasa yang dielaborasikan), Sallust (yang kaku), Caesar (sederhana dan langsung) dan prosa yang halus dari Cicero. Bahasa Latin yang digunakan oleh Caesar dan Cicero menjadi model. Ada ribuan prasasti ditemukan dari kota Roma semata dan pengaruh Yunani mengalami peningkatan dalam bahasa Latin. Bahasa Latin digunakan secara meluas, bahkan sampai di dataran Asia dan Afrika. Silver Latin (14 – 117 M) Masa ini berlangsung pada pemerintahan kaisar Tiberius sampai Trajan. Dalam masa-masa sebelumnya, penulis bahasa Latin kebanyakan bukanlah orang Roma, namun pada masa ini banyak di antaranya bahkan yang tidak lahir dari Italia. Pada masa ini Tacitus dilatih menjadi seorang retorikan. Seneca, Lucan, Martial, Quintilian (semua orang Spanyol) Tua, Pliny Muda dan Juvenal adalah penulis luar biasa pada era ini. Pada masa ini pula macam-macam dialek bahasa Latin berkembang di masingmasing
daerah
dan
bahasa
percakapan
Latin
(Latin
Vulgair)
mengalami
perkembangannya (dibandingkan dengan bahasa sastra Latin). Archaism Periode (AD 117 - 180). Era yang dipenuhi oleh kecintaan pada hal-hal kuno. Tokoh-tokoh bahasa Latin dari masa ini ialah Gellius, Fronto, Apuleius. Masa ini juga ditemani oleh inovasi-inovasi yang berani, terutama kreasi dalam bentuk sastra baru dan pengakuan akan hal-hal yang bersifat popular. Period of Decadence (Penurunan) dan Medieval Latin (500-1400 M) Masa ini diwarnai oleh penulis-penulis Kristen/Gerejawi, beberapa di antaranya adalah orang-orang terkenal dari Afrika, Tertullian, Cyprian, Arnobius dan Agustinus. Standar klasik bahasa Latin secara bertahap dan tanpa sadar menghilang dan perubahan-perubahan pengucapan kata-kata dalam bahasa Latin terjadi pada masa ini. Di era Renaissance nantinya, pidato Cicero menjadi patokan dalam pembelajaran bahasa Latin.
3
Perkembangan dan Persebaran Bahasa Latin dihidupi oleh bangsa Romawi dan disebarluaskan sebagai bahasa pemerintahan di sepanjang tanah jajahan Romawi. Bahasa ini diatur sedemikian rupa sehingga menjadi bahasa formal bagi para bangsawan, para religius dan para pemikir filsafat serta sastra pada masa pemerintahan romawi, sehingga mau bagaiamanapun, perannya lama kelamaan menggantikan bahasa lokal masyarakat dalam kawasan pemerintahan Romawi yang sebelumnya telah ada. Bahasa Latin menjadi bahasa yang ‘diagung-agungkan’, lebih dari bahasa Indo-European lainnya. Bahasa Latin tidak hanya berkembang di kota Roma, pusat pemerintahan Romawi, melainkan juga di daerah-daerah kekuasaan Romawi sehingga lahirlah dialek-dialek yang berbeda dalam penggunaan bahasa Latin. Bahasa Vulgair inilah yang nantinya berkembang menjadi bahasa-bahasa Romance, setelah bahasa Latin kandas (Perancis, Spanyol, Portugis, Catalan, Itali, Sardini dan Romania). Brooke Allen menuturkan bahwa bahasa Latin memiliki pengaruh 3x lebih luas dari pemerintahan Romawi itu sendiri pada masa kejayaannya3. Gereja Katolik pun menggunakannya sebagai bahasa liturgi yang resmi hingga Konsili Vatikan II berlangsung (1962-1965). Ketika bahasa Latin klasik mengalami kemunduran seiring kemunduran pemerintahan Romawi, bahasa Latin gerejawi tetap mempertahankan dirinya. Bahasa Latin, selain menjadi bahasa pergaulan, merupakan bahasa hukum dan ilmu yang sah. Para pemikir dan ahli-ahli eropa mesti menguasai bahasa Latin jika ingin mengutarakan pendapat dan penemuan-penemuannya. Hal ini pula yang mendasari tradisi tiaptiap perguruan tinggi di Eropa yang mengharuskan seluruh disertasi PhD ditulis dalam bahasa Latin (tercatat hingga 1919). Intinya bahasa Latin menjadi lingua franca untuk komunitas internasional, terutama dalam hal keilmuan. Daftar Pustaka Allen, Brooke (2009). The Life and Times of Latin. Hudson Cary, M., cs (1950). The Oxford Classical Dictionary. London: Clarendon Press. Cary, M (1949). A History of Rome. London: Macmillan. (1965) Encyclopedia Britannica. Chicago: William Benton. (1963) Encyclopedia International. Canada : Grolier. Hoeve, Van 1983. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru. (1955)Introduction to The Latin Language. New York: Folkways Records. Ristikivi, Merike (2005). Latin: The Common Legal Language of Europe? Tartu: Judirica International. Shelton, Colin. A Brief History of Latin. The Importance of Post-Antique Latin. Mundelein: Bolchazy-Carducci.
33
Brooke Allen, The Life and Times of Latin. Hudson: 2009.
4