REVIEW BUKU Judul buku
: Ilmu Pendidikan Islam
Nama Pengarang : Drs. Bukhori Umar, M.Ag Nama Penerbit Kota Terbit
: Amzah : Jakarta
Tahun Terbit Jml. Hal
: 2010 : xiv, 244
Oleh: 1. Abd. Rochim 2. Imam Muslim 3. Sukron Amin
BIOGRAFI PENULIS Drs. Bukhari Umar, M.Ag. lahir di Sibiruang, 21 September 1959. Setelah mengikuti pendidikan tingkat sekolah dasar, ia melanjutkan pendidikan ke Perguruan Islam Darul Huda Rao-rao Batusangkar. Setelah itu, ia memasuki IAIN Imam Bonjol, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam di Batusangkar, berijazah Sarjana Muda (BA) tahun 1984, sarjana lengkap (Drs.) tahun 1988. Setelah diangkat menjadi tenaga pengajar, ia berkesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di IAIN Alauddin Ujungpandang Program Studi Ilmu-ilmu Keislaman dan selesai tahun 1996. Pada saat ini, ia sedang mengikuti Program Doktor (S3) di IAIN Imam Bonjol Padang, Program Studi Pendidikan Islam. Karya tulis yang telah dihasilkan adalah: Pelaksanaan Ibadah Shalat Murid SD/MIS dan SD non-MIS di Rao-Rao (Skripsi SM), Keterpaduan Agama Islam dengan Ilmu Pengetahuan
dalam
Mencapai
Kesejahteraan
Manusia (Tesis
Sarjana
Lengkap), Keteladanan Rasulullah SAW dalam Pendidikan Keluarga(Tesis S2), Pendidikan Agama
dalam
Kurikulum
Madrasah
Aliah
Tahun
1994
(Peluang
dan
Tantangan) (Artikel), Pendidik Muslim dan Komitmen Keilmuan(Artikel), Pembinaan Masyarakat Madani dan Kontribusi Pendidikan Keluarga(Artikel), Potensi Beragama Manusia dan Kendala Internal dalam Pengembangannya (Artikel), Mencermati Strategi Pengajaran Rasulullah (Artikel),Urgensi Keteladanan dalam Pelaksanaan Pendidikan Islam (Artikel), Kedudukan Nasional (Artikel), Upaya
Pendidikan Merealisasikan
Islam
dalam
Prinsip-prinsip
Sistem
Pendidikan
Pendidikan Islam
dalam
Pembelajaran (Artikel),Cara Belajar Mahasiswa yang Bernilai Tinggi dan Bernilai Rendah (Studi di STAIN Batusangkar) (Artikel), Aktivitas Ibadah dan Pendidikan Keagamaan Lansia di Panti Sosial Tresna Werda Kasih Sayang Ibu kabupaten Tanah Datar, Filsafat Pendidikan Islam (Diktat), Ilmu Pendidikan Islam (buku ajar), Pemikiran Pendidikan Islam (buku). Jabatan yang pernah diemban adalah: Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, Pembantu Ketua Bidang Akademik, semuanya di lingkungan STAIN Batusangkar. Pada saat ini, ia adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar. PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan nikmat-Nya kita masih diberi kesempatan untuk mencari,menggali, membahas,dan mengamalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Ilmu Pendidikan Islam adalah salah satu mata kuliuah yang ada di Fakultas Tarbiyah INSTITUT KEISLAMAN HASYIM ASY’ARY (IKAHA). Mata kuliah ini menyiapkan mahasiswa menjadi seorang pendidik pendidikan Islam yang professional dan maju dalam segala bidang. Buku “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” karangan Drs. Bukhori Umar, M. Ag isinya sangat bagus. Dia menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam secara teliti dan runtut. Buku tersebut juga memungkinkan untuk dikonsumsi oleh semua kalangan karena dari sisi ekonomisnya itu sangat murah jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang terkandung dalam buku tersebut. Akhirnya kami merasa dalam penyusunan resume buku “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” ini masih banyak kekurangannya maka kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu suksesnya review ini terutama kepada Ibu Dosen DR. Hj. Mardhiyah, M. PdI yang senantiasa mendorong kami untuk mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di kehidupan sehari-hari. Semoga kesuksesan menjadi milik kita.
BAB 1
PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA A. Istilah Manusia Dalam Al-Qur’an Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna dan ciptaan yang terbaik. Dalam Al-Qur’an makna manusia terbagi menjadi 3 yaitu: al-basyar, al-insandan an-nas Ketiga kata tersebut menunjuk pada makna manusia, secara khusus memiliki penekanan pengertian yang berbeda. B. Fungsi Penciptaan Manusia Dalam Alam Semesta Manusia adalah Makhluk Tuhan yang diciptakan dengan bentuk raga yang
sebaik-baiknya. Fungsi penciptaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1. Kholifah 2. ‘Abd (Pengabdi Allah) C. Implikasi Konsep Manusia Dalam Pendidikan Islam Ada dua Implikasi terpenting dalam hubungan pendidikan Islam yaitu: 1. Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari komponen (materi dan immaterial). 2. Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagaikhalifah dan ‘abd.
BAB 2 KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Tarbiyah Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh. Kedua, rabiya-yarbamengikuti wazankhafiya-yahfa, yang artinya menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu mengikuti wazanmadda-yamudduyang artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara. B. Pengertian Ta’lim Ta’lim sebagai suatu istilah digunakan untuk mengungkapkan pendidikan yang dikemukakan para ahli yaitu: 1. Abdul Fatah Jalal bahwa ta’lim adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga terjadi penyucian (tazkiyah) atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran.
2. Muhammad RasyidRidha bahwa ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu, tanpa ada batasan dan ketentuan tertentu. 3. Syaikh Muhammad An-Naquib Al-Attas memberi makna at-ta’lim sebagai pengajaran tanpa pengenalan secara mendasar. 4. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa at-ta’lim merupakan upaya menyiapkan individu dengan mengacu kepada aspek-aspek tertentu saja. C. Pengertian Ta’dib Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan Wujud dan keberadaannya. D. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Prof.Dr. Omar Mohammad At-ToumiAsy-Syaibany mendefinisikan pendidikan Islam adalah Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Menurut Dr. Muhammad SA Ibrahimy mendefinisikan pendidikan Islam sebagai
Suatu
sistem
pendidikan
yang
memungkinkan
seseorang
dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam. Menurut Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali mendefinisikan pendidikan Islam sebagai Upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia.
BAB 3 SUMBER DAN DASAR PENDIDIKAN ISLAM A. Sumber Pendidikan Islam Sumber pendidikan Islam yang di maksudkan di sini adalah semua acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akanditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Urgensi penentuan sumber di sini adalah untuk: 1. Mengarahkan tujuan pendidikan Islam yang ingin di capai 2. Membingkai seluruh kurikulum 3. Menjadi standar dan tolok ukur dalam evaluasi Sumber pendidikan Islam terdiri dari 6 macam yaitu: 1. Al-Qur’an
2. 3. 4. 5. 6.
As-Sunnah Kata-kata sahabat Kemaslahatan umat Tradisi Hasil pemikiran para ahli dalam Islam
B. Dasar Pendidikan Islam Dasar pendidikan Islam ini terbagi menjadi 7 yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dasar Historis Dasar Sosiologis Dasar Ekonomi Dasar Politik dan istratif Dasar Psikologis Dasar Filosofis Dasar Religius BAB 4 TUJUANPENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian dan Fungsi Tujuan Tujuan pendidikan menurut Omar Muhammad At-TaumyAsy-Syaibani adalah perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan mempunyai beberapa fungsi yaitu: a. Mengakhiri usaha b. Mengarahkan usaha c. Merupakan titik untuk mencapai tujuan-tujuan lain d. Memberi nilai (sifat) pada suatu usaha B. Prinsip-Prinsip dalam Formulasi Tujuan Pendidikan Islam Prinsip universal Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan Prinsip kejelasan Prinsip tidak bertentangan Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan Prinsip perubahan yang diinginkan Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan C. Komponen-Komponen Tujuan Pendidikan Tujuan akhir dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Tujuan normatif a. Tujuan formatif b. Tujuan selektif c. Tujuan determinatif d. Tujuan integratif e. Tujuan aplikatif 2. Tujuan fungsional
a. Tujuan individu b. Tujuan sosial c. Tujuan moral d. Tujuan profesional 3. Tujuan operasional a. Tujuan umum b. Tujuan khusus c. Tujuan tidak lengkap d. Tujuan incidental e. Tujuan sementara f. Tujuan intermedier D. Formulasi Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi yaitu: 1. 2. 3. 4.
Tujuan pendidikan jasmani Tujuan pendidikan rohani Tujuan pendidikan akal Tujuan pendidikan social
BAB 5 FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM A. Pendidikan Sebagai Pengembangan Potensi Asumsi tugas ini adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi, sedangkan
pendidikan
merupakan
proses
untuk
Menumbuhkan
dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut. Abdul Mujib menyebutkan tujuh macam potensi bawaan manusia yaitu: 1. Al-Fitrah Jenis-jenis fitrah manusia terbagi menjadi tujuh yaitu: a. Fitrah Agama b. Fitrah Intelek c. Fitrah Sosial d. Fitrah Susila e. Fitrah Ekonomi f. Fitrah Seni g. Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan 2. Struktur Manusia Struktur manusia terdiri atas jasmani, rohani, dan nafsani. 3. Al-Hayah 4. Al-Khuluq 5. Ath-Thab’u 6. As-Sajiyah 7. As-Sifat 8. Al-‘Amal B. Pendidikan sebagai Pewarisan Budaya
Sumber nilai budaya dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Nilai Lahiriyyah 2. Nilai Insaniyyah C. Interaksi antara Potensi dan Budaya Manusia dengan kemampuannya sendiri tanpa diberi hidayah, akan sulit menemukan jati dirinya. Tafsir Al-Manar mengatakan bahwa hidayah allah itu ada 4 bagian yaitu: 1. 2. 3. 4.
Al-hidayah Al-Wijdani Al-Hidayah Al-Hawas Al-Hidayah Al-‘Aqli Al-Hidayah Ad-Din BAB 6 PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Konsep Pendidik dalam Pendidikan Islam Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik Pendidik terbagi menjadi dua yaitu: 1. Pendidik Kodrat 2. Pendidik Jabatan B. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam Pendidik adalah bapak rohani bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Dalam beberapa hadits disebutkan: “ Jadilah engkau sebagai guru, pelajar, pendengar, atau pencinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima sehingga kamu menjadi rusak”. Dalam hadits nabi yang lain: “Tinta seorang ilmuwan lebih berharga ketimbang darah para syuhada”. C. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam Pendidik diidentikkan dengan guru (gudan ru) yang berarti “digugu” dan “ditiru”. Di gugu yaitu dipercaya di tiru yaitu diikuti. Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan disimpulkan menjadi tiga: 1. Sebagai Pengajar 2. Sebagai Pendidik 3. Sebagai pemimpin D. Kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam Keberhasilan pendidik adalah pendidik berhasil menjalankan tugasnya apabila mempunyai beberapa kompetensi sebagai berikut: 1. Kompetensi personal-religius 2. Kompetensi sosial-religius 3. Kompetensi profesional-religius
E. Kode Etik Pendidik dalam Pendidikan Islam Etika pendidik terbagi menjadi tiga macam: 1. Etika yang terkait dengan dirinya sendiri, yaitu: a. Memiliki sifat-sifat keagamaan b. Memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia 2. Etika terhadap peserta didik, yaitu: a. Sifat-sifat sopan santun b. Sifat-sifat memudahkan 3. Etika dalam proses belajar mengajar, yaitu: a. Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan b. Sifat-sifat seni BAB 7 PESRTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Peserta Didik Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Undang-Undang Sisdiknas, pasal 1 ayat 4). Yang menjadi peserta didik bukan hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang masih berkembang, baik fisik maupun psikis. B. Kebutuhan Peserta Didik Al-Qussy membagi kebutuhan manusia (peserta didik) dalam dua kebutuhan pokok, yaitu: 1. Kebutuhan primer 2. Kebutuhan sekunder Agama dibutuhkan karena manusia memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya.Oleh karena itu, para ahli menyebut bahwa manusia adalah makhluk yang beragama (homo religious). C. Kode Etik Peserta Didik Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok kode peserta didik, yaitu: 1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah. 2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi. 3. Bersikap tawadhu’ 4. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai aliran 5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji 6. Belajar dengan bertahap dan memulai pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang sukar 7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lain 8. Mengenal nilai-nilai ilmiah 9. Memperioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi 10. Mengenal nilai-nilai pragmatis 11. Peserta didik harus tunduk pada nasehat pendidik D. Pengaruh Lingkungan terhadap Peserta didik
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berbeda di sekitar manusia.hal ini perlu diketahui pendidik agar dapat menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan kebutuhan pendidikan. 1. Pengaruh Lingkungan Keluarga 2. Pengaruh Teman 3. Pengaruh Setan BAB 8 FASE/PERIODESASI PENDIDIKAN ISLAM A. Pendidikan Islam Masa Prakonsepsi Faktor-faktor tersebut perlu dipertimbangkan karena beberapa hal: 1. Faktor kekayaan 2. Faktor keturunan 3. Faktor kecantikan 4. Faktor Agama B. Pendidikan Islam Masa Pranatal Pendidikan seorang anak sudah dimulai sejak berada dalam kandungan, proses pendidikan ini di berikan secara tidak langsung, yaitu: 1. Seorang ibu yang hamil, ia harus mendo’akan anaknya agar menjadi anak yang 2. 3. 4. 5.
shaleh Ibu harus selalu menjaga dirinya agar tetap makan dan minum yang halal Ikhlas dalam mendidik anak Memenuhi kebutuhan istri Mendekatkan diri kepada Allah
C. Pendidikan Islam Masa Bayi Pada masa bayi ini yang perlu diperhatikan oleh seorang ibu/bapak dalam merawat anaknya adalah 1. Hendaknya memberi nama yang baik bagi anak 2. Melaksanakan aqiqah anak 3. Melaksanakan kewajiban untuk menyusui minimal 2 tahun 4. Dalam melaksanakan kewajiban merawat anak, seorang ibu dan bapak harus menerapkan akhlak yang baik, seperti membaca basmalahsetiap kesempatan, baik saat akan menyusui, menyuapi, maupun kegiatan lainnya 5. Dalam pendidikan masa bayi ini dituntut adanya kerjasama yang baik antara ayah dan ibu, hindari pertengkaran-pertengkaran yang dapat mengganggu psikologis anak D. Pendidikan Islam Masa Kanak-kanak Perkembangan pada masa ini berlangsung dari usia 3-12 tahun dan masa anak-anak ini dibagi kepada tiga fase, yaitu: 1. Permulaan masa anak-anak 2. Pertengahan masa anak-anak 3. Akhir masa anak-anak
E. Pendidikan Islam Masa Remaja Masa ini berlangsung dari usia 12 sampai dengan 21 tahun yang terdiri atas tiga fase antara lain: 1. Masa pra-remaja 2. Masa pubertas 3. Akhir masa remaja F. Pendidikan Islam Masa Dewasa Pada usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang matang. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari norma-norma agama maupun yang berbeda dalam kehidupan ataupun ajaran agama. BAB 9 PENDIDIKAN ORANG DEWASA A. Pendahuluan Sesuai dengan namanya, pendidikan orang dewasa merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi orang dewasa (bukan anak-anak). Pendidikan orang dewasa mempunyai pendekatan, ruang lingkup, tujuan, maupun strategi yang berbeda
dari
pendidikan
untuk
anak-anak.
Pendidikan
orang
dewasa
menitikberatkan pada belajar secara berkelanjut sepanjang hayat untuk mempelajari keterampilan yang dapat digunakan dalam mengarahkan diri sendiri. Dalam menjalankan proses pendidikannya, orang dewasa lebih menyukai belajar dalam kondisi bebas, tidak begitu menyukai hafalan, dan lebih mengutamakan pemecahan masalah, serta hal-hal yang peraktis. Tujuan orang dewasa mengikuti pendidikan bervariasi. Ada yang bertujuan untuk promosi, naik pangkat, dan lain-lain. Ada pula yang mengikuti pendidikan untuk memperluas interaksi sosial antara sesama peserta atau memperdalam ilmu itu sendiri. (kumpulan Materi, 2004:4-2) Tujuan tersebut sangat menentukan proses belajar orang dewasa. Selain itu, proses belajar orang dewasa juga dipengaruhi berbagai faktor, seperti faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan sendiri, faktor pengarahan diri sendiri, faktor psikologis, faktor motivasi, dan faktor fisik. Peran dosen dalam pendidikan orang dewasa berubah dikarenakan faktor-faktor tersebut. B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ORANG DEWASA Pendidikan orang dewasa berbeda dari pendidikan anak-anak. Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi dan peniruan. Pendidikan
anak-anak
adalah
proses
pemberian
dasar-dasar
pengetahuan,
pembentukan sikap mental dan moral, serta pendidikan kewarganegaraan. Sedangkan pendidikan orang dewasa lebih menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan
problem-problem yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat. Sebagian besar pendidikan orang dewasa dilakukan dengan cara andrrogogik. C. KEBUTUHAN ORANG DEWASA AKAN PENDIDIKAN Pada mulanya manusia hidup di alam lepas seperti makhluk Tuhan yang lain. Ia mencari tempat berlindung dikala hujan dan berteduh ketika panas matahari sedang terik. Dikarenakan kebutuhan tersebut terjadi berulang-ulang maka manusia mulai berpikir membuat tempat berteduh yang permanent, yang kemudian berkembang jadi rumah. Dari yang sederhana, rumah terus berkembang sampai sekarang menjadi gedung-gedung pencakar langit seperti yang kita saksikan. Demikian pulalah perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang dan lapangan hidup manusia. D. BENTUK/CARA PENDIDIKAN ORANG DEWASA Bermacam-macam cara dan bentuk pendidikan orang dewasa telah ditempuh dan dilaksanakan orang dalam masyarakat. Mulai dari yang sangat sederhana sampai kepada bentuk sekolah secara teratur. Zakiah Darojat (1980-14-18) mengemukakan bahwa diantara cara yang dapat dilakukan oleh orang dewasa dalam proses pendidikan adalah cara yang tidak formal, ceramah umum, diskusi atau tukar pikiran, pengajian/penerangan agama, kursus/sekolah secara teratur, pendidikan melalui bacaan, pendidikan melalui radio/televisi dan biro-biro konsultasi. E. PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA Pada zaman penjajahan Belanda dalam kurun waktu tiga setengah abad dahulu, dapat dikatakan bahwa rakyat banyak tidak mendapat pendidikan di sekolah yang diadakan oleh pemerintah jajahan. Dikarenakan tujuan penjajah Belanda dalam mendirikan sekolah adalah hanya untuk mendapatkan tenaga yang murah, bukan untuk mengajar dan mencerdaskan rakyat jajahan. Sekolah-sekolah hanya dapat dimasuki oleh anak-anak pegawai dan orang-orang tertentu saja. BAB 10 KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM A. PENGERTIAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Lembaga menurut bahasa adalah “badan” atau “organisasi” (tempat berkumpul). Badan atau (lembaga) pendidikan, menurut Ahmad D. Marimba adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab pendidikan kepada si terdidik sesuai dengan badan tersebut. (Marimba, 1987:56) Lembaga pendidikan islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga islam yang baik, yang permanen, maupun yang berubah-ubah dan mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan
fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri. (Muhaimin, 1993:286) Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan islam adalah tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan islam, yang mempunyai struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan islam. Oleh karena itu, lembaga pendidikan islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan terlaksananya pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan, seperti sekolah (Madrasah) yang melaksanakan proses pendidikan islam. B. JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Menurut Sidi Gazalba, lembaga yang berkewajiban melaksanakan pendidikan islam adalah sebagai berikut: 1. Rumah Tangga yaitu: pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanakkanak sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah: orang tua, sanak kerabat, family, saudara-saudara, temansepermainan, dan kenalan pergaulan 2. Sekolah yaitu : pendidikan skunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidikannya adalah guru yang profesional. 3. Kesatuan sosial yaitu: pendidikan tartier yang merupakan pendidikan yang terakhir tetapi bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat, dan suasana masyarakat setempat C. TUGAS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM 1. Tugas keluarga 2. Tugas sekolah (Madrasah) 3. Tugas lembaga pendidikan Masyarakat BAB 11 KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM A. PENGERTIAN KURIKULUM Kata “KURIKULUM” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum munjul untuk kedua kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum digunakan dalam bidang olahraga,yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan duda macam, yaitu sebagai berikut.
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu. 2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan. (Tafsir, 2007: 53 ) B. PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 1. Prinsip berorentasi pada tujuan 2. Prinsip relevan. 3. Prinsip efesiensi dan efektivitas. 4. Prinsip fleksibilitas program. 5. Prinsip integritas. 6. Prinsip kontinuitas (istiqomah). 7. Prinsip sinkronisme. 8. Prinsip objektivita. 9. Prinsip demokrasi. 10. Prinsip analisis kegiatan. 11. Prinsip individualisme. 12. Prinsip pendidikan seumur hidup. C. ISI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Syarat-syarat yang perlu diajukan dalam perumusan kurikulum, yaitu sebagai berikut. 1. Materi yang disusun tidak menyalahi fitrah manusia. 2. Adanya relevansi dengan tujuan pendidikan islam, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri dengan ibadah kepada Allah SWT dengan penuh ketakwaan dan keikhlasan. 3. Disesuikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik. 4. Perlunya membawa peserta didik kepada objek empiris, praktik langsung, dan memiliki fungsi prakmatis, sehingga mereka memiliki keterampilan-keterampilan yang riil. 5. Penyusunan kurikulum bersifat integral, terorganisasi, dan terlepas dari segala kontradiksi antara materi satu dengan materi lainnya. 6. Materi yang disusun memilikin relavansi dengan masalah-masalah yang mutakhir, yang sedang dibicarakan, dan relevan dengan tujuan negara setempat. 7. Adanya metode dan mampu menghantar tercapainya materi pelajaran dengan memperhatikan perbedaan masing-masing individu. 8. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan peserta didik. 9. Memperhatikan aspek-aspek sosial, misalnya dakkwah islamiiyah. 10. Materi yang disusun mempunyai pengaruh yang positif terhadap jiwa peserta didik, sehingga menjadikan kesempurnaan jiwanya. 11. Memperhatikan kepuasan pembawaan fitrah, seperti memberikan waktu istirahat dan refresing untuk menikmati kesenian. 12. Adanya ilmu alat untuk mempelajariilmu-ilmu lain. BAB 12 METODE PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN METODE Metode atau metoda berasal dari bahasa yunani, yaitu metha dan hodos. Metha berati melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa arab, metode tersebut thariqoh. Mengajar berati menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. B. PENDEKATAN METODE PENDIDIKAN ISLAM Perwujudan strategi pendidikan islam dapat di konfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach). Jalaluddin Rahmat merumuskan pendekatan pendidikan islam dalam enam kategori, yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pendekatan Tilawah (Pengajaran) Pendekatan Tazkiyah (Penyucian) Pendekatan Ta’lim Al-Kitab Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah Yu’allim-kum ma lam Takunu ta’lamun Pendekatan Ishlah (Perbaikan)
C. ASAS-ASAS METODE PENDIDIKAN ISLAM Dr. M. Saleh Muntasir menjelaskan bahwa asas metode pendidikan dalam penyampaian pelajaran adalah menghindarkan ketegangan dan suasana yang menakutkan pada peserta didik dengan menggunakan pelatihan-pelatihan yang intensif, memberikan contoh dan tingkah laku yang baik, partisipasi yang memadai pada peserta didik, serta memandang bahwa segala aktivitas yang dilakukan merupakan ibadah, asal berangkatnya dengan “BISMILLAH” sebagai penghambaan tugas selaku wakil ALLAH. Empat asas umum metode pendidikan islam, yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
At-Tawasu’ fi Al-Maqashid la fi Al-Alah Mura’at Al-isti’dad wa Thab’i At-Tadarruj fi At-Talqin Min Al-Mahsus ila Al-Ma’qul
D. BEBERAPA METODE PENDIDIKAN ISLAM Abdurrahman An-Nahlawi (1989: 283-284) mengemukakan bahwa ada beberapa metode yang dipergunakan dalam pendidikan islam, yaitu sebagai berikut: 1. Pendidikan dengan Hiwar Qurani dan Nabawi 2. Pendidikan dengan kisah Qurani dan Nabawi 3. Pendidikan dengan perumpamaan 4. Pendidikan dengan teladan 5. Pendidikan dengan latihan dan pengalaman 6. Pendidikan dengan ‘brah dan Mau’izhah 7. Pendidikan dengan Targhib dan Tarhib
BAB 13 EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam Evaluasi berarti menetapkan fenomena yang di anggap berarti di dalam hal yang sama berdasarkan suatu standart. Pengukuran dalam pendidikan adalah usaha untuk memahami kondisi-kondisi objektif tentang sesuatu yang akan dinilai. Dalam Al-Qur’an atau Hadits banyak sekali ditemukan tolok ukur evaluasi dan measurement dalam pendidikan Islam. Misalnya tolok ukur shalat yang baik dan sempurna adalah dapat mencegah orang dari perbuatan keji dan munkar (QS.Al-‘Ankabut(29):45). Tolok ukur watak seseorang yang beriman adalah apabila ia melakukan shalat dengan khusyuk, membayar zakat, menjaga kemaluan terhadap wanita yang bukan istri (QS.Al-Mu’minun(23):2-5). B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam Secara umum, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam diarahkan pada dua dimensi.Secara khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadarpemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Implikasi dari konsep ini adalah adanya pemilahan perhatian terhadap peserta didik; kepada yang lemah diberi latihan khusus agar ia dapat mengejar dan memenuhi kekurangannya, sedangkan kepada yang cerdas diberikan pengayaan agar ia terus meningkatkan kemampuannya ke arah yang lebih baik lagi. Tujuan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk menilai pendidik, yaitu sejauh mana ia telah bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam 1. Evaluasi mengacu pada tujuan 2. Evaluasi dilaksanakan secara objektif 3. Evaluasi harus dilakukan secara komperhensif 4. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu(terus menerus) D. Jenis Evaluasi Pendidikan Islam Jenis-jenis evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Evaluasi formatif, 2. Evaluasi sumatif 3. Evaluasi diagnostic 4. Evaluasi penempatan E. Syarat-Syarat Evaluasi Pendidikan Islam 1. Validity 2. Reliable 3. Efisiensi BAB 14
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM A. Pendahuluan Prinsip-prinsip tersebut meliputi:prinsip terpadu dan seimbang. Prinsip di atas
harus
dipedomani
dalam
memformulasikan
teori-teori
dan
mengimplementasikan pendidikanIslam termasuk pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Sisdiknas, Pasal 1 ayat 20). B. Prinsip Integral dan Seimbang 1. Prinsip Integral Dalam ajaran Islam Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. 2. Prinsip Seimbang Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia, hak dan kewajiban. C. Prinsip Bagian dari Proses Rubbubiyah Dalam proses pemeliharaan,Allah juga konsisten dengan sunnatullah.Allah mengurus, memelihara, dan menumbuh Kembangkan alam secara bertahap dan berangsur-angsur. Dalam konsepyang teratur ini, Allah tidak lain adalah murabbi (pendidikan) yang sebenarnya. Ketentuan ini niscayakan penyertaan Allah dalam proses pendidikan tanpa berarti menafikan peranan manusia. Peranan manusia dalam pendidikan secara teologi dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan jadikan sebagai Khalifatullah fi al-ardh. Dalam pembelajaran, pendidik perlu menyadari bahwa tugas sedang dilaksanakannya adalah dalam posisinya sebagai kholifah (pengganti) Allah. Ia harus berkomunikasi dengan peserta didik atas dasar rasa tanggugjawab, penuh kasih sayang, adil, tidak berlaku zalim, dan suka membantu. D. Prinsip membentuk Manusia Seutuhnya Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidikandalam proses pembelajaran. Pendidikan harus mengembangkan kecerdasan intelektual (intellectual quotient), kecerdasan emosional (emotional quotient), dan kecerdasan spritual (spiritual quotient) secara simultan. Pendidik jangan dulu merasa puas melihat peserta didik yang memiliki kompetensi kognitif sebelum ia dapat memiliki akhlak terpuji dan tekun beribadah. Begitu juga sebaliknya. Semua komponen kemanusiaan peserta didik harus dikembangkan secara simultan agar ia menjadi manusia yang utuh. E. Prinsip Selalu Berkaitan Dengan Agama Pendidikan islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan tauhid yang rela menjadi fitrah
manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun kearah itu. Oleh karena itu, pendidikan islam selalu menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, agama disini lebih kepada fungsinya sebagai sumber moral dan nilai. Dengan pengertian ini, titik berat pengajaran agama bukan pada kedudukan teknisnya sebagai suatu disiplin ilmu, melainkan dalam rangka pencerdasan manusia dan penanaman nilai dan moral yang sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang menjadi esensi ajaran agama. Dengan demikian, akan terbentuk manusia yang “mengerti” akan posisi sendiri. F. Prinsip Terbuka Dalam islam diakui adanya perbedaan manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan manusia, atau ketakwaannya. Oleh karena itu, pendidikan islam pada dasarnya bersifat terbuka, domokrasi, dan universal. Pendidikan seperti ini harus berwawasan kemanusiaan, yang melampaui batas-batas tempat, waktu, bahasa, dan lainnya yang sesuai dengan universalitas ajaran islam itu sendiri. Keterbukaan pendidikan islam juga ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dari luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada al qur’an dan hadist. G. Menjaga Perbedaan Individual Dalam pembelajaran, pendidikan harus memperhatikan dan menjaga perbedaan individual peserta didik, baik yang berhubungan dengan tipe belajar maupun tingkat kemampuan. Untuk mengakomodasi perbedaan tipe belajar peserta didik yang berbeda, pendidik dapat menggunakan perilaku mengajar yang bervariasi. Peserta didik yang bertipe belajar visual akan merasakan tertarik apabila pendidik menggunakan tulisan, gambar, dan benda-benda yang dapat disaksikan. Peserta didik yang bertipe belajar audio akan merasa senang apabila pendidikan dapat menyuguhkan pelajaran dengan memperdengarkan suara (baik suara pendidik langsung maupun media belajar yang bersuara). Demikian juga, peserta didik yang bertipe belajar motorik akan merasa puas apabila pendidikan melengkapi pengajarannya dengan gerakan-gerakan yang relevan. H. Prinsip Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan islam adalah terbentuknya akhlak alkarimah. Pembentukan membutuhkan rentang waktu yang panjang, yaitu sepanjang hayat manusia. Rosulullah SAW menegaskan bahwa masa pendidikan terentang dari sejak buaiyyan (lahir) hingga ke liang kubur atau akhir hayat.
BAB 15 KEDUDUKAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL A. Pendahuluan Pemerintah bersama DPR berhasil menetapkan undang-undang yang di pandang memadai untuk mengakomodasi semua kepentingan dan mengatasi masalah pendidikan nasional, yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). B. Tinjauan Tujuan Tujuan adalah suatu kondisi yang ingin dicapai dengan melaksanakan suatu aktifitas. C. Tinjauan Metode Abdurrahman An-Nawawi (1989:283) mengemukakan bahwa dalam pendidikan Islam dapat digunakan berbagai metode yang meliputi metode hiwarqurani dan nabawi, kisah qurani dan nabawi, perumpamaan, teladan,latihan dan pengalaman, ‘ibrah dan mauizdah, serta targhibdantarhib D. Tinjauan Peserta Didik dan Kurikulum Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Sisdiknas, pasal 1: 4) E. Tinjauan Kelembagaan Sidigazalba (1970: 26) menulis bahwa lembaga yang berkewajiban melaksanakan kewajiban Islam adalah: 1. Rumah Tangga 2. Sekolah 3. Kesatuan social
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN DARI BUKU INI YAITU : Kelebihan-kelebihan buku ini sangat banyak sekali di antara yaitu menjadi panutan bagi para pendidik dan orang tua terhadap anak-anaknya untuk mendidik yang baik dan benar yang nantinya akan menjadi anak yang bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama. Kejelihan dan ketelitian serta keruntutan pengarang dalam mengupas teori terkait pendidikan islam merupakan sisi kelebihan dari buku yang di tulisnya. Pembahasan yang sistematis dan pemakaian bahasa yang ilmiah menjadikan buku ini sangat cocok untuk klangan akademis dan praktisi pendidikan . hanya saja untuk pratiksi pendidikan mungkin perlu memutar otak lagi mengingat buku ini sanagat minim menyiapkan konsep yang siap untuk di pakai. Rumusan teori yang di bangun tidak sebanding dengan konsep yang di tawarkan. Di sini pembaca akan bisa menemukan sisi kelemahan dari buku karyanya. Di buku ini, mencari bab-bab yang lain (pendidikan umum) tidak ada yang ada hanya masalah pendidikan Islam saja. Baik di sandari maupun tidak, keduanya memiliki keterkaitan erat seperti halnya benangbenang pada kain. Antara satu benang dengan benang yang lain tak dapat di pisahkan. Oleh karena itu untuk membuat sepotong kain , satu benang saja tidak cukup . artinya antara pengetahuan umum dan agama merupakan dua hal yang harus menyatu (unified) jika ingin mencapai pendidikan yang mempunyai nilai sepiritual, moral dan intelektual