PUTRI YANI LUBIS 220110100113
RESUME KASUS Lupus-Eritematosus-Sistemik
Ny. C (40 tahun) mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar matahari. Sering timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram yang muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.
DEFINISI Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh dan tidak diketahui penyebabnya. SLE menyerang wanita kira-kiradelapan kali lebih sering daripada pria. Penyakit ini sering kali berawal pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Jika penyakit ini baru muncul pada usia diatas 60 tahun, biasanya akan lebih mudah untuk diatasi. Diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang menyerupai kupu-kupu, melintasi tonjolan hidung dan meluas pada kedua pipi. Gambaran ini menyerupai gigitan serigala (dalam bahasa latin lupus berarti serigala). SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai suatu gangguan bersifat fulminal dan mematikan. (Sylvia A P 1995) Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan disregulasi sistem imun,menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh. Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus Eritematosus Disseminata, Lupus) adalah suatu penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam. SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem
yang disebabkan
oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan yang berlebihan
produksi
autoantibodi
(Albar, 2003).
Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).
ETIOLOGI Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan, keturunan, dll. a. Faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
Infeksi
Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
Sinar matahari
Sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimun.
Stres yang berlebihan
Obat-obatan tertentu
Makanan
b. Faktor Genetik Sampai saat ini, tidak diketahui gen-gen yang menjadi penyebabnya, lupus diturunkan angkanya relatif kecil, kemungkinan hanya 10 % .
c. Faktor Hormon Faktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa lebih sering terkena lupus dibanding pria. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon, khususnya estrogen, menjadi pencetus lupus.
MANIFESTASI KLINIS
Demam
Rasa lelah
Lemah
Berat badan kurang
Ruam khas berbentuk kupu-kupu
Pluritis (nyeri dada)
Alopesia (rambut rontok)
Fotosensitifitas
SSP : perubahan tingkah laku (depresi, psikosis), kejang-kejang, gangguan saraf otak, dan neuropati perifer.
Ulkus mulut
Urinalisis : hematuria, silinderuria, dan protein uria
Mata : konjungtivitis, episkleritis, neuritis optik, dan sindroma sika.
Anoreksia
Nyeri perut akibat vaskulitis peradangan pembuluh darah)
Mual dan muntah
Rambut rontok
KOMPLIKASI o Infeksi sekunder, sampai sepsis o Gagal ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES. Gagal ginjal dapat terjadi akibat deposit kompleks antibody-antigen glomerulus disertai pengaktifan komplemen resultan yang menyebabkan cedera sel o Perikarditis (peradangan kantong pericardium yang mengelilingi jantung) o Peradangan membrane pleura yang mengelilingi paru dapat membatasi pernapasan. Seperti bronchitis o Vaskulitis diseluruh pembuluh serebrum dan perifer o Efusi pleura o Hipertensi dan kejang o Gangguan pertumbuhan o Abnormalitas mata o Kerusakan muskuloskeleta o Gangguan fungsi gonad
KLASIFIKASI Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu 1. Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit. Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia. Lesi ini timbul
yang di
kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005). 2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan syaraf. 3. Drug Induced Lupus(DIL), Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur). Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.
Kriteria klasifikasi lupus eritematosus sistemik Kriteria ACR 1982 Ruam malar (butterfly)
Kriteria ACR 1997 Ruam malar (butterfly)
Ruam lupus diskoid
Ruam lupus diskoid
Fotosensitivitas
Fotosensitivitas
Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal
Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal
Artritis nonerosif
Artritis nonerosif
Nefritis
Nefritis
Proteinuria > 0,5 gr/hari
Proteinuria > 0,5 gr/hari
Sel silinder
Sel silinder
Ensefalopati
Ensefalopati
Seizure
Seizure
Psikosis
Psikosis
Pleuritis atau perikarditis
Pleuritis atau perikarditis
Sitopenia
Sitopenia
Imunoserologi positif
Imunoserologi positif
Antibodi terhadap dsDNA
Antibodi terhadap dsDNA
Antibodi terhadap nuklear antigen Sm
Antibodi terhadap nuklear antigen Sm
Sediaan sel LE positif
Antibodi antifosfolipid positif, berdasar :
Uji biologis positif palsu untuk sifilis
1. antibodi antikardiolipin IgG atau IgM 2. antikoagulan lupus 3. uji serologi positif palsu untuk sifilis selama 6 bulan, dikonfirmasi dengan uji imobilisasi Treponema pallidum
Uji antibodi antinuklear positif
atau uji absorpsi antibodi treponemal fluorescent
(Dikutip dengan modifikasi dari Petty dan Laxer, 2005)
PENATALAKSANAAN 1. Farmakologi o Antimalaria efektif digunakan untuk manifestasi ringan atau sedang (demam, atralgia, lemas atau serositis) yang tidak menyebabkan kerusakan
organ-
organ penting.Pemberian antimria dilakukan pada 1 sampai 2 minggu awal terapi
dan kebanyakan pasien mengalami regresi eritema lesi kulit pada 2
minggu pertama. Jika pasien memberikan respon yang baik. Obat malaria yang sering digunakan adalah : Klorokuin Klorokuin mempunyai indeks terapetik yang sempit sehingga tidak dianjurkan pemberian secara parenteral untuk anak-anak. Dosis yang digunakan 150 mg (250 mg klorokuin fosfat) per hari. Efek samping yang terjadi meliputi ocular toksisitas (keratopati dan retinopati), saluran cerna, SSP, kardiovaskular, dll. Sebaiknya diberikan bersama dengan makanan karena bioavailabilitasnya bagus (absorpsi meningkat). Secara luas didistribusikan di seluruh tubuh, mengikat
sel-sel
yang mengandung melanin yang terdapat dalam kulit dan mata, 50% – 65% terikat dengan protein plasma. Hidroksiklorokuin Dosis yang digunakan 155 – 310 mg (200 – 400 mg hidroksiklorokuin sulfat). Efek samping yang terjadi sama dengan klorokuin tetapi kardiomiopati jarang terjadi. Didistribusikan ke dalam air susu ibu (ASI) (McEvoy, 2002). Kortikosteroid Penderita dengan manifestasi klinis yang serius dan tidak memberikan respon terhadap penggunaan obat lain seperti NSAID atau antimalaria diberikan terapi kortikosteroid. Beberapa pasien yang mengalami lupus eritematosus pada kulit baik kronik atau subakut lebih menguntungkan jika diberikan
kortikosteroid
topikal
atau
intralesional.
Kortikosteroid
mempunyai
mekanisme kerja sebagai antiinflamasi. Prednison kadar rendah 2,5-15 mg/hari
Imunosupresif (seperti siklofosfamid) ditambahkan. Bila 6 minggu tidak berhasil, dosis 500-1000 mg/m2 sebulan sekali selama 6 bulan, kemudian setiap 3 bulan sampai 2 tahun.
o
Aspirin
o
Metilprednison 1 gr/hari IV selama 3 hari lalu dilanjutkan dengan prednisone 1-1,5 mg/kgBB/hari Obat ini dapat diberikan 4-6 minggu, lalu dilakukan tapering off.
o Metotreksat Merupakan analog asam folat yang dapat mengikat dehidrofolat reduktase, memblok pembentukan DNA, dan menghambat sintesis purin. Pada terapi SLE, digunakan dosis 7,5 – 15 mg secara oral satu kali seminggu (Herfindal et al., 2000). o Mikofenolat mofetil Efektif pada lupus nefritis terutama pada pasien yang tidak menunjukkan respon dan intoleran terhadap siklofosfamid. Dosis yang diberikan dua kali sehari sebesar 1 g dan setelah 12 bulan pemakaian dihentikan, diganti dengan azatioprin (Rahman, 2001). 2. NonFarmakologi o Istirahat Perlu istirahatcukup dan menghindari aktivitas berat Perlu menghindari : -
Faktor pencetus
-
Rokok
-
Perubahan cuaca
-
Stress
-
Trauma fisik
-
Terpajan sinar matahari, khususnya pukul 10.00-15.00 dengan : krim
kulit, baju lengan panjang/jilbab, topi, paying -
Estrogen (kontrasepsi) : pengaturan kehamilan
o Diet Diet tertentu disesuaikan dengan kadar dalam darah. diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. o Aktivitas Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien LES.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1) CBC (Complete Blood Cell Count)mengukur jumlah sel darah, maka terdapat anema, leukopenia,trombositopenia. LED, CRP meningkat 2) ESR(Erithrocyte Sedimen Rate), laju endap darah pada lupus akan akan lebih cepat daripada normal. 3) fungsi hati dan ginjal (biopsi) 4) u r i n a l y s i s pengukuran urin :kadar protein dan sel darah merah 5) X - r a y d a d a ( Radiologi) 6) ECG (Echocardiogram) 7) ANA (antibodi antinuklear)
PROGNOSIS Angka harapan hidup pada pasien SLE adalah : 90 hingga 95% dalam 2 tahun, 82 hingga 90% dalam 5 tahun, 71 hingga 80% 10tahun, dan 63 hingga 75% dalam 20 tahun. Tetapi beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik, banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan. Wanita penderita lupus yang hamil dapat bertahan dengan aman sampai melahirkan bayi yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal ataupun jantung yang berat dan penyakitnya dapat dikendalikan. Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%. Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang mengalami kelainan otak, paruparu, jantung dan ginjal yang berat dan pada negara berkembang prognosis juga lebih buruk.
PATOFISIOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN a. Identitas Nama
: Ny. C
Usia
: 40 tahun
Alamat
:-
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Agama
:-
Suku bangsa
:-
Tanggal masuk dirawat
:-
Diagnosa medis
: Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
b.
Keluhan utama
: Pasien mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar
matahari c.
Riwayat kesehatan sekarang : Timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam, dan pegal-pegal.
d. Riwayat kesehatan masa lalu : e. Riwayat kesehatan keluarga : f. Data Psikososial
:
g. Data Spiritual
:
h. Pemeriksaan fisik -
Inspeksi a. Ruam merah yang membentang di kedua pipi (Butterfly Rash) b. Ruam merah menyerupai cakram di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.
Palpasi Ruam menonjol dan bersisik. Auskultasi : Perkusi
:
B. ANALISIS DATA No 1
Data Fokus
Etiologi
Masalah Keperawatan
DO : Klien sering
Antibody
Intoleransi Aktivitas
merasa lemah dan
↓
berhubungan dengan
kelelahan yang berlebihan DS : -
Sel Darah Merah ↓
malaise
↓ Anemia ↓ Malaise ↓ Intoleransi Aktivitas
2
DS : Klien mengeluh
inflamasi muskoskeletal
Imobilitas fisik
pegal-pegal
↓
berhubungan dengan nyeri
Aliran, nutrisi O2 ↓
yang dirasakan oleh klien
↓ pegal-pegal ↓ Gangguan Imobilitas 3
DO : Demam DS : -
Kerja Hipotalamus ↑ ↓ Suhu tubuh lebih dari normal
Gangguan Termoregulasi berhubungan dengan peningkatan kerja hipolatamus
↓ Demam ↓ Ganguan Termoregulasi 4
DO : Terdapat butterfly rush pada kulit klien, kulit bersisik DS : -
Inflamasi kulit ↓ Trombosis pd pembuluh
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi kulit
darah ↓ Ruam-ruam, kemerahan ↓ Butterfly Rush ↓ Gangguan integritas kulit
5
DO : gangguan pencernaan DS : -
Aliran ke usus ↓ ↓ Syaraf Simpatis aktif ↓ Parasimpatis ↓
Resti Intake Nutrisi berhubungan dengan kerja peristaltic usus
Peristaltic usus ↓ Distensi lambung ↓ Mual & Muntah ↓ Resti intake nutrisi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malaise
2.
Imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri yang dirasakan oleh klien
3.
Gangguan Termoregulasi berhubungan dengan peningkatan kerja hipolatamus
4.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi kulit
5.
Resiko terjadi harga diri rendah berhubungan perubahan citra tubuh
6.
Resiko terjadi Intake Nutrisi berhubungan dengan kerja peristaltic usus
D. INTERVENSI No.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan 1
Intoleransi
Klien
Aktivitas
dalam
berhubungan
yang
dengan
dengan
malaise
yang
berpartisipasi aktifitas
Mandiri :
fisik 1. Tentukan
Mandiri : 1. Mengetahui
dibutuhkan
penyebab
penyebab
peningkatan
keletihan
keletihan
memadai
denyut
pada 2. Pantau respon
jantung,
membantu
kardio
perawat
frekuensi respirasi, dan
respiratori
menentukan
tekanan darah dan pola
terhadap
intervensi
yang dipantau dalam
aktifitas
tepat
batas normal
(mis.:
yang
2. Kolapsnya
takikardi,
sirkulasi
dapat
disritmia,
terjadi
dispnea,
akibat dari stress
sebagai
diaphoresis,
aktifitas
pucat,
curah
dan
frekuensi
jika jantung
berkurang
respirasi) 3. Menjaga 3. Ajarkan
dari
kepada klien
tubuh
kekurangan
suplai O2
atau keluarga 4. Mencegah tentang teknik
kelelahan
perawatan diri
klien
yang
pada
akan
meminimalka n
konsumsi
oksigen 4. Ajarkan klien atau keluarga tentang pengaturan aktifitas
dan
teknik manajemen waktu Kolaborasi : Kolaborasi : 1. Berikan obat analgesic
1. Analgesik
dapat
menurunkan rasa nyeri
2. Kolaborasikan 2. Aktifitas
yang
dengan ahli
terprogram
akan
terapi okupasi
mencegah
atau fisik
kelelahan
yang
untuk
berlebih
pada
merencanakan
klien
dan memantau 3. Nutrisi yang baik
program
dapat
aktifitas
meningkatkan
3. Rujuk pada
energy klien
ahli gizi untuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan makanan yang tinggi energi 2
Imobilitas
Menunjukan
fisik
mobilitas
berhubungan
(pergerakan sendi dan
kebutuhan
kesehatan yang
dengan nyeri
otot,
klien
baik dapat
yang
perpindahan,
dirasakan oleh
tubuh yang seimbang)
klien
tingkat
Mandiri :
membaik 1. Kaji
melakukan posisi
Mandiri : 1. Pelayanan
akan
bantuan
membantu
pelayanan kesehatan 2. Berikan
2. Penguatan positif memberikan motivasi klien
penguatan
untuk terus
positif selama
beraktivitas.
aktivitas
3. Menjaga
3. Intruksikan klien
fleksibilitas sendi
untuk
pergerakan sendi. Kolaborasi : Kolaborasi : 1. Rujuk ke ahli
1. Perencanaan dengan ahli terapi
terapi fisik
membantu
atau okupasi
menentukan
sebagai
intervensi yang
sumber dalam
tepat .
perencanaan aktivitas perawatan klien. 3
Gangguan
Klien akan menunjukan
Termoregulasi termoregulasi
Mandiri :
Mandiri :
yang 1. Ajarkan klien 1. Pengetahuan
berhubungan
baik dibuktikan dengan
atau keluarga
klien mengenai
dengan
indicator:
dalam
hipertermia dapat
peningkatan
- Suhu kulit dalam
mengukur
mencegah resiko
suhu
lebih lanjut
kerja
rentang
hipolatamus
diharapkan
yang
- Suhu tubuh dalam batas normal - Nadi dan pernafasan
untuk
mencegah dan 2. Mengatasi mengenali secara
gangguan suhu dini
hipertermia
dalam rentang yang 2. Gunakan diharapkan
tubuh 3. Mengetahui tingkat
waslap dingin
hipertermia
atau kantung es
yang
dibalut dengan pakaian 3. Pantau
Kolaborasi :
tekanan darah,
1. Antipiretik dapat nadi,
dan pernafasan
Kolaborasi 1. Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan
menurunkan suhu tubuh
4
Gangguan
Menunjukan integritas
Mandiri :
Mandiri :
integritas kulit kulit ditandai dengan 1. Lakukan :
suhu,
1. Kulit
yang
berhubungan
indicator
dengan cairan
elastisitas,
tubuh yang
jaringan dalam rentan
(mis:pertahank
gangguan
menurun
yang diharapkan.
an
integritas kulit.
hidrasi
perawatan kulit
terawat
secara
mengurangi
rutin
jaringan
dapat
terbebas
dari 2. Pengetahuan
drainse
dan
yang
dimiliki
kelembapan
dapat
menolong
yang
dapat mencegah
berlebihan,
munculnya
lindungi
klien
maslah di masa
resiko
yang akan datang
dari luka)
2. Ajarkan klien atau
keluarga
tentang kerusakan kulit.
tanda
Kolaborasi : 1. Bermanfaat menentukan
penggunaan / kebutuhan kalori Kolaborasi :
dengan tepat.
1. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori
dan
vitamin. 5
Resti diri
harga Klien menunjukan
Mandiri :
rendah harga diri, ditandai
berhubungan perubahan
1. Kaji
dengan indicator : -
citra tubuh
-
1. Mengetahui
pernyataan
pandangan
Mengungkapakan
klien
tentang
penerimaan
penghargaan
membantu
diri.
menentukan
diri
secara verbal -
Mandiri :
Mempertahankan
tentang
2. Tentukan rasa
kontak mata
percaya
Menerima kritikan
klien
dari orang lain
penilaian diri.
klien dirinya
intervensi
diri 2. Mengetahui dalam
3. Pantau
tingkat
rasa
percaya diri klien 3. Pengungkapan diri
pengungkapn
yang negatif dapat
diri
menurunkan
yang
negatif. 4. Berikan
rasa
percaya diri klien. 4. konseling
informasi
berfungsi sebagai
tentang
tempat
pentingnya
mencurahkan
konseling.
pandangannya
5. Hindari
terhadap diri.
tindakan yang 5. Tindakan dapat
klien
yang
melemahkan klien
melemahkan
dapat menurunkan
klien
rasa percaya diri klien.
6
Resti
Intake Tingkat
Nutrisi
tercukupi
berhubungan
memenuhi
dengan
metabolik
gizi
klien
Mandiri :
Mandiri :
untuk 1. Buat kebutuhan
1. Makan
yang
perencanaan
terjadwal
dapat
makan
memperbaiki
menurunnya
dengan klien
kondisi gizi klien
kerja
untuk
peristaltic
dimasukan
dapat
usus
dalam jadwal
memperburuk
makan,
tingkat gizi klien
2. Mual dan muntah
kesukaan dan 3. Hilangnya nafsu ketidaksukaan
makan
klien
memperburuk
2. Minimalkan factor
klien
tingkat gizi klien
yang
dapat
Kolaborasi :
menimbulkan 1. Nutrisi yang baik mual
dan
muntah
meningkatkan
3. Identifikasi dan hindarkan faktor-faktor yang
dapat
dapat
berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan klien
Kolaborasi : 1. Diskusikan
energy klien
dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan dengan ketidakadeku atan asupan klien
DAFTAR PUSTAKA 1. Klein-Gitteman MS, Miller ML. Systemic Lupus Erythematosus. In : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Textbook of Pediatrics. 17th Ed Philadelphia, WB Saunders 2004. pp. 809-812.
2.
Lehman TJ. A practical guide to systemic lupus erythematosus. Pediatr Clin North Am 1995; 42 : 1223–38.
3.
Boumpas DT, Austin HA, Fessler BJ. Systemic lupus erythematosus : Renal, neuropsychiatric, cardiovascular, pulmonary and hematologic disease. Ann Intern Med 1995; 122 : 940–50.
4.
Wallace DJ. Antilamarial agents and lupus. Rheum Dis Clin North Am 1994; 20 : 243263.
5.
Bansal VK, Beto JA. Treatment of lupus nephritis: a meta-analysis of clinical trials. Am J Kidney Dis 1997; 29 : 193-199.
6. Editor : Prof. DR. Adhi Juanda. Anggota Editor : dr. Mochtar hamzah, DR. Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketiga. Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Jakarta, 1999.