PANDUAN PRAKTIK PENDEKATAN KONSELING SOLUTION FOCUSED BRIEF COUNSELING (SFBC)
Ditulis guna memenuhi tugas Lokakarya 5 – Konseling Individu
Disusun Oleh Kelompok 4 : Desy Ratnasari, S.Pd Dwi Laksmi Danisworo, S. Pd Familla Rosa, S.Pd Pradhita Nugraheni, S.Pd Sugesti Yoan Ahmad Yani, S.Pd
(11201819528) (11201824085) (11201810595) (11201810228) (11201820852)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kelompok penulis dapat menyelesaikan “Panduan praktik pendekatan konseling Solution Focused Brief Counseling (SFBC)” dengan baik. Kelompok penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan panduan praktik pendekatan konseling ini, semoga mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penyusunan panduan praktik pendekatan konseling ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan laporan ini. Demikian “Panduan praktik pendekatan konseling Solution Focused Brief Counseling (SFBC)” disusun, semoga bermanfaat bagi kelompok penulis dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Oktober 2018 Penulis
Kelompok 4 - SFBC
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1 C. Tujuan .............................................................................................................. 4 D. Manfaat Penulisan............................................................................................ 4 E. Sasaran Penulisan ............................................................................................ 5 BAB II KONSEP DAN PROSEDUR PRAKTIK KONSELING PENDEKATAN SOLUTION FOCUSED BRIEF COUNSELING (SFBC) ..... 6 A. Pengembang Teori SFBC ................................................................................ 6 B. Konsep Dasar Pendekatan SFBC ..................................................................... 7 C. Asumsi Individu Bermasalah dalam SFBC .................................................... 9 D. Tujuan Konseling SFBC (Solution Focus Brief Counseling) .......................... 9 E. Tahap-tahap Konseling SFBC (Solution Focus Brief Counseling) ................. 9 F.
Teknik-teknik konseling SFBC (Solution Focus Brief Counseling) ............. 17
BAB III EVALUASI PRAKTIK KONSELING .............................................. 17 A. Evaluasi Proses .............................................................................................. 21 B. Evaluasi Hasil ................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28 LAMPIRAN ......................................................................................................... 29
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling SFBC Lampiran 2. Lembar informerd consent (Persetujuan Pelaksaaan Konseling) Lampiran 3. Lembar Pendaftaran Konseling Lampiran 4. Lembar Observasi Pelaksaan Konseling SFBC Lampiran 5. Lembar Ringkasan Sesi Konseling Lampiran 6. Lembar Evaluasi Proses Pelaksanaan Konseling Lampiran 7. Lembar Evaluasi Hasil Pelaksanaan Konseling
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konseling adalah proses membantu individu dalam mengatasi permasalahan yang sedang dialami dan juga membantu mencapai tugas perkembangan yang optimal dengan menggunakan potensi yang ada dalam dirinya (APA, 1956). Rogers dan Cavanagh (dalam Komalasari, 2014:10) menyatakan bahwa konseling merupakan hubungan professional antara konselor dan konseli yang didalamnya terdapat proses pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan konseling. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada konseli agar dapat mengatasi masalah yang dialami dan mampu mencapai tugas perkembangan yang optimal dengan menggunakan sumber-sumber dirinya melalui wawancara konseling. Lebih lanjut, tujuan konseling menurut George dan Christiani (dalam Awalya, 2013:5) diantaranya: (1) membantu mengubah perilaku, (2) meningkatkan kemampuan individu dalam membina dan memelihara hubungan, (3) meningkatkan efektivitas dan kemampuan klien, (4) mengembangkan
proses
pengembangan
pengambilan
keputusan,
(5)
meningkatkan potensi dan pengembangan individu. Keunikan proses konseling yang tidak sama dengan pemberian nasehat dan lebih mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan polapola hidup inilah yang menjadikan tugas konselor tidak saja memberi solusi akan tetapi koselor selalu berusaha melihat potensi yang ada pada individu. Melihat hal tersebut secara eksplisit ditunjukkan bahwa proses konseling perlu dibekali pengetahuan yang menunjang pelaksanaan proses konseling. Pengetahuan tersebut meliputi pemahaman tentang hakikat manusia, pendekatan konseling, teknik konseling, psikologi perkembangan dan lain sebagainya. Hal tersebut merujuk bahwa tidak semua orang dapat melaksanakan konseling. Konseling hanya dapat dilakukan oleh seorang
1
profesional yang memiliki keterampilan dan kompetensi tertentu dalam bidang konseling. Kompetensi yang perlu dimiliki oleh konselor ialah kompetensi professional dan akademik yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Salah satu kompetensi professional yang perlu dimiliki oleh konselor menurut Permendiknas No 27 tahun 2008 ialah menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling yang didalamnya terdapat indikator mampu mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, pemahaman konselor tentang pendekatan atau model konseling perlu dimiliki karena dalam melaksanakan konseling individu, sasaran yang dilayani oleh konselor adalah individu yang berkembang,
sehingga
dalam
menyusun
strategi
intervensi
perlu
dipertimbangkan konsep hakikat manusia, asumsi perilaku sehat dan bermasalah, tujuan intervensi, tahapan yang perlu dilakukan sehingga tujuan diselenggarakan pelayanan konseling individu dapat tercapai dengan maksimal. Fakta empirik yang terjadi di lapangan, konseling hanya berlangsung kurang lebih selama 20 menit dan konselor sering terjebak pada kondisi pemberian saran atau nasehat sehingga belum memberdayakan sumber-sumber dari individu untuk mengatasi masalah atau mengembangkan potensi yang dimilikinya. Lebih lanjut, konseling berisi nasihat karena konselor belum dapat mengaplikasikan pendekatan dalam proses konseling. Konseling dianggap berhasil apabila telah ditemukan solusi tanpa mempertimbangkan apakah konseli telah menemukan insight tertentu setelah proses konseling, sehingga apabila konseli menjumpai masalah yang sama dapat menemukan solusi secara mandiri. Hal inilah yang menjadikan rasionel perlunya pemahaman tentang pendekatan dalam konseling supaya konselor memiliki guideline yang akan mempermudah langkah kerja dalam melayani konseli sehingga tidak salah dalam melakukan treatment karena sudah berada pada koridor yang secara teoritik teruji kevaliditasannya. Banyaknya tugas dan istrasi yang perlu dilakukan oleh guru BK membuat guru BK terhambat dalam melayani siswa pada proses konseling di
2
sekolah, akibatnya proses konseling tidak optimal sehinga diperlukan sebuah pendekatan yang efektif dalam memecahkan masalah yang dialami oleh siswa. Sebuah pendekatan yang lebih berfokus pada solusi dan mendayagunakan potensi konseli untuk mengkonstruk solusi. Pendekatan Solution Focused Brief Counseling membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi positif dalam melakukan perubahan, sehingga dalam proses konseling siswa langsung diarahkan pada pendayagunaan potensi untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya. Penyusunan panduan ini dimaksudkan memberikan gambaran yang jelas dan spesifik tentang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC). Pendekatan SFBC menekankan pada penggalian tentang potensi konseli yang arahnya kepada penyusunan solusi. Karena pada hakikatnya pendekatan SFBC memandang bahwa individu mampu mengkonstruktiskan realitas atau kebenaran sesuai apa yang dipersepsikan oleh individu tersebut, sehingga bukan keadaan yang menjadikan individu bermasalah namun cara individu mempersepsikan pendekatan tersebut. Dengan adanya panduan ini diharapkan dapat mempermudah konselor dalam melaksanakan konseling dengan pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam panduan praktik pendekatan konseling pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) diantaranya: 1. Siapakah pengembang teori pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)? 2. Bagaimana konsep dasar pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)? 3. Bagaimana asumsi individu bermasalah pada pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)? 4. Bagaimana tujuan konseling pada pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)?
3
5. Bagaimana tahapan dalam proses konseling pada pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)? 6. Teknik apa saja yang terdapat dalam pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC)? C. Tujuan Tujuan penyusunan panduan praktik konseling pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) ialah : 1. Untuk mengetahui pengembang teori pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) 2. Untuk mamahami konsep dasar pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) 3. Untuk memahami asumsi bermasalah individu dari sudut pandang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC). 4. Untuk mengetahui tujuan konseling pada pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) 5. Untuk memahami tahapan dalam proses konseling pada pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC). 6. Untuk memahami teknik konseling yang dapat digunakan pada pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC). D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penyusunan panduan praktik konseling pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC), diantaranya: 1. Bagi konselor a) Memiliki pemahaman yang komprehensif tentang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) b) Memiliki pandangan yang cukup spesifik dalam mengimplemetasikan pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) pada proses konseling
4
2. Bagi pembaca (umum) a) Menambah wawasan tentang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) b) Menambah referensi kajian teori tentang pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) E. Sasaran Penulisan Sasaran penulisan panduan praktik konseling pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) ditujukan untuk : 1. Konselor Sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan praktik konseling yang menggunakan pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) di sekolah. 2. Mahasiswa BK Sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan praktik konseling yang menggunakan pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) pada mata kuliah terkait atau pelaksanaan praktik pengalaman lapangan (PPL). 3. Kepala Sekolah dan pengawas a. Memberikan gambaran bahwa konseling memiliki SOP yang jelas b. Megubah pandangan bahwa konseling bukan hanya pemberian nasihat
5
BAB II Konsep dan Prosedur Praktik Konseling Pendekatan SFBC (Solution Focus Brief Counseling) A. Pengembang Teori SFBC (Solution Focus Brief Counseling) Solution focus brief Counseling (SFBC) merupakan suatu teknik konseling pendekatan postmodern. Steve De Shazer (Corey, 2009) mengemukakan bahwa pendekatan ini tidak menekankan pada sebab pemecahan masalah dan tidak menekankan pada hubungan antara sebab permasalahan dan solusi. Sehingga pada pendekatan ini konseli akan diajak untuk mencari solusi supaya mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. SFBT menggantikan fokus konseling yang berfokus pada masalah menjadi konseling yang berfokus pada solusi. Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg memulai pergeseran fokus ini pada tahun 1970 di Milwaukee, Amerika Serikat (Corey, 2009). Kemudian Shazer dan Berg mengembangkan SFBC pada tahun 1980 dan berkolaborasi dengan sejumlah terapis, termasuk Eve Lipchik, John Walter, Jane Peller, Michelle Weiner Davis, dan Bill O’Hanlon yang masing-masing menulis secara ektensif tentang konseling yang berfokus pada solusi dan memulai lembaga pelatihan dengan berfokus pada solusi (solution-focused training institute). Steve De Shaver sendiri merupakan salah seorang senior perkumpulan penelitian di Milwaukee yang juga seorang pengarang buku terapi singkat berfokus pada solusi beserta petunjuk-petunjuk dan cara kerja SFBT. De Shaver mempresentasikan tulisannya tersebut melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan memperluas kemampuannya sebagai konselor di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Asia untuk pengembangan teori dan solusi-solusi pada praktek konseling. Pendekatan SFBC berbeda dengan terapi tradisional yang mengulas masa lalu dalam membantu proses terapi saat ini maupun masa depan. Konselor berfokus pada apa yang mungkin, dan kurang mengeksplorasi masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak perlu mengetahui penyebabpenyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak perlu menghubungkan
6
antara penyebab masalah dengan solusi. Pengumpulan informasi mengenai masalah tidak dibutuhkan dalam mengubah keadaan yang terjadi. SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah manusia yang sehat dan memiliki kompetensi serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk atau menciptakan solusi yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Asumsi dalam SFBC adalah manusia pada dasarnya memiliki kemampuan dalam mengatasi tantangan hidup walaupun terkadang manusia seringkali kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan yang dimilikinya. Konselor dalam SFBC percaya bahwa konseli adalah seorang yang berkompeten dan tugas konselor bertujuan untuk membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi dari konseling ini melibatkan konseli untuk membangun harapan dan optimis dengan membuat ekspektasi positif dalam melakukan perubahan. Konseli sering datang kepada konselor dengan pernyataan “orientasi masalah”, bahkan sedikit solusi yang mereka pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi masalah. Konseli sering memiliki cerita yang berakar pada pandangan mengenai apa yang terjadi di masa lalu, kemudian akan membentuk masa depan mereka. Konselor SFBC menentang pernyataan konseli dengan percakapan optimis yang mengacu pada keyakinan mereka dalam pencapaiannya dengan menggunakan tujuan dari berbagai sudut. Konselor dapat menjadi perantara/fasilitator dalam membantu konseli membuat perubahan dari pernyataan masalah pada kondisi dengan kemungkinan-kemungkinan baru. Konselor dapat mendorong dan menantang konseli untuk menulis cerita berbeda yang dapat menciptakan pemikiran, perasaan, dan perilaku baru (Corey, 2009). B. Konsep Dasar Pendekatan SFBC (Solution Focus Brief Counseling) Solution focus brief Counseling (SFBC) berbeda dari konseling tradisional. Pendekatan SFBC menghindari peristiwa di masa lalu dan lebih mendukung seseorang untuk hidup di masa kini serta persiapan masa depan.
7
Konselor fokus pada peluang, dan tidak mengutamakan pemahaman mengenai penyebab permasalahan terjadi. De Shazer menyatakan bahwa tidak perlu mengetahui penyebab masalah untuk menyelesaikannya dan tidak ada perlu mencari keterkaitan antara masalah dan solusinya. Mengumpulkan informasi tentang suatu masalah tidak begitu dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Dalam SFBC yang berfokus pada solusi, konseli memilih tujuan yang ingin mereka capai dan tidak berfokus pada diagnosis dan riwayat permasalahan (Corey, 2009). Pendekatan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) seperti yang disampaikan di atas karena memiliki konsep dasar yang diajarkan oleh Steve de Shazer dan Insoo Kim (dalam Connie dan Metcalf, 2009:5-12) konsep dasar SFBC yaitu (Nugroho, Puspita, & Mulawarman, 2018) : 1.
Jika tidak ada yang buruk, jangan perbaiki (If it is not broken, don’t fix it).
2.
Jika melakukan pekerjaan, lakukan sesuatu yang lebih (If something is found to be working, do more of it)
3. Jika sesuatu tidak bekerja, lakukanlah hal yang berbeda) (If something is found to not be working, do something different) 4. Langkah-langkah kecil bisa membewa suatu perubahan yang besar (Small steps can lead to big changes) 5. Solusi yang tidak selalu berhubungan dengan masalah (The solution is not necessarily related to the problem) 6. Bahasa untuk mengembangakan solusi berbeda dengan bahasa untuk mengembangkan masalah (The language for solution development is different from language needed to describe a problem). Perbandingan antara pendekatan konseling berfokus masalah dan pendekatan berfokus solusi dapat dilihat berdasarkan tabel berikut (Mcleod, 2006) : Tabel 1. Perbandingan antara pendekatan SFBC dengan yang lainnya Berfokus Masalah Berfokus Solusi Bagaimana saya bisa menolong Bagaimana anda akan mengetahui anda? jika terapi tersebut berguna?
8
Dapatkah anda menceritakan masalah anda? Dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi tentang masalah tersebut? Bagaimana kita akan memahami masalah tersebut dengan petunjuk dari masa lalu? Berapa banyak sesi yang dibutuhkan?
Apa yang ingin anda ubah? Dapatkah kita menemukan pengecualian-pengecualian dalam masalah tersebut? Akan tampak seperti apa masa depan itu tanpa masalah tersebut? Apakah kita sudah mencapai hasil yang kita inginkan untuk dapat menuntaskan sesi ini?
C. Asumsi Individu Bermasalah dalam SFBC (Solution Focus Brief Counseling) Pribadi sehat dalam SFBT adalah pribadi yang memiliki kesadaran bahwa dirinya memiliki kompetensi atau kemampuan untuk menciptakan solusi dari permasalahan yang terjadi (Corey, 2009). Sebaliknya untuk pribadi yang bermasalah, pribadi tersebut akan selalu memikirkan apa penyebab dan bagaimana masalah tersebut bisa terjadi sehingga tidak segera memikirkan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut D. Tujuan Konseling SFBC (Solution Focus Brief Counseling) Tujuan konseling SFBC menurut Corey (2012, hal. 193) yaitu membantu klien untuk mengambil sikap dan mengubah pandangan klien tentang masalahnya melalui pembahasan masalah dan solusi yang telah dilakukan, dengan asumsi bahwa apa yang dibicarakan kemungkinan besar akan berhasil, situasinya akan berubah, dan mengoptimalkan kekuatan klien untuk melakukan perubahan. E. Tahap-tahap Konseling SFBC (Solution Focus Brief Counseling) Menurut Feltham dan Dryden (2006, hal. 9) tahapan konseling SFBC terdiri atas 6 tahapan, yaitu: (1) orientating the client to counseling; (2) assessing the client’s concerns; (3) initiating change; (4) encouraging change through homework; (5) counseling in the middle phase; dan (6) ending counseling. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut: 9
1. Orientating the client to counseling Pada tahap ini hal-hal yang bisa dilakukan oleh konselor yaitu: a. mengenali reaksi pertama klien saat pertama ketemu dengan Anda, b. menanyakan terkait maksud dari kedatangan konseli. Jika konseli datang karena rujukan dari pihak lain/guru lain, maka tanyakan mengapa klien dirujuk ke Anda c. pertimbangkan lingkup penilaian dan pandangan Anda tentang hal tersebut, apakah Anda pro dengan masalah tersebut atau tidak dan apakah Anda bisa mengatasi masalah tersebut atau tidak d. menilai apakah brief counseling adalah bentuk bantuan yang paling tepat e. perkenalkan konseli dengan asas-asas kerahasiaan f. cari tahu ketakutan klien terhadap proses konseling g. menanyakan terkait kesepakatan waktu proses konseling yang akan dilakukan h. cari tahu riwayat sebelumnya tentang bantuan/koseling yang pernah dilakukannya klien i. menanyakan terkait pandangan klien tentang konseling, setelah itu Anda menguatkan atau membenarkan pandangan klien tentang konseling j. konselor dan klien membuat perjanjian tentang proses konseling yang akan dilakukan 2. Assessing the client’s concerns (Menilai kekhawatiran klien) Hal yang bisa dilakukan konselor pada tahap ini yaitu: a. biarkan klien berbicara b. dengarkan dan tanggapi masalahnya, bukan ceritanya c. mintalah informasi penting terkait masalah klien d. dorong keterlibatan klien dalam proses konseling e. prioritaskan kekhawatiran dan tentukan kekhawatiran klien yang akan menjadi target proses konseling f. tetapkan tujuan yang akan dicapai g. identifikasi upaya masa lalu klien yang gagal dalam menangani masalah tersebut
10
h. identifikasi upaya sebelumnya dari klien yang berhasil dalam menangani masalah tersebut i. identifikasi hambatan yang dialami klien dalam melakukan perubahan j. perhatikan masalah khusus seperti depresi dan demoralisasi k. pertimbangkan intervensi khusus untuk masalah spesifik l. jelaskan pendekatan konseling yang ingin Anda gunakan m. sesuaikan pendekatan Anda dengan karakteristik klien 3. Initiating change (Memulai perubahan) Pada tahap ini hal yang bisa dilakukan dan menjadi perhatian konselor yaitu: Mulai bekerja pada tahap inti. Mulailah pekerjaan Anda dengan klien seperti yang telah direncanakan. Perhatikan tanda-tanda kesulitan atau penolakan dari klien. Mintalah umpan balik tentang hal yang telah Anda lakukan dan bagaimana hal itu diterima. Pada tahap ini jangan membebani klien. Lakukan dengan teknik (atau modifikasi yang sesuai) sampai klien mencapai tujuan mereka atau yakin mencapai tujuan dengan sendirinya. Sadari dan tanggapi kemungkinan ancaman yang akan diterima klien ketika mengambil suatu tindakan tertentu. 4. Encouraging change through homework (Mendorong perubahan melalui pekerjaan rumah) Pada tahap ini hal yang bisa dilakukan konselor yaitu: a. Jelaskan alasan Anda kepada klien mengapa ia harus melakukan pekerjaan rumah b. Pertimbangkan tentang jenis penugasan yang sesuai. Penugasan haruslah berdasarkan negosiasi antara konselor dengan klien bukan konselor sendiri yang menetapkannya. Pastikan bahwa PR sesuai dengan bahasan selama proses konseling c. Setujui tugas dengan mempertimbangkan kemampuan, keadaan, gaya belajar, dan riwayat masa lalunya d. Periksa apakah klien memahami tugas dan tujuan dari penugasan tersebut e. Setujui terkait kapan dan dimana klien akan melaksanakan tugasnya
11
f. Berikan pemahaman kepada klien tentang perbedaan “coba” dan “lakukan” g. Identifikasi kemungkinan hambatan yang akan dialami klien dalam menyelesaikan pekerjaan rumah h. Tetapkan kriteria “sukses” dalam melaksanakan penugasan tersebut i. Periksa apakah klien berhasil melakukan penugasan atau tidak. Apakah klien berusaha mengerjakan tetapi tidak berhasil, atau klien tidak mencoba mengerjakannya sama sekali dan temukan penyebabnya j. Dorong klien untuk mengambil tanggung jawab yang semakin meningkat dalam menentukan PR k. Tetapkan pula pekerjaan untuk Anda sendiri sebagai upaya meningkatkan empati dan membantu klien agar lebih efektif. 5. Counseling in the middle phase (Pertengahan proses konseling) Pada tahap ini yang bisa dilakukan oleh konselor yaitu: a. Tindak lanjuti proses konseling yang telah dilakukan b. Ikuti perkembangan perubahan klien c. Seimbangkan antara pikiran dan hati klien d. Waspadai ketergantungan klien pada proses konseling maupun kepada Anda. Upayakan untuk mengarahkan klien untuk menjadi pribadi yang percaya diri atas kemampuannya e. Evaluasi kemajuan dan atasi kekecewaan apapun yang dialami klien terhadap tingkat kemajuannya 6. Ending counseling (Mengakhiri konseling) Hal-hal yang bisa dilakukan konselor pada tahap ini yaitu: a. Apabila ada klien yang menginginkan untuk berhenti konseling dengan tiba-tiba, hormati haknya. b. Menegaskan kembali bahwa proses konseling pasti akan berakhir. Jelaskan kepada klien bahwa mengakhiri konseling terkadang (tetapi tidak dapat dihindari) menimbulkan perasaan kehilangan c. Evaluasi kemajuan klien di akhir konseling serta mendorong klien untuk mengambil alih proses perubahan dalam dirinya dan mengarahkan klien
12
untuk menggunakan apa yang telah dipelajari selama proses konseling, agar dapat menjalani masa depannya dengan positif d. Tentukan metode mengevaluasi konseling yang telah Anda lakukan untuk mengembangkan kebiasaan menilai pekerjaan Anda dan mengurangi kesalahan. Hal ini dilakukan sebagai upaya refleksi diri.
Sedangkan menurut Seligman (dalam Mulawarman, 2014:70) tahapan dalam konseling SFBC yaitu: (1) establishing relationship; (2) identifying a solvable complaint; (3) establishing goals; (4) deg and implementing intervention; dan (5) termination, evaluation, and follow up. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut: 1. Establishing relationship (Pembinaan hubungan baik) Pembinaan hubungan ini diperlukan untuk membangun kepercayaan dan kenyamanan konseli untuk memulai proses konseling. Hal ini memungkinkan terjadinya kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli. Konselor dapat memberikan perhatian, penerimaan, sikap hangat, penghargaan, dan pemahaman kepada konseli. Upaya yang bisa dilakukan diantaranya yaitu dengan menanyakan topik netral menggunakan teknik problem free talk. Pada tahap ini bisa membicarakan atau membahas mengenai kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh konseli. 2. Identifying a solvable complaint (Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan) Dalam hal ini klien difasilitasi untuk melakukan katarsis. Pertanyaanpertanyaan yang digunakan konselor haruslah pertanyaan yang dapat membangun optimisme dan harapan klien untuk berubah. Pertanyaan yang dapat digunakan untuk menanyakan kondisi klien dan mengungkapkan kemungkinan serta kemajuan proses konseling dapat menggunakan pertanyaan skala. Konselor harus mampu untuk menentukan batasan masalah, mengikuti arah pembicaraan konseli, dan melakukan pres-session change.
13
3. Establishing goals (Penetapan tujuan) Konselor dan konseli secara bersama-sama menetapkan tujuan yang akan dicapai dan tujuan yang disusun haruslah produktif. Unsur-unsur yang harus terdapat dalam tujuan konseling yaitu: mengubah apa yang dilakukan dalam situasi yang bermasalah; mengubah pandangan konseli tentang masalah yang sedang dihadapi; dan menilai sumber, solusi, dan kelebihan yang dapat dilakukan oleh konseli. Salah satu pertanyaan yang dapat mengarahkan konseli menetapkan tujuan yaitu miracle question, dengan menggunakan pertanyaan tersebut konseli diarahkan untuk membayangkan ketika masalah tersebut terpecahkan dan konseli memiliki harapan untuk menyelesaikan masalahnya. Penetapan tujuan juga bisa dilakukan secara tertulis atau disebut juga Formula First Session Task (seperti tugas yang harus dikerjakan konseli). 4. Deg and implementing intervention (Merancang dan melaksanakan intervensi) Pada tahap ini konselor melakukan teknik-teknik yang terdapat dalam SFBC. Pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini yaitu “Apa yang akan dirubah?” “Upaya apa yang berhasil Anda lakukan untuk mengatasi masalah yang hampir sama dengan ini?” “Bagaimana Anda mewujudkannya?” “Apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya lagi? 5. Termination, evaluation, and follow up (Pengakhiran, Evaluasi, dan Tindak Lanjut) Konselor menggunakan teknik penskalaan untuk menentukan perubahan yang terjadi setelah proses konseling. Pada tahap terminasi ini, konselor bisa menggunakan 3 resep / kunci / rumus di SFBT yaitu (if it isn’t broken, dont fix it; if it works, do more it; if it not working, do something different). Konselor juga bisa menerapkan teknik “compliment”, bisa dengan memberikan pujian, penguatan, ataupun balikan positif.
14
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tahapan proses konseling dapat dilakukan dengan: 1. Pembinaan Hubungan Baik Pembinaan hubungan ini diperlukan untuk membangun kepercayaan dan kenyamanan konseli untuk memulai proses konseling dengan kolaborasi yang baik. Dalam proses ini melibatkan adanya perhatian, penerimaan, sikap hangat, penghargaan, dan pemahaman dari konselor pada konseli. Hal yang dilakukan konselor dalam tahap ini yaitu: a. Konselor melakukan topik netral dengan menggunakan teknik problem free talk. Pada tahap ini konselor membicarakan atau membahas mengenai kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh klien. b. Menanyakan maksud kedatangan konseli c. Memberikan informed consent (lembar persetujuan konseli) kepada klien d. Konselor melakukan strukturing meliputi time limit (kesepakatan waktu proses konseling yang akan dilakukan), role limit (peran konselor dan konseli dalam proses konseling), confidentiality limit (batas jaminan kerahasiaan), dan action limit (pembatasan tindakan). 2. Identifikasi Permasalahan Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu: a. Konselor memfasilitasi konseli untuk melakukan katarsis, b. Konselor mengidentifikasi permasalahan klien (identifikasi upaya masa lalu klien yang gagal dalam menangani masalah tersebut, identifikasi upaya sebelumnya dari klien yang berhasil dalam menangani masalah tersebut, identifikasi hambatan yang dialami klien dalam melakukan perubahan), c. menentukan prioritas permasalahan klien yang akan menjadi target proses konseling, d. Konselor menetapkan batasan masalah (problem limit), e. Konselor melakukan scaling question untuk mengetahui keadaan awal klien.
15
3. Menetapkan Tujuan Setelah mengetahui masalah yang akan diselesaikan, konselor dan konseli bersama-sama menetapkan tujuan yang akan dicapai. Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu: a. Pada tahap ini konselor bisa menggunakan teknik miracle question untuk mengetahui apa yang konseli inginkan. Menurut Gibson (2008) tujuan yang dirumuskan haruslah spesific (langkah-langkahnya jelas dan terindentifikasi), motivating (memotivasi diri), achievable (konseli dapat meraih keberhasilan), realistic (memiliki jangka waktu yang realistik) dan trackable (perubahan dapat diukur dan kemajuan dapat dipantau). b. Pada penetapan tujuan ini perlu memperhatikan unsur-unsur berikut: mengubah apa yang dilakukan dalam situasi yang bermasalah; mengubah pandangan konseli tentang masalah yang sedang dihadapi; menilai sumber, solusi, dan kelebihan yang dapat dilakukan oleh konseli. 4. Merancang dan Menetapkan Intervensi Pada tahap ini konselor mengaplikasikan teknik-teknik dalam SFBC. Pertanyaan yang sering digunakan dalam tahap ini yaitu: Apa yang akan dirubah? Upaya apa yang berhasil Anda lakukan untuk mengatasi masalah yang hampir sama dengan ini? Bagaimana Anda mewujudkannya? Apa yang akan Anda lakukan untuk mewujudkannya lagi? Konselor perlu menyadari dan menanggapi kemungkinan ancaman yang akan diterima klien ketika akan mengambil suatu tindakan tertentu. Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu: a. Mengarahkan klien untuk menemukan solusi dari permasalahannya menggunakan teknik-tenik dalam SFBT, b. Mengidentifikasi hambatan yang mungkin terjadi dari solusi yang telah dipilih, c. Mendorong klien untuk melakukan perubahan melalui pekerjaan rumah. 5. Terminasi, Evaluasi, dan Follow-Up Pada tahap terminasi ini, konselor bisa menggunakan 3 resep/kunci/rumus di SFBT yaitu ( if it isn’t broken, dont fix it ; if it works, do more it ; if it not
16
working, do something different ). Konselor juga bisa menerapkan teknik “compliment”, bisa dengan memberikan pujian, penguatan, ataupun balikan positif. Hal yang dilakukan konselor pada tahap ini yaitu: a. Konselor melakukan summary selama proses konseling, b. Konselor melakukan evaluasi kemajuan klien di akhir konseling dengan menggunakan teknik scaling question, c. Mendorong klien untuk mengambil alih proses perubahan dalam dirinya dan menggunakan apa yang telah dipelajari selama proses konseling agar dapat menjalani masa depannya dengan positif (menggunakan teknik Flagging the minefield), d. Merencanakan konseling lanjutan (follow up), e. Menutup proses konseling.
F. Teknik-teknik konseling SFBC (Solution Focus Brief Counseling) Teknik konseling SFBC menurut Erford (2017, hal. 1); Corey, Seligman, dan Mcdonal (dalam Mulawarman, 2014); dan Corey (dalam Nugroho; Puspita; dan Mulawarman, 2018: 97) diantaranya yaitu: 1. Exception – Finding Question: pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan konseli tentang saat-saat di mana konseli bebas dari masalah. Teknik ini dilakukan secara non-direktif, dengan cara konselor mendengarkan secara aktif cerita konseli ketika masalahnya membaik, berkurang, atau sama sekali tidak ada. Teknik ini dilakukan untuk melihat pengecualian masalah yang mungkin tidak disadari oleh konseli. Teknik ini juga bisa digunakan secara langsung dengan contoh pertanyaan seperti: “Situasi Anda tampaknya sangat sulit, dapatkah Anda mengingat saat-saat dimana Anda merasa lebih baik dibanding yang Anda rasakan saat ini?” atau “Apa yang terjadi di sekitar Anda pada waktu itu, yang berbeda dibanding waktu-waktu yang lain? Atau “Siapa yang ada di dekat Anda ketika masalahnya tampak tidak begitu terlihat?”.
17
2. Miracle
Questions:
pertanyaan
yang
mengarahkan
konseli
mengimajinasikan apa yang akan terjadi jika suatu masalah yang dialami secara ajaib terselesaikan. Miracle questions mengarahkan klien untuk mempertimbangkan apa yang betul-betul mereka inginkan, sehingga perspektif klien berubah dari yang awalnya berfokus pada masalah menjadi berfokus pada solusi. Pertanyaan-pertanyaan pada teknik ini berfokus pada perubahan apa yang diinginkan, agar yang tersebut berhenti apa yang akan dibutuhkan, bagaimana kita dapat mengetahuinya. Contoh pertanyaannya seperti “Anggaplah bahwa pada suatu malam ketika Anda tidur, ada sebuah keajaiban dan masalahnya teratasi. Bagaimana Anda mengetahuinya? Apa yang akan berbeda?”. 3. Scaling Questions: Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi dirinya (masalah, pencapaian tujuan). Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemajuan perubahan dirinya. Contoh pertanyaannya seperti “Pada skala 1 -10, dimana 10 adalah benar-benar cemas luar biasa – seperti Anda seakan-akan tidak akan sanggup berdiri di sana – dan 1 adalah merasa sangat percaya diri dan nyaman, dimanakah Anda pada skala itu?”. 4. Problem free talk (pecakapan bebas masalah): teknik untuk mengembangkan percakapan dan membangkitkan kekuatan atau kepercayaan diri klien. Tujuan dari teknik ini yaitu: 1) mengembangkan raport di awal proses konseling, 2) menghilangkan kegugupan klien, 3) membuat klien merasa bahwa konselor adalah seorang pribadi (person) bukan sebagai seorang pakar yang maha tahu. 5. Flagging the minefield: teknik ini digunakan pada akhir proses konseling sebagai teknik generalisasi dan pencegahan relapse (kekambuhan). Teknik ini membantu klien untuk menerapkan pengetahuannya selama proses konseling ke dalam kehidupan sehari-hari dan untuk mengatasi masalahmasalah yang mungkin mereka temui di masa depan. Contoh pertanyaan dari penerapan teknik ini seperti: “Mungkin kita dapat menerapkan hal yang sama – seperti yang telah kita bicarakan tadi selama proses konseling – dalam permasalahan kita yang lain. Hal apa yang Anda peroleh selama
18
proses konseling dan dapat Anda terapkan ketika suatu saat nanti menghadapi masalah yang lain?”. 6. Formula First Session Task (FFST) (Teknik pemberian tugas pada sesi utama), merupakan suatu terapi yang memberikan pekerjaan rumah kepada konseli di awal konseling maupun di sesi konseling selanjutnya. Dalam teknik ini konseli bisa mengembangkan dan mencari solusi dengan melakukan suatu pengamatan tentang tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, “bagaimana jika kamu membuat jadwal sehingga kegiatan belajarmu akan teratur?”. Sehingga konseli terpacu dalam memanajemen waktu belajarnya.
19
BAB III EVALUASI PRAKTIK KONSELING
A. Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan langkah penting proses konseling yang merupakan bagian dari keseluruhan konseling. Evaluasi konseling menjadi bagian kesatuan dari perencanaan hinngga evaluasi, evaluasi digunakan untuk melihat hasil ketercapaian tujuan dan hasil konseling, yang digunakan untuk perencanaan tindak lanjut atau follow up. Guru bimbingan dan konseling bertanggng jawab untuk mengevaluasi hasil konseling yang meiputi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses juga dapat digunakan untuk melihat keefektifan konseling yang telah dilakukan dari segi prosesnya. Evaluasi hasil dilakukan untuk melihat dan memperoleh informasi keefektifan layanan konseling yang dilakukan dari hasillnya. B. Tujuan Evaluasi Menurut Sugiyo (2017, pp. 16-17) secara umum, tujuan evaluasi dalam bimbingan dan konseling adalah untuk memberikan gambaran efektivitas dan efisiensi layanan konseling. Secara khusus, tujuan evaluasi dalam bimbingan dan konseling dapat diperinci sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah layanan konseling yang diberikan oleh konselor sudah sesuai dengan permasalahan konseli 2. Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu dimasukan untuk perbaikan layanan konseling selanjutnya 3. Untuk mengetahui apakah teknik-teknik yang digunakan dalam layanan konseling sudah sesuai dan tepat untuk mencapai tujuan konseling 4. Untuk mengetahui bagaimana kinerja konselor dalam mekakukan layanan konseling 5. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan konseli dalam menunjang keberhasilan layanan konseling.
20
C. Jenis Evaluasi Menurut Badrujaman (2011) dalam bimbingan dan konseling terdapat 2 (dua) jenis evaluasi, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil : a. Evaluasi Proses Evaluasi proses adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan melalui analisis hasil penilaian proses selama kegiatan konseling berlangsung. Fokus penilaian adalah keterlibatan unsur-unsur dalam pelaksanaan kegiatan konseling. Dalam evaluasi ini, konselor juga membandingkan keberhasilan pelaksanaan konseling dengan standar-standar keberhasilan konseling yang telah ditetapkan sebelumnya 1) Kisi-kisi Indikator dalam evaluasi proses dalam pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) : (a) Pembinaan hubungan baik (b) Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan (c) Penetapan tujuan (d) Merancang dan melaksanakan intervensi (e) Terminasi, evaluasi, dan tindak lanjut KISI-KISI EVALUASI PROSES Variabel
Indikator
Evaluasi Proses
Pembinaan hubungan baik
Respon Konseli yang Teramati 1. 2. 3. 4.
Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan
5. 6. 7.
21
Konseli menjawab dengan ramah pertanyaan konselor Konseli berperilaku sopan kepada konselor Konseli bersedia mengisi informed consent Konseli menyanggupi kesepakatan proses konseling Konseli mampu meluapkan kegelisahnnya Konseli mengungkapkan masalah yang dirasakan Konseli menyampaikan upaya yang sudah dilakukan klien
Jumlah Butir 4
4
8. Penetapan tujuan
Merancang dan menetapkan intervensi
Terminasi, Evaluasi, dan Follow Up
Konseli dapat menilai derajat masalah 9. Konseli mampu mengungkapkan hal-hal yang ingin dicapai 10. Konseli mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai 11. Konseli mampu menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan 12. Konseli dapat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian masing-masing alternatif 13. Konseli mau menerima tugas/ pekerjaan rumah dari alternatif solusi 14. Konseli mampu mengungkapkan garis besar proses konseling 15. Konseli dapat menilai ulang derajat setelah proses konseling 16. Konseli memutuskan adanya konseling selanjutnya (bila diperlukan) 17. Konseli yakin dapat mengaplikasikan solusi yang telah ditetapkan Jumlah
2) Kriteria Penilaian Evaluasi Proses Persentase 25 – 50 51 – 75 76 – 100 Cara penghitungan skor Persentase =
𝑛 68
Kategori Buruk Cukup Baik
x 100%
Keterangan : N : Jumlah skor (jumlah item x jumlah skor maksimal) = (17x4) = 68
22
2
3
4
17
b. Evaluasi Hasil Evaluasi terhadap hasil layanan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam layanan bimbingan dan konseling. Bagiamana perubahan perilaku klien setelah mendapatkan layanan bimbingan dan konseling yakni konseli merasakan permasalahannya telah terpecahkan setelah mendapat layanan konseling. Indikator dalam evaluasi proses dalam pendekatan 1) Kisi-kisi Evaluasi Hasil Sementara (Konseli) Indikator dalam evaluasi hasil sementara (konseli) dalam pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) : (a) Pemahaman Baru (b) Perasaan Positif (c) Rencana Pasca Layanan KISI-KISI EVALUASI HASIL SEMENTARA (KONSELI) Variabel Evaluasi Hasil
Indikator Pemahaman Baru
Pernyataan 1. 2.
3.
4.
Perasaan Positif
5.
6. 7. 8.
23
Saya yakin jika setiap masalah memiliki solusi Saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah manajemen waktu Setelah mengikuti konseling saya memiliki kemampuan untuk menyusun jadwal kegiatan Lebih baik mencari solusi daripada meratapi masalah yang dimiliki Solusi yang saya dapat dari proses konseling membantu saya untuk memanajemen waktu Saya nyaman mengikuti proses konseling Setelah mengikuti layanan konseling saya merasa lega Saya merasa senang karena dalam layanan
Jumlah Butir 4
4
konseling saya diterima dengan baik 9. Saya tahu bahwa membuat jadwal merupakan solusi untuk memanajemen waktu saya 10. Saya akan fokus mengembangkan kelebihan saya dalam memanajemen waktu 11. Saya akan mempertimbangkan resiko dari setiap keputusan yang saya ambil
Rencana Kegiatan Pasca Layanan
Jumlah
3
11
2) Kriteria Penilaian Evaluasi Hasil Sementara (Konseli) Persentase 25 – 50 51 – 75 76 – 100
Kategori Buruk Cukup Baik
Cara penghitungan skor Persentase =
𝑛 44
x 100%
Keterangan : N : Jumlah skor 44 : (jumlah item x jumlah skor maksimal) : (11x4)
24
3) Kisi-kisi Evaluasi Hasil Akhir (Konselor) Indikator dalam evaluasi hasil akhir (konselor) dalam pendekatan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) adalah menilai perubahan perilaku siswa. KISI-KISI EVALUASI HASIL AKHIR (KONSELOR) Variabel Evaluasi Hasil
Indikator Perubahan Perilaku Siswa
Pernyataan 1.
2. 3. 4. 5.
Nilai mata pelajaran konseli mengalami peningkatan Konseli mengumpulkan tugas tepat waktu Tetap aktif di kegiatan OSIS Tidak mengantuk di kelas saat pembelajaran Siswa melaksanakan aktivitas sesuai dengan homework assignment
Jumlah
Jumlah Butir 5
5
4) Kriteria Penilaian Evaluasi Hasil Persentase 25 – 50 51 – 75 76 – 100
Kategori Buruk Cukup Baik
Cara penghitungan skor Persentase =
𝑛 20
x 100%
Keterangan : N : Jumlah skor 20 : (jumlah item x jumlah skor maksimal) : (5x4)
25
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi dalam pelaksanaan konseling merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang tidak berhenti sampai terkumpulnya data atau informasi. Data atau informasi digunakan sebagai dasar kebijakan atau keputusan dalam pengembangan proses konseling selanjutnya. Prosedur evaluasi dalam pelaksanaan konseling dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Penyusunan Rencana Evaluasi Dalam kegiatan penyusunan rencana evaluasi, langkah awal yang harus dilakukan oleh konselor yaitu : a) Menentukan jenis data atau informasi yang dibutuhkan b) Menentukan alat pengumpul data yang digunakan c) Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi d) Waktu pelaksanaan e) Kriteria evaluasi
2.
Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dan informasi dapat menggunakan metodemetode, seperti observasi, angket, wawancara, dan lainnya. Pemilihan metode pengumpulan data sangat tergantung pada data dan informasi yang diharapkan. Secara umum, metode angket merupakan metode yang paling sering digunakan, karena memudahkan konselor dalam pengolahan data.
3.
Analisis dan Interpretasi Data Data dan informasi yang telah diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis. Tahapan analisis ini sangat tergantung pada jenis data dan informasi yang telah diperoleh selama proses pengumpulan data. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil angket biasanya dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk frekuensi, persentase, dan grafik. Sedangkan data dan informasi yang didapat dari observasi dan wawancara biasanya dianalisis secara kualitatif.
Data dan informasi yang telah disajikan
kemudian diinterpretasi dan disimpulkan, sehingga deskripsi akurat
26
tentang pencapaian keberhasilan proses konseling dapat dipahami dengan baik oleh seluruh pihak yang berkepentingan.
27
DAFTAR PUSTAKA
American Psyicology Association. (1956). APA Dictionary of Psychology. (1st Edition). Washington DC: American Psychological Association. Awalya. (2013). Pengembangan Pribadi Konselor. Buku Ajar, Deepublish : Yogyakarta Corey, G. (2009). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (8th Edition). USA: Thomson Brooks/Cole. Corey, G. (2012). Student Manual for Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy (9th ed.). Belmont: Brooks/Cole. Erford, B. T. (2017). 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor (2nd ed.). (H. P. Soetjipto, & S. M. Soetjipto, Trans.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Feltham, C., & Dryden, W. (2006). A Practical Integrative Approach (2nd ed.). New York: Open University Press. Gibson, M. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Cetakan ke dua. Jakarta: Erlangga. Komalasari, Gantina,dkk. (2014). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks. Mcleod, j. (2006). Pengantar Konseling : Teori dan Kasus (170 ed.). Jakarta: Kencana. Nugroho, A., Puspita, D., & Mulawarman. (2018). Penerapan Solution-Focused Brief Counseling (SFBC) untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa. Bimbingan dan Konseling, 96. Mulawarman. (2014). Brief Counseling in Schools: a Solution-Focused Brief Counseling (SFB
C) Approach for School Counselor in Indonesia.
Jurnal of Education and Practice. 5. 21: 68-73. Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
28
LAMPIRAN
29
1.
Rencana Pelaksaan Layanan Konseling Solution Focused Brief Counseling (SFCB)
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN / SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN AJARAN 2016/2017 LAYANAN/BIDANG : KONSELING INDIVIDU /PRIBADI A. B. C. D. E.
Hari, Tanggal : ...................................................................... Alokasi Waktu : ...................................................................... Waktu : ...................................................................... Tempat : ...................................................................... Identitas Konseli nama : ...................................................................... umur : ...................................................................... kelas : ...................................................................... anak ke : ...................................................................... topik masalah : ...................................................................... F. Identifikasi Permasalahan Konseli Deskripsi permasalahan yang konseli alami ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ G. Diagnosis Awal 1. Gejala yang dialami konseli .................................................................................................................. .................................................................................................................. 2. Faktor penyebab masalah .................................................................................................................. .................................................................................................................. 3. Dampak dari masalah yang dialami .................................................................................................................. .................................................................................................................. H. Tujuan 1. Umum : ...................................................................... 2. Khusus : ...................................................................... I. Komponen 1. Komponen Program 2. Fungsi Layanan
: Layanan Responsif : Pengentasan
30
3. Bentuk Layanan : Individual J. Pendekatan/ Teknik Konseling: Solution Focus Brief Couseling (SFBC) K. Tahapan TAHAP KEGIATAN KONSELOR WAKTU Pendahuluan 1. Mengenali respon verbal maupun non- 7 menit (Pembinaan verbal konseli. Hubungan Baik) 2. Menanyakan kondisi dan kabar konseli. 3. Menanyakan maksud kedatangan konseli (jika sukarela). Jika karna rujukan maka menanyakan alasan mengapa dirujuk kepada guru BK. 4. Memberikan informed consent yang meliputi asas kerahasiaan, peran konselor dan konseli, kesepakatan waktu, dan lain-lain. 5. Menggali data pribadi konseli terkait bantuan konseling yang pernah dilakukan. 6. Membahas kelebihan atau potensi yang dimiliki klien. Peralihan Konselor menanyakan kesiapan konseli 1 menit untuk masuk ke tahap konseling selanjutnya Kegiatan Inti: 1. Identifikasi masalah yang dapat 30 menit 1. Identifikasi dipecahkan masalah yang a. Konselor mendengarkan dan dapat menanggapi masalah konseli, dipecahkan b. konselor meminta informasi penting 2. Menetapkan terkait masalah konseli, tujuan c. konselor mengidentifikasi 3. Merancang dan kekhawatiran dan menentukan menetapkan prioritas kekhawatiran klien yang intervensi akan menjadi target proses konseling 4. Mendorong 2. Menetapkan tujuan perubahan a. konselor mendorong klien untuk melalui menetapkan tujuan konseling yang pekerjaan akan dicapai, rumah b. konselor mengidentifikasi upaya masa lalu klien yang gagal dalam menangani masalah tersebut, c. konselor mengidentifikasi upaya sebelumnya dari klien yang berhasil dalam menangani masalah tersebut, d. konselor mengidentifikasi hambatan yang dialami klien dalam melakukan perubahan,
31
e. konselor perlu mempertimbangkan masalah yang khusus, seperti depresi, trauma, phobia, gangguan emosional, perilaku amoral, dan lain-lain, f. konselor perlu mempertimbangkan teknik khusus untuk menangani masalah yang khusus dan spesifik, g. konselor memberikan penjelasan tentang pendekatan yang akan digunakan dalam proses konseling, pastikan pendekatan tersebut sesuai dengan kebutuhan klien. 3. Merancang dan menetapkan intervensi a. Konselor mengaplikasikan teknikteknik dalam SFBC b. Konselor perlu menyadari dan menanggapi kemungkinan ancaman yang akan diterima klien ketika akan mengambil suatu tindakan tertentu. 4. Mendorong perubahan melalui pekerjaan rumah a. Jelaskan alasan Anda kepada klien mengapa ia harus melakukan pekerjaan rumah b. Pertimbangkan tentang jenis penugasan yang sesuai. Penugasan haruslah berdasarkan nogosiasi antara konselor dengan klien bukan konselor sendiri yang menetapkannya. Pastikan bahwa PR sesuai dengan bahasan selama proses konseling c. Setujui tugas dengan mempertimbangkan kemampuan, keadaan, gaya belajar, dan riwayat masa lalunya d. Periksa apakah klien memahami tugas dan tujuan dari penugasan tersebut e. Setujui terkait kapan dan dimana klien akan melaksanakan tugasnya f. Berikan pemahaman kepada klien tentang perbedaan “coba” dan “lakukan”
32
Penutup (Mengakhiri proses konseling)
1.
2.
3.
4.
g. Identifikasi kemungkinan hambatan yang akan dialami klien dalam menyelesaikan pekerjaan rumah h. Tetapkan kriteria “sukses” dalam melaksanakan penugasan tersebut i. Periksa apakah klien berhasil melakukan penugasan atau tidak. Apakah klien berusaha mengerjakan tetapi tidak berhasil, atau klien tidak mencoba mengerjakannya sama sekali dan temukan penyebabnya j. Dorong klien untuk mengambil tanggung jawab yang semakin meningkat dalam menentukan PR k. Tetapkan pula pekerjaan untuk Anda sendiri sebagai upaya meningkatkan empati dan membantu klien agar lebih efektif. Apabila ada klien yang menginginkan 7 menit untuk berhenti konseling dengan tibatiba, hormati haknya. Menegaskan kembali bahwa proses konseling pasti akan berakhir. Jelaskan kepada klien bahwa mengakhiri konseling terkadang (tetapi tidak dapat dihindari) menimbulkan perasaan kehilangan Evaluasi kemajuan klien di akhir konseling serta mendorong klien untuk mengambil alih proses perubahan dalam dirinya dan mengarahkan klien untuk menggunakan apa yang telah dipelajari selama proses konseling, agar dapat menjalani masa depannya dengan positif Tentukan metode mengevaluasi konseling yang telah Anda lakukan untuk mengembangkan kebiasaan menilai pekerjaan Anda dan mengurangi kesalahan. Hal ini dilakukan sebagai upaya refleksi diri.
33
L. Evaluasi 1. Proses (terlampir) Pembinaan hubungan baik Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan Penetapan tujuan Merancang dan menetapkan intevensi Terminasi, evaluasi, dan follow up 2. Hasil (terlampir) Pemahaman baru Perasaan positif Rencana kegiatan pasca layanan ..................., ........................... Mengetahui,
Praktikan,
........................................................ NIP.
................................................ NIM.
Lampiran-lampiran: 1. Form informed consent 2. Form pendaftaran konseling 3. Format observasi layanan 4. Lembar ringkasan sesi konseling 5. Lembar evaluasi (proses dan hasil) 6. Format Pekerjaan Rumah
34
Contoh Kasus dalam RPL RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN / SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN AJARAN 2018/2019 LAYANAN/BIDANG : KONSELING INDIVIDU/PRIBADI A. B. C. D. E.
Hari, Tanggal Alokasi Waktu Waktu Tempat Identitas Konseli nama umur kelas anak ke topik masalah
: Kamis, 18 Oktober 2018 : 1 x 40 Menit : 15.15 – 15.55 WIB : Ruang BK : Selgom (nama samaran) : 14 tahun : 2 (dua) : 1 dari 5 bersaudara : Akademik dan organisasi
F. Identifikasi Permasalahan Konseli Deskripsi permasalahan yang konseli alami Selgom merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, kondisi perekonomian keluarga yang dikategorikan menengah ke bawah membuat dirinya harus bekerja keras untuk menggapai cita-cita besarnya. Ia merupakan siswa penerima beasiswa PT. Djarum sehingga ia dapat melanjutkan studi di SMP. Jika tanpa beasiswa tersebut kedua orang tuanya tidak mampu membiayai biaya pendidikannya. Untuk itu ia harus belajar dan berusaha dengan giat agar tetap dapat menerima beasiswa tersebut. Namun, pada kelas VII semester II ia hasil belajarnya menurun menjadi berada di posisi 3 terbawah. Sementara bagi siswa penerima beasiswa wajib hukumnya mendapat peringkat 10 besar paralel. Pengalamannya tersebut menjadikan Selgom kecewa dan bingung kenapa ia mendapat hasil demikian. Ketika ia menceritakan kepada orang tuanya, ibunya juga menyayangkan hal tersebut dan menuntutnya untuk belajar dan berusaha lebih giat lagi dengan cara apapun agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Disisi lain, ia juga salah satu pengurus aktif OSIS dimana ia banyak sekali mendapat amanah untuk memegang posisi dan peran penting dalam setiap event yang diadakan oleh organisasinya. Harus rapat di sekolah sampai pukul 19.00 WIB terbiasa ia jalani karena mempersiapkan acara yang akan dilaksanakan organisasi tersebut. Manajemen waktu dalam
35
belajar dan berorganisasi menjadi kendala bagi Selgom. Karena ia sering kelelahan dan hanya mampu meluangkan waktu belajar selama satu jam setiap harinya. Mengerjakan tugas apapun sudah mendekati deadline, dengan hasil yang kurang begitu memuaskan. G. Diagnosis Awal 1. Gejala yang dialami konseli Selgom sering kelelahan, hanya mampu meluangkan waktu belajar selama satu jam setiap harinya, serta kesulitan untuk memanajemen waktu belajar dan organisasi. 2. Faktor penyebab masalah Selgom disibukkan menjadi anggota OSIS, aktif mengurus event-event, dan seringkali harus mengikuti rapat organisasi hingga pukul 19.00 WIB. 3. Dampak dari masalah yang dialami Prestasi di kelas VII Semester 2 menurun dan beasiswanya terancam akan dicabut. H. Tujuan 1. Umum 2. Khusus
: Mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan resiko yang mungkin terjadi. : Konseli mampu menyusun jadwal kegiatan antara belajar dan organisasi. Konseli mampu melakukan aktivitas sesuai jadwal yang telah disusun.
I. Komponen 1. Komponen Program 2. Fungsi Layanan 3. Bentuk Layanan J. Pendekatan Konseling K. Teknik Spesifik L. Tahapan TAHAP Pendahuluan (Pembinaan Hubungan Baik)
: Layanan Responsif : Pengentasan : Individual : Solution Focus Brief Couseling (SFBC) : Formula Fisrt Session Task
KEGIATAN KONSELOR WAKTU 1. Konselor melakukan topik netral 7 menit dengan menggunakan teknik problem free talk 2. Menanyakan maksud kedatangan konseli 3. Memberikan informed consent (lembar persetujuan konseli) kepada klien
36
Peralihan Kegiatan Inti:
Penutup (Terminasi, Evaluasi, dan Follow-Up)
4. Konselor melakukan strukturing (time limit, role limit, confidentiality limit, dan action limit) Konselor menanyakan kesiapan konseli 1 menit untuk masuk ke tahap konseling selanjutnya 5. Identifikasi masalah yang dapat 30 menit dipecahkan a. Konselor memfasilitasi konseli untuk melakukan katarsis, b. Konselor mengidentifikasi permasalahan klien, c. menentukan prioritas permasalahan klien yang akan menjadi target proses konseling, d. Konselor menetapkan batasan masalah (problem limit), e. Konselor melakukan scaling question untuk mengetahui keadaan awal klien. 6. Menetapkan tujuan a. Menetapkan tujuan dengan teknik miracle question, b. Memperhatikan unsur-unsur penetapan tujuan (spesific, motivating, achievable, realistic, dan trackable) 7. Merancang dan menetapkan intervensi a. Konselor mengaplikasikan teknik formula first session task (teknik memberikan tugas pada sesi utama) untuk mengembangkan dan mencari solusi, b. Mengidentifikasi hambatan yang mungkin terjadi dari solusi yang telah dipilih c. Mendorong klien untuk melakukan perubahan melalui pekerjaan rumah. 1. Konselor melakukan summary selama 7 menit proses konseling, 2. Konselor melakukan evaluasi kemajuan klien di akhir konseling dengan menggunakan teknik scaling question, 3. Mendorong klien untuk mengambil alih proses perubahan dalam dirinya dan menggunakan apa yang telah dipelajari selama proses konseling agar dapat
37
menjalani masa depannya dengan positif (menggunakan teknik Flagging the minefield), 4. Merencanakan konseling lanjutan (follow up), 5. Menutup proses konseling. M. Evaluasi 1. Proses (terlampir) Pembinaan hubungan baik Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan Penetapan tujuan Merancang dan menetapkan intevensi Terminasi, evaluasi, dan follow up 2. Hasil (terlampir) Pemahaman baru Perasaan positif Rencana kegiatan pasca layanan ................, .............................. Mengetahui,
Praktikan,
........................................................ NIP.
................................................ NIM.
Lampiran-lampiran: 1. Form informed consent 2. Form pendaftaran konseling 3. Format observasi layanan 4. Lembar ringkasan sesi konseling 5. Lembar evaluasi (proses dan hasil) 6. Format Pekerjaan Rumah
38
2. Lembar Informed Consent (Persetujuan Pelaksanaan Konseling)
INFORMED CONSENT (LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI KONSELING) Konseling Individu dengan Pendekatan SFBC Dengan hormat, Saya sebagai guru Bimbingan dan Konseling di......(Instansi sekolah). Konseling ini dimaksudkan untuk membantu Saudara secara professional untuk mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang Saudara alami dan atau membantu mengembangkan potensi yang Saudara miliki. Partisipasi saudara untuk menjadi konseli/klien dalam praktik konseling ini bersifat bebas tanpa ada sanksi apapun. Beberapa hal yang perlu Saudara ketahui diantaranya: 1. Lama waktu pelaksanaan konseling yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara konselor dengan konseli minimal 3 kali pertemuan. 2. Semua hal yang dibicarakan dalam proses konseling bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh Konselor. 3. Pada proses konseling hendaklah menyampaikan hal sesuai keadaan yang sebenarnya 4. Segala jenis tindakan atau perlakuan konselor dimaksudkan untuk membantu Saudara dalam mengatasi masalah yang saudara alami 5. Tidak dibenarkan membeberkan apapun yang terjadi dalam proses konseling baik melalui media massa atau pun elektronik. 6. Dalam proses konseling guru BK berperan sebagai faislitator, dan konseli/klien turut aktif dalam pencarian solusi dari masalah yang dihadapi Saya, calon konseli : Nama : .......................................................................................................... Kelas : .......................................................................................................... Menyatakan bersedia untuk menjadi konseli/klien dalam konseling yang dilaksanakan oleh guru BK (nama guru BK)
.................., ............................ Konseli,
(TTD)
Nama Konseli
39
3.
Lembar Pendaftaran Konseling SFBC FORMULIR PENDAFTARAN MENGIKUTI LAYANAN KONSELING INDIVIDU
Nama
: .............................................................(L/P)
No Absen
: ......................................................................
Kelas
: ......................................................................
Tempat/Tanggal Lahir
: ......................................................................
Alamat Kos
: ......................................................................
Alamat Rumah
: ......................................................................
NO HP
: ......................................................................
1. Lingkup hambatan/permasalahan jawaban anda) : a. Motivasi
yang sedang dialami : (lingkari b. Trauma
c. Stres pelajaran
d. Pengasuhan/ dengan orang tua
e. Harga diri/ kepercayaan diri
f. Putus asa
g. Pengekpresian perasaan
h. Manajemen keuangan
i. Kehilangan
j. Konflik dengan pasanagan (pacar)
seseorang/sesuatu k. Masalah pelajaran
l. Tekanan keluarga
m. Masalah pilihan sekolah
n. Manajemen waktu
lanjutan o. Pemilihan ekstrakulikuler
40
p. Lainnya, ........................................
2. Tingkat permasalahan yang anda rasakan (pilih salah satu jawaban) : a. Ringan b. Sedang c. Berat 3. Pernah berusaha bunuh diri (pilih salah satu jawaban): a. Ya b. Tidak 4. Pernah mendapat layanan konseling sebelumnya (pilih salah satu jawaban): a. Ya b. Tidak 5. Jika ya, bagaimana layanan konseling tersebut membantu anda? Jelaskan. .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... 6. Jika tidak, apa harapan anda mengenai layanan konseling yang akan anda jalani sekarang? Jelaskan. .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... ....................................................................................................................
.................., ............................ Konseli,
_____________________
41
4.
Lembar Observasi Pelaksanaan Konseling SFBC LEMBAR OBSERVASI PRAKTIKUM KONSELING INDIVIDU Konselor Konseli Pertemuan keTeknik konseling
: .......................................................... : .......................................................... : .......................................................... : Solution Focus Brief Counseling (SFBC)
Petunjuk Pengisian : Berikan tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dengan kriteria sebagai berikut : Alternatif pilhan Ya
: konselor melakukan perilaku sesuai tahapan dalam konseling SFBC Alternatif pilihan Tidak : konselor belum menunjukkan perilaku sesuai tahapan dalam konseling SFBC No Perilaku / Keterampilan Ya Tidak Komentar 1 Pembinaan Hubungan Baik Mengenali respon verbal maupun non-verbal konseli Menanyakan maksud kedatangan konseli (jika sukarela). Jika karna rujukan maka menanyakan alasan mengapa dirujuk kepada guru BK Memberikan informed consent yang meliputi asas kerahasiaan, peran konselor dan konseli, kesepakatan waktu, dan lainlain. Menggali data pribadi konseli terkait bantuan konseling yang pernah dilakukan. Membahas kelebihan atau potensi yang dimiliki klien 2 Identifikasi masalah yang dapat dipecahkan Konselor mendengarkan dan menanggapi masalah konseli konselor meminta informasi penting terkait masalah konseli
42
3
4
konselor mengidentifikasi kekhawatiran dan menentukan prioritas kekhawatiran klien yang akan menjadi target proses konseling Menetapkan Tujuan konselor mendorong klien untuk menetapkan tujuan konseling yang akan dicapai konselor mengidentifikasi upaya masa lalu klien yang gagal dalam menangani masalah tersebut, konselor mengidentifikasi upaya sebelumnya dari klien yang berhasil dalam menangani masalah tersebut konselor mengidentifikasi hambatan yang dialami klien dalam melakukan perubahan, konselor perlu mempertimbangkan masalah yang khusus, seperti depresi, trauma, phobia, gangguan emosional, perilaku amoral, dan lain-lain konselor perlu mempertimbangkan teknik khusus untuk menangani masalah yang khusus dan spesifik konselor memberikan penjelasan tentang pendekatan yang akan digunakan dalam proses konseling, pastikan pendekatan tersebut sesuai dengan kebutuhan klien Merancang dan melaksanakan intervensi Konselor mengaplikasikan teknik-teknik dalam SFBC Konselor perlu menyadari dan menanggapi kemungkinan ancaman yang akan diterima klien ketika akan mengambil suatu tindakan tertentu
43
5
6
Mendorong perubahan melalui pekerjaan rumah Menjelaskan alasan melaksanakan homework Membahas setiap penugasan yang relevan dengan konseli Mengecek pemahaman klien tentang tugas dan tujuan penugasan yang akan dilakukan Konselor mengajak konseli untuk mengidentifikasi kemungkinan hambatan dari solusi yang dipilih Konselor mendorong konseli untuk menetapkan kriteria sukses dari solusi yang dipilih Konselor mendorong klien untuk bertanggung jawab dalam mengerjakan PR Mengakhiri konseling melalui proses evaluasi konseling Konselor menegaskan kembali bahwa proses konseling akan berakhir Konselor menanyakan kemajuan klien Konselor mengajak konseli untuk menentukan metode evaluasi untuk sesi selanjutnya Konselor memberikan lembar evaluasi penilaian hasil kepada konseli untuk diisi
............................,............................... Observer,
............................................................
44
5.
Lembar Ringkasan Sesi Konseling RINGKASAN SESI KONSELING 1. Identitas klien Nama : .............................................................................................. Kelas : .............................................................................................. No. Absen : ............................................................................................. Alamat : .............................................................................................. 2. Pertemuan Hari/Tanggal : .............................................................................................. Pertemuan : .............................................................................................. Tempat : .............................................................................................. 3. Eksplorasi Masalah Data Klien yang telah diketahui ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... 4. Data Penting yang Terjaring dalam Konseling ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... 5. Diagnosa Masalah (simpulan situasi masalah menurut pendekatan tertentu dan sebab-sebabnya) ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... 6. Alternatif Pemecahan Masalah ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 7. Putusan Pemecahan Masalah dan Implementasinya ....................................................................................................................... .......................................................................................................................
45
....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 8. Rencana Layanan Lanjutan ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... 9. Evaluasi Proses dan Hasil sementara a) Evaluasi proses b) Evaluasi hasil Pemahaman baru : Perasaan : Rencana tindak lanjut: Dampak layanan : .................., .............................. Mengetahui, Klien,
Praktikan,
...............................................
............................................... NIM.
Mengetahui, Konselor pamong,
............................................... NIP.........................................................
46
6.
Lembar Evaluasi Pelaksanaan Konseling a. Evaluasi Proses LEMBAR EVALUASI PROSES LAYANAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN AJARAN .............../................ Konselor Konseli Pertemuan kePendekatan konseling
: .......................................................... : .......................................................... : .......................................................... : Solution Focus Brief Counseling (SFBC)
Isilah dengan memberi tanda cek (√) pada kolom ya atau tidak sesuai dg keadaan waktu proses konseling berjalan ! Berikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dengan kriteria sebagai berikut : Pilihan 1, jika : Keadaan tersebut 0 – 25% sesuai dengan kondisi diri anda Pilihan 2, jika : Keadaan tersebut 26% - 50% sesuai dengan kondisi diri anda Pilihan 3, jika : Keadaan tersebut 51% - 75% sesuai dengan kondisi diri anda Pilhan 4, jika : Keadaan tersebut 76% - 100% sesuai dengan kondisi diri Respon Konseli yang Teramati 1. Konseli menjawab dengan ramah pertanyaan konselor 2. Konseli berperilaku sopan kepada konselor 3. Konseli bersedia mengisi informed consent 4. Konseli menyanggupi kesepakatan proses konseling 5. Konseli mampu meluapkan kegelisahnnya 6. Konseli mengungkapkan masalah yang dirasakan 7. Konseli menyampaikan upaya yang sudah dilakukan klien 8. Konseli dapat menilai derajat masalah 9. Konseli mampu mengungkapkan hal-hal yang ingin dicapai 10. Konseli mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai 11. Konseli mampu menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan 47
1
2
3
4
12. Konseli dapat mempertimbangkan keuntungan dan kerugian masing-masing alternatif 13. Konseli mau menerima tugas/ pekerjaan rumah dari alternatif solusi 14. Konseli mampu mengungkapkan garis besar proses konseling 15. Konseli dapat menilai ulang derajat setelah proses konseling 16. Konseli memutuskan adanya konseling selanjutnya (bila diperlukan) 17. Konseli yakin dapat mengaplikasikan solusi yang telah ditetapkan .................., ........................... Konselor
_______________________ NIP.
48
b. Evaluasi Hasil Sementara (Konseli) LEMBAR EVALUASI HASIL LAYANAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN AJARAN .............../................ Nama Konseli : ...................................................................... Nama Konselor : ...................................................................... Permasalahan : ...................................................................... Penggunaan Teknik : ...................................................................... Petunjuk Pengisian : Berikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dengan kriteria sebagai berikut : STS, jika : Keadaan tersebut 0 – 25% sesuai dengan kondisi diri anda TS, jika : Keadaan tersebut 26% - 50% sesuai dengan kondisi diri anda S, jika : Keadaan tersebut 51% - 75% sesuai dengan kondisi diri anda SS, jika : Keadaan tersebut 76% - 100% sesuai dengan kondisi diri anda Pernyataan STS TS S SS 1. Saya yakin jika setiap masalah memiliki solusi 2. Saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah 3. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya mampu menentukan solusi 4. Lebih baik mencari solusi daripada meratapi masalah yang dimiliki 5. Solusi yang saya dapat dari proses konseling bermanfaat bagi saya 6. Saya nyaman mengikuti proses konseling 7. Setelah mengikuti layanan konseling saya merasa lega 8. Saya merasa senang karena dalam layanan konseling saya diterima dengan baik 9. Saya tahu apa yang harus saya lakukan setelah mengikuti proses konseling 10. Saya akan fokus mengembangkan kelebihan saya 11. Saya akan mempertimbangkan resiko dari setiap keputusan yang saya ambil ..................,................. Konseli
49
c. Evaluasi Hasil Akhir (Konselor) LEMBAR EVALUASI HASIL LAYANAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN AJARAN .............../................ Nama Konseli : ...................................................................... Nama Konselor : ...................................................................... Permasalahan : ...................................................................... Penggunaan Teknik : ...................................................................... Petunjuk Pengisian : Berikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang tersedia, dengan kriteria sebagai berikut : Pilihan 1, jika : Keadaan tersebut 0 – 25% sesuai dengan kondisi konseli Pilihan 2, jika : Keadaan tersebut 26% - 50% sesuai dengan kondisi konseli Pilihan 3, jika: Keadaan tersebut 51% - 75% sesuai dengan kondisi konseli Pilihan 4, jika : Keadaan tersebut 76% - 100% sesuai dengan kondisi konseli Pernyataan 1 2 3 4 1.
Nilai mata pelajaran konseli mengalami peningkatan
2.
Konseli mengumpulkan tugas tepat waktu
3.
Tetap aktif di kegiatan OSIS
4.
Tidak mengantuk di kelas saat pembelajaran
5.
Siswa melaksanakan aktivitas sesuai dengan homework assignment
..................,................. Konselor
50
FORM PEKERJAAN RUMAH
Hari / Tanggal
Solusi/Pemecah an Masalah yang dilakukan
Hambatan yang dihadapi
Hasil Pemecahan Masalah
51
Persentase Keberhasilan Solusi/Pemecahan Masalah
Reward