BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah hewan yang berpikir, yang dengan aktivitas berpikir itu manusia berfilsafat, berilmu pengetahuan dan ilmu teknologi. Sejak manusia tercipta, aktivitas itu ada dan berkembang, kemudian terus meningkat seiring dengan tantangan perkembangan zaman. Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat untuk mengetahui apa itu yang disebut filsafat. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah bagaimana ia tahu,bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira ia sudah berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu. Melalui makalah ini, kami mencoba untuk membahas tentang aliran filsafat Idealisme, Realisme dan Rasionalisme.. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Pendidikan Modern Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Seiring dengan perkembangan zaman, paham tentang pendidikan semakin berkembang seperti Gerakan Pembaharuan Pendidikan Developmentalisme. Developmentalisme merupakan paham yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip naturalisme Romantik Rosseauw atau pendidikan alam sekolah. Yang mempunyai karakteristik tentang pendidikan yang merupakan pengembangan pembawaan, mendasar pada study melalui observasi, yang mengutamakan perbaikan pendidikan dan pengembangan universal. Tokoh-tokohnya adalah pestalozzi, herbart, froebel, stanley Hall. Berbeda dengan pedagogi tradisional yang bermakna tentang suatu study tentang bagaimana cara menjadi guru yang sebatas mengasuh atau mengajar. Pedagogi yang efektif mampu berimprovisasi dalam mendukung perkembangan anak. Sehingga tujuan sekolah dapat tercapai serta dapat membangun kepercayaan atas kualitas belajar dan mengajar di sekolah. 2.4. Aliran Filsafat Rasionalisme 2.4.1. Pengertian Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini berakar dari kata dalam bahasa latin ratio yang berarti “akal”. Menurut A.R. lacey berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah : sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu tidak ada sumber kebenaran hakiki. Sementara itu menurut istilah, rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam mencari, memperoleh, dan mengetes pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal juga. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berpikir logis. Diukur dengan akal maksudnya diuji, apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis benar, bila tidak logis salah. Akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu berasal dari akal (rasio). 2.4.2. Pelopor Filsafat Rasionalisme Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandinganya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti, karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis. Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional(skolastik), yang pernah diterima tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan. Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlikan titik tolak pemikiran yang pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, Cogito ergo sum(saya berfikir maka saya ada). Jelasya, bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.
Oleh Descartes, dikatakan dengan amat tegas, bahwa manusia itu terdiri dari jasmaninya dengan keluasanya (extensio) serta budi dengan kesadaranya. Kesadaran ini rohani dan yang bertindak itu sebenarya budilah. Dalam pengetahuan dan pengenalan misalnya, satu-satunya pengetahuan yang benar itu hanya yang bersumber pada kesadaran. Jiwa dan badan memang terhubungkan, akan tetapi hubungan ini sejajar, jadi tidak merupakan kesatuan. Ada pengaruh jiwa kepada badan, akan tetapi pengaruh ini hanya secara materi, tetaplah kedua hal tersebut berdampingan. 2.4.3. Tokoh-tokoh Rasionalisme Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah: a. Blaise Pascal b. Cristian Wolf c. Rene Descartes d. Baruch Spinoza e. G.W Leibnitz 2.4.4. Inti Pemikiran Makna penting teori Descartes punya nilai ganda. Pertama, dia meletakkan pusat sistem filosofinya persoalan epistomologis yang fundamental, "Apakah asal-muasalnya pengetahuan manusia itu?" para filosof terdahulu sudah mencoba melukiskan gambaran dunia. Descartes mengajar kita bahwa pertanyaan macam itu tidak bisa memberi jawab yang memuaskan kecuali bila dikaitkan dengan pertanyaan "Bagaimana saya tahu?". Kedua, Descartes menganjurkan kita harus berangkat bukan dengan kepercayaan, melainkan dengan keraguan. (Ini merupakan kebalikan sepenuhnya dari sikap St. Augustine, dan umumnya teolog abad tengah bahwa kepercayaan harus didahulukan). Memang benar Descartes kemudian meneruskan dan sampai pada kesimpulan teologis yang ortodoks, tetapi para pembacanya lebih tertarik dan menaruh perhatian lebih besar kepada metode yang dikembangkannya ketimbang kongklusi yang ditariknya. (Ketakutan gereja bahwa tulisantulisan Descartes akhirnya akan menjadi bahaya, jelas sekali). Dalam filosofinya, Descartes menekankan beda nyata antara pikiran dan obyek material, dan dalam hubungan ini dia membela dualisme. Perbedaan ini telah dibuat sebelumnya, tetapi tulisan-tulisan Descartes menggalakkan perbincangan filosofis tentang masalah itu. Permasalahan yang dikemukakannya menarik para filosof sejak itu dan tetap tak terpecahkan. Pengaruh besar lain dari konsepsi Descartes adalah tentang fisik alam semesta. Dia yakin, seluruh alam (kecuali Tuhan dan jiwa manusia) bekerja secara mekanis, dan karena itu semua peristiwa alami dapat dijelaskan secara dan dari sebab-musabab mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan-anggapan astrologi, magis dan lain-lain ketakhayulan. Berarti, dia pun menolak semua penjelasan kejadian secara teleologis. (Yakni, dia mencari sebab-sebab mekanis secara langsung dan menolak anggapan bahwa kejadian itu terjadi untuk sesuatu tujuan final yang jauh). Dari pandangan Descartes semua makhluk pada hakekatnya merupakan mesin yang ruwet, dan tubuh manusia pun tunduk pada hukum mekanis yang biasa. Pendapat ini sejak saat itu menjadi salah satu ide fundamental fisiologi modern. Descartes menggandrungi penyelidikan ilmiah dan dia percaya bahwa penggunaan praktisnya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Dia pikir, para ilmuwan harus menjauhi pendapat-pendapat yang semu dan harus berusaha menjabarkan dunia secara matematis. Semua ini kedengarannya modern. Tetapi, Descartes, melalui pengamatannya sendiri tak pernah bersungguh-sungguh menekankan arti penting ruwetnya percobaan metode ilmiah. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam mencari, memperoleh, dan mengetes pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal juga. 3.2. Saran Demikianlah yang dapat kami uraikan mengenai aliran filsafat pendidikan idealisme, realisme dan rasionalisme, kami menyarankan kepada teman-teman yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang hal tersebut di atas untuk mencari referensi melalui berbagai media yang tersedia. DAFTAR PUSTAKA
A. Mangunhardjana. 1997. Isme-isme Dalam Etika dari A-Z. Yogyakarta: Kanisius. Dariyo, Agus. Tt. Dasar-dasar Pendidikan Modern. Jakarta: PT Indeks. Ihsan, A. Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta. Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan, (Terjemahan Dr. Mahmud Arif, M.Ag). Yogyakarta: Gama Media. Maunah. Tt. Landasan Pendidikan. Yogyakarta:Teras. Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Tafsir, Ahmad. 2000. Filsafat Umum. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
________________________________________ Agus Dariyo, Dasar-dasar Pendidikan Modern, (Jakarta: PT Indeks, tt ), hlm 5 Maunah, "Landasan Pendidikan" (Yogyakarta:Teras, tt), hlm 192-199 George R. Knight (Terjemahan Dr. Mahmud Arif, M.Ag). Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2007), hlm. 68. Ibid, hlm. 69. A. Fuad Ihsan. Filsafat Ilmu (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 160 Ibid, hlm. 161 Ibid, hlm. 160 A. Mangunhardjana. Isme-isme Dalam Etika dari A-Z. (Yogyakarta: Kanisius, 1997), hlm. 100. Ahmad Tafsir,Filsafat Umum,(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2000), hlm.,127-141. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2005), hal, 66