Natrium klorida Sifat fisik Natrium Klorida (NaCl): - Rumus molekul
: NaCl
- Berat molekul
: 58,45 gr/mol
- Titik lebur, 1 atm
: 800,4⁰C
- Titik didih, 1 atm
: 1413 ⁰C
- Densitas
: 1,13 gr/ml
- Kapasitas panas (25°C)
: 1,8063 cal/mol ⁰C
- Kelarutan
: 35,7 gr/ 100 gr H2O
- Tekanan uap, 1 atm
: 1465 ⁰C
- Panas penguapan, 1 atm
: 40.810 cal/mol
Sifat kimia Natrium Klorida (NaCl): Dengan perak nitrat membentuk endapan perak klorida NaCl + AgNO3 → NaNO3 + AgCl 1. Natrium Klorida (NaCl) Sifat fisika - Berbentuk Kristal - Tidak berwarna - Higroskopis - Sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam air dan gliserol - Memiliki berat molekul 58,44 - Berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan Kristal - Titik lelehnya 800,6oC - Titik didihnya 1,413oC Sifat kimia - Bisa didapat dari reaksi NaOH dan HCl sehingga pHnya netral - Ikatan ionik kuat (Na+) + (Cl-) selisih elektronegatifnya lebih dari 2 - Larutannya merupakan elektrolit kuat karena terionisasi sempurna pada air. 2. Air (H2O) Sifat fisika Air - Rumus kimia : H2O - Wujud pada suhu 30°C, tekanan 1 atm : Cair - Berat molekul : 18 g/gmol - Kapasitas panas : 1 kal/g°C - Densitas : 1 g/cm3 - Konduktifitas panas : 726 kal/m.jK (Kirk and Othmer,1983) Sifat kimia Air memiliki rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak
zat kimia lainnya, seperti garamgaram, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Na2CO3 Sifat fisika dari Natrium karbonat adalah antara lain : - Berbentuk bubuk putih keabu – abuan atau seperti gumpalan yang terdiri atas 99% sodium karbonat. - Larut dalam air. - Tidak larut dalam alkohol dan tidak mudah terbakar. - Specific gravity : 1,5. - Titik lelehnya 851 °C. - Berat molekul (BM) : 106. - Berfungsi sebagai pengikat ion Ca2+ yang ada dalam garam karena bila ion ini berlebihan akan mengakibatkan terbentuknya gas H 2 dan mengurangi efisiensi Cl2. 1. Hidrogen (H2) Sifat Fisik : - Rumus kimia : H2 - Berat molekul : 2,016 gr/gmol - Fase pada temperatur kamar : gas - Titik didih : -252,80C - Titik lebur : -259,20C - Kapasitas panas : 6,483 +(2,215.10-3)T +(-3,298.10-6) T2 + (1,826.10-9) T3 kkal/gmol.K Sifat Kimia Hidrogen merupakan unsur yang paling ringan. Molekul hidrogen meliputi dua bentuk, yaitu ortho dan para dari orientasi spin atom tetapi sifat keduanya sama. Dalam industri hidrogen digunakan sebagai pereduksi logam oksida seperti pada besi untuk pengelasan, serta operasi pengerjaan logam lainnya. Beberapa proses industri yang dalam proses sintesanya menggunakan hidrogen adalah proses amonia, asam hipoklorit, metanil dan aldehid. Selain itu juga untuk menghidrogenasi bermacam-macam produk petroleum, edible oil dan batu bara. 2. Klorin (Cl2) Sifat fisika: Rumus molekul : Cl2 Berat molekul : 70,91 kg/kgmol Titik didih (1 atm) : -34,050C Titik beku (1 atm) : -100,980C Wujud (250C, 1 atm) : gas Densitas gas : 2,48 kg/m3 Densitas cairan : 3,213 kg/m3 Tekanan kritis : 7,7108 MPa Volume kritis : 0,001745 m3/ kg Suhu kritis : 417,15 K -273 =144 C Viskositas cairan : 0,34 Viskositas gas : 0,014 Panas laten penguapan : 287,4 J/g Sifat Kimia
Klorin tidak bereaksi langsung dengan oksigen atau nitrogen. Pada kondisi tertentu dapat bereaksi dengan amonia cair membentuk monokloroamin, dikloroamin atau nitrogen triklorida, menurut reaksi sebagai berikut : NH3 + Cl2 NH2Cl + HCl NH3 + 2 Cl2 NHCl2 + 2 HCl NH3 + 3 Cl2 NCl3 + 3 HCl Klorin mempunyai afinitas yang besar terhadap hidrogen. Contoh : klorin bereaksi dengan hidrogen sulfit membentuk hidrogen klorida, menurut reaksi sebagai berikut: H2S + Cl2 2 HCl + S
Klorin digunakan sebagai chlorinating agent untuk beberapa senyawa organik. Klorin bereaksi dengan beberapa hidrokarbon, memanfaatkan kembali satu atau lebih atom hidrogen dan membentuk hidrogen klorida sebagai produk samping. Contoh : metana dapat diklorinasi membentuk metil klorida, meskipun pada umumnya cara yang digunakan adalah hidroklorinasi dari methanol menggunakan hidrogen klorida. Reaksi yang terjadi : CH4 + Cl2 →CH3Cl + HCl CH3OH + HCl →CH3Cl + H2O Klorin bereaksi dengan hidrokarbon tak jenuh membentuk klorinasi hidrokarbon. Reaksi yang terjadi : CH2 = CH2 CH + Cl2 →ClCH2CH2ClCH ( Kirk & Othmer, vol. 1,1992)
A. Pemurnian Bahan Baku 1. Tangki pencampur (Pencampuran) Garam (97,7%) dilarutkan bersama air proses dan garam lemah recycle pada suhu 90,6oC ke dalam tangki pencampur untuk mendapatkan larutan garam konsentrasi 27% (othmer,2000). Larutan garam jenuh keluar dari tangki pencampur memiliki suhu 67,1oC memasuki tangki pengendap, suhu operasi yang baik untuk pengendapan adalah diatas 60oC(bahruddin,2003). 2. Tangki pengendap (Pengendapan) Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki pengendap untuk diendapkan pengotornya, diantaranya CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2 menggunakan Na2CO3 dan NaOH dengan reaksi sebagai berikut: CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓
+ Na2SO4
MgSO4 + 2NaOH → Mg(OH)2 ↓+ Na2SO4 CaCl2
+ Na2SO4 → CaSO4↓
+ 2NaCl
MgCl2 + 2NaOH → Mg(OH)2↓ + 2NaCl CaCl2
+ Na2CO3 → CaCO3 ↓
+ 2NaCl
Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan dikeluarkan dari dasar tangki.
Pemberian reagen dilakukan dengan kadar berlebih untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pemberian reagen NaOH dilakukan dengan excess 0,01 g NaOH per liter larutan garam, untuk Na2CO3 0,15 g per liter larutan garam(Elliot,1999). Pada kondisi ini ion Ca2+ yang bereaksi 88,6% dan ion Mg2+ 67,6% (bahrudin,2003). Sekitar 60% dari pengotor yang mengendap keluar dari bagian bawah tangki pengendap, sedangkan larutan lainya keluar dari bagian atas clarifier menuju ke filter 3. Filtrasi (Penyaringan) Endapan yang masih tersisa seluruhnya di terfilter dalam filter press 4. Pertukaran ion Selama proses sedimentasi, masih terdapt ion-ion yang masih lolos sehingga diperlukan perlakuan lebih lanjut dengan melewatkanya pada resin penukar ion. Reaksi penukaran ion yang terjadi adalah: Resin kation : R-H + A- → R-A + H+ Resin anion : R-OH – B+ → R-B + OHProses diatas terjadi secara reversible sehingga bila resin sudah jenuh, atau tidak bisa menangkap atau mengikat ion mineral positif/negative, bisa diregenerasi kembali. Regenerasi dilakukan dengan mereaksikan kembali resin dengan asam-basa yaitu NaOH dan H2SO4 sehingga ion mineral positif yang sudah terikat di resin akan terlepas lagi. Reaksi regenerasi sebagai berikut: 2(R-A) + H2SO4 → 2(R-H) + A2SO4 2R-B
+ NaOH → R-OH + NaB
Proses yang terjadi dalam unit ini adalah kation dan anion yang terlarut dalam air umpan akan terserap oleh resin secara bersama-sama. Indikasi adanya penyerapan di dalam mixed bed polisher adalah konduktivitas air yang keluar rendah. Konduktivitas rendah berarti padatan atau mineral yang terlarut di dalamnya juga rendah.
Proses Utama 1.
Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda diasamkan hingga ph 4. 2. Elektrolisa Larutan keluar dari resin penukar ion memasuki sebelum memasuki sel elektrolisa dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 87oC dengan steam. Pada proses elektrolisa menggunakan anoda dan katoda yang dialiri arus DC(direct current) sebagai sumber energy. Elektrolisa ini menggunakan nikel sebagai sel katoda dan titanium sebagai sel anoda. Reaksi utama yang terjadi dalam elektrolisa : Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e
Katoda: 2e + H+ → H2 Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion yang hanya dapan dilalui oleh ion positif. Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl teroksidasi sehingga ion Na+ kehilangan pasangan dan bergerak menuju anoda. Pada anoda feed masuk adalah H2O dan NaOH recycle pada suhu 85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OH- kehilangan pasangan. Ion Na+ dan OH- ini selanjutnya bertemu dan membentuk NaOH. Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil samping dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine (Cl2) dan gas Hydrogen (H2) pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2 liquid, sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif sedikit. Larutan keluar anoda pada suhu 91oC di recycle kembali menuju tangki pencampur. Sedangkan larutan keluar katoda suhu 91oC mengandung NaOH 32%, 10% direcycle kembali sebagai umpan dan sebagian yang lain dip roses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH 50%. Pada elektrolisa ini juga terjadi berbagai reaksi samping. Reaksi samping yang terjadi yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi pembentukan chlorate : H2O + Cl2
↔ HClO + HCl
HClO + 3NaOH → NaClO3 + 2NaCl + 3H2O Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak sempurna, sekitar 5% ion Cl- lolos menuju katoda (Uhde), dan sekitar 5% ion OH- lolos menuju anoda, membentuk NaOH dan kemudian membentuk chlorate. Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H2O di anoda juga teroksidasi dengan reaksi: H2O → 2H+ + O2 + 2e Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas anoda, dan ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H+ bereaksi dengan OH- manjadi H2O (back mixing).
Finishing 1.
Evaporasi
NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator untuk dipekatkan menjadi 50% NaOH. NaOH di evaporasi menggunakan steam sehingga NaOH 50% keluar memiliki suhu 144oC. NaOH 50% kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan, pertama ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya menjadi 110,7oC, larutan ini kemudian didinginkan kembali menggunakan air pendingin hingga suhunya mencapai 45oC dan ditampung ke dalam tangki penampung. 2. Treatment Recycle Garam lemah dari anoda masih mengandung chlorate di treatment terlebih dahulu dengan penambahan HCl untuk reaksi destruksi chlorate : NaClO3 + HCl → NaCl + 3Cl2 + 3H2O
Setelah melewati reaktor destruksi chlorate, kandungan Cl2 di stripping menggunakan udara. Larutan setelah stripping yang mengandung NaCl dan H2O siap direcycle menuju tangki pencampur
Pengolaha produk samping Gas Cl2 keluar dari bagian atas anoda masih mengandung H2O yang terikut dan sedikit O2 untuk mendapatkan Cl2 liquid dengan kemurnian 99,65% kandungan air harus dihilangkan terlebih dahulu. Gas Cl2 pada suhu 91oC didinginkan terlebih dahulu menggunakan brine hingga suhunya mencapai 10oC pada suhu ini campuran gas Cl2 telah berada pada dua fase. Campuran gas-liquid ini kemudian dipisahkan dalam flash separator, produk atas dari flash separator berupas gas yang memiliki kandungan Cl2 sekitar 99,65. Untuk mendapatkan Cl2 liquid, gas Cl2 terlebih dahulu dinaikan tekananya, kemudian dikondensasikan. Kompresi dilakukan dalam dua stage, kompresi pertama tekanan Cl2 gas 1 atm dinaikan tekananya menjadi 4 atm, dan didapatkan suhu keluar kompresor 154oC. Selanjutnya dilakukan pendinginan dari gas Cl2 untuk meringankan beban kompresor ke dua, gas Cl2 didinginkan menggunakan brine hingga suhu 50oC. Kompresi yang kedua menaikan tekanan gas Cl2 dari tekanan 4 atm menjadi tekanan 6 atm. Gas Cl2 keluar dari kompresor kedua pada suhu 93oC, kemudian didinginkan dengan air pendingin hingga suhu 45oC, dan dikondensasikan sehingga menjadi liquid hingga suhu 8oC.