LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PEMBEKALAN PESERTA PLPG TAHUN 2017
Nama Peserta
:
TRI WAHYU WIDIASTUTI
NUPTK
:
7142762663210163
Nomor Peserta
:
17031002010314
Bidang Studi Sertifikasi
:
GURU KELAS TK
Sekolah/Tempat Tugas
:
TK PERTIWI BOWAN
Kabupaten/Kota/Propinsi
:
KLATEN/JAWA TENGAH
Mentor Pembekalan
:
ACHAMD FATHONI
Nomor Telepon Peserta
:
088216522523
PANITIA SERTIFIKASI GURU SUB RAYON 141 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PEMBEKALAN PESERTA PLPG TAHUN 2017 1.
Nama Peserta
:
TRI WAHYU WIDIASTUTI
2.
NUPTK
:
7142762663210163
3.
Nomor Peserta
:
17031002010314
4.
Nomor Telepon
:
088216522523
5.
Email
:
[email protected]
6.
Bidang Studi Sertifikasi
:
GURU KELAS TK
7.
Status
:
PNS / Non PNS
8.
NIP/NIK
:
9.
Golongan
:
10. TMT Pendidikan
:
01 AGUSTUS 2010
11. Jenis Kelamin
:
PEREMPUAN
12. Tempat, Tgl Lahir
:
KLATEN, 10 AGUSTUS 1984
13. Pendidikan Terakhir
:
D4/S1/S2
Nama Perguruan Tinggi
:
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Tahun Lulus
:
2013
:
TK/SD/SMP/SMA/SMK
14. Jenjang Tempat Tugas 15. Mata Pelajaran/Guru Kelas 16. Sekolah/Tempat Tugas
GURU KELAS :
TK PERTIWI BOWAN
Alamat
BOWAN
Kecamatan
DELANGGU
NPSN Kabupaten/Kota/Propinsi
:
KLATEN/ JAWA TENGAH kabupaten, .............................. 2017
Kepala Sekolah
Peserta,
…………… ___SUPI_______________________ NIP/NIK
__________________________ NIP/NI
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Pembekalan PLPG. Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari mentor pembimbing sehingga dapat memperlancar jalannya pembuatan Laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada mentor pembimbing yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki laporan ini dan akhir kata kami berharap semoga laporan akhir pembekalan Materi PLPG ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv BAB I. SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK ......................................................5 A. Ringkasan materi .......................................................................................5 1. Pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik .............5 2. Teori belajar ........................................................................................19 3. Model model pembelajaran .................................................................26 4. Media Pembelajaran ............................................................................30 5. Evaluasi hasil belajar ...........................................................................37 B. Deskripsikan kemajuan setelah pembekalan............................................39 1. Materi yang sudah Anda pahami/kuasai .............................................39 2. Materi yang belum dapat Anda kuasai ................................................40 C. Materi esensial yang tidak ada dalam Sumber Belajar ............................40 D. Materi yang tidak esensial dalam Sumber Belajar ..................................41 E. Masukan-masukan mentor saat kegiatan pembekalan .............................42 BAB II. SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI ..............................................43 A. Ringkasan materi ........................................................................................70 B. Deskripsi kemajuan ...................................................................................71 1. Materi yang sudah Anda pahami/kuasai .............................................71 2. Materi yang belum dapat Anda pahami/kuasai ...................................72 C. Materi esensial yang tidak ada dalam Sumber Belajar ...................................72 D. Materi yang tidak esensial namun ada dalam Sumber Belajar .......................74 E. Kemajuan dalam menyelesauikan Latihan Soal Uraian ............................75 BAB III. PENUTUP .............................................................................................77
BAB I. SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK A. RINGKASAN MATERI 1. Pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik. Kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai oleh guru salah satunya adalah
memahami
karakteristik
anak
didiknya,
sehingga
tujuan
pembelajaran, materi yang disiapkan, dan metode yang dirancang untuk menyampaikannya benar-benar sesuai dengan karakteristik anaknya. Perbedaan
karakteristik
anak
salah
satunya
dipengaruhi
oleh
perkembangannya. a. Metode Dalam Psikologi Perkembangan Metode yang sering dipakai dalam penelitian perkembangan manusia ada 2, yaitu: 1. Metode Longitudinal Penelitian yang menggunakan metode Longitudinal yaitu peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu yang lama. Kelebihan metode longitudina adalah kesimpulan yang diambil lebih meyakinkan, karena membandingkan karakteristik anak yang sama pada usia yang berbeda-beda, sehingga setiap perbedaan dapat diasumsikan sebagai hasil perkembangan dan pertumbuhan. Adapun kekurangan metode ini adalah membutuhkan waktu sangat lama untuk mendapat hasil yang sempurna. 2. Metode Cross Sectional Metode Cross Sectional adalah penelitian yang mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. Penelitian dengan metode ini tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga hasilnya cepat diketahui. Tetapi penelitian denga metode ini memiliki kelemahan yaitu peneliti menganalisis
perbedaan
karakteristik
anak-anak yang
berbeda, sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan. b. Pendekatan dalam Psikologi Perkembangan Kajian
perkembangan
manusia
dapat
menggunakan
2
pendekatan, yaitu pendekatan menyeluruh dan pendekatan pendekatan khusus
(Nana
Sodih
Sukmadinata,
2009).
Pendekatan
menyeluruh/global yaitu pendekatan yang menganalisis seluruh segi perkembangan yakni perkembangan fisik, motorik, sosial, intelektual, moral, emosi, religi. Sedangkan pendekatan khusus adalah penelitian yang memfokuskan kajiannya hanya memfokuskan saah satu aspek saja, misalnya aspek fisik saja, atau aspek moralnya saja. c. Teori Perkembangan Ada 2 teori yang akan dibahas dalam modul ini, yaitu Teori menyeluruh/global (Rousseau, Stanley Hall, Havigurst), dan Teori Khusus/Spesifik (Piaget, Kohlbergf, Erikson). 1. Jean Jacques Rousseau Menurutn Rousseau, perkembangan anak terbagi menjadi empat tahap, yaitu sebagai berikut: a). Masa bayi infancy (0-2 tahun) Masa byi infancy adalah masa perkembangan fisik. Kecepatan pertumbuhan fisik lebih dominan dibandingkan perkembangan aspek lain, sehingga anak disebut sebagai binatang yang sehat. b). Masa anak / childhood (2-12 tahun) Masa anak/childhood disebut masa perkembangan sebagai manusia primitive. Kecuali masih terjadi pertumbuhan fisik secara pesat, aspek lain sebagai manusia juga mulai berkembang, misalnya kemampuan berbicara, berfikir, intelektual, moral, dan lain-lain. c). Masa remaja awal / pubescence (12-15 tahun)
Masa
remaja
awal/pubescence
disebut
masa
remaja
awal/pubescence, ditandai dengan perkembangan pesat intelektual dan kemampuan bernalar juga disebut masa bertualang. d). Masa remaja / adolescence (15-25 tahun, disebut maswa remaja / adolescence. Pada masa ini aspek seksual, sosial, moral, dan nurani berkembang sangat pesat. Masa ini diebut juga masa hidup sebagai manusia beradab. b. Stanley Hall Stanley Hall membagi masa perkembangan menjadi empat tahap, yaitu: 1) Masa kanak-kanak / infancy (0-4 tahun) Pada usia-usia ini, perkembangan anak disamakan dengan binatang, yaitu melata atau berjalan. 2) Masa anak / childhood (4-8 tahun) Masa ini disebut masa pemburu, anak haus akan pemahaman lingkungannya, sehingga akan berburu kemanapun, mempelajari lingkungan sekitarnya. 3) Masa puber / youth 8-12 tahun) Pada masa ini anak tumbuh dan berkembang tetapi sebagai makhluk yang belum beradab. Banyak hal yang masih harus dipelajari
untuk
menjadi
makhluk
yang
beradab
di
lingkungannya, seperti yang berkaitan dengan sosial, emosi, moral, intelektual. 4) Masa remaja / adolescence (12 – dewasa) Pada masa ini, anak mestinya sudah menjadi manusia beradab yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dunia yang selalu berubah. c. Robert J. Havigurst
Robert J. Havigurts menyusun tahap-tahap perkembangan menjadi 5 tahap berdasarkan problema yang harus dipecahkan dalam setiap fase, yaitu: 1) Masa bayi / infancy (0 – tahun) 2) Masa anak awal/early childhood (2/3 – 5/7 tahun) 3) Masa anak / late childhood (5/7 tahun – pubesen) 4) Masa adolesense awal / early adolescence (pubesen – pubertas) 5) Masa adolescence / late adolescence (pubertas – dewasa) Ada 10 tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada setiap fasenya, yaitu: 1) Ketergantungan–kemandirian 2) Memberi – menerima kasih sayang 3) Hubungan sosial 4) Perkembangan kata hati 5) Peran biososio dan psikologis 6) Penyesuaian dengan perubahan badan 7) Penguasaan perubahan badan dan motorik 8) Memahai dan mengendalikan lingkungan fisik 9) Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem simbol 10) Kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta d. Jean Piaget (Ilmuwan asal Swiss) Piaget mengelompokkan menjadi 4 tahap berdasarkan aspek perkembangan kognitif anak, yaitu: 1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun) Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja. 2) Tahap praoperasional (2-4 ahun) Pada tahap praoperasional atau prakonseptual, disebut juga dengan masa intuitif, anak mulai mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan bahasa mulai
berkembang, pemikiran masih statis, belum dapat berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang masih terbatas. 3) Tahap operasional konkrit (7-11 tahun) Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada masa ini,
anak
sudah
menggabungkan,
mampu
menyelesaikan
memisahkan,
menyusun,
tugas-tugas menderetkan,
melipat, dan membagi. 4) Tahap operasonal formal (11-15 tahun) Tahap ini juga disebut masa proportional thinking. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, seperti berfikir secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berfikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan berbagai masalah. e. Lawrence Kohlberg Menurut Kohlberg, perkembangan kognitif anak terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu: 1) Preconventional Moral Reasoning Obidience and Paunisment Orientation Pada
tahap
ini,
orientasi
anak
masih
pada
konsekuensi fisik dari perbuatan benar-salahnya, yaitu hukuman dan kepatuhan. Mereka hormat kepada penguasa, penguasalah yang menetapkan aturan / undang-undang, mereka berbuat benar untuk menghindari hukuman. Naively Egoistic Orientation Pada tahap ini, anak beorientasi pada instrument relative. Perbuatan benar adalah perbuatan yang secara instrument memuaskan keinginannya sendiri dan (kadangkadang)
juga
orang
lain.
Kepeduliannya
pada
keadilan/ketidakadilan bersifat pragmatic, yaitu apakah mendatangkan keuntungan atau tidak.
2) Conventional Moral Orientation Good Boy Orientation Pada tahap ini, orientasi perbuatan baik adalah yang menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain. Orientasi ini juga disebut good/nice boy orientation. Authority and Social Order Maintenace Orientation Pada tahap ini, orientasi anak adalah pada aturan dan hukum. Anak menganggap perlu menjaga ketertiban, memenuhi kewajiban dan tugas umum, mencegah terjadinya kekacauan sistem. 3) Post Conventional Moral Reasoning Contranctual Legalistic Orientation Pada tahap ini, orientasi anak pada legalitas kontrak sosial. Anak menyadari bahwa nilai (benar/salah, baik/buruk, suka/tidak sukad, dll) adalah relatif, menyadari bahwa hukum adalah instrumen yang disetujui untuk mengatur kehidupan masyarakat, dan itu dapat diubah melalui diskusi apabila hukum gagal mengatur masyarakat. Conscience or Principle Orientation Orientasi adalah pada prinsip-prinsip etika yang bersifat universal. f. Erick Homburger Erickson Menurut Erickson, bahwa perkembangan anak melewati delapan tahap perkembangan (developmental stages), disebut siklus kehidupan (life cycle) yang ditandai dengan adanya krisis psikososial tertentu. 1) Tahap I (usia 0-1): Turst vs misturst Kemampuan pada tahap ini adalah: Menerima, dan sebaliknya, memberi. Pada tahap Basic trust vs mistrust (infancy – bayi), anak baru mulai mengenal dunia, perhatian anak adalah mencari rasa aman
dan nyaman. Lingkungan dan sosok yang mampu menyediakan rasa nyaman / aman itulah yang dipercaya oleh anak. 2) Tahap II (usia 2-3): Autonomy vs Shame Kemampuan yang dimiliki pada tahap ini adalah: menahan atau membiarkan. Pada tahap Autonomy vs shame and doubt (toddler – masa bermain), anak tidak ingin sepenuhnya tergantung pada orang lain. Anak mulai mempunyai keinginan dan kemauan sendiri. 3) Tahap III (usia 3-6): Initiative vs guilt Kemampuan pada tahap ini, adalah menjadikan seperti mainan. Pada tahap Initiative vs guilt (preschool–prasekolah), anak mulai tumbuh inisiatif yang perlu difasilitasi, didorong, dan dibimbing oleh orang dewasa disekitarnya. 4) Tahap IV (usia 7-12): Industry vs Inferiorit Kemampuannya: membuat atau merangkai sesuatu. Pada tahap ini, Industry vs inferiority (schoolage – masa sekolah), anak cenderung luar biasa sibuk melakukan berbagai aktifitas yang diharapkan mempunyai hasil dalam waktu cepat. Keberhasilan dalam aktifitas akan menjadikan anak merasa puas dan bangga, begitu pula sebaliknya mereka akan kecewa jika usaha mereka gagal. Tahap V (usia 12-18): Identity vs role confusion Kemampuan pada tahap ini adalah: menjadi diri sendiri, berbagi konsep diri. Pada tahap Identity vs role confusion (asolescence – remaja), anak dihadapkan pada kondisi pencarian identittas diri. Jati diri ini akan berpengaruh besar pada masa depan. Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. 5) Tahap VI (usia 20an): Intimacy vs isolation Kemampuan pada tahap ini adalah: melepas dan mecari jati diri.
Pada tahap Intimacy vs isolation (young adulthood – dewasa awal), anak mulai menyadari bahwa meskipun harus melakukan komunikasi dengan masyarakat dan teman sebaya, tetapi dalam hal-hal tertentu ada yang harus bersifat pribadi. 6) Tahap VII (usia 20-50): Generativity vs Stagnation Pada tahap ini kemampuannya adalah membuat dan me melihara. Pada tahap ini sudah muncul adanya rasa tanggung jawab. Bentuk kepedulian tidak hanya dalam bentuk peran sebagai orang tua, tetapi juga perhatian dan kepedulian pada anak-anak yang merupakan generasi penerus. 7) Tahap VIII (usia > 50: Ego integrity vs despair Ini merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan. Individu akan melakukan introspeksi, mereview kembali perjalanan hidup yang telah dilaluiny, diharapkan tidak ada penyesalan. A. Karakteristik perkembangan anak usia dini. Anak memliki perkembangan yang unik. Karakteristik perkembangan anak dikelompokkan sesuai dengan bidang pengembangan pendidikan anak usia dini, yaitu nilai moral dan agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik dan seni. 1. Karakteristik perkembangan Nilai Moral dan Agama Anak Kolhberg (dalam Santrock,2007), mengemukakan bahwa perkembangan moral manusia berlangsung secara bertahap. Masingmasing tahap terdiri atas dua level. Pada level pertama, anak belajar moral berdasarkan orientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak mau melakukan perbuatan baik karena akan mendapat imbalan yang menyenangkan sedangkan perbuatan buruk karena ingin menghindari hukuman, bukan karena kesadaran mau berbuat baik dan meninggalkan yang buruk.
Pada level selanjutnya orang akan berbuat baik atau sesuai dengan norma moral karena sudah memahami bahwa standar moral itu baik untuk dilakukan. Ada keharusan di dalam dirinya untuk berbuat baik dan jika tidak, maka akan merasa bersalah dan berdosa. Kesadaran ini akan membawa ketenangan diri dalam kehidupan masyarakat.
Karakteristik perkembangan moral dan nilai keberagamaan a) Anak usia 1 tahun: pada usia setahun anak sudah mampu memperhatikan perilaku keagamaan yang diterima melalui inderanya. b) Anak usia 2 tahun: pada usia ini anak menunjukkan perkembangan moral dimana anak mulai meniru perilaku keagamaan secara sederhana dan mulai mengekspresikan rasa sayang dan cinta kasih. c) Anak usia 3 tahun: anak menunjukkan ciri moral tertentu yang berbeda dengan usia sebelumnya. Di sini anak mampu meniru secara terbatas
perilaku
keagamaan
yang dilihat dan
didengarnya. d) Anak usia 4 tahun: anak sudah mampu meniru dan mengucapkan bacaan doa/lagu-lagu keagamaan dan gerakan beribadah secara sederhana. Mereka mulai berperilaku baik/sopan apabila diingatkan. Komunikasi dan interaksi moral yang baik akan mendorong perkembangan moral secara cepat. e) Anak usia 5 tahun: anak mampu mengucapkan bacaan doa/lagulagu keagamaan, meniru gerakan beribadah, mengikuti aturan serta mampu belajar berperilaku baik dan sopan bila diingatkan. f) Anak usia 6 tahu: dimana anak sudah mampu melakukan perilaku keagamaan secara berurutan dan mulai belajar membedakan perilaku baik dan buruk, hal ini Seiring dengan tahap berpikir. 2. Karakteristik Perkembangan Sosial-Emosional Anak
Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial. Kompetensi sosial menggambarkan
kemampuan
anak
untuk
beradaptasi
dengan
lingkungan sosial secara efektif. Sedangkan tanggung jawab sosial ditunjukkan
dengan
komitmen
anak
terhadap
tugas-tugasnya,
menghargai perbedaan individual, memperhatikan lingkungannya, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai warga negara yang baik. Pada usia 2 tahun, anak-anak mencoba memantapkan identitas dirinya dan selalu ingin menunjukkan kemauan dan kemampuannya dengan pernyataan “inilah saya, saya bisa”. Tidak jarang pada saat tersebut anak dinilai sebagai anak yang keras kepala. Pada
usia
3
tahun,
anak-anak
mulai
memantapkan
hubungannya dengan anggota keluarga dan orang di luar mereka. Pada usia 4 tahun, anak mulai memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, kelompok bermain yang dibangun pada anak usia ini cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisir secara baik. Oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti. Emosi merupakan suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris (Saputra dan Rudyanto, 2005). Keadaan kompleks tersebut dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai dengan perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya perilaku. Adapun fungsi dari emosi adalah sebagai bentuk komunikasi tentang kebutuhan dan perasaan pada orang lain serta mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya. Emosi dapat berupa emosi gembira, marah, takut, dan sedih. Terjadinya emosi meliputi 5 tahapan, yaitu: 1) adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa 2) terjadi aktivitas di pusat sistem syaraf 3) perubahan khusus yang terjadi dalam aspek fisiologis
4) terjadinya perubahan pada bagian fisik yang dapat diamati seperti wajah-tubuh-suara 5) persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya. 3. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Menurut Piaget (1971:23), anak usia TK berada pada periode praoperasional (usia 2 – 7 tahun), adapun ciri-cirinya: a) Pada usia 2–4 tahun anak sering bertanya, mencari dan menyelidiki sendiri. Anak mulai tertarik pada “mengapa” dan “bagaimana”. Masa ini disebut dengan masa “prakonseptual”. b) Usia 4–7 tahun penalarannya berkembang secara “intuitif”, yaitu penalaran yang terjadi secara spontan tanpa pertimbangan rasional maupun intensional, sehingga pendapat dan pemikiran anak bersifat fragmentaris (lepas-lepas) dan tidak konsisten. c) Pada perkembangan berikutnya, anak memiliki kemampuan untuk memahami (concervation) beberapa pengertian baru yaitu tentang jumlah (usia 5 tahun), berat (usia 6 tahun) , isi atau volume (usia 7 tahun). d) Penalaran anak masih diwarnai oleh fantasinya, alat-alat permainan harus “hidup/kongkrit” sesuai dengan fantasinya. e) Egosentris anak mulai berkurang, sehingga permainan yang dilakukan sudah memiliki sifat sosial, anak sudah mebutuhkan teman bermain. 4. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Bahasa merupakn alat untuk berkomunikasi, menyampaikan ide dan gagasannya, bercakap-cakap dengan orang orang lain dan sebagai alat berpikir. Sefeldt dan Nita B (1994), mengemukakan bahwa perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun secara umum adalah sebagai berikut: a)
Perkembangan bahasa terjadi sangat cepat.
b) Pada usia tiga tahun, anak berbicara secara monolog dan pada usia 4 tahun anak menguasai 90% phonetic dan sintaksis, tetapi masih sangat umum. c)
Anak sudah mampu terlibat dalam percakapan dengan anak atau orang dewasa lainnya.
d) Diawal usia 5 tahun, anak sudah memiliki perbendaharaan kata sebanyak kira-kira 2500 kata. e)
Anak sering mengalami kesulitan mengucapkan suara huruf l, r, sh.
f)
Anak sering salah mengerti tentang kata-kata dan digunakannya sebagai humor.
g) Anak menjadi pembicara yang tidak putus-putus. 5. Karakteristik Perkembangan Motorik Anak Snowman (Patmonodewo, 1994) mengemukakan bahwa karakteristik perkembangan fisik-motorik anak adalah: a) Anak pada umumnya sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukannya sendiri. b) Anak memerlukan istirahat yang cukup setelah melakukan suatu kegiatan. Namun hal tersebut sering tidak disadari dan ingin selalu melakukan aktivitas yang dapat memuaskan dirinya. c) Perkembangan otot besar (motorik kasar) lebih dominan dari pada otot kecilnya (motorik halus). Oleh karena itu, anak belum terampil melakukan kegiatan yang rumit (kompleks). d) anak masih sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang berukuran kecil. Hal ini karena koordinasi antara tangan dan mata belum sempurna. e) Tubuh anak masih bersifat lentur, demikian pula tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. f) Anak perempuan lebih terampil dalam melakukan tugas-tugas praktis khususnya yang berkaitan dengan motorik halus dari pada anak laki-laki.
6. Karakteristik Perkembangan Seni Anak Piaget dan Inhelder (seefeldt dan Nita B, 1994), mengemukakan bahwa anak usia 2-5 tahun berada pada tahap preskematik. Pada tahap ini, anak memikirkan suatu obyek dan mulai merepresentasikannya dalam tulisan cakar ayam, tetapi masih memiliki sifat dan fungsi yang berubah-ubah. Karakteristik perkembangan kecerdasan visual-spatial antara lain: a)
Anak menikmati dan melewatkan waktu luangnya dengan membuat ilustrasi, sketsa, menggambar dan melukis.
b) Anak menikmati membuat barang-barang sederhana seperti menggulung tisu. c)
Anak senang bermain teka-teki dengan puzzle, maze dan teka-teki visual lainnya.
d) Anak melihat gambaran yang jelas ketika berpikir. e)
Anak banyak berimajinasi dan memiliki imajinasi yang aktif.
f)
Anak senang bermain dengan balok-balok.
g) Anak menikmati berlatih sendiri dan menyukai pakaian warnawarni, serta mud ah memahami peta, bagan dan diagram (Gardner dalam Lwin,dkk., 1995). B. Permasalahan Perkembangan Anak 1. Permasalahan Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Wiyani (2014), bahwa Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut: a.
Malnutrisi: masalah kekurangan gizi sering kali dialami oleh anak karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang asupan gizi anak. Anak yang mengalami malnutrisi menunjukkan gejala seperti badan yang kurus, lemah, tidak bersemangan.
b.
Obesitas: anak yang mengalami obesitas dapat dilihat dari ukuran tubuhnya yang lebih gemuk ketimbang anak seusianya dan berat badannya melebihi standar.
c.
Masalah
dalam
keterampilan
motorik
kasar,
seperti
ketidakmampuan dalam mengatur keseimbangan tubuh, reaksi yang kurang cepat dan koordinasi tubuh yang kurang baik. d.
Masalah yang dialami oleh anak dalam motorik halus, seperti belum bisa menggambar bentuk yang bermakna, serta belum bisa mewarnai dengan halus dan rapi.
2. Permasalahan Perkembangan Kognitif Anak Permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kognitif adalah: a.
Anak berpikir secara irasional
b.
Anak suka berpikiran negatif
c.
Gejala lain yang tampak pada anak yang mengalami permasalahan dalam perkembangan kognitif adalah suka menyalahkan orang lain, malas masuk sekolah, tidak mau belajar, sulit menghafal kata, nama benda dan tempat, tidak berkonsentrasi dalam belajar, terlambat berpikir, pelupa, rasa ingin tahu yang rendah, dan lain sebagainya (Wiyani, 2014).
3. Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak a. Gagap, di mana anak mengalami gangguan bicara berupa kesalahan dalam ucapan dengan cara mengulang-ulang bunyi atau suku kata, atau konsonan. b. Gangguan bahasa reseptif dan ekspresif; anak yang mengalami gangguan bahasa reseptif yaitu anak mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Sementara anak yang mengalami gangguan bahasa ekspresif cenderung
kesulitan
mengekspresikan dirinya dalam berbicara (Wiyani, 2014). 4. Permasalahan Perkembagan Sosial-Emosional Anak Santrock (2007), bahwa permasalahan perkembangan sosialemosional yaitu anak sering kali mengalami depresi. Depresi pada masa kanak-kanak ditunjukkan dengan perilaku seperti agresi, kecemasan,
prestasi yang buruk di sekolah, perilaku anti sosial, dan juga hubungan yang buruk dengan teman sebayanya. Wiyani (2014), bahwa anak yang mengalami permasalahan dalam perkembangan sosial emosionalnya antara lain penakut, pencemas, perasaan bersalah, rasa kecewa berlebihan, rendah diri, dan pemalu. 5. Permasalahan Perkembangan Nilai Moral Agama Anak Wiyani
(2014),
mengemukakan
bahwa
ada
5
problematika
perkembangan moral dan agama yaitu: anak suka berkata kotor, suka berbohong, suka mencuri, suka menghina, dan berprilaku agresif.
2. Teori Belajar Dalam proses pembelajaran di PAUD, penguasaan seorang guru terhadap bahan belajar dan pengelolaan kelas sangat penting, namun belum cukup untuk menghasilkan pembelajaran yang optimal. Untuk itu guru wajib menguasai tentang teori-teori belajar, yang digunakan untuk mengarahkan anak berpartisipasi secara intelektual dalam belajar, sehingga belajar menjadi bermakna bagi anak. Hal ini sesuai dengan isi lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidik PAUD Guru yang menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip bermain sambil belajar menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Jika seorang guru akan menerapkan suatu teori belajar dalam proses belajar mengajar, maka guru tersebut harus memahami seluk beluk teori belajar tersebut sehingga selanjutnya dapat merancang dengan baik bentuk proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Psikologi belajar atau disebut
dengan
Teori
Belajar
adalah
teori
yang
mempelajari
perkembangan intelektual (mental) anak. Di dalamnya terdiri atas dua hal, yaitu: (1) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual anak, (2) uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu. Terdapat beberapa aliran
dalam
psikologi
belajar,
yakni
aliran
psikologi
tingkah
laku
(behavioristik), dan aliran psikologi kognitif (konstruktivisme) 1. Teori belajar behavioristik Psikologi belajar atau disebut juga dengan teori belajar adalah teori yang
mempelajari
perkembangan
intelektual
(mental)
individu
(Suherman, dkk: 2001: 30). Didalamnya terdapat dua hal, yaitu 1) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual; dan 2) uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu Dikenal dua teori belajar, yaitu teori belajar tingkah laku (behaviorisme) dan teori belajar kognitif. Teori belajar tingkah laku dinyatakan oleh Orton (1987: 38) sebagai suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus (rangsangan) dan respon (response). Berikut dipaparkan empat teori belajar tingkah laku yaitu teori belajar dari Thorndike, Skinner, Pavlov, dan Bandura. a. Teori belajar Thorndike Edward Lee Thorndike (1874–1949) mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan Law of effect. Belajar akan lebih berhasil bila respon anak terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini bisa timbul sebagai akibat anak mendapatkan pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini termasuk reinforcement. Teori belajar stimulusrespon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga teori belajar koneksionisme. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang terkait dengan teori koneksionisme yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of effect). 1) Hukum kesiapan (law of readiness) menjelaskan kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. 2) Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa jika hubungan stimulus- respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan
semakin kuat, sedangkan makin jarang hubungan stimulus-respon dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang terjadi. 3) Hukum akibat (law of effect) menjelaskan bahwa apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Implikasi dari teori belajar Thorndike (koneksionisme) ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari adalah: a. Untuk menjelaskan suatu konsep, guru sebaiknya mengambil contoh yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati. b. Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practice) akan lebih cocok untuk penguatan dan hafalan. Dengan penerapan metode tersebut anak akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respon yang diberikan pun akan lebih banyak. c. Hierarkis penyusunan komposisi materi dalam kurikulum merupakan hal yang penting. Materi disusun dari materi yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kelas, dan tingkat sekolah. b. Teori Belajar Pavlov Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning). Terkait dengan kegiatan belajar mengajar, agar anak belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar anak muncul perkembangan motorik halus yang baik, maka anak dibiasakan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan motorik halus misalnya meronce dan melipat. c. Teori Belajar Skinner BF. Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif, sedangkan
penguatan
merupakan
sesuatu
yang
mengakibatkan
meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal-hal
yang dapat diamati dan diukur. Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif. 2. Teori belajar kognitif Dua pakar yang menonjol di bidang psikologi kognitif, Jean Piaget (1896-1980) dan Lev Vygotsky (1896-1934). Revolusi kognitif dalam psikologi merupakan respon terhadap behaviorisme yang mendominasi sekolah-sekolah pada waktu itu dengan psikologi eksperimen. a. Teori belajar Bruner Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni: (1) Pentingnya arti struktur pengetahuan. (2) Kesiapan (readiness) untuk belajar. (3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan. (4) motivasi atau keinginan untuk belajar beserta cara-cara yang dimiliki para guru untuk merangsang motivasi itu. Menurut Bruner dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental . Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu: (1) pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada modelmodel tentang kenyataan yang dibangunnya dan (2) model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasi pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan. Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan
untuk
menyatakan
kemampuan-kemampuan
secara
sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents), yaitu: 1) Cara penyajian enaktif
Cara penyajian enaktif adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik )objek, sehingga bersifat manipulatif. 2) Cara penyajian ikonik Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. 3) Cara penyajian simbolik Cara penyajian simbolik didasarkan pada sistem berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. b. Teori belajar Lev Vygotsky Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, individu akan menggunakan pengetahuan siap dan pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami masalah atau materi baru. Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual (yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan
masalah
secara
mandiri)
dan
tingkat
perkembangan potensial (yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu). Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Vygotsky menekankan bahwa pengkonstruksian pengetahuan seorang individu dicapai melalui interaksi sosial.
Tahap perkembangan aktual (Tahap I) terjadi pada saat siswa berusaha sendiri menyudahi konflik kognitif yang dialaminya. Perkembangan potensial (Tahap II) terjadi pada saat siswa berinteraksi dengan pihak lain dalam komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih, seperti teman dan guru, atau dengan komunitas lain seperti orang tua. Proses internalisasi (Tahap III) menurut Vygotsky merupakan aktivitas mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interaksi sosial. c. Teori belajar Bandura Teori ini dikenal dengan teori belajar sosial. Bandura mengemukakan bahwa anak belajar melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep, yaitu: 1) Reciprocal determinism Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan. 2) Beyond reinforcement Bandura memandang teori Skinner terlalu bergantung pada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah- pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. 3) Self-regulation/cognition Teori belajar tradisional sering terhalang oleh
ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka untuk
menjelaskan proses kognitif. Prinsip dasar belajar sosial (social learning) adalah: a. Sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).
b. Dalam hal ini, seorang anak mengubah perilaku sendiri melalui penyaksian cara orang/sekelompok orang yang mereaksi/merespon sebuah stimulus tertentu. c. Anak dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain, misalnya: guru/orang tuanya. 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAUD Berdasarkan lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD, Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut. 1) Belajar melalui bermain. Anak di bawah usia 6 tahun berada pada masa bermain. Pemberian rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain, dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. 2) Berorientasi pada perkembangan anak Pendidik harus mampu mengembangkan semua aspek perkembangan sesuai dengan tahapan usia anak. 3) Berorientasi pada kebutuhan anak Pendidik harus mampu memberi rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai dengan kebutuhan anak, termasuk anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus. 4) Berpusat pada anak Pendidik harus menciptakan suasana yang bisa mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian sesuai dengan karakteristik, minat, potensi, tingkat perkembangan, dan kebutuhan anak. 5) Pembelajaran aktif Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang mendorong anak aktif mencari, menemukan, menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan melakukan serta mengalami sendiri.
6) Berorientasi pada pengembangan nilai-nilai karakter Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter yang positif pada anak. 7) Berorientasi pada pengembangan kecakapan hidup Pemberian rangsangan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan kemandirian anak. 8) Didukung oleh lingkungan yang kondusif Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. 9) Berorientasi pada pembelajaran yang demokratis Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan pendidik, dan antara anak dengan anak lain. 10) Pemanfaatan media belajar, sumber belajar, dan narasumber. Penggunaan media belajar, sumber belajar, dan narasumber yang ada di lingkungan PAUD bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna.
3..Model Dan Metode Pembelajaran PAUD a. Model Pembelajaran PAUD Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan perilaku atau perkembangan pada diri anak didik. Adapun komponen model pembelajaran meliputi: konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur, metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi/penilaian. Beberapa model pembelajaran PAUD yang saat ini berkembang dan digunakan oleh satuan pendidikan PAUD di antaranya (1) Model pembelajaran dengan sudut-sudut kegiatan; (2) Model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman, (3) Model pembelajaran area, dan (4) Model pembelajaran sentra.
Ke empat model tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, untuk lebih memperjelas ke empat model pembelajaran di PAUD, diuraikan sebagai berikut; (1). Model Pembelajaran sudut-sudut Kegiatan Model pembelajaran ini perlu disediakan sudut-sudut kegiatan untuk dipilih oleh anak berdasarkan minatnya sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Alat-alat yang disediakan harus bervariasi karena minat anak yang beragam. Alat-alat tersebut harus sering diganti disesuaikan dengan tema dan subtema yang akan dibahas. Alat-alat yang diperlukan pada pembelajaran dengan sudut-sudut kegiatan di atur sedemikian rupa di dalam ruangan/kelas dan disusun menurut sifat dan tujuan kegiatannya. Sudut-sudut kegiatan adalah: a. Sudut keluarga: Alat-alat yang disediakan antara lain adalah meja kursi tamu,meja-kursi makan, peralatan makan, tempat tidur dan kelengkapannya, lemari pakaian, lemari dapur, rak piring, peralatan masak (kompor, panci, dsb), setrika, cermin, bak cucian/ember, papan cucian, serbet, celemek, dan boneka. b. Sudut alam sekitar dan pengetahuan: Alat-alat yang disediakan antara lain, adalah aquarium beserta kelengkapannya, timbangan, bijibijian dengan tempatnya, batu-batuan, gambar proses pertumbuhan binatang, gambar proses pertumbuhan tanaman, magnit, kaca pembesar, benda-benda laut seperti kulit-kulit kerang, meja untuk tempat benda-benda yang menjadi obyek pengetahuan, dan alat-alat untuk menyelidiki alam sekitar. c. Sudut pembangunan: Alat-alat yang disediakan antara lain adalah alat-alat untuk permainan konstruksi, seperti balok-balok bangunan, alat pertukangan, rak-rak tempat balok, macam-macam kendaraan kecil, permainan lego, menara gelang, permainan pola, dan kotak menara. d. Sudut kebudayaan: Alat-alat yang disediakan antara lain adalah peralatan musik/perkusi, rak-rak buku/perpustakaan, buku-buku
bergambar (seri binatang, seri buah-buahan, seri bunga-bungaan), buku-buku pengetahuan, peralatan untuk kreativitas, alat-alat untuk pengenalan bentuk, warna, konsep bilangan, dan simbol-simbol. e. Sudut Ke-Tuhanan: Alat-alat yang disediakan antara lain adalah maket-maket rumah ibadah (masjid, gereja, pura, vihara, dll), peralatan ibadah, alat-alat lain yang sesuai untuk menjalankan ibadah agama, dan gambar-gambar keagamaan. (2) Model Pembelajaran Kelompok dengan Kegiatan Pengaman Model ini anak-anak dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (tiga atau empat kelompok sesuai dengan minat dan jumlah anak) dengan kegiatan yang berbeda-beda. Salah satu kelompok melakukan kegiatan bersama pendidik dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
anak
secara
individu.
Jenis
kegiatannya
adalah
pemahaman konsep dan materi yang memiliki tingkat kesulitan. Hal ini dilakukan secara bergiliran sehingga setiap anak didik mendapat kesempatan melakukan kegiatan bersama pendidik. Pada saat anak melakukan kegiatan bersama pendidik di kelompok tersebut, kelompok lain melakukan kegiatan yang dapat dikerjakan secara mandiri tanpa lepas dari pengawasan pendidik. Seluru hasil kegiatan yang telah dilakukan anak, baik di kelompok yang melakukan kegiatan bersama pendidik ataupun yang mandiri menjadi bahan evaluasi pendidik dalam menentukan ketercapaian kemampuan anak. Anak yang sudah selesai melakukan kegiatannya lebih cepat daripada temannya dapat memilih kegiatan yang diminatinya di kelompok lain. Apabila tidak tersedia tempat, anak didik boleh bermain di kegiatan pengaman yang sudah disiapkan pendidik. Alat-alat bermain/sumber belajar pada kegiatan pengaman antara lain adalah balok-balok bangunan, mainan konstruksi, macam-macam kendaraan, kotak menara, alat pertukangan, puzzle, dan permainan pola. (3) Model Pembelajaran Area
Pada model ini anak diberi kesempatan untuk memilih/ melakukan kegiatan
sendiri-sendiri
sesuai
dengan
minatnya.
Model
ini
menekankan pada prinsip: a). memberi pengalaman pembelajaran bagi setiap anak, b). membantu anak membuat pilihan dan keputusan melalui aktivitas di dalam area-area yang disiapkan c). adanya keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada model ini menggunakan 10 (sepuluh) area. Dalam satu hari dapat dibuka minimal 3 sampai 4 area. Pada area yang dibuka disiapkan alat peraga dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan RPPM, RPPH yang telah disusun. Adapun ke sepuluh area tersebut adalah: 1) Area agama, 2). Area Balok, 3). Area Berhitung/matematika, 4). Area IPA, 5). Area Musik, 6). Area Bahasa, 7). Area Membaca dan menulis, 8). Area Drama, 9). Area Pasir/Air, 10). Area Seni dan Motorik (4) Model Pembelajaran Sentra Pada model ini kegiatan pembelajaran dilakukan di sentra-sentra dimana pendidik berperan sebagai motivator dan fasilitator yang memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas mulai dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan ; 1) pijakan lingkungan, 2) pijakan sebelum bermain, 3) pijakan selama bermain, dan 4) pijakan sesudah main. Ada 7 (tujuh) Sentra pembelajaran yaitu: 1) Sentra bahan alam dan sains, 2). Sentra balok, 3). Sentra seni, 4). Sentra bermain peran, 5). sentra persiapan, 6). sentra agama, 7). sentra musik.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih model pembelajaran, diantaranya : a.Pendidik perlu mempertimbangkan sarana dan prasarana yang tersedia dan menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran. b. Pendidik dapat mengembangkan empat model pembelajaran yang ada (misalnya dengan menambah sudut, area, dan sentra kegiatan, serta kegiatan pengaman).
c. Pendidik dapat mengembangkan model pembelajaran yang baru dengan mengkombinasikan empat model yang ada atau menciptakan model yang baru. d. Scaffolding adalah dukungan yang terus menerus yang diberikan kepada anak oleh pendidik (bisa juga oleh orang tua atau anak lain yang lebih dewasa atau lebih mampu). e. Dalam pengembangan PAUD di Indonesia, istilah scaffolding sering diterjemahkan
sebagai
pijakan
(tahap-tahap
dalam
model
pembelajaran sentra). 2) Metode Pembelajaran PAUD Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pendidik dalam melakukan kegiatan pembelajaran kepada anak untuk mencapai kompetensi tertentu. Metode pembelajaran dirancang dalam kegiatan bermain yang bermakna dan menyenangkan bagi anak. Jenis-jenis metode pembelajaran di PAUD diantaranya: (a) Bercerita Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita secara lisan. (b) Demonstrasi Demonstrasi digunakan untuk menunjukkan atau memperagakan cara untuk membuat atau melakukan sesuatu. (c) Bercakap-cakap Bercakap-cakap dapat dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan pendidik atau antara anak dengan anak yang lain (d) Pemberian Tugas Pemberian tugas dilakukan oleh pendidik untuk memberi pengalaman yang nyata kepada anak baik secara individu maupun secara berkelompok. (e) Sosio-drama/Bermain Peran Sosio-drama
atau
bermain
peran
dilakukan
untuk
mengembangkan daya khayal/imajinasi, kemampuan berekspresi,
dan kreativitas anak yang diinspirasi dari tokoh tokoh atau bendabenda yang ada dalam cerita (f) Karyawisata Karyawisata adalah kunjungan secara langsung ke objek-objek di lingkungan kehidupan anak yang sesuai dengan tema yang sedang dibahas. (g) Projek Projek merupakan suatu tugas yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang diberikan oleh mendidik kepada anak, baik secara individu maupun secara berkelompok dengan menggunakan objek alam sekitar maupun kegiatan sehari-hari. (h) Eksperimen Eksperimen merupakan pemberian pengalaman nyata kepada anak dengan melakukan percobaan secara langsung dan mengamati hasilnya Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih dan menggunakan metode adalah : 1. Metode yang digunakan oleh pendidik disesuaikan dengan tujuan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. 2. Suatu metode dapat dilakukan dengan baik jika dipahami oleh pendidik dan disertai media yang sesuai dengan bahan ajar atau kegiatan yang dilakukan. 3) Perencanaan Pembelajaran PAUD Perencanaan pembelajaran mempunyai peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik sekaligus fasilitator dalam melayani kebutuhan anak didiknya. Perencanaan pembelajaran dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran anak usia dini, perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media, pendekatan, model dan metode pembelajaran, serta melakukan penilaian dalam suatu alokasi
waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan pembelajaran anak usia dini yang meliputi; - penyusunan Program Semester (Prosem), - penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), dan - penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). \Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kegiatan pembelajaran antara lain pemilihan tema, penetapan metode, pemilihan model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian. 4) Penyusunan Perencanaan a. Penyusunan Program Semester (Prosem) Prosem berisi menyusunan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dari KD yang berisi muatan/materi pelajaran untuk digunakan dalam menyusun RPPM, dengan dilengkapi susunan daftar tema untuk satu semester dan alokasi waktu setiap tema. b.Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) RPPM disusun sebagai acuan pembelajaran selama satu minggu. RPPM dapat berbentuk jaringan tema atau format lain yang dikembangkan oleh satuan PAUD yang berisi muatan materi yang akan dikembangkan menjadi kegiatan pembelajaran. RPPM berisi muatan pembelajaran yang dikembangkan dari Kompetensi Dasar yang tercantum dalam Prosem sesuai dengan tema, sub tema, dan alokasi waktu yang telah ditentukan. Pada akhir satu atau beberapa tema dapat dilaksanakan kegiatan puncak tema untuk menunjukkan hasil belajar. Puncak tema dapat berupa
kegiatan,
makan
bersama,
pameran
hasil
karya,
pertunjukkan, panen tanaman, dan kunjungan. Rambu-rambu penyusunan RPPM :
1. Mengacu pada kompetensi dasar (KD) yang memuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk mewujudkan ketercapaian kompetensi inti (KI-1, KI-2, KI-3, KI-4). 2. Memilih kegiatan selaras dengan tujuan pembelajaran. 3. Mengembangkan kegiatan main yang berpusat pada anak. 4. Menggunakan pembelajaran tematik. 5. Mengembangkan cara berpikir pendekatan saintifik. 6. Berbasis budaya lokal dan memanfaatkan lingkungan alam sekitar, sebagai media bermain anak . Pada pembelajaran di PAUD hal yang terpenting adalah proses belajar yang menumbuhkan anak senang belajar, senang melakukan proses saintis, BUKAN menekankan pada penguasaan materi karena penilaian atau assessment pada program anak usia dini merujuk pada tahap perkembangan. Namun demikian proses pembelajaran pada anak usia dini yang dilakukan melalui kegiatan bermain juga memberikan penambahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak yang sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan memperhatikan kemampuan yang sesuai tahap perkembangan anak. Oleh karena itu pendidik juga harus mampu menurunkan materi yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Materi tersebut penting dipahami karena: a) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak. b) Memperluas pengalaman bermain yang bermakna . c) Menumbuhkan minat belajar anak. Langkah penyusunan muatan materi: a) Pahami STPPA untuk setiap usia perkembangan anak. b) Pahami inti muatan dari setiap kompetensi dasar. Kemampuan apa yang diharapkan dari KD tersebut. c) Pahami kedalaman materi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. d) Sesuaikan dengan visi yang ingin diwujudkan dan Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai pada anak didik selama belajar di PAUD.
e) Tentukan prioritas muatan materi yang mendukung pencapaian KD. Contoh perumusan muatan materi: Tema/subtema : Diriku /Identitasku Kompetensi Dasar : Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaanNya 1.2. Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan. 2.1. Memiliki perilaku yang mencermin kan hidup sehat. 3.1. Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari. 4.1. Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa Muatan Materi : 1.2.1.Tuhan menciptakan manusia (NAM). 1.2.2. Doa sebelum dan sesudah belajar dan makan (NAM). 2.1.1.Berbicara sopan menggunakan kata tolong, maaf, terimakasih (Sosem). 2.1.2.Kerapihan berpakaian (Sosem). 3.1.1. Mengenal tulisan nama sendiri (Bahasa). 3.1.2. Ciri-ciri tubuhku dan tubuh temanku (Kognitif). 4.1.1.Cara mencuci tangan dengan sabun (F.K). 4.1.2. Sholat dengan bantuan guru (FM). Dst
Cara penyusunan RPPM: a) Tuliskan Identitas Program. b) Nama TK. c) Kelompok sasaran/Usia. d) Semester/ minggu. e) Tema/sub tema. f) Kompetensi dasar. g) Mengembangkan rencana mingguan.
h) Muatan materi diturunkan dari pengetahuan yang akan dikenalkan sesuai KD. Contoh RPPM Model Kelompok Dengan Kegiatan Pengaman Hari/tgl
: Senin
Tema/Sub tema
: Diriku/Identitasku
KD
: 1.1, 2.5,2.6, 3.5, 4.5, 3.10, 4.10, 3.3, 4.3,
3.14, 4.14 Muatan Materi
:
1.1.1 .......... (NAM) 2.5.1............(SE ) 2.5.1............(SE) 3.5.1............(Kog) 4.2.2............(Kog) 3.10.1...........(Bhs) 4.10.2............(Bhs) 3.3.1..............(FM) 4.3.1..............(FM) 3.14.1............(Seni) 4.14.1............(Seni) dst Catatan: RPPM bisa berbentuk format seperti tersebut diatas menentukan format RPPM), yang terpenting jelas hari-hari nya dalam satu minggu, tema/subtema, bidang pengembangan, KD dan Muatan Materinya dan model pembelajaranna. Contoh : Ruang Lingkup Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 1. Tema: Diriku Subtema: Gambar Rumahku -Bercakap-cakap tentang alamat rumah (NAM). -Bermain bersih-bersih rumah (SE).
-Mewarnai gambar rumah (Seni). -Menebalkan nomor rumah (FM). -Bermain maze “mencari alamat” (Kog) -Mengucapkan syair “Rumahku” (Bhs). Kemampuan yang Berkembang . Sikap : -Memiliki sikap percaya diri, taat pada aturan, mandiri, tanggung jawab. Pengetahuan : -Menyebutkan alamat rumah. -Memahami cara memecahkan masalah. -Mengungkapkan kembali apa yang didengarnya. Keterampilan : -Mewarnai gambar. -Menebalkan lambang bilangan. c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) RPPH merupakan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu satu hari yang diambil dari RPPM. RPPH dikembangkan disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan dipilih misalnya model pembelajaran kelompok dengan sudut-sudut kegiatan, model pembelajaran
kelompok
dengan
kegiatan
pengaman,
model
pembelajaran area, dan model pembelajaran sentra. Pengembangan kegiatan
dalam
RPPH
dikembangkan
dengan
menggunakan
pendekatan saintifik. Adapun langkah-langkah dalam menyusun RPPH adalah: 1. Disusun berdasarkan kegiatan mingguan. 2. Kegiatan harian berisi kegiatan pembukaan/awal, inti, kegiatan istirahat dan penutup/akhir. 3. Pelaksanaan pembelajaran dalam satu hari dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini.
4. Penyusunan kegiatan harian disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan masing-masing dan menggunakan pendekatan saintifik. 5. Kegiatan harian dapat dibuat oleh satuan pendidikan dengan format sesuai kebutuhan masing-masing.
4. Evaluasi hasil belajar Penilaian
hasil
kegiatan
belajar
PAUD
adalah
suatu
proses
mengumpulkan dan mengkaji berbgai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, serta menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama kurun waktu tertentu. Penilaian lebih ditekankan pada penilaian proses daripada penilaian produk. Penilaian dilakukan
melalui
teknik-teknik
seperti:
pengamatan/
observasi,
percakapan, penugasan, unjuk kerja, hasil karya, catatan anekdot, dan portofolio merupakan kumpulan dari hasil-hasil karya anak. Penilaian Autentik Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar anak untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik menggambarkan pembelajaran, belajar dan asesmen yang berjalan saling mengisi. Penilaian autentik berkaitan dengan unjuk kerja (performance). Penilaian unjuk kerja ini sebagai upaya yang tepat untuk menilai kemajuan perkembangan anak. Penilaian autentik di PAUD adalah penilaian proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berkesinambungan. Penilaian tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh anak, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh anak. Prinsip Penilaian 1. Mendidik 2. Berkesinambungan
3. Objektif 4. Akuntabel 5. Transparan 6. Sistematis 7. Menyeluruh 8. Bermakna Lingkup dan Waktu Penilaian Penilaian proses dan hasil kegiatan belajar anak mencakup semua aspek perkembangan yang dirumuskan dalam kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Waktu penilaian dilakukan mulai dari anak datang di TK, selama proses pembelajaran, saat istirahat, sampai anak pulang. Hasil penilaian dapat dirangkum dalam kurun waktu harian, mingguan atau bulanan. Teknik-teknik Penilaian Pengamatan atau Observasi Merupakan penilaian yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan lembar observasi, catatan menyeluruh atau jurnal, dan rubrik. 1. Percakapan Merupakan penilaian yang dapat digunakan baik pada saat kegiatan terpimpin maupun bebas. 2. Penugasan Merupakan penilaian berupa pemberian tugas yang akan dikerjakan anak dalam waktu tertentu baik secara individu maupun kelompok baik secara mandiri maupun didampingi. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/ atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. 3. Unjuk kerja Merupakan penilaian yang melibatkan anak dalam bentuk pelaksanaan suatu aktivitas yang dapat diamati. 4. Penilaian Hasil Karya
Merupakan penilaian dengan melihat produk yang dihasilkan oleh anak setelah melakukan suatu kegiatan. 5. Catatan Anekdot Merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan mencatat sikap dan perilaku khusus pada anak ketika suatu peristiwa terjadi secara tiba-tiba/ insidental baik positif maupun negatif. Prosedur Penilaian 1. Mengacu pada kompetensi dan dilakukan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang diprogramkan dalam RPPH. 2. Mencatat proses dan hasil belajar anak dengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen penilaian sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. 3. Merangkum catatan semua hasil perkembangan anak dan dipindah ke dalam buku bantu penilaian, buku rangkuman penilaian atau dokumen lainnya. 4. Mengolah hasil rangkuman selama satu semester menjadi bentuk laporan deskripsi secara singkat yang meliputi 3 kompetensi yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Deskripsi dirumuskan secara objektif sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi orang tua atau wali dalam bentuk LPPA (Laporan Pencapaian Perkembangan Anak).
B. DISKRIPSIKAN Kemajuan yang Anda peroleh setelah pembekalan atau monitoring : 1. Materi yang sudah Anda pahami. Materi yang sudah saya pahami adalah materi bab 1,dan Bab 3 tentang pengembangan pendidikan karakter dan potensi peserta didik dan tentang model-model pembelajaran. Materi yang disampaikan pada sumber belajar tersebut mudah dipahami karena jelas dan dengan contoh yang mudah dipahami, dengan paham materi yang telah dijabarkan pada sumber belajar maka bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang
pendidikan karakter dan model-model pembelajar sehingga bisa meningkatkan pembelajaran di dalam kelas. 2. Materi yang belum dapat Anda kuasai. Materi yang belum saya kuasai adalah materi pada bab.4 dan 2. Tentang materi teori belajar dan evaluasi hasil belajar, belum begitu menguasai karena banyaknya teori yang harus di pahami dengan teknik-teknik yang berbeda dari setiap tokohnya dan kurangnya contoh yang lebih kongkret sehingga kurang bisa dikuasai. Begitupun dengan materi evaluasi hasil belajar masih banyak yang harus di pelajari sehingga bisa dipahami dengan baik dan dapat diterapkan secara benar dalam pembelajaran. C. Materi ensensial apa saja yang tidak ada dalam sumber belajar. Uraikan materi yang menurut anda anggap esensial tetapi tidak dijelaskan dalam bagian ini. Materi yang esensial tapi yang tidak dijelaskan pada sumber belajar ini adalah tentang psikologi anak. Pada usia dini, banyak hal yang menarik perhatian anak sehingga membuat mereka ingin selalu mencoba. Di tahap ini peran orang tua dan pengajar sangat penting. Memberi dukungan dan arahan yang baik pada anak adalah cara yang tepat. Seperti dalam psikologi anak terdapat kecerdasan majemuk yang juga tidak dijelaskan pada sumber belajar ini, kecerdasan majemuk menurut pakar psikologi Dr. Howard Garned yang mengemukakan ada 8 kecerdasan majemuk yaitu : 1.
kecerdasaan linguistic
2.
kecerdasan logik matematik
3. kecerdasan visual dan spasial 4. kecerdasan music 5. kecerdasan interpersonal 6. kecerdasan intrapersonal 7. kecerdasan kinestetik 8. kecerdasan naturalis. Dikatakan penting karena seorang pengajar perlu memahami kecerdasan majemuk dan bagaimana penerapan di dalam kelas, agar
pembelajaran dapat berjalan baik dan mencapai hasil yang diinginkan. Karena setiap anak adalah unik. Masing masing memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan yang lain. Perbedaan in selalu Nampak dalam berbagai kondisi termasuk ketika di dalam kelas, seorang pengajar akan berhadapan dengan perbedaan ini. Salah satu jenis perbedaan yang bisa dilihat adalah kepemilikan atas kecerdasan majemuk yang berbeda. Pembelajaran berbasis kecerdasaan majemuk merupakan komunikasi dua arah antara pengajar dan anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk melengkapi materi ensensial ini di modul, maka saya mencari referensi lain yang terdapat dalam theory_of_multiple_intelligences.htm. D. Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar. Uraikan materi yang menurut anda tidak esensial namun ada dalam sumber belajar. Menurut saya, materi yang tidak esensial yang dijelaskan dalam sumber belajar adalah pada BAB III P, tentang teori belajar yang dikemukakan pada tokoh perkembangan Thorndike, yang dijelaskan pada halaman 2 dan 3 pada sumber belajar penunjang PLPG 2017 materi Pedagogik Guru kelas PAUD/TK. Teori belajar anak yang disampaikan oleh THORNDIKE yang menjelaskan bahwa belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan atau ulangan-ulangan yang terus menerus. Implikasi dari teori behavioris dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena system pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya peserta didik kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori belajar tersebut kurang sesuai untuk diterapkan dalam pendidikan anak usia dini,maka teori belajar yang dikemukakan oleh tokoh Thorndike kurang ensensial. E. Masukan-masukan apa saja yang telah diberikan oleh mentor pada saat kegiatan pembekalan/ monitoring. Masukan masukan yang diberikan oleh mentor adalah pada laporan tugas 1 yaitu tata tulis diperbaiki perlu banyak baca tentang teori perkembangan. Untuk laporan kemajuan belajar mandiri kedua tanggapan mentor laporan lebih bagus. Untuk laporan kemajuan belajar mandiri ketiga tanggapan mentor adalah A. ringkasan materi sudah lengkap dan padat, B. pengungkapan kesulitan jelas, C. Analisis materi sudah lebih kritis, D. pemahaman materi lebih bagus, dan E. Latihan soal sudah sesuai dengan ringkasan materi
BAB II. SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI. A. Ringkasan materi BAB I 1. BIDANG PENGEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL. Sebagai jenjang pendidikan yang paling dasar, pendidikan anak usia dini diharapkan menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk sikap dan karakter peserta didik. Implementasinya dalam kurikulum 13 Pendidikan anak usia dini pengembangan sikap bukan hanya sebagai dampak ikutan dari pengembangan pengetahuan dan ketrampilan, melainkan komponen yang harus di rencanakan secara lebih matang dan mendalam yang dilaksanakan terus menerus sehingga membentuk kebiasaan lebih lanjut menjadi perilaku yang akhrinya menjadi sikap dan karakter baik. Hal ini diperlukan mengingat anak mulai kehidupan sosialnya mulai dari lingkungan keluarga sampai ke lingkungan sekolah dan masyarakat. Pengetahuan sikap memperlukan proses yang konsisten dalam jangka waktu lama. Namun demikian pelaksaananya tetap disesuaikan dengan cara belajar anak usia dini yang dilaksanakan dengan melalui kegiatan menyenangkan dan bermakna. Oleh karna itu pendidik atau guru PAUD hendaknya memiliki wawasan yang kuat tentang hakiki konsep sikap dan kepribadian atau karakter, sehingga mampu memfasilitasi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Istilah moral berasal dari kata Yunani, mores artinya kebiasaan. Moral berarti aturan tentang baik buruknya perilaku manusia berdasarkan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Aturan moral tidak tertulis sehingga keberlakuannya sangat dtentukan oleh ruang dan waktu. Berbeda dengan saksi hukum yang bersifat tegas dan tertulis, sanksi moral tidak tegas dan diberikan oleh masyarakat. Sanksi moral berupa hukuman yang diberikan masyarakat berupa pengucilan dan tidak diakui sebagai anggota masyarakat.
Moral dapat di kembangkan menjadi materi pembiasaan perilaku anak dari berbagai sumber yang ada. Standar atau ukuran moral di dasarkan pada sumber moral yang ada. Melalui pembelajaran pembiasaan perilaku, anak akan belajar tentang moralitas yang baik berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, bangsa,Negara dan agama. Para pendidik PAUD akan membelajarkan moral anak sehingga ia memiliki kecerdasan moral. Kecerdasan moral yang dimaksud adalah kemampuan untuk bertindak berdasarkan keyakinan etika yang kuat sehingga bersikap benar dan terhormat. Anak-anak perlu diajarai untuk empati, ditumbuh kembangkan nuraninya, mengontrol keadailan. Berbagai nilai moralitas ini di berikan kepada anak sesuai dengan karakteristiknya. Prinsip layanan yang diberikan kepada pengembangan moral dan nilai keagamman anak usia dini sebagai berikut : (a) beriorentasi pada perkembangan anak. (b) beriorentasi pada kebutuhan anak berarti aktivitas pengembangan moral yang dilakukan anak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. (c) belajar melalui aktivitas bermain. (d) lingkungan kondusif bagi anak adalah tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan untuk bermain dan belajar anak. (e) menggunakan pendekatan tematik. (f) pembelajaran berpusat pada anak. (g) kegiatan PAKEM ( pembelajaran kreatif, efektif, dan menyenangkan) Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan moral dan nilai keberagaman serta kebangsaan adalah sebagai berikut. (a) pengenalan doa dan lagu-lagu keagamaan secara sederhana. (b) pengenalan bermacam-macam agaman. (c) pengenalan cara beribadah menurut keyakinanya. (d) pengenalan terhadap ciptaan Tuhan. (e) penanaman sikap sopan santun dan pengucapan salam pada sesame. (f) penanaman displin diri pada anak. (g) penanaman sikap dan perilaku saling menghormati antar sesame. (h) pengembangan sikap kerja sama. (i) pengembangan rasa percaya diri. (j) penanaman rasa kepedulian
terhadap diri dan lingkungan. (k) pengembangan kemampuan mengendalikan emosi. (L) penanaman sikap bertanggung jawab. Metode pengembangan nilai moral dan agama pada anak usia dini dapat dilakukan melalui pemberiaan keteladanan,pengalaman, bermain peran dan melalui pengamatan. 1. Keteladanan cara ini dapat dilakukan dengan memberi contoh dan sauri tauladan yang baik kepada anak. 2. Pengalaman keagamaan. 3. Bermain peran: upaya ini dilakukan dengan berperan tentang hidup orang kaya yang dermawan. 4. Metode observasi :anak diajak meliht museum,pameran keagaman, ikut shalat berjamah. 2. BIDANG PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL. Proses sosialisasi merupakan bagian penting dalam kehidupan anak. Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial,mulai dari lingkungan keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karna itu pada masa awal pertumbuhan dan perkembangan anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak usia dini mengalami perkembangan sosial sejak lahir sampai dewasa. Perkembangan
sosial
adalah
proses
dimana
anak
mengembangkan ketrampilan interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang orang diluar dirinya. Artinya anak mulai menyadari bahwa ia hidup dilingkungan sosial, dan menuntut dirinya untuk melakukan interaksi adaptasi sehingga
bisa
diterima
oleh
lingkungan
sosial.
Dengan
memperhatikan perkembangan sosial tersebut, para pendidik dan orang dewasa lainnya perlu memahami perkembangan tersebut. Hal ini bermanfaat agar bisa dijadikan alat deteksi dini bagi perkembangan anak. Dengan demikian upaya memfasilitasi dan
memotivasi perkembangan sosial anak dapat dilakukan secara optimal. Dalam konteks bermain dan permainan, perkembangan sosial anak terjadi dengan enam kategori ( Parten, dalam Wiyani, 2014). Keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut. a. Unoccupied play, dimana anak dalam bermain anak mungkin hanya berjalan berkeliling ruangan atau tetap diam duduk sambil memandangi ruangan. b. Solitary play, anak sudah mulai asyik dengan permainanya sendiri, begitu pula dengan anak yang lain. c. Onlooker play, anak melihat orang lain sedang dalam suatu kegiatan bermain tetapi tidak membuat pendekatan sosial. d. Parallel play, dalam konteks ini anak sudah mulai bermain secara berdampingan. e. Assosiative play, anak mulai bermain bersama , berbagai alat permainan dan berbicara sedikit. f. Cooperative play, anak secara aktif mengkoordinasikan kegiatan mereka, bertukar mainan, mengambil peran tertentu dan dapat memelihara interaksi yang sedang berlangsung. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi yaitu: (1) lingkungan keluarga; (2) lingkungan sekolah; (3) lingkungan kelompok masyarakat; (4) faktor dalam diri anak. Emosi adalah merupakan emosi dari perasaan seseorang. Ekspresi perasaan seseorang dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikologis.
Ekspresi
perasaan
seseorang
bermacam-macam
bentuknya, ada yang positif seperti gembira, senang, simpati, tetapi bisa dalam konteks negative seperti sedih, takut, cemas, trauma dan lain sebagainya. Hal ini juga tergantung pada intensitasnya seperti kecemasan yang berlebihan, luapan kegembiraan yang berlebihan,
dan lain sebagainya. Emosi dipengaruhi oleh minimal 3 hal yakni faktor biologis, pengalaman masa lalu dan budaya. Adapun
variable
yang
menimbulkan
emosi
menurut
Syamsudin (2000), ada tiga variable yaitu : (a) Variabel stimulus: rangsangan yang menimbulkan emosi. (b) Variabel organik : perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi. (c) Variabel respons : pola sambutan ekspresif atas terjadinya pengalaman emosi. Fungsi emosi bagi anak, emosi memiliki fungsi yang sangat penting. Berikut fungsi emosi bagi perkembangan anak, antara lain sebagai berikut : 1. Merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya kepada orang lain (sakit diekspresikan dengan menangis) 2. Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya. Dalam membantu perkembangan sosial-emosional anak, ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut: a. Prinsip-prinsip keseharian. Orang tua dan pendidik dapat membantu pengembangan kemampuan sosial-emosional anak dengan cara memberi teladan. b. Prinsip teknik bertanya. Orang tua dan pendidik dapat mengajukan pertanyaan terbuka. c. Kiat-kiat jangka panjang. Upaya yang dapat dilakukan dalam jangka panjang antara lain: (1) luangkan waktu mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh anak, ajukan pertanyaan dan tunggu jawabannya. (2) keluwesan dan kreativitas. (3) penyesuaian dengan perkembangan. Untuk memfasilitasi perkembangan sosial dan emosional anak, para pendidik anak usia dini perlu memperhatikan beberapa prinsip yang sesuai dengan DAP. Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai
berikut. (a) semua aspek perkembangan pada anak saling terkait. (b) perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur. (c) perkembangan berlangsung secara bervariasi antar anak yang satu dengan yang lain serta tidak merata dalam aspek-aspek perkembangan yang berbeda. (d) pengalaman awal yang diawali anak mempunyai efek langsung maupun efek tertentu terhadap perkembangan anak secara individu. (e) perkembangan berlangsung kearah yang mengandung kompleksitas, tatanan dan internalisasi besar. (f) perkembangan anak dipengaruhi oleh konteks sosial budaya, keluarga, lingkungan, latar belakang pendidikan. (g) anakanak adalah pembelajar yang aktif. (h) perkembangan anak adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkunagn. (i) bermain adalah wahana yang penting bagi perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak. (j) perkembangan anak akan meningkat jika anakanak mempunyai kesempatan untuk mempraktekkan ketrampilan baru yang diperolehnya dan jika mereka 3. BIDANG PENGEMBANGAN KOGNITIF. Kemampuan
kognitif
merupakan
salah
satu
aspek
perkembangan anak yang sedang mengalami kematangan dan perlu dikembangkan. Kemampuan kognitif dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan kecerdasan, atau kemampuan berfikir untuk memperoleh pengetahuan, memanfaatkan pengetahuan
yang
dimiliki, dan memecahkan permasalahan yang dihadapi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, dengan kata lain kemampuan kognitif merupakan kemampuan hasil proses berfikir. Dalam bidang pengembangan kognitif, materi pedukung yang dikaji adalah pengenalan matematika dan sains. Kedua bidang ini memiliki keterkaitan dengan pengembangan kognitif karena berkaitan dengan kemampuan berfikir, pengenalan konsep dan lambang bilangan, bentuk, warna dan benda-benda yang ada disekitar, serta kemampuan memecahkan masalah. Berikut dibahas konsep dasar
matematika dan sains untuk anak usia dini pada umumnya dan anak TK pada khususnya. a. Pengenalan Matematika. Hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari terkadang tidak terlepas dari matematika itu sendiri. Disadari atau tidak, sebenarnya kita sudah terbiasa dengan berbagai angka dan perhitungan matematis, namun dengan pendekatan yang bahasa dan istilah yang berbeda. Oleh karna itu matematika dapat dipahami sebagai: (1) suatu pembelajaran tentang pola dan hubungan ; (2) matematika merupakan cara berfikir analisis; (3) matematika adalah seni, bentuk-bentuk simetris(diamond,bujur sangkar); (4) matematika adalah bahasa= bahasa digunakan untuk mengekspresikan isi pikiran, baik bahasa verbal maupun bahasa symbol; (5) matematika merupakan alat= untuk mengevaluasi sesuatu. Pemahaman terhadap matematika meliputi beberapa konsep dasar yang saling berkaitan. Bagi anak usia dini konsep-konsep matematika harus dijelaskan dengan cara yang kongkrit dan adanya keterlibatan secara langsung. Konsep-konsep dasar yang dapat dijabarkan pada anak usia dini meliputi: a. Mencocok.
Mencocok
dapat
diartikan
sebagai
seperangkat benda-benda yang memiliki konsep yang menyatu , dan pemahaman bahwa satu perangkat memiliki jumlah sama dengan perangkat lainnya. b. Perbandingan dan seriasi/urutan Definisi
perbandingan
adalah
aksi
mental
membedakan dan menyamakan satu objek dengan obyek lain. Ordering adalah ketika 2 benda atau 2
kelompok benda dibandingkan, proses itu disebut ordering atau urutan atau seriasi. c. Klasifikasi (classification). Klasifikasi adalah kegiatan meletakkan benda-benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda-benda yang memiliki satu atau lebih ciri yang sama atau meyerupai. b. Pengenalan Sains anak TK. Pengertian
Sains.
Sains
adalah
kerangka
pengetahuan. Pembelajaran sains itu penting karena: (1) sains adalah bagian penting dari budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas berpikir manusia. (2) adanya laboratorium yang ditindak lanjuti dengan penelitian dapat digunakan untuk
mengembangkan
bahasa,
logika,
serta
kemampuan memecahkan masalah dalam kelas. (3) untuk jangka waktu panjang dapat diciptakan sainssains muda. Pembelajaran sains terhadap anak-anak yang terbaik adalah ketika mereka termotivasi. Oleh karna itulah maka pemberian pembelajaran harus menarik, menyenangkan, menantang, melalui interaksi dengan lingkungan, dilakukan bersama antara yang seusia dengan dewasa, dengan menggunakan benda kongkrit. Tujuan pembelajaran sains pada anak usia dina adalah: (1) mempersiapkan anak-anak dengan pengalaman yang dapat membantu mereka menjadi terpelajar secara saintifik; (2) membimbing anak-anak saat mereka mempelajari kandungan arti dan membangun indra berdasarkan pengalaman oleh pemahaman terfokus dengan menggunakan ide sains,
kemahiran, dan sikap mental; (3) berbagi tanggung jawab dengan anak-anak terhadap apa yang mereka pelajari; (4) mengadaptasi kurikulum, mengantur waktu dan mengantur praktek; (5) menguji kemajuan dalam berbagai cara untuk mengelompokkan mana yang anak-anak ketahui dan dapat dilakukan. 4. Bidang pengembangan kemampuan berbahasa anak usia dini. Pengembangan kemampuan berbahasa untuk anak usia dini merupakan bagian penting. Kemampuan berbahasa merupakan alat dalam mengakses dan mengelolah pengetahuan yang diperoleh anak. Oleh karena itu pemerolehan bahasa pada anak usia dini perlu diperhatikan dan difasilitasi, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Perkembangan bahasa anak usia TK secara umum adalah sebagai berikut. (a) perkembangan bahasa terjadi sangat cepat, (b) pada usia 3 tahun anak berbicara secara monolog dan 4 tahun menguasai 90% phonetic dan sintaksis tetapi masih sangat umum, (c) anak sudah mampu terlibat dalam percakapan dengan anak atau orang dewasa lainnya. (d) di awal usia 5 tahun anak sudah memiliki perbendaharaan kata sebanyak kira-kira 2500 kata. (e) anak masih sering mengalami kesulitan mengucapkan huruf I, r,sh. (f) anak sering salah mengartikan tentang kata-kata dan digunakan sebagai humor. (g) anak menjadi pembicara yang tidak putus-putus. Tujuan utama pengembangan kemampuan berbahasa di TK adalah anak dapat mengkomunikasikan perasaan, pengalaman, imajinasi, ide dan gagasan kepada orang lain. Di samping itu di harapkan agar anak dapat berkomunikasi secara efektif, dengan menggunakan bahasa lisan yang sesuai dengan lingkungan budaya disekitarnya. Melalui kemampuan berbahasa, anak dapat memperluas pengetahuannya,
melalui penyerapan informasi dan saling menukar informasi dengan lingkungan sosialnya. Dalam pendidikan anak usia dini memerlukan kesempatan mengembangkan ketrampilan dalam berbahasa. Seefeld dan N. Barbour (1994) mengemukakan ada 6 ketrampilan dasar berbahasa yang perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan yaitu, a. Berbicara. Anak mengembangkan kemampuannya dalam berbicara secara terang, benar dan jelas, sehingga bisa dipahami oleh lingkungannya. b. Menyimak Anak
akan
mengembangkan
kemampuannya
untuk
menyimak/mendengarkan sehingga mereka dapat memahami lingkunganya.
Anak
dapat
mendengarkan
suara
atau
pembicaraan orang lain dengan penuh perhatian dan kehatihatian untuk memperoleh informasi. c. Pramembaca. Bagi anak, berbicara, mendengarkan,membaca dan menulis merupakan ketrampilan yang saling berkaitan. d. Pramenulis. Kemampuan pramenulis diawali dengan pengembangan motorik halus. Tahap awal anak dalam kegiatan menulis berbentuk latihan mencoreng. e. Membaca. Anak mengembangkan kemampuan membaca dengan bahanbahan yang semakin bertambah tingkat kesulitannya dan berbagai
bahan
bacaan
untuk
memperoleh
mengiterprestasikan informasi. f. Menulis. Kegiatan pramenulis dilanjutkan dengan kegiatan menulis.
dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, Bahasa anak dapat berkembang cepat, jika : 1. Anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. 2. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. 3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal. 4. Melibatkan anak dalam komunikasi. Area pengembangan bahasa anak ada 4 area utama yaitu : 1. Mendengarkan. Mampu mendengarkan dengan benar dan tepat memainkan bagian yang penting dalam belajar dan berkomunikasi dan penting dalam tahap-tahap pertama dari belajar membaca. 2. Berbicara Cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa anak-anak adalah menyisihkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak. Unsur berbicara meliputi: (a) perkembangan kosa kata, (b) ekspresi, (c) lafal ucapan. 3. Membaca Membaca bukan sekedar membaca sepintas saja, tetapi membaca harus melibatkan pikiran untuk memaknainya. Sebelum bisa membaca,
anak-anak
harus
tau
dan
menggunakan
perbendahaaran kata-kata dasar yang baik. Dalam mengenalkan anak pada suatu huruf agar dapat membaca, dapat melalui beberapa cara antara lain yaitu: (1) menggunakan phonics, (2) menggunakan kata bermakna. 4. Menggambar dan menulis. Kaitan antara menggambar dan menulis antara lain: (1) menulis dan menggambar sama-sama memerlukan keahlian psikomotor, (2) menulis dan menggambar mempunyai kemampuan kognitif yang sama, (3) menggambar dan menulis sesuai dengan tahap
perkembangan anak, (4) menulis dan menggambar mempunyai manfaat/tujuan/kegunaan. Dalam
mengembangkan
pembelajaran
bahasa
dapat
menggunakan salah satu dari 3 pendekatan yang ada. Pendekatan tersebut adalah : 1. Pendekatan Tradisional. 2. Bahasa keseluruhan 3. Integrasi keaksaraan seimbang
5. Bidang pengembangan fisik motorik anak usia dini. Perkembangan fisik mencakup ketrampilan motorik kasar dan motorik halus. Beberapa perkembangan fisik antara lain adalah: (a) perubahan dalam ukuran badan,(b) perubahan bentuk badan; (c) perubahan oto; (d) pertumbuhan tulang; (e) penambahan kemampuan motorik kasar; (f) pengaruh hormon dalam perkembangan fisik; (g) pertumbuhan fisik yang tidak sesuai; (h) perbedaan jenis kelamin dalam perkembangan motoric kasar. Perkembangan motorik kasar pada anak usia dini dapat di lakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti: (a) berjalan dengan berbagai gerakan; (b) mencari jejak; (c) berjalan seperti binatang; (d) berjalan naik turun tangga; (e) berbaris, melangkah, berjinjit, berjalan seperti gerakan kuda lari; (f) berjalan ditempat; (g) melompat seperti katak; (h) berjalan dengan papan titian maju, mundur, kesamping, membawa benda; (i) mengambil dan membawa kepingan dari dan ke mangkuk; (h) membungkuk/mengumpulkan makanan; (j) bermain terowongan; (k) menginjak alas dengan berbagai bahan seperti karton/plastik, bekas telur, kain perca, sabut kelapa dll. Perkembangan motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari-jarinya, khususnya ibu jari dan jari telunjuknya. Kemampuan motorik halus ada bermacam-macam, yaitu:
(a) menggenggam; (b) menjimpit. Selain perkembangan motorik kasar dan halus ada perkembangan kesehatan dan gizi. Kesehatan dan gizi. Sehat menurut undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan (pasal 1 ayat 1) :”kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Pendidikan dan pengasuhan kesehatan terhadap anak usia dini merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat dengan sasaran yang spesifik yaitu anak usia 0-6 tahun. Oleh karena itu pendidikan dan pengasuhan anak usia dini di bidang kesehatan merupakan tanggung jawab semua pihak. Peningkatan dan kerjasama dilakukan antara orang tua/keluarga dan masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan dan pemerintah (pendidikan, kesehatan dan sector lainnya). Derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor determinan yaitu: (1) lingkungan; (2) perilaku; (3) pelayanan kesehatan; (4) keturunan. Penyakit yang sering terjadi pada anak usia dini, yaitu : (1) diare, (2) kecacingan, (3) demam berdarah dengue(DBD), (4) tuberculosis, (5) flu burung, (6) difentri, (7) pertussis, (8) tetanus, (9) campak, (10) poliomeilitis, (11) hepatitis B. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia yang terdapat dalam bahan makanan terdiri atas. a. Karbohidrat. Karbohidrat sebagai sumber energy yang utama dan sumber panas yang diperlukan oleh system tubuh dan dibutuhkan dalam jumlah banyak. Sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian,kacang-kacangan, dan gula. b. Lemak
Lemak adalah sumber energy kedua yang diperlukan untuk melindungi organ tubuh dan merupakan cadangan energy yang ada dalam tubuh. Sumber lemak dari, lemak jenuh/ minyak dari hewani dan lemak tak jenuh dari minyak nabati. c. Protein. Protein merupakan zat gizi yang paling penting, karena paling erat hubungannya dengan proses kehidupan. Berdasarkan sumbernya protein diklasifikasikan menjadi; (1) protein hewani, yaitu protein yang berasal dari binatang seperti daging, ayam,susu. (2) protein nabati, yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuh-tumbuhan. d. Vitamin Vitamin adalah zat-zat organik komplek yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak bisa dibentuk oleh tubuh. Penggolongan vitamin yaitu vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D,E,K) dan vitamin larut dalam air (vitamin B dan vitamin C). e. Mineral Mineral berperan penting dalam pemeliharan fungsi-fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro, mineral makro (natrium, klor, kalium, kalsium, fospor, magnesium, sulfur) mineral mikro (besi, seng, yodium, selenium, tembaga, mangan, flour, krom, molibden.) f. Air Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh yaitu 5560 persen dari berat badan atau 70 % dari bagian tubuh tanpa lemak. Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel.
6. Bidang pengembangan seni anak usia dini.
Pendidikan seni merupakan kegiatan mengungkapkan perasaan atau ungkapan diri. Pendidikan seni bagi anak adalah proses kegiatan dalam mengungkapkan kegiatan perasaan yang mendasar bagi daya nalar dan perilakunya. Pendidikan seni merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan sifat rasa sosial bagi anak dengan melakukan ungkapan perasaan pada lingkunganya. Beberapa hal yang terkait dengan seni anak usia dini: a. Unsur-unsur seni visual yaitu: (1) garis, (2) bentuk, (3) warna, (4) tekstur, (5) pola, (6) ruang. b. Program seni anak usia harus meliputi: (1) pengalaman sensori; (2) pengalaman indah dan kreatif; (3) waktu, ruang, dan bahanbahan untuk membuat karya seni; (4) memperkenalkan kata-kata seni dalam berbagai bentuk dan gaya. c. Kriteria untuk melaksanakan kegiatan seni; (1) mempersilahkan anak berekspresi secara individu, (2) ada keseimbangan antara proses menghasilkan karya seni dan produk dari karya seni itu sendiri; (3) memberikan anak keterbukaan sehingga anak dapat berkarya secara kreatif; (4) anak berperan aktif dan terlibat terus menerus; (5) anak mendapat kesempatan secara naluri untuk mengeluarkan
ide-ide
yang
akan
menginspirasinya;
(6)
menggunakan bahan-bahan seni yang ada Ragam kegiatan seni anak usia dini yaitu, Menggambar sering disebut sebagai seni grafik dengan menggunakan crayon, kapur dan cat. Kegiatan menggambar dapat dikembangkan melalui: a. Seni grafis, dimana anak dapat menggambar menggunakan pensil, crayon, kapur dan spidol. b. Mengecat, anak mengecat pada kursi maupun meja, atau melakukan kegiatan fingerpainting.
c. Menulis, anak melalui pengalaman menulis dengan cara menekankan suatu benda ke alas atau benda. Kegiatan ini terus berkembang sehingga menghasilkan coretan yang bermakna. Musik dan Anak. Berdasarkan
pemahaman
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan anak, perlu memiliki inisiatif untuk menumbuhkan pengalaman musik anak melalui ketrampilan-ketrampilan, konsep dan sikap yang sesuai. Perlu mengingat bahwa dalam perkembangan musik, sebagaimana dalam proses pertumbuhan, setiap anak adalah unik dan setiap pola pertumbuhan musik anak harus dipahami dan dihargai. Berikut ini adalah ketrampilan-ketrampilan yang perlu ditumbuhkan dalam diri anak dalam hal musik : (1) Mendengarkan. Sebagian besar anak dilahirkan dengan kemampuan untuk mendengarkan.
Kemampuan
untuk
mendengarkan
bagaimanapun juga tidak hanya sekedar memusatkan perhatian pada bunyi yang diterimannya. (2) Bergerak Sejak bayi, anak sudah menunjukkan kemampuan untuk bergerak. Setiap gerakan merupakan ungkapan dari keberadaan dan ekspresi dari anak. Gerakan anak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu gerakan sadar dan gerakan tidak sadar. Gerakan tidak sadar merupakan karakteristik bayi yang menunjukkan kematangan fisik dan intelektual. Gerakan sadar bisa direncanakan dan spontan. (3) Menyanyi Semua anak suka menyanyi. Makin besar usia anak, maka bunyibunyian itu semakin menjadi jelas dan berwujud ucapan, nyanyian, chanting, dan sebagainya. Chanting merupakan bunyi yang ditimbulkan anak antara berbicara dan bernyanyi.
(4) Bermain Dengan alat musik yang sesuai dengan usia anak, anak dapat belajar secara sederhana baik secara individu maupun kelompok. Khususnya bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan musical, maka kesempatan untuk bermain dengan alat-alat musik akan mengembangkan potensi anak dalam bidang musik. (5) Menciptakan. Ada
beberapa
macam
mencipta;
(a)
mencipta
melalui
mendengarkan aktif; (b) mencipta melalui gerakan; (c) mencipta melalui menyanyi dan ; (d) mencipta melalui bermain. Pembelajaran musik, semua pengalaman akan terbawa ke dalam pembelajaran mulai dari irama sederhana sampai pada permainan irama yang lebih menantang. Area-area pembelajaran music yang penting adalah sebagai berikut. a. Rhytm. Adalah semua kata yang kita guanakan untuk melukiskan dasar waktu atau komponen tempo dari music. b. Melody dan harmoni. Melody bisa diartikan sebagai urutan dari nada yang diubah atau diulang. c. Timbre, merupakan kualitas suara yang unik yang dihasilkan oleh alat music atau suara yang berbeda-beda. d. Dinamika, merupakan tingkat kekerasan dan kelembutan suara atau alat music yang dimainkan.
BAB II BERMAIN DAN PERMAINAN Bermain
adalah
aktivitas
khas
yang
menggembirakan,menyenangkan dan menimbulkan kenikmatan. Bagi anak usia dini bermain bukanlah merupakan kegiatan main-main. Bermain merupakan kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Millestone mengemukakan bahwa perkembangan anak dapat didukung melalui penataan lingkungan
bermain yang baik. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain memiliki arti yang sangat penting bagi anak usia dini dalam kehidupannya. James sully dalam bukunya Essay on Laugther bahwa tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok teman. Artinya kegiatan bermain mempunyai manfaat tertentu. Bermain adalah rasa senang dan rasa senang ditandai dengan tertawa. Plato adalah orang pertama yang menyadari dan melihat arti pentingnya nilai praktis bermain. Aristoteles berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain. Sedangkan menurut Frobel bahwa beermain dapat meningkatkan minat, kapasitas serta pengetahuan anak. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diuraikan beberapa pengertian bermain : (a) bermain adalah aktivitas yang khas yang menggembirakan, menyenangkan, dan menimbulkan kenikmatan. (b) kesibukan yang dipilih sendiri oleh anak sebagai bagian dari usaha mencoba-coba dan melatih diri. (c) dunia anak adalah dunia bermain. (d) bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar bagi orang dewasa. Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan anak seperti diuraikan berikut : 1. Perkembangan Bahasa. Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak. 2. Perkembangan moral 3. Perkembangan sosial 4. Perkembangan kognitif Bermain memungkinkan anak belajar konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi perkembangan intelektualnya. 5. Perkembangan fisik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih seluruh otot tubuh. 6. Perkembangan kreativitas. Bermain dapat merangsang imajinasi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai idenya tanpa merasa takut. Tahap-tahap perkembangan bermain anak usia dini, menurut Mildred Parter melalui 6 tahap yaitu : a. Unoccupied Behavior/ gerakan kosong b. Onlocker behavior/tingkah laku pengamat c. Solitary play/ bermain soliter d. Parraley play/ bermain parallel e. Associative play/ bermain asosiatif f. Cooperative play/ bermain koperatif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bermain anak usia dini. Ada berbagai variasi kegiatan bermain yang dilakukan anak, dan ini dipengaruhi oelh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Kesehatan Anak yang sehat cenderung akan memiliki berbagai jenis kegiatan bermain aktif dari pada pasif, sementara anak yang kurang sehat akan mudah lelah ketika bermain sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak membutuhkan energy. 2. Perkembangan Motorik. Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan ketrampilan motorik terutama motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan ketrampilan dan koordinasi motorik. 3. Inteligensi. Anak yang memiliki inteligensi yang pandai( pandai/cerdas) cenderung akan menyukai baik kegiatan bermain aktif maupun pasif.
4. Jenis kelamin. Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
terdapat
kecenderungan perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Perbedaan ini terjadi karena secara alami dan ditentukan secara genetik. 5. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi. Lingkungan dan taraf sosial ekonomi akan mempengaruhi jenis kegiatan bermain dan alat permainan yang digunakan oleh anak. 6. Alat permainan. Ketersediaan berbagai alat permainan yang dimiliki anak mempengaruhi jenis kegiatan bermain. Syarat-syarat bermain dan permainan Edukatif anak usia dini. Bermain dapat memberikan manfaat yang maksimal pada anak jika terpenuhi syarat-syaratnya. Ada 5 syarat bermain dan permainan edukatif untuk anak usia dini yaitu: a. time Play Anak harus memiliki waktu yang cukup dalam bermain. Masa usia dini merupakan masa bermain, bukan masa anak untuk dipaksa belajar atau bekerja. b. Play things. Jenis alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan taraf perkembangannya. Jumlah alat permainan yang digunakan hendaknya cukup dengan kebutuhan anak, tidak terlalu sedikit atau tidak terlalu banyak. c. Play fellows Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain jika ia memerlukan. Jika anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. d. Play space. Untuk bermain perlu disediakan tempat yang cukup untuk anak sehingga anak dapat bergerak bebas.
e. Play rules. Anak belajar bermain, melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberitahu caranya oleh orang lain. Jadi permainan yang baik adalah permainan yang ada cara atau aturan mainnya. BAB III. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. TIK atau Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih dikenal dengan istilah ICT. Istilah ICT mulai dikenal setelah adanya perpaduan antara teknologi computer, baik perangkat keras( hadware) maupun perangkat lunak (software). Lucas (dalam Munir, 2008) menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk micro barcode. Informasi yang disampaikan berupa pesan-pesan elektronik. Teknologi komunikasi merupakan perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hadware, software, proses, dan system, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi yang bertujuan agar komunikasi berhasil. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolahan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke yang lain. TIK mempunyai tiga fungsi utama dalam pembelajaran, yaitu: a) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), hal ini perangkat teknologi digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, b) teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan, (science), mengandung pengertian bahwa teknologi adalah bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai peserta didik, c) teknologi sebagai bahan dan alat bantu untuk proses pembelajaran (literacy), mengandung makna bahwa teknologi
berfungsi sebagai alat bantu untuk menguasai kompentensi tertentu melalui bantuan computer. Jenis TIK yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pada PAUD. Dapat dibedakan menurut cara penggunaanya, yaitu interaktif dan non interaktif. Berikut berbagai perangkat TIK. 1. Audio dan Video Player. Audia dan video player adalah perangkat TIK yang paling mudah diguanakan. Audio dan video player , merupakan media pembelajaran yang mengganbungkan anatara media audia dan media visual. 2. komputer Komputer adalah salah satu perangkat TIK yang sudah banyak dimanfaatkan
keberadaanya
dalam
proses
pembelajaran.
komputer adalah produk kecerdasan manusia, tetapi komputer dapat pula mempengaruhi kecerdasan manusia. Riset yang dilakukan terhadap pengaruh computer terhadap perkembangan intelegensi diperoleh pengaruh yang positif dari keduannya. Hal tersebut karena kerjasama antara komputer-otak dan intelegensi yang satu dengan yang lainnya. Bahan ajar ini akan memberikan panduan bagaimana guru dapat menetapkan tema dan materi bermain anak untuk selanjutnya memilih aplikasi yang tepat. 3. Internet. Manfaat internet dalam dunia pendidikan tidak diragukan lagi dengan tersediannya informasi dalam berbagai bidang dalam jumlah yang melimpah. Rekdale mengemukakan bahwa internet sangat potensial untuk mendukung pengembangan professional guru karena intenet menawarkan beberapa kesempatan untuk diraih, yakni (a) meningkatkan pengetahuan, (b) berbagi sumber di antara rekan sejawat, (c) bekerja sama dengan guru-guru dari luar negri, (d) mengatur komunikasi secara teratur, dan (e)
berpartisipasi dalam forum rekan sejawat baik local maupun internasional. BAB IV PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Pengertian tindakan kelas menurut Kemmis dalam Hopkin 1985, mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian refklesi diri (self-reflection) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial dalam rangka meningkatkan keadilan dan rasionalitas praktek sosial dan pendidikan mereka sendiri. Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Karena penelitian pada umumnya merupakan upaya mencari sesuatu kebenaran berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Penelitian tindakan memiliki objek penelitian yang tidak hanya terbatas dikelas, tetapi bisa diluar kelas, sekolah, organisasi, komunitas atau masyarakat. Sedangkan penelitian tindakan kelas memiliki obyek khusus berkaitan dengan proses pembelajaran dikelas. Beberapa karakteristik PTK antara lain : (a) masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual, (b) berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah. (c) data diambil dari berbagai sumber. (d) partisipatif, dilakukan sendiri. (e) kolaboratif, dibantu rekan sejawat. Tujuan PTK di TK/PAUD adalah untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas/kelompok belajar tertentu di TK/PAUD. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan PTK di TK dan lembaga PAUD lainnya, maka tujuan PTK adalah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dan pengembangkan proses belajar dan pembelajaran serta kemampuan potensi yang
dimiliki anak sebagai dampak dari proses pembelajaran dan bermain pada anak usia dini. Langkah-langkah PTK. 1. Mendeskripsikan, mengindentifikasi dan analisis masalah. Tujuan PTK mendeskripsikan masalah adalah agar dapat menemukan akar masalah secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah makin mudah menemukan akar masalah, penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan PTK. Langkah-langkah berikut ini akan membantu mendiskripsikan masalah penelitian secara rinci : (a) mulailah dengan satu kalimat masalah. (b) elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1 dari mana tahunya? 2. Bagaimana datanya? 3. Upaya apa yang telah dilakukan? 4. Bagaimana
hasilnya?.
(c)
usahakan
kalimat
masalah
dan
elaborasinya itu mencapai ½- 1 halaman, setelah itu biasanya akan menemukan akar masalahnya. 2. Merumuskan permasalahan PTK. Akbar (2010: 74) mengemukakan bahwa persyaratan yang diperlukan dalam perumusuan masalah PTK adalah sebagai berikut: (a) masalah peneliti hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya; (b) yang dipermasalahkan dalam rumusan masalah tidak hanya hasilnya tetapi juga prosesnya; (c) pastikan bahwa setiap rumusan masalah terkait dengan latar belakang masalah. 3. Membuat rumusan tujuan penelitian. Tujuan PTK pada dasarnya adalah untuk mengemukakan permasalahan pembelajaran, menindentifikasi faktor penyebab dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah yang terjadi. Perbedaan antara rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah jika rumusan masalah dirumuskan dalam kalimat Tanya, maka rumusan tujuan dirumuskan dalam kalimat pernyataan.
4. Merumuskan manfaat penelitian. Pembuatan rumusan manfaat penelitian didasarkan pada topik atau masalah penelitian. Manfaat penelitian menguraikan tentang dampak dari tercapainya tujuan penelitian. Rumusan manfaat hendaknya jelas terutama bagi siapa dan deskrpsikan manfaatnya apa. 5. Mengkaji teori yang relevan. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti perlu mengadakan kajian teori yang relevan, sehingga pemecahan masalah menjadi efektif dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 6. Kerangka berfikir. Kerangka pemikiran adalah narasi atau pernyataan tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variable-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variable-variabel itu diturunkan, serta mengapa variable-variabel itu saja yang diteliti. 7. Merumuskan Hipotensi Penelitian. Hipotensi tindakan merupakan jawaban sementara (bersifat teoritis) terhadap permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian tindakan kelas, hipotesis tindakan dirumuskan dengan menyebutkan dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis tindakan diperoleh dari hasil kajian teori dan kerangka pemecahan masalah. 8. Membuat perencanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Perencanaan tindakan disusun untuk membuktikan secara emperis hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. 9. Melaksanakan tindakan.
Kegiatan ini merupakan implementasi dari perencanaan tindakan yang sudah dirancang sebelumnya. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan RKH yang telah dibuat. Untuk mencapai tujuan penelitian pelaksanaan pembelajaran tidak cukup dilakukan hanya satu kali. Oleh karena itu untuk satu siklus kegiatan penelitian terdiri dari beberapa peertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti sekaligus juga melakukan observasi dan refleksi atas tindakan perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung. 10. Mengadakan observasi. Pada
saat
pelaksanaan
tindakan,
peneliti
melakukan
pengeamatan terhadap proses tindakan pembelajaran. Peneliti mengumpulkan
informasi/data
yang
diperlukan
dengan
menggunakan instrument yang sudah disiapkan sebelumnya. Mengingat proses tindakan berlangsung secara alamiah dan sulit diulang-ulang, maka disarankan agar peneliti merekam proses tersebut baik dengan menggunakan perangkat audio maupun foto atau rekaman audio. 11. Menganalisis data dan refklesi. Dasna (2008: 35) mengemukakan bahwa pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan menganalisa, menjelaskan dan menyimpulkan data yang diperoleh dari bukti empiris serta mengkaitkannya dengan teori yang telah disusun sebelumnya. Data yang sudah diolah kemudian ditafsirkan dan diberi makna. Penafsiran dan pemberiaan makna terhadap hasil analisis data bertujuan agar peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian secara tepat sesuai dengan focus peneliti yang dicapai. 12. Membuat kesimpulan. Paparan data dan hasil analisis data dapat dijadikan dasar untuk membuat kesimpulan. Kesimpulan dirumuskan berdasarkan jumlah rumusan masalah dan temuan penelitian.
13. Membuat rencana tindakan lanjut. Berdasarkan hasil/kesimpulan yang diperoleh pada satu siklus kegiatan tindakan dan hasil refklesi terhadap tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti perlu menindak lanjuti penelitian tersebut. Tentu akan muncul pertanyaan” kapan PTK berakhir?” jawabanya adalah jika upaya perbaikan sudah mencapai hasil yang maksimal. Penyusunan proposal penelitian tindakan kelas, komponennya adalah: a. Judul penelitian b. Pendahuluan. 1. Latar belakang masalah 2. Rumusan masalah 3. Tujuan penelitian 4. Hipotesis tindakan 5. Manfaat penelitian 6. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian 7. Definisi istilah atau definisi operasional. c. Kajian teori/kerangka konseptual d. Metodologi penelitian 1. Rancangan penelitian 2. Latar dan subyek penelitian 3. Teknik pengumpulan data 4. Instrument penelitian 5. Teknik analisa data e. Daftar pustaka f. Lampiran. Membuat laporan PTK, berikut ini komponen laporan penelitian tindaakan kelas: 1.
Bagian awal. a. Halaman sampul b. Halaman judul
c. Lembar pengesahan d. Pernyataan keaslian tulisan e. Abstrak f. Kata pengantar g. Daftar isi h. Daftar table i. Daftar gambar j. Daftar lampiran 2. Bagian inti BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah c. Hipotesis tindakan d. Manfaat penelitian e. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian f. Definisi istilah/definisi operasional. BAB II KAJIAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI. a. Kajian konsep/ variable 1 b. Kajian konsep/ variable 2 c. Kajian konsep/ variable 3 d. Kerangka pemecahan masalah. BAB III METODELOGI PENELITIAN a. Rancangan penelitian b. Latar dan subyek penelitian c. Teknik pengumpulan data d. Instrument penelitian e. Teknik analisi data. BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP a. Kesimpulan b. Saran 3. Bagian akhir a. Daftar rujukan b. Lampiran c. Riwayat hidup d. Daftar pustaka.
B. DISKRIPSIKAN Kemajuan yang Anda peroleh setelah pembekalan atau monitoring : 1. Materi yang sudah Anda pahami. Materi yang sudah saya pahami adalah materi bab I tentang bidang pengembangan nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, fisik motorik dan Bab II tentang bermain dan permainan. Dalam materi tersebut jelas dalam penyampaiannya, mudah dipahami dan disertakan contoh sehingga mudah dipahami. dalam materi tersebut kita bisa mendapat banyak
masukan
dan
pengetahuan
tentang
materi-materi
yang
disampaikan untuk meningkatkan pembelajaran dalam bidang pendidikan anak usia dini. Dengan materi yang telah disampaikan maka akan banyak pengalaman yang bisa diberikan untuk pendidik sehingga bisa mengembangkan pembelajaran di dalam kelas. Menjadi kreatif dan inovatif sehingga pembelajaran tidak menjadi monoton. 2. Materi yang belum dapat Anda kuasai. Materi yang belum saya kuasai adalah materi pada Bab I Tentang bidang pengembangan kognitif dan bidang pengembangan seni dan bab.III tentang TIK. menjadi sulit untuk dipahami karena isi dalam materi tersebut kurang adanya contoh yang lebih kompleks dalam Bab III hanya berupa penjabaran saja sehingga kurang menjadi dipahami. padahal TIK penting dalam meningkatkan pembelajaran di kelas dengan adanya TIK belajar menjadi lebih menyenangkan dan kreatif. Seperti halnya pada Bab I
tentang pengembangan kognitif menjadi kurang dikuasai karena sulitnya pemahaman dalam materi tersebut.
C. Materi ensensial apa saja yang tidak ada dalam sumber belajar. Uraikan materi yang menurut anda anggap esensial tetapi tidak dijelaskan dalam bagian ini. Menurut saya, materi yang Esensial tetapi tidak dijelaskan dalam modul professional adalah : tentang permainan tradisional yang mampu mengembangkan semua bidang pengembangan baik itu NAM, SOSEM, KOGNITIF, FISIK MOTORIK, BAHASA, SENI. Menjadi ensensial karena pentingnya mengembangkan permainan tradisional. Permainan tradisional sangat cocok bagi media pembelajaran pendidikan anak usia dini. Alasannya permainan tradisional mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak menjalani kehidupan bermasyarakat. Lewat permainan tradisional, tidak perlu paksaan. Anak bermain ceria, setelah permainan usai tanpa mereka sadari ada bekal yang didapatnya, pentingnya menjaga lingkungan, menghormati sesama, hingga cinta kepada Tuhan. Dibalik permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal yang didapat dari seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga dapat mempengaruhi masa pertumbuhannya.
Diambil
dari
sumber
referensi
;
pendidikananakusiadini2.blogspot.com. Menurut saya materi yang Esensial yang tidak di jelaskan dalam modul professional dalam bab pengembangan anak usia dini yang terdapat pada pengembangan sosial emosional anak usia dini adalah tentang karakteristik emosi dan jenis-jenis emosi pada anak usia dini. Dikatakan penting karena karakteristik emosi anak usia dini yang sering terlihat seperti emosi anak berlangsung singkat lalu tiba-tiba berhenti. Emosi anak usia dini sifatnya mendalam,tetapi mudah berganti, dan selain sifatnya terbuka juga
lebih sering terjadi. Sebagai contoh, anak kalau sedang marah dia akan menangis keras atau berteriak-teriak, tetapi kalau kemauannya dituruti atau terpenuhi maka tiba-tiba tangisannya berhenti dan bisa langsung tertawa. Disini lha pentingnya peran seorang pendidik mengetahui karakteristik dan jenis emosi pada anak. Karena setiap anak mempunyai suatu keunikan, dan keunikan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang bersifat pendiam, pemarah, sabar, dan sebagainya. Menurut saya, materi yang Esensial tetapi tidak dijelaskan dalam modul professional adalah tentang pembahasan hambatan perkembangan bahasa anak usia dini, dikatakan ensensial karena keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak. Pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak. Salah satu penyebab paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan(stimulasi) didorong untuk berceloteh hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosakata
yang
baik
dan
benar.
Referensi
:
fazan.web.id/pendidikan perkembangan bahasa pada anak usia dinimajority. Menurut saya, materi yang Esensial tetapi tidak dijelaskan dalam modul professional pada BAB 1 adalah tentang pembahasan pengembangan fisik motorik anak usia dini adalah mengenai prinsip-prinsip perkembangan fisik motorik anak usia dini dan Tahapan-tahapan perkembangan motorik anak usia dini. Dikatakan ensensial karena sebagai pendidik membutuhkan latar belakang yang kuat untuk memilih kegiatan fisik atau motorik yang bermakna dan sesuai bagi anak didiknya. Seorang pendidik juga perlu mempelajari tingkat kemampuan anak didiknya sehingga dapat menentukan jenis kegiatan dan ukuran keberhasilan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Sumber referensi : melyoelhabox.blogspot.com
Menurut saya, materi yang Esensial yang tidak dijelaskan dalam sumber belajar pada materi BAB III tentang TIK, adalah tentang pembelajaran menggunakan media gambar animasi yang sangat cocok digunakan untuk pembelajaran di PAUD. Dikatakan penting karena media animasi adalah kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambar bergerak. Pergerakan gambar itu dibentuk dengan menampilkan urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi, sehingga menghasilkan objek gambar static yang dapat bergerak seperti hidup. Media animasi dalam pembelajaran mampu menyampaikan suatu konsep yang komplek secara visual dan dinamik, media animasi digital mampu menarik perhatian anak dengan mudah. Media animasi juga mampu menarik perhatian dan meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran anak yang lebih berkesan. Diambil dari referensi
http://bilarik.wordpress.com/2010
dan
blogmediapembelajaranguru.blogspot.com Menurut saya, materi yang esensial yang tidak dijelaskan dalam sumber belajar pada BAB IV tentang Peta Konsep. Dikatakan penting karena peta konsep itu adalah suatu ilustrasi grafis yang konkrit yang dapat menunjukkan bagaimana suatu konsep berhubungan atau terkait dengan konsep-konsep lain yang termasuk kategori yang sama. Peta konsep dapat merupakan suatu skema atau ringkasan dari hasil belajar. Peta konsep dapat
membantu
peneliti
menyusun
konsep
dan
menghindari
miskomsepsi. Dalam materi pada bab IV hanya terdapat contoh peta konsep tidak ada penjelasaan tentang peta konsep..referensi dari http://pkab.wordpress.com D. Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar. Uraikan materi yang menurut anda tidak esensial namun ada dalam sumber belajar. Menurut saya materi yang tidak ensesial yang dijelaskan dalam sumber belajar adalah pada pengembangan kognitif anak usia dini pada point tentang penjumlahan dan pengurangan, yang di jelaskan pada halaman
57 pada sumber belajar penunjang PLPG 2017 materi Profesional Guru kelas PAUD/TK. Karena dalam pendidikan anak usia dini tidak di ajarkan untuk berhitung. Peraturan itu secara tegas memadatkan agar PAUD tidak memberikan beban pada anak. Menjadikan lingkungan belajar, sebagai wadah bermain bagi anak. Penerapan berhitung bagi anak usia dini adalah dalam bentuk pengenalan. Menurut saya, materi yang tidak esensial yang dijelaskan dalam sumber belajar adalah pada halaman 117 tentang ASI, pertama ASI mengandung lebih dari 4000 sel per mil, terdiri dari tiga macam yaitu : Bronchus Asosiated lymphosite tissue(BALT), GALT, MALT. Dll. Materi ini tidak cocok dijelaskan dalam sumber belajar ini, masih ada yang lebih penting seperti sumber-sumber gizi yang baik untuk meningkatkan perkembangan fisik anak. Menurut saya, materi yang tidak esensial namun dijelaskan dalam sumber belajar adalah pada BAB IV pada poin lampiran tentang anggaran penelitian yang menyatakan dalam proposal perlu dicantumkan anggaran yang diperlukan untuk biaya penelitian. Dalam pembuatan PTK masih jarang sekali dalam lampiran menyertakan anggaran pembuatan PTK, karena itu adalah privasi masing-masing dari peneliti, masih ada hal yang penting yang bisa disertakan dalam lampiran selain anggaran pembuatan proposal. Itu lha kenapa dikatakan kurang esensial. E.
KEMAJUAN
DALAM
MENYELESAIKAN
LATIHAN
SOAL
URAIAN. 1. Soal uraian yang dapat anda selesaikan sendiri tanpa bantuan mentor Soal uraian pada BAB II tentang bermain dan permainan dan pada BAB III tentang TIK. Mampu diselesaikan sendiri tanpa bantuan dari mentor. 2. Soal uraian yang mana saja yang masih belum dapat Anda selesaikan dengan baik atau belum sempat dilakukan pembimbingan oleh mentor.
Soal uraian yang belum diselesaikan adalah pada BAB IV pada sumber belajar modul professional yaitu tentang PENELITIAN TINDAKAN KELAS.
BAB III PENUTUP.
Berdasarkan hasil dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan laporan akhir pelaksanaan pembekalan peserta PLPG tahun 2017 dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih karena kesediannya untuk membaca laporan akhir yang kami buat guna memenuhi undangan PLPG tahun 2017. Tentunya banyak kekurangan karena berbagai keterbatasan kami baik berupa pengetahuan maupun bahan referensi, oleh karena itu masukan berupa saran dan kritik sangat kami harapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan akan berbagai bidang pendidikan pada anak usia dini.