ASKEP KLIEN DENGAN PENYAKIT ISPA BAB I KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN ISPA merupakan penyakit infeksi saluran nafas yang secara anatomi dibedakan atas saluran nafas atas mulai dari hidung sampai dengan taring dan saluran nafas bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli beserta adnexanya, akibat invasi infecting agents yang mengakibatkan reaksi inflamasi saluran nafas yang terlibat. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai penyebab ISPA�. Berdasarkan definisi ini diagnosis ISPA ditegakkan dengan pembuktian jenis infecting agent dan adanya inflamasi saluran nafas. Pembuktian ini membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak sederhana sehingga tidak praktis diterapkan pada saat ini di Indonesia dan kadangkala di negara maju. Infeksi Saluran Pernapasan Acut (ISPA) merupakan pedoman istilah: Acute Respiratory Infection (ARI). Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) mengandung tiga unsure yaitu : 1). Infeksi 2). Saluran pernapasan 3). Akut Batas masing-masing unsur yaitu :
1
1). Infeksi Masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak serta menimbulkan gejala penyakit. 2). Saluran Pernapasan Organ yang mulai dari hidung sehingga alveoly beserta organ adueksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleuna kemudian secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah. 3). Infeksi Acut Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, jadi ISPA adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, jamur, dan benda asing lainnya yang masuk dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) (Dep-Kes RI 1999). B. ETIOLOGI Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Acut (ISPA) terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Acut (ISPA) antara lain adalah genus streptococcus, pneumococcus, hemopilus bordetela dan korine bacterium. Virus penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Acut (ISPA) antara lain adalah mikrovirus, adenovirus, korona virus, pikorna virus, mikoplasma, herves virus dan lain-lain. Walaupun penyebab ISPA beranekaragam namun penyebab terbanyak adalah infeksi virus dan bakteri. Penyebab infeksi ini dapat sendirian atau bersamasama secara simultan. Penyebab ISPA akibat
2
infeksi virus berkisar 9095% terutama ISPA atas. Kendatipun demikian peranan bakteri belum dapat disingkirkan. Data penelitian ISPA kebanyakan berasal dari negarane gara barat walaupun sebenarnya penyakit ini merupakan ma salah penting di negaranegara tropis. Bila menjumpai pasien/bayi anak di bawah umur 2 tahun yang menunjukkan gejala seperti pasien asma, harus hati-hati karena dapat terjadi pada pasien dengan bronkiolitis akut. Bedanya, pasien asma akan memberikan
respons
terhadap
bronkocilator,
sedangkan
pasien
bronkiolitis akut tidak. C. KLASIFIKASI ISPA merupakan kelompok penyakit yang kompleks dan heterogen disebabkan oleh berbagai etiologi dapat mengenai setiap di sepanjang saluran pernfasan. Untuk kepentingan pencegahan dan pemberantasan maka penyakit ISPA dapat diklasifikasikan menurut lokasi dan berat ringannya penyakit. Berdasarkan berat ringan penyakit ISPA sesuai pertemuan lokakarya Nasional ISPA tahun 1984, dibagi dalam 3 kategori yaitu : a. ISPA ringan, gejala batuk, pilek, serak dan atau tanpa panas(demam) b. ISPA sedang, gejala ISPA ringan disertai satu atau lebig gejala-gejala sebagai berikut : 1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun 2. Pernafasan lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun
3
a. Suhu badan 39ºC b. Tenggorokan berwarna merah c. Bercak-bercak merah di kulit seperti campak d. Sakit ditelinga atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga e. Perbafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) c. ISPA berat, gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut ; 1. Nadi cepat 160 kali per menit atau tidak teratur 2. Retraksi sel iga ke dalam pada waktu bernafas 3. Sianosis 4. Nafas cuping hidung 5. Tidak sadar atau kesadrannya menurun 6. Rensil/faring ada membran D. MANIFESTASI KLINIK Yang termasuk gejala dari ISPA adalah badan pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan. Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang
ringan. Dalam perjalanan
penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih beratdan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mugkin meninggal. Tanda-tanda dan bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratories. 1. Tanda-tanda Klinis
4
Pada system respiratorik adalah tachypnea, nafas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, nafas cuping hidung, cyanosis, suara nafas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing
Pada system cardial adalah tachycardia, bradycardia, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
Pada system cerebral adalah gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, kejang dan koma.
Pada hal umum letih dan brkeringat banyak
2. Tanda-tanda Laboratorius
Hypoxemia
Hypercania
Acydosis
E. KOMPLIKASI 1. Sepsis 2. Abses peritonsilar 3. Otitis media 4. Sinusitis F. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan penderita dilaksanakan tenaga medic (formal) dengan prosedur medik berupa diagnosis, pengobatan dan rujukan serta tenaga nonmedik dimulai tingkat ibu rumah tangga sampai dengan kaderkesehatan desa dengan menggunakan pedoman dan klasifikasi sederhana.
5
Diagnosis Umumnya diagnosis ditegakkan secara klinik walaupun diagnosis etiologik sangat menentukan keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan bakteriologik dan penunjang lainnya dapat membedakan penyebabnya bakteri atau virus.Tidak spesifiknya gejala klinik, basil biakan oro dan nasofaring yang positif terhadap S. pneumonia dan H. influenzae, basil kultur bakteri yang positif akibat kontaminasi, kultur darah yang hanya sebagian kecil positif dan kultur aspirat pungsi paru yang sulit dilakukan dan invasif walaupun merupakan metoda paling baik untuk menentukan etiologi. G. PENGOBATAN Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat. Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bacterial dan sebaiknya dipilih yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian
6
steroid belum ada kesepakatan. Pemberian sedative tidak diperkenankan karena menimbulkan depresi pernapasan. Bila dianggap perlu boleh diberi klorahildrat, Bronkodilator tidak dianjurkan karena merupakan kontraindikasi karena dapat memperberat keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen meningkat.
A. PENGKAJIAN Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang meninjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menela, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbu, apa yang menjadi pencetusny, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajia, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan. Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris hidung juga perdarahan atau rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadapa temuan abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan atau eksudat dan polip hidung yang mungkin terjadi dalm rinitis kronis. Trakea dipalpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher dan setiap massa atau deformitas diidentifikasi. Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7
1. Inefektif
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi
berlebihan akibat proses inflamasi 2. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas akibat infeksi 3. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam 4. Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernafasan atas.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi :
Inefektif
bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan sekresi berlebihan akibat proses inflamasi
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Kaji frekuensi/ kedalaman dan Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada.
gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena
ketidaknyamanan
gerakan dinding dada dan/atau cairan Auskultasi area pernafasan, catat paru. area penurunan/tak ada aliran Penurunan aliran udara terjadi pada udara
dan
adventisisus
bunyi
nafas konsolidasi dengan cairan. Bunyi
mis;krekels
mengi
dan nafas bronkial dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Bantu pasien latihan nafas sering. Nafas dalam memudahkan ekspansi Tunjukkan/bantu mempelajari
pasien maksimum
paru=paru/jalan
nafas
malkukan lebih kecil. Batuk adalah mekanisme
batuk.mis; menekan dada dan pembersihan jalan nafas.penekanan batuk efektif sementara posisi menurunkan ketidaknyamanan dada
8
duduk tinggi.
dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
Penghisapan sesuai indikasi.
Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena
batuk
tak
efektif
atau
penurunan tingkat kesadaran. Berikan
cairan
sedikitnya Cairan khususnya yang hangat dapat
2500ml/hari
(kecuali memobilisasi
kontraindikasi).tawarkan
dan
mngeluarkan
air sekret.
hangat daripada air dingin.
Intervensi : Nyeri yang berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas akibat infeksi TINDAKAN / INTERVENSI Tentukan karakteristik nyeri, mis.
RASIONAL Nyeri dada, biasanya ada dalam
Tajam, konstan, ditusuk, selidi
beberapa derajat pada ISPA.
perubahan karakter/lokasi/ intensitas nyeri Pantau tanda vital
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri khususya bila alasan lain tidak untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Berikan tindakan nyaman, mis;
Tindakan non analgesik diberikan
pijatan punggung perubahan
dengan sentuhan lembut dapat
posisi, musik tenang
menghilangkan ketidaknyamanan
/perbincangan. Relaksasi/latiahan
dan memperbesar efek terapi
9
nafas.
analgesik.
Tawarkan pembersihan mulut
Pernafasan mulut dan terapi oksigen
dengan sering
dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.
Anjurkan dan bantu pasien dalam
Alat untuk mengontrol
tehnik menekan dada selama
ketidaknyamanan dada sementara
episode batuk.
meningkatkan keefektifan upaya batuk.
Intervensi : Defisit volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam TINDAKAN /
RASIONAL
INTERVENSI Kaji perubahan tanda vital, contoh
Peningkatan suhu/memanjangnya
peningkatan suhu/demam
demam meningkatkan laju
memanjang, takikardia, hipotensi
metabolik dan kehilangan cairan
ortostatik
melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan
Kaji turgor kulit, kelembaban
sistemik.
membran mukosa (bibir, lidah)
Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut kering nafas mulut
Catat laporan mual/muntah
dan oksigen tambahan. Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
10
Intervensi :
Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernafasan atas. TINDAKAN /
RASIONAL
INTERVENSI Identifikasi tanda/gejala yg
Deteksi dini dan intervensi tepat
memerlukan evaluasi medis. Mis;
waktu dapat mencegah/
perubahan penampilan insisi,
meminimalkan komplikasi
t’jdnya kesulitan pernafasan, demam
kelemahan dan kelelahan harus
Bantu pasien menentukan toleransi
kecil sesuai dengan penyembuhan
aktivitas dan menyusun tujuan
tetapi harus menurun sesuai p[erbaikan fungsi pernafasan dan kemajuan penyembuhan. Kelemahan umum dan keterbatasan
Evaluasi ketersediaan sistem
aktivitas dapat menurunkan
pendukung dan perlunya bantuan
kemampuan individu untuk
dalam perawatan diri/manajemen di memenuhi kebutuhan sendiri. rumah
kelemahan dan kelelahan harus
Anjurkan periode istirahat dengan
kecil sesuai dengan penyembuhan
aktivitas dan tugas berat.
tetapi harus menurun sesuai p[erbaikan fungsi pernafasan dan kemajuan penyembuhan.
D. EVALUASI 1. Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas dan Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea, sianosis 2. Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol dan menunjukkan rileks, istirahat teratur, peningkatan aktivitas dengan tepat
11
3. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat. 4. Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa dan program pengobatan serta pencegahan dari penyakit ISPA
12
13