Keutamaan dan Manfaat Membaca Al Ma’tsurat Al Ma’tsurat berarti doa yang berasal dari Rasulullah saw. dengan sanad yang shahih. dengan doa al ma’tsurat dianjurkan untuk di baca setiap pagi dan sore, insyaAllah yang membacanya akan mendapatkan berbagai macam manfaat dan suasana hati yang tenang. Berikut keutamaan dan manfaat membaca doa al ma’tsurot. Diriwayatkan dari sya’bi dari Ibnu mas’ud ra, “ siapa yang membaca 10 ayat dari surat al Baqarah di rumah, setan tidak masuk ke rumah tersebut malam itu hingga pagi hari, empat ayat yang pertama, ayat kursi, dan dua ayat setelahnya, dan penutupnya ( tiga ayat terakhir). (HR.Thabrani ) Dari Abdullah bin Hubaib berkata rasulullah saw bersabda kepadaku, “ bacalah Qul huwallahu ahad’, dan mu’awwadzataini ( qul a’udzubirabbil falaq..dan qul a’udzubirabbinnas..) ketika pagi dan sore tiga kali, cukup untukmu segala sesuatu.’(HR.abu Dawud dan Turmudzi )
Adalah Nabi saw, jika masuk sore hari membaca : “ amsaina Wa amsalmulku lillah….dan jika masuk pagi hari beliau membaca: ashbahna wa ashbahal mulku lillah..( HR.Muslim ) Dari Abdurrahman bin Abza dari Nabi saw, bahwa beliau membaca ‘ asbahna ‘ala fitratil islam…( HR.Ibnu Abi Syaibah dan Ahmad) Keutamaan membaca al ma’tsurot lainnya adalah sebagaimana yang diriwayatkan Dari Ibnu Abbas ra. Berkata, Rasulullah saw bersabda, “siapa yang mengucapkan ketika pagi hari, ‘ Allahumma inni asbahtu minka fi ni’matin….’ tiga kali ketika pagi hari dan tiga kali ketika sore, Allah menyempurnakan nikmatnya atasnya.” (HR.Ibnu Saunni) Dari Abdullah bin Ghannam al-bayadhi, sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda,” Siapa yang membaca ketika pagi ‘ Allahumma maa ashbaha bii min ni’matin au bi ahadin min khalkika falakal hamdu walakasyukr’ sungguh telah menunaikan syukur hari itu, dan siapa yang membaca pada sore hari, sungguh telah menunaikan syukur malamnya.” ( HR.Abu Dawud) Dari tsauban ra. Berkata rasulullah saw bersabda,” Siapa yang mengucapkan ketika sore hari ‘ radhitu billahi rabba wabil islami diina wabi muhammadin nabiyya…adalah hak atas Allah untuk menjadikan dia ridha.” ( HR.Turmudzi) Ibnu Abbas berkata Rasulullah saw. Keluar dari (menemui) Juwairiyyah, dan dia berad di mushalanya, dan beliau kembali sedang juwairiyyah masih di mushallanya. Lantas Rasulullah bersabda,” Engkau tak henti-hentinya di mushollamu ini. “ Dia menjawab, “ya. Beliau bersabda,” Sungguh aku telah mengucapkan empat kalimat tiga kali kalau ditimbang dengan apa yang engkau katakan niscaya lebih berat dari yang engkau ucapkan, “ Subhanallahu wabihamdihi ‘adada kholqihi…”(HR.Muslim). Dari Utsman bin Affan ra. Berkata, Rasulullah bersabda,”Tidak ada seorang hamba membaca pada pagi hari setiap hari dan pada sore hari setiap malam, “ Bismillaahi lladzi laa yadzurru m’asmihi syai’un……’ tiga kali maka tidak ada satupun yang membahayakannya.”(HR.Abu dawud dan Turmudzi).
Dari Abi Sa’id al-Khudri berkata, beliau bersabda,”Katakanlah jika engkau masuk pagi dan di sore hari “ Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazani, wa a’udzubika minal ‘ajzi wal kasali…..’ Ia berkata,” maka aku lakukan hal itu lantas Allah menghilangkan kesusahanku dan menunaikan utangnya.”(HR.Abu Dawud). Dari Abdurrohman bin Abi Bakrah dia berkata kepada bapaknya,”wahai bapakku, sungguh aku mendengar engkau berdoa setiap pagi : ‘ Allahumma ‘aafini fi badani ….’engaku ulang tiga kali setiap pagi dan sore, dan engkau juga mengucapkan ‘ Allahumma inni a’udzubika minal kufri wal faqri…’ engkau ulang tiga kali tiap pagi dan sore. ‘ dia berkata.” Ya wahai anakku, aku mendengar Nabi saw berdoa dengannya, dan aku ingin mengikuti sunnahnya.”(HR.Abu Dawud, Ahmad, dan Nasai). Dari Nabi saw, “ penghulu istighfar adalah Allahumma anta rabbi…’barangsiapa membacanya di siang hari yakin dengannya, kemudian mati hari itu sebelum sore hari maka dia termasuk ahli surga, dan siapa yang membaca pada malam hari yakin dengannya lalu ia mati sebelum pagi hari, maka dia termasuk ahli surga,”(HR.Bukhari) Dari Abu Ayyasy, sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda, ‘siapa yang mengucapkan ketika pagi hari ‘ laa ilaaha illallah….adalah baginya sebanding memerdekakan budak dari putra Isma’il, ditulis untuknya sepuluh kebaikan, dihapus sepuluh kesalahan, diangkat sepuluh derajat, dan dia dalam penjagaan dari setan hingga sore, dan jika ia baca ketika masuk sore maka baginya seperti itu pula.’(HR.Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Hibban). demikian keutamaan dan manfaat membaca doa al ma’tsurat yang dianjurkan oleh Rasulullah setiap pagi dan sore. semoga doa kita dikabulkan Allah SWT.
Manfaat Sholat Dhuha dan Dzikir Al'Matsurat
Hei blog-ku.. Ketemu lagi deh kita. Hehe. Aku mau mulai untuk sering mengunjungimu ah. Kan kasian kalau kamu nggak aku tengokin terus. Hoho. Aku mau cerita kalau aku kemarin seneng banget. Ceritanya mulai kemarin itu aku nggak nginep di rumah Uwa karena Uwa Uwi lagi ada tugas kantor di Bandung sementara itu Uwa Desi dan Dindra ke Tasik selama seminggu untuk liburan. Nah, jadinya aku harus pulang-pergi Depok-Permata Hijau tiap hari. Jarak Depok-Permata Hijau memang lebih jauh daripada dari rumah uwa ke kantor. Bayangkan saja, perjalananku dari rumah uwa ke kantor kurang lebih hanya 30 menit. Jauh berbeda dibandingkan perjalananku dari Depok ke kantor dengan memakan waktu kurang lebih 2 jam. Luar biasa. Empat kali lipatnya perjalanan dari uwa ke kantor. Ckckck.
Otomatis waktu yang tersedia untuk persiapan ke kantor di rumah uwa lebih banyak dibanding ketika aku harus ke kantor dari Depok. Maka dari itu aku kalau di rumah uwa rajin baca dzikir al'matsurat pagi-sore baik setelah sholat subuh, setelah sholat dhuha atau setelah sholat magrib untuk sorenya. Banyak manfaat yang kudapatkan jika aku membaca dzikir al'matsurat. Biasanya aku diberikan kemudahan, keselamatan, dan kelancaran dalam melakukan apapun di hari aku membaca dzikir al'matsurat. Apalagi setelah aku mengalami 2 kali hampir kecopetan di angkot. Sejak itu aku sering membiasakan diri sholat dhuha dan dzikir al'matsurat. Kemarin itu alhamdulillah aku sempat membaca al'matsurat setelah sholat dhuha. Dan aku benarbenar merasakan manfaat yang Subhanallah banget di hari itu. Saat berangkat aku dapat tempat duduk di bis bogor-kp.rambutan. Di 509 pun aku mendapat tempat duduk meskipun tak lama. Ketika naik busway pun alhamdulillah aku dapat tempat duduk juga. Dalam perjalanan pulang kerja pun aku diberi kelancaran dan kemudahan sampai Depok. Aku keluar kantor sekitar jam 4. Di jembatan penyeberangan kulihat bis 85 sudah melaju jadi aku putuskan untuk naik busway saja. Ternyata setelah membeli tiket, busway pun datang dan saat aku masuk lewat pintu belakang ada orang yang turun sehingga aku langsung dapat duduk. Padahal terkadang aku harus menunggu busway cukup lama dan harus berdiri di busway sampai terminal lebak bulus. Begitu pula saat aku turun dari busway di halte pondok indah 1. Aku berjalan sebentar menuju lampu merah untuk naik bis 509 dan bis 509 itu sudah akan berangkat. Sambil berlari agak cepat aku naik bis 509 dan bis segera berangkat. Padahal biasanya bis 509 suka 'ngetem' lama banget. Tapi mungkin bis itu sudah lebih dulu 'ngetem' sebelum aku tiba. Jadi aku tak perlu menunggu bus 'ngetem' berlama-lama. Alhamdulillah juga aku dapat tempat duduk. Sesampainya di pasar rebo, aku menuju pangkalan bis bogor-kp rambutan dan kulihat bis yang kutuju sudah lumayan penuh namun masih tersedia tempat duduk. Aku duduk di samping ibu-ibu tepatnya di dekat jendela dan beberapa menit kemudian bis yang kutumpangi segera berangkat. Alhamdulillah. Padahal biasanya bis bogor-kp rambutan atau depok timur-kp rambutan itu ngetem lama banget di pasar rebo. Subhanallah ya ternyata. Manfaat dari sholat dhuha dan membaca dzikir al'matsurat banyak sekali. Selain kita jadi lebih dekat lagi sama Allah, hati jadi tenang, diberi kelancaran dan kemudahan dalam melakukan apapun, terhindar dari marabahaya, dan masih banyak lagi. Terima kasih Ya Allah. Terima kasih untuk kemudahan dan kelancaran yang Kau berikan kepadaku kemarin. Mudah-mudahan aku bisa menjaga dan mempertahankan dhuha maupun bacaan al'matsuratku dalam keadaan apapun dan sesibuk apapun. Mudahkanlah Ya Allah. Amin.. :)
Assalamu alaikum wr.wb Pak Ustads kami mau menanyakan tentang membaca Al-Matsurat oleh hasan Al Banna berdasarkan hukum islam dan siapakah sebenarnya Hasal Al Banna ini? terima kasih Pak Ustads Waalaikumussalam Wr Wb Hukum Membaca Al Ma’tsurat Al ma’tsurat merupakan kumpulan dzikir dan doa yang dikumpulkan oleh Imam Hasan Al Banna yang diambil dari hadits-hadits Nabi saw untuk dibaca oleh setiap anggota jama’ah Ikhwanul Muslimin khususnya atau seluruh kaum muslimin pada umumnya agar senantiasa mengingat Allah swt dan berada dalam ketaatan kepada-Nya. Imam Al Banna juga meminta agar al ma’tsurat senantiasa dibaca pada saat pagi, mulai dari waktu fajar hingga zhuhur dan pada saat petang mulai dari waktu ashar hingga setelah isya, baik secara berjama’ah maupun sendirian. Beliau mengatakan,”Siapa yang tidak sempat membaca seluruhnya hendaklah dia membaca sebagiannya sehingga kelak ia tidak terbiasa melalaikan dan meninggalkannya.” Imam Al Banna juga mengingatkan setiap anggotanya agar senantiasa menyadari pentingnya mengingat Allah di setiap waktu dan keadaan, keutamaan-keutamaannya dan memperhatikan adabadab didalam berdzikir. Al Banna mengatakan,”Apabila engkau mengetahui, wahai akh yang mulia, maka janganlah engkau merasa aneh jika seorang muslim senantiasa mengingat Allah disetiap keadaannya, mewarisi Nabi saw—dialah sebaik-baik makhluk—didalam dzikir, doa, syukur, tasbih dan tahmid disetiap keadaan baik yang kecil, besar maupun yang dianggap remeh. Sesungguhnya Nabi saw senantiasa dzikrullah disetiap keadaannya maka tidaklah aneh jika kami meminta kepada Ikhwanul Muslimin untuk meniru sunnah Nabi mereka dan berqudwah kepadanya serta menghafalkan dzikir-dzikir ini dan mendekatkan dirinya kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Pengampun dengannya, sebagaimana firman Allah swt : َّللاَ َو ْاليَىْ َم ْاْل ِخ َر َو َذ َك َر ه َّللاِ أ ُ ْس َىةٌ َح َسىَةٌ لِّ َمه َكانَ يَرْ جُى ه لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُى ِل ه َّللاَ َكثِيرًا Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21) Tentang dzikir secara berjama’ah, Imam Al Banna menyebutkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim,”Tidaklah suatu kaum duduk-duduk untuk berdzikrullah kecuali para malaikat mengelilingi mereka, dipayungi dengan rahmat, turun ketenangan kepada mereka dan Allah menyebut-nybut mereka kepada siapa saja yang berada disisi-Nya.”
Kalian akan banyak menjumpai hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Nabi saw keluar untuk shalat berjama’ah sementara mereka sedang berdzikrullah di masjid lalu beliau saw memberikan kabar gembira kepada mereka dan tidak melarang mereka. Berjama’ah didalam ketaatan adalah sesuatu yang disukai terlebih lagi apabila didalamnya banyak mengandung manfaat, seperti menyatukan hati, menguatkan ikatan, memanfaatkan waktu untuk sesuatu yang bermanfaat, mengajarkan orang-orang awam yang belum baik dalam belajar dan mengumandangkan syiar-syiar Allah swt. Memang sesungguhnya berjama’ah didalam dzikir dilarang apabila didalamnya terdapat hal-hal yang dilarang syariat, seperti mengganggu orang shalat, senda gurau, tertawa, menyelewengkan lafalnya, mengungguli bacaan yang lain atau sejenisnya, dan jika terjadi seperti itu maka berjama’ah didalam berdzikir tidaklah diperbolehkan bukan pada berjama’ahnya itu sendiri, khususnya apabila dzikrullah secara berjama’ah itu dengan menggunakan lafal-lafal dzikir yang ma’tsur lagi shahih sebagaimana didalam wazhifah (al matsurat) ini. Alangkah baiknya jika Ikhwan senantiasa membacanya disetiap pagi dan petang di tempat-tempat berkumpul mereka ataupun di sebuah masjid dengan menghindari hal-hal yang dimakruhkan. Dan siapa saja yang kehilangan berjama’ah didalam membacanya maka hendaklah dia membacanya secara sendirian dan janganlah meremehkannya. (Majmu’atur Rosail hal 519 – 522) Membaca al ma’tsurat atau kumpulan-kumpulan dzikir lainnya baik secara berjama’ah maupun sendirian diperbolehkan selama didalam pembacaannya tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh syari’at, sebagaimana disebutkan didalam sebuh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Tirmidzi, Nasai dari hadits Muawiyah bin Abu Sofyan ra, dia berkata,”Sesungguhnya Nabi saw mendatangi halaqah para sahabat, dan berkata,”apa yang menjadikan kalian duduk-duduk?’ mereka mengatakan,’Kami duduk untuk berdzikrullah dan memuji-Nya terhadap atas segala petunjuk-Nya kepada kami kepada islam dan segala nikmat-Nya kepada kami… sehingga beliau bersabda,’Telah datang Jibril menemuiku dan memberitahuku bahwa Allah swt membanggakan kalian dihadapan para malaikat.” Siapakah Imam Hasan Al Banna? Jika kita membicarakan sosok Hasan Al Banna maka kita tidak bisa melepaskannya dari Jama’ah al Ikhwanul Muslimin, karena dia adalah pendiri dan tokoh sentral jama’ah ini. Hasan Al Banna dilahirkan di kota al Mahmudiyah di Propinsi al Buhairoh, Mesir pada tahun 1906. Ayahnya adalah seorang ulama yang bernama Ahmad Abdurrahman Al Banna. Di usia 8 th Al Banna disekolahkan di Madrasah Diniyah Ar Rasyad dan pada usianya yang menginjak 12 tahun dia berhasil menghafal setengah Al Qur’an. Bersama teman-teman SD nya dia mendirikan “Perkumpulan Akhlak dan Adab” kemudian “Perkumpulan Mencegah Hal-hal yang Diharamkan”. Pada usia belum genap 14 tahun ia telah menghafal 2/3 Al Qur’an dan masuk Madrasah Mu’allimin di Damanhur. Pada usia 16 tahun dia masuk Sekolah Tinggi Darul ‘Ulum dan menyelesaikannya dengan mendapatkan ijazah diploma pada usia 20 tahun di bulan Juni 1927. Setelah itu dia memutuskan untuk menjadi seorang guru di Ismailiyah.
Berbagai penurunan kualitas umat, baik dalam skala Mesir maupun internasional bahkan cenderung menuju kehancuran, seperti berbagai kerusakan akidah, dekadensi moral, keadaan Turki setelah PD I yang berada dibawah kekuatan Inggris dan menjadikannya sebuah negara sekuler serta bercokolnya penjajah di bumi Mesir mendorongnya untuk membentuk al Ikhwanul Muslimin pada bulan Maret 1928. Setelah mendirikan jama’ah Al Ikhwanul Muslimin di Ismailiyah, Hasan Al Banna mulai mendirikan masjid dan tempat pertemuan al Ikhwan, membangun Ma’had Hira al Islamiy, sekolah untuk ibu-ibu kaum mukminin yang menjadikan da’wah Ikhwan mulai dikenal dan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Pada tahun 1933, Hasan Al Banna pindah ke Kairo yang kepindahannya ini menjadikan berpindah pula Kantor Pusat al Ikhwanul Muslimin kesana. Sejak di Kairo, beliau selalu melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk melakukan pembinaan para anggota ikhwan yang baru tentang akhlak berda’wah dan membekali mereka agar memiliki ketahanan didalam mengemban beban-bebannya. Pekerjaan ini terus dilakukannya hingga jama’ah al Ikhwanul Muslimin memenuhi seluruh tempat di Mesir. Hal itu pun didukung dengan berbagai strategi da’wah yang dipusatkan di Kairo diantaranya : 1. Berbagai ceramah, ta’lim di masjid-masjid. 2. Menerbitkan Risalah “al Mursyid al ‘Am”, majalah pekanan “al Ikhwanul Muslimin” kemudian majalah “An Nadzir” 3. Mengeluarkan surat-surat dan buletin. 4. Membentuk syu’bah-syu’bah (cabang-cabang) di dan luar Kairo. 5. Membentuk organisasi kepanduan & olah raga. 6. Memfokuskan da’wah ke kampus dan sekolah. 7. Mu’tamar dan dauroh di Kairo & kota-kota lain. 8. Menghidupkan kembali syi’ar-syi’ar islam di Kairo dan kota-kota lain. 9. Munashoroh negeri-negeri islam terutama Palestina. 10. Mengambil peran dalam perbaikan politik dan sosial. 11. Ikut serta dalam memerangi kristenisasi. 12. Mengingatkan kelalaian penguasa terhadap islam. Hal itu menjadikan pemerintah Kolonial Inggris geram sehingga mereka membuat langkah-langkah untuk memadamkan cahaya da’wah dengan melakukan : 1. Menjauhkan para pendukung Hasan Al Banna dari semua kursi pemerintahan di Mesir. 2. Memutasikan Al Banna dari pekerjaannya di Kairo ke Qana. Hingga akhirnya al Ikhwanul Muslimin dibubarkan untuk pertama kalinya pada tahun 1942 dan menutup seluruh cabang-cabangnya. Pada Oktober 1946 mulailah terjadi pegolakan di Mesir yang ditandai dengan berbagai demonstrasi mahasiswa yang dipelopori oleh para mahasiswa Ikhwan. Demonstrasi ini terus berlangsung hingga pada 9 Februari 1947 beberapa mahasiswa Ikhwan menjadi syuhada dalam sebuah Long March menuju istana Abidain
Pengawasan pemerintah terhadap para aktivis ikhwan pun diperketat sejak bulan Juni hingga Agustus 1947. Dan siapapun yang dianggap mencurigakan dan berbahaya akan ditangkap, dan puncaknya adalah pada bulan September 1947 terjadi penangkapan besar-besaran terhadap anggota ikhwan oleh Pemerintahan Ismail Shidqi. Tidak kurang dari 40.000 anggota ikhwan ditangkap dan dipenjarakan. Tindakan sewenang-wenang ini pun berlanjut dengan penangkapan para tokoh Ikhwan pada tanggal 16 November 1947 yang menjadikan kerusuhan di Mesir semakin meluas. Puncak dari itu adalah jatuhnya Ismail Shidqi pada tanggal 8 Desember 1947. Permasalahan Mesir pun dibawa ke dewan Keamanan PBB seperti yang diusulkan ikhwan. Pada kesempatan ini ikhwan pun mengirimkan utusannya yang bernama Mustafa Mukmin ke sidang Dewan Keamanan PBB namun beliau diusir ke luar gedung sehingga dia berpidato di luar gedung Dewan yang cukup menyita banyak perhatian orang-orang yang melintas, termasuk para imigran dari Asia dan Afrika. Hasan Al Banna pun mengirimkan surat ke Dewan Keamanan PBB agar Inggris ditarik dari Mesir dan menyatukan Wadi an Nil. Berbagai konspirasi internasional pun terus dilakukan oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Perancis yang mendesak pembubaran al Ikhwanul Muslimin untuk yang kedua kalinya. Sehingga pada 8 Desember 1948 ada sebuah instruksi militer tentang pembubaran Jama’ah al Ikhwanul Muslimin dan menyita seluruh aset-asetnya. Sejak itu kembali terjadi berbagai penangkapan terhadap banyak kader dan tokoh-tokoh ikhwan hingga puncaknya adalah penembakan Imam Hasan Al Banna, pada tanggal 11 Februari 1949 di depan kantor Asy Syubbanul Muslimun oleh segerombolan orang yang mengenai lambung dan tangan beliau. Al Banna sempat dibawa ke RS al Qashrul Aini dan ketika seorang dokter muslim yang bernama Abdullah al Katib ingin memeriksanya maka ia pun dilarang. Hingga pada malam harinya, beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir, Pada pukul 01.00 dini hari (12 Februari 1949) datang serombongan orang menemui ayahnya dan memberitahukan kematiannya dan mengatakan kepadanya bahwa jenazah Hasan Al Banna bisa diambil dengan syarat tidak ada iring-iringan pelepasan jenazah dan pemasangan tenda di rumahnya. Pada keesokan harinya, ayahnya sendiri dengan ditemani oleh Mukram dan beberapa saudara perempuannya mengurusi jenazahnya serta mengantarkannya ke pemakaman Imam Syfi’i dengan dikawal oleh tank-tank berlapis baja. (dari berbagai sumber) Demikianlah sejarah ringkas kehidupan seorang muassis (pendiri) sebuah jama’ah besar yang da’wahnya hingga hari ini terus menyinari banyak tempat di bumi. Kehidupan seorang yang menghabiskan waktunya untuk umat dan da’wah yang itu semua dibuktikan dengan gugurnya beliau ditangan orang-orang zhalim yang menghendaki cahaya kebenaran ini padam namun mereka lupa bahwa da’wah ini bukanlah milik Hasan Al Banna atau para pengikutnya yang setiap saat bisa mengalami kematian dan digantikan oleh generasi berikutnya. Sesungguhnya da’wah ini adalah milik Allah Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, firman Allah swt : ْ ي ُِري ُدونَ لِي َّللاِ بِأ َ ْف َىا ِه ِه ْم َو ه ُطفِؤُوا وُى َر ه َىر ِي َولَىْ َك ِريَ ْال َكافِرُون ِ َُّللاُ ُمتِ ُّم و
Artinya : “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (QS. Ash Shaff : 8) Wallahu A’lam