I’JAZUL QUR’AN Sebuah Maha karya Agung Tiada Tandingan
(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Diskusi kelompok Tujuh Pada Mata Ulumul Qur’an) Semester I Tahun Ajaran 2008-2009
Disusun Oleh:
ARIF RAHMAN ABDAL MUN’IM DEVI DARMASARI CIK UDA
NIM: 0821019 NIM: 0821001 NIM: 0821031 NIM: 0821022
Dosen Pembimbing: AHMAD RIFAI, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG 2008 I’jazul Qur’an
A. Pendahuluan Kehadiran al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, merupakan sebuah Maha Karya yang Agung dari Allah Swt sebagai sebuah landasan dan pedoman arahan hidup manusia. Yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi, yang tersumber hukum darinya, yang memberikan solusi poblematika, yang tersusun didalamnya ajaran-ajaran robbani. Dengan kedatangan al-Qur’an yang original dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad merupakan penyempurna terhadap kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan bukti kemukjizatan al-Qur’an yang tiada seorangpun yang dapat menirunya dan mendatangkan hal semisalnya. Al-Quran menantang orang-orang Arab yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk membuat hal yang serupa dengan al-Qur’an, Allah Swt berfirman;
ِ ن ُدو ن ْ شَهَداِءُكْم ّم ُ عوا ُ سوَرٍة ّمْثِلِه وَْد ُ عْبِدَنا َفْأُتوا ِب َ عَلى َ ب ّمّماَنّزْلَنا ٍ َوِإنُكنُتْم ِفي َرْي 23:ن)البقرة َ صاِدِقي َ ل ِإْنُكْنُتْم ِ )ا “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kam (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. alBaqarah;23) Dengan ini kemu’jizatan al-Qur’an merupakan sebuah keistimewaan sekaligus sebuah kekuatan yang dapat melemahkan manusia untuk bisa mendatangkan yang sejenis dengan al-Qur’an. Kemu’’jizatan al-Qur’an sebagai mana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab nampak dalam tiga hal pokok. Pertama pada redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya. Dalam makalah ini penulis mencoba memberikan secara umum pengertian mengenai I’jazul Qur’an yang dikaji dari beberapa referensi dan literatur al-qur’an. Sehingga kita sedikit terbantu dalam memahami kemujizatan al-Qur’an, baik pengertiannya, aspekaspeknya maupun kadar kemu’jizatannya.
B. Pengertian I’jaz al-Qur’an
Secara bahasa kata i’jaz diambil dari kata ‘ajzu yang berarti lemah. I’jaz dapat pula diartikan sebagai kemu’jizatan, yaitu sesuatu yang dapat melemahkan, yang membuat sesuatu atau pihak lain tak berdaya. Pada dasarnya al-Mu’jiz (yang melemahkan) itu adalah Allah Swt; yang menyebabkan selainnya lemah sebagai bentuk mubalaghah (penegasan) kebenaran berita mengenai betapa lemahnya orangorang yang didatangi Rasul untuk menentang mu’jiz tersebut.1 Sesuatu yang dinamakan mu’jizat (melemahkan) karena manusia lemah untuk mendatangkan yang sama dengannya atau saingannya, sebab mu’jizat memang datang berupa hal-hal yang bertentang dengan adat, keluar dari batas-batas faktor yang telah diketahui dan dipahami oleh manusia. Hal-hal luar biasa itu hanya bisa ditunjukkan oleh Allah2. I’jazul Quran (kemu’jizatan al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baik secara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu atau menyamainya. Yang dimaksud dengan kemu’jizatan al-Qur’an bukan berarti melemahkan manusia dengan pengertian melmahkan yang sebenarnya. Artinya memberi pengertian kepada mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an; menjelaskan bahwa kitab al-Quran ini haq, dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar3. Menurut para mutakillimin, mu’jizat adalah sesuatu yang berbeda dengan adat kebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan kebenaran kenabian para Nabi. At-Thusi mendefenisikan mu’jizat sebagai terjadinya sesuatu yang tidak biasa terjadi, atau terjadinya sesuatu yang menggugurkan sesuatu yang biasa terjadi yang disertai dengan perombakan adat kebiasaan sesuai dengan tuntunan.4
1
Abu Zahra An Najd, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), hlm. 17 2 Muhammad Ali Ash Shabuni, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102 3 Ibid, hlm. 103 4 Abu Zahra An Najd, Op.Cit., hlm. 17
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Ini dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masa dan memang beliau diutus oleh Allah untuk keselamatan seluruh manusia. Allah menjamin keselamatan dan kemurnian al-Quran sesuai dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an dan Kami pula yang menjaganya” (QS. 15:9). Kemu’jizatan al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah dan balaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. AlQur’an dalam beberapa ayatnya sengaja menantang seluruh manusai dan jin untuk membuat yang serupadengan al-Qur’an5 Alah berfirman:
َ ُ ْ ق ن َ ن ِ ل ل َئ ِ ع ْ عَلى أ َ م ْ نا ّ ج َ َ جت ُ ْ ت ال ِن ِ وال َ س ِ ْ َ قرآن ْ َ و َ له ن ِ ِ مث ْل ِ ِن ب ِ ِ يأتواب َ كا َ ليأُتو ْ َ ول َ ه ِ ْ ُ ذاال ِ ْ مث َ 88 :هيًرا )السراء َ ع ْ َ م ل ِب ْ َ )ب ُ ض ْ ه ِ ضظ ٍ ع
Artinya: Katakanlah sesungguhnya bila manusia dan jin berkumpul untuk membuat (sesuatu) yang serupa dengan al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalippun sebagian mereka menjadi penolong yang lain (QS. 17:88). Al-Qur’an adalah mu’jizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arab untuk menandingi al-Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu. Ini adalah merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada puncak kejayaannya.6 Syaikh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risalauah Tauhid menerangkan bagaimana dan kemauan bahasa serta sastra Arab pada masa turunnya al-Qur’an yaitu al-Qur’an diturunkan pada suatu masa dimana pada masa itu banyak sekali terdapat ahli-ahli pidato yang menguasai ilmu retorika dengan bagus. Kemudian ia berkata 5
Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90 Manna Khalil al Qathtan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380. 6
mengenai mengenai tantangan al-Qur’an terhadap ahli sastra tersebut; ”Benarlah bahwa al-Qur’an itu suatu mu’jizat. Telah berlalu masa yang panjang, telah silih berganti datangnya angkatan demi angkatan, tantangan al-Gur’an tetap berlaku, tetapi tak seorangpun yang dapat menjawabnya....Semua kembali dengan tangan hampa karena lemah dan tiada berdaya. Bu ankah lahirnya kitab al-Qur’an ini dibawa oleh seorang Nabi yang buta huruf (ummi), suatu mu’jizat yang terbesar yang dapat membuktikan bahwa ia bukan buatan manusia, memang sebenarnyalah ia mu’jizat untuk membuktikan Nabi Muhammad yang terpancar dari ilmu Ilahi”7 Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan kepada Nabi-Nabi yang lain ada dua jenis: hissi dan maknawi. Yang hissi, yaitu mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar. Dirasa, dan ditangkap oleh panca indra. Ia sengaja ditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dan kecerdasannya untuk menangkap keluar biasaan Allah. Yang maknawi, yaitu mu’jizat yang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indra semata, tapi harus dicapai dengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Hanya orang-orang yang mempunyai akal sehat dan kecerdasan yang tinggi, mempunyai hati nurani serta berbudi luhur sajalah yang mampu menangkap dan memahami kebesaran mu’jizat model ini. Kedua jenis ini diberikan kepada Nabi Muhammad dan al-Qur’an mengandung keduanya. Bahkan yang maknawi lebih besar porsinya dibanding dengan yang hissi. Al-Qur’an memang dipersiapkan untuk menghadapi dan memgendalikan segala zaman8. Misteri-misteri yang berhasil disingkapi oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah merupakan sebagian kecil dari fenomena alam. Hakikat-hakikat yang tinggi yang terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi Sang Pencipta san perencanaanNya. Itulah yang dikemukakandan diisyararatkan oleh al-Qur’an secara global9. 7
Tim Depag RI, Op.Cit., hlm. 91 KH. Munawar Khalil, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60 9 Muhammad al Qhazali Khalil, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah (Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76 8
C. Pendapat Para Ulama Tentang I’jaz al-Qur’an Setelah para ulama sepakat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena dzatnya, serta tidak seorangpun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebanding dengannya,
maka
pandangan
ulama
berbeda-beda
dalam
meninjau
segi
kemu’jizatannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-Qur’an adalah sesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing yang berbeda dengan susunan orang arab pada umumnya. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalm lafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah, karena al-Qur’an sastranya termasuk yang tidak ada bandingannya. Ulama lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena al-Qur’an terhinadar dari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yang ghaib di luaar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahuin ya, seperti halnya al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihan pendapat. Ada lagi yang berpendapat bahwavkemu’jizatan al-Qur’an adalah karena adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang terkandung dalam al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam menutup setiap surat10 Jumhur kaum Muslimin berpendapat bahwa al-Qur’an sendiri merupakan mu’jizat (mu’jizat bidzatihi). Maksudnya al-Qur’an dengan seluruh yang ada di dalamnya, termasuk struktur kalimat, balaghah, bayan (penjelasan), perundangprundangan (tasyri’), berita-beritaghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan mu’jizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa dengannya.11 10 11
Muhammad Ali Ash Sabuni, Op.Cit., hlm. 117-118 Abu Zahra An Najd, Op.Cit., hlm. 18
Syaikh az-Zarqani dalam Manahilul Irfan, yang sebagian pernah dituturkan oleh al-Qurtubi, menjelaskan bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena ia memiliki uslub yang sangat berbeda dengan uslub yang ada dalam tata bahasa orang Arab. Juga bentuk undang-undang bikinan manusia.12 D. Kadar Kemu’jizatan al-Qur’an Al-Qur’an secara terus menerus menantang semua ahli kesusastraan Arab untuk mencoba menandinginya, karena memang al-Qur’an berada di atas puncak yang tak mungkin diungguli dan al-Qur’an memang bukan kalimat manusia13 Golongan Mu’tazilah berpendapat behwa kamu’jizatan itu berkaitan dengan keseluruhan al-Quran, bukan dengan sebaginya, atau dengan setiap suratnya secara lengkap. Sebagaimana ulama berpendapat, kemu’jizatan itu sebagian kecil atau sebagian besar dari al-Qur’an, tanpa harus satu surat penuh juga merupakan mu’jizat, berdasarkan firman Allah Swt: “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal dengan al_Quran” (QS. 52:34) Ulama yang lain berpendapat bahwa kemu’jizatan itu cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat ataupun beberapa ayat14. Pendapat ini berpegang pada ayat-ayat yang berhubungan dengan seberapa benyak kadar al-Qur’an, untuk bisa disebut sebagai mu’jizat dan ini ada kaitannya dengan tantangan yang dilontarkan kepada ahli sastra pada saat itu. AlQuran telah mengajukan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis dengan al-Qur’an dengan keseluruhannya (QS. 17:88); dengan sepuluh surat (QS. 11:13); dengan satu surat (QS. 10: 38); dan dengan suatu pembicaraan yang menyerupai al-Qur’an (QS. 52:34). Namun demikian kita tidak berpendapat bahwa kemu’jizatan itu hanya terletak pada kadar-kadar tertentu saja. Kita dapat menemukan
12
KH Munawar Khalil, Op.Cit.,hlm. 38 Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1996), hlm. 414 14 Manna’ Khalil al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 378 13
dan merasakan pada bunyi-bunyi hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana kita dapatkan pada ayat-ayat dan surat-suratnya, bahwa al-Qur’an adalah kalamullah. Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jika seorang peneliti yang objektif mencari kebenaran al-Qur’an dari aspek manapun yang ia sukai, ia akan temukan kemu’jizatan itu meliputi tiga macam aspek, yaitu aspek bahasa, aspek ilmiah, dan aspek tasyri’ (penetapan hukum)15 Setiap manusia yang memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an akan menemukan rahasia-rahasia kemu’jizatan dari aspek bahasanya. Ia akan dapatkan kemu’jizatan itu dalam keteraturan bahasanya, bunyinya yang indah melalui nadanada hurufnya. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan Allah,
َ و َ د ُ ن ال َ َأ ه ِ ن ِ رالل ِ عْننن ِ ن َ كننا َ قننرآ َ فل َ ي ََتنندَب ُّرو ْ منن ْ َ ول َ ن ِ ْ غي َ ِ خت 82 :لفا ًك َث ِْيرا ً )النساء ْ ها ِ دوا ِ في ُ ج َ و َ َ )ل Artinya : Dan sekiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan mendapatkan pertentengan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82) Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa perkataan manusia, bila terlalu banyak maka akan banyak terjadi kesalahan dan kontradiksi di dalamnya. Sedangkan al-Qur’an, tidak demikian. Semakin banyak dibaca akan seakin tampak keselarasan, keindahan dan pesonanya. Itulah bedanya al-Qur’an dengan perkataan manusia. Kemu’jizatan ilmiah al-Qur’an bukanlah terletak pada cakupannya pada teoriteori ilmiah yang selalu baru dan berubah sebagai hasil usaha manusia melalui pengamatan dan penelitian, tetapi terletak pada semangatnya memberikan dorongan pada manusia untuk berpikir menggunakan otaknya. Semua persoalan atau kaidah ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi dari kegiatan berpikir yang dianjurkan al-Qur’an. Al-Qur’an telah membangkitkan pada diri setiap muslim kesadaran ilmiah untuk memikirkan, memahami dan menggunakan akal sesuai dengan firman Allah; 15
Ibid.
َ ِ )ك َذَل َ ِت ل َ ُك ن ُ ص 28:ن )الروم ِ ع ِ ل الَيا َ قُلو ْ َ قوم ٍ ي ّ ف Artinya : “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. 30:28) Al-Qur’an menganjurkan manusia memiliki semua sifat utama seperti sabar, jujur dan berbuat baik, santun, pemaaf dan tawadlu’. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, maka al-Qur’an memulai dengan pendidikan untuk meluruskan gharizah-gharizahnya, membimbing ke arah kebaikan. Di sinilah kemu’jizatan al-Qur’an tampil sebagai obat16. Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-Qur’an itu tampak dalam tiga hak pokok. Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra bahasa Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkannya. Katiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.17 Al-Qur’an itu mu’jizat dengan segala makna yang dibawa dan yang dikandung oleh lafazh-lafazhnya. Al-Qur’an mu’jizat dalam lafazh-lafazhnya dan uslub-uslubnya. Satu huruf darinya merupakan bagian mu’jizat yang diperlukan oleh lainnya dalam ikatan kata; suatu kata yang berada di tempatnya juga merupakan bagian mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada di tempatnya merupakan mu’jizat dalam jalinan surat18 Al-Qur’an menawarkan ajaran-ajaran operatif mengenai alam ghaib, kebenaran-kebenaran spiritual dan masalah-masalah lain umat manusia pada umumnya. Karena alasan-alasan ini tak seorang pun akan berhasil menciptakan sesuatu yang serupa dengan al-Qur’an. Fungsi al-Qur’an adalah untuk memberikan jawaban bagi berbagai persoalan dan memberi jalan keluar bagi setiap permasalahan yang terjadi dan dihadapi oleh umat manusia. 16
Ibdi., hlm. 379 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62 18 Manna’ Khalil al-Qaththan, Op.Cit., hlm. 337 17
E. Kesimpulan Dari makalah yang telah dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya I’jazul Qur’an
merupakan
sebuah kekuatan,
keunggulan
dan
keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untuk bisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan alQur’an bereti Allah menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq. Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan menantang orang-orang Arab yang memiliki kemampuan sastra yang tinggi, namun tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahan susunan ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan bukti kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada ipuncak kejayaannya. Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi yang lainnya ada dua jenis; Pertama, mu’jizat yang berbentuk hissi, yaitu kemu’jizatan yang dapat dilihat oleh mata, didengar, dirasa serta ditangkap oleh panca indra. Kedua, mu’jizat yang berbentuk maknawi, yaitu kemu’jizatan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, namun bisa ditangkap dengan kecerdasan akal berpikir.’ Kedua mu’jizatan Ini juga dimiliki al Qur’an, bahkan yang maknawi porsinya lebih besar dari pada hissi. Misteri-misteri yang berhasil diungkapkan oleh pengetahuan modern hanyalah sebagian kecil dari perencanaan Allah yang telah di isyarat dalam al Qur’an secara global. Kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi tiga aspek, Pertama, aspek bahasa yang memiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta keindahan sastra yang terkandung didalamya. Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada teori-teorinya dan ilmu pengetahuan yang mantap dan meyakinkan. Ketiga, aspek tasyri’ yang berperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan hidup. F. Penutup Ini saja yang dapat kami berikan, semoga makalah ini bisa memberikan sedikit kontribusi yang berarti bagi kita semua, dan menjadi amal jariyah bagi kami.
Dengan segala kekurangan kami ucapkan maaf dan terima kasih atas kesediaannya dalam membahasnya makalah ini.
Daftar Pustaka
An Najd, Abu Zahra, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), hlm. 17 Ash Shabuni, Muhammad Ali, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102 Ash-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Al Qur’an, terjemah Tim Pustaka Firdaus (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1996), hlm. 414 Al Qathtan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380. Khalil, Munawar, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60 Khalil, Muhammad al Qhazali, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah (Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76 Shihab, M. Quraish, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62 Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90