HAK-HAK WANITA HAMIL Dalam pelayanan asuhan kehamilan, Bidan dan tenaga professional lainnya harus mempertahankan hak – hak ibu dalam menjalankan masa kehamilan. Beberapa hak – hak wanita ini bisa digunakan sebagai pedoman. 1. Wanita hamil berhak mendapatkan perawatan pada masa kehamilan yang dikenal dengan Antenatal Care (ANC). ANC merupakan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil selama kehamilannya (Depkes, 1994). ANC selama kehamilan terdiri dari tiga kunjungan kali kunjungan baik di puskesmas maupun rumah sakit. 2. Menurut UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 hanya berlaku bagi istri yakni pada pasal 14: “Kesehatan istri meliputi masa prakehamilan, kehamilan, pascapersalinan dan masa di luar kehamilan dan persalinan. Artinya, belum mengatur semua khususnya pada kasus kehamilan di luar hubungan suami-istri (pemerkosaan, remaja hamil di luar nikah). 3. Pada Nomor 7 Tahun 1984 Pasal 12: Negara wajib menjamin pelayanan kehamilan, persalinan dan pascapersalinan. 4. UU Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 1997 (UUK). UU ini tidak mengatur Secara tegas mengenai hak-hak reproduksi buruh perempuan seperti cuti haid, melahirkan dan menyusui yang sebelumnya diatur dalam UU No.12 Tahun 1948 tentang UU Kerja. Dalam UU Tenaga Kerja Pasal 13 (Ayat 1,2,3): a. Ayat 1 : Buruh wanita tidak diperbolehkan bekerja pada hari pertama haid, b. Ayat 2: Buruh wanita harus diberi istirahat selama satu setengah bulan sebelum saatnya melahirkan menurut perhitungan dan setelah melahirkan anak atau mengalami keguguran. c. Ayat 3: Dengan tidak mengurangi yang telah ditentukan pada Ayat 1 dan 2, buruh wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya kalau hal ini dilakukan selama waktu kerja.
5. Hak – hak wanita khususnya yang berkaitan dengan Reproduksi a. Hak untuk Hidup b. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan c. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi d. Hak privasi e. Hak kebebasan berpikir f. Hak atas informasi dan edukasi g. Hak untuk memilih menikah atau tidak serta untuk membentuk dan merencanakan sebuah keluarga h. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak i. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan j. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan k. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik, dan Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan. 6. Dalam pembukaan UU HAM Tahun 1999 sudah menjamin wanita hamil berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus. 7. Berdasarkan UU, maka ibu hamil bisa meminta seseorang yang sehat berdiri dan memberinya tempat duduk. Dan sopir berhak menyuruh penumpang lain berdiri dan memberikan tempat duduk. Jika tidak, maka bus yang menaikkan orang hamil tanpa memberkannya tempat duduk bisa disebut melanggar UU HAM. 8. Menurut UU HAM Nomor 39 Pasal 48: Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. 9. Menurut UU HAM Nomor 39 Pasal 49: 1) Wanita berhak untuk memilih, dipilih, dingkat dalam pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan. 2) Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita. 3) Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum. 4) Pasal 50: Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak melakukan perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya.
10. Deklarasi Barcelona 23 – 27 September 2001 tentang hak – hak wanita a. Melahirkan merupakan pilihan yang bebas b. Memperoleh pendidikan dan informasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, dan perawatan BBL c. Mendapatkan jaminan dan dari pemerintah di Negara manapun untuk memperoleh pertolongan yang benar dan suatu kehamilan tanpa resiko d. Memperoleh informasi yang benar tentang prosedur dan perkembangan teknologi tersebut terhadap kehamilan , persalinan dan prosedur yang paling aman e. Memperoleh gizi yang cukup selama kehamilan f. Tidak dikeluarkan dari pekerjaan hanya karena kehamilan g. Tidak menerima diskriminasi dan hukuman yang diberikan masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan h. Kelahiran tidak boleh dibatasi atas dasar tatanan sosial i. Membagi tanggung jawab dengan suami berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam proses reproduksi j. Mendapatkan informasi tentang keuntungan menyusui dan diberikan dorongan agar segera
menyusui setelah melahirkan berhak turut dalam pengambilan keputusan yang mungkin memengaruhi dirinya dan janinnya k. Wanita yang melahirkan di institusi berhak memutuskan mengenai pekerjaan, tempat dan praktek secara kultural yang dianggap penting bagi individu l. Wanita hamil dengan ketergantungan obat, AIDS, penyakit kelamin ataupun masalah sosial yang memungkinkan mereka dijauhi masyarakat berhak mendapatkan pertolongan khusus. 11. Pasien hamil memiliki hak, yang ditujukan pada pemberian obat atau tindakan, akan mendapat penjelasan oleh petugas kesehatan yang memberikan asuhan padanya tentang efekefek potensial langsung atau tidak langsung, risiko atau bahaya terhadap dirinya atau bayinya yang belum lahir atau bayinya yang baru lahir yang mungkin diakibatkan dari penggunaan obat yang diresepkan atau tindakan-tindakan yang diharus selama masa kehamilan, persalinan, kelahiran atau menyusui. 12. Pasien hamil memiliki hak, sebelum dilakukan terapi, berhak untuk mendapatkan informasi tidak hanya tentang keuntungan-keuntungan, risiko-risiko dan bahaya dari terapi yang diberikan, tetapi juga terapi alternatif, seperti tersedianya kelas-kelas pendidikan melahirkan anak yang dapat mempersiapkan pasien hamil secara mental dan fisik untuk mengatasi ketidak nyamanan atau stres selama masa kehmilan dan pengalaman melahirkan anak, dengan demikian mengurangi atau meniadakan kebutuhannya akan obat dan intervensi obstetrik. Ia harus diberikan informasi tersebut sejak awal kehamilannya dengan tujuan agar ia membuat suatu keputusan yang cukup beralasan. 13. Pasien memiliki hak, sebelum memberikan obat apasaja, untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan yang meresepkan atau memberikan obat padanya bahwa setiap obat yang ia dapatkan selama masa kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, tidak perduli bagaimana dan kapan obat tersebut diminum atau diberikan, yang dapat memberikan efek buruk pada bayinya yang belum lahir, secara langsung atau tidak, dan bahwa tidak terdapat
obat atau bahan-bahan kimia yang telah terbukti aman untuk bayi yang dikandungnya. 14. Pasien hamil mempunyai hak, bila diantisipasikan akan dilakukan seksio sesaria
Tipe-Tipe Asuhan Kehamilan Latar belakang Berfokus pada rawat jalan dari ibu dan bayi dan menekankan pada promosi kesehatan, pendidikan dan pencegahan penyakit dan melihat wanita sebagai pusat untuk proses asuhan keperawatnya Berdasarkan Kehamilan dan kelahiran adalah peristiwa yang normal Berorientasi pada wanita Komponen Asuhan kehamilan : - memantau keadaan fisik, - psikologis, spiritual dan kesejahteraan sosial ibu/keluarga melalui siklus reproduksi, - memberikan penyuluhan antenatal care - memberikan pendidikan pada ibu secara individu, - mendampingi terus menerus selama persalinan, - dukungan lanjutan selama masa nifas, - mengurangi tindakan yang bersifat, tehnologi - identifikasi serta merujuk ibu yang membutuhkan penanganan spesialis obstetrik atau yang lain Pola asuhan Mandiri (Manajemen Sendiri)
Konsultasi (tetap bertanggung jawab dan meminta nasehat atau pendapat dokter atau anggota lain) Kolaborasi (Menangani asuhan secara bersama) Rujukan (Mengirim dan mengarahkan klien ke dokter atau profesi kesehatan lain) Hak-hak wanita hamil Berhak mendapatkan keterangan mengenai kesehatannya Berhak mendiskusikan keprihatinannya di dalam lingkungan dimana dia merasa percaya Berhak mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilaksanakan Berhak mendapatkan privasi dihormati Berhak dibuat senyaman mungkin ketika menerima layanan Berhak mengutarakan pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang diterimanya Tenaga Profesional Asuhan Kehamilan Dokter Spesial dalam ilmu kebidanan dan kandungan Dokter bukan spesialis yang mempunyai banyak pengalaman di bidang kebidanan Dokter umum Bidan Publik health nurse Tenaga dalam bidang kesehatan anak Tenaga dalam pelayanan sosial Peran Bidan Dalam Asuhan Kehamilan Peran sebagai Pelaksana asuhan pelayanan kebidanan
dapat bekerja mandiri melakukan pelayanan kebidanan primer sesuai dengan wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan dengan pendekatan pemecahan masalah dan prinsip-prinsip manajemen kebidanan Peran bidan sebagai pengelola bidan
memimpin
dan
mengkoordinasikan
pelayanan
kebidanan
sesuai
dengan
kewenangannya Peran bidan sebagai peneliti dengan dasar keilmuan yang milikinya dapat melakukan penelitian baik secara mandiri atau bersama atau sebagai anggota kelompok peneliti Peran bidan sebagai pendidik sesuai dengan tugasnya melakukan penyuluhan kepada individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam lingkup tanggung jawabnya. Diwajibkan pula membimbing siswa bidan, dukun kader desa di dalam bidang pelayanan kebidanan
Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan
Tanggung Jawab terhadap peraturan perundang-undangan Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani Tanggung jawab terhadap profesi Tanggung jawab terhadap masyarakat
1. Pengertian Asuhan kehamilan atau sering disebut Ante Natal Care (ANC) adalah asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum kelahiran (Pusdiknas, 2001). Asuhan kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001).
1. Tujuan Asuhan Kehamilan 1. Tujuan Menurut Saifuddin (2002), asuhan kehamilan atau yang sering disebut Ante Natal Care (ANC) bertujuan untuk:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali
secara
dini
adanya
ketidaknormalan
atau
komplikasiyang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2. Cakupan Asuhan Kehamilan Dalam rangka program pelayanan ANC dalam penilaian untuk menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi TT2 dan cakupan pemberian Fe ?90 tablet pada ibu hamil.
Tanda-Tanda Bumil yang Sehat
o Cukup tenaga dan bersemangat o Nafsu makan baik o Tidak pusing-pusing dan tidak mengalami perubahan penglihatan o Tidak mual dan muntah yang berlebihan o Tidak ada gatal-gatal dari vagina o Tidak ada darah/ cairan vagina yang berbau o Tidak merasa panas di saluran kemih ketika BAK o Tidak ada kesulitan bernafas
o Tidak ada rasa nyeri yang berarti pada perut, punggung, tungkai o Tidak ada bengkak pada tangan dan wajah
Tanda-Tanda Bahaya dalam Kehamilan
o Perdarahan pervaginam o Nyeri kepala hebat dan atau berulang o Gangguan penglihatan o Bengkak pada tangan atau / dan muka o Janin tidak banyak bergerak seperti biasa atau tidak bergerak sama sekali
o Ketuban pecah dini
Pemeriksaan Ibu Hamil
o Anamnesa
Identitas
Keluhan utama
Riwayat kesehatan (sekarang, yang lalu, keluarga)
Riwayat haid
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat perkawinan
Riwayat psikososial spiritual
o Pemeriksaan
Pemeriksaan umum (kesadaran, keadaan umum, TTV, TB, BB dan Lila)
Pemeriksaan kebidanan
1. Inspeksi : kepala- ekstremitas (kaki) 2. Palpasi : menurut Leopold 4 bulan Tujuan : 1. Leopold I : menentukan TFU (untuk mengetahui usia kehamilan) bagian apa terdapat di fundus 2. Leopold II : Menentukan bagian apa yang terdapat pada sisi kanan dan kiri perut ibu 3. Leopold III : Menentukan apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu dan apakah bagian terbawah tersebut sudah/ belum masuk PAP 4. Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terbawah masuk PAP 3. Auskultasi 1. Alat stetoskop monoral → DJJ terdengar akhir bulan ke V (20 minggu) 2. Tentukan punctum maximum : Preskep : 1-2 cm di bawah pusat kanan/ kiri Presbo : 1-2 cm di atas pusat kanan/ kiri 3. Denyut jantung (+)/(-), frekuensi 120-160 x/menit, di hitung selama 1 menit, irama teratur/ tidak, kekuatan kuat/ lemah
4. Perkusi Reflek patella : (+)/(-)
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Urine (PP test, reduksi, protein urine)
Darah (Hb → ANC 1 dan di ulang setiap 3 bulan) dan golongan darah
1. USG 2. Rontgen 1. Pemeriksaan Panggul 1. Distansia Spinarum Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (23-26 cm) 2. DIstansia Cristarum Jarak yang terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri (26-29 cm) 3. Conjugata ekterna (Boudeloque) Jarak antara pinggir atas symphysis dan ujung procesus spinosus ruang tulang lumbal ke V (18-20 cm) 4. Ukuran lingkar panggul Dari pinggir atas symphysis ke pertengahan antara spinailiaca anterior superior dan trochanter major yang sama di pihak yang lain (80-90cm) Ukuran-ukuran luar ditentukan dengan jangka panggul kecuali ukuran lingkar panggul yang diambil dengan pita pengukur Cakupan asuhan kehamilan :
Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan baru ibu hamil adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. K1 dipakai sebagai indicator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan. Angka cakupan K1 yang diperoleh dari jumlah K1 dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil diwilayah tersebut.
Kunjungan antenatal keempat (K4)
Kunjungan ibu hamil keempat K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk menndapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut: minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali pada trimester II, dan minimal 2 kali pada trimester III atau tidak ada kunjungan pada trimester I, 2 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III. Angka cakupan K4 diperoleh dari jumlah K4 dalam satu tahun. Dalam pengolahan program KIA disepakati bahwa cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), yang dipakai sebagai indicator tingkat perlindungan ibu hamil.
Pemberian suntikan TT2
Salah satu standar minimal pelayanan antenatal adalah pemberian imunisasi TT sebanyak dua kali selama kehamilan. tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari Tetanus Neonaturum. Pemberian baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurangkurangnya dua kali dengan interval minimal empat minggu, kecuali bila sebelumnya telah pernah mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali saja (TT ulang). Angka cakupan TT2 diperoleh dari jumlah ibu hamil yang TT2 dalam satu tahun dibagi jumlah sasaran ibu hamil diwilayah kerjanya.
Pemberian tablet besi pada ibu hamil
Tujuan pemberian tablet besi adalah unutk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhannya meningkat. Ibu yang menderita anemia cenderung akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Angka cakupan Fe ?
90 tablet diperoleh dari jumlah ibu hamil yang memperoleh Fe 90 tablet dibagi dengan jumlah sasaran ibu ha,mil di wilayah kerja tersebut.
1. Kebijakan dalam ANC Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan segera setelah ibu merasa dirinya hamil. Pemeriksaan ini akan membantu persiapan dan cara merawat diri sendiri selama kehamilan. pemeriksaan ini juga untuk memastikan bahwa semua masalah kesehatan yang timbul akan segera dirawat secara dini. Waktu yang paling tepat untuk bertemu dengan tenaga kesehatan untuk memastikan kehamilan ibu adalah 14 hari setelah tidak menstruasi atau antara 12 sampai 21 hari.
Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan (WHO) dalam Saifuddin (2002): 1. Satu kaliu pada trimester I (sebelum 14 minggu) 2. Satu kali pada trimester II (antara minggu ke 14-28 minggu) 3. Dua kali pada trimester III (antara minggu ke 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Dinkes (1998), standar minimal pelayanan ANC adalah "14 T" yaitu: 1. Timbang berat badan 2. Tekkanan darah 3. Tinggi fundus uteri 4. Tetanus toxoid lengkap 5. Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Tes penyakit menular seksual (PMS)
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan 8. Terapi kebugaran 9. Tes VDRL 10. Tes reduksi urine 11. Tes protein urine 12. Tes Hb (Haemoglobin) 13. Terapi iodium 14. Terapi malaria
Trimester I
o Timbang berat badan o Ukur tekanan darah o Tes penyakit menular seksual o Tes HB o Tes Malaria o Therapy iodium o Tes VDRL
Trimester II
o Timbang berat badan o Ukur tekanan darah o Tetanus toksoid lengkap o tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil
Trimester III
o Timbang berat badan o Ukur tekanan darah o Rtinggi fundus uteri o Therapy kebugaran o Tes reduksi urin o Tes protein urin o Tes HB o Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Kebiijakan Teknis
Pennatalaksanaan ibu hamil menurut Saifuddin (2002) secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut: 1. Mengupayakan kehamilan yang sehat 2.
Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman 4. Perencanaan antisipatif dan persipan diri untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
1. Pelaksannaan dan Tempat Pelaksanaan ANC 1. Pelaksana Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan desa, dan bidan praktek swasta), dan perawat yang sudah dilatih pemeriksaan kehhamilan.
2. Tempat pelaksanaan ANC
1. Posyandu 2. Polindes 3. PKD 4. Puskesmas pembantu 5. Puskesmas 6. Rumah sakit pemerintah atau swasta 7. Dokter atau Bidan praktek swasta 8. Rumah bersalin 9. Rumah penduduk (pada kunjungan rumah/ kegiatan puskesmas)
2. Konseling dalam Kehamilan Dalam memberikan pelayanan ANC, hendaknya pemberi pelayanan benar-benar bekerja sesuai standart yang telah ditetapkan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan setelah memberikan pelayanan ANC adalah pendidikan prenatal dan konseling kepada ibu hamil, suami dan keluarga (Hamilton, 1995). Salah satu hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan standart pemeriksaan dan pemantauan antenatal oleh bidan adalah ibu hamil, suami, keluarga, dan masyarakat mengetahui tanda bahaya dalam kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan (Depkes RI, 2001) Konseling pada ibu hamil harus terintegrasi dalam pelayanan ANC. Konseling diberikan untuk memberikan penjelasan tentang cara menjaga kehamilan agar tetap sehat. Infoormasi yang diberikan pada saat konseling adalah tentang fisiologi kehamilan dan persalinan, pentingnya
perawatan diri selama hamil, keuntungan pemberian ASI pada bayinya kelak, persiapan untuk persalinan, persiapan untuk bayi baru lahir, pengaturan untuk transportasi bila terjadi keadaan darurat pada ibu dan bayi, dan cara KB sesudah melahirkan (Depkes RI, 1999). Informasi yang diberikan saat konseling harus disampaikan secara bertahap setiap kali datang dan ditambah hal-hal baru. Ini dimaksudkan agar pemberian konseling lebih efektif, sehingga ibu hamil dapat mengerti dan memahami informasi dengan benar dan melaksanakan sesuai dengan yang diharapkan dalam pemberian konsling hendaknya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan juga harus diinformasikan, seperti perdarahan, nyeri kepala hebat atau berulang, gangguan penglihatan, bengkak pada tangan dan wajah, nyeri hebat pada uluh hati, demam, dan janin tidak bergerak seperti biasa. Ini penting agar ibu hamil dan suami dapat mengidentifikasi tanda dan gejala tersebut, sehingga dapat sesegera mungkin mendapat pertolongan kepada tenaga kesehatan yang berkompeten (Depkes RI, 1999) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam asuhan kehamilan secara umum menurut Manuaba (1999) adalah:
Masalah umum
Selama hamil, istri sebagian besar diantar suami dalam memeriksakan kehamilannya. Dengan demikian suami istri akan mendapatkan pengertian yang sama dan diharapkan timbulnya gejala klinis yang berat dapat dikurangi bahkan sama sekali tidak terjadi (Manuaba. 1999). Pada kehamilan yang tidak diterima dengan berbagai alasan dapat menimbulkan berbagai masalah klinik yang memberatkan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus menanamkan pengaruh yang positif dalam kehamilan dan pendekatan yang lebih (Manuaba, 1999).
Nutrisi selama kehamilan
Nutrisi pada wanita hamil harus mensuplai kebutuhan ibu dan janin. Makanan bergizi bagi ibu hamil adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi.
Pemasukan makanan ibu hamil pada triwulan I sering mengalami penurunan karena menurunnya nafsu makan dan sering timbul muaal muntah, tetapi makanan ini harus tetap diberikan seperti biasa. Untuk mengatasi mual dan mun tah sebaiknya porsi makan ibu hamil diberikan lebih sedikit dengan frekuensi pemberian sering. Kehamilan triwulan III, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik dan ibu sering merasa lapar. Pada masa ini hindari makanan yang berlebihan, sehingga berat badan tidak naik terlalu banyak bahan makanan yang mengandung lemak dan hidrat arang seperti yang manis-manis dan gorengan perlu dikurangi.
Hygiene selama kehamilan
Hygiene umum meliputi pakaian yang sudah disesuaikan dengan perubahan postur tubuh dan alas kaki yang aman. Mandi untuk merangsang sirkulasi, menyegarkan, menghilangkan kotoran tubuh serta pemeliharaan gigi harus diperhatikan karena karies dan gingivitis dapat mengakibatkan komplikasi seperti sepsis, septicemia, dan lain-lain.
Eliminasi
Sering berkemih merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama dan terakhir masa kehamilan, karena rongga perut dipenuhi oleh uterus dan peningkatan sensitifitas kongesti darah. Konstipasi juga sering terjadi karena aksi hormonal yang mengurangi peristaltik usus dan pembesaran uterus yang menahannya.
Perawatan payudara
Payudara harus dipersiapkan untuk fungsinya dalam menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi segera setelah lahir.
Hubungan seksual
Frekuensi, intensitas, posisi untuk kegiatan seksual memerlukan penyesuaian bagi wanita hamil karena perubahan kontur tubuh.
Aktifitas dan istirahat
Hindari pekerjaan dan aktivitas yang melelahkan, istirahat yang cukup (paling sedikit satu jam pada siang hari) akan sangat baik untuk ibu hamil.
Bahan berbahaya lainya.
Tembakau dan alcohol harus dihindari, karena dapat berakibat tidak baik untuk ibu dan janin.
Dukungan sosial
Dalam hal ini dukungan dari suami, keluarga, dan masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan asuhan kehamilan.
1. Partisipasi Suami dalam Asuhan Kehamilan 1. Pengertian Partisipasi dalam kesehatan reproduksi adalah bentuk nyata dari kepedulian dan keikutsertaan suami dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan reproduksi. Asuhan kehamilan merupakan salah satu bentuk dari upaya pemeliharaan reproduksi (BKKBN, 2000). Kesehatan reproduksi merupakan suatu kesehatan dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya (BKKBN, 2001).
2. Pentingnya Partisipasi Suami dalam Asuhan Kehamilan
Partisipasi suami saat kehamilan penting dan dapat membantu ketenangan jiwa istri. Kasih sayang dan belaian suami masih tetap penting sehingga tampak keharmonisan rumah tangga menjelang kehadiran buah cinta yang diharapkan. Suami dapat membantu beberapa tugas istri sehingga istri lebih banyak istirahat terutama menjelang bersalin. Suami dapat membelikan dan membacakan bacaan yang bermanfaat sesuai pandangannya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan janin makin baik. Bila masih ada kemungkinan untuk rekreasi di luar rumah untuk menumbuhkan jiwa seni janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Dalam situasi mengidam, mungkin istri memerlukan bantuan suami untuk mendapatkan makanan yang diinginkan. Dengan demikian telah memberikan perhatian khusus pada janin dan ikut serta memelihara kejiwaan secara tidak langsung (Manuaba, 1999). Menurut BKKBN (2001) partisipasi suami dalam asuhan kehamilan dapat ditunjukkan dengan:
Memberikan perhatikan dan kasih sayang kepada istri
Mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan minal 4 kali selama kehamilan
Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemi Menentukantempat
persalinan
(fasiloittas
kesehhatan)
bersama
istribsesuai
dengan
kemampuan dan kondisi masing-masing daerah
Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan selama kehamilan (perdarahan, eklampsi dan lain-lain)
Menyiapkan biaya persalinan.
Perkembangan program perlindungan kesehatan reproduksi wanita tidak lepas dari partisipasi suami oleh karena itu target utama GSI ditingkat keluarga adalah pemberdayaan suami agar lebih perhatian terhadap istri. Upaya meningkatkan partisipasi suami tersebut perlu dicari terobosan dengan memperhatikan faktor-fakttor spesifik yang mempengaruhinya sehingga menimbulkan kesadaran dan kemauan dari para suami untuk lebih menyadarkan dirinya dalam berbagai tanggung jawab (sharing responsibility) hal-hal yang biasa dilakukan oleh istrinya.
HAK-HAK IBU DALAM LAYANAN ANC Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu : 1. Mendapatkan keterangan mengenai kondisi kesehatannya. Informasi harus diberikan langsung kepada klien (dan keluarganya). 2. Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya. 3. Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan terhadapnya. 4. Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur. 5. Menerima layanan senyaman mungkin. 6. Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
TENAGA PROFESSIONAL ASUHAN KEHAMILAN a. Bidan/ midwives b. Dokter umum c. SPOG/ dokter spesialis obstetric dan ginekology d. Team/ antara dokter dan bidan
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM ASUHAN KEHAMILAN Peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kehamilan adalah: 1. Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi 2. Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan obstetric
3. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan social ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan immunisasi. 4. Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa nifas yang normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan social.
TREND & ISSUE TERKINI DALAM ANC 1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care) Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan. Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2. ANC pada usia kehamilan lebih dini Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah
yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.
3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice) Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut: a. Kunjungan ANC Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan : Kunjungan Waktu Alasan Trimester I Sebelum 14 minggu - Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa. - Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya) - Membangun hubungan saling percaya - Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi. - Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb). Trimester II 14 – 28 minggu - Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria) Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.
b. Pemberian suplemen mikronutrien : Tablet gyang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.
c. Imunisasi TT 0,5 cc Interval Lama perlindungan % perlindungan TT 1 Pada kunjungan ANC pertama - TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80% TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95% TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99% TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%
TERMINOLOGI YANG UMUM PADA ANC ( Untuk Role Play) 1. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan (hasil konsepsi) sebelum akhir minggu ke 20. 2. ANC(antenatal care) adalah asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum persalinan atau prenatal care 3. Antenatal / antepartum adalah sebelum persalinan 4. Neonatal dini adalah tujuh hari pertama setelah bayi lahir (usia bayi 0-7 hari) 5. Ektopik adalah suatu kehamilan yang terjadi diluar rahim
6. DJJ (Detak Jantung Janin): dihitung selama 1 menit dengan nilai normal 120 sampai 160 permenit 7. Gestasi adalah usia kehamilan atau lamanya waktu sejak konsepsi 8. Gravida adalah jumlah berapa kali seorang wanita hamil / jumlah kehamilan 9. HB/ haemoglobin adalah salah satu tindakan laboratorium yang dilakukan pada masa antenatal care 10. Intrapartum adalah selama dalam persalinan 11. IUFD adalah Intra Uterine Fetal Death atau kematian janin dalam rahim 12. IUGR atau Intra Uterine Growth retardation/ Restriction adalah pertumbuhan janin yang terlambat didalam rahim 13. LMP adalah Last Menstrual period atau hari pertama haid terakhir 14. Multigravida adalah seorang wanita yang sudah pernah hamil 2 kali atau lebih 15. Multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya 2 kali atau lebih 16. Neonatal adalah 28 hari pertama setelah bayi lahir (usia bayi 0-28 hari) 17. Nulligravida adalah seorang wanita yang belum pernah hamil 18. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu/ belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup diluar rahim 19. Paritas atau para adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) 20. Parturience adalah seorang wanita yang sedang dalam persalinan 21. Parturient atau confinement adalah proses persalinan dan kelahiran 22. Perinatal adalah periode antara 28 minggu usia kehamilan dan hari ke 28 setelah bayi lahir
23. Postnatal atau postpartum adalah masa setelah persalinan 24. PPH atau Postpartum Hemorrhage adalah perdarahan yang hebat se5telah persalinan / perdarahan paska persalahan 25. Premature adalah seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan antara 28 dan 37 minggu 26. Prenatal adalah selama kehamilan 27. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya 28. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih 29. A term atau full term adalah seorang bayi yang lahir setelah usia kehamilan 37 minggu 30. Trimester adalah periode selama 3 bulan (Buku Panduan Asuhan pada Antenatal, Depkes RI, 2000)
Hak-Hak Perempuan Sejak Hamil Hingga Pasca Melahirkan Artikel
digg
3
Email Share
Sharebar
Kehamilan bagi kebanyakan pasangan suami istri merupakan masa yang sangat ditunggu-tunggu. Namun, ada pula kehamilan yang merupakan hal yang sangat dihindari, dengan berbagai alasan yang bisa diterima maupun tidak, misalnya alasan kesehatan, keuangan dan mungkin karena pasangan tersebut belum terikat perkawinan yang sah, sehingga kadang-kadang memutuskan untuk melakukan aborsi. Disadari atau tidak, perempuan sebenarnya memiliki hak penuh untuk hamil atau tidak hamil, karena perempuanlah nantinya yang bertanggung jawab atas janin yang dikandungnya dan melahirkannya. Namun demikian, kenyataannya masih banyak perempuan yang kurang paham mengenai hak ini, sehingga ia beranggapan bahwa perempuan “wajib hamil” atau “tidak hamil” itu untuk suami dan negara. Dengan kata lain, kehamilan diatur menurut kepentingan laki-laki dan politik. Contohnya masih sering kita dengar bahwa si A diceraikan oleh suaminya karena tidak bisa hamil. Lalu ada juga kisah bahwa dengan adanya program pemerintah mengenai keluarga berencana, yang pada jaman dulu dan mungkin juga sampai sekarang, masih ada yang mengartikan sebagai “larangan hamil” jika telah memiliki anak lebih dari 2 atau 3 anak.Sebagai perempuan yang pernah hamil dan melahirkan, penulis merasakan pentingnya para perempuan hamil mengetahui hak-haknya yang secara hukum juga telah diatur dalam beberapa peraturan perundangan. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa, dari sejak perempuan hamil sampai dengan pasca melahirkan harus diberi hak yang lebih karena dari perempuanlah manusia-manusia di dunia ini terlahir. Bahkan ada pepatah yang mengatakan
bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. Untuk itu, perlindungan terhadap perempuan, khususnya pada saat hamil sampai dengan pasca melahirkan baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga dan suami adalah “wajib” adanya.Tulisan ini dibuat dengan tujuan antara lain: 1. Agar perempuan, khususnya yang sedang hamil sampai dengan pasca melahirkan, mengetahui hak-haknya, karena pada beberapa kasus sering ditemukan, bahwa masih banyak perempuan hamil yang tidak atau belum mengetahui adanya hak-hak yang ada selama dia hamil sampai dengan pasca melahirkan. 2. Agar orang lain, yaitu pemerintah, masyarakat, keluarga dan terutama suami memberikan hak-haknya, sehingga tercipta suasana yang harmonis, yang pada akhirnya dapat membantu para perempuan yang sedang mengandung dapat merawat janin, melahirkan dan membesarkan bayinya menjadi manusia yang berguna bagi orang tua, agama, bangsa dan negara. 3. Agar pemerintah, baik pembuat dan pelaksana kebijakan, dapat melaksanakan kewajibannya secara sinkron, sehingga tercipta suatu perlindungan terhadap perempuan sejak mereka hamil sampai dengan pasca melahirkan.Dalam tulisan ini perlu adanya batasan untuk menjelaskan siapa yang disebut perempuan hamil itu, hak-hak apa saja yang seharusnya mereka peroleh pada saat hamil sampai dengan pasca melahirkan, sejak kapan hamil itu, dan apa saja yang harus dilakukan oleh semua pihak dalam memenuhi hak-hak perempuan hamil sampai dengan pasca melahirkan tersebut.Siapa Saja Yang Disebut Perempuan Hamil Itu? Undang-Undang Kesehatan antara lain mengatur bahwa kesehatan istri meliputi masa prakehamilan, kehamilan, pascapersalinan dan masa di luar kehamilan dan persalinan. Dari ketentuan ini jelas yang disebut istri adalah perempuan yang terikat perkawinan yang sah dengan suaminya, sehingga ketentuan tersebut belum mencakup semua perempuan hamil
pada kasus kehamilan di luar hubungan suami-istri (bisa karena pemerkosaan, hamil di luar nikah, dan sebagainya). Tulisan ini mencoba mendefinisikan perempuan hamil dalam arti yang lebih luas, yaitu semua perempuan yang mengandung janin, baik yang terikat perkawinan yang sah maupun yang tidak terikat perkawinan yang sah. Kapan Perempuan Dikatakan Sedang Hamil? Pengetahuan seseorang mengenai kapan perempuan dikatakan sedang hamil tentu berbedabeda. Ada kalanya malah tidak diketahui oleh perempuan yang bersangkutan. Mengapa? Karena, setiap perempuan memiliki kepekaan terhadap perubahan atas dirinya yang berbeda satu sama lain. Terlebih bagi perempuan yang jadwal menstruasinya tidak teratur, maka pengetahuan bahwa dirinya sedang hamil, dapat diketahui setelah merasakan perbedaan yang sangat berarti terhadap fisik dan psikisnya. Baru setelah itu perempuan tersebut mencari tahu apakah sedang hamil atau tidak. Kalaupun akhirnya diketahui mungkin usia janin dalam kandungan sang calon ibu sudah beberapa minggu. Tak apalah, yang penting si perempuan calon ibu ini akhirnya mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung janin yang kelak akan tumbuh menjadi bayi, lalu menjadi anak-anak, menjadi remaja, menjadi dewasa, yang insyaAllah dapat membawa dunia ini menjadi lebih baik. Bagi suami (jika perempuan tersebut telah terikat perkawinan yang sah) pengetahuan bahwa istrinya sedang hamil biasanya ketika si istri menceritakan kepada suaminya, karena bagi si istri, orang pertama yang patut diberitahu kabar paling menggembirakan ini adalah suaminya. Bagi orang lain, pengetahuan bahwa perempuan sedang hamil biasanya ketika secara kasat mata diketahui adanya perubahan fisik, seperti perutnya membesar, dan sebagainya.
Jadi, kapan perempuan dikatakan sedang hamil, adalah pada saat si perempuan ini mengetahuinya, dan bagi orang lain, yaitu pada saat diberitahu atau mengetahuinya secara fisik. Kapan Pasca Melahirkan Itu? Sebulan setelah melahirkan? Setahun setelah melahirkan? atau kapan? Meskipun pengertiannya sangat luas, namun dalam tulisan ini pengertian pasca melahirkan dibatasi minimal sampai dengan setelah berakhirnya masa nifas, yaitu ketika seorang ibu telah bersih dari darah yang keluar dari vaginanya setelah melahirkan, yang masing-masing perempuan memiliki jangka waktu yang berbeda-beda. Dari batasan-batasan di atas, menjadi lebih jelas bahwa sejak dirinya (perempuan) mengetahui kehamilannya sampai dengan pasca melahirkan, maka ia secara hukum langsung memiliki hak-hak khusus yang tentunya akan berakhir setelah ia tidak hamil atau setelah berakhirnya pasca melahirkan. Demikian pula bagi suami, keluarga, masyarakat dan negara, wajib memberikan hak-hak tersebut kepadanya sejak mengetahui bahwa perempuan tersebut sedang hamil sampai dengan pasca melahirkan. Apa Saja Hak-haknya? Ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan hak-hak perempuan hamil sampai dengan pasca melahirkan antara lain: 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pasal 39 Peraturan Pemerintah ini mengatur bahwa bagi janda yang perkawinannya putus karena perceraian tetapi masih dalam keadaan hamil, maka waktu tunggu ditetapkan sampai janda tersebut melahirkan.Dengan demikian, meskipun putusan untuk bercerai telah ditetapkan oleh Hakim Pengadilan Agama,
namun pengucapan talak dari mantan suaminya hanya boleh diucapkan di depan Hakim ketika mantan istrinya tersebut telah melahirkan. Hal ini semata-mata untuk melindungi perempuan yang sedang hamil antara lain yaitu apabila janin yang dikandungnya lahir maka si anak berhak mendapatkan biaya hidup dari mantan suaminya tersebut. 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia. Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang ini mengatur sebagai berikut:“(2) Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus”.Adapun dalam penjelasannya disebutkan: yang dimaksud dengan “kemudahan dan perlakuan khusus” adalah pemberian pelayanan jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana demi kelancaran, keamanan, kesehatan, dan keselamatan.Ketentuan ini sangat jelas memberikan hak khusus bagi perempuan hamil untuk mendapat pelayanan jasa dari pemerintah berupa keamanan, kesehatan dan keselamatannya. Sampai saat ini belum nampak jelas bahwa pemerintah telah memberikan hak tersebut. Contohnya, sampai saat ini belum ada sarana transportasi umum yang “memadai” untuk perempuan hamil. Keadaan ini diperparah oleh sikap masyarakat kita yang kadang-kadang tidak mau memberikan tempat duduk ketika melihat perempuan hamil sedang berdiri berhimpitan dengan penumpang lain dalam transportasi umum.Masih minimnya fasilitas umum yang dapat digunakan bagi si ibu yang harus menyusui bayinya juga merupakan kendala tersendiri, sehingga si ibu kehilangan haknya untuk memberikan ASI kepada bayinya. Padahal si ibu perlu memberikan ASI eksklusif agar bayi yang dilahirkan terjaga kondisi kesehatannya (imun terhadap gejala penyakit bayi yang baru lahir). 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan terkait dengan hak perempuan setelah melahirkan diatur sebagai berikut:Pasal 82 (1) “Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan
sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan”Pasal 82 (1) “Pekerja /buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.”Pasal 83“Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.”Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin agar pekerja perempuan dapat memenuhi kewajibannya sebagai ibu untuk memberi ASI walaupun harus bekerja untuk membantu mencari nafkah bagi keluarganya.Pasal 153 ayat (1) butir f“Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.” 4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang ini mengatur sebagai berikut:“Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan: a. Bayi dan balita; b. Remaja perempuan; dan c. Ibu hamil dan menyusui.” Selain pemberian gizi yang lebih baik kepada ibu hamil dan menyusui, ibu hamil juga mendapatkan hak untuk mendapatkan perawatan yang layak dari bidan atau tenaga professional lainnya selama masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Selain itu perempuan hamil juga berhak untuk mendapatkan informasi yang lengkap, benar dan memadai mengenai kehamilannya, janinnya serta persalinannya. Contohnya, jika perempuan hamil akan melahirkan, maka ia harus diberikan penjelasan mengenai cara persalinan apakah melahirkan secara normal, atau dengan cara operasi. Besarnya biaya yang harus disiapkan,
kondisi setelah melahirkan dan segala sesuatunya, harus diberitahukan kepadanya. Jika secara medis dapat melahirkan dengan cara normal, maka tidak boleh ada paksaan untuk melahirkan secara operasi. 5. Hak yang harus diberikan oleh suami, keluarga dan masyarakat. Secara umum, hak ini sudah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita, yaitu memberikan perhatian yang lebih, daripada ketika si istri atau perempuan tersebut tidak sedang hamil. Suami misalnya, harus membantu meringankan pekerjaan secara fisik. Masyarakat memberikan prioritas kepada perempuan hamil dan menyusui dalam segala aspek kehidupan. Pemerintah harus memberikan fasilitas khusus kepada perempuan hamil dan meyusui, misalnya memberikan tempat khusus di dalam transportasi umum atau di tempattempat umum. Dengan adanya ketentuan peraturan perundangan di atas, jelaslah bahwa perempuan sejak hamil sampai dengan pasca melahirkan mendapat hak khusus yang dijamin oleh undangundang. Namun sayangnya masih banyak hak-hak tersebut yang belum sepenuhnya diperoleh oleh perempuan hamil tersebut karena adanya berbagai macam kendala. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para perempuan yang sedang hamil sampai dengan pasca melahirkan, bagi pemerintah, masyarakat dan tentunya keluarga dan suami, terutama demi tercapainya pemenuhan hak kepada perempuan yang sedang hamil tersebut.*** Oleh: Dra. Lilik Darwati Setyadjid, SH. MH *Penulis adalah: Konsultan Hukum - See more at: http://puanamalhayati.or.id/2012/06/01/hak-hak-perempuan-sejakhamil-hingga-pasca-melahirkan/#sthash.LdX82PYy.dpuf