Jaminan Kualitas Vaksin dan Rantai Dingin Dr. Prima Yosephine, MKM Kasubdit Imunisasi Disampaikan pada: Workshop Menjangkau Semua Anak Melalui Imunisasi Jakarta, 25 November 2016
Pengenalan Vaksin
PENGERTIAN VAKSIN VAKSIN
VACCINIA
Suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
• Harus selalu tersedia sampai ke tingkat Vaksin merupakan pelayanan kebutuhan pokok • Perencanaan harus tepat pelaksanaan • Kelebihan menyebabkan pemborosan imunisasi. • Kekurangan menyebabkan terhambatnya pelaksanaan program
Kualitas harus tetap tinggi
• Disimpan pada suhu yang sesuai • Ketersediaan coldchain disetiap level
PENGGOLONGAN BERDASARKAN ASAL ANTIGEN Bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated) Bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
Rekombinan
• Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever • Bakteri: BCG
• Virus : IPV, Rabies • Basis Protein : Sub unit pertusis • Toxoid : Difteri dan Tetanus
• Hepatitis B
PENGGOLONGAN BERDASARKAN SENSITIVITAS TERHADAP SUHU
FS
Gol. vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin <00C (beku)
Hepatitis Td
DPT-HB-Hib DT
(Freeze Sensitive) tidak tahan beku
TT IPV HPV
HS (Heat Sensitive) tidak tahan panas Epi cold chain
Gol. vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih (>340C)
B
BCG POLIO CAMPAK
SENSITIVITAS VAKSIN TERHADAP SUHU Temperature sensitivity of vaccines Varicellazoster virus
Heat sensitivity Most sensitive
JE live
OPV
Influenza
IPV
inactivated
Rotavirus
MMR Rotavirus Measles Rubella
Yellow fever
DTaP HexaCholera valent inactivated PentaDTwP valent Pneumo PS-PCV
BCG JE inactivated
Hib
Vaccines to the left of the line are not damaged by freezing
HPV MenC PS-PCV Hib
MenA PS-PCV* Least sensitive
T, DT, dT
Freeze sensitivity
Epi cold chain
Freeze dried Liquid, no adjuvant Liquid, with alum adjuvant
Typhoid PS HepA HepB
Rabies
Not sensitive
Vaccine formulation
Least sensitive
Most sensitive
*The diluent for MenA PS-PCV contains alum adjuvant and is freeze sensitive.
Mekanisme Pengadaan dan Distribusi Vaksin Pemerintah
MEKANISME PENGADAAN VAKSIN MONITORING & EVALUASI POR
PEMILIHAN / SELEKSI
FORNAS (e-FORNAS)
Good Prescribing Practice Good Pharmacy Practice
RKO
FORNAS
PENGGUNAAN
-LP-LPO -e-logistic
TATA KELOLA OBAT-VAKSIN TERPADU
One Gate Policy
Good Distribution Practice
Good Storage Practice
PERENCANAAN
DISTRIBUSI
PENGADAAN
E-Monev Katalog Obat
MEKANISME PENGADAAN VAKSIN DAN LOGISTIK Perencanaan Kebutuhan Vaksin dan Logistik Multi Year oleh Program Imunisasi berdasarkan cMYP
Perencanaan Kebutuhan Tahunan Vaksin dan Logistik ke Ditjen Binfar
Proses Pengadaan oleh Ditjen Binfar Penandatanganan Kontrak antara Kemkes dan Produsen Vaksin Pengiriman Vaksin ke Bio FarmaProvinsi oleh Vaksin dan Logistik didistribusikan dari Provinsi ke Kab/Kota
Vaksin dan Logistik didistribusikan dari Kab/Kota ke Puskesmas
ALUR DISTRIBUSI VAKSIN PEMERINTAH
POSYANDU
RS/UPS*
VACCINE CARRIER
PUSKESMAS
VACCINE CARRIER
LEMARI ES
RS/UPS*
KABUPATEN COLD BOX
LEMARI ES + FREEZER
PROVINSI COLD ROOM + LEMARI ES + FREEZER
KEMENKES
COLD BOX
DISTRIBUSI VAKSIN PROGRAM •
Pusat (Biofarma)
BASTO SBBK VAR Co R (copy)
BASTO* SBBK VAR
Provinsi
SBBK VAR
Kabupaten/Kota SBBK VAR
Faskes (RS,RB) Buku Stok
Puskesmas Keterangan: Harus dikembalikan ke pengirim • Tidak perlu dikembalikan
Faskes Pemerintah
Faskes Swasta * Dilengkapi dengan MOU
Pustu/Polindes
ALUR PENYELENGGARAAN IMUNISASI PROGRAM Layanan Imunisasi Wajib
RS/Fasyankes Swasta 11,9 %
Puskesmas, Posyandu, RS Pemerintah 88,1 %
Vaksin dari pemerintah
Vaksin dari pemerintah
Vaksin pengadaan sendiri
Vaksin dari distributor/PBF
ASLI
Vaksin dari sumber tidak resmi
ASLI ASLI
ASLI
PALSU
Sistem Penyimpanan Vaksin Program
SISTEM PENYIMPANAN VAKSIN
Provinsi
Kab/Kota 2 bl + 1 bl
Puskesmas 1 bl + 1 bl
1 bl + 1 mgg
PENYIMPANAN PELARUT Simpan disuhu ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung
Tidak boleh tertukar antar pelarut vaksin penyimpanan terpisah
Sehari sebelum pelayanan, simpan pelarut dalan LE
PELARUT VAKSIN TIDAK BOLEH SALING TERTUKAR
Peralatan Rantai Vaksin
ALAT MENYIMPAN VAKSIN
• Cold room / freezer room
Lemari es / freezer
RCW 50 EK, RCW 50 EG
Domestic refrigerator (unmodified & modified)
JENIS STANDAR MINIMAL PERALATAN PROGRAM IMUNISASI JENIS
Provinsi
Kab/Kota
Puskesmas
Cold room
√
Freezer room(*)
√
Alarm suhu
√
Vaccine Refrigerator untuk vaksin
√
√
√
Vaccine Refrigerator untuk cool pack
√
√
√
Freezer untuk vaksin
√
√
Freezer untuk cold pack
√
Vaccine Carrier
√
√
Cold box
√
√
Generator Set
√
√
Cold pack
√
√
Cool pack
√
√
√
√
JENIS STANDAR MINIMAL PERALATAN PROGRAM IMUNISASI JENIS
Provinsi
Kab/Kota
Puskesmas
Voltage Stabilizer
√
√
√
Indikator pembekuan dan pemantau suhu panas
√
√
√
Alat pencatat suhu kontinyu
√
√
√
Thermometer
√
√
√
ADS (autodisable syringe)
√
√
√
Safety box
√
√
√
Needle Cutter
√
√
√
Needle pit
√
√
√
Kendaraan berpendingin khusus
√
√
Komputer
√
√
√
Tabung pemadam kebakaran
√
√
√
Suku cadang
√
√
√
Tool kits
√
√
√
Jenis Lemari Es Penyimpanan Vaksin
JENIS LEMARI ES VAKSIN
Buka depan
Buka atas
HASIL TES LEMARI VAKSIN BUKA ATAS
Suhu cenderung lebih stabil pada 2 – 8℃
HASIL TES LEMARI VAKSIN BUKA DEPAN Data suhu lemari es Rumah Tangga. 16,0 Minimun area
Temperature °C
Medium area
Maximun area
12,0 1
2
8,0 3
4,0 1
TTM diletakan diatas
2
TTM diletakan ditengah
3
TTM diletakan dibawah
0
21Fr
22Sa
23Su
24Mo
25Tu
26We
27Th
28Fr
Time (starting 20/02/2003)
Suhu cenderung kurang stabil diluar suhu 2 – 8℃
MODEL LEMARI VAKSIN STANDAR WHO/UNICEF
LEMARI ES TINGKAT PUSKESMAS YANG SUDAH TERDAFTAR DI WHO / UNICEF (PIS 2000)
RCW 42 EK (PIS E3/22 -M)
Vestfrost MK 144 (PIS E3/57-M)
FCW 20 EK
RCW 50 EK
(PIS E3/73-M)
(PIS E3/91-M)
Vestfrost MK 204 (PIS E3/81-M)
TCW 2000 (PIS E3/111-M)
Dovline (PIS E3/110-M)
Satu Stop Kontak Untuk Satu Lemari Es. Satu Lemari Es Untuk Satu Jenis Vaksin. Beri Jarak Antar Lemari Es
Penataan Penyimpanan Vaksin dan Pencatatan Stok Vaksin
PENATAAN VAKSIN [3] RCW 50 EK Kompartemen kanan dan kiri suhu+2°C s.d +8°C Bagian tengah freezer Lemari es RCW 50 EK tingkat Puskesmas. Thermometer
Thermostat.
Freeze watch.
Atau. Atau.
DPT
BCG
BCG
DPT
BCG
Polio
Campak
Polio
DT
Campak
Polio
DT
Hept B Hept. B
TT TT
Volume untuk vaksin = 24 Lt.
Freeze Tag. Grapik kartu suhu.
Vaksin Heat Sensitive. Harus selalu berdekatan dengan evaporator.
Cool pack.
Cold pack.
Vaksin freeze Sensitive. Harus selalu berjauhan dengan evaporator. Epi cold chain Okt 2003
Jarak antar vaksin minimal 1-2 cm atau 1 jari tangan
PENATAAN VAKSIN [4] LEMARI ES DOMESTIK/ RUMAH TANGGA
Jarak antar vaksin minimal 1-2 cm atau 1 jari tangan
Contoh Format Pencatatan Stok Vaksin FORMAT PENCATATAN STOK VAKSIN KABUPATEN / KOTA JENIS ANTIGEN :……………….. Kabupaten / Kota : …………………………. NO
TANGGAL
DITERIMA DARI
1
2
3
BULAN : …………………………………… TAHUN : ……………………………………….
NO.SURAT PENGIRIMAN. / SBBK
DIPERGUNAKAN KE
4
PENGELOLA PROGRAM IMUNISASI / VAKSIN
……………………………
5
JUMLAH PENERIMAAN
PENGELUARAN
6
7
NO BATCH/LOT
VVM
TGL KADALUARSA
SISA
KETERANGAN
8
9
10
11
12
MENGETAHUI, KEPALA DINAS KESEHATAN KAB / KOTA
………………………………………………..
Peralatan Pembawa Vaksin
PERALATAN PEMBAWA VAKSIN FUNGSI-TUJUAN-BENTUK FUNGSI :
TUJUAN :
Untuk membawa vaksin dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman
J E N I S
Berbentuk kotak yang Agar vaksin yang dibawa telah di-insulasi dengan mempunyai kondisi tetap baik sehingga menjadi sama seperti pada “airtight” atau “kedap kondisi awalnya udara”
Cold / cool box disposible Cold / cool box reusesible Vaksin carrier
Thermos
BENTUK :
Cold / cool box dispossible
Cold / cool box reusable
Vaccine Carrier
Thermos
ALAT MEMPERTAHANKAN SUHU Cold Pack
kotak plastik berisi air yang dibekukan selama lebih dari 12 jam pada suhu dibawah - 5O C s.d 25O atau dalam freezer
Cool Pack
kotak plastik berisi air yang didinginkan selama lebih dari 12 jam pada suhu + 2O C s/d - 3O C atau dalam lemari es.
TRANSPORTASI VAKSIN 1. Siapkan cold box / vaccine carrier 2. Siapkan cool pack sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan 3. Siapkan jumlah dan jenis vaksin yang akan dikirim / diambil 4. Siapkan alat pemantau suhu dingin untuk vaksin FS. 5. Lengkapi istrasi VAR dan SBBK 6. Packing dalam cold box : cool pack, vaksin, cool pack dan alat pemantau suhu. 7. Cold box yang telah berisi vaksin upayakan tidak terkena sinar matahari langsung
Peralatan Pemantau Suhu Vaksin
KERUSAKAN VAKSIN Terhadap panas / sinar matahari
Terhadap pembekuan
Pelarut tidak boleh dibekukan
Semua vaksin rusak bila terkena sinar matahari langsung Ultra violet dapat merusak vaksin BCG
PERALATAN PEMANTAU SUHU VAKSIN • Termometer Dial Alat Pemantau Suhu • Termometer Muller • Termometer Bulb
Alat Pencatat Suhu
• Thermograph • Fridge-Tag • Multilog
• Freeze Watch Alat Pemantau Paparan Suhu Dingin • Freeze Tag • VCCM Alat Pemantau Paparan Suhu Panas • VVM
ALAT PEMANTAU SUHU VAKSIN
Muller
Dial
Bulb.
ALAT PENCATAT SUHU VAKSIN
Thermograph
Epi cold chain
TTM
Multilog
ALAT PEMANTAU PAPARAN SUHU PANASVVM (VACCINE VIAL MONITOR) A
vaksin ini dapat gunakan
B
vaksin segera digunakan
C
vaksin ini Jangan digunakan
D
vaksin ini Jangan digunakan
CONTOH VVM
MANFAAT VVM Memberikan peringatan pada petugas kapan harus menolak atau tidak menggunakan vaksin. Memungkinkan vaksin disimpan/dipakai di luar rantai dingin Memberikan petunjuk vaksin mana yang harus lebih dahulu disalurkan/dipakai Memungkinkan pemantauan kualitas rantai dingin pada berbagai tingkat penyaluran dan penyimpanan
ALAT PEMANTAU PAPARAN SUHU BEKU
✔️ vaksin tidak terpapar suhu beku X vaksin curiga terpapar suhu beku
Diletakkan dekat dengan vaksin yang sensitif terhadap suhu beku (freeze sensitive)
KARTU CATATAN SUHU
TERIMA KASIH
Pengolahan Limbah Vaksin
PENGOLAHAN LIMBAH VAKSIN • Rumah sakit, puskesmas, klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan imunisasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah imunisasi. • Dalam hal pelayanan Program Imunisasi Nasional yang dilaksanakan di posyandu dan sekolah, pelaksana pelayanan imunisasi bertanggung jawab mengumpulkan limbah ADS ke dalam safety box dan vial bekas untuk selanjutnya dibawa ke puskesmas setempat untuk dilakukan pengelolaan limbah sesuai dengan standar. • Pengelolaan limbah imunisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
DASAR HUKUM UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; PP 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; PERMEN LH 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3; PERMEN LH 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 oleh Pemerintah Daerah; PERMEN LH 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3; PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES; Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor: 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknik Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3; Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor: 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3; Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor: 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3; dan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor: 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan Limbah B3.
50
JENIS LIMBAH • Limbah Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan setelah pelayanan imunisasi yang mempunyai potensi menularkan penyakit kepada orang lain, yaitu: – Limbah medis tajam: (ADS) yang telah dipakai, alat suntik untuk pencampur vaksin, alat suntik yang telah kadaluwarsa. – Limbah farmasi berupa sisa vaksin dalam botol atau ampul, kapas pembersih/usap, vaksin dalam botol atau ampul yang telah rusak karena suhu atau yang telah kadaluarsa.
• Limbah non-Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan setelah pelayanan imunisasi yang tidak berpotensi menularkan penyakit kepada orang lain, misalnya kertas pembungkus alat suntik serta kardus pembungkus vaksin
PENGOLAHAN LIMBAH INFEKSIUS Limbah Infeksius tajam: incinerator, bak beton (2 x 2x 1,5 M), alternatif pengelolaan jarum, alternatif pengelolaan syringe Limbah Infeksius non tajam: sisa vaksin mengeluarkan cairan vaksin dari dalam botol atau ampul cairan vaksin didesinfeksi dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh mikroorganisme yang terlibat dalam produksi Limbah yang telah didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke dalam tempat sampah (kantong plastik) berwarna kuning selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam incinerator) atau menggunakan metode non insenerasi (al. autoclaving, microwave)
KESIMPULAN 1. Manajemen Cold Chain yang baik penting untuk memperkecil kesalahan selama penangan terhadap vaksin sehingga vaksin yang akan digunakan/ disuntikan masih mempunyai potensi baik yang dapat menimbulkan kekebalan.
2. Lemari Es buka atas memiliki suhu yang lebih stabil dibanding Lemari Es buka depan
3. Catat Stok Vaksin Laporan Stok Vaksin 4. Saat menerima vaksin, perhatikan Kelengkapan istrasi, Kualitas Vaksin, Jumlah dan Jenis Vaksin. 5. Penyimpanan Vaksin harus memperhatikan sensitivitasnya terhadap suhu FS dan HS
6. Jika tidak mendapat vaksin dari instansi pemerintah, pastikan memperoleh vaksin dari PBF atau distributor resmi
7. Pelarut Vaksin Tidak Boleh Saling Tertukar