Esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintal lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Esai juga disebut dengan artikel nonformal. Dalam penulisan esai, esai dituntut mengembangkan kreativitas untuk mengungkapkan pemikiran mendalamnya terhadap suatu masalah. Sebuah esai ilmiah harus mengandung argument dan analisis yang jelas, serta data-data yang akurat dan kredibel, tetapi disampaikan melalui bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca (Prihantini, 2015). Struktur umum esai Jumlah kata yang lazim dalam penulisan esai adalah antara 300 – 600 kata untuk esai pendek dan lebih dari 600 kata, untuk esai yang lebih panjang. Secara umum struktur esai, baik esai pendek maupun esai panjang, memiliki tiga bagian utama. Selain judul, sebuah esai memiliki bagian secara berurutan berupa (1) pendahuluan, (2) bagian inti, dan (3) kesimpulan. Dalam penulisannya, label pendahuluan, bagian inti, dan kesimpulan tidak dimunculkan karena esai adalah tulisan yang tidak disusun dalam bab dan subbab (Achmadi, 1988). Bagian pendahuluan sebuah esai berisikan identifikasi topik yang akan diangkat, dengan memberikan latar belakang berupa penggambaran situasi atau kondisi terkini terkait topik tersebut. Penggambaran latar belakang ini beranjak dari penjelasan secara umum ke arah yang lebih sempit. Pada titik ini juga dilakukan upaya menarik perhatian pembaca dengan menekankan mengapa topik tersebut penting untuk diangkat sekaligus memberikan gambaran mengenai apa yang akan dibahas terkait topik tersebut dalam kalimat yang disebut thesis statement. Lazimnya, thesis statement ini muncul di bagian akhir pendahuluan dari sebuah esai (Achmadi, 1988). Bagian kedua, yakni bagian inti, berisikan bagian pengembangan ide yang dimuat dalam thesis statement. Pada bagian inilah isi utama tulisan dikupas dan dikembangkan sesuai dengan jenis esai yang ditulis. Perlu diingat, pada bagian ini pengembangan ide dilakukan dengan cara menyampaikan pikiran utama yang kemudian dikemas dan diperkuat melalui satu atau lebih kalimat pendukung. Pikiran utama yang dimunculkan tentunya sangat bergantung pada topik yang menjadi fokus penulisan. Pikiran utama tersebut harus merupakan pemetaan logis dari topik yang hendak dibahas sesuai tujuan jenis esainya (Achmadi, 1988). Bagian ketiga dari sebuah esai adalah penarikan kesimpulan. Bagian ini merupakan bagian tempat penulis melakukan penguatan terhadap topik yang telah dinyatakan pada thesis
statement dan telah dibahas pada bagian inti esai. Ringkasan pembahasan pada umumnya menjadi penutup pada bagian ini (Achmadi, 1988). Jenis-jenis esai 1. Esai naratif Jenis esai yang memaparkan sebuah cerita disebut esai naratif. Esai jenis ini menggambarkan sebuah ide dengan cara bertutur atau berkisah sesuai dengan kronologis kejadian yang sebenarnya. 2. Esai deskriptif Jenis esai yang menggambarkan detail tokoh, tempat, atau objek tertentu dengan sangat jelas disebut esai deskriptif. Esai jenis ini ditulis dengan tujuan memberikan kesan nyata mengenai suatu tempat atau objek. 3. Esai persuasive Jenis esai yang dibuat untuk meyakinkan pembaca agar mendukung sudut pandang esais atau suatu hal yang disebut esai persuasive. Esai jenis ini bersifat mengajak pembaca agar termotivasi melakukan apa yang ditulis oleh esais. (Prihantini, 2015). Langkah menulis esai 1. Memilih topic Topic yang dipilih sebaiknya dipersempit dan harus spesifik 2. Membuat kerangka esai Kerangka esai membantu penulis meletakkan ide-ide tentang topic di dalam naskah sehingga tulisan menjadi lebih sistematis. 3. Membuat tesis Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen. Pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh penulisnya. 4. Menulis paragrap pembuka, tubuh esai, dan kesimpulan Sebaiknya paragraph pertama dimulai dengan pernyataan yang mampu menarik perhatian pembaca. Salah satu triknya ialah dengan menulis sebuah anekdot. Sebaiknya pada akhir paragraph pembuka penulis menuliskan pernyataan tesisnya.
5. Mengedit tulisan Penyuntingan berfungsi untuk menyempurnakan tata bahasa yang digunakan dalam penulisan esai. (Prihantini, 2015). Cirri-ciri umum esai 1. Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif. 2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam. 3. Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain. 4. Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca. 5. Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan sampai ke pengakhiran. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung di awang-awang. 6. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca. (Rahayu, M. 2007) Ciri-ciri Karya ilmiah a. Objektif Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya. b. Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingankepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataanpernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan. c. Sistematis Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya. d. Logis Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif. e. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan) Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan. f.
Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran). g. Menggunakan Ragam Bahasa Formal (Wardani, 2007) Referensi: Achmadi, Muchsin. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta Rahayu, M. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Grasindo. Jakarta Prihantini, K.A. 2015. Master Bahasa Indonesia. PT. Bentang Pustaka. Jakarta Wardani, I.G.A.K. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Universitas Terbuka. Jakarta