PROGRAM KERJA GERIATRI
RS TAMAN HARAPAN BARU
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TAMAN HARAPAN BARU NOMOR
:004/SK-DIR/RS THB/IV/2018
TANGGAL
: 26 April 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun. Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.
B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara tepadu dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja sama secara inter disiplin. Dengan meningkatnya sosial ekonomi dan
pelayanan kesehatan maka usia harapan hidup semakin meningkat, sehingga secara demografi terjadi peningkatan populasi lanjut usia.
2. Tujuan 1. Tujuan umum Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RS THB. 2. Tujuan Khusus a. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan. b.Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care).
C. SASARAN Terlaksananya Program GERIATRI di Rumah Sakit Taman Harapan Baru. Pasien dapat terdeteksi diagnosis dan penanganan maupun pengobatan yang baik sesuai SOP Rumah Sakit. Sehingga dapat menurunkan angka prevalensi dan meningkatkan angka keberhasilan dalam penanganan dan pengobatan GERIATRI. D. ASAS 1. Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). 2. Azas yang dianut oleh Depkes RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
E. RUANG LINGKUP Ruang Linkup Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Taman Harapan Baru meliputi : 1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2. Dokter Spesialis Penyakit Bedah 3. Dokter Spesialis penyakit Mata 4. Dokter Spesialis Penyakit Syaraf 5. Dokter Spesialis Penyakit THT 6. Dokter Spesialis Penyakit Mata 7. Dokter Spesialis Penyakit Kulit 8. Dokter Spesialis Obsgyn 9. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. 10. Ruang Rawat Inap 11. Instalasi Rawat Jalan 12. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 13. Unit Pendaftaran/isi
14. Instalasi Bedah Sentral (IBS) 15. Fisioterapi pelayanan Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi : 1. Tingkat Sederhana Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home care). 2. Tingkat Lengkap Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care). 3. Tingkat Sempurna Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang. 4. Tingkat Paripurna Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice. Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan : 1. Jenis pelayanan 2. Sarana dan prasarana 3. Peralatan 4. Ketenagaan. Jenis pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit THB berdasarkan tersedianya fasilitas sarana dan prasana, peralatan dan ketenagaan adalah pelayanan tingkat sederhana.
F. PENGERTIAN UMUM 1.
Gerontologi : cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. 2. Pasien Geriatri:orang tua berusia diatas 60 tahun yang memiliki penyakit lebih dari 2 (dua)/majemuk/multipatologi akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah. 3. Konsep/pengertian secara bertingkat dari mundurnya kemandirian lansia yaitu : a. Hambatan (impairment) adalah setiap kehilangan atau kelainan,baik psikologik,fisiologik,maupun struktur atau fungsi anatomik; b. Disabilitas adalah semua restriksi atau kekurangan dalam kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal. c. Handicap adalah ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment/disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksanakan peranan hidup secara normal (berhubungan erat dengan usia,jenis kelamin, dan faktor-faktor sosial budaya); 4. Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik, fungsional, psikososial, dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
5. Tim Geriatri adalah suatu tim multidisipliner yang bekerja secara multidisipliner, interdisiplin untuk menangani masalah kesehatan usia lanjut.Tim ini minimal terdiri atas dokter geriatris atau internis/dokter umum yang dilatih juga dokter spesialis psikologis,perawat yang telah mendapatkan pelatihan geriatri, fisioterapi,nutrisionis dan farmasi. BAB II TATA NASKAH
A. JENIS Naskah di lingkungan Rumah Sakit Taman Harapan Baru terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. Naskah yang dirumuskan dalam susunan dan bentuk produk- produk hukum berupa regulasi. 2. Naskah yang dirumuskan dalam bentuk bukan produk-produk hukum berupa surat. 1. Naskah yang dirumuskan dalam susunan dan bentuk produk- produk hukum berupa regulasi. a. Peraturan Direktur; Peraturan Direktur Rumah Sakit Taman Harapan Baru adalah naskah yang berbentuk peraturan, yang mengatur urusan RS Taman Harapan Baru untuk mewujudkan kebijakan dan kebijaksanaan baru, melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan menetapkan sesuatu dalam lingkungan Rumah Sakit Taman Harapan Baru. b. Keputusan Direktur; Keputusan adalah naskah yang bersifat penetapan, dan memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan, yaitu kebijakan dalam rangka ketatalaksanaan, penyelenggaraan tugas umum dan pembangunan, misalnya : penetapan organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis, penetapan ketatalaksaan organisasi, program kerja dan anggaran, pendelegasian kewenangan yang bersifat tetap. c. Instruksi Direktur; Instruksi adalah naskah yang memuat arahan atau perintah tentang pelaksanaan kebijakan. d. Surat Edaran Direktur; Surat Edaran adalah naskah yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu, bisa berupa perintah, petunjuk, atau penjelasan yang dianggap penting dan mendesak. e. Standar Prosedur Operasional;
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah naskah yang memuat serangkaian petunjuk tentang cara serta urutan suatu kegiatan operasional atau istratif tertentu yang harus diikuti oleh individu pejabat atau unit kerja. f. Perjanjian. Surat perjanjian adalah naskah yang berisi kesepakatan bersama tentang suatu objek yang mengikat antara kedua belah pihak atau lebih untuk melaksanakan suatu tindakan atau perbuatan hukum yang telah disepakati bersama.
2. Naskah yang dirumuskan dalam bentuk bukan produk-produk hukum berupa surat. a. Surat Biasa; Surat Biasa adalah alat penyampaian berita secara tertulis yang berisi pemberitahuan, pertanyaan, permintaan jawaban atau saran dan sebagainya. b. Surat Keterangan; Surat keterangan adalah naskah yang berisi informasi mengenai hal atau seseorang untuk kepentingan kedinasan. c. Surat Perintah; Surat perintah adalah naskah yang dibuat oleh atasan kepada bawahan dan memuat perintah yang harus dilakukan. d. Surat Cuti; Surat cuti adalah surat yang berisi informasi tentang pemberian cuti kepada seseorang yang telah memiliki hak untuk cuti.
e. Surat Izin; Surat izin adalah surat yang berisi informasi tentang pemberian izin kepada seseorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. f. Surat Kuasa; Surat kuasa adalah surat pernyataan pelimpahan wewenang dari pimpinan kepada pejabat/pegawai bawahannya atau orang lain guna bertindak dan atas namanya melakukan suatu perbuatan hukum mengenai hak dan wewenang yang tersebut di dalamnya.
g. Surat Undangan; Surat undangan adalah surat yang memuat undangan kepada pejabat/pegawai pada alamat tujuan untuk menghadiri suatu acara tertentu, misalnya rapat, pertemuan, dan sebagainya. h. Surat Panggilan;
Surat Panggilan adalah Naskah yang dipergunakan untuk memanggil pejabat instansi Pemerintah/Badan Hukum/Swasta/Perorangan, guna diminta keterangan mengenai sesuatu permasalahan/persoalan. i. Internal Office Memorandum; Internal Office Memorandum adalah bentuk naskah intern yang dibuatoleh seorang pejabat/pegawai dalam melaksanakan tugas guna menyampaikan pemberitahuan, pernyataan atau permintaan pejabat lain. Memorandum memuat hal yang bersifat rutin, berupa catatan ringkas yang tidak memerlukan penjelasan yang panjang dan dapat langsung dijawab dengan disposisi oleh pejabat yang dituju. Memorandum dibuat dengan menggunakan kertas setengah folio. j. Pengumuman; Pengumuman adalah naskah yang memuat pemberitahuan yang ditujukan pada pegawai di lingkungan Rumah Sakit Taman Harapan Baru. k. Laporan; Laporan adalah naskah yang berisi informasi mengenai pertanggung jawaban seorang pejabat atau pegawai kepada atasannya sehubungan dengan pelaksanaan tugas yang diberikan/dipercayakan kepadanya. Laporan dibuat dan ditandatangani oleh pejabat atau pegawai yang diserahi tugas. l. Tanda Terima Dokumen; Tanda Terima Dokumen adalah formulis yang berisikan penjelasan singkat atau informasi mengenai suatu pengiriman yang digunakan untuk mengantar/ menyampaikan barang atau naskah. m. Lembar Disposisi; Lembar Disposisi adalah alat komunikasi tertulis yang ditujukan kepada bawahan yang berisi informasi atau perintah. Lembar disposisi dibuat diatas kertas ukuran ¼ folio. n. Berita Acara; Berita Acara adalah Naskah yang berisi pernyataan yang bersifat pengesahan atas sesuatu kejadian, peristiwa, perubahan status dan lain-lain bagi suatu permasalahan baik berupa perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian kebijaksanaan pimpinan. o. Telaahan Staf; Telaahan Staf adalah Naskah yang dibuat oleh staf atau bawahan yang memuat analisis pertimbangan-pertimbangan, pendapat dan saran-saran tentang sesuatu masalah. p. Rekomendasi; Rekomendasi adalah Naskah yang berisikan keterangan / penjelasan atau catatan dari pejabat yang berwenang tentang sesuatu hal urusan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh atasan.
q. Daftar Hadir; Daftar Hadir adalah Naskah yang dipergunakan untuk mencatat dan mengetahui kehadiran seseorang. r. Sertifikat Pelatihan; Sertifikat Pelatihan adalah surat tanda bukti seseorang telah mengikuti kegiatan. s. Notulen; Notulen adalah Naskah Dinas yang memuat catatan jalannya kegiatan sidang, rapat, mulai dari acara pembukaan, pembahasan masalah sampai dengan pengambilan keputusan serta penutupan. t. Lembar Proses. Lembar proses adalah alat komunikasi tertulis dari unit/bagian kepada Direktur yang memohon suatu dokumen untuk ditanggapi atau diproses. Lembar proses dibuat dalam ½ kertas A4.
BAB III TATALAKSANA
A. PELAYANAN GERIATRI 1. Batasan Pelayanan Pelayanan Geriatri adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut. a. Pelayanan Geriatri Sederhana adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari : - Dokter Umum yang telah mendapat pelatihan geriatri; - Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri; - Tim Rehabilitasi Medik, minimal fisioterapis. b. Pelayanan Geriatri Sedangadalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan poliklinik, day hospital sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Pelayanan tersebut diberikan oleh Tim Geriatri yang minimal terdiri dari : - Dokter Spsesialis Penyakit Dalam yang telah mendapat pelatihan geriatri; - Tim Rehabilitasi Medik yang ada. c. Pelayanan Geriatri Lengkapadalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mempunyai kegiatan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan pelatihan-pelatihan. Pelayanan tersebut diberikan oleh : Konsultan geriatri/dokter spesialis kesehatan usia lanjut; - Tim Rehabilitasi Medik, yaitu dokter spesialis rehabilitasi medik/dokter umum yang dilatih rehabilitasi medik, fisoterapis, okupasi terapis, ortotisprostetis, terapi wicara, psikologi dan pekerja sosial; Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri; Nutrisionis; Asisten farmasi; Disyaratkan pula harus memiliki akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang lengkap di rumah sakit yang sama; d. Pelayanan Geriatri Sangat Lengkapatau Paripurnaadalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang memberikan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan kronis, pendidikan, serta penelitian dan pengembangan; Tenaga Tim Geriatri Paripurna sama dengan Tim Geriatri Lengkap, akan tetapi ditambah tenaga untuk penelitan, pengembangan, dan konsultasi hukum. Seperti pada Pelayanan Geriatri Lengkap, pada Pelayanan Geriatri Paripurna disyaratkan pula untuk mempunyai akses ke Instalasi Rehabilitasi Medik yang lengkap. Yang diwajibkan untuk melakukan penelitian adalah tingkat pelayanan sangat lengkap saja, sedangkan tujuan penelitian adalah untuik pengembangan ilmu geriatri. Tingkat pelayanan dibawahnya boleh dilaksanakan penelitian yang lebih sederhana. 2. Alur Pelayanan Geriatri
a.Bagan Alur Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit Kelas B; POLIKLINIK IGD DOKTER PRAKTEK IRJ b. Bagan POLI GERIATRI Alur Pelayanan Geriatri PUSKESMAS di RS Xxxx. IGD POLIKLINIK POPULASI USILA UMUM PSIKIATRI / PSIKOLOG POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DOKTER PRAKTEK PANTI REHABILITASI MEDIK 3. Pelayanan Pasien Geriatri di RS Xxxx a. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien DINAS SOSIAL / PUSKESMAS hanya didapatkan 1 (satu) PANTI diagnosa, maka pasien tersebut dirawat JOMPO sesuai dengan DPJP nya. b. Setelah dirawat dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka pasien dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri sesuai dengan 7 permasalahan (diagnosanya) dan dilakukan pengisian asesmen geriatri oleh salah satu dari Tim Geriatri sesuai dengan jadwal atau sesuai yang ditunjuk oleh DPJP Utama. 4. Jenis Pelayanan Geriatri a. Poliklinik Geriatri; Tempat ini memberikan jasa pengadaan asesmen,tindakan kuratif sederhana dan konsultasi bagi penderita rawat jalan,baik dari masyarakat,puskesmas,maupunantar poliklinik.Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter umum/internis yang telah mendapat kursus geriatri atau dokter spesialis geriatri/geriatrism, seorang perawat, dan seorang petugas sosial medik. b. Bangsal Geriatri Akut; Bangsal Geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita penyakit akut atau semi akut, antara akut, pneumonia, asidosis, penyakit jantung lain kongestif, :stroke dan lain-lain.Pasien lansia dilakukan asesment,tindakan kuratif dan rehabilitasi oleh Tim Geriatri. Ketenagaan di bangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur dan kompleknya pelayanan yang diberikan,minimal ada tenaga 1 (satu)geriatris atau internis yang mendapat kursus geristri,perawat TT minimal 1 (satu) perawat,tenaga rehabilitasi (FT,OT,TW,PSM). Bisa ditambahkan ke dalam tim tersebut psikolog,nutrision,tenaga farmasi, dan tenaga lain sesuai kebutuhan rumah sakit. Tenaga di bangsal akut ini melayani konsultasi dari bangsal lain yang membutuhkan. c. Rehabilitasi Medik; Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan medik,psikososial,edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampun fungsional semaksimal mungkin. Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi kecacatan, sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut dalam aspek impairment, disabilitas dan handikap, sehingga rehabilitasi medik merupakan aspek penting dalam pelayanan lansia dan harus dilaksanakan secepat mugkin sejak pasien masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya. Untuk memulai program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga,baik penyakit yang
menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak instrument untuk menilai kemampuan seorang lansia, salah satu diantaranya adalah Index Katz yang cukup sederhana dan mudah diterapkan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) dan juga untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia. Adapun aktivitas yang dinilai adalah : 1) Bathing - Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh - atau dapat melakukan sendiri secara menyeluruh. Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau tidak dapat mandi sendiri. 2) Dressing – Mandiri : menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian sendiri serta menalikan sepatu sendiri. Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian. 3) Toiletting - Mandiri : pergi ke toilet,duduk sendiri di kloset,memakai pakaian dalam,ihkan kotoran. - Tergantung : mendapat bantuan orang lain. 4) Transfering - Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur,dari dan ke tempat duduk (memakai/tidak memakai alat bantu). - Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri/dengan bantuan. 5) Continence - Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan kecil. Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan bantuan manual atau kateter. 6) Feeding - Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan memasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong daging daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada roti). Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan sendiri secara parenteral. Dari kemampuan melaksanakan 6 (enam) aktivitas dasar tersebut di atas, kemudian diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tahapan yang disebut sesuai dengan aktivitas yang dikerjakan sendiri, atau disebut juga Index Katz yang secara berurutan adalah sebagai berikut : 1) Index Katz A : mandiri untuk 6 (enam) aktivitas; 2) Index Katz B: mandiri untuk 5 (lima) aktivitas; 3) Index Katz C: mandiri,kecuali “bathing” dan 1 (satu) fungsi lain; 4) Index Katz D : mandiri,kecuali “bathing,dressing” dan 1 (satu) fungsi lain; 5) Index Katz E : mandiri,kecuali “bathing,dressing,toileting” dan 1 (satu) fungsi lain; 6) Index Katz F: mandiri, kecuali “bathing,dressing,toileting,transfering”, dan 1 (satu) fungsi lain; 7) Index Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 enam) aktivitas.
d. Bangsal Geriatri Kronis; Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan penyakitkronis yang memerlukan rawat inap dalam jangka waktu lama dan memerlukan biaya sangat tinggi mengingat turn over ratenya yang sangat rendah (sementara ini rumah sakit memfasilitasi di bangsal internis). e. Pendidikan dan Riset. Hal ini merupakan suatu bagian inplisit dari suatu pemberian pelayanan geriatri, antara lain : dilaksanakan untuk pendidikan tenaga paramedis,medis,terapis rehabilitasi, dan berbagai riset yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan dan pengembangan ilmu geriatri. 5. Assesment Geriatri; Assesment Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai aspek medik,fungsional,psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional. Asesmen ini bersifat tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan. 6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri : - Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau tanpa disertai penyakit akut; Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls), atau imobilisasi (bedridden); Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care). Seperti kesulitan makan atau berpakaian; Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku (behavior) dini; Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson, arthritis, gangguan berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang air besar. 7.Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri adalah sebagai berikut : Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual); Orientasi terhadap kebutuhan klien; Diagnosis secara terpadu; Team work (koordinasi); Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya. 8. Kriteria Pelayanan Lansia; Komprehensif: adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan sehari-hari, pelayanan kesehatan yang memadai, pendidikan kesehatan, perawatan keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktifitas fisik dan pelayanan transportas; Adanya kerjasama/terkoordinasi lintas program/sektoral; Mudah dijangkau; Memperhatikan kualitas pelayanan. 9. Tata Laksana Assesment Lansia; Assesment Lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang: Ditujukan kepada usia lanjut; Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual; Menganalisis masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan; Membuat perencanaan; Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi. 10. Tujuan Assesment Usia Lanjut;
a. Menegakkan : - Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat fisiologik; Diagnosis kelainan fisik/psikis yang bersifat patologik; - Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut. b. Menegakkan adanya gangguan organ/sistem (impairment),ketidakmampuan (disabilitas) dan ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dapat dilakukan terapi dan/atau rehabilitasi. c. Untuk mengetahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan penderita tersebut.
I.
Pendahuluan
II. LatarBelakang
III. TUJUAN
IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan Kegiatan Pokok : 1. Terbentuknya dan berfungsinya tim GERIATRI di RS Taman Harapan Baru 2. Terlaksananya pelatihan tim GERIARTI di RS Taman Harapan Baru 3. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada sesuai dengan kebijakan yang berlakudi Rumah Sakit 4. Mengadakan inhouse training dan sosialisasi tentang pelayanan GERIATRI 5. MOU rujukan SOP Rincian Kegiatan : 1. Terbentuknya dan berfungsinya tim GERIATRI di RS TAMAN HARAPAN BARU a. Dibentukan tim GERIATRI dan disahkan oleh direktur b. Melakukan tugas masing-masing dalam tim 2. Terlaksananya pelatihan tim GERIATRI di RS TAMAN HARAPAN BARU a. Membuat dan anggaran mengenai pelatihan b. Membuat daftar calon-calon yang akan mengikuti pelatihan berdasarkan tugasnya masing-masing
c. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis tim GERIATRI sesuai standard dan bersertifikat 3. Terlaksananya fungsi rujukan GERIATRI pada seusai dengan kebijakan yang berlaku di RumahSakit a. Terlaksananya rujukan internal dan eksternal di RS b. Mengontrol tata kerja dan tata laksana rujukan GERIATRI c. Mengevaluasi GERIATRI tiap bulan 4. Mengadakan inhouse training dan sosialisasi tentang pelayanan GERIATRI a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan mengenai GERIATRI di lingkungan Rumah Sakit b. Membuat dan memberikan pamphlet mengenai GERIATRI 5. MOU rujukan SOP Rujukan GERIATRI di RS TAMAN HARAPAN BARU terbagi 2 yaitu : a. Rujukan internal : b. Rujukan eksternal :
V. Cara Melaksanakan kegiatan. 1. Tim GERIATRI menyelenggarakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan pelayanan GERIATRI di RumahSakit 2. Pimpinan RumahSakit melaksanakan evaluasi pelayanan dan pengendalian mutu GERIATRI 3. Melakukan rapat rutin antara pimpinan RS, Komitemedik, tim GERIATRI untukmembahas, merencanakan dan mengevaluasi. 4. Pelaporan mengenai data/statistic hasil analisa pelayanan medis GERIATRI
VI. SASARAN
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Tim GERIATI menyelenggarakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pelayanan GERIATRI di rumah sakit. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam monitoring dan evaluasi :
IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 1. Laporan dari pelaksanaan kegiatan setiap bulannya kepada tim GERIATRI , KomiteMedik dan Pimpinan Rumah Sakit. 2. Hasil laporan evaluasi kegiatan dilakukan di akhir tahun
PEDOMAN PELAYANAN GERIATRI RUMAH SAKIT TAMAN HARAPAN BARU Disusun Oleh : POKJA GERIATRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun. Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam
upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit. B. Tujuan 1. Tujuan umum : Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RS THB. 2. Tujuan Khusus : a. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan. b.Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care)
C. Ruang lingkup .
BAB II STANDAR KETENAGAAN
Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RS THB terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Terpadu Geriatri. 1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang merangkap sebagai anggota, dan anggota. 2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit. 3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas: a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana. b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana. Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas: 1.Dokter spesialis penyakit dalam 2.Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri 3.Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan keterampilan inteligensia 4.Apoteker 5.Tenaga gizi 6.Fisioterapis 7.Okupasi terapis
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar fasilitas Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas : 1.Ruang pendaftaran/istrasi Ruang pendaftaran/istrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabung dengan ruang pendaftaran/istrasi lain di Rumah Sakit. Ruang pendaftaran istrasi ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang. 2. Ruang tunggu Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur. 3. Ruang periksa Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas dan alat-alat pemeriksaan. Ruangan terdiri dari: a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan anamnesis; b. Ruang periksa dokter/tim geriatri; c. WC dan kamar mandi d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (family meeting). 4. Ruang Tim Terpadu Geriatri Ruang tim terdiri dari : a. Ruang ketua tim b. Ruang anggota c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim d. Ruang istirahat karyawan dan pantry e. Kamar kecil untuk karyawan C. PERSYARATAN BANGUNAN 1. Konstruksi bangunan
a. Jalan Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda. b. Pintu Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm. c. Listrik Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik. d. Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan. e. Lantai Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh. f. Langit-langit Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan. g. Dinding Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Agar memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail). h. Ventilasi Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik. i. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar. j. Air Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan. k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda. l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma. m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan yang lain.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri. Model 1. Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri Tingkat Sederhana Pasien Lanjut usia Triase di setiap Poliklinik Departemen/IGD Rawat Jalan (Poliklinik) : - Assesmen dan konsultasi - Kuratif - Intervensi Psikososial – Rehabilitasi Assesmen Geriatri komprehensif oleh tim terpadu poli geriatri Masalah Geriatri : Kondisi Medis Umum Status Fungsional Psikiatri : Status Mental Fungsi KKognitif Sosial dan Lingkungan Rencana Tatalaksana komprehensif oleh tim terpadu poli geriatri Home Care Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri maka dapat dirawat di ruang rawat biasa.
BAB V LOGISTIK
Jumlah peralatan didasarkan pada: a) kebutuhan pelayanan b)rata-rata jumlah kunjungan setiap hari c)Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) bagi pelayanan rawat inap d)evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat. Alat Ruang pemeriksaan Tempat tidur pasien 1 set alat pemeriksaan fisik EKG Light box Bioelectrical impedance Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, Psikiatri Sederhana Alat Rawat inap Tempat tidur pasien Oksigen Suction Komod Light box EKG Blue bag Chair scale Timbangan rumah tangga Ruang fisioterafi Paralel bar Walker Stick Tripot Quadripot Kursi roda Tilting table Meja fisiotherafi Paralel bar Diatermi TENSLengkap
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan, diantaranya sebagai berikut: 1. Lama rawat Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari kemampuan TTG serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan lengkap, lama rawat akan semakin singkat. Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12 hari. 2. Status fungsional Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri dengan karakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen ADL Barthel. 3. Kualitas hidup Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five Dimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%. 4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi) Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari rumah sakit. Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat menggambarkan adanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di rumah sakit. Persentase maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%. Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan yang ada di rumah sakit. Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan puskesmas dan community based geriatric service. 5. Kepuasan pasien Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah Patients’s Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan (Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar minimal 190.
BAB IX PENUTUP
Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSUD Sumedang. Pelaksanaan pelayanan geriatri di RSUD Sumedang harus disesuaikan dengan SDM yang tersedia, peralatan, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, selain itu perlu adanya kerjasama tim terpadu geriatri yang secara bersama-sama menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga terwujud pelayanan geriatri yang terpadu. Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.
PANDUAN PELAYANAN GERIATRI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i SK DIREKTUR TENTANG PANDUAN PELAYANAN GERIATRI......................................................ii KATA PENGANTAR............................................................................................iv DAFTAR ISI...........................................................................................................v BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1 A. LATAR BELAKANG....................................................................1 B.TUJUAN........................................................................................1 C.PENGERTIAN...............................................................................2 BAB II. RUANG LINGKUP.............................................................................4 BAB III. TATALAKSANA.................................................................................5 A.PELAYANAN GERIATRI.............................................................4 1.Batasan Pelayanan...................................................................4 2.Alur Pelayanan Geriatri...........................................................5 3.Pelayanan Geriatri di RS Xxxx 4. Jenis Pelayanan Geriatri..........................................................6 5. Assesment Geriatri..................................................................9 6. Yang perlu Mendapatkan Pelayanan Geriatri..........................9 7. Prinsip-Prinsip Pelayanan Geriatri........................................10 8. Kriteria Pelayanan Lansia.....................................................10 9. Tata Laksana Assesment Lansia............................................10 10. Tujuan Assesment Usia Lanjut..............................................10 11. Proses Assesment Usia Lanjut...............................................11 B. GERIATRIC GIANTS.................................................................21 1. Sindroma Serebral.................................................................21 2. Konfusio dan Dimentia.........................................................22 3. Gangguan Otonom................................................................23 4. Inkontinensia.........................................................................23 5. Jatuh (The True Geriatric Giant)..........................................23 6. Kelainan pada Tulang Belakang............................................26 7.Dekubitus..............................................................................26 BAB IV. DOKUMENTASI...............................................................................30 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati, bukan saja karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena lansia tergolong dalam kelompok yang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hakhak mereka sebagaimana diatur dalam Pasal8 UU Nomor 39 Tahun 1999. Salah satu wujudnya adalah tersedianya fasilitas dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi roda, lift khusus, toilet, jalan/akses bagi lansia yang bertongkat, tangga, fasilitas lain, dan layanan khusus berupa “Pelayanan Geriatri”. Data menunjukkan, jumlah lansia di Indonesia, baik itu di pedesaan maupun di perkotaan terus meningkat. Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah lansia perempuan ± 9,5 juta lebih banyak dibanding lansia laki-laki ± 8,2 juta. Penyebabnya adalah angka harapan hidup perempuan lebih tinggi jika dibanding dengan angka harapan hidup laki-laki. Keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan program-program terkait, berdampak pada menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan usia lanjut sering disertaidengan meningkatnya berbagai penyakit dan ketidakmampuan (disability), sehingga diperlukan perawatan dan pengobatan dengan waktu yang cukup lama, sedangkan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia di rumah sakit masih sangat kurang. B. TUJUAN Panduan Pelayanan Geriatri disusun agar ada standar pelayanan kesehatan bagi lansia yang populasinya sudah semakin meningkat, yaitu : 1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansiapada taraf yang setinggitingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan; 2. Memelihara kesehatan melalui aktivitas fisik dan mental 3. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila dijumpai suatu kelainan; 4. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para lansia yang menderita penyakit atau gangguan kesehatan, dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal); 5. Bila para lansia sudah sampai stadium terminal/penyakit atau gangguan kesehatan sudah tidak dapat disembuhkan, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian, (dalam akhir
hidupnya memberikan bantuan moril dan perhatian yang maksimal, sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang); 6. Memberdayakan kemandirian penderita dalam waktu lama dan mencegah disabilitashandicap diwaktu mendatang. Sifat dari asesmen ini tidak sekedar multi-disiplin tetapi juga interdisiplin dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan. C. PENGERTIAN
BAB II RUANG LINGKUP
11. Proses Assesment Usia Lanjut; a.Pengkajian Nama Alamat Jenis kelamin Umur Status (1) Menikah(2)Tidak menikah(3)Janda (4) Duda Agama : (1) Islam(2) Protentas(3) Hindu(4) Katolik (5) Budha Suku : (1)Jawa(2)Madura(3)lain-lain,sebutkan.... Tingkat pendidikan : (1) Tidak tamat SD(2) Tamat SD(3) SMP (4)SMU(5) PT(6)Buta huruf Sumber pendapatan : (1) PNS(2) Wiraswasta(3)Lain-lain............. Keluarga yang dapat dihubungi : Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal 1. 2. Kondisi Lingkungan/Rumah : Lantai licin/tidak; Penerangan cukup/tidak; Jarak kamar mandi dengan kamar pasien. Riwayat Pekerjaan : …………………………………………… b. Riwayat Kesehatan Keluhan yang dirasakan saat ini : (1) Nyeri dada(2) Pusing(3) Batuk(4) Panas(5) Sesak(6) Gatal(7) Diare (8) Jantung berdebar(9) Nyeri sendi(10)Penglihatan kabur(11) Lain-lain.................................................... Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir : (1) Nyeri dada (2) Pusin (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak (6) Gatal(7) Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10) Penglihatan kabur Penyakit saat ini : (1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3)Diare (4)Penyakit kulit(5) Jantung (6) Mata (7) DM (8) Hipertensi (9)Lain-lain...................................... Kejadian Penyakit 3 bulan terakhir : (1) Sesak nafas/PPOM(2) Nyeri Sendi/Rematik(3) Diare (4) Penyakit
kulit(5) Jantung (6) ..................................
Mata
(7) DM Status
(8)
Hipertensi Gizi
(9) :
Lain-lain 13
Sehari makan berapa kali..... Habis berapa porsi..... Makan sendiri/dengan bantuan..... 14 c. Status Fisiologis Postur Tulang Belakang Lansia : (1) Tegap (2) Membungkuk (3) Kifosis(4) Skoliosis(5) Lordosis Tanda-tanda vital (1) Suhu(2) Tekanan darah(3) Nadi(4) Respirasi(5) Berat badan (6) Tinggi badan (7) IMT Status Gizi : - Sehari makan berapa kali..... - Habis berapa porsi..... - Makan sendiri/dengan bantuan..... d. Pengkajian Head To Toe 1) Kepala Kebersihan Kerontokan rambut Keluhan Jika ya, jelaskan :
:
kotor/bersih
:
ya/tidak
ya/tidak
: ……………………………………..
2) Mata Konjungtiva Sklera Strabismus Penglihatan Peradangan Riwayat katarak Keluhan Jika ya, jelaskan Penggunaan kacamata :
:
:
:
:
:
:
:
:
anemis/tidak ikterik/tidak ya/tidak Kabur/tidak Ya/tidak ya/tidak ya/tidak ……………………………………… ya/tidak :
:
simetris/tidak 3)
Hidung
:
ya/tidak Bentuk
terganggu/tidak
Peradangan
:
……………………………………….
Penciuman
Jika
ya,
jelaskan
4) Mulut dan Tenggorokan Kebersihan Mukosa Peradangan/stomatitis Gigi geligi Radang gusi Kesulitan mengunyah Kesulitan menelan :
:
baik/tidak ya/tidak
kering/lembab ya/tidak
5)
:
:
:
:
karies/tidak,ompong/tidak
: ya/tidak ya/tidak Telinga
15 Kebersihan Peradangan Pendengaran Jika terganggu, jelaskan Keluhan lain Jika ya, jelaskan :
:
:
:
:
:
bersih/tidak ya/tidak terganggu/tidak …………………………………….. ya/tidak ………………………………………. 6) Leher Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak JVD : ya/tidak Kaku kuduk : ya/tidak 7) Dada Bentuk dada :
normal
Retraksi
Wheezing
:
chest/barrel Ronchi
Suara
:
chest/lainnya
jantung
chest/pigeon tambahan
:
ya/tidak
ya/tidak
Ictus
: ya/tidak
cordis :
ada/tidak
…………………
8) Abdomen Bentuk Nyeri tekan Kembung Supel Bising usus Massa :
:
:
:
:
:
distend/flat/lainnya ya/tidak ya/tidak ya/tidak ada/tidak, frekwensi : ….. kali/menit ya/tidak, regio 9) Genetalia Kebersihan : baik/tidak Haemoroid : ya/tidak Hernia : ya/tidak 10) Ekstremitas Kekuatan otot : (skala 1 – 5 ) 0 : lumpuh 1 : ada kontraksi 2 : Melawan grafitasi dengan sokongan 3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan 4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit 5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh Rentang gerak : maksimal/terbatas Deformitas : ya/tidak, jelaskan …………………………...... Tremor : ya/tidak Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak 16 Alat :
bantu ya/tidak,jenis
:
………………………………
No. Aspek
Penilaian
Keterangan Nilai 1. Berdiri dengan postur normal 2. Berdiri dengan postur normal (mata
tertutup) 3. Berdiri dengan saru kaki Kanan : Kiri : 4. Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral 5. Berdiri, lateral dan fleksi trunk 6. Berjalan, tempatkan salah satu tumit didepanjari kaki yang lain 7. Berjalan sepanjang garis lurus 8. Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 9. Berjalan mundur 10. Berjalan mengikuti lingkaran 11. Berjalan dengan tumit 12. Berjalan dengan ujung kaki Jumlah Keterangan : Refleks + : normal Refleks : menurun/meningkat 11) Integumen Kebersihan Warna Kelembaban Gangguan pada kulit :
:
:
:
baik/tidak pucat/tidak Kering/lembab ya/tidak, jelaskan ………………………. 12) Test Koordinasi / Keseimbangan Intepretasi : …………… Kriteria Penilaian : Keterangan
:
4 : Melakukan aktifitas dengan lengkap 3 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan) 2 : Dengan bantuan sedang s/d maksimal 1 : Tidak mampu melakukan aktifitas 42-54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap 28-41 : Sedikit bantuan (untuk keseimbangan) 14-27 : Dengan bantuan sedang s/d maksimal < 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas 17 13) FrekwensiKunjungan Keluarga : 1 kali/bulan;2 kali/bulan; Tidak pernah 14) Pengkajian Masalah Emosional Pertanyaan Tahap I : - Apakah klien mengalami susah tidur ? - Ada masalah atau banyak pikiran ? - Apakah klien murung atau menangis sendiri ? - Apakah klien sering was-was ? Lanjutkan Pertanyaan Tahap IIjika jawaban “ya” 1 atau lebih; Pertanyaan Tahap II : Keluhan lebih dari 3 bulan ? - Lebih dari 1 bulan ? - 1 kali dalam satu bulan ? Ada masalah atau banyak pikiran ? - Ada gangguan/masalah dengan orang lain? - Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ? Cenderung mengurung diri ? Jika jawaban ”ya” lebih dari 1 atau sama dengan 1, maka masalah emosional ada atau ada gangguan emosional. Kesimpulan : …………………………………………………….... 15) Identifikasi Aspek Kognitif Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam) Interpretasi hasil : 24-30 : tidak ada gangguan kognitif 18-23 : gangguan kognitif sedang 0-17 : gangguan kognitif berat Kesimpulan : …………………………………………………….... 16) Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan Kebiasaan Merokok : >3 batang
sehari < 3 batang sehari Tidak merokok Kebiasaan Minum Alkohol :(1) Tidak pernah(2) Sering Minum Kopi : (1) Tidak(2) Ya : 1 gelas/hari 2 gelas/ hari lebih 3 gelas/hari 17) Pengetahuan Tentang Kesehatan Usia Lanjut 18 Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat : - Sudah tahu dan jelas - Sudah tahu tapi kurang jelas - Belum tahu Anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita : - Sudah tahu dan jelas - Tahu tapi kurang jelas - Belum tahu Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakitpenyakit pada usia lanjut : - Sudah tahu dan jelas - Sudah tahu tapi kurang jelas - Belum tahu Apakah anda sudah mengerti tentang latihanlatihan fisik untuk usia lanjut : - Sudah tahu dan jelas - Sudah tahu tapi kurang jelas - Tidak tahu 18) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari : Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Frekwensi makan : 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari Tidak teratur Jumlah makanan yang dihabiskan : 1 porsi dihabiskan ½ porsi yang dihabiskan < ½ porsi yang dihabiskan Makanan tambahan : Dihabiskan - Tidak dihabiskan - Kadang-kadang dihabiskan Pola Pemenuhan Cairan Frekwensi minum: < 3 gelas sehari > 3 gelang sehari Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan: -Takut kencing malang hari -Tidak haus -Persediaan air minum terbatas -Kebiasaan minum sedikit Jenis Minuman : - Air putih - Teh Kopi - Susu - Lainnya, …………….. Pola Kebiasaan Tidur 19 Jumlah Waktu Tidur : < 4 jam 4-6 jam > 6 jam Gangguan Tidur berupa : Insomnia - Sering terbangun - Sulit mengawali - Tidak ada gangguan Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : - Santai - Diam Saja - Ketrampilan - Kegiatan Keagamaan Pola Eliminasi BAB Frekwensi BAB : 1 kali sehari 2 kali sehari Lainnya, …………………. Konsisitensi: - Encer - Keras - Lembek Gangguan BAB : - Inkontinensia alvi - Konstipasi - Diare - Tidak ada Pola BAK Frekwensi BAK : 1-3 kali sehari 4-6 kali sehari > 6 kali sehari Warna Urine : - Kuning Jernih - Putih Jernih - Kuning Keruh Gangguan BAK : - Inkontinensia Urine Retensi Urine Pola Aktifitas Kegiatan Produktif Lansia yang sering dilakukan : Membantu kegiatan dapur - Berkebun - Pekerjaan rumah tangga Ketrampilan tangan Pola Pemenuhan Kebersihan Diri Mandi : 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari < 1 kali sehari Memakai Sabun:(1) ya(2) tidak Sikat Gigi : 1 kali sehari 20 2 kali sehari Tidak pernah, alasan ………………………… Menggunakan pasta gigi:(1) ya(2) tidak Kebiasaan berganti pakaian bersih: 1 kali sehari > 1 kali sehari Tidak ganti Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari(Indeks Barthel)
1.
Makan
Dengan
Bantuan
5
2.
Minum
5 10 5-10 15 0 5 5 10 5
0
5
5
5
15
5
10
10
10
11.
Kontrol
Bladder
(BAK)
5 10 12.
Olah
raga/latihan
5 10 13. 5 10
Rekreasi/pemanfaatan
waktu
luang
No. Kriteria 3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya 4. Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) 5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram) 6. Mandi 7. Jalan di permukaan datar 8. Naik turun tangga 9. Mengenakan pakaian 10. Kontrol bowel (BAB) Mandiri
10
Skor
yang
Didapat
Keterangan Frekuensi Jumlah Jenis Frekuensi Jumlah Jenis Frekuensi Frekuensi Frekuensi: Konsistensi: Frekuensi : Warna : Jenis : Frekuensi : Jenis : Frekuensi : Jumlah Interpretasi
: :
:
65-125
:
130
Ketergantungan Total Ketergantungan ……………………………………………………
:
Kesimpulan
Sebagian
:
Mandiri
B. GERIATRIC GIANTS Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan bertambahnya usia atau memang ada suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC GIANTS”, yang terdiri dari : 1. Sindroma Serebral; Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan 21 terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun faktor lain, misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (sistem otonom). 2. Konfusio dan Dimentia Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang berakibat terjadinya disorientasi. Gambaran klasik penderita konfusio yaitu : a. Derajat kesadaran menurun,misalnya sulit untuk
tetap
bangun
saat
diperiksa;
b.
Gangguan
persepsi,antara
lain
ilusi,delusi,halusinasi,
dan
mis
intrepretasi; c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia, tetapi siang hari tertidur; d. Aktivitas spikomotor meningkat atau menurun; e. Disorientasi waktu,tempat, dan orang; f. Gangguan memori. Dimentia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Secara garis besar, dementia pada usia lanjut dapat dikategorikan dalam 4 (empat) golongan,yaitu : a. Dementia degeneratif primer 50-60%; b. Dementia multi-infark 10-20%; c. Dementia yang reversibel atau sebagian reversibel d. Gangguan lain (terutama neurologik) 5-10%. 20-30%; Pemeriksaan Portabel untuk Status Mental (PPSM=MMSE= Mini Mental State Examination) 1. 2. 3. 4. 5. Daftar Pertanyaan Tanggal berapakah hari ini ? (bulan, tahun); Hari apakah hari ini? Apakah nama tempat ini? Berapa nomor telepon Bapak/Ibu? (bila tidak ada telepon, jalan apakah rumah Bapak/Ibu?) Berapa umur Bapak/Ibu? Penilaian 0 – 2 kesalahan = baik 3 – 4 kesalahan = gangguan intelek ringan 5 – 7 kesalahan = gangguan intelek sedang 8 – 10 kesalahan = gangguan intelektual berat 22 Daftar Pertanyaan 6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tanggal, bulan tahun) 7. Siapakah nama gubernur kita? (walikota/lurah/camat) 8. Siapakah nama gubernur sebelum ini? (walikota/lurah/camat) 9. Siapakah nama gadis Ibu anda? 10. Hitung mundur 3-3, dimulai dari 20 Penilaian Bila penderita tidak pernah sekolah, nilai kesalahan diperbolehkan + 1 dari nilai di atas. Bila penderita sekolah lebih dari SMA kesalahan yang diperbolehkan -1 dari atas. Dari : Folstein,1990 3. Gangguan Otonom Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf otonom pada usia lanjut adalah : - Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada neurotransmisi pada ganglion otonom, berupa penurunan asetil kolin terutama disebabkan oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin asetilase.Hal
ini cenderung menurunkan fungsi otonom. 4. Inkontinensia Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lansia.Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial. Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”. D = Delirium; R = Retriksi mobilitas, retensi; I = Infeksi, inflamasi, impaks feses; P = Pharmasi (obat-obatan), poliuri. 5. Jatuh (The True Geriatric Giant) Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Faktorfaktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia : a. Faktor Intrinsik; - Kondisi fisik dan neuropsikiatrik; - Penurunan visus dan pendengaran; - Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses menua. b. Faktor Ekstrinsik 23 - Obat-obatan yang diminum; - Alat-alat bantu berjalan; - Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya). Penyebab-penyebab jatuh pada lansia : a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama; b. Nyeri kepala dan atau vertigo; c. Hipotensi orthostatic; d. Obat-obatan; e. Proses penyakit yang spesifik; f. Idiopatik; g. Sinkope. Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia : a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua,tidak stabil, atau tergeletak di bawah; b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok; c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang; - Lantai yang tidak datar, baik ada trapnya atau menurun; - Karpet yang tidak dilem dengan baik,keset yang tebal/menekuk pinggirnya,dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser; Lantai yang licin atau basah; Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan); Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran,berat,maupun cara penggunaannya. Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain : a. Aktivitas; - Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi. b. Lingkungan; - Sekitar 70% lansia jatuh di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat naik tangga. c. Penyakit Akut. Pencegahan Jatuh : Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini,antara lain : a. Identifikasi Faktor Risiko; Perlu dilakukan asesmen keadaan sensorik,neurologik,muskuloskeletal
dan
penyakit
sistemik
yang
24 sering mendasari/menyebabkan jatuh, juga keadaan lingkungan,obatobatan dan alat bantu jalan. b. Penilaian keseimbangan gaya berjalan; Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat,pindah posisi,juga gaya berjalan dan kekuatan otot ekremitas bawah lansia. c. Mengatur/mengatasi faktor situasional. Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia,bahaya lingkungan dapat dicegah dengan perbaikan lingkungan. Aaktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan lansia. 6. Kelainan pada Tulang Belakang Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma geriatrik. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria. 7. Dekubitus Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulangakibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus, sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku. Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut: Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis,kemerahan/eritema indurasi atau lecet; Derajat II : Reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak subkutan.Tampak sebagai ulkus yang dangkal,dengan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit; Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam,meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung,berbatasan dengan
fascia dari otootot.Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau. 25 Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot,sehingga tampak tulang di daerah ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi. Faktor-faktor penyebab dekubitus : a. Faktor Intrinsik (dari tubuh sendiri); - Status gizi; - Anemia; - Hipoalbuminemia; - Penyakit-penyakit neurologik; - Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat. b. Faktor Ekstrinsik. - Kebersihan tempat tidur; - Alat-alat tenun yang kusut dan kotor; - Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu. Pengelolaan Dekubitus : a. Dekubitus Derajat I; Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis : kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari. b. Dekubitus Derajat II; Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malah dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan. c. Dekubitus Derajat III; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, diusahakan dapat mengalir keluar.Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan. d. Dekubitus Derajat IV. Semua langkah-langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan,sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini,dengan tujuan mengurangi perdarahan.Setelah jaringan 26 nekrotik dibuang dan luka bersih,penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada daerah luka,tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah
dan sampai transplantasi kulit setempat. Skor Norton untuk mengukur resiko dekubitus Nama Penderita Kondisi Fisik Umum : - Baik - Lumayan - Buruk - Sangat Buruk Kesadaran : - Komposmentis - Apatis - Konfus/soporus - Stupor/koma Aktivitas : - Ambulan - Ambulan dengan bantuan - Hanya bisa duduk - Tiduran Mobilitas : - Bergerak Bebas - Sedikit Terbatas - Sangat Terbatas - Tidak Bis Bergerak Inkontinensia : - Tidak - Kadang-kadang - Sering Inkontinensia Urine - Inkontinensia Alvi dan Urine Skor Total Skor Total ≤ 14 Skor Tanggal
Aaaaaaa
43214321432143214321
BAB IV DOKUMENTASI
1. Asesmen Medis Geriatri 2. SPO Pelayanan Pasien Geriatri
Aaaaaaa
Aaaaaaa
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A., & Spradley. B.W.(2005). Community health nursing promoting and protecting the public health. (6 th ed), Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Anderson, E.T., & Mc. Farland, J. (2000). Community as partner teory and practice in nursing. (3 th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Ervin, N.F. (2002). Advance community health nursing practice: population focused care. New Jersey: Prentice Hall Stanhoppe, M. & Lancaster. (2005). Community and public health nursing. ( 5rd ed.) St. Louis: Mosby-Year Book Inc. Darmojo R.Boedhi dan Martono. (2004).Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). (edisi ke Universitas Indonesia 3).Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran