SISTEM KELISTRIKAN DAN ELEKTRONIKA PADA KENDARAAN Untuk SMK Program Studi Keahlian Mekanik Otomotif
Dwi Widjanarko, Wahyudi, Wirawan
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIRJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN ME NENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 2008 i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat All ah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga buku ini dapat terealisasi meskipun masih sangat terbatas karena singkatnya waktu yang disediakan dala m penyusunan buku ini. Penul is mengucapkan terima kasih kepada : 1. Pimpinan dan staf Direktorat Jenderal Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan yang telah memberikan kesempatan untuk menulis buku ini. 2. Panitia penyelenggara workshop penulisan buku yang telah memf asilitasi seluruh kegiatan dalam penyusunan buku ini, dan 3. seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung terlaksananya penulisan buku ini. Buku ini disusun untuk memenuhi kurangnya buku teks untuk siswa SMK bidang studi keahlian Mekanik Otomotif kendaraan ringan. Secara garis besar muatan materi untuk bidang studi keahlian Mekanik otomotif kendaraan ringan terbagi manjadi 1) materi tentang mesin (engine) kendaraan, 2) sistem chasis, 3) sistem pemindah daya (power train), dan 4) sistem kelistrikan dan elektronika pada kendaraan. Di dalam SKKD (standar kompetensi dan kompetensi dasar) untuk SMK Teknik Otomotif Kendaraan Ringan yang ditetapkan BSNP ada 7 standar kompetensi untuk Dasar kejuruan dan 19 standar kompetens i untuk kendaraan ringan. Dari 19 standar kompetensi kendaraan ringan, 5 di antaranya adalah standar kompetensi untuk bidang kelistrikan, 6 untuk bidang chasis , 5 untuk bidang pemindah daya, dan 4 untuk bidang mesin (engine). Dari 7 standar kompetesi dasar kejuruan, ada 5 yang mendukung pekerjaan bidang kelistrikan. Buku ini disusun berdasarkan standar kompetensi (yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar) yang terkait dengan bidang kelistrikan sehingga diharapkan buku ini dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. Selain memenuhi standar minimal berdasarkan SKKD yang telah ditetapkan, beberapa materi tambahan yang mengacu pada perkembangan terbaru bidang kelistrikan dan elektronika pada kendaraan juga disertakan dalam buku ini dengan harapan siswa SMK dapat mengikuti perkembangan bidang otomotif yang sangat pesat. Karena keterbatasan waktu yang disediakan untuk menulis buku ini, p enulis sangat mengharapkan saran dan masukan -masukan agar kekurangan-kekurangan dalam buku ini dapat disempurnakan dan dilengkapi untuk edisi-edisi yang akan datang. Terakhir, mudah -mudahan buku ini dapat memenuhi harapan semua pihak yang terkait langsung dengan pengguna buku ini.
Semarang, Januari 2009
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISTILAH SINOPSIS PETA KOMPETENSI (SKKD) BAB 1
BAB 2
PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan 1.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.2.1. Hal-hal Umum yang Harus Diperhatikan 1.2.2. Pakaian Kerja 1.2.3. Bekerja dengan Aman dan rapi 1.2.4. Aspek-aspek Keamanan Kerja dan Alat 1.2.4.1. Penggunaan kunci -kunci 1.2.4.2. Penggunaan obeng 1.2.4.3. Penggunaan palu 1.2.4.4. Dongkrak dan Jack Stand 1.2.5. Pencegahan Kebakaran 1.2.6. Menangani Kendaraan Pelanggan 1.3. Alat-alat Ukur 1.3.1. Alat Ukur Mekanik 1.3.2. Alat Ukur Elektrik 1.4. Simbol-simbol Gambar Komponen listrik dan Elektronika 1.4.1. Baterai 1.4.2. Massa (ground) 1.4.3. Hubungan Percabangan pada rangkaian 1.4.4. Induktor 1.4.5. Saklar 1.4.6. Resistor (tahanan) 1.4.7. Kapasitor 1.4.8. Dioda 1.4.9. Transistor 1.4.10. Thyristor 1.5. Ringkasan 1.6. Soal-soal Latihan DASAR-DASAR KELISTRIKAN 2.1. Pendahuluan 2.2. Teori Dasar Listrik 2.3. Efek-efek yang Ditimbulkan oleh Listrik 2.4. Besaran-besaran Listrik dan Hukum Ohm 2.4.1. Tegangan 2.4.2. Arus 2.4.3. Resistansi
i ii iii xiii xiv xxix xxxvi xxxviii 1 1 1 1 1 2 2 2 4 5 5 7 7 7 7 11 15 15 16 16 16 17 17 18 18 19 19 19 20
21 21 26 26 27 27 27 iii
BAB 3
2.4.4. Daya Listrik dan Kerja Listrik 2.4.5. Kapasitansi 2.5. Alat Ukur Listrik 2.6. Rangkaian Listrik (Seri, Paralel, Gabungan) 2.6.1. Rangkaian Seri 2.6.2. Rangkaian Paralel 2.6.3. Rangkaian Gabungan 2.6.4. Rangkaian Seri dan Paralel pada Baterai 2.7. Istilah-istilah dalam Pengukuran Listrik 2.8. Kemagnetan 2.9. Ringkasan 2.10.Soal-soal Latihan
28 28 30 34 36 38 40 43 44 45 46 48
DASAR-DASAR ELEKTRONIKA 3.1. Pendahuluan 3.2. Bahan Semikonduktor Tipe P dan Tipe N 3.2.1. Bahan Semikonduktor Tipe P 3.2.2. Bahan Semikonduktor Tipe N 3.3. Komponen-komponen Elektronika 3.3.1. Komponen pasif 3.3.1.1. Resistor 3.3.1.2. Kapasitor (Kondensor) 3.3.2. Komponen Semikonduktor 3.3.2.1. Dioda 3.3.2.2. Transistor 3.3.2.3. Thermistor 3.3.2.4. Photoconductive cell (LDR) 3.3.2.5. Thyristor 3.4. Penggunaan Komponen-komponen Elektronika pada Kelistrikan Kendaraan 3.4.1. Penggunaan Resistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.2. Penggunaan Kapasitor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.3. Penggunaan Dioda pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.4. Penggunaan Dioda Zener pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.5. Penggunaan Transistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.6. Penggunaan Thyristor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.7. Penggunaan Thermistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.8. Penggunaan LED pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan 3.4.9. Penggunaan phototransistor pada Rangkaian Kelistrikan Kendaraan
49 49 49 51 52 53 53 53 56 58 58 63 66 67 68 69 69 70 70 71 72 73 73 74 75
iv
BAB 4
BAB 5
3.5. Pengukuran Komponen-komponen Elektronika 3.5.1. Pengukuran Resistor 3.5.2. Pengujian Dioda 3.5.3. Pengujian Transistor 3.6. Ringkasan 3.7. Soal-soal Latihan
75 75 76 78 79 80
RANGKAIAN LISTRIK DAN PERBAIKANNYA 4.1. Pendahuluan 4.2. Simbol-simbol dan Komponen-komponen Rangkaian Kelistrikan Otomotif 4.3. Kontrol Beban pada Rangkaian Listrik 4.4. Pengukuran dalam rangkaian kelistrikan 4.4.1. Pengukuran pada Rangkaian Seri 4.4.2. Pengukuran pada Rangkaian Paralel 4.4.2. Pengukuran pada Rangkaian Gabungan 4.5. Mengidentifikasi Kerusakan Sistem/ Komponen Rangkaian Kelistrikan 4.5.1. Metode Pengetesan Tegangan 4.5.2. Metode Pengetesan Tahanan 4.6. Perbaikan Ringan pada Rangkaian Kelistrikan 4.6.1. Soket dan Perbaikannya 4.6.2. Kabel dan Perbaikannya 4.7. Ringkasan 4.8. Soal-soal Latihan
81 81 81
SUMBER ARUS (BATERAI) 5.1. Pendahuluan 5.2. Fungsi, Tipe, dan Konstruksi baterai (accu) 5.2.1. Fungsi Baterai 5.2.2. Tipe Baterai 5.2.3. Konstruksi Baterai 5.3. Kapasitas baterai 5.3.1. CCA (cold cranking ampere, arus starter dingin) 5.3.2. RC (reserve capacity, kapasitas cadangan) 5.3.3. AH (amper-hour, amper-jam) (reserve capacity, kapasitas cadangan) 5.3.4. Power atau daya (Watt) 5.4. Cara Kerja Baterai 5.4.1. Teori Sel 5.4.2. Reaksi Elektrokimia 5.4.2.1. Baterai Terisi Penuh 5.4.2.2. Baterai Mengeluarkan Arus 5.4.2.3. Baterai dalam Keadaan Kosong (Discharged) 5.4.2.4. Pengisian Baterai ( Charging) 5.4.3. Karakteristik Elektrolit Baterai 5.5. Penanganan Baterai 5.5.1. Melepas dan Memasang Baterai
97 97 97 97 98 98 103 103
83 84 85 87 88 88 88 90 91 93 95 96 96
103 104 104 104 104 105 105 105 106 106 107 108 108 v
5.6.
5.7. 5.8. 5.9. BAB 6
BAB 7
5.5.2. Pemeriksaan visual 5.5.3. Pengujian Kondisi Baterai 5.5.3.1. Pengujian Berat Jenis Elektrolit 5.5.3.2. Pengujian Tegangan Rangk aian Terbuka (Open Circuit Voltage Test) 5.5.3.3. Pengujian Tegangan antara Terminal Baterai dan Klem 5.5.4. Pengujian Beban Berat (Pengujian Kapasitas Baterai) Pengisian Baterai 5.6.1. Alat Pengisi Baterai ( Charger) 5.6.2. Prosedur Pengisian Baterai 5.6.2.1. Pengisian Cepat (Fast Charging) 5.6.2.2. Pengisian Lambat Start dengan Baterai Bantuan Ringkasan Soal-soal Latihan
109 110 110
114 115 116 117 117 118 118 119 120 121 122
SISTEM PENGAMAN RANGKAIAN KELISTRIKAN 6.1. Pendahuluan 6.2. Macam-macam Komponen Sistem Pengaman Rangkaian Kelistrikan 6.2.1. Sekering (fuse) 6.2.2. Elemen Pengaman ( Fuse Element) dan Sambungan Pengaman (Fusible Link) 6.2.3. Pemutus Rangkaian ( Circuit Breaker) 6.2.3.1. Pemutus Rangkaian Tipe manual 6.2.3.2. Pemutus Rangkaian Tipe Otomatis (Mekanik) 6.2.3.3. Pemutus Rangkaian Otomatis PTC (Positif Temperature Coeficient)
123 123
6.3. Memperbaiki Sistem Pengaman Rangkaian Sistem Kelistrikan 6.4. Ringkasan 6.5. Soal-soal Latihan
132
SISTEM STARTER ( STARTING SYSTEM) 7.1. Pendahuluan 7.1.1. Prinsip Dasar Sistem Starter 7.1.2. Komponen dan Fungsi Komponen Sistem Starter 7.2. Sistem Starter dengan Motor Starter Konvensional 7.2.1. Bagian-bagian Motor Starter Tipe Konvensional 7.2.1.1. Solenoid (magnetic switch) 7.2.1.2. Kopling Starter ( Overrunning clutch atau Starter Clutch) 7.2.1.3. Armatur (armature)
137 137 138 140
123 124 128 130 130 131 132
135 135
142 143 144 146 148 vi
7.3.
7.4. 7.5. 7.6.
7.7. 7.8. 7.9.
7.2.1.4. Komutator ( commutator) 7.2.1.5. Kumparan Medan ( Field Coil) 7.2.1.6. Sikat dan Pemegang Sikat ( Brush dan brush holder) 7.2.1.7. Tuas penggerak ( drive lever) 7.2.2. Cara Kerja Sistem Starter Konvensional 7.2.2.1. Saat kunci kontak posisi start (ST) 7.2.2.2. Saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear 7.2.2.3. Saat kunci kontak kembali ke posisi ON (IG) 7.2.3. Model-model Motor Starter Tipe Konvensional Sistem Starter dengan Motor Starter Reduksi 7.3.1. Bagian-bagian Motor Starter Tipe Reduksi 7.3.1.1. Solenoid (magnetic switch) 7.3.1.2. Kopling Starter ( Overrunning clutch atau Starter Clutch) 7.3.1.3. Gigi reduksi 7.3.1.4. Armatur (armature) 7.3.1.5. Komutator 7.3.1.6. Kumparan Medan ( Field Coil) 7.3.1.7. Sikat dan Pemegang Sikat ( Brush dan brush holder) 7.3.2. Cara Kerja Sistem Starter Tipe Reduksi 7.3.2.1. Saat kunci kontak posisi start (ST) 7.3.2.2. Saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear 7.3.2.3. Saat kunci kontak kembali ke posisi ON (IG) 7.3.3. Model-model Motor Starter Reduksi Sistem Starter dengan Motor Starter Planetari Karakteristik Motor Starter Perbaikan dan Pengujian pada Sistem Starter 7.6.1. Membongkar Motor Starter 7.6.2. Pemeriksaan dan Perbaikan 7.6.3. Merakit Kembali Motor Starter dan Pengetesan Motor Starter 7.6.4. Pemeriksaan pada Rangkaian Sistem Starter 7.6.4.1. Rangkaian Sistem Starter 7.6.4.2. Pengujian pada Rangkaian Sistem Starter Trouble Shooting (Gangguan dan Perbaikan pada Sistem Starter) Ringkasan Soal-soal Latihan
149 150 154 155 156 156 157 158 159 164 165 165 168 170 170 171 171 171 171 171 172 173 174 179 184 186 186 190 193 195 195 198 200 201 202
vii
BAB 8
SISTEM PENGISIAN BATERAI ( CHARGING SYSTEM ) 8.1. Pendahuluan 8.2. Sistem Pengisian Konvensional 8.2.1. Nama dan Fungsi komponen Sistem Pengisian Tipe konvensional 8.2.1.1. Baterai 8.2.1.2. Kunci Kontak 8.2.1.3. Alternator 8.2.1.4. Regulator Tipe Konvensional 8.2.2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional 8.2.2.1. Prinsip Dasar Regulator 8.2.2.2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional 8.3. Sistem Pengisian dengan Regulator Elektronik (IC, Integrated Circuit) 8.3.1. Komponen Sistem Peng isian dengan Regulator Elektronik (IC ) 8.3.1.1. Alternator 8.3.1.2. Regulator. 8.3.1.3. Dioda. 8.3.1.4. Kumparan stator 8.3.1.5. Rotor dan Kumparan Rotor 8.3.1.6. Sikat dan Dukukan Sikat 8.3.1.7. Komponen pendukung lainnya 8.3.2. Dasar Rangkaian dan Pengaturan Tegangan oleh Regulator IC 8.3.3. Cara Kerja Sistem Pengisian dengan Regulator IC 8.3.3.1. Saat kunci kontak ON, mesin belum hidup 8.3.3.2. Saat mesin hidup, tegangan alternator kurang dari 14 V 8.3.3.3. Saat tegangan alternator lebih dari 14 V 8.3.3.4. Saat terminal S putus 8.3.3.5. Saat terminal B putus 8.4. Sistem Pengisian dengan Brushless Alternator 8.4.1. Konstruksi Alternator Tanpa Sikat 8.4.2. Rangkaian Sistem Pengisian dengan Alternator Tanpa Sikat 8.4.3. Cara Kerja Sistem Pengisian dengan Alternator Tanpa Sikat 8.4.3.1. Saat kunci kontak ON mesin belum hidup 8.4.3.2. Saat mesin hidup tegangan alternator kurang dari 14 V 8.4.3.3. Saat tegangan alternator lebi h dari 14 V 8.5. Menentukan Alternator untuk Dipasang pada Kendaraan
203 203 206 206 207 207 207 215 218 218 221 224 225 226 227 228 229 229 230 230 230 232 234 235 236 238 239 241 242 243 245 245 246 247 248 viii
8.6. Pemeriksaan dan Pengetesan Sistem Pengisian 8.6.1. Pemeriksaan Visual 8.6.2. Pengetesan Output Al ternator 8.6.3. Pengujian penurunan tegangan ( voltage drop test) 8.6.3.1. Pengujian pada bagian positif sistem (insulated side) 8.6.3.2. Pengujian pada bagian negatif sistem (ground side) 8.6.4. Pengetesan Komponen Alternator ( Alternator Bench Test) 8.7. Gangguan dan Perbaikan pada Sistem Pengisian 8.7.1. Gangguan dan Perbaikan pada Sistem Pengisian Konvensional 8.7.1.1. Trouble Shooting pada Sistem Pengisian Konvensional 8.7.1.2. Membongkar Alternator 8.7.1.3. Pengetesan Komponen Alternator 8.7.1.4. Pemeriksaan Regulator 8.7.1.5. Merakit Kembali Alternator 8.7.1.6. Memasang Kembali Alternator pada Mesin 8.7.2. Gangguan dan Perbaikan (Trouble Shooting) pada Sistem Pengisian IC 8.7.2.1. Trouble Shooting pada Sistem Pengisian IC 8.7.2.2. Membongkar Alternator 8.7.2.3. Pengetesan Komponen Alternator 8.7.2.4. Merakit Kembali Alternator 8.7.2.5. Memasang Kembali Alternator pada Mesin 8.7.3. Gangguan dan Perbaikan Sistem Pengisian Alternator Tanpa Sikat 8.7.3.1. Pengecekan seluruh sistem pengisian 8.7.3.2. Sistem yang menggunakan lampu pengisian 8.7.3.3. Sistem yang menggunakan volt meter, tanpa lampu pengisian 8.7.3.4. Permasalahan dengan perlengkapan yang terhubung dengan terminal R 8.7.3.5. Tidak ada output 8.7.3.6. Pengecekan output alternator 8.7.4. Membongkar Alternator Tanpa Sikat 8.7.5. Memasang Kembali Alternator 8.7.6. Perakitan Akhir Alternator 8.8. Ringkasan 8.9. Soal-soal Latihan
249 249 252 254 254 255 256 256 256 256 259 263 267 270 271 273 273 275 280 286 291 291 292 292 293
294 294 295 297 302 307 308 309 ix
BAB 9
BAB 10
SISTEM PENGAPIAN ( IGNITION SYSTEM) 9.1. Pendahuluan 9.1.1. Prinsip Dasar Sistem Pengapian 9.1.2. Komponen dan Fungsi Komponen Sistem Pengapian 9.1.2.1. Baterai 9.1.2.2. Kunci kontak 9.1.2.3. Koil pengapian 9.1.2.4. Distributor 9.1.2.5. Kabel tegangan tinggi 9.1.2.6. Busi 9.2. Sistem Pengapian Ko nvensional 9.2.1. Prinsip Kerja Sistem Pengapian 9.2.2. Tegangan Sekunder 9.3. Sistem Pengapian Elektronik 9.3.1. Sistem Pengapian Semi Elektronik 9.3.2. Sistem Pengapian Full Elektronik 9.3.2.1. Tipe Induktif 9.3.2.2. Tipe Hall Effect 9.3.2.3. Tipe Iluminasi 9.3.3. Sistem Pengapian CDI (Capacitive Discharge Ignition) 9.3.4. Sistem Pengapian Terkontrol Komputer 9.3.4.1. Elelectronic Spark Adavance (ESA) dengan Distributor 9.3.4.2. Sistem Pengapian Tanpa Distributor / Distributorless Ignition System (DLI) 9.3.4.3. Sistem Pengapian Langsung / Direct Ignition System (DIS) 9.3.4.4. i-DSI (Intelegent Double Sequential Ignition) 9.4. Energi pengapian dan performa pengapian 9.5. Pemeriksaan pada Sistem Pengapian 9.6. Perbandingan Sistem Pengapian 9.7. Ringkasan 9.8. Soal-soal Latihan
311 311 312
SISTEM PENERANGAN 10.1. Pendahuluan 10.2. Nama dan Fungsi Komponen Sistem Penerangan 10.2.1. Lampu Kepala 10.2.2. Lampu Kota 10.2.3. Lampu Tanda Belok 10.3. Cara Kerja Sistem Penerangan 10.3.1. Lampu Kepala 10.3.2. Lampu Kota 10.3.3. Lampu Tanda Belok dan Tanda Bahaya 10.4. Pemeriksaan Sistem Penerangan 10.5. Gangguan dan Perbaikan Sistem Penerangan
377 377 378 379 381 382 386 386 393 394 398 413
314 314 314 315 317 324 325 328 330 333 335 335 337 340 343 345 346 350 353
354 357 358 360 361 373 374 375
x
10.6. Ringkasan 10.7. Soal-soal Latihan BAB 11
BAB 12
BAB 13
SISTEM KELISTRIKAN BODI KONTROL ELEKTRONIK 11.1. Pendahuluan 11.2. Komponen, Fungsi, dan Cara Kerja S istem Kelistrikan Bodi 11.2.1. Sistem Central Lock 11.2.2. Sistem Power Window 11.2.3. Sistem Penghapus Kaca 11.3. Pemeriksaan dan Pengaturan Sistem Kelistrikan Bodi Kontrol Elektronik 11.4. Analisa Gangguan dan Perbaikan Sistem Kelistrikan Bodi Kontrol Elektronik 11.5. Ringkasan 11.6. Soal-soal Latihan
414 414
415 415 415 417 433 447 472 479 480 480
INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan 12.2. Macam-Macam Instrumen dan Sistem Peringatan 12.2.1. Meter Bahan Bakar 12.2.2. Meter Temperatur 12.2.3. Meter Putaran Engine (rpm Meter) 12.2.4. Pengukuran Minyak Pelumas 12.2.5. Speedo Meter 12.3. Komponen dan Fungsi Instr umen dan Sistem Peringatan 12.4. Prinsip Kerja Instrumen dan Sistem Peringatan 12.5. Gangguan dan Perbaikan 12.6. Pemeriksaan Sistem Kelistrikan Bodi 12.7. Ringkasan 12.7. Soal-soal Latihan
481 481 482 482 483 483 484 485
SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) 13.1. Pendahuluan 13.2. Macam-macam Sistem Kelistrikan Tambahan 13.2.1. Sistem lampu pengendaraan siang hari 13.2.2. Sistem lampu kabut 13.2.3. Sistem kontrol lampu otomatis 13.2.4. Sistem power mirror 13.2.5. Sistem engine immobilzer 13.3 Prinsip Kerja Sistem Kelistrikan Tambahan 13.3.1. Sistem power mirror 13.3.2. Sistem lampu pengendaraan siang hari 13.3.3. Sistem lampu kabut depan dan belakang 13.3.4. Sistem kontrol lampu otomatis 13.3.5. Engine immobilzer 13.4. Gangguan dan Pemeriksaan
503 503 503 503 504 504 504 505 505 505 508 512 514 514 520
486 490 494 496 502 502
xi
BAB 14
13.5. Ringkasan 13.6. Soal-soal Latihan
521 522
SISTEM AC (AIR CONDITIONER) 14.1. Pendahuluan 14.2. Komponen Sist em AC 14.3. Fungsi Komponen Sistem AC 14.4. Prinsip Kerja Sistem AC 14.5. Pemeliharaan Sistem AC 14.5.1. Pemeriksaan jumlah pengisian refrigerant 14.5.2. Memulihkan refrigerant 14.5.3. Melepas dan memasang kompresor AC 14.5.4. Mengisi refrigeran 14.6. Analisa gangguan pada Sistem AC 14.7. Ringkasan 14.7. Soal-soal Latihan
523 523 523 525 548 551 552 557 558 567 574 575 575
DAFTAR PUSTAKA
577
xii
DAFTAR TABEL TABEL 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 3.1 4.1 4.2 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 6.1 6.2 6.3 8.1 8.2 9.1 9.2 9.3 10.1 10.2 11.1 11.2 12.1 12.2 12.3 12.4 13.1 13.2 14.1
Halaman Tegangan dan Satuannya 27 Arus dan Satuannya 27 Resistansi dan Satuannya 27 Daya dan Satuannya 28 Kapasitansi dan Satuannya 29 Kode Warna pada Resistor 53 Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan 81 Warna Kabel pada Sistem Kelistrikan 93 Reaksi Kimia saat Pengeluaran Arus ( discharging) 106 Reaksi Kimia saat Pengisian Baterai ( Charging) 107 Berat Jenis Elektrolit dan kondisi Isi baterai 111 Contoh Harga Hasil Pembacaan Berat jenis Elektrolit 112 Lembar Pemeriksaan Baterai 115 Tabel Konversi Temperatur -Tegangan pada Pengujian Beban 117 Besarnya Arus dan Lamanya Waktu Pengisian 119 Warna Badan Sekering dan Kapasitas Sekering untuk Ukuran 127 Standar dan Mini Warna Badan Sekering dan Kapasitas Sekering untuk besar 127 Warna Badan Sekering dan Kapasitas Sekering untuk besar 129 Daya dan Arus untuk Penerapan Alternator 249 Trouble Shooting Sistem Pengisian IC 273 Kondisi busi setelah dipakai pada mesin 361 Perbandingan sistem pengapian 373 Perbandingan struktur masing -masing sistem pengapian 374 Sistem Penerangan Menurut Peraturan Pemerintah No.44 / 1993 377 Gangguan, penyebab dan cara mengatasi pada sistem penerangan 413 Kerja Saklar Posisi Pintu 422 Analisa Gangguan pada sistem bodi kontrol elektronik 479 Lampu Penunjuk pada Instrumen 482 Gangguan, penyebab dan cara mengatasi pada instrumen dan sistem peringatan 494 Penunjukan standar speedometer 495 Penunjukkan standar tachometer 496 Gangguan, penyebab, dan cara mengatasi masalah pada sistem kelistrikan tambahan 520 Pemeriksaan rakitan kaca spion 521 Gangguan, penyebab dan cara mengatasi pada sistem AC 574
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Penggunaan kunci pas 1.2 Arah gerakan penggunaan kunci pas 1.3 Penggunaan kunci ring 1.4 Kunci inggris 1.5 Penggunaan obeng 1.6 Penggunaan obeng yang salah 1.7 Macam-macam palu 1.8 Dongkrak hidrolik 1.9 Mendongkrak kendaraan 1.10 Jack Stand dan penempatannya pada kendaraan 1.11 Jangka sorong, pembacaan, dan cara penggunaannya 1.12 Jangka sorong tipe dial 1.13 Jangka sorong tipe digital 1.14 Mikrometer manual dan digital 1.15 Pembacaan pada mikrometer manual 1.16 Feeler gauge 1.17 Hidrometer 1.18 Ampermeter 1.19 Voltmeter 1.20 Ohmmeter 1.21 Multitester digital dan analog 1.22 Timing light 1.23 Tacho dan Dwell meter 1.24 Pengetes beban baterai 1.25 Pengetes sistem pengapian 1.26 Pembersih busi 1.27 Pengetes distributor 1.28 Simbol baterai (a) sel tunggal, (b) sel banyak 1.29 Simbol massa 1.30 Sambungan atau percabangan (a,b) bersambung, (c) tidak bersambung 1.31 Induktor (a) simbol umum, (b) induktor tetap dan variabel, (c) induktor dengan inti besi, (d) induktor dengan inti besi lunak 1.32 Simbol saklar 1.33 Simbol resistor 1.34 Simbol kapasitor (a) nonpolar, (b) bipolar, (c) variabel 1.35 Symbol dioda 1.36 Simbol transistor (a) tipe NP N, (b) tipe PNP 1.37 Simbol thyristor 2.1 Struktur atom 2.2 Struktur atom hidrogen dan tembaga 2.3 Ion positif dan ion negatif 2.4 Aliran elektron 2.5 Atom bahan konduktor, semikonduktor, dan isolator 2.6 Listrik statis 2.7 Listrik arus searah dan arus bolak -balik 2.8 Teori aliran arus
Halaman 2 3 3 4 4 5 5 5 6 6 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 13 14 14 15 15 15 16 16 17 17 17 18 18 19 19 21 22 22 23 23 24 25 25 xiv
2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2.17 2.18 2.19 2.20 2.21 2.22 2.23 2.24 2.25 2.26 2.27 2.28 2.29 2.30 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23 3.24 3.25 3.26 3.27 3.28
Efek-efek yang diakibatkan oleh listrik Perbedaan nilai resistansi pada beberapa kondisi Multitester analog dan digital Bagian-bagian multitester Skala pada multitester Contoh pengukuran tahanan dan posisi jarum multitester Pengukuran tegangan baterai Contoh posisi selektor, dan posisi jarum multitester Pengukuran arus pada rangkai an Komponen dasar rangkaian kelistrikan Prinsip pengukuran tegangan, arus, dan tahanan Rangkaian seri Aliran arus pada rangkaian seri dan tegangan pada tiap beban Rangkaian paralel Aliran arus pada rangkaian paralel Rangkaian seri-paralel Aliran arus pada rangkaian seri-paralel Baterai dihubungkan secara seri Baterai dihubungkan secara paralel Pengukuran tegangan pada rangkaian kelistrikan Medan magnet di sekitar penghantar yang dialiri arus listrik Elektromagnet Atom bahan semikonduktor Susunan kristal silikon murni Susunan kristal bahan semikonduktor tipe P Aliran hole pada bahan semikonduktor tipe P Susunan kristal bahan semikonduktor tipe N Aliran elektron pada bahan semikonduktor tipe N Resistor dengan empat cincin warna Resistor dengan lima cincin warna Resistor tipe gulungan kawa t dan tipe karbon Resistor tipe bertingkat Reostat Karakteristik termistor dan LDR Kapasitor Efek penerapan tegangan pada kapasitor Sambungan PN, simbol dioda dan bentuk dioda Saklar dalam kondisi terbuka Saklar dalam kondisi tertutup, bias maju Saklar dalam kondisi tertutup, bias mundur Penyearahan setengah gelombang Penyearahan gelombang penuh Simbol dioda zener dan rangkaian penstabil tegangan Rangkaian dengan photo dioda Dioda bercahaya (LED) Transistor Transistor tipe NPN dan PNP Kerja transistor tipe NPN Kerja transistor tipe PNP Kesamaan prinsip kerja relai dan trasistor
26 28 30 31 32 33 33 34 34 35 35 36 37 38 39 40 42 43 43 44 45 46 50 50 51 51 52 52 54 54 55 55 55 56 56 57 58 58 59 59 60 60 61 62 62 63 63 64 64 65 xv
3.29 Pemanfaatan transistor NPN sebagai sakl ar untuk menyalakan lampu 3.30 Pemanfaatan transistor NPN sebagai saklar untuk menyalakan lampu 3.31 Contoh penggunaan NTC pada rangkaian 3.32 Rangkaian dengan menggunakan PTC 3.33 Rangkaian dengan menggunakan LDR 3.34 Lapisan bahan semi konduktor pada thiristor 3.35 SCR 3.36 Air Flow Meter 3.37 Throttle Position Sensor 3.38 Skema penyearahan oleh dioda pada sistem pengisian 3.39 Pemasangan dioda pada relai 3.40 Dioda zener pada rangkaian pestabil tegangan 3.41 Penggunaan dioda zener pada regulator elektronik 3.42 Penggunaan dioda zener pada sistem pengapian 3.43 Thiristor (D) pada rangkaian pengapian CDI 3.44 Sensor temperature air pendingin 3.45 Sensor temperatur udara masuk pada intake manifold 3.46 Air Flow Meter model Karman Vortex 3.47 Pengukuran resistor 3.48 Pengukuran dioda dengan multitester digital 3.49 Pengukuran dioda dengan multitester analog 3.50 Pengukuran transistor PNP dengan multitester digital 3.51 Pengukuran transistor NPN dengan multitester digital 4.1 Rangkaian kontrol arus dan kontrol massa 4.2 Aliran arus pada rangkaian kontrol arus dan kontrol massa 4.3 Pengukuran penurunan tegangan pada rangkaian seri 4.4 Pengukuran arus pada ran gkaian seri 4.5 Pengukuran tahanan pada rangkaian seri 4.6 Pengukuran tegangan untuk mencari bagian yang putus 4.7 Pengukuran tegangan pada rangkaian paralel 4.8 Pengukuran arus pada rangkaian paralel 4.9 Pengukuran tahanan pada rangkai an paralel 4.10 Rangkaian sistem klakson 4.11 Pengecekan rangkaian dengan mengukur tegangan 4.12 Pengukuran tahanan pada rangkaian 4.13 Macam-macam kebel 4.14 Harness 4.15 Kabel satu warna dan dua warna 4.16 Soket, memotong terminal soket lama untuk diganti 4.17 Penyambungan terminal dan kabel baru 4.18 Kerusakan pada kabel penghantar 4.19 Pengupas kabel dan solder 5.1 Baterai 5.2 Bagian-bagian baterai 5.3 Kotak dan tutup baterai 5.4 Plat positif dan negatif baterai dalam satu sel 5.5 Baterai gel cell 5.6 Penyekat atau sparator di antara plat baterai
65 66 66 67 67 68 68 69 70 70 71 71 72 72 73 74 74 75 76 77 77 78 79 83 84 85 85 86 86 87 87 88 89 89 90 92 92 93 93 94 95 95 97 98 99 99 100 101 xvi
5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13 5.14 5.15 5.16 5.17 5.18 5.19 5.20 5.21 5.22 5.23 5.24 5.25 5.26 5.27 5.28 5.29 5.30 5.31 5.32 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10 6.11 6.12 6.13 6.14 6.15 6.16 6.17 6.18 6.19 6.20 7.1 7.2 7.3 7.4
Sel baterai Terminal baterai Tutup ventilasi Campuran asam dan air pada larutan elektrolit Dasar kerja sel Baterai dalam kondisi terisi penuh ( charged) Pengeluaran arus (discharging) Baterai kosong Pengisian baterai Hubungan berat jenis elektrolit dengan tingkat kekosongan baterai Hubungan berat jenis elektrolit dengan temperature elektrolit Bagian-bagian baterai yang diperiksa secara visual ihkan terminal dan kabel baterai Penggunaan hidrometer untuk mengukur berat jenis elektrolit Membaca hasil pengukuran elektrolit menggunakan hidrometer Memeriksa berat jenis elektrolit dengan refraktometer Koreksi harga berat jenis akibat perbedaan temperatur Hidrometer yang terpasang di dalam baterai Pengujian tegangan rangkaian terbuka Pengukuran penurunan tegangan pada terminal baterai dan klem Pengujian beban berat Charger Pengisian baterai Menjamper baterai Menjumper baterai pada kendaraan Baterai dirangkai secara seri Komponen Pengaman Rangkaian Pemasangan sekering pada sumber Rangkaian tidak bekerja jika sekering putus Letak kotak sekering pada kendaraan Kotak sekering dan tutup Sekering tipe bilah dan tipe tabung kaca Sekering tipe bilah ukuran besar, standar dan mini Sekering tipe tabung kaca dan keramik Elemen pengaman dan sambungan pengaman Element pengaman dan bagian -bagiannya Lokasi pemasangan elemen pengaman Pemutus rangkaian Pemutus rangkaian tipe manual Kerja pemutus rangkaian Kontak pemutus otomatis tipe mekanik Pemutus rangkaian PTC Menarik komponen pengaman Kondisi sekering dan pengukuran sekering Pemeriksaan visual dan pengukuran fusible link Pengukuran dan pengesetan ulang pemutus rangkaian Sistem starter pada kendaraan Arah aliran arus dan arah medan magnet yang dihasilkan Efek penghantar yang dialiri arus dalam suatu medan magnet Penghantar dengan bentuk U dalam medan magnet
101 102 102 103 104 105 105 106 106 107 108 109 110 110 111 112 113 113 114 116 116 117 118 120 121 121 123 124 124 125 125 126 126 127 128 128 129 130 130 131 131 132 133 133 134 135 137 138 138 139 xvii
7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 7.11 7.12 7.13 7.14 7.15 7.16 7.17 7.18 7.19 7.20 7.21 7.22 7.23 7.24 7.25 7.26 7.27 7.28 7.29 7.30 7.31 7.32 7.33 7.34 7.35 7.36 7.37 7.38 7.39 7.40 7.41 7.42 7.43 7.44 7.45 7.46 7.47 7.48 7.49 7.50 7.51 7.52 7.53 7.54
Gerakan komutator saat berputar Rangkaian dasar motor starter Komponen dan rangkaian sistem starter Kunci kontak Konstruksi motor starter model konvensional Solenoid Kumparan pull dan dan hold-in coil dialiri arus Plat kontak menempel dan arus mengalir dari terminal 30 ke C Saat kunci kontak terbuka Kopling starter tipe roller Kerja kopling starter Kopling starter tipe plat banyak Kopling starter model sprag Armatur Slot dan kumparan pada inti armatur Macam-macam bentuk inti besi Komutator Kumparan medan Skema motor jenis seri Grafik karakteristik motor starter Skema motor jenis shunt (paralel) Skema motor jenis compound Motor starter jenis magnet permanen Sikat dan dudukan sikat Tuas penggerak pada motor starter Kerja sistem starter saat kunci kontak posisi ST Kerja sistem starter saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear Kerja sistem starter saat kunci kontak kembali ke p osisi ON (IG) Berbagai macam motor starter tipe konvensional Motor starter tipe reduksi Konstruksi motor starter tipe reduksi Solenoid motor starter reduksi Aliran arus pada solenoid saat kunci kontak ON Aliran arus pada solenoid saat plat kontak terhubung Aliran arus pada solenoid saat kunci kontak dilepas Hubungan solenoid dan unit kopling starter Unit kopling starter, gigi reduksi dan gigi pinion Kopling starter saat armatur memutarkan rumah kopling Kopling starter saat gigi piniondiputarkan oleh flywheel Roda gigi reduksi Armature motor starter reduksi (a) dan konvesional (b) Aliran arus saat kunci kontak posisi start (ST) Aliran arus saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear Aliran arus saat kunci kontak lepas Beberapa model motor starter reduksi yang banyak digunakan Motor starter tipe planetari Bagian-bagian motor starter tipe planetary Sistem penyalur tenaga putar pada motor starter planetari Komponen-komponen motor starter tipe planetary Komponen lengkap motor starter tipe planetari
139 140 141 142 143 144 144 145 145 146 146 147 147 148 149 149 151 151 151 152 153 153 154 155 156 156 157 158 164 164 165 166 166 167 167 168 168 169 169 170 170 172 173 174 178 179 179 180 180 181 xviii
7.55 7.56 7.57 7.58 7.59 7.60 7.61 7.62 7.63 7.64 7.65 7.66 7.67 7.68 7.69 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 8.10 8.11 8.12 8.13 8.14 8.15 8.16 8.17 8.18 8.19 8.20 8.21 8.22 8.23 8.24 8.25 8.26 8.27 8.28 8.29 8.30 8.31 8.32 8.33
Prinsip gigi planetari Plat kopling pada motor starter planetary Beberapa model motor starter tipe planetari Karakteristik motor starter berdasarkan kapasitas battery Karakteristik motor starter terhadap temperature Karakteristik mesin saat di -start Rangkaian umum sistem starter Cara kerja rangkaian sistem starter Rangkaian sistem starter dengan saklar pada kopling Rangkaian sistem starter dengan saklar posisi netral Rangkaian sistem starter denga n saklar netral dalam keadaan OFF Pengetesan penurunan tegangan pada kabel positif baterai Pengetesan penurunan tegangan pada kabel negatif baterai Pengetesan penurunan tegangan tegangan pada solenoid Pengetesan penurunan tegangan pada rangkaian sistem starter Sistem pengisian Dasar alternator Gelombang gaya elektromotif Alternator dengan tiga kumparan dan grafik output tegangan Komponen sistem pengisian konvensional Alternator konvensional dan terminal -terminalnya Komponen-komponen alternator Rotor pada alternator Garis-garis gaya magnet pada kumparan rotor Rotor tipe kutub dan tipe Randle Kumparan stator (stator coil) Kumparan stator model bintang dan delta pada alternator Dioda terpasang pada ujung kumparan stator Rangkaian enam dioda dalam alternator Penyearahan oleh dioda pada kumparan stator model bintang Penyearahan oleh dioda pada kumparan stator model delta Regulator Regulator tipe konvensional Prinsip alternator dan pengaturan arus kumparan rotor oleh regulator Hubungan antar komponen sistem pengisian Hubungan alternator dengan terminal -terminal regulator Prinsip dasar regulator saat putaran lambat Prinsip dasar regulator saat putaran sedang Prinsip dasar regulator saat putaran tinggi (kontak terhubung (a) dan terlepas lepas (b) denga n P2 secara periodik) Rangkaian sistem pengisian konvensional Saat kunci kontak ON mesin mati Saat mesin berputar lambat Saat mesin putaran sedang Saat mesin putaran tinggi Rangkaian sistem pengisian dengan alternator tipe regulator IC Alternator dengan regulator elektronik yang terpasang di dalamnya Konstruksi alternator dengan regulator IC Bagian dalam alternator dengan regulator IC
182 182 183 185 185 186 195 196 196 197 197 198 199 196 200 203 204 204 205 206 207 208 209 210 210 211 211 212 213 214 214 215 216 217 217 218 219 219 220 221 222 222 223 224 225 226 226 227 xix
8.34 8.35 8.36 8.37 8.38 8.39 8.40 8.41 8.42 8.43 8.44 8.45 8.46 8.47 8.48 8.49 8.50 8.51 8.52 8.53 8.54 8.55 8.56 8.57 8.58 8.59 8.60 8.61 8.62 8.63 8.64 8.65 8.66 8.67 8.68 8.69 8.70 8.71 8.72 8.73 8.74 8.75 8.76 8.77 8.78 8.79 8.80 8.81 8.82
Regulator IC dan regula tor konvensional Dioda pada alternator Kumparan stator Rotor Sikat dan dudukan sikat Dasar pengaturan arus rotor koil pada alternator Skema dasar regulator IC Skema sistem pengisian deng an regulator IC Aliran arus saat kunci kontak ON, mesin belum hidup Aliran arus saat Tr1 dan Tr3 ON Aliran arus saat tegangan alternator kurang dari 14 V Aliran arus saat tegangan alternator lebih dari 14 V Saat Tr1 OFF Saat Tr1 kembali ON Aliran arus saat tegangan turun kurang dari 14 V Saat terminal S putus ON dan OFF-nya Tr1 saat terminal S putus Aliran arus saat terminal B putus Diagam sistem pengisian MIC model lain Beberapa macam alternator dengan regulator IC Alternator model brushless Konstruksi dan penampang alternator tanpa sikat (33 -34 SI Delco Remy) Komponen-komponen Alternator Tanpa Sikat Rangkaian sistem pengisian dengan alternator tanpa sikat Hubungan alternator dengan regulator sistem pengisian tanpa sikat Skema alternator tanpa sikat dan regulator IC Saat kunci kontak ON mesin belum hidup Aliran arus saat Tr1 ON Aliran arus saat tegangan alternator kurang dari 14 V Aliran arus saat tegangan alternator lebih dari 14 V Aliran arus jika output alternator kembali turun Pemeriksaan baterai dan terminalnya Pemeriksaan sekering dan fusible link Pemeriksaan tali kipas Periksa alternator Lampu pengisian Pengujian output sistem pengisian Menghubungsingkatkan terminal F Lokasi terminal F pada beberap a model alternator IC Pengujian pada bagian positif sistem pengisian Pengujian pada bagian negatif sistem pengisian Pemeriksaan lampu pengisian tidak menyala saat kunci kontak ON Pemeriksaan lampu pengisian tidak mat i setelah mesin hidup Pemeriksaan lampu pengisian menyala redup saat mesin hidup Pemeriksaan lampu kadang-kadang menyala saat mesin hidup Pemeriksaan baterai lemah atau kosong Melepas terminal B dan soket pada altern ator Melepas tali kipas Memutarkan alternator untuk menguji suara tidak normal
227 228 229 229 230 231 231 233 234 234 235 236 236 237 237 238 239 240 240 241 238 242 243 243 244 245 245 246 246 247 248 250 250 251 251 252 252 253 254 254 255 256 257 257 258 258 260 260 261 xx
8.83 8.84 8.85 8.86 8.87 8.88 8.89 8.90 8.91 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 9.10 9.11 9.12 9.13 9.14 9.15 9.16 9.17 9.18 9.19 9.20 9.21 9.22 9.23 9.24 9.25 9.26 9.27 9.28 9.29 9.30 9.31 9.32 9.33 9.34 9.35 9.36 9.37 9.38 9.39
Pengujian hubungan kumparan rotor Pengujian dioda positif pada alternator Pengujian dioda negatif pada alternator Diagram alir pemeriksaan gangguan sistem pengisian IC Lepasan komponen-komponen alternator IC Rangkaian sistem pengisian dengan brushless alternator Memagnetkan kembali rotor Pengecekan pada sistem pengisian Pengecekan output arus Sistem pengapian Prinsip dasar pembangkitan tegangan pada koil Diagram pembakaran pada motor bensin Pemajuan saat pengapian Komponen sistem pengapian Kunci kontak Koil Pengapian Rangkaian koil dengan dan tanpa resistor Distributor Pemutus arus primer koil di dalam distributor Kontak pemutus dan pembangkit sinyal induktif Kontak pemutus Rotor dan tutup distributor Sentrifugal advancer Vakum advancer Kerja vakum advancer Karakteristik vakum advancer akibat penyetelan octane selector Kondensor Pengaruh penggunaan kondensor yang tidak sesuai Kabel tegangan tinggi Kabel tegangan tinggi tipe karbon Kabel tipe double wire wound Busi Busi panas dan busi dingin Hubungan tegangan yang dibutuhkan dengan celah busi Grafik hubungan antara tegangan dan t ekanan kompresi pada beberapa suhu campuran udara bahan bakar Susunan komponen sistem pengapian konvensional Gambaran sederhana sistem pengapian konvnesional Sistem pengapian saat kontak pemutus tertutup Skema sistem pengapian saat kontak pemutus terbuka Pembuangan muatan kondensor saat kontak pemutus tertutup Grafik arus primer koil pada sistem pengapian tipe kontak pemutus Kumparan primer dan sekunder koil Transistor dan sistem pengapian semi elektronik saat kontak pemutus tertutup Aliran arus ke kumparan primer koil Sistem pengapian semi elektronik saat kontak pemutus terbuka Dasar sistem pengapian elektronik Aliran arus pada koil sa at trnasistor ON Transistor OFF, arus primer terputus, terjadi percikan api
261 262 262 274 275 292 295 295 296 311 312 313 313 314 314 315 316 317 318 319 319 320 320 321 322 322 323 323 324 324 325 325 326 327 328 329 330 331 331 332 333 333 336 336 337 337 338 339 xxi
9.40 9.41 9.42 9.43 9.44 9.45 9.46 9.47 9.48 9.49 9.50 9.51 9.52 9.53 9.54 9.55 9.56 9.57 9.58 9.59 9.60 9.61 9.62 9.63 9.64 9.65 9.66 9.67 9.68 9.69 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 10.10 10.11 10.12 10.13 10.14 10.15 10.16 10.17 10.18
Perbandingan karakteristik pengapian konvensional dan transistor Diagram blok sistem pengapian full elektronik Diagram sistem pengapian tran sistor model induktif Skema lengkap sistem pengapian induktif Diagram blok sistem pengapian model induktif Prinsip Hall effect Pembangkit pulsa Hall effect Diagram blok dan skema sistem penggapian Hall effect Pembangkit pulsa dengan sensor cahaya Pengapian sistem cahaya Prinsip dasar pengisian dan pembuangan muatan kapasitor pada kumparan Diagram blok system pengapian CDI Pengapian CDI dengan kontak point Rangkaian sistem pengapian CDI Komponen sistem pengapian terkontrol komputer Diagram blok sistem pengapian ESA Penyederhanaan sistem pengapian ESA Bagian-bagian dalam igniter Pemajuan sinyal IGT Sistem pengapian ESA dengan distributor Skema sistem pengapian DLI untuk 4 silinder Skema sistem pengapian DLI untuk 6 silinder Sistem pengapian CDI yang dikontrol komputer Beberapa model sistem pengapian DLI Ilustrasi sistem pengapian langsung Koil yang terpasang pada busi Skema DIS model independen Letak busi sistem pengapian iDSI Perubahan saat penyalaan busi pada beberapa putaran engine Loncatan api pada busi Lampu kepala Komponen lengkap sistem penerangan Saklar kontrol lampu dan saklar dim lampu kepala Rangkaian sistem lampu depan tanpa relai Rangkaian lampu depan dengan relai Rangkaian lampu depan dengan relai kombinasi Rangkaian lampu belakang Komponen lampu tanda belok dan tanda bahaya Saklar lampu tanda tanda belok Saklar lampu tanda bahaya Rangkaian lampu tanda belok dengan flasher tipe kontak Flasher lampu tanda belok Rangkaian lampu tanda belok dan tanda bahaya tipe semi transistor Rangkaian lampu tanda belok menggunakan flasher tipe IC Cara kerja lampu dekat tanpa relai Cara kerja lampu jauh tanpa relai Cara kerja lampu depan FLASH tanpa relai Cara kerja lampu dekat dengan relai
339 340 341 342 342 343 343 344 345 345 347 347 349 350 350 351 352 352 353 354 354 355 356 357 357 358 358 359 360 361 377 378 379 380 380 381 382 382 383 383 384 384 385 385 386 387 388 389 xxii
10.19 10.20 10.21 10.22 10.23 10.24 10.25 10.26 10.27 10.28 10.29 10.30 10.31 10.32 10.33 10.34 10.35 10.36 10.37 10.38 10.39 10.40 10.41 10.42 10.43 10.44 10.45 10.46 10.47 10.48 10.49 10.50 10.51 10.52 10.53 10.54 10.55 10.56 10.57 10.58 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.7 11.8 11.9 11.10
Cara kerja lampu jauh dengan relai Cara kerja lampu FLASH dengan relai Cara kerja lampu dekat dengan relai kombinasi Cara kerja lampu jauh dengan relai kombinasi Cara kerja lampu FLASH dengan relai kombinasi Cara kerja lampu belakang Kunci kontak ON dan pengisian kapasitor Saat saklar tanda belok ON dan lampu menyala Pengeluaran kapasitor Lampu tanda belok menyala Cara kerja lampu tanda belok saat belok kiri Cara kerja lampu tanda belok saat belok kanan Cara kerja lampu tanda bahaya Melepas terminal negatif baterai Melepas konektor bohlam lampu kepala Melepas tutup karet soket bohlam lampu kepala Melepas bohlam lampu besar dari dudukannya Mengukur kontinuitas pada terminal bohlam Memeriksa tegangan baterai Memeriksa posisi konektor lampu kepala Memeriksa bentuk konektor lampu kepala Memeriksa warna kabel pada sirkuit Melepas saklar kontrol lampu Memeriksa saklar kontrol lam pu Memeriksa konektor saklar kontrol lampu Memeriksa warna kabel pada konektor saklar kontrol lampu Melepas tuas saklar kontrol lampu Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu Memeriksa kontinuitas sa klar kontrol lampu posisi TAIL Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu posisi HEAD (LOW) Memeriksa kontinuitas saklar kontrol lampu posisi HEAD (HIGH) Memasang kembali terminal negatif baterai Memasang kembali soket saklar kontrol lampu Memeriksa tegangan sirkuit lampu dekat Memeriksa tegangan sirkuit lampu jauh Memasang kembali bohlam lampu kepala Memasang penutup bohlam Memasang konektor bohlam lampu kepa la Memeriksa kerja sistem lampu dekat setelah semua terpasang Memeriksa kerja sistem lampu dekat setelah semua terpasang Sistem pengunci pintu ( door lock) Sistem power window Sistem penghapus dan pembasuh kaca Saklar pengoperasian door lock Operasi kontrol door lock Fungsi membuka dua tahap ( two-step unlock) Fungsi mekanik Komponen sistem pengunci pintu Kunci kontak Saklar kontrol door lock
390 390 391 392 392 393 394 394 395 396 396 397 398 398 399 399 400 400 401 402 402 403 403 404 404 405 405 406 406 407 408 408 409 409 410 410 411 411 412 412 415 416 416 417 417 418 419 420 420 420 xxiii
11.11 11.12 11.13 11.14 11.15 11.16 11.17 11.18 11.19 11.20 11.21 11.22 11.23 11.24 11.25 11.26 11.27 11.28 11.29 11.30 11.31 11.32 11.33 11.34 11.35 11.36 11.37 11.38 11.39 11.40 11.41 11.42 11.43 11.44 11.45 11.46 11.47 11.48 11.49 11.50 11.51 11.52 11.53 11.54 11.55 11.56 11.57
Rakitan door lock Motor kontrol central lock Saklar posisi door lock Rangkaian fungsi pembukaan dan penguncian manual Cara kerja saat mengunci secara manual Cara kerja saat tidak mengun ci secara manual Rangkaian penguncian/pembukaan yang terhubung dengan kunci Cara kerja pada saat mengunci pintu menggunakan anak kunci Cara kerja saat membuka penguncian pintu menngunakan anak kunci Rangkaian fungsi membuka dua tahap ( two step unlock) Cara kerja ketika membuka pintu dengan kunci dilakukan sekali Cara kerja ketika membuka pintu dengan kunci dilakukan dua kali berturut-turut Rangkaian fungsi mencegah tertinggalnya k unci Cara kerja ketika knob pengunci pintu di posisi terbuka Cara kerja ketika knob pengunci pintu di posisi terkunci Sistem door lock yang dikendalikan ECU Sistem power window Saklar power window Fungsi pengaman dari jepitan pada power window Komponen power window Regulator dan motor power window Saklar utama power window Saklar power window dan door lock Saklar courtesy pintu Junction saklar jantan dan betina Rakitan unit pintu geser Rangkaian fungsi membuka/menutup secara manual Cara kerja menutup secara manual Cara kerja membuka secara manual Rangkaian fungsi membuka/men utup otomatis sekali sentuh Cara kerja saat otomatis tertutup sekali sentuh Cara kerja saat otomatis terbuka sekali sentuh Fungsi pengamanan terhadap jepitan Cara kerja fungsi pengamanan dari jepitan Cara kerja fungsi key off power window function Komponen sistem penghapus dan pembasuh kaca depan dan belakang Sensor hujan dan unit kontrol penghapus kaca Tuas penggerak penghapus kaca Motor penghapus kaca Nosel dan tangki dan pembasuh kaca Motor dan tangki pembasuh kaca Saklar penghapus dan pembasuh kaca Fungsi hubungan pembasuh kaca Rangkaian kelistrikan sistem penghapus dan pembasuh kaca Cara kerja penghapus kaca dengan saklar posisi LOW/MIST Cara kerja penghapus kaca dengan saklar posisi HIGH Cara kerja penghapus kaca dengan saklar posisi OFF
421 421 422 423 424 425 426 426 427 427 428 429 429 430 431 432 433 434 434 435 436 437 437 438 439 439 440 441 442 443 444 444 445 446 446 447 448 449 450 451 452 453 453 454 455 456 457 xxiv
11.58 Rangkaian saklar hubungan penghapus kaca 11.59 Cara kerja fungsi hubungan penghapus kaca saat saklar posisi LO 11.60 Cara kerja fungsi hubungan penghapus kaca saat saklar posisi OFF 11.61 Cara kerja fungsi hubungan penghapus kaca saat penghapus kaca berhenti 11.62 Cara kerja penghapus kaca dengan saklar posisi INT 11.63 Cara kerja penghapus kaca dengan saklar posisi INT dengan Tr ON 11.64 Cara kerja penghapus kaca dengan saklar posisi INT dengan Tr OFF 11.65 Cara kerja pembasuh kaca dengan saklar posisi ON 11.66 Sistem penghapus area penuh 11.67 Cara kerja penghapus area penuh 11.68 Fungsi interval INT yang dapat disetel 11.69 Fungsi pengubah kecepatan kendaraan 11.70 Fungsi pencegah tetesan 11.71 Fungsi sensor hujan 11.72 Pengaturan kembali motor power window 11.73 Karet penghapus kaca 11.74 Rakitan karet penghapus kaca 11.75 Melepas karet penghapus kaca 11.76 Tipe dengan plat belakang 11.77 Perbedaan tipe dengan plat belakang dan tanpa plat belakang 11.78 Mengenali lubang pemasangan karet penghapus kaca tipe dengan plat belakang 11.79 Memasang karet penghapus kaca tipe dengan plat belakang 11.80 Mengenali posisi pemasangan karet tipe tanpa plat belakang 11.81 Memasang karet penghapus kaca tipe tanpa plat belak ang 11.82 Memasang bilah penghapus kaca 12.1 Instrumen pada meter kombinasi 12.2 Tampilan meter penunjuk bahan bakar 12.3 Tampilan meter penunjuk temperatur 12.4 Tampilan meter putaran mesin l 12.5 Tampilan meter pengukur tek anan minyak pelumas 12.6 Rangkaian pengukur tekanan minyak pelumas 12.7 Tampilan meter kecepatan kendaraan analog 12.8 Tampilan meter kecepatan kendaraan digital (Speedometer) 12.9 Tampilan tripmeter 12.10 Konstruksi meter kombinas i dan sistem peringatan 12.11 Pengirim sinyal jumlah bahan bak ar 12.12 Sensor temperatur mesin 12.13 Karakteristik thermistor 12.14 Pengirim sinyal kecepatan kendaraan 12.15 Penerima sinyal pada meter bahan bakar 12.16 Penerima sinyal kecepatan kendaraan analog 12.17 Rangkaian meter bahan bakar tipe cross coil 12.18 Pengaruh perubahan jumlah bahan bakar pada tangki bahan bakar terhadap medan magnet pada crosscoil 12.19 Rangkaian meter temperatur
458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 474 475 475 476 477 477 478 478 481 482 483 484 484 485 488 486 486 486 487 488 488 489 489 490 490 491 492 xxv
12.20 12.21 12.22 12.23 12.24 12.25 12.26 12.27 12.28 12.29 12.30 12.31 12.32 12.33 12.34 13.1 13.2 13.3 13.4 13.5 13.6 13.7 13.8 13.9 13.10 13.11 13.12 13.13 13.14 13.15 13.16 13.17 13.18 13.19 13.20 13.21 13.22 13.23 14.1 14.2 14.3 14.4 14.5 14.6
Cara kerja pengukur tekanan oli saat tidak ada tekanan Cara kerja pengukur tekanan oli saat tekanan oli tinggi Rangkaian pengukur kecepatan kendaraan digital Melepas terminal negatif baterai Memeriksa cakar pengikat meter kombinasi Cara melepas klip pengikat meter kombinasi Melepas meter kombinasi Posisi konektor meter kombinasi Mengenali terminal konektor pada meter kombinasi Memeriksa rangkaian listrik meter kom binasi Memeriksa tegangan kunci konta k Rangkaian listrik dari kunci kontak yang menuju meter kombinasi Memeriksa tegangan sirkuit iluminasi Rangkaian pemeriksaan sirkuit iluminasi Memeriksa kerja meter kombinasi dan lampu iluminasi Sistem lampu pengendaraan siang hari Sistem kontrol lampu otomatis Engine immobilizer Sistem power mirror Motor power mirror Saklar power mirror Rangkaian sistem power mirror Rangkaian DRL dengan resistor Rangkaian DRL dengan rangkaian seri lampu Rangkaian DRL dengan pengontrolan oleh relai utama DRL Cara kerja sistem penerangan siang hari dengan resistor DRL Cara kerja sistem penerangan siang hari saat bekerja normal Cara kerja lampu kabut depan Cara kerja lampu kabut depan dan belakang Cara kerja sistem kontrol lampu otomatis Komponen Engine immobilizer Engine immobilizer tipe kontrol transponder key ECU Engine immobilizer saat kunci kontak dilepas Engine immobilizer tipe kontrol transpoder key ECU Engine immobilizer saat kunci kontak dimasukkan Menonaktifkan engine immobilizer Mematikan lampu indikator keamanan engine immobilizer Konektor pada power mirror Sistem pengkondisian udara Komponen sistem AC Komponen AC pada kendaraan Kompresor AC tipe crank Konstruksi mekanisme katup pada kompresor tipe crank Kerja mekanisme katup saat pemasukan dan pengeluaran refrigeran 14.7 Kompresor tipe swash plate 14.8 Mekanisme pemasukan dan pengeluaran refrigeran pada tipe swash plate 14.9 Kompresor tipe wobble plate
493 493 494 496 497 497 498 498 499 499 500 500 501 501 502 503 504 505 506 506 507 508 509 510 510 511 512 512 513 514 515 516 517 517 518 519 519 521 523 524 524 525 526 526 527 527 528 xxvi
14.10 Mekanisme pemasukan dan pengeluaran refrigeran tipe wobble plate 14.11 Kompresor tipe through vane 14.12 Cara pemasukan dan pengeluaran refrigeran pada kompresor tipe through vane 14.13 Katup tekanan lebih (pressure relief valve) 14.14 Thermosaklar kompresor tipe through vane 14.15 Kompresor tipe scroll 14.16 Konstruksi scroll 14.17 Penambahan oli karena penggantian komponen sistem AC 14.18 Komponen magnetic clutch 14.19 Cara kerja magnetic clutch 14.20 Kondensor AC 14.21 Receiver/dryer dan sumbat pengaman 14.22 Tampilan gelembung pada kaca periksa refrigeran 14.23 Katup ekspansi 14.24 Evaporator 14.25 Selektor pada kontrol pane l 14.26 Kontrol AC 14.27 Konstruksi pelat pengatur udara 14.28 Pelat pengatur udara masuk 14.29 Pelat pencampur udara 14.30 Kerja pelat pengatur udara campuran kondisi dingin 14.31 Kerja pelat pengatur udara campuran kon disi hangat 14.32 Kerja pelat pengatur udara campuran kondisi panas 14.33 Hembusan arah setengah badan ke atas 14.34 Hembusan arah setengah badan atas sampai kaki 14.35 Hembusan arah kaki 14.36 Hembusan untuk menghilangkan embun ka ca depan 14.37 Hembusan arah kaki dan menghilangkan embun kaca depan 14.38 Tipe penggerak pelat pengatur udara 14.39 Kontrol kecepatan 14.40 Rangkaian kelistrikan AC 14.41 Rangkaian menaikan putaran idle pada sistem karburator 14.42 Rangkaian menaikan putaran idle pada sistem EFI 14.43 Penyerapan panas tubuh oleh air 14.44 Penyerapan panas tubuh oleh alkohol 14.45 Eksperimen cairan yang mudah menguap dalam kotak terisolasi 14.46 Karakteristik refrigeran 14.47 Pemeliharaan sistem AC 14.48 Mengkondisikan kendaraan saat pemeriksaan jumlah refrigeran 14.49 Pemeriksaan jumlah refrigeran melalui kaca periksa 14.50 Memeriksa jumlah refrigeran dengan menggunakan manometer 14.51 Pengaturan pembukaan katup tekanan rendah dan tinggi 14.52 Menutup kedua katup 14.53 Memasang selang pengukur manometer 14.54 Penunjukan tekanan pengukur manometer 14.55 Lokasi pemeriksaan kebocoran gas refrigeran 14.56 Tester kebocoran gas 14.57 Prosedur pemeriksaan dengan tester kebocoran
528 529 529 530 531 532 532 533 534 535 535 536 537 538 538 539 539 540 540 541 541 542 542 543 543 544 544 545 545 546 547 548 548 549 549 550 550 551 552 553 553 554 554 555 555 556 557 557 xxvii
14.58 14.59 14.60 14.61 14.62 14.63 14.64 14.65 14.66 14.67 14.68 14.69 14.70 14.71 14.72 14.73 14.74 14.75 14.76 14.77 14.78 14.79 14.80 18.81 14.82 14.83 14.84 14.85 14.86 14.87 14.88
Penggunan mesin pemulih refrigeran Mengendorkan baut pengikat alternator Mendorong alternator ke arah dalam Melepas pipa kompresor AC Baut pengikat kompresor AC Urutan penggantian oli kompresor Distribusi oli kompresor pada sistem AC Menghitung jumlah penggantian oli kompresor Memasang kembali kompresor AC Memasang pipa saluran ke kompresor Mengencangkan sabuk penggerak kompresor Mengosongkan refrigeran Menutup kedua katup pada pengukur manometer Mengontrol katup tekanan rendah dan tinggi Menguras udara dari sistem AC Mencegah udara masuk kembali Memeriksa kepadatan udara Perlakuan yang harus dihindari terhadap kaleng servis Menghubungkan katup pada kaleng servis Memasang kaleng servis pada manometer Memasang kaleng servis pada manometer Mengisi refrigeran Menutup katup tekanan tinggi Mengisi refrigeran pada sisi tekanan rendah Jangan membalik kaleng servis saat mengisi pada tekanan rendah Hindari membuka katup tekanan tinggi s aat mesin hidup Penunjukan tekanan manometer Menghangatkan kaleng servis Menutup katup sisi tekanan rendah Melepas selang pengisian dari kaleng servis Pemeriksan akhir sistem AC
558 558 559 559 560 560 561 562 562 563 563 564 564 565 565 566 566 567 568 569 569 569 570 570 571 571 572 572 573 573 574
xxviii
DAFTAR ISTILAH A AC (alternating current) Alternator
Amper
Amper gulung
Amper jam
Ampermeter
Analog
Anoda
Armature
Arus Asam baterai (elektrolit)
Asam sulfat
Kependekan dari Amper, satuan arus listrik Suatu arus listrik yang polaritasnya secara terus menerus berubah antara positif dan negatif. Suatu tipe generator yang digun akan dalam kendaraan untuk menghasilkan arus AC yang kemudian disearahkan menjadi DC (arus searah) oleh dioda yang ada di dalamnya Satuan yang menyatakan ukuran aliran elektron atau arus dalam suatu rangkaian. 1 amper merupakan jumlah arus yang dialirkan oleh tegangan 1 volt pada suatu tahanan sebesar 1 ohm. Jumlah gaya magnet yang dihasilkan oleh arus satu amper yang mengalir melalui satu buah gulungan. Hasil perkalian antara arus yang mengalir melalui kumparan dan jumlah lilitan kawat pada kumparan terseb ut. Satuan yang digunakan untuk menyatakan kemampuan baterai. Besarnya listrik yang yang disalurkan oleh arus satu amper yang mengalir selama satu jam. Kemampuan atau kapasitas baterai berdasarkan besarnya amper yang dapat diberikan oleh baterai secara tetap selama 20 jam dengan tidak menyebabkan tegangan turun di bawah 1,75 volt pada tiap sel baterai atau 10,5 volt untuk baterai 6 sel. Ini disebut juga kapasitas pengeluaran baterai 20 jam. Suatu alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian (dalam satuan amper) yang harus dipasangkan secara seri dengan rangkaian yang diukur. Metode mentransfer informasi melalui suatu rangkaian listrik dengan mengatur atau mengubah arus atau tegangan Terminal positif atau elektroda (pada dioda atau thyristor) tempat arus mengalir dalam suatu komponen semikonduktor. Konduktor atau gulungan kawat yang bergerak di dalam medan magnet untuk menghasilkan arus (pada generator DC). Pada motor starter armature merupakan kumparan yang berputar karena berinteraksi dengan medan magnet (pada kumparan medan) sehingga menghasilkan gerak putar. Aliran elektron melalui suatu rangkaian, yang diukur dalam amper Campuran asam sulfat dan air yang digunakan pada baterai. Campuran kimia yang bersifat korosif yang digunakan sebagai cairan elektrolit pada baterai. xxix
Atom
Bahan aktif
Basis Baterai Baterai bebas perawan Bias (tegangan bias) Bias maju Bimetal
CCR (cold-cranking rating) Counterelectromotive force DC (direct current)
Dielektrikum Dioda
Dioda trio
Partikel kecil yang membentuk benda. Atom terdiri dari nukleus yang bermuatan positif denga n elektron yang bermuatan negatif yang berada pada orbit di sekitar nukleus. Logam dan asam yang digunakan dalam baterai (accu) yang menyebabkan reaksi kimia sehingga menghasilkan tegangan Kaki transistor yang terhubung dengan lapisan t engah bahan semikonduktor dalam su atu transistor. Penghasil arus listrik dari hasil konversi energi kimia menjadi listrik. Baterai yang tidak membutuhkan tambahan air dalam perawatannya. Pemberian tegangan pada suatu sambungan bahan semi konduktor. Pemberian tegangan sehingga arus dapat mengalir melalui sambungan pada komponen semikonduktor. Komponen sensitif yang tebuat dari dua logam yang mempunyai laju muai panas yang berbeda. Peru bahan suhu menyebabkan komponen tersebut bengkok. Kemampuan baterai berdasarkan arus yang dapat disuplai oleh baterai selama 30 detik pada 0 derajat F tanpa terjadi penurunan tegangan tiap sel di bawah 1,2 volt Tegangan yang diinduksikan pada suatu penghantar yang melawan tegangan dari sumber. Terjadi pada kumparan yang dialiri oleh arus listrik. Aliran arus yang tetap yang bergerak secara kontinyu dalam satu arah pada konduktor da ri titik berpotensial tinggi ke potensial rendah. Bahan penyekat antara dua plat konduktif di dalam kapasitor. Suatu komponen semikonduktor P dan N yang digabung menjadi satu yang memungkinkan arus mengalir hanya dalam satu arah saja. tiga dioda yang dipasangkan pada kumparan stator di alternator selain enam dioda penyearah yang ada.
Doping
Penambahan sejumlah kecil elemen pada suat u elemen semikonduktor untuk mengubah karakteristik elektriknya.
Elektrokimia
Sistem yang bekerja secara kimia yang dapat menghasilkan arus listrik karena adanya reaksi antara logam dan larutan kimia Larutan asam sulfat dan air yang digunakan pada baterai untuk menghasilkan listrik melalui reaksi kimia.
Elektrolit Elektromagnet
Elektron
Medan magnet yang dihasilkan dari aliran arus melalui gulungan kawat, dan medan magnet akan hilang jika arusnya dihentikan. bagian dari suatu atom yang bermuatan negatif yang berada di sekitar nukelus pada suatu atom. xxx
Elektron bebas
Elektron terikat Elektronik Elemen baterai
Emitor
Farad Germanium Grid Ground, massa Gulungan delta
H 2O H2SO4 Hidrometer Hold-in coil Hole IC
Induksi elektromagnet Induksi mutual
Insulator
Ion
Jumper Kabel
Elektron pada orbit terlua r dari suatu atom yang tidak terikat kuat dengan nukleus sehingga dengan mudah dapat berpindah ke atom yang lain. Lima atau lebih elekktron yang terikat kuat pada orbit terluar dalam suatu atom Sistem yang menggunakan rangkaia n terpadu atau semikonduktor untuk menngontrol aliran arus. Kelompok plat posisif dan negatif yang dibatasi oleh separator yang diselimuti larutan elektrolit di dalam sel baterai. Bagian pada transistor yang memancarkan (emit) atau mengumpulkan sejumlah besar elektron saat arus yang kecil pada basis mengalir. Satuan atau ukuran kapasitansi pada kapasitor atau kondensator Elemen metaloid yang digunakan sebagai bahan semikonduktor di dalam transistor. Rangka pada plat baterai yang mempunyai bahan aktif. Jalur kembalinya aliran arus dalam rangkaian. Bentuk kumparan pada alternator yang tiga buah ujung kumparannya saling disambungkan (berbentuk segitiga) yang digunakan pada alternat or yang mempunyai kemampuan mengeluarkan arus yang besar. simbol kimia untuk air Simbol kimia untuk asam sulfat Alat untuk mengukur berat jenis air baterai kumparan di dalam solenoid yang berfungsi untuk menahan plunyer. Ruangan pada orbit valensi yang kehilangan elektron atau bermuatan positif Integrated circuit, rangkaian elektronik yang terdiri dari transistor, dioda, resistor, dan kapasitor yang terpadu menjadi satu dalam sebuah chip. Terbentuknya tegangan dalam penghantar akibat adanya gerak pemotongan medan magnet oleh penghantar. Munculnya tegangan dalam suatu penghantar akibat muncul dan hilangnya medan magnet yang dihasilkan kumparan lain. Bahan yang tidak dapat menghantarkan arus karena banyak terdapat elektron terikat pada struktur atomnya (5 8 elektron pada orbit terluarnya) Sebuah atom yang sudah menjadi tidak seimbang karena hilangnya atau bertambahnya elektron. Ion bisa bermuatan positif atau negatif Menghubungkan baterai tambahan pada baterai lain yang sudah tidak baik untuk membantu start. Penghantar yang terbuat dari sejumlah kawat halus yang digabungkan menjadi satu. xxxi
Kapasitansi
Kemampuan dua permukaan konduktif yang dipisa hkan oleh insulator untuk menyimpan muatan listrik.
Kapasitor, kondensator
Komponen listrik yang digunakan untuk menyimpan dan melepaskan suatu tegangan tinggi atau meratakan / menghaluskan fluktuasi arus. Terminal negatif dari suatu komponen sem ikonduktor (dioda, thiristor) kekencangan dari suatu sabuk penggerak atau tali kipas. Kumparan induksi yang digunakan untuk menaikan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi untuk menghasilkan percikan api pada busi Salah satu kaki transistor, daerah suatu transistor yang mengumpulkan elektron yang kemudian dialirkan ke suatu rangkaian. Komponen yang bekerja berdasarkan prinsip kimia dan listrik, misalnya baterai. Bagian pada motor starter untuk mengalirkan arus dari sikat ke kumparan armatur. Komponen listrik yang digunakan untuk menyimpan dan melepaskan muatan listrik. ukuran seberapa mudah suatu komponen atau bahan menghantarkan arus listrik Tidak putus, digunakan untuk menjelaskan bahwa rangkaian listrik atau komponen listrik tidak terputus.
Katoda Ketegangan sabuk Koil pengapian
Kolektor
Komponen elektrokimia Komutator Kondensor, kapasitor Konduktivitas Kontiyuitas, hubungan Kumparan medan
Gulungan kawat yang dapat mengalirkan arus untuk menghasilkan medan magnet pada motor starter
Kumparan primer
Kumparan pada koil pengapian yang diameternya besar yang menerima arus dari baterai untuk menghasilkan medan magnet untuk menginduksikan tegangan pada kumparan sekunder. Kumparan yang terbuat dari banyak sekali gulungan tempat terjadinya induksi tegangan akibat muncul dan hilangnya medan magnet pada kumparan primer koil. Titik dimana garis-garis gaya magnet masuk dan meninggalkan magnet. Gerakan elektron yang terkontrol dalam suatu penghantar Gaya magnet yang tak terlihat di sekitar kumparan yang dialiri arus. Daerah di sekitar benda yang bermuatan listrik yang menghasilkan perbedaan tegangan antara dua permukaan. Daerah dekat magnet di mana sifat kemagnetan dapat terdeteksi. Sifat elektron dan proton yang menyebabkan suatu bahan mempunyai sifat listrik. transistor dengan dua lapisan semikonduktor tipe N yang mengapit bahan tipe P.
Kumparan sekunder
Kutub magnet Listrik Medan elektromagnet Medan elektrostatik
Medan magnet Muatan listrik NPN
xxxii
NTC
Negaitve temperature coefic ient, sifat suatu bahan yang nilai resistansinya menurun akibat naiknya temperatur.
Ohm Ohmmeter
Satuan standar untuk ukuran tahanan listrik Alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur tahanan suatu penghantar atau komponen. Komponen yang digunakan untuk memutus suatu rangkaian listrik saat terjadi panas yang berlebihan akibat arus berlebihan untuk mencegah kerusakan pada rangkaian kelistrikan. Tes yang digunakan untuk menentu kan apakah ada hubungan singkat, terbuka dan hubungan massa pada armatur motor starter Penyearah yang digunakan untuk mengubah arus bolak balik (AC) menjadi searah (DC) untuk memberikan arus balik melalui plat-plat pada baterai untuk mengembalikan ketidakseimbangan kimia di dalam baterai. Reaksi kimia balikan yang terjadi saat arus dialirkan ke baterai untuk mengembalikan plat dan elektrolit ke kondisi semula. pengisian baterai yang digunakan untuk memberikan ar us pengisian yang besar untuk mengisi baterai dalam waktu yang singkat. transistor dengan dua la pisan semikonduktor tipe P yang mengapit bahan tipe N. Komponen listrik yang nilai resistansinya dapat berubah dengan memutar kontak geserny a. Sebuah partikel bermuatan positif dalam nukleus suatu atom. Positive temperature coeficient , resistor yang tahanannya naik seiring dengan naiknya temperatur.
Pemutus rangkaian (circuit breaker)
Pengetesan armatur
Pengisi baterai (battery charger)
Pengisian baterai (battery charge) Pengisian cepat
PNP Potensiometer Proton PTC Pull-in coil
Kumparan berdiameter besar pada solenoid motor starter yang menghasilkan medan magnet untuk menarik plunyer.
Rangkaian
Suatu kumpulan komponen yang secara fisik saling dihubungkan untuk menyalurkan energi listrik dari sumber arus melalui suatu penghantar ke suatu komponen kerja dan kembali lagi ke sumber. Rangkaian dimana komponen yang terdapat di dalamnya disusun secara berjajar sehingga arus dapat mengalir ke masing-masing komponen. Positif ke positif, dan negatif ke negatif. Suatu rangkaian di mana komponen -komponennya dihubungkan berderet, ujung positif ke negatif sehingga hanya ada satu jalur untuk mengalirnya arus. Suatu rangkaian yang tidak terputus sehingga arus dapat mengalir dari sumber dan kembali lagi ke sumber arus.
Rangkaian paralel
Rangkaian seri
Rangkaian tertutup Rectifier
Komponen yang digunakan untuk mengubah arus bolak balik (AC) menjadi searah (DC). xxxiii
Regulator
Resistor Resistor Ballast (eksternal)
Sabuk penggerak, tali kipas Sekering
Sel baterai
Semikonduktor Sikat
Silikon Simbol listrik
Sistem kelistrikan
Sistem pengapian Sistem pengisian
Sistem starter
Solenoid
Stator Tegangan induksi
Komponen pada sistem pengisian yang digunakan untuk mengontral arus pada kumparan medan (rotor coil) dalam alternator sehingga output alternator menjadi stabil Komponen yang terbuat dari karbon atau kawat yang dapat menghambat aliran arus. Suatu resistor pada rangkaian primer koil sistem pengapian untuk menstabilkan tegangan dan arus sistem pengapian dengan meminimalkan efek counter electromotive force. Sabuk fleksibel yang menghubungkan kipas dengan alternator sehingga keduanya berputar karena poros engkol berputar. Komponen yang mengandung batang logam lunak yang dapat meleleh atau putus jika dialiri arus yang me lebihi kapasitasnya. Kelompok plat posisif dan negatif yang diselubungi cairan elektrolit di dalam kotak baterai yang terpisah dengan elemen-elemen lainnya. Sebuah sel pada baterai yang digunakan pada kendaraan mempunyai tegangan sekitar 2,1 volt. Bahan yang dalam struktur atomnya terdapat 4 elektron pada orbit terluarnya. Batangan karbon atau bahan konduktif lain yang berfungsi untuk mengalirkan arus listrik ke komutator atau slip ring yang berputar. bahan yang umum digunakan untuk membuat semikonduktor Gambar sederhana yang digunakan untuk mewakili komponen-komponen yang berbeda dalam rangkaian listrik. Bagian dari kendaraan yang bekerja untuk memenuhi kerja sistem dalam kendar aan yang bekerja berdasarkan aliran listrik. Sistem kelistrikan yang menghasilkan tegangan tinggi untuk menghasilkan api pada busi Kumpulan komponen yang berfungsi untuk mengembalikan potensial listrik pada baterai dan memberikan kebutuhan arus yang diperlukan oleh sistem kelistrikan pada kendaraan. Sistem kelistrikan yang digunakan untuk memutarkan mesin saat pertama kali dihidupkan sehingga terjadi proses kerja dalam mesin. Mekanisme plunyer yang digerakkan secara elektrik pada motor starter untuk mendorong gigi pinion motor starter agar dapat berhubungan dengan roda penerus. Komponen pada alternator yang terdapat kumparan untuk menghasilkan tegangan. Tegangan yang terjadi pada suatu penghantar saat penghantar tesebut memotong medan magnet . xxxiv
Tembaga
Teori aliran elektron
Teori konvensional
Termistor Tes kapasitas
Volt
Logam yang banyak digunakan sebagai penghantar karena mempunyai resistansi yang lebih rendah (konduktivitasnya baik) dibanding logam lainnya. Teori yang menyatakan bahwa aliran arus terdiri dari elektron yang mengalir dari titik berpotensial tinggi (daerah yang kelebihan elektron atau negatif) ke daerah yang kekurangan elektron (positif) . Teori aliran arus yang menyatakan bahwa aru s listrik mengalir dari positif ke negatif atau disebut teori aliran arus positif. Resistor khusus yang nilainya berubah akibat perubahan suhu. Pengetesan kondisi baterai dengan memberikan suatu beban berat (300 A) terhadap batera i dalam waktu yang singkat (15 detik) kemudian mengukur tegangannya. Satuan untuk tegangan. Satu volt adalah tegangan yang menyebabkan arus sat u amper mengalir pada tahanan satu ohm.
Voltmeter
Alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur perbedaan tegangan antara dua titik dalam rangkaian.
Zener dioda
Komponen semikonduktor yang memungkinkan arus balik mengalir tanpa merusak saat ada tegangan bekerja di atas harga tertentu.
xxxv
SINOPSIS Buku ini disusun untuk memenuhi kuran gnya referensi untuk materi sistem kelistrikan otomotif yang lengkap dan sesuai dengan perkembangan sistem kelistrikan otomotif dewasa ini. Isi buku ini disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk sistem kelistrikan dan elektronika pad a kendaraan, kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk Sekolah Menengah Kejuruan khususnya untuk program Mekanik otomotif, dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk kendaraan ringan. Selain itu, dalam buku ini juga ditambahkan informasi-informasi baru pada sistem kelistrikan dan elektronika pada kendaraan sebagai pengayaan dan pengetahuan tambahan di luar yang sudah ditetapkan dalam SKKD. Dengan demikian kebutuhan buku bacaan bidang mekanik otomotif khususnya kelistrikan otomotif dapat d ipenuhi oleh buku ini. Pada dasarnya, setiap bab dalam buku ini terdiri dari tiga tingkatan pengetahuan atau kompetensi, yaitu tingkat dasar yang meliputi konsep atau dasar, dari tiap sistem kelistrikan, tingkat menengah meliputi cara kerja, membongkar d an memasang sistem kelistrikan, dan tingkat lanjut berupa analisis pada sistem kelistrikan, menentukan penyebab gangguan dan cara mengatasinya. Bab I berisi tentang hal-hal dasar yang perlu diketahui dan diperhatikan saat bekerja di bengkel terutama yang berkaitan langsung dengan sistem kelistrikan . Bab II berisi tentang dasar dasar kelistrikan yang memuat semua aspek mendasar yang harus dipahami sebelum mempelajari sistem kelistrikan otomotif yang dibahas pada bab-bab selanjutnya, teori dasar listrik, efek-efek yang ditimbulkan oleh listrik, besaran-besaran listrik, alat-alat ukur listrik, istilah-istilah dalam pengukuran listrik, rangkaian seri, paralel dan rangkaian gabungan seri paralel, dan kemagnetan. Bab III berisi tentang b ahan Semikonduktor Tipe P dan Tipe N, komponenkomponen elektronika, fungsi dan cara kerjanya, penggunaan k omponen-komponen elektronika pada rangkaian sistem kelistrikan kendaraan, pengukuran dan pengujian komponen-komponen elektronika. Bab IV berisi tentang rangkaian listrik y ang memuat simbol-simbol dan komponen-komponen dalam rangkaian kelistrikan otomotif , pengukuran dalam rangkaian kelistrikan, mengidentifikasi kesalahan sistem / komponen rangkaian kelistrikan, dan perbaikan ringan pada rangkaian kelistrikan . Bab V berisi tentang sumber arus atau baterai yang memuat k onstruksi, tipe, dan fungsi baterai (accu), kapasitas baterai, cara kerja baterai, penanganan baterai, pengujian baterai, pemeliharaan baterai, pengisian baterai, dan start dengan baterai bantuan. Bab VI berisi tentang sistem pengaman rangkaian kelistrikan dan memuat macam-macam komponen sistem pengaman rangkaian kelistrikan, fungsi sistem pengaman rangkaian kelistrikan, prinsip kerja sistem pengaman rangkaian kelistrikan, memperbaiki sistem pengaman rangkaian sistem kelistrikan, menguji sistem pengaman kelistrikan, mengganti sistem pengaman kelistrikan , dan memperbaiki sistem pengaman rangkaian kelistrikan . . Bab VII berisi tentang sistem starter dan memuat prinsip dasar sistem starter, komponen dan fungsi k omponen sistem starter, s istem starter tipe konvensional, prinsip kerja sistem starter, s istem starter tipe reduksi, sistem starter tipe planetari, perbandingan dan karakteristik motor starter, pengujian sistem starter, g angguan dan perbaikan pada sistem starter. Bab VIII berisi tentang sistem pengisian ( charging system) yang berisi prinsip dasar sistem pengisian, komponen dan fungsi komponen sistem pengisian, prinsip xxxvi
kerja sistem pengisian, s istem pengisian konvensional, sistem pengisian elektronik (IC, Integrated Circuit), dasar rangkaian regulator IC, proses pengaturan oleh regulator IC, sistem pengisian IC pada brush alternator (alternator menggunakan sikat), sistem pengisian IC pada brushless alternator (alternator tanpa sikat), menentukan alternator untuk dipasang pada kendaraan, pengujian sistem pengisian, g angguan dan perbaikan pada sistem pengisian. Bab IX Sistem pengapian (ignition system), menguraikan tentang prinsip dasar, karakteristik, nama dan fungsi komponen, cara kerja, pengukuran, peng ujian, trouble shooting, dan perbaikan pada sistem pengapian konvensional, sistem pengapian elektronik (sistem pengapian semi elektronik, sistem pengapian full elektronik : tipe induktif, tipe hall effect, tipe iluminasi, sistem pengapian CDI (Capacitive Discharge Ignition), sistem pengapian terkontrol komputer (Electronic Spark Adavance , ESA) dengan distributor, sistem pengapian tanpa distributor / Distributorless Ignition System (DLI), sistem pengapian langsung / Direct Ignition System (DIS), dan i-DSI (Intelegent Double Sequential Ignition ). Bab X berisi mengenai sistem penerangan yang berisi nama dan fungsi komponen sistem penerangan , lampu kepala, lampu kota, lampu tanda belok, cara kerja lampu kepala, lampu kota, lampu tanda belok, p emeriksaan sistem penerangan, gangguan dan perbaikan sistem penerangan. . Bab XI memuat sistem kelistrikan bodi control elektronik dengan menguraikan mengenai komponen, fungsi, dan cara kerja sistem kelistrikan bodi sistem central lock, sistem power window, sistem penghapus kaca, pemeriksaan sistem kelistrikan bodi kontrol elektronik, gangguan dan perbaikan sistem kelistrikan bodi kontrol elektronik. Bab XII berisi tentang instrument dan sistem peringatan yang memuat m acammacam instrumen dan sistem peringatan, meter baha n bakar, meter temperature, meter putaran engine (rpm meter), indikator minyak pelumas, speedometer, komponen dan fungsi instrumen dan sistem peringatan, prinsip kerja instrumen dan sistem peringatan, gangguan dan pemeriksaan, dan perbaikan s istem kelistrikan bodi. Bab XIII memuat sistem kelistrikan tambahan (asesoris) dengan beberapa subagian macam-macam sistem kelistrikan tambahan, nama dan fungsi komponen sistem kelistrikan tambahan, p rinsip kerja sistem kelistrikan tambahan, memasang perlengkapan kelistrikan tambahan, g angguan dan pemeriksaan, dan perbaikan sistem kelistrikan tambahan. Bab XIV berisi tentang sistem AC ( air conditioner) yang memuat komponen sistem AC, fungsi komponen sistem AC, prinsip kerja sistem AC, memasang AC, pemeliharaan sistem AC, mengisi refrigerant pada sistem AC, overhaul komponen sistem AC, perawatan sistem AC, trouble shooting dan perbaikan sistem AC.
xxxvii
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR BIDANG STUDI KEAHLIAN MEKANIK OTOMOTIF KENDARAAN RINGAN UNTUK SMK (YANG BERKAITAN DENGAN BIDANG KELISTRIKAN PADA KENDARAAN )
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN STANDAR No KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI 1
2
3
4
5
Menjelaskan proses-proses mesin konversi energi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.
Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatann kerja, dan lingkungan tempat kerja
Menginterpretasikan gambar teknik
Menggunakan peralatan dan perlengkapan di tempat kerja Menggunakan alatalat ukur
2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4.
menjelaskan konsep motor bakar menjelaskan konsep motor listrik Menjelaskan konsep generator listrik Menjelaskan konsep pompa fluida Menjelaskan konsep kompresor Menjelaskan konsep refregerator Menjelaskan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja Mengidentifikadsi aspek -aspek keamanan kerja Mengontrol kontaminasi Mendeminstrasikan pemadanan kebakaran Melakukan pertolongan pertasma pada kecelakaan Melakukan pengangkatan benda ke rja Menjelaskan symbol-simbol kelistrikan Membaca wiring diagram Menginterpretasikan gambar teknik dan rangkaian Merawat peralatan dan perleng kapan perbaikan di tempat kerja Menggunakan peralatan dan perlengkapan perbaikan Menggunakan fastener Mengidentifikasi alat -alat ukur Menggunakan alat-alat ukur mekanik Menggunakan alat-alat ukur elektrik Merawat alat-alat ukur
KETERANGAN Diuraikan dalam BAB 7, BAB 8, DAN BAB 14
BAB 1
BAB 1, BAB 3
BAB 1
BAB 1, dan BAB lainnya pada bagian pengukuran
KOMPETENSI KEJURUAN KENDARAAN RINGAN UNTUK KELISTRIKAN DAN ELEKTRONIKA PADA KENDARAAN STANDA No KOMPETENSI DASAR KETERANGAN KOMPETENSI 1
2
Memelihara baterai
Memperbaiki kerusakan ringan pada rangkaian sistem kelistrikan, pengaman, dan kelengkapan tambahan
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.
Menguji baterai Memperbaiki baterai Memelihara baterai Menjaumper baterai Mengidentifikasi kesalaha n sistem atau komponen kelistrikan dan pengaman Memasang sistem pengaman kelistrikan Memasang sistem pengaman dan wiring kelistrikan Menguji sistem kelistrikan dan penerangan Memasang perlengkapan kelistrikan tambahan
BAB 5
BAB 2, BAB 4, BAB 6, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13,
xxxviii
3
Memperbaiki sistem pengapian
1. 2.
4
Memperbaiki sistem starter dan pengisian
1. 2. 3. 4.
5
Memelihara / servis sistem AC
1. 2.
Mengidentifikasi sistem pengapian dan komponennya Memperbaiki sistem pengapian dan komponennya Mengidentifikasi sistem starter Mengidentifikasi sistem pengisian Memperbaiki sistem starter dan komponennya Memperbaiki sistem pengisian dan komponennya Mengidentifikasi sistem AC dan komponennya Menservis sistem AC dan komponennya
BAB 9
BAB 7, BAB 8
BAB 14
xxxix