MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOUR 1 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MENINGITIS Disusun oleh : FAUZIAH DYAN AYU
(220110120024)
RIRIS PURWITA WIDODO
(220110120048)
TANTRI NOVIANTI
(220110120120)
EVA FAUZIYAH
(220110120132)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini membahas tentang Sistem Neurobehaviour 1 khususnya mengenai Meningitis. Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 2. Ibu Anastasia Anna S.Kp., Ners., M.Kep. selaku dosen koordinator mata pelajaran. 3. Ibu Ristina Nirwanti, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen tutor kelompok 1. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin. Jatinangor, 25 September 2014
Penulis
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………………...
1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
2
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………
4
1.1. 1.2. 1.3.
Latar Belakang …………………………………………………………………….. 4 Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 4 Tujuan …………………………………………………………………………….. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….
6
2.1. Anatomi Dan Fisiologi Selaput Otak …………………………………………….
6
2.2. Definisi …………………………………………………………………………..
7
2.3. Patofisiologi ……………………………………………………………………….
8
2.4. Etiologi ……………………………………………………………………………..
10
2.5. Faktor Predisposisi dan Faktor Resiko ……………………………………………... 11 2.6. Manifestasi Klinis …………………………………………………………………… 12 2.7. Klasifikasi …………………………………………………………………………… 14 2.8. Komplikasi ………………………………………………………………………….. 16 2.9. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………… 16 2.10. Prognosis …………………………………………………………………………… 18 2.11 Pencegahan ………………………………………………………………………..... 19 2.12. Pendidikan Kesehatan ……………………………………………………………… 22 BAB 3 PROSES KEPERAWATAN …………………………………………………..
23
3.1 Pengkajian ……………………………………………………………………………. 23
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 2
3.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul ……………………………………... 29 3.3 Asuhan Keperawatan pada Diagnosa Utama ………………………………………... 29 BAB 4 PENUTUP ………………………………………………………………………. 32 4.1.
Kesimpulan
4.2.
32 Saran
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………..
32 Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………. 33 Lampiran …………………………………………………………………………………. 34
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah Infeksi terbatas pada meningeal yang menyebabkan gejala yang menunjukkan meningitis (kaku kuduk, sakit kepala, demam) sedangkan bila parenkim otak terkena, pasien memperlihatkan penurunan tingkat kesadaran, kejang, defisit neurologis fokal, dan kenaikan tekanan intrakranial (Harsono, 2005). Penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak. Menurut WHO, di Negara Amerika Serikat pada tahun 2009 terdapat 3000 kasus penyakit meningococcus dan di Eropa bagian Barat terjadi 7.700 kasus meningococcus pada setiap tahunnya. (WHO, 2009) Menurut jurnal Gesnerd, 2005 yang disebutkan dalam jurnalnya Anngraini Alam yang berjudul “Kejadian Meningitis Bakterial pada Anak usia 6-18 bulan yang Menderita Kejang Demam Pertama” Di Indonesia, kasus meningitis bakterialis sekitar 158/100.000 per tahun, dengan etiologi Hib 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000, angka ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan negara maju. Melihat kejadian diatas bahwa meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi utama di Indonesia kami sebagai mahasiswa keperawatan sangat penting mempelajari penyakit ini agar kami dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. Maka dari itu kami persembahkan salah satu rangkuman makalah tentang asuhan keperawatan pada meningitis sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa definisi dari Meningitis? 1.2.2. Bagaimana patofisiologi dari meningitis? 1.2.3. Apa etiologi dari meningitis? 1.2.4. Apa saja klasifikasi dari meningitis? 1.2.5. Apa saja manifestasi klinis dari meningitis? 1.2.6. Apa saja komplikasi dari meningitis? Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 4
1.2.7. Bagaimana penatalaksanaan/pemeriksaan dari meningitis? 1.2.8. Bagaimana masalah keperawatan dan asuhan keperawatan dari meningitis? 1.3. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai gangguan sistem neurobehaviour pada penderita meningitis, sebagai bahan kajian bagi perawat dalam praktiknya menangani penderita dengan meningitis dan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem persepsi dan sensori.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak Meningen (selaput otak) adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinalis/CSS), memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari tiga lapisan: 2.1.1. Duramater (lapisan luar) adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah vena dari otak. 2.1.2. Arakhnoid (lapisan tengah) merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piamater membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. 2.1.3. Piamater (lapisan sebelah dalam) merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak. Ruangan di antara arakhnoid dan piamater disebut subarakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini berisi sel radang. Di sini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
2.1.4.
Gambar 2.1 lapisan meningen
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 6
2.2.
Definisi Dalam buku patofisiologi karangan John Daly dkk tahun 2010, meningitis adalah
inflamasi pada meningen otak dan medulla spinalis, hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui sirkulasi darah. Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada sebelumnya yaitu dari infeksi bakteri atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi dari sumber ekstrakranial. (Esther Chang, 2009) Meningitis adalah peradangan pada otak dan meningen medulla spinalis, peradangan ini dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan piameter. Meningitis ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau infeksi virus. (Kimberly, 2011)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 7
2.3.
Patofisiologi
emah, disposisi: jenis ISPA kelamin (sinusitis, (laki-laki epiglottis, lebih rentan), pneumonia), sosio-ekonomi otitis media, rendah, trauma lingkungan kepala dengan padat kebocoran penduduk, CSS musim (cairan panas, sere ri
VIRUS BAKTERI JAMUR ontoh: Mumps virus, Echo virus, (contoh: Coxsackie E. coli, Listeria virus) monositogenesis, H.(contoh: influenzae) Criptococcus, Neofarmans)
Invasi kuman ke jaringan serebral melalui darah (vena nasofaring posterior), telinga bagi Ensefalitis Abses otak Kehilangan pendengaran Demam
Masuk ke SSP
Reaksi peradangan jaringan serebral: piameter, arachnoid, CSS Hipertermi
Meningitis Serosa
Meningitis Tuberculosis
Eksudat (cairan berwarna bening)
Meningitis Purulenta Eksudat (pus berwarna keruh)
Perubahan fisiologis intrakranial
Menyebar ke seluruh S. kranial dan spinal Peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke otak Kerusakan neurologis yang mempersarafi otot Kerusakan neurologis yang mempersarafi otot Tonus otot ↓ Hambatan Mobilitas Fisik Lanjutan…….
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 8
Lanjutan…….
Peningkatan permeabilitas pembuluh dara
Tekanan Intra Kranial ↑
Tingkat kesadaran, perub. Perilaku, disorientasi, fotophobia, sekresi ADH ↑ Penekanan area fokal kortikal an pada pusat refleksPerub. muntah di medulla spinalis Bradikardi
Kaku kuduk, tanda Ketidakseim-bangan kernig, tanda Brudzinski potensial membran tingkat kesadara Aliran darah serebralPenurunan ↓ Mual, muntah, intake nutrisi ↓
Risiko defisit cairan Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan Kejang Risiko Cidera
O2 ke otak tidak adekuat Kemampuan batuk ↓, produksi m
Perubahan perfusi jaringan otak Risiko ggn perfusi perifer
Permeabilitas Prosedur pungsi fisik kapiler dan retensi cairan ↑ Kelemahan Adhesi → kelumpuhan saraf invasif, lumbal
Pola nafas tidak efektif Bersihan jalan nafas tidak efek
Koma → kematian Ansietas
Gangguan ADL
Risiko berlebihnya volume cairan Trombosis vena serebral → Kelumpuhan
Efusi atau abses subdural Hidrosefalus
retardasi mental → Gangguan teritis pembuluh darah otak → Infark → kematian jaringan otak perkembangan mental dan i
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 9
Keterangan: Etiologi
Klasifikasi
Manifestasi
Komplikasi yang mungkin timbul
Masalah keperawatan yang mungkin muncul *Meningitis Tuberculosis: etiologi karena bakteri, namun termasuk meningitis serosa
2.4.
Etiologi Meningitis disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Namun
yang paling banyak terjadi disebabkan oleh bakteri dan virus. Meningitis karena bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan dengan penyebab lain karena mekanisme kerusakan & gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri ataupu produk bakteri yang lebih berat. 2.4.1. Bakteri Meningitis oleh bakteri memiliki kecenderungan menyerang pada golongan usia tertentu, diantaranya, golongan neonatus (E.Coli, S.beta hemolitikus, dan listeria monositogenes), golongan balita (h.influenzae, meningococcus dan pneumococcus),golongan umur 5 – 20 tahun
(Haemophilus
influenzae,
Neisseria
meningitidis
dan
Streptococcus
pneumococcus), juga pada usia > 20 tahun (Meningococcus, Pneumococcus, Stafilococcus, Streptococcus dan Listeria). 2.4.2. Virus Sedangkan meningitis oleh virus memiliki prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus penyebab yang paling banyak ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus. Ada juga Herpes simplex, Herpes zooster dan enterovirusyag menjadi penyebab terjadinya meningitis aseptik tapi ini jarang terjadi. 2.4.3. Jamur Meningitis jamur disebabkan oleh jamur Criptococcus neofarmans dan sering terjadi pada pasien AIDS. Criptococcal bisa masuk ke tubuh melalui jalur udara ketika
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 10
menghirup debu atau partikel kotoran burung yang kering. Jamur ini dapat menginfeksi paru-paru, kulit dan bagian tubuh lain. 2.5.
Faktor Predisposisi Dan Faktor Resiko 2.5.1. Faktor Resiko . Usia b. Daya tahan tubuh c. Jenis kelamin d. Lingkungan sosio ekonomi rendah e. Lingkungan padat penduduk f. Penyakit ISPA g. Waktu ( musim panas ) h. Pasien yang pernah mengalami operasi craniotomy 2.5.2. Faktor Predisposisi Ada beberapa keadaan yang menjadi penyebab faktor predisposisi dari meningitis yang disebabkan oleh bakteri, diantaranya : .
Sepsis b. Kelainan yang berkaitan dengan penekanan reaksi imunologis seperti
agamaglobulinemia c. Pemirauan (shunting) ventrikel d. Punsi lumbal dan anastesi spinal e. Infeksi parameningeal 2.5.3. Faktor maternal Hal-hal seperti ruptur membran fetal dan infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan dapat menjadi penyebab terjadinya meningitis. 2.5.4. Faktor imunologi Biasanya disebabkan oleh faktor imunologi seperti defisiensi mekanisme imun dan defisiensi immunoglobulin. 2.5.5. Kelainan sistem saraf pusat, riwayat pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan yang mengakibatkan terjadinya meningitis. 2.5.6. Faktor lingkungan Keadaan lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan terlalu padat dapat menyebabkan timbulnya kontak dengan penderita sehingga berpotensi terpapar oleh bakteri seperti Haemophilus influenza. Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 11
2.6.
Manifestasi Klinis Secara umum, gejala klinis yang sering muncul pada pasien penderia meningitis adalah
sebagai berikut: 2.6.1. Sakit kepala hebat
: Hal ini disebabkan oleh iritasi meningen dan biasanya
terjadi pada 90% pasien kasus meningitis bakterial. 2.6.2. Beberapa tanda lain yang disebabkan oleh iritasi meningen seperti berikut : . Kaku kuduk (rigiditis nukal) : Ketidakmampuan untuk menggerakkan leher ke depan karena terjadi peningkatan tonus otot leher dan kekakuan. Hal ini terjadi pada 70% pasien meningitis bakterial pada dewasa. Tanda kaku kuduk positif (+) bila terdapat kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu pasien tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala. b. Tanda Kernig positif
: Keadaan ketika pasien dibaringkan dengan
paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki pasien tidak dapat di ekstensikan dengan sempurna. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135o (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
Gambar 2.2 Kernig Positif
c. Tanda Brudzinki positif I
: Bila leher pasien di fleksikan atau
ditundukkan ke arah dada, maka pasien secara spontan melekukkan lutut ke atas (fleksi). Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 12
brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada lutut dan panggul. Tanda Brudzinki positif II
: Pasien berbaring terlentang dan dilakukan
fleksi pasif salah satu paha dan sendi panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut pada kaki yang satunya (kontralateral).
Gambar 2.3 Brudzinki
2.6.3. Demam tinggi
: Perubahan panas yang mendadak ini dapat terjadi pada
meningitis bakterial maupu viral. 2.6.4. Fotofobia : Intoleransi terhadap cahaya terang. 2.6.5. Penurunan kesadaran : Penurunan kesadaran yang sering terjadi pada kasus meningitis ini adalah letargi. 2.6.6. Kejang : Hal ini akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda - tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital yaitu perubahan tekanan nadi dan bradikardi. 2.6.7. Muntah (Esther Chang, 2009) 2.7.
Klasifikasi Meningitis dibagi menjadi 2 golongan, berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak dan berdasarkan mikroorganisme penyebab. 2.7.1. Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu: Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 13
.
Meningitis serosa Merupakan radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab yang paling sering adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia. b. Meningitis purulenta Merupakan radang bernanah pada arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya adalah bakteri antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2.7.2. Meningitis berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu: . Meningitis bekterial ( meningitis purulenta/septik ) Meningitis ini merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organism masuk ke dalam ruang arachnoid dan subarachnoid. Sesuai namanya, meningitis ini disebabkan oleh bakteri, antara lain : Neisseria meningitides (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, streptococcus pneumonia (pneumococcus) dan Mycobacterium tuberculosis. (Ginsbeg, 2008) b. Meningitis Virus ( meningitis aseptik ) Meningitis jenis ini sering terjadi akibat komplikasi lanjutan dari berbagai macam penyakit akibat virus yang meliputi mumps (penyakit gondok), herpes simplek dan herpes zoster. Virus penyebab meningitis disini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : virus RNA dan virus DNA. Contoh virus RNA adalah enterovirus (virus penyakit polio), arbovirus (virus penyakit rubella), flavivirus, mixovirus. Sedangkan contoh virus DNA pada meningitis ini yaitu virus herpes dan retrovirus. (PERDOSSI, 2005) c. Meningitis Jamur ( meningitis kriptokoku neoformans ) Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 14
Pada meningitis ini infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga termasuk sulit. Manifestasi pada infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang (abses atau kista). Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur yang disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada pasien AIDS. Biasanya infeksi jamur cenderung menimbulkan meningitis kronis atau abses otak.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 15
2.8.
Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain: 2.8.1. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan. 2.8.2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural karena adanya infeksi oleh kuman. 2.8.3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis. 2.8.4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak. 2.8.5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak. 2.8.6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak karena adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak. 2.8.7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran pendengaran. 2.8.8. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi mental 2.9.
yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu. Penatalaksanaan 2.9.1. Terapi Farmako . Antibiotika Antibiotika yang diberikan kepada penderita meningitis ada yang diberikan sesuai golongan umur dan penyebab seperti pada tabel berikut. Nama Antibiotika Penicillin G
Chloramfenicol
Penyebab H. Influenza,
Dosis Obat Pneumococcus, Dewasa : 20 mu/6 jam IV Anak-anak : 300.000 Staphilococcus non PNC, unit/kg/hari IV dibagi 3-4 dosis Staphilococcus PNC S. pneumoniae, H. Influenzae Dewasa : 4 gr/hari IV dibagi 4 dosis Anak-anak : 100 mg/kgBB/hari
Ampisilin
Ciprofloxacin Cefotaxime
S. pneumonia, H. influenzae
P. aeruginosa Streptococcus,
IV dalam 4 dosis Dewasa : 200mg/kgBB/hari IV
dalam 4 dosis Anak-anak : 200mg/kgBB/hari 400mg/hari staphilococcus, Dewasa : 12 gr/hari IV Neonatus < 1 minggu : 50
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 16
Haemofilus, dan enterobakter
m/kgBB/hari/ 12 jam IV Neonatus 1-4 minggu : 50 mg/kg/ 8 jam Bayi dan anak-anak
:
50-
100mg/kg setiap 6 atau 8 jam Ceftriaxone
Ceftazidine Vancomycine
IV/IM H. influenzae, N. Meningitides, Dewasa : 4 gr/hari IV Anak : 75 mg/kg IV dibagi 2-3 S. Pneumonia dosis P. aeruginosa 6 gr/hari IV Staphylococcus epidermidis Dewasa : 2 gr/hari IV selama 21 hari Anak : 20-40 mg/kg/hari dibagi
Meropenem
P. aeruginosa, N. Meningitides
2 dosis 6 gr/hari IV
b. Kortikosteroid Efek antiinflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri dan menurunkan tekanan intrakranial. Tetapi penggunaan steroid hanya bagi pasien dengan resiko tinggi, pasien dengan status mental yang sangat terganggu, edema otak atau tekana intrakranial tinggi. Mengingat obat ini mempunyai efek samping seperti perdarahan traktus GIT, penurunan fungsi imun seluler.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 17
2.9.2. Terapi Non farmako . Mempertahankan hidrasi optimal : atasi kekurangan cairan dan cegah kelebihan cairan yang bisa mengakibatkan edema. b. Mencegah dan mengobati komplikasi c. Menguragi peningkatan tekanan intra cranial 2.9.3. Isolasi Penyakit ini mudah sekali menular melalui kontak langsung denga pasien dan melalui droplet infection seperti ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok pasien. 2.9.4. Operatif Penanganan fokal infeksi biasanya dilakukan tidakan operatif mastoidektomi radikal. Mastoidektomi dilakukan dengan tujuan memperjelas dan mengeksplorasi seluruh jalan yang mungki dilewati oleh invasi bakteri. Juga dapat dilakukan thrombectomi, jugular vein ligation, perisinual dan cerebellar abcess drainage 2.10.
Prognosis
Prognosis dalam meningitis diantaranya : 2.10.1. Umur Pederita meningitis di usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempuyai prognosis yang semakin buruk, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian. 2.10.2. Mikroorganisme spesifik yang menimbulkan penyakit 2.10.3. Banyaknya organisme dalam selaput otak 2.10.4. Jenis meningitis 2.10.5. Jenis kelamin Laki-laki lebih rentan terkena penyakit meningitis 2.10.6. Lama penyakit sebelum dinerikan terapi antibiotic Pengobatan antibiotika yan adekuat dapat menurukan angka mortalitas pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri, tapi 50 % dari penderita meningitis akan mengalami sequelle (akibat sisa/mengalami kecacatan setelah penyembuhan) seperti ketulian, Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 18
keterlambatan berbicara, gangguan perkembangan mental, dan 5 – 10 % nya menalami kematian. Penderita menigitis karena virus biasanya menunjukan gejala yan lebih ringan, penurunan kesadaran jarang ditemukan didalamnya. Meningitis viral memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan meninitis yang disebabkan oleh bakteri. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dengan pengobatan yan adekuat, kesembuhan total akan didapatkan. 2.11.
Pencegahan 2.11.1. Pencegahan Primer Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut : .
Hindari kontak langsung atau terpajan droplet penderita karena sangat memungkinkan terjadinya penularan. b. Pencegahan penyakit infeksi meningitis dapat dilakukan dengan pemberian vaksin pada bayi agar mendapatkan kekebalan tubuh terhadap bibit penyakit tersebut. Untuk meningitis dengan bakteri Haemophilus influenza dapat dicegah dengan pemberian imunisasi vaksin gabungan H. influenza tipe b yang dapat diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan atau sesegera mungkin sesudahnya. Untuk mencegah terinfeksi meningitis bakteri N. meningitidis pada anak resiko tinggi umur di atas 2 tahun dianjurkan untuk mendapatkan vaksin quadrivalen meningokokus terhadap serogrup A, C, Y, dan W135. Vaksin ini dapat diberikan untuk kontak terpajan dan selama epidemik penyakit meningokokus. Untuk penderita resiko tinggi meningitis bakteri S. pneumonia harus mendapat vaksin pneumokokus. Sedangkan pada meningitis virus, dapat dicegah dengan pemberian vaksin virus yang efektif untuk polio, campak, parotitis, dan rubella. c. Penderita perlu diisolasi untuk meminimalisir potensi penularan. d. Bagi penderita, penting sekali untuk menjaga personal hygiene, diantaranya yaitu menutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk, dan setelahnya Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 19
segera mencuci tangan dengan bersih dan menggunakan sabun atau cairan antiseptik. e. Hindari penggunaan piranti makan yang bersamaan dengan penderita untuk meminimalisir terjadinya proses penularan bakteri melalui eksudat yang menempel di piranti makan tersebut. f. Sebisa mungkin mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan lingkungan sekitar tempat kita beraktivitas sehari-hari seperti lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lain-lain untuk meminimalisisir potensi penyebaran bakteri maupun virus. (Harsono, 2007) 2.11.2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera, antara lain yaitu: .
Diagnosis Meningitis Gejala-gejala dan tanda-tanda meningitis bakteri didahului oleh gejala saluran nafas bagian atas atau saluran cerna selama beberapa hari sebelumnya. Biasanya radang selaput otak akan disertai panas mendadak mual, muntah, anoreksia, fotofobia, dan kaku kuduk. Bila infeksi memberat, timbul peradangan korteks dan edema otak dengan gejala-gejala penurunan tingkat kesadaran, koma, kejangkejang, kelumpuhan saraf otak yang bersifat sementara atau menetap, dan pada bayi fontanella mencembung. Pada anak dengan demam dan kejang, bila diagnosis kejang demam dan epilepsi telah disingkirkan, maka diagnosinya hampir pasti meningitis atau meningoensefalitis. Pada bayi umur 28 hari gejala mungkin samar dan tidak spesifik, seperti tidak mau menyusu, menjadi sangat tenang atau sangat gelisah, muntah, atau tampak tidak sehat. Temperatur cenderung rendah daripada tinggi. Jika ada muntah, maka fontanel akan mendatar atau mencekung. Sehingga lingkaran kepala bayi harus diukur setiap hari. Pada bayi yang lebih besar (sampai umur dua tahun), gejala meliputi kegelisahan, demam, muntah, fotofobia, ketegangan, dan kejang.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 20
Anak tampak kejang dan gugup. Pada bagian akhir penyakit, fontanel akan menggelembung, terasa nyeri bila menekuk leher dan akan timbul Kernig’s sign yang positif (tidak dapat menaikkan tungkai dengan membengkokkannya di sendi pinggul).4 Pada anak yang berumur lebih dari dua tahun, sebagai tambahan dari gejala di atas, mungkin mengeluh sakit kepala, pusing, bahkan sampai koma.4 Gejala klinis meningitis virus yang benigna, gejalanya dapat sedemikian rupa ringannya sehingga diagnosis meningitis menjadi tidak terlihat. Jika gejala agak berat biasanya ditandai dengan nyeri kepala dan nyeri kuduk.
)
b. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal Pemeriksaan Kaku kuduk 2) Pemeriksaan Tanda Kernig 3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher) 4) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai) 5) Pemeriksaan penunjang meningitis lainnya (Harsono, 2007)
2.11.3. Pencegahan Tersier Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.32 Fisioterapi dan rehabilitasi juga dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat. (Harsono, 2007) 2.12.
Pendidikan Kesehatan Para tenaga kesehatan perlu untuk memberi pendidikan kesehatan tentang penyakit
meningitis seperti: 2.12.1. Menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit meningitis. 2.12.2. Menjelaskan tentang penyebab dan cara penularan pada penyakit meningitis serta cara untuk menghindarinya. 2.12.3. Menjelaskan penanganan yang tepat yang harus dilakukan termasuk tentang terapi, pemberian obat, dosis, dan kemungkinan efek samping. Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 21
2.12.4. Mejelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan menggunakan vaksin Hib, vaksin meningokokus polisakarida, dan vaksin pneumococcus. (Kimberly A, 2011)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 22
BAB 3 PROSES KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian 3.1.1. Pengumpulan data . Biodata ) Nama : 2) Usia : 3) Alamat 4) Jenis kelamin : 5) Pendidikan : 6) Agama : 7) Suku bangsa : 8) Diagnosa medis: b. Riwayat kesehatan : 1) Keluhan utama :Hal yang sering menjadi alasan pasien atau orang tua membawa anaknya ke rumah sakit adalah suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran 2) Riwayat penyakit sekarang Pada pengkajian pasien dengan meningitis biasanya keluhan berhubungan dengan akibat infeksi dan akibat tekanan intrakranial seperti sakit kepala, demam juga kejang. Hal tersebut harus dilakukan pengkajian lebih mendalam, seperti : baaimana sifat timbulnya, stimulus yang sering menimbulkan keluhan, dan tindakan yang biasa diberikan untuk menurunkan keluhan tersebut. 3) Riwayat kesehatan dahulu Perlu adanya pengkajian terhadap riwayat penyakit yang pernah diderita pasien seperti infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, dan hemoglobinopatis, riwayat trauma kepala, juga riwayat tindakan bedah saraf. Selain hal tersebut, perawat perlu mengkaji pemakaian obat-obatan yang sering digunakan pasien seperti obat kortikosteroid, jenis antiboitik dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antiboitik). 4) Riwayat Kesehatan Keluarga/ keadaan lingkungan tempat tinggal Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 23
Meningitis merupakan suatu penyakit infeksi yang bisa disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur. Maka dari itu pada saat salah satu penduduk di ligkungan padat penduduk/ anggota keluarga terkena infeksi meningitis maka penyebaranpenyakit ini akan sangat cepat di populasi tersebut. c. Data biologis 1) Aktivitas keluhan : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter. 2) Eliminasi Keluhan : sering BAK Tanda : Inkontinensi dan atau retensi. 3) Makan Keluhan : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering. 4) Higiene keluhan : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri. d. Pemeriksaan Fisik 1) Kesadaran : Pasien yang datang ke rumah sakit biasanya dalam keadaan latergi, stupor, dan semikomatosa 2) Tanda tanda vital a) Temperatur :Suhu mengalami peningkatan lebih dari normal sekitar 38 – 41 oC
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 24
b) Denyut nadi : Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial c) Respirasi :Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum d) Tekanan darah:Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda – tanda peningkatan tekanan intrakranial. e) Pemeriksaan menyeluruh
B1 (breathing)
Melihat apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan alat bantu nafas, dan peningkata frekuensi nafas. Auskultasi bunyi nafas, bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada meningitis tuberkulosa
B2 (blood)
Pengkajian pada sistem cardiovascular, biasanya terdapat infeksi fulminating
pada
meningitis
meningokokus
dengan
tanda-tanda
septicemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular desiminata
B3 (brain) Pengkajian B3 (Brain) menilai tingkat kesadaran dan status mental berdasarkan fungsi serebri. Kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat lethargic, strupor dan semikomatosa.
B4 (bladder) Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (bowel) Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang. Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 25
B6 (bone) Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah. Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).
Pemeriksaan saraf cranial Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tiidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi ssubdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama. Saraf III,IV, dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya yanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia
atau sensitive
yang berlebihan terhadap cahaya. Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi. Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk (rigiditas nukal). Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. System motorik Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 26
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN. e. Pemeriksaan penunjang 1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal a) Pemeriksaan Kaku kuduk Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono,2007) b) Pemeriksaan Tanda Kernig Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 1350 (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono,2007) c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher) Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher. (Harsono,2007) d) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai) Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda brudzinski II positif (+)
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 27
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral. (Harsono,2007) 2) Pemeriksaan Penunjang Meningitis a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Pada meningitis purulenta, diagnosa diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop dan hasil biakan. Pada pemeriksaan diperoleh hasil cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus (nanah) yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, serta jaringan yang mati dan bakteri.
Pada
meningitis
serosa,
diperoleh
hasil
pemeriksaan
cairan
serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi. 3) Pemeriksaan darah Dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, dan kultur. a) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit. b) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED. 4) Pemeriksaan Radiologis a) Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal) dan foto dada. b) Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, dan bila mungkin dilakukan CT Scan.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 28
3.2.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul 3.2.1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi pada meningen 3.2.2. Hipertermi berubungan dengan inflamasi pada meningen 3.2.3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang menimbulkan kematian 3.2.4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih 3.2.5. Gangguan ADL berubungan dengan perubahan tingkat kesadaran 3.2.6. Resiko cedera berhubungan dengan peurunan kesadaran 3.2.7. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berubungan dengan tekanan pada pusat refleks muntah
3.3.
Asuhan Keperawatan Diagnosa Utama
N
DIAGNOSA
TUJUAN
O 1.
KEPERAWATAN Perubahan perfusi
Dalam waktu Monitor pasien dengan
Untuk mencegah
jaringan otak yang
3x24
nyeri kepala yang
berhubungan dengan
setelah
lumbal pungsi. Anjurkan
menyertai
inflamasi pada
diberikan
klien berbaring 4-6 jam
perubahan
meningen DO : Bradikardi,
intervesi
setelah lumbal pungsi
tekanan
Monitor tanda-tanda
intrakranial Untuk mendeteksi
peningkatan tekanan
tanda-tanda syok,
intrakranial selama
yang harus
perjalanan penyakit(nadi
dilaporkan ke
lambat, tekanan darah
dokter untuk
meningkat, kesadaran
intervensi dini
tekanan darah meningkat DS : malaise, pusing,
jam ketata terutama setelah
perfusi jaringan
ke
otak
mual, muntah,
meningkat Kriteria : Tingkat
penurunan kesadaran
kesadaran
nyeri kepala hebat,
INTERVENSI
meningkat
RASIONAL
menurun, napas aritmik,
menjadi sadar, disorientasi
refleks pupil menurun,
negatif,
kelemahan) Monitor tanda-tanda vital
Perubahan
konsentrasi
danneurolois setiap 5-30
perubahan ini
baik,
perfusi menit. Mengenai tekanan
jaringan
dan intrakranial catat dan
menandakan adanya perubahan
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 29
oksigenasi baik,
laporkan segera
tanda- perubahannya ke dokter
tekanan intrakranial dan
tanda
vital
penting untuk
dalam
batas Hindari posisi
intervensi dini Untuk mencegah
tunngkaiditekuk atau
peningkatan
normal, syok dihindari
dan dapat
anjurkan klien jangan banyak tekanan bergerak dan tirah baring Tinggikan sedikit kepala
intrakranial Untuk
klien dengan hati-hati, cegah
mengurangi
gerakan yang tiba-tiba dan
tekanan
tidak perlu dari kepala dan
intrakranial
leher hindari fleksi leher Bantu seluruh aktivitas dan
Mencegah
gerakan – gerakan pasien.
keregangan otot
Beri petunjuk untuk BAB
yang dapat
(jangan enema). Anjurkan
menimbulkan
pasien untuk
tekanan intra
menghembuskan nafas dalam kranial bila miring dan bererak di tempat tidur. Cegah posisi fleksi pada lutut Waktu prosedur – prosedur
Mencegah
perawatan disesuaikan dan di
eksitasi yang
atur tepat waktu dengan
merangsang otak
periode relaksasi; hindari
yang sudah iritasi
rangsangan lingkungan yang
dan dapat
tidak perlu
menimbulkan
Beri penjelasan tentang
kejang Mengurangi
keadaan lingkungan kepada
disorientasi dan
pasien
untuk klarifikasi persepsi sensori
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 30
Evaluasi selama masa
yang terganggu Untuk merujuk ke
penyembuhan terhadap
rehabilitasi
gangguan motorik, sensorik dan intelektual Kolaborasi pemberian
Untuk
kortikosteroid
menurunkan edema serebri dan tekanan
Kolaborasi pemberian
intrakranial Untuk mematikan
antibiotik
virus. Pemberian antibiotik diberikan secepat mungkin tanpa menunggu hasil biakan, setelah ada hasil baru diberikan antibiotik yang sesuai
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 31
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Meningitis adalah inflamasi atau peradangan pada meningen otak dan medulla spinalis dan dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan piameter. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui sirkulasi darah. Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada sebelumnya yaitu dari infeksi bakteri atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi dari sumber ekstrakranial. Biasanya hal ini ditandai pula dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal. 4.2 Saran Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih mengenai penyakit meningitis dan cara penerapan asuhan keperawatan pada pasien penderita meningitis, serta dapat menstimulasi pembaca untuk menggali pemahaman yang lebih dalam.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 32
DAFTAR PUSTAKA 1. A, Kimberly. 2011; Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC. 2. Chang, E, John, D & Doug, E. 2009; Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC. 3. Corwin, Elizabeth J. 2009; Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC 4. Harsono. 2007; Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 5. Muttaqin, Arif. 2008; Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: EGC. 6. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article//833/855 diakses pada tanggal 23september 2014, jam 19.40 WIB 7. www.who.int diakses pada tanggal 23 September 2014, jam 19.15 WIB 8. Wilkinson, Judith M. 2011; Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 33