BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk itu berlebihan, ia akan menjadi amat mengganggu. Penelitian menunjukkan bahwa pada penderita batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali batuk/ hari. Penderita TB paru jumlah batuknya sekitar 327 kali/hari dan penderita influenza bahkan sampai 154.4 kali/hari. Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran nafas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat involunter, namun juga dapat bersifat volunter. Batuk yang involunter merupakan gerakan reflek yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik mulai dari faring hingga alveoli. Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran pernafasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap, kabut, debu atau gas. Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam bronki dan bronkiolus. Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun disengaja. Sebagai reflek pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi
diafragma dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan yang positif pada intra rorak yang menyebabkan penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksposif ini akan menyapu sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas Penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa batuk kronik banyak berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dua puluh lima persen dari mereka yang merokok 1/2 bungkus/hari akan mengalami batuk-batuk, sementara dari penderita yang merokok 1 bungkus per hari akan ditemukan kira-kira 50% yang batuk kronik. Sebagian besar dari perokok berat yang merokok 2 bungkus/hari akan mengeluh batuk-batuk kronik. Penelitian berskala besar di AS juga menemukan bahwa 22% non perokok juga menderita batuk yang antara lain disebabkan oleh penyakit kronik, polusi udara dan lain-lain.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Saluran Pernafasan Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama: saluran pernapasan atas, terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, faring, laring dan saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan membran alveoulerv – kapiler. Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler. Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus) dan paru-paru. Saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian utama : 1. Saluran pernafasan atas, jenis infeksinya : batuk pilek, faringitis, sinusitis,dan toksilitis. 2. Saluran pernafasan bawah, jenis infeksinya : asma, bronchitis kronik, emfizema, bronkioklialis. Sistem pernapasan merupakan organ yang rentan dan bermasalah bila terserang infeksi, kuman, debu, polusi udara, paparan asap rokok, dan virus. Dampak dari serangan berbagai agen pembawa penyakit tersebut dapat menimbulkan ciri khas patologi pada sistem pernapasan yaitu khususnya batuk.
B. Pengertian Batuk Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan dan merupakan reaksi fisiologis tubuh untuk ihkan saluran napas. 1 Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yangsangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab.1 Selain sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat berfungsi sebagai ‘alarm’ yang memberitahu adanya gangguan pada sistem respiratorik atau sistem organ lainnya yang terkait. Hampir semua keadaan yang mengganggu sistem respiratorik dan beberapa gangguan ekstrarespiratorik, memberikan gejala batuk.1 Pada anak, batuk mungkin ‘normal’ atau merupakan gejala penyakit respiratorik dan jarang merupakan gejala penyakit non-respiratorik.
3
Batuk
merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa pasien mencari pertolongan medis. 1
Gangguan yang paling sering adalah kelelahan, insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang, berkeringat, dan inkontinensia urin. Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan mendadak dapat menyebabkan berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ.5 Pada anak, gejala batuk terutama yang kronik atau berulang dapat berakibat mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan belajar, mengurangi nafsu makan, dan pada akhirnya dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Orang tua juga akan terganggu terutama bila gejala batuk lebih sering dan lebih berat pada malam hari. C. Mekanisme Batuk Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik.2 Bila rangsangan pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk berulang, sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan menyebabkan batuk kronik. Anatomi refleks batuk telah diketahui secara rinci. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina, dan bronkus mayor.
Lokasi reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang telinga tengah, pleura, dan gaster.1,7 Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak mempunyai resptor batuk.5 Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang merangsang), atau secara termal (udara dingin). Mereka juga bisa terangsang oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan lain-lain, juga oleh bronkokonstriksi.7 Reflek batuk muncul karena adanya mekanisme yang berurutan dari komponen reflek batuk, adapun komponen reflek batuk adalah reseptor, saraf aferen, pusat batuk, saraf eferan dan efektor. Reseptor batuk tersebar di larings, trakea, bronkus, telinga, lambung, hidung, sinus paranasal, faring dan perikardium serta diafragma. Saraf yang berperan sebagai aferen yaitu nesovagus, trigeminus dan frenikus. Pusat batuk tersebar merata di medula dekat dengan pusat pernafasan. Saraf eferan yaitu n.vagus, frenikus, interkostal, lumbalis, trigeminus, fasial, hipoglosus, Sedangkan yang bertindak sebagai efektor adalah otot laring, trakea, bronkus, diafragma, interkostal dan abdominal.4 Adanya rangsangan pada reseptor batuk (eksogen dan endogen) akan diteruskan oleh saraf aferen ke pusat batuk di medula. Dari pusat batuk, impuls akan diteruskan oleh saraf eferen ke efektor yaitu beberapa otot yang berperan dalam proses respiratorik.4
1. Proses Terjadinya Batuk a. Inspirasi Terjadi inspirasi dalam untuk meningkatkan volume gas yang terinhalasi. Semakin dalam inspirasi semakin banyak gas yang terhirup, teregang otot-otot napas dan semakin meningkat tekanan positif intratorakal.4 Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan Cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka, oesofagus dan pita suara menutup. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional
( berkisar antara 50% dari tidal
Volume ) Dengan dihisap sejumlah besar volume, maka akan bermanfaat pada: 1) Volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat.6 2) Volume yang besar akan memperkecil rongga udara / alveoli yang tertutup, sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah. b. Kompresi Terjadi penutupan glotis setelah udara terhirup pada fase inspirasi. Penutupan glotis kira-kira berlangsung selama 0.2 detik. Tujuan
penutupan glotis adalah untuk mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi pemendekan otot ekspirasi dengan akibat kontraksi otot ekspirasi, sehingga akan meningkatkan tekanan intratorakal dan juga intra abdomen. Pada fase kompresi, glotis akan tertutup selama 0,2 detik.otot perut berkontraksi, sehingga diafragma naik dan menekan paru - paru, diikuti pula dengan kontraksiintercosta internus.
yang pada akhirnya menyebabkan
tekanan pada paru - paru meningkat hingga 100 mmHg.6 c. Ekspirasi(eksplusif) Pada fase ini glotis dibuka, dengan terbukanya glotis dan adanya tekanan intratorakal dan intra abdomen yang tinggi maka terjadilah proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut juga ekspulsif). Derasnya aliran udara yang sangat kuat dan cepat maka terjadilah pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dll.4 Pada Fase Ekspulsi , secara aktif glotis akan terbuka
lagi dan
berlangsung fase ekspirasi. Udara akan keluar akan menggetarkan pita suara ,sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap' Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit,
dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%.6
d. Relaksasi Terjadi relaksasi dari otot-otot respiratorik. Waktu relaksasi dapat terjadi singkat ataupun lama tergantung rangsangan pada reseptor batuk berikutnya.4 D. Jenis-Jenis Batuk Dapat dibedakan dua jenis batuk, yakni batuk produktif (dengan dahak) dan batuk non-produktif (kering). 1. Batuk produktif Merupakan
sutau
mekanisme
perlindungan
dengan
fungsi
mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari batang tenggorok seperti diuraikan di atas. Batuk ini pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Tetapi dalam praktek sering kali batuk yang hebat mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk umunya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat batuk (antitussiva), yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan pereda batuk.8 2. Batuk non-produktif
Bersifat “kering” tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan dan sering kali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok dan farynx.8 Selain jenis batuk di atas, batuk juga
dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu, yaitu : 1. Batuk akut Adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang. 2. Batuk kronis berulang Batuk yang sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.8 E. Pengobatan Batuk 1. Antitusif Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di
sentral.Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.Contoh : Kodein, DMP, Noskapin dan Uap Menthol. 2. Ekspektoran Obat ini digunakan untuk meningkatkan sekresi mukus di saluran napas sehingga bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknya akan berkurang dengan sendirinya. Contoh : Amonium klorida, potasium sitrat, guaifenesin dan gliseril guaiakolat. 3. Mukolitika Infeksi pernapasan menyebabkan munculnya mukus yg bersifat purulen atau menyebabkan infeksi, oleh karena itu harus segera dikeluarkan secara alamiah.Obat golongan ini berkhasiat melarutkan dan mengencerkan dahak yg kental sehingga lebih mudah dikeluarkan melalui batuk dan sering digunakan pada penderita Bronkhitis.Contoh : Asetilsistein , Bromheksin. F. Antitusif Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehinggaakan mengurangi iritasi.Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral.Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik. 1. Antitusif yang Bekerja di Perifer
Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran nafas, yaitu pada reseptor iritan perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lendir saluran napas. a. Lidokain Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi. b. Demulcent Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu, akasia, gliserin dan anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan memberikan perbaikan subyektif obat ini banyak dipakai. 2. Antitusif yang bekerja sentral Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan untuk merangsang pusat batuk.Dibagi atas golongan narkotik dan non-narkotik. a. Golongan narkotik Antitusif yang mempunyai potensi untuk mendatangkan adiksi/ ketergantungan, dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan.Opiat dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga
digunakan
sebagai
analgesik,
antitusif,
sedatif,
menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri dan antidiare.Di antara alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan.Efek samping obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta efek adiksi.Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk antitusif.Di samping itu narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat sekresi kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia.Terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut. 12 Kodein
7,8
Didehidro-
4,5α-epoksi-3metoksi-17-metilmorfinan
6
α-ol
monohidrat [6059-47-8] C₁₈H₂₁NO₃H₂O Anhidrat
Kodein atau Metilmorfin masih merupakan antitusif dengan uji klinik terkontrol dalam batuk eksperimen dan batuk patologik akut dan kronis.
Dalam dosis antitusif biasa, kodein memiliki efek analgesic ringan dan sedative. Efek Analgetik Kodein ini dapat dimanfaatkan untuk batuk yang disertai dengan nyeri dan ansietas. Dan untuk dapat menimbulkan
ketergantungan fisik, Kodein harus diberikan dalam dosis tinggi dalam beberapa jam dengan jangka waktu satu bulan/lebih (lama).
Kodein diserap baik pada pemberian oral dan puncak efeknya ditemukan 1-2 jam, dan berlangsung selama 4-6 jam. Metabolisme terutama di hepar, dan diekskresi ke dalam urin dalam bentuk tidak berubah, diekskresi komplit setelah 24 jam. Dalam jumlah kecil ditemukan dalam air susu Ibu.
Sediaan terdapat dalam bentuk tablet Kodein Sulfat atau Kodein fosfat berisi 10, 15, dan 20 mg. Dosis biasa dewasa 10-30 mg setiap 4-6 jam. Dosis yang lebih besar tidak lagi menambah besar efek secara proporsional. Dosis anak: 1-1,5 mg/kg BB/ hari dalam dosis terbagi.
Kodein dalam dosis kecil (10-30mg) sering digunakan sebagai obat batuk, jarang ditemukan efek samping, dan kalau ada tidak lebih tinggi dari placebo. Efek samping dapat berupa mual, pusing, sedasi, anoreksia, dan sakit kepala. Dosis lebih tinggi (60-80mg) dapat menimbulkan kegelisahan, hipotensi ortostatik, vertigo, dan midriasis. Dosis lebih besar lagi (100-500mg) dapat menimbulkan nyeri abdomen atau konstipasi. Jarang-jarang timbul reaksi alergi seperti: dermatitis, hepatitis, trombopenia, dan anafilaksis. Depresi pernafasan dapat terlihat pada dosis 60 mg dan depresi yang nyata terdapat pada dosis 120 mg setiap beberapa jam. Karena itu dosis tinggi berbahaya pada penderita dengan kelemahan pernafasan, khususnya pada penderita retensi CO2.
Dosis fatal kodein ialah 800-1000 mg. Kelebihan dosis paling sering terjadi pada anak-anak, dan terutama harus diperhatikan pada neonatus dengan perkembangan hepar dan ginjal yang belum sempurna atau dengan diuresis yang berkurang sehingga dapat terjadi efek kumulatif yang memperdalam koma atau mempercepat kematian. Antagonis Opioid seperti nalokson dapat bermanfaat untuk terapi kelebihan dosis. Morfin Dihidromorfinon, Dihidrokodeinon Morfolinil-etilmorfin (Pholcodine) Puried Opium Alkaloid (Pantopon) Meperidin Levorfanol
Keefektifan antitusif narkotik ini sebagai obat batuk, sedangkan secara klinis yang digunakan sebagai antitusif yang hanyalah kodein. Narkotik lain diatas tidak lebih baik dari Kodein dam efektifitas dan keamanannya sebagai penekan batuk.
Kebanyakan obat-obat yang mendepresi SSP dapat mempengaruhi pusat batuk di Medulla Oblongata. Antitusif yang bekerja sentral juga dapat bekerja melalui serabut saraf di Cortex serebri dan subcortex, seperti Opioid-opioid dan sedative pada umumnya. 1) Antitusif Narkotik Lain
Dihidrokodein ( paracodin ), cara kerja dan efek samping hampir sama dengan kodein.Folkodin, penggunaan utama ialah sebagai antitusif. Efek analgetik dan efek efori hampir tidak ada ( kalau ada kecil sekali ), dan gejala putus obat jauh lebih ringan dari kodein. Hidrokodon merupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek antitusif yang serupa dengan kodein.Efek samping utama adalah sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan kekeringan mukosa.Obat ini tidak lebih unggul dari kodein. b. Golongan non-narkotik Antitusif non – narkotik ialah antitusif yang tidak mendatangkan adiksi dan potensinya untuk di salah gunakan kecil sekali. Termasuk dekstrometorfan, noskapin dan lain – lain antitusif yang bekerja perifer. 1) Dekstrometorfan Dekstrometorfan adalah derifat morfinan sintetik yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek bentuk sama seperti kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein dan 1 – metorfan, dekstrometorfan tidak memiliki efek analgesik, efek sedasi, efek pada saluran cerna dan tidak mendatangkan adiksi atau ketergantungan. Dekstrometorfan efektif untuk mengontrol batuk eksperimen maupun batuk patologik akut maupun kronis.Dekstrometorfan di
laporkan juga memiliki efek pengurangan sekret dan efek antiinflamasi ringan.Kadang – kadang dilaporkan adanya stimulasi ringan pernafasan pada penggunaanya dalam batas – batas dosis antitusif biasa. Efek samping dan toksisitas : efek penekanan aktifitas silia bronkhus hanya terjadi pada dosis tinggi. Toksisitas rendah sekali.Dosis berlebihan menimbulkan pusing, diplopia, sakit kepala, mual, dan muntah.Dalam dosis sangat besar di temukan depresi pernafasan yang dapat menimbulkan kematian. Deskripsi Dekstrometrofan Pertama kali diperkenalkan di pasar pada tahun 1950-an di Amerika, Dekstrometorfan (DMP) merupakan obat penekan batuk (anti tusif) yang sangat populer dan selama ini dapat diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Indikasi obat ini adalah untuk batuk kering atau batuk tidak berdahak. Dosis untuk dewasa adalah 10-20 mg secara oral setiap 4 jam atau 30 mg setiap 6-8 jam dengan dosis maksimal 120 mg/hari. Dosis anakanak usia 6 – 12 tahun adalah 5-10 mg per-oral setiap 4 jam atau 15 mg setiap 6-8 jam dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Untuk usia 2-6 tahun, dosisnya 2.5-5 mg per-oral setiap 4 jam atau 7.5 mg atau setiap 6-8 jam dengan dosis maksimum 30 mg/hari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, obat ini relatif aman, jarang menimbulkan efek samping yang berarti. Efek samping yang banyak dijumpai adalah mengantuk. Bagaimana mekanisme kerjanya?
Dekstrometorfan (DMP) adalah suatu senyawa turunan morfin, yang memiliki nama kimia/IUPAC (+)-3-methoxy-17-methyl-(9α,13α,14α)-morphinan, suatu dekstro isomer dari levomethorphan. Senyawa ini cukup kompleks karena memiliki kemampuan untuk mengikat beberapa reseptor, sehingga juga diduga memiliki banyak efek.
Ikatan DMP pada beberapa reseptor Mekanismenya sebagai penekan batuk (anti tusif) diduga terkait dengan kemampuannya mengikat reseptor sigma-1 yang berada di dekat pusat batuk di medulla dan terlibat dalam pengaturan refleks batuk. Fungsi fisiologis reseptor sigma-1 masih banyak yang belum diketahui, tetapi aktivasi reseptor sigma-1 salah satunya memberikan efek penekanan batuk. Reseptor sigma semula diduga
merupakan subtipe dari respetor opiat, namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa ia merupakan reseptor non-opiat, walaupun dapat diikat juga dengan beberapa senyawa turunan opiat. Selain merupakan agonis bagi reseptor sigma, DMP adalah antagonis reseptor NMDA (N-Methyl D-aspartat) yang berada di sistem syaraf pusat. Dengan demikian efek farmakologi DMP, terutama jika pada dosis tinggi, menyerupai P (phencyclidine) atau ketamin yang merupakan antagonis reseptor NMDA. Antagonisme terhadap reseptor NMDA dapat menyebabkan efek euforia, antidepresan, dan efek psikosis seperti halusinasi penglihatan maupun pendengaran. Didukung dengan mudahnya didapat dan harganya yang murah, hal inilah yang menyebabkan DMP menjadi obat yang sering disalahgunakan dalam dosis tinggi. Penyalahgunaan DMP ini sudah cukup luas dan saat ini telah mencapai tahap yang mengkuatirkan, dan inilah yang “memaksa” BPOM mengumumkan penarikannya dari pasaran. Di California (USA), penyalahgunaan DMP ini marak mulai tahun 2000-an. Penggunaan dosis tinggi DMP bukannya tanpa masalah. Selain memberikan efek behavioral, intoksikasi atau overdosis DMP dapat menyebabkan hiper-eksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, dan mata melotot (nystagmus). Apalagi jika digunakan bersama dengan alkohol, efeknya bisa sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Demikian pula jika dipakai bersama dengan obat lain seperti dalam komposisi obat flu, jika dipakai dalam dosis 5 – 10 kali dari yang dianjurkan akan mempotensiasi dan menambah efek toksiknya.
Dalam hal efek terhadap perilaku (behavioral effects), penyalahguna DMP menggambarkan adanya 4 plateau efek yang tergantung dosis, seperti berikut: Plateau 1st 2nd rd
3
th
Dose (mg) 100–200 200–400
Behavioral Effects Stimulasi ringan Euforia dan halusinasi Gangguan persepsi visual
dan
300– 600
4 500-1500 Perlu kewaspadaan
hilangnya koordinasi motorik Dissociative sedation
Dengan paparan di atas sudah cukup jelas efek dekstrometorfan dan mengapa harus dibatasi penggunaannya. Dekstrometorfan tentunya masih bisa digunakan sebagai antitusif, tetapi harus diperoleh dengan resep dokter dan digunakan sesuai dosis yang direkomendasikan. Perlu kewaspadaan kita semua untuk berhati-hati dalam penggunaan dekstrometorfan di masyarakat.
Dosis Umum Dekstrometorfan Noskapin Karbetapentan Karamifen Levopropoksifen Benzonatat Dimetoksanat Klorfedianol Pipazetat Difenhidramin (benadryl ) Prometazin
Dosis rata - rata 15 – 30 mg 10 – 30 mg 15 – 30 mg 10 – 20 mg 50 – 100 mg 50 – 100 mg 25 mg 25 mg 20 – 40 mg 25 – 50 mg 5 – 60 mg
Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet, sirup berisi 10 – 20 mg / 5 ml. Dosis dewasa 10 – 20 mg setiap 4 – 6 jam, maksimum 120 mg / hari, Meninggikan dosis tidak akan menambah kuat efek, tapi dapat memperpanjang kerjanya sampai
10 – 12 jam, dan ini dapat bermanfaatkan untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis anak – anak 1 mg/ kg BB/ hari dalam dosis terbagi 3 – 4 kali sehari. 2) Noskapin Noskapin merupakan derivat benzilisokinolin yang di peroleh dari alkaloid opium, tidak mempunyai efek analgesik. Kecuali efek antitusif, noskapin dalam dosis terapi tidak memiliki efek terhadap SSP, dan tidak memiliki efek adiksi dan ketergantungan; potensi antitusif nya lebih kurang sama dengan kodein ( dalam berat yang sama ). Cara kerja sama dengan kodein. Efek samping yang menonjol adalah gangguan saluran cerna ( terutama konstipasi ringan ), terlihat sampai 30 % dari pasien yang di teliti. Efek depresi pernafasan baru terjadi bila di berikan dosis lebih dari 90 mg. Kelebihan dosis juga menimbulkan depresi otot jantung dan otot polos lain. Noskapin tersedia dalam bentuk tablet atau sirup. Dosis dewasa 3-4 kali sehari 15 – 30 mg. 3) Levopropoksifen Levopropoksifen adalah senyawa non – narkotik sintetik, isomer
dari
propoksifen
yang
tidak
memiliki
efek
analgesik.Beberapa uji klinik pada pasien dengan batuk patologik menunjukkan efikasinya dapat menyamai dekstrometorfan.Dosis yang di gunakan untuk mengontrol batuk adalah 50 – 100 mg. 4) Difenhidramin
Antihistamin H1 dengan efek sedasi dan efek antikolinergik dapat menekan batuk, misalnya difenhidramin. Sebagai antitusif harus di berikan dalam dosis yang juga menyebabkan sedasi, dan obat ini sering di berikan dalam bentuk kombinasi dangan obat lain. G. Tanaman Yang Berkhasiat Sebagai Antitusif 1. Daun kentut Nama Ilmiah Paederia scandens (Lour.) Merr. Nama Daerah Kahitutan (Sunda); kesembukan (Jawa); bintaos; kasembhukan (Madura); gumi siki (Ternate); dan daun kentut, sembukan (Sumatera) Bagian yang digunakan Seluruh tanaman (herba) atau akar. Setelah dikumpulkan, tanaman dicuci dan dijemur, kemudian disimpan dalam tempat kering. Kandungan Kimia Batang dan daun mengandung asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside, paederosid, paederosidic acid, gama-sitosterol, arbutin, oleanolic acid, dan minyak menguap. Rasanya manis, lama-lama terasa sedikit pahit dan netral. Khasiat Daun kentut berkhasiat sebagai peluruh dahak (mucolytic), antiradang, obat batuk (antitusif).9
(Flora Indonesia (Botaniacal Survival) tentang Keanekaragaman Flora dan Manfaatnya Untuk kehidupan, Keindahan Dan Kelestarian)
2. Daun Kukurang Nama ilmiah Curanga felterrae Merr. Nama daerah Tamah raheut dan mempedu tanah Bagian yang digunakan Daun dan getah Kandungan kimia Curangin (Glukosida) Khasiat dan manfaat Mengatasi batuk rejan dan sesak napas.9
(www. T4t4Pradita. Blogspot. Com) 3. Daun Sendok Nama Ilmiah
Plantago mayor L. Nama daerah Ki urat, ceuli (sunda); meloh kiloh, otot-ototan, sangkuah, sembung otot, suri pandak (Jawa); daun urat, daun sendok, ekor angin, kuping menjangan (Sumatera), torongoat (Minahasa) Bagian yang digunakan Herba, biji, dan akar. Setelah matang, biji dikumpulkan lalu digongseng dengan air asin. Kandungan kimia Herba mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, beta-sitosterol, nhentriakontan, dan plantagluside yang terdiri atas methyl D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhammosa. Juga mengandung tannin, kalium, dan vitamin (B1, C, dan A). biji daun sendok mengandung asam planterolik, plantasan (dengan komposisi xylosa, arabinosa, asam galakturonat, dan rhamnosa), protein, musilago, aucubin, asam suksinat, adenine, kolin, katalpol, syringin, asam lemak (palmitat, stearat, arakidat, oleat, linolenat, dan lenoleat), serta flavanon glikosida. Bagian akar mengandung naphazolin. Khasiat dan manfaat Penyakit yang dapat diobati antara lain influenza, batuk rejan (pertusis), radang saluran nafas (bronchitis), diare, batuk darah, batuk berdahak, hipertensi.9
(http://www.kucoba.com/2011/11/manfaat-khasiat-daun-sendok-atasi-19.html) 4. Kayu Putih Nama ilmiah Melaleuca leucadendron L. Nama daerah kapape (flores), kayu putih (Jawa dan timor), kapuka ( solor), nggela sole (Roti), aren (Alor) Kandungan Kimia dan efek Farmakologis Kayu putih mengandung : lignin, melaleucin, serta minyak atsiri yang terdiri dari sineol 50-65%, alphaterpineol, varelaldehida, dan benzaldehida. Efek farmakologi sebagai penghilang rasa sakit, peluruh keringat, antirheumatik, peluruh kentut, pereda kulit, penambah nafsu makan, obat sakit perut dan pereda batuk ( antitusif )
Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya
Kulit batang, daun, ranting, dan buah kayu putih dapat digunakan untuk mengobati penyakit. Batuk : Rebus 13 gram daun kayu putih dalam 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Mnum air rebusan 2 kali sehari masing-masing ½ gelas. 9
(www. Ipteks.net.id) 5. Kembang Sepatu Nama ilmiah : Hibiscus ros-sinensis L. Nama daerah : bungong raya( Aceh ), soma-soma ( Nias), bunga-bunga ( batak), kembang wera ( Sunda ), wora-wari (jawa), waribang ( bali ) Kandungan Kimia dan efek Farmakologi Kandungan kimia taraxeryl acetat, cyanidin diglukosid, hibisetin, zat pahit dan lendir. Efek Farmakologis :
untuk antiviral, antiradang (antiinflamasi), antidiuretik, menormalkan siklus haid, dan meluruhkan dahak ( antitusif ekspektoran ), bunga kembang
sepatu
juga
digunakan
untuk
air
kencing
bernanah
( gonorrhea), batuk berdahak dan bernanah, batuk rejan, bisul, dan haid tidak teratur, infeksi saluran kencing, keputihan,radang saluran napas dan TBC. Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya Bunga dan daun segar maupun kering . 1. Batuk darah dan lendir : Cuci bersih 2 kuntum bunga sepatu lalu diremas-remas. Seduh dengan 400 ml air panas, lalu tutup dalam cawan selama 1 malam. Saring air esok harinya tambahkan madu lalu minum pada pagi hari sebelum makan. 2. Batuk rejan ( pertussis ) : Cuci bersih 2 kuntum bunga sepatu lalu giling sampai halus. Tambahkan 100 ml air matang hangat dan sedikit garam, lalu peras. Saring dan minum air perasan 2 kali sehari dengan dosis yang sama. 9
(Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM) 6. Sambiloto Nama ilmiah : Andrographis paniculata ( Burm.F) nees. Nama daerah : papaitan( Sumatra ), bidara, takil, sadilata,sambiloto ( Jawa), kioray, kipeureut, kiular ( Sunda) Kandungan kimia : lakton berupa deoksi-andrographolide, andrographolide ( zat pahit ), neoandrographolide,
14-deoksi-11,12
didehidroandrographolide,
dan
homoandrographolide. Efek farmakologis : Sambiloto masuk meredian lambung, paru-paru, usus besar dan usus kecil dan berfungsi sebagai penurun panas atau panas dalam, antiracun, antipiretik, antiradang, antibengkak, antibakteri, analgesik,antitusif dan penghilang lembab. Bagian Tumbuhan yang Digunakan dan Pemanfaatannya Seluruh bagian tanaman Batuk rejan : 5 daun segar dicuci bersih dan dipotong-potong. Seduh daun dengan 1 cangkir air mendidih dan diamkan beberapa saat. Setelah dingin, angkat ramuan dan tambahkan satu sendok makan madu. Minum ramuan itu 3 kali sehari.9
(http:// caraobat.blogspot.com/)
DAFTAR PUSTAKA 1. Chung KF. The clinical and pathophysiological chal lenge of cough. Dalam: Chung KF, Widdicombe J, Boushey H, Penyunting. Cough. Massachusetts:Blackwell Publishing, 2003. h. 3-10. 2. Phelan PD. Cough. Dalam: Phelan PD, Olinsky A, Robertson CF. Penyunting Respiratory illness in children. Oxford: Blackwell S Publications 1994 3. Chang AB. Causes, assessement and measurement of cough in children. Dalam: Chung KF, Widdicombe J, Boushey H. Penyunting. Cough. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2003. h. 57-73. 4. Makmuri MS, Retno A, Landia S. Patofisiologi batuk. Continuing education ilmu kesehatan anak. Surabaya: FK UNAIR; 2009 5. Irwin RS, Boulet LP, 7tier MM. Managing cough as a defense mechanism and as a symptom. A consensus report of the American College of Chest Physicians. Chest 1998; 114:133S-181S. 6. Arimbi, Sp.P. Bag. Ilmu Penyakit Dalam. FKU
UWK
Surabaya
(http//www.elib.fk.uwks.ac.id/asset/.../Ilmu_Penyakit_Dalam/.../batukberdahak.pptx) 7. Cloutier MM. Cough. Dalam: Loughlin GM, Eigen H. Penyuntings. Respiratory disease in children. Baltimore. Williams & Wilkins 1994. 8. Tjay dan Kirana.2010.Obat-Obat Penting Edisi keenam. PT.Elex Media Kompotindo: Jakarta. Hal.660. 9. Redaksi agromedia.2008.Buku Pintar Tanaman Obat.PT.Agromedia Pustaka: Jakarta. Hal.431-433 10. Flora Indonesia (Botaniacal Survival) tentang Keanekaragaman Flora dan Manfaatnya Untuk kehidupan, Keindahan Dan Kelestarian 11. Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM.
12. https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/dekstrometorfan/ 13. http://www.kucoba.com/2011/11/manfaat-khasiat-daun-sendok-atasi19.html 14. http:// caraobat.blogspot.com 15. www. T4t4Pradita. Blogspot. Com 16. www. Ipteks.net.id
Lampiran Soal-Soal Antitusif 1. Lokasi utama reseptor batuk yaitu dijumpai pada a. Faring, laring, bronkus cabang b. Bronkus cabang, liang telinga tengah, bronkus mayor c. Faring, laring, bronkus mayor d. Liang telinga tengah, pleura, gaster e. Bronkus cabang, karina, sinus paranasal 2. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik dan reseptor ini dapat terangsang oleh adanya a. Tekanan dan udara dingin b. Mediator histamine dan prostaglandin c. Secret dan bronkokontriksi d. Tekanan dan leukotrien e. Semua benar 3. Yang berperan sebagai efektor dalam mekanisme reflex batuk yaitu a. Nesovagusm trigeminus, frenikus b. N.vagus, frenikus, interkostal c. Lumbalis, trigeminus, fasial d. Hipoglosus, otot laring, trakea e. Bronkus diafragma, interkostal, abdominal 4. Proses terjadinya batuk yaitu a. Inspirasi- kompresi – ekspirasi- relaksasi b. Inspirasi- kompresi - ventilasi – relaksasi c. Ventilasi- kompresi – inspirasi – relaksasi d. Inspirasi – ekspirasi – kompresi – relaksasi e. Inspirasi – relaksasi – ekspirasi – kompresi 5. Mekanisme obat antitusif yaitu a. Menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat batuk b. Meningkatkan ambang rasa sehingga akan mengurangi iritasi c. Meningkatkan sekresi mucus di saluran nafas d. A dan b benar e. B dan c benar
6. Rumus struktur kodein yaitu: a.
b.
c.
d.
e.
Jawab : b 7. Yang termasuk derivate sintetik morfin dan kodein yaitu a. Hidrokodon b. Dihidrokodein c. Paracodin
d. Fulkodin e. Noscapin 8. Dosis rata-rata noskapin yaitu a. 15- 30 mg b. 10- 30 mg c. 10-20 mg d. 25 mg e. 20-40 mg 9. Tanaman berikut ini yang berkhasiat sebagai antitusif yaitu a. Paederia scandens (Luor).Merr b. Curange feltorrae Merr c. Plantago mayor L d. Melaleuca leucadendron L e. Graptophylum pictum griff 10. Golongan obat untuk menekan batuk disebut a. Antitusif b. Ekspektorant c. Mukolitik d. Bronkodilator e. Vasodilator 11. Obat antitusif yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah a. Noskapin b. Dekstrometorphan c. Gliseril guaikolat d. Ambroxol e. Codein 12. Yang termasuk infeksi saluran pernafasan atas yaitu a. Faringitis b. Emfisema c. Asma d. Bronkioklialis e. Rhinitis 13. Pada proses terjadinya batuk dimana terjadi penutupan glottis disebut a. Inspirasi b. Kompresi c. Ekspirasi d. Relaksasi e. Ventilasi 14. Volume udara yang diinspirasi berkisar antara : a. 100 – 2500 ml diatas kapasitas residu fungsional b. 200 – 2000 ml diatas kapasitas residu fungsional c. 200 – 3500 ml diatas kapasitas residu fungsional d. 300 – 4000 ml diatas kapasitas residu fungsional e. 500 – 5000 ml diatas kapasitas residu fungsional 15. Sebutkan jenis-jenis batuk…..
a. Batuk berdahak dan kering b. Batuk berdarah dan tidak berdarah c. Batuk berlendir dan tidak berlendir d. Batuk basah dan tidak basah e. Semua salah 16. Yang merupakan antitusif yang bekerja di perifer adalah ….. a. Golongan narkotika b. Golongan non narkotika c. Lidokain dan dolcument d. A, B, C, benar e. Semua salah 17. Yang bukan merupakan obat batuk golongan Non narkotika adalah…. a. Kodein b. Dihidrokodein c. Dekstrometorphan d. Semua benar e. Semua salah 18. Nama latin dari daun kentut adalah…. a. Curanga felterrae Merr. b. Plantago mayor L. c. Melaleuca leucadendron L. d. Hibiscus ros-sinensis L. e. Paederia scandens (Lour.) Merr. 19. Sebutkan kandungan kimia dari tanaman kembang sepatu… a. Minyak atsirin lignin, melaleucin b. taraxeryl acetat, cyanidin diglukosid, hibisetin c. Lakton d. Flavon glikosida e. Semua benar 20. Bagian tumbuhan kayu putih yang digunakan sebagai obat batuk adalah…. a. Kulit b. Daun c. Ranting d. Buah kayu e. Semua benar 21. Bagian dari tumbuhan kayu sendok yang digunakan sebagaiobat batu adalah…. a. Kulit dan daun b. Herba, biji dan akar c. Ranting d. Buah e. Semua benar 22. Berikut adalah kandungan kimia dari kayu putih, kecuali a. Lignin dan melaleucin b. Sineol dan alphaterpineol
c. Varelaldehida dan benzaldehida d. Melaleucin dan sineol e. Flavonoid dan melaleucin 23. Antitusif narkotik yang cara kerja dan efek sampingnya sama dengan kodein yaitu a. Dihidrokodein b. Paracodin c. noskapin d. A dan C benar e. A dan B benar 24. Obat-obat berikut yang masuk golongan obat antitusif yaitu a. Gliseril guaikolat b. Difenhidramin c. DMP d. Ammonium klorida e. Bromheksin 25. Salah satu gangguan yang diakibatkan oleh batuk adalah a. kelelahan, insomnia, suara serak b. nyeri otot dan tulang, berkeringat, c. demam dan nyeri tulang d. a dan b benar e. b dan c benar Pertanyann Diskusi 1. Sukirawati, kelompok Apakah obat herbal dan obat sintetik dapat digunakan secara bersamaan? Jawaban Jika ingin menggabungkan, obat modern sebaiknya diminum lebih dulu. Setelah 1-2 jam, baru minum obat herbal. Zat aktif dalam obat kimia umumnya lebih cepat diserap tubuh. Adapun obat herbal, selain lebih lambat diserap tubuh, terkadang bersifat mengikat zat dari obat kimia, obat herbal juga memiliki banyak kandungan kimia. Akibatnya, efek obat kimia jadi tidak maksimal. kombinasi Herbal dan obat kimia menjadi menguntungkan atau merugikan,
sangat
dipengaruhi oleh dosis, jenis, dan efek yang terdapat di dalam kedua bahan
tersebut. Kalau dosisnya terlalu sedikit, efeknya tidak terasa. Begitu juga sebaliknya, bila dosisnya terlalu tinggi, bisa menimbulkan efek yang berlebihan.
TUGAS MATA KULIAH SWAMEDIKASI
ANTITUSIF
KELOMPOK IV KELAS B Nurpratiwi Muhammad Subhan A. Sibadu Fadhila Assagaf Muhammad Aspar Sinusi Nasrul Dede Meyla Intan P, S Nurul Hidayah Hadana
(N21113812) (N21113813) (N21113817) (N21113819) (N21113827) (N21113828) (N211138 (N21113832)
Inda Rahmaniar Nelyani Hasrah
(N21113839) (N21113843)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014