ANALISA GAS DARAH PO2 TEORI KIMIA KLINIK III
Tugas terstruktur ini guna memenuhi tugas teori kimia klinik III Dosen pengampu Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd, M.Pd
Kelompok 1. Sari wiarsih
P1337434115049
2. Topan A.
P1337434115085
JURUSAN D III ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang analisa gas darah PO2. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Semarang, September 2017 Penyusun
ii
DAFTAR ISI Cover ..................................................................................................................................i Kata Pengantar ............................................................................................................... ii Daftar Isi .......................................................................................................................... iii ISI A. Definisi Analisa Gas Darah...................................................................................... 1 B. Indikasi Analisa Gas Darah ..................................................................................... 3 C. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah........................................................................ 3 D. Pengukuran Oksigen Darah.................................................................................... 4 E. .Kadar oksigen dalam darah..................................................................................... 5 F. Hal-hal penting diperhatikan................................................................................... 6 G. Lokasi Pengambilan Darah Arteri............................................................................ 7 H.Tekhnik Pengambilan................................................................................................. 8 I .Teknik pelaksanaan.................................................................................................... 9 J.Interpretasi Hasil AGD................................................................................................ 10
Inti Sari .............................................................................................................................iv Daftar Pustaka .................................................................................................................. v
iii
Analisa Gas Darah Po2 A.
Definisi Analisa Gas Darah Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh.
B.
Indikasi Analisa Gas Darah `Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu : 1.
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2.
Pasien dengan edema pulmo Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3.
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruanginterstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi
sangat
menurun
atau
paru-
paru
menjadi
kaku
akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616). 1
4.
Infark miokard Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
5.
Pneumonia Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol. 6.
Pasien syok Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
7.
Post pembedahan coronary arteri bay Coronary Artery By Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary By (Surahman, 2010).
8.
Resusitasi cardiac arrest Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan 2
yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti
jantung,
peredaran
darah
akan
berhenti.
Berhentinya
peredaran
darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
C. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah 1.
Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe, 2010).
2.
Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3.
Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat yang akan diperiksa.
4.
Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.
D. Pengukuran Oksigen Darah PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80100 mmHg. Tingkat oksigen di dalam tubuh dapat diukur dengan bantuan berbagai metode. Cara yang paling umum untuk menentukan apakah tingkat kejenuhan oksigen yang sehat, adalah dengan bantuan tes darah digunakan untuk memeriksa gas darah arteri. Cara lain yang mudah untuk memeriksa tingkat oksigen dalam darah, adalah dengan 3
menggunakan oksimeter pulsa. Ini adalah sebuah perangkat kecil yang mengukur kadar oksigen dalam darah dengan cara sensor cahaya.
Ada tiga cara mengukur O2 darah: a.
Kandungan O2 merupakan jumlah O2 yang terbawa oleh 100 ml darah
b.
PO2 atau tekanan yang diciptakan oleh O2 yang terlarut dalam plasma
c.
Saturasi oksigen hemoglobin yang merupakan pengukuran persentase O2 yang dibawa Hb yang berhubungsn dengan jumlah total yang dapat dibawa Hb. Mayoritas O2 dalam darah dibawa oleh Hb, dan jumlah sangat sedikit dilarutkan dalam plasma. Persentase saturasi Hb dengan O2 memberikan perkiraan mendekati jumlah total O2 yang dibawa oleh darah.
E.
Kadar oksigen dalam darah Kadar oksigen dalam darah diuji untuk memeriksa beberapa fungsi dari tubuh manusia. Kandungan oksigen dalam darah, merupakan indikasi dari gangguan yang mendasarinya. Artikel ini menjelaskan apa fluktuasi ini berarti, dan juga mendefinisikan kadar oksigen darah normal. Oksigen merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup. Tingkat oksigen darah normal adalah pengukuran saturasi oksigen dalam darah. Sel-sel darah merah mengandung molekul yang dikenal sebagai hemoglobin yang mengikat oksigen atmosfer, dan membawanya ke berbagai bagian tubuh. Bila ada jenis variasi dalam kadar oksigen dalam darah, dapat menyebabkan komplikasi kesehatan. Diberikan di bawah ini adalah rincian yang berkaitan dengan tingkat normal oksigen dalam darah, dan apa variasi menandakan. Dalam kebanyakan kasus, tingkat oksigen yang melayang-layang sekitar 95 sampai 100% dianggap sehat.
F.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan darah. 1. Daerah pengambilan darah sebaiknya pada tempat yang bergantian / selang-seling untuk mencegah terjadinya kerusakan pada pembuluh darah 2.
Apabila menggunakan obat lokal anesthesi harus ditest terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya reaksi alergi oleh karena obat tersebut.
3. Warna merah darah dapat merupakan petunjuk baik/ buruknya dari darah arteri. Pasien PPOK dengan nilai PaO2 rendah darah berwarna lebih gelap biasanya mengandung lebih rendah O2. 4
4.
Bila mungkin cegahlah penusukan pada arteri femoralis.
5.
Apabila diperlukan pengambilan darah melalui arteri radialis perlu diketahui dahulu adanya kolateral arteri ulnaris dengan cara percobaan Allen ( test Allen ).
G.
Lokasi Pengambilan Darah Arteri 1.
Arteri Radialis
Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk pungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematom juga apabila Allen test negatif. 2.
Arteri Dorsalis pedis
Merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan. 3.
Arteri Brachialis
Merupakan pilihan kedua karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah. 4.
Arteri Femoralis merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh/ tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
H.
Tekhnik Pengambilan : 1.
Bentangkan handuk pengalas.
2.
Letakkan botol infus
3.
Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan sendi melipat kebelakang.
4.
Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin hanya membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam disposible, kecuali yang ada didalam jarum.
5.
Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
6.
Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7.
Desinfeksi daerah tersebut
8.
Desinfeksi kedua jari 5
9.
Pegang disposible seperti memegang pensil.
10.
Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah didesinfeksi
11.
Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45 0 mengarah ke jantung.
12.
Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan diaspirasi.
13.
Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14.
Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama 5 menit.
15.
Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.
Alat dan Teknik pelaksanaan DGA 1.
Alat
a.
Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml.
b.
Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi)
c.
Jarum nomer 22 atau 25 (bevel pendek)
d.
Penutup udara dari karet
e.
Kapas alkohol
f.
Wadah berisi es
g.
Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi: 1)
Nama,tanggal dan waktu
2)
Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa
3)
Suhu
I. Teknik pelaksanaan a.
Arteri radialis umumnya yang dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan.
b. menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes allen’s. secara terus menerus bending Bila arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes Allen’s positif bila tangan kembali menjadi berwarna merah muda. Ini meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri radialis tidak paten.
c. 1)
Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan di rotasi keluar. Penting sekali untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan biasanya menggunakan gulungan handuk untuk melakukan ini.
2) Untuk pungsi arteri brakialis, siku diperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku. 6
d.
1 ml Heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin, dan kemudian dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga panggkal jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung udara.
e.
Arteri brakialis atau radialis dilokasinya dengan palpasi,dengan jari tengah dan jari telunjuk, dan titik maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol.
f.
Jarum dimasukan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai pulsasai jenuh. Ini akan paling mudah dengan memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit.
g.
Sering kali jarum masuk menenembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum di tarik perlahan darah akan masuk kespuit.
h.
Indikasi sat-satunya bahwa darah tesebut darah arteri adalah adanya pemompa darah kedalam spuit dengan kekuatannya sendiri
a.
Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuitini kadangkadang diperlukan pada spuit plastik yang terlalu keras sehingga tak mungkin darah tersebut positif dari arteri. Hasilkan gas tidak memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari arteri.
i.
Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yang di pungsis selama sedikitnya 5 menit( 10 menit untuk pasien yang mendapat anti koogulan ).
j.
Gelembung udara harus di buang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin.
k.
Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian bawa kelaborat urium.
l.
Catatan :
1.
Bilasaturasi O2 juga diukur ,ini memberikan pencocokan silang untuk keakuratan PO2 (gunakan PO2 dan Ph untuk menghitung saturasi O2 pada aturan mikroskopik gas darah dan melihat apakah saturasi O2 yang dihitung ini sesuai dengan saturasi O2 yang diukur ditambah karboksi hemoglobin ( saturasi O2 yang terhitung = saturasi O2 yang di ukur tambah karboksi hemoglobin ).
7
2.
Bila kandungan CO2 juga di ukur, ini memberikan pencocokan silang untuk keakuratan PCO2. ( gunakan PCO2 dan Ph untuk menghitung kandungan CO2 pada aturan mikroskopik gas darah dan melihat apa kandungan CO2 yang dihitung sesuai dengan kandungan CO2 yang di ukur .
3.
Cara lain untuk meyakinkan keakuratan yaitu dengan melakukan tes duplikat ada 2 penganalisa gas darah yang berbeda .Bila ada perbedaan dalam 2 penentuan, tes harus dilakukan untuk ke 3 kalinya .
4.
Teknisi melakukan analisa dan harus melaporkan adanya kecurigaan bahwa hasil tidak benar. Contoh :
a) Bila spuit datang dengan ada gelembung udara b) Bila saturasi O2 yang dihitung dan saturasi O2 yang di ukur tidak sesuai. c) Bila kandungan CO2 yang dihitung dan kandungan CO2 yang tidak sesuai.
5.
Komplikasi yang ditimbulkan: hematoma ,emboli ,Sakit ,Infeksi ,Pendarahan , Nyeri , Pingsan.
Lihat pO2 dan saturasi O2 Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah normal maka menunjukkan terjadinya hipoksemia. Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana yang berlawanan, maka kita bisa menggunakan akronim ROME. Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti pH semakin rendah (asidosis) dan sebaliknya. Metabolic Equal : HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis) dan sebaliknya.
J. Interpretasi Hasil AGD Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg 8
PaO2
Rentang nilai normal
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang: 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
: 80 – 100 mmHg
9
INTISARI Pemeriksaan analisa gas darah arteri merupakan salah satu pemeriksaan penting di laboratorium, sebab hasilnya dapat mengetahui keadaan klinis pasien. Phlebotomis kadang sering salah dalam pengambilan sampel arteri menjadi vena, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penyakit jantung koroner, merupakan penyebab penyakit jantung terbanyak yang salah satu terapinya dengan operasi CABG. Pemeriksaan BGA post CABG sangat dibutuhkan untuk mengetahui keadaan oksigenasi jaringan. PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg.
DAFTAR PUSTAKA 10
Brunner
dan
Suddarth.2002.Buku
Ajar
Keperaawatan
Medikal
Bedah
(terjemahan).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Djojodibroto,
D.2009.Respirologi
(Respiratory
Medicine).Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. Horne, Mima M dan Pamela L. Swearingen. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa. Jakarta: EGC Tambayong , Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Sabiston, David. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC Sutedjo, AY. 2012. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Hasil Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books Baron, DN. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta : EGC Halperin, Kamel dan Goldstein. 2010. Fluid, Electrolyte, and Acid-Base Physiology. USA : ELSEVIER
11
iv